Proses Pelaksanaan Penyitaan Yang Dilakukan Oleh Juru Sita Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan TIMUR

(1)

Tugas Akhir

PROSES PELAKSANAAN PENYITAAN YANG DILAKUKAN OLEH JURU SITA PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP)

PRATAMA MEDAN TIMUR

Oleh:

NAMA : WENDY TARA DIPA SITORUS NIM : 122600116

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) dan sekaligus menyelesaikan laporan Tugas Akhir. Adapun tulisan yang berjudul “Proses Pelaksanaan Penyitaan Yang Dilakukan Oleh Juru Sita Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan TIMUR” merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatera Utara.

Tak lupa shalawat beriring salam penulis panjatkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam terang-benderang yang sarat akan ilmu pengetahuan ini.

Penulis mengalami berbagai kesulitan, akan tetapi berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak maka penulis dapat menyelesaikan laporan ini sebagaimana mestinya. Pada kesempatan ini secara khusus penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Allah SWT dan ucapan terima kasih yang paling tulus kepada Ayah tercinta alm. Arif Suryadi Sitorus, Ibunda tercinta Herni Yetti , serta Kakak-Kakak saya Hendra Cardella Sitorus dan Ayu Surya Ningsih Sitorus yang telah memberikan doa, dorongan dan bantuan baik secara moril maupun materil.


(3)

Dengan segala ketulusan hati, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si , selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si selaku Ketua Jurusan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dan juga selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan kepada penulis.

3. Ibu Arlina, SH, M.Hum selaku sekretaris jurusan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Universitas Sumatera Utara.

4.Ibu Faridah Hanum SE AKT , M.Si , selaku pembimbing penulis yang dengan sabar membimbing penulis hingga tugas akhir ini selesai.

5. Bapak/Ibu Dosen staff pengajar dan pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

6.Bapak Asep Hendarsyah selaku Kasub Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.

7.Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota yang selama ini menyambut hangat penulis dalam memperoleh bantuan data atau moril lainnya, (Bang Tamsin, Bang Daniel dan mas jefri), Serta seluruh pegawai di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.


(4)

8.Sahabat-Sahabat penulis Febri Bahri, Ico Putra, Pandy Muhammad, Mario Panggabean dan Widya Lestari Juskal, Yang turut memberikan semangat penulis dalam menyusun tugas akhir ini.

9. Teman-Teman penulis khususnya kelas C Stambuk 2012 yang telah membantu penulis di berbagai kesempatan. Serta rekan-rekan seperjuangan Program D-III Administrasi Perpajakan. Penulis menyadari masih banyak kekurangan di dalam penulisan laporan ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran pembaca yang sifatnya membangun kesempurnaan laporan ini.Penulis mohon maaf jika terdapat kesalahan & kekurangan dalam laporan ini.Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya penulis.

Wassalam,

Medan, 17 April 2015 Penulis

Wendy Tara Dipa Sitorus


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………. ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan dan Manfaat PKLM... 3

C. Uraian Teoritis... ... 5

D. Ruang Lingkup PKLM……… ... 12

E. Metode PKLM……….. ... 13

F. Metode Pengumpulan Data………. ... 14

G. Sistematika Penulisan……… ... 16

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM A. Sejarah Umum KPP Medan Timur……… ... 17

B.Visi Dan Misi KPP Medan Timur……… ... 21

C.Struktur Organisasi KPP Medan Timur………. ... 23

D.Tugas dan Fungsi KPP Medan Timur ……… ... 27


(6)

BAB III RUANG LINGKUP GAMBARAN DATA PRAKTIK

A. Pengertian Penyitaan………. ... 32

B. Jenis Barang Yang Dapat Disita Atau Tidak Dapat Disita…... 36

C. Tugas dan Fungsi Juru Sita Pajak……….. ... 38

D. Prosedur Penyitaan Oleh Juru Sita Pajak……… ... 39

E. Pelaksanaan Penyitaan Terhadap Barang-Barang Sitaan………… ... 42

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI DATA A. Kendala-Kendala Yang Terjadi Dalam Proses Penyitaan……… 56

B. Penyitaan Atas Barang-Barang Sitaan………... 59

C. Prosedur Pelaksanaan Penyitaan ……… 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan……… ... 70

B. Saran……….. ... 71 DAFTAR PUSTAKA


(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Mendapatkan penerimaan Negara merupakan hal yang paling utama walaupun belum satu-satunya. Dari berbagai alasan pengenaan pajak, kebijakan pajak di Indonesia akhir - akhir ini sebelum reformasi perpajakan 1999 -2009 telah banyak terpengaruh oleh suatu keinginan untuk mencapai tujuan ekonomi dan sosial sambil meningkatkan pemerataan hukum pajak keseluruhan lapisan masyarakat. Demikian juga untuk tujuan pemulihan kehidupan ekonomi untuk bangkit dan mengentaskan diri dkrisis moneter tentu memerlukan suatu pengorbanan penerimaan pajak yang bertolak belakang dengan keinginan manambah penerimaan pajak. Sebagai mana diketahu ibahwa dalam APBN yang dibuat oleh pemerintah terdapat tiga sumber penerimaan yang menjadi pokokan dalam yaitu:

a. Penerimaan dari sektor Pajak b. Penerimaan dari sektor Migas c. Penerimaan dari sektor bukan Pajak

Dari ketiga sumber penerimaan diatas penerimaan dari sektor pajak ternyata merupakan salah satu sumber penerimaan yang paling besar.Dari tahun ketahun kita dapat melihat bahwa penerimaan dari sector pajak ini terus meningkat dan memberian dil yang besar bagi penerimaan Negara.Penerimaan dari sektor pajak sering dikatakan


(8)

primadona dalam membiayai pembangunan nasional.Sedangkan dari sektor Migas, yang dahulu menjadi andalan penerimaan Negara, sekarang ini sudah tidak biasa diandalkan lagi sebagai sumber keuangan Negara yang terus menerus, karena sifatnya yang tidak dapat di perbaharui.Penerimaan pada sewaktu waktu dapat habis, sedangkan dari pajak selalu dapat diperbaharui, yaitu sesuai dengan perkembangan ekonomi dan masyarakat itu sendiri.Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur saja masih terdapat wajib pajak yang belum melaksanakan pelunasan pajak terutangnya.Dari catatan yang disajikan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur saja masih terdapat beberapa wajib pajak yang masi dalam sengketa perpajakan, salah satunya adalah penyitaan barang-barang wajib pajak. Dalam melakukan penyitaan terkadang petugas mengalami kesulitan dengan wajib pajak yang tidak menerima atas barang-barangnya yang akan disita oleh juru sita pajak, sehingga terjadi upaya hukum yang tidak sesuai dengan penyelesaian sengketa pajak. Maka itu diperlukan peningkatan kewaspadaan terhadap pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh wajib pajak, seperti menghilangkan, mengalihkan dan atau menyembunyikan barang-barang yang akan disita. Maka dari itu tugas akhir ini akan menganalisa pelaksanaan penyitaan terhadap barang sitaan sesuai dengan prosedur ketentuan per Undang-undangan. Menjelaskan batasan-batasan juru sita pajak dalam melakukan tugasnya, sehingga tugas akhir ini diberi judul “Proses Pelaksanaan Penyitaan Yang Dilakukan Oleh Juru Sita Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Timur.”


(9)

B. Tujuan Dan Manfaat PKLM

1. Tujuan PKLM

Kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini memiliki beberapa tujuan dan manfaat baik untuk mahasiswa itu sendiri maupun pihak universitas, atau pihak instansi pemerintah yang dalam hal ini di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur dijadikan sebagai objek dalam pelaksanaan kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).

Pada kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), yang dilaksanakan oleh mahasiswa Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan diharapkan dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan PKLM, antara lain :

1.1. Untuk mengetahui kendala-kendala yang terjadi dalam proses penyitaan.

1.2. Agar mahasiswa Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan dan masyarakat umum dapat mengerti dan memahami dari system penyitaan atas barang-barang sitaan milik wajib pajak atau penaggung pajak.

1.3. Agar dapat mengetahui prosedur pelaksanaan penyitaan, sehingga wajib pajak terhindar dari kekecewaan. Untuk mengetahui tentang kendala-kendala yang terjadi didalam proses penagihan pajak.


(10)

2. Manfaat PKLM

2.1. Bagi Mahasiswa:

a. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan wawasan khususnya mengenai proses pelaksanaan penyitaan.

b. Memberikan bekal pengalaman kerja kepada setiap mahasiswa.

c. Guna meningkatkan frekuensi komunikasi antara penulis dengan fiskus pada Kantor Pelayanan Pajak khususnya KPP Pratama Medan Timur.

2.2. Bagi Universitas:

a. Untuk meningkatkan hubungan antara Universitas Sumatera Utara khususnya Program Diploma III dengan instansi pemerintahan dalam hal ini Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.

b. Memperluas wawasan serta memantapkan keterampilan mahasiswa dalam menerapkan ilmu khusunya di bidang perpajakan.

2.3. Bagi Instansi/Kantor Pelayanan Pajak

a. Sebagai sarana untuk mempererat hubungan yang positif antara Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur dengan lembaga pendidikan khusunya Universitas Sumatera Utara.

b. Dengan adanya Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) bagi mahasiswa dituntut kontribusinya terhadap instansi baik itu saran maupun kritikan yang


(11)

bersifat membangun yang menjadi sumber masukan untuk meningkatkan kinerja lingkungan tersebut.

C. Uraian Teoritis PKLM

1. Definisi Pajak

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, Pajak adalah Kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarka undang-undang, dengan tidak mendapat imbalan (kontraprestasi) secara langsung dan digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009, wajib pajak (WP) adalah orang pribadi atau badan yang menurut perundang-undangan perpajakan ditentukan utuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu.

Fungsi Pajak ada dua yaitu :

1. Fungsi Budgeteir (sumber keuangan Negara), artinya pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan.


(12)

2. Fungsi Regulerrande (mengatur), artinya pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi, serta mencapai tujuan-tujuan tertentu dibidang keuangan. (Siti Resmi, 2011).

2. Defisini Penagihan Pajak

Berdasarkan Pasal 1 ayat 9 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang perubahan Atas Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa. Penagihan Pajak adalah serangkaian tindakan agar penangung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus memberitahukan Surat Paksa, menguslkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, adapun yang menjadi dasar penagihan pajak adalah Surat Tagihan Pajak (STP), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan pajak Kurang Bayar Tambahan(SKPKBT), Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding serta Putusan peninjauan kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang masih harus di bayar bertambah.

Pada dasarnya proses penagihan pajak melibatkan unsur-unsur yang mempuyai arti penting,yaitu :


(13)

2.1. Utang pajak, yaitu besarnya utang pajak yang belum dilunasi oleh Wajib Pajak ditambah dengan biaya penagihan sebagai dasar melakukan penagihan pajak.

2.2.Serangkaian tindakan sesuai jadwal waktu yang benar, yaitu penerbitan Surat Teguran, pemberitahuan Surat Paksa, pelaksanaan penyitaan berdasarkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, sampai dengan pelaksanaan lelang.

2.3.Aparat Direktorat Jenderal Pajak, yaitu Jurusita Pajak yang telah memenuhi syarat untuk melakukan penagihan pajak.

2.4.Penanggung pajak yang mempunyai kewajiban melunasi utang pajak. 2.5.Undang-Undang Perpajakan yang berlaku, yaitu UU KUP 1984 dan UU

PPSP serta peraturan pelaksana.

3. Jurusita Pajak

Berdasarkan Pasal 1 ayat 6 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, disebutkan bahwa Jurusita Pajak adalah pelaksana tindakan penagihan pajak yang meliputi penagihan seketika dan sekaligus, pemberitahuan Surat Paksa, penyitaan dan penyanderaan. Jurusita Pajak diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Keuangan untuk penagihan pajak pusat, dan oleh Gubernur atau Bupati/Walikota untuk penagihan pajak


(14)

daerah.Sebagaimana tercantum dalam Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 562/KMK.04/2000 tentang syarat-syarat pengangkatan dan pemberhentian jurusita pajak syarat-syarat untuk menjadi jurusita pajak adalah sebagai berikut :

1. Berijazah serendah-rendahnya Sekolah Menengah Umum atau Sederajat.

2. Berpangkat serendah-rendahnya Pengatur Muda/Golongan IIa. 3. Berbadan sehat.

4. Lulus pendidikan dan latihan jurusita pajak. 5. Jujur bertanggung jawab dan penuh pengabdian. Adapun wewenang Jurusita Pajak adalah :

1. Jurusita pajak menjalankan tugas di wilayah kerja Pejabat yang mengangkatnya, kecuali ditetapkan lain dengan Keputusan Menteri atau Keputusan Kepala Daerah sesuai dengan pasal 5 ayat 5 UU PPSP.

2. Sebagaimana dijelaskan pada pasal 5 ayat 4 UU PPSP, dalam melaksanakan tugas, Jurusita Pajak dapat meminta bantuan Kepolisian, Kejaksaan, Departemen yang membidangi hukum dan perundang-undangan, Pemerintah Daerah Setempat, Badan Pertahanan Nasional, Direktorat Perhubungan Laut, Pengadilan Negeri, Bank atau pihak lain. 3. Jurusita Pajak berwenang untuk memasuki dan memeriksa semua ruangan

untuk menemukan objek sita ditempat usaha dan melakukan penyitaan ditempat kedudukan, di tempat tinggal penganggung pajak atau ditempat


(15)

lain yang dapat diduga tempat penyimpanan objek sita dalam melakukan penyitaan.

Tugas Jurusita Pajak sesuai dengan Pasal 5 ayat 1 dan UU PPSP adalah : a. Melaksanakan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus. b. Memberitahukan Surat Paksa.

c. Melaksanakan penyitaan atas barang penanggung pajak berdasarkan Surat Perintah melaksanakan penyitaan.

d. Melaksanakan penyanderaan berdasarkan Surat Perintah Penyanderaan.

Sebagaimana Surat Pengangkatan Tugas diterbitkan ketika Jurusita Pajak diangkat, maka Surat Keputusan Pencabutan atau Pemberhentian juga diterbitkan ketika Jurusita Pajak diberhentikan.

Adapun Jurusita Pajak dapat diberhentikan apabila : a. Meninggal dunia,

b. Pensiunan,

c. Karena alih tugas atau kepentingan dinas lainnya,

d. Ternyata lalai atau tidak cakap dalam menjalankan tugas, e. Melakukan perbuatan tercela,

f. Melanggar sumpah atau janji jurusita pajak, dan g. Sakit jasmani atau rohani terus menerus.


(16)

Dan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Jurusita Pajak adalah pelaksana penagihan pajak yang bertanggung jawab dalam melaksanakan kebijakan penagihan sesuai dengan Surat Perintah yang diterbitkan oleh Pejabat.

4. Dasar Hukum Penagihan Pajak

4.1.Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan umum dan Tata Cara Perpajakan.

4.2.Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan pajak dengan surat paksa sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (Selanjutnya disebut pula UU PPSP).

4.3.Peraturan Pemerintah Nomor 135 Tahun 2000 tentang Tata Cara Penyitaan Dalam Rangka Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.

4.4.Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 56/KMK.04.2000 tentang Syarat-syarat pengangkutan dan Pemberhentian Jurusit Pajak.


(17)

4.5.Peraturan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 24/PMK.03/2008 tentang Tata Cara Penagihan Pajak Seketika dan Sekaligus dan Penagihan pajak dengan Surat paksa.

4.6.Keputusan Direktur Jenderal Pajak nomor 62/PJ./2001 tentang Tata Cara Pemblokiran dan Penyitaan Harta kekayaan penanggung Pajak yang Tersimpan pada Bank dalam Rangka Penagihan Pajak dengan surat Paksa.

5. Penyitaan Pajak

Menurut Undang- Undang Penagihan Pajak pada Undang-Undang nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, menyebutkan’’Penyitaan adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh juru sita pajak untuk menguasai barang penanggung pajak guna dijadikan jaminan untuk melunasi utang pajak menurut peraturan per Undang-Undangan’’. Apabila utang pajak tidak dilunasi penanggung pajak dalam jangka waktu 2 (dua) kali 24 (dua puluh empat) jam setelah surat paksa diberitahukan, pejabat menerbitkan surat perintah melaksanakan penyitaan. Penyitaan di lakukan oleh juru sita pajak disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2(dua) orang telah dewasa, penduduk Indonesia, dikenal oleh juru sita pajak, dan dapat dipercaya.

Tujuan penyitaan adalah memperoleh jaminan pelunasan utang pajak dan penanggung pajak.Oleh karena itu penyitaan dapat dilaksanakan terhadap


(18)

semua penanggung pajak. Penyitaan merupakan tindakan penagihan lebih lanjut setelah surat paksa yang hanya dapat dilakukan setelah batas waktu 2x 24 jam sebagaimana dimaksud dalam surat paksa. Artinya apabila penanggung pajak / WP tetap tidak melunasi utang pajak sebagai tercantum dalam surat paksa, barulah penyitaan dapat dilaksanakan. Dalam hal ini penyitaan WP / penanggung pajak tidak mengakibatkan penundaan kewajiban membayar/melunasi pajak terutang atau kurang bayar.

D. Ruang Lingkup PKLM

Penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung jawab melunasi utang pajaknya dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau meningkatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyanderaan, dan menjual barang yang telah disita biasanya dilakukan melalui pelelangan, kecuali untuk asset-asset sitaan berupa uang tunai, deposito berjangka, tabungan, saldo rekening Koran, obligasi, saham, atau surat bergarga lainnya, piutang dan penyertaan modal pada perusahaan lain. Dalam tugas akhir ini ruang lingkup yang akan dibahas penulis adalah:

1. Jenis barang yang dapat disita atau tidak dapat disita oleh pihak fiskus atau aparatur pajak melalui juru sita pajak.


(19)

3. Prosedur penyitaan sesuai undang-undang pajak yang berlaku. 4. Pelaksanaan penyitaan terhadap barang-barang sittan.

E. Metodelogi PKLM

1 . Tahap Persiapan

Yaitu kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa sebelum melakukan PKLM ke objek lokasi yang meliputi kegiatan seperti : pengajuan judul, penentuan judul, menyusun proposal, penentuan dosen pembimbing, diskusi dan konsultasi dengan dosen pembimbing, dan pengajuan surat ijin ke lokasi PKLM.

2 .Studi Literatur

Yaitu Kegiatan studi mencari data-data serta informasi-informasi dengan membaca landasan teori, menelaah buku-buku literature, Peraturan Per undang-undangan Perpajakan, Peraturan Pemerintah, Surat kabar, catatan-catatan, maupun bahasa yang tertulis yang berhubungan secara langsung dengan kegiatan PKLM.

3 .Studi Literatur

Yaitu Kegiatan studi untuk mencari data-data serta informasi-informasi dengan mengikuti PKLM pada Kantor Pelayanan Pajak serta mempelajari laporan-laporan yang berhubungan dengan masalah yang akan di bahas.


(20)

4 .Pengumpulan Data

Yaitu Kegiatan studi yang dilakukan untuk mencari a) Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung. Contoh data primer yang diperoleh dari responden melalui kuesioner, kelompok focus, dan panel, atau juga data hasil wawancara peneliti dengan narasumber.

b) Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang diperoleh peniliti dari sumber yang sudah ada. Contoh data sekunder misalnya catatan atau dokumentasi perusahaan berupa absensi, gaji, laporan keuangan publikasi perusahaan, laporan pemerintah, data yang diperoleh dari majalah, dan lain sebagainya.

5 .Analisis dan Evaluasi

Yaitu Kegiatan studi yang dilakukan dengan cara menganalisa permasalahan dan kendala yang dihadapi dan mencari tahu atau menanyakan solusi atau jalan keluar yang terbaik untuk memecahkan permasalahan yang timbul di Kantor Pelayanan Pajak.


(21)

F. Metode Interview (wawancara)

1. Metode Interview (wawancara)

Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan melakukan wawancara dan mengajukan pertanyaan kepada pegawai instansi yang berkompeten dan menambah objektif yang berkaitan dengan kebutuhan untuk melengkapi laporan PKLM

2. Metode Observasi (pengamatan)

Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan cara langsung mau pun tidak langsung terjun kelapangan untuk melakukan peninjauan dengan mengamati mendengar, dan bila perlu ikut serta dalam mengerjakan tugas yang diberikan pihak instansi dengan memberikan petunjuk atau arahan terlebih dahulu dengan berpedoman pada ketentuan yang berlaku pada instansi dan tidak boleh melakukan pekerjaan yang menjadi rahasia dan memiliki resiko tinggi.

3. Metode Dokumentasi

Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan membuat daftar dokumentasi yang telah diperoleh dari instansi.


(22)

G. SistematikaPenulisan

Untuk mempermudah pemahaman dalam pembahasan laporan PKLM ini, maka penulis membaginya dalam lima bab pembahasan yang terdiri dari:

BAB I : Pendahuluan

Pada bab ini diberikan gambaran mengenai keseluruhan isi laporan ini. Bab ini terdiri dari latar belakang PKLM, tujuan dan manfaat PKLM, Uraian Teoritis, ruang lingkup PKLM, metode PKLM, metode pengumpulan data dan sistematika penulisan laporan PKLM.

BAB II: GambaranUmum Kantor PelayananPajakPratama Medan Timur

Pada bab ini penulis akan menjelaskan sejarah singkat lokasi dimana Praktik Kerja Lapangan Mandiri dilakukan. Dalam hal ini sejarah singkat lokasi yang akan diuraikan penulis adalah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur, Struktur Organisasi, tugas dan fungsi pegawai di instansi tersebut serta gambaran lain jika dibutuhkan.

BAB III : Pembahasan Proses Pelaksanaan Penyitaan Yang Dilakukan Oleh Juru Sita Pajak Pada Kantor Pelayanaan Pajak Pratama Medan Timur

Pada bab ini penulis akan membahas tentang bagaimana prosedur dan tata cara pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.


(23)

BAB IV : Analisis Dan Evaluasi

Dalam bab ini Penulis akan menganalisa data yang diperoleh, kemudian mengadakan evaluasi serta memberikan interpretasi untuk menjawab perumusan masalah yang diajukan.

BAB V :Kesimpulan Dan Saran

Bab ini merupakan kesimpulan dari uraian-uraian dalam bab-bab sebelumnya serta saran-saran dari penulis yang merupakan sumbangan pemikiran yang diharapkan dapat memberikan manfaat pada pihak-pihak yang memerlukan.


(24)

BAB II

GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA MEDAN TIMUR

A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak( KPP) Pratama Medan Timur

Kantor Pelayanan Pajak dimulai pada masa penjajahan Belanda, Kantor Pelayanan Pajak pada masa itu bernama Belasting, yang kemudian setelah kemerdekaan Republik Indonesia berubah nama menjadi Kantor Inspeksi Keuangan. Kemudian berubah lagi menjadi Kantor Inspeksi Pajak (KIP) dengan induk organisasinya adalah Direktorat Jenderal Pajak Keuangan Republik Indonesia.

Di Sumatera Utara pada tahun 1976 berdiri tiga kantor inspeksi pajak, yaitu : 1. Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan

2. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara 3. Kantor Inspeksi Pajak Pematang Siantar

Pada tahun 1978 Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dipecah menjadi dua, yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Kisaran.

Untuk memudahkan dan meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat, dan dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin cepat, maka didirikanlah Kantor Inspeksi Pajak Medan Timur (sekarang Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur). Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik


(25)

Indonesia No.94/KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994, didirikanlah Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur.

Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur merupakan bagian dari Direktorat Jenderal Pajak mempunyai tugas pokok di bidang penerimaan negara yang berasal dari pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Nomenklatur KPP Medan Timur diganti menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur pada tanggal 6 Mei 2008, sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 67/PMK.02/2008 tentang Perubahan Kedua atas PMK No.132/PMK.01/2006 Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur beralamat di Jalan Sukamulia No. 17-A Medan.

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Modern diseluruh jajaran Direktorat Jenderal Pajak terdiri dari 3 (tiga) jenis, yaitu :

1. Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar 2. Kantor Pelayanan Pajak Madya

3. Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Dengan di bentuknya KPP Madya dan KPP Pratama di bawah Kantor Wilayah DJP Sumatera Utara I, yaitu :

1. Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan, dengan ruang lingkup menjadi wilayah sebagian Provinsi Sumatera Utara.

2. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur, dengan ruang lingkup meliputi wilayah :


(26)

b. Kecamatan Medan Tembung c. Kecamatan Medan Perjuangan

3. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat, dengan ruang lingkup meliputi wilayah Kecamatan Medan Barat.

4. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah, dengan ruang lingkup meliputi wilayah :

a. Kecamatan Medan Sunggal b. Kecamatan Medan Petisah c. Kecamatan Medan Helvetia

5. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota, dengan ruang lingkup meliputi wilayah :

a. Kecamatan Medan Kota b. Kecamatan Medan Denai c. Kecamatan Medan Area d. Kecamatan Medan Amplas

6. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia, dengan ruang lingkup meliputi wilayah :

a. Kecamatan Medan Polonia b. Kecamatan Medan Maimun c. Kecamatan Medan Baru d. Kecamatan Medan Tuntungan e. Kecamatan Medan Selayang f. Kecamatan Medan Johor


(27)

7. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan, dengan ruang lingkup meliputi wilayah :

a. Kecamatan Medan Belawan b. Kecamatan Medan Marelan c. Kecamatan Medan Labuhan d. Kecamatan Medan Deli

8. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Binjai, dengan ruang liungkup meliputi wilayah :

a. Kota Binjai

b. Kabupaten Langkat

9. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam, dengan ruang lingkup meliputi wilayah Kabupaten Deli Serdang.

B.Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur Serta Nilai-Nilai Kementerian Keuangan

1. Visi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

Menjadi Kantor Pelayanan Pajak Terbaik Tingkat Nasional Dalam Menunjang Penerimaan Negara Melalui Pelayanan Prima.

2. Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan TimurMencapai Kinerja Yang Optimal Melalui Pelayanan, Penyuluhan Dan Pengawasan Berdasarkan Ketentuan Perpajakan.


(28)

3. Nilai Kementerian Keuangan a. Intergritas

Menjalankan tugas dan pekerjaan dengan selalu memegang teguh kode etik dan prinsip-prinsip moral, yang diterjemahkan dengan bertindak jujur, konsisten dan menepati janji.

b. Profesionalisme

Memiliki kompetensi dibidang profesi dan menjalankan tugas atau pekerjaan sesuai dengan kompetensi, kewenangan, serta norma-norma profesi, etika dan sesuai dengan kompetensi, kewenangan, serta norma-norma profesi, etika dan sosial.

c. Sinergi

Membangun dan memastikan hubungan kerja sama internal yang produktif serta kemitraan yang harmonis dengan para pemangku kepentingan untuk menghasilkan karya yang bermanfaat dan berkualitas. Dari pengertian ini terlihat dua dimensi sinergi yang selayaknya terjalin, yaitu dimensi internal dan dimensi eksternal.

d. Pelayanan

Memberikan pelayanan yang memenuhi kepuasan pemangku kepentingan yang dilakukan dengan sepenuh hati, transparan, cepat, akurat dan aman.

e. Kesempurnaan

Senantiasa melakukan upaya perbaikan di segala bidang untuk menjadi dan memberikan yang terbaik.


(29)

C.Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

Struktur organisasi adalah bagan yang menggambarkan sistematis mengenai penetapan tugas-tugas, fungsi dan wewenang serta tanggung jawab masing-masing dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Tujuan struktur tersebut juga untuk membina keharmonisan kerja agar dapat dilaksanakan dengan teratur dan baik untuk mencapai tujuan secara maksimal.

Adapun struktur organisasi yang digunakan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur adalah struktur organisasi linier dan staf yang berada di bawah seseorang koordinasi Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak Sumatera Utara I, dimana seluruh pegawainya adalah Pegawai Negri Sipil di bawah naungan Kementeri Keungan Republik Indonesia. KPP Pratama Medan Timur dapat digolongkan sebagai KPP tipe A karena wilayahnya berkedudukan diwilayah di Ibukota Provinsi Sumatera Utara.


(30)

Gambar 2.1

STRUKTUR ORGANISASI

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR

Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur Tahun 2015 Seksi Ekstensifikasi Sub Bagian Umum Seksi

Pelayanan Waskon 4

Waskon 2 Seksi Pemeriksaan & Kepatuhan Internal Seksi Pengolaha n Data

Waskon 1 Waskon3 Seksi Penagihan KPDJP

Kanwil DJP Sumut 1

Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

Kelompok Fungsional Pemeriksaan Pajak


(31)

Tabel 2.1

Jumlah Pegawai KPP Pratama Medan Timur

No. Unit

Jumlah Pegawai (orang)

1 Kepala Kantor 1

2 Sub Bagian Umum dan Kepatuhan Internal 9 3 Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) 10

4 Seksi Pelayanan 14

5 Seksi Pemeriksaan 13

6 Seksi Penagihan 4

7 Seksi Ekstensifikasi 6

8 Seksi Pengawasan dan Konsultasi I 7

9 Seksi Pengawasasn dan Konsultasi II 7 10 Seksi Pengawasan dan Konsultasi III 8 11 Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV 8

Jumlah 87

Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur Tahun 2015

D. Tugas dan Fungsi Masing-Masing Seksi

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur dipimpin oleh seorang Kepala Kantor yang bertugas melaksanakan kegiatan operasional pelayanan perpajakan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.


(32)

Adapun pembagian tugas dan wewenang masing-masing seksi dalam struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur adalah :

1. Sub Bagian Tata Usaha / Umum, mempunyai tugas : 1.1. Penatausahaan surat masuk dan surat keluar.

1.2. Menyusun tanggapan/tindak lanjut terhadap Surat Hasil Pemeriksaan /Laporan Hasil Pemeriksaan dari Ditjen Kemenkeu/BPK/BPKP/Unit Fungsional Pemeriksaan lainnya.

1.3. Menyusun tanggapan terhadap surat pengaduan anggota masyarakat melalui pos maupun secara langsung.

1.4. Menyusun laporan berkala KPP, meliputi Laporan Ketertiban Pegawai, Laporan Penggunaan Anggaran, Laporan Pemakaian Barang-Barang Milik Negara dan lain sebagainya.

1.5. Meneliti pelanggaran disiplin pegawai yang terjadi sesuai dengan peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010.

1.6. Pengadministrasian hak-hak pegawai antara lain hak cuti, asuransi kesehatan, pengangkatan pegawai, pengajuan pensiun dan sebagainya.

1.7. Pengadministrasian gaji pegawai. Pemeliharaan aset-aset negara serta pengadaan barang-barang kebutuhan kantor.

1.8. Pengelolaan dan penggunaan anggaran, serta mengelola Sistem Akuntansi Instansi.

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi, mempunyai tugas :

2.1. Menyusun rencana penerimaan pajak berdasarkan ekonomi dan keuangan. 2.2. Menatausahaan penerimaan pajak.


(33)

2.3. Membuat Laporan monotoring Penerimaan Pajak dan Extra Effort. 2.4. Perbaikan komputer dan aplikasi komputer.

2.5. Penatausahaan Alat Keterangan.

2.6. Penatausahaan surat-surat masuk pada Seksi pengolahan Data dan Informasi. 2.7. Pengaturan jaringan komputer ke seluruh pegawai serta pengawasan

terhadap penggunaan jaringan komputer. 3. Seksi Pelayanan, mempunyai tugas :

3.1. Menatausahakan surat-surat permohonan dari wajib pajak dan surat-surat lainnya pada Tempat Pelayanan Terpadu (TPT).

3.2. Menatausahakan surat-surat masuk untuk seksi pelayanan. 3.3. Penatausahaan arsip/berkas perpajakan.

3.4. Menyelesaikan registrasiwajib pajak dan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP) serta permohonan NPWP.

3.5. Menyelesaikanpermohonan penghapusan NPWP dan pengukuhan PKP. 3.6. Menerbitkan surat keputusan pembetulan produk hukum.

3.7. Pemberitahuan wajib pajak keluar/pindah masuk.

3.8. Menatausahakan SPT Tahunan PPh atau SPT Masa PN atau SPT Masa PPh pemotong dan pemungut yang telah diterima kembali dalam rangka pengawasan kepatuhan wajib pajak.

3.9. Menyelesaikan permohonan perpanjangan jangka waktu penyampaian SPT Tahunan PPh.

3.10. Melayani peminjaman/pengiriman berkas dari/ke KPP lain. 3.11. Melaksanakan pemenuhan permintaan konfirmasi dan klarifikasi.


(34)

3.12. Mencetak surat teguran sehubungan dengan SPT Tahunan PPh, SPT Masa PPh, SPT Masa PPN, yang tidak disampaikan atau disampaikantidak sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan.

3.13. Menerbitkan Surat Ketetapan Pajak (SKP) dan Surat Tagihan Pajak (SPT). 3.14. Melaksanakan penyuluhan perpajakan.

3.15. Melaksanakan pelayanan kebutuhan informasi perpajakan yang dibutuhkan oleh wajib pajak.

4. Seksi Penagihan, mempunyai tugas :

4.1. Menatausahakan surat masuk ke Seksi Penagihan.

4.2. Melakukan pengawasan terhadap tunggakan dan angsuran/pelunasan pajak. 4.3. Menerbitkan dan menyampaikan surat teguran kepada wajib pajak.

4.4. Menerbitkan dan melaksanakan surat paksa.

4.5. Menerbitkan SPMP (Surat Perintah Melakukan Penyitaan) dan melaksanakan penyitaan.

4.6. Menerbitkan surat permintaan pemblokiran rekening wajib pajak kepada pimpinan Bank.

4.7. Melakukan proses lelang atas harta kekayaan penunggakan pajak yang telah disita.

4.8. Melakukan penelitian administrasi dan penelitian setempat terhadap piutang pajak yang diperkirakan tidak dapat ditagih/tidak mungkin ditagih lagi. 4.9. Melakukan penelitian atas asuhan penghapusan piutang pajak.


(35)

5. Seksi Ekstensifikasi, mempunyai tugas :

5.1. Menatausahakan surat yang masuk ke Seksi Ekstensifikasi Perpajakan. 5.2. Menerbitkan surat himbauan ber-NPWP.

5.3. Mencari data dari pihak ketiga dalam rangka pembentukan data perpajakan. 5.4. Mencari data potensi perpajakan dalam pembuatan motografi fiskal.

5.5. Pembuatan Daftar Biaya Komponen Bangunan (DBKB).

6. Seksi Pemeriksaan dan kepatuhan internal, mempunyai tugas :

6.1. Menatausahakan surat masuk ke Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal. 6.2. Mengusulkan wajib pajak yang akan dilakukan pemeriksaan.

6.3. Menerbitkan Surat Perintah Periksaan (SP2), Surat Pemberitahuan (SPT) pemeriksaan pajak dan surat pemanggilan pemeriksaan pajak.

6.4. Menatausahakan Laporan Hasil Pemeriksaan (LPH) dan Nota Perhitungan (Nothit).

6.5. Mengusulkan dilakukannya penyidikan pajak. 6.6. Membuat laporan tentang Wajib Pajak Patuh. 6.7. Pengawasan/Kepatuhan Internal.

7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi

KPP Pratama Medan Timur memiliki 4 Seksi Pengawasan dan Konsultasi (WASKON) yang dibedakan atas wilayah kerja. Untuk pembagian sektor usaha disesuaikan oleh masing-masing Seksi Waskon, yang mempunyai tugas :

7.1. Melakukan pengawasan penerbitan surat teguran kepada wajib pajak yang belum menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT).


(36)

7.3. Melakukan penghapusan atau pembatalan ketetapan pajak yang tidak benar. 7.4. Pengusulan wajib pajak patuh.

7.5. Pengusulan wajib pajak/PKP fiktif.

7.6. Melakukan penelitian untuk mengusulkan penerbitan Surat Keterangan Fiskal (SKF).

7.7. Pemberian izin penggunaan mesin teraan materai.

7.8. Melakukan bimbingan dan memberikan konsultasi teknis kepada wajib pajak.

7.9. Mengirimkan himbauan perbaikan Surat Pemberitahuan (SPT).

7.10. Melakukan kunjungan kerja ke lokasi wajib pajak dalam rangka pengawasan data wajib pajak..

7.11. Melaksanakan rekonsiliasi data wajib pajak (data maching). 7.12. Membuat Surat Keterangan Bebas (SKB).

8. Kelompok Pejabat Fungsional Pemeriksa Pajak, mempunyai tugas : 8.1.Melakukan pemeriksaan sederhana lapangan atau pemeriksaan lengkap. 8.2.Melakukan pemeriksaan sederhana kantor.

8.3.Membuat Nota Perhitungan (Nothit) pajak, Daftar kesimpulan hasil pemeriksaan (DKHP) dan Alat Keterangan (Alket).


(37)

E. Target dan Realisasi Penerimaan

Berikut ini adalah Table Target Dan Realisasi Penerimaan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur untuk tahun 2013 dan 2014 :

Tabel II. 1

Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur

Tahun Realisasi Penerimaan Target Penerimaan

2013 765.024.173.339 867.910.999.999 2014 834.661.964.772 908.663.480.000 Sumber : KPP Pratama Medan Timur Tahun 2013-2014


(38)

BAB III

RUANG LINGKUP GAMBARAN DATA PRAKTEK

A. Pengertian Penyitaan ( Menurut Undang-Undang No.19/2000)

Undang-Undang penagihan pajak pada Undang-Undang Nomor 19 Tahun2000, menyebutkan “Penyitaan adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh jurusita pajak untuk menguasai barang penanggung pajak guna dijadikan jaminanuntuk melunasi utang pajak menurut ketentuan peraturan perundang-undangan”.Terkadang ada yang mengaitkan penyitaan dengan pemblokiran, dimanapenyitaan adalah rangkaian dari pemblokiran,padahal pemblokiran adalahtindakan pengamanan harta kekayaan milik penanggung pajak yang tersimpanoleh bank dengan tujuan terhadap penambahan jumlah atau nilai.

Tujuan penyitaan adalah memperoleh jaminan pelunasan utang pajak danpenanggung pajak.Olehkarena itu penyitaan dapat dilaksanakan terhadap semuabarang penanggung pajak. Penyitaanmerupakan tindakan penagihan lebih lanjutsetelah surat paksa yang hanya dapat dilakukan setelah batas waktu 2x24 jamsebagaimana dimaksud dalam surat paksa. Artinya apabila penanggungpajak/wajib pajak tidak melunasi utang pajak sebagaimana tercantum dalam suratpaksa, barulahpenyitaan dapat dilaksanakan. Dalam hal penyitaan


(39)

wajibpajak/penanggung pajak tidak mengakibatkan penundaan kewajibannyamembayar/melunaskan pajak terutangnya atau kurang bayar.

Penyitaan adalah salah satu sengketa yang diperbuat oleh wajib pajak ataupenanggung pajak yangtidak melaksanakan kepatuhannya sebagai warga negaraIndonesia, dimana menganut perpajakan sebagai penerimaanpendapatan kasnegara, oleh karena itu negara mempunyai hak, mempunyai kewajiban kepadawarga untuk menjamin keselamatan jiwa dan harta warganya.Walaupun wajib pajak/penanggung pajak dikenakan penyitaan terhadapbarang-barang sitaan, wajib pajak dapat melakukan pembayaran yang masih adapajak terutangnya atau upaya hokum.Karena dalam melaksanakan kewajibanperpajakan, wajib pajak sering kali merasa tidak puas atas pelaksanaan undangundangyang dilaksanakan oleh fiskus baik karena dikeluarkannya ketetapanpajak maupun karena pelaksanaan penagihan pajak berdasarkan ketentuanundang yang berlaku.Terhadap hal demikian, Undang-Undangperpajakan itu sendiri menegaskan upaya hokum yang dapat dilakukan oleh wajibpajak untuk menyelesaikan sengketa pajak yang timbul.Dalam hal ini dapatdiajukan penyelesaiannya.

Melalui Direktorat Jenderal Pajak atau BPSP ( Badan PenyelesaianSengketa Pajak). Pada prinsipnya penyitaan dalam hukum pajak tidak mengubahstatus kepemilikan atas suatu barang, bahkan barang yang telah disita ataudititipkan pada penangung pajak atau dapat disimpan ditempat lain. Pemilikbarang, pada dasarnya masih tetap dapat mempergunakan barang yang telah disitaatas barang yang telah disita tersebut, tidak dialihkan. Hukumnya kepada pihaklain yang merusak barang,


(40)

ataumenghilangkan barang adalah merupakan tindakpidana sesuai pasal 231 KUHP pidana.

Pelaksanaan penyitaan atau penyanderaan barang penanggung pajakdapat dilakukan, apabila penanggung pajak tidak melunasi utang pajaknya dalamjangka waktu yang telah ditetapkan, maka pejabat dapat menerbitkan suratperintah melaksanakan penyitaan. Penyitaan dilakukan berdasarkan surat perintahmelaksanakan penyitaan, jika penanggung pajak tidak melunasi utang pajaknyalewat dari 2x24 jam setelah surat pajak diberitahukan. Adapun tahapanpelaksanaan penyitaan atas barang-barang penanggung pajak sebagai berikut (PP No. 135/2000):

Pasal 4:

a. Penyitaan dilaksanakan oleh jurusita pajak dengan disaksikan oleh sekurangkurangnya 2 (dua) orang yang telah dewasa. Penduduk Indonesia, dikenaloleh jurusita pajak dan dapat dipercaya.

b. Setiap melaksanakan penyitaan, jurusita pajak membuat berita acarapelaksanaan sita,ditandatangani oleh jurusita pajak, penanggung pajak dansaksi-saksi.

c. Dalam hal ini penanggung pajak adalah badan, maka berita acara pelaksanaansita ditandatangani oleh pengurus, kepala perwakilan, kepala cabang,penanggung jawab, pemilik modal, atau pegawai tetap perusahaan. d. Walaupun penanggung pajak tidak hadir, pelaksanaan penyitaan tetap dapatdilakukan dengansarat salah satu seorang saksi berasal dari


(41)

pemerintahandaerah setempat. Berita acara pelaksanaan sitanya dapat ditandatangani oleh jurusita pajak dan saksi-saksi.

e. Berita acara pelaksanaan sita tetap mempunyai kekuatan hukum mengikat,meskipun penanggung pajak menolak untuk menandatangani berita acarapelaksanaan sita tersebut.

f. Salinan berita acara sita dapat ditempelkan pada barang bergerak atau barangyang tidak bergerak yang disita berada dan atau berada ditempat-tempatumum.

g. Atas barang yang disita dapat ditempelkan atau diberi segel sita. Pengajuankeberatan tidak menunda pelaksanaan sita.

h. Pencabutan sita dilaksanakan apabila penanggung pajak telah melunasipenagihan pajak dan hutang pajak berdasarkan putusan pengadilan atauputusan badan peradilan pajak atau ditetapkan lain dengan Keputusan Menteriatau Keputusan kepala daerah.

Sedangkan yang menjadi dasar hukum pelaksanaanpenyitaan/penyanderaan terhadap barang-barang wajib pajak sebagai berikut :

Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang Perubahan ke 3 atas UndangUndang No. 6 Tahun 1983.Tentang Ketentuan Umum dan T ata Cara Perpajakan.

Undang-Undang No. 19 Tahun 2000 tentang Perubahan Undang-UndangNo.19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.

1. Peraturan pemerintah Nomor 135 Tahun 2000 Tentang Tata Cara Penyitaan Dalam Rangka Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.


(42)

2. Peraturan Pemerintah Nomor 137 Tahun 2000 tentang Tempat Dan Tata Cara Penyanderaan, Rehabilitasi Nama Baik Penanggung Pajak Dan Pemberian Ganti Rugi Dalam Rangka Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa.

3. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 562/KMK.04/2000 Tentang Syarat-Syarat, Tata Cara Pengangkatan Dan Pemberhentian Juru Sita Pajak

4. Keputusan Menteri Keuangan Republi Indonesia Nomor 561/KMK.04/2000 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Penagihan Seketika Sekaligus Dan Pelaksanaan Surat Paksa sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 24/PMK.03/2008.

B. Jenis Barang Yang Dapat Disita Atau Tidak Dapat Disita 1. Barang-barang penanggung pajak yang dapat disita

Penyitaan ini diatur dalam Undang-Undang Nomor.19 Tahun 1997 pasal 14ayat 1,2 dan 3, sebagai berikut: Penyitaan dapat dilakukan terhadap milik penanggungpajak yang berada ditempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan atau ditempatlain, termasuk yang penguasaannya berada ditangan pihak lain atau yang dibebanidengan hak penanggung pajak jaminan pelunasan utang tertentu berupa :

1. Barang bergerak termasuk mobil, perhiasan, uang tunai dan deposito berjangka, tabungan, saldo, rekening Koran, giro atau bentuk lainnyayang dipersamakan dengan itu, obligasi, saham atau surat berhargalainnya, piutang dan penyertaan modal pada perusahaan lainnya.


(43)

2. Barang tidak bergerak termasuk tanah, bangunan dan kapal, penyitaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sampai dengan nilaibarang yang disita diperkirakan cukup melunasi utang pajak dan biayapenagihan.

2. Barang bergerak yang dapat disita

Perincian mengenai barang bergerak yang dapat disita adalah sebagai berikut : 1. Semua barang bergerak yang ada dirumah penanggung pajak seperti:

1.1 Perkakas rumah tangga (lemari, meja, kursi dan sebagainya)

1.2 Barang-barang mewah(televisi, lemari es,tape recorder, kompor gas dan sebagainya)

1.3 Barang-barang perhiasan(kalung, cincin, gelang dari emas, berlian dan batu permata lainnya)

1.4 Uang tunai(surat-surat berharga)

1.5 Kendaraan(mobil, sepeda motor, sepeda dan sebagainya) 1.6 Lain-lainnya(jam dinding, lukisan, radio dan sebagainya) 2. Barang-barang yang dikecualikan dari penyitaan:

 Barang-barang yang dikecualikan menurut ketentuan pasal 15 ayat (1) Undang-undang Nomor.19 tahun 2000, adalah sebagai berikut :

a. Pakaian dan tempat tidur beserta perlengkapannya yang dilakukan oleh penanggung pajak dan keluarga yang menjadi tanggungan.

b. Persediaan makanan dan minuman untuk keperluan satu bulan beserta peralatan memasak yang berada dirumah.


(44)

d. Buku-buku yang berhubungan dengan jabatan atau pekerjaan penanggung pajak dan alat-alat yang digunakan untuk pendidikan,kebudayaan dan keilmuan.

e. Peralatan dalam keadaan jalan yang memiliki kegunaan untuk melaksanakan pekerjaan atau usaha sehari-hari dengan jumlah seluruhnya tidak melebihi Rp 20.000.000(Sepuluh juta rupiah).

f. Peralatan penyandang cacat yang digunakan oleh penanggung pajak dan keluarga.

C. Tugas Dan Fungsi Juru Sita Pajak

Pelaksanaan penyitaan dan penyandera terhadap barang-barang wajibpajak/penanggung pajak untuk melunasi utang pajak hanya dapat dilakukan olehjurusita pajak. Pejabat yang ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Pajak RepublikIndonesia Dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000, menyebutkan bahwaJurusita Pajak adalah Pelaksana tindakan penagihan pajak yang meliputi penagihanpajak seketika dan sekaligus, pemberitahuan surat paksa, penyitaan dan penyanderaan.

Adapun tugas Jurusita Pajak sebagaimana tercantum dalam Undang-UndangNomor 19 Tahun 2000, adalah :

“Pasal 5, Jurusita bertugas :

1. Melaksanakan surat perintah penagihan seketika dan sekaligus 2. Memberitahukan surat paksa


(45)

3. Melaksanakan penyitaan atas barang-barang penanggung pajak berdasarkansurat perintahmelaksanakan penyitaan, dan

4. Melaksanakan penyanderaa berdasarkan surat perintah penyanderaan”.

Petugas pajak dalam melaksanakan tugasnya harus dilengkapi dengan kartutanda pengenalJurusitaPajak dan Salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita dan harusdiperlihatkan kepada Penanggung Pajak, Jurusita Pajak dapat meminta bantuankepada kepolisian untuk barang bergerak yangkepemilikannya terdaftar. BadanPertahanan Nasional, untuk tanah yang kepemilikannya sudah terdaftar. PemerintahDaerah dan Pengadilan setempat, untuk tanah yang kepemilikannya belum tardaftar,Direktorat Jenderal Pajak Perhubungan Laut ntuk Kapal, Bank atau pihak lain.

Dalam melaksanakan penyitaan, jurusita pajak berwenang memasuki danmemeriksa semua ruangan termasuk membuka lemari, laci dan tempat lain untukmenemukan objek sita ditempat usaha, ditempat kedudukan atau ditempat tinggalpenanggung pajak, atau ditempat lain yang diduga sebagai tempat penyimpanan objeksita, Jurusita Pajak dalam melaksanakan tugasnya diwilayah kerja pejabat yangmengangkatnya, kecuali ditetapkan lain dengan Keputusan Menteri dan KeputusanKepala Daerah.

D. Prosedur Penyitaan Oleh Juru Sita Pajak

Sebelum melaksanakan penyitaan, Jurusita Pajak diharuskan telah memenuhikriteri atau syarat-syarat yang dipenuhi untuk menjadi Jurusita (sebagaimana tertuangdalam Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor.562/KMK.04/2000.


(46)

1. Berijazah serendah-rendahnya Sekolah Menengah Umum atau yang setingkat dengan itu ;

2. Berpangkat serendah-rendahnya pengatur muda/Golongan II/a ; 3. Berbadan sehat ;

4. Lulus pendidikan dan latihan Jurusita Pajak ; 5. Jujur, bertanggung jawab dan penuh pengabdian.

Sebelum mendapatkan jabatannya, Jurusita Pajak diambil sumpah atau janjimenurut agama dan kepercayaannya oleh pejabat yang berbunyi sebagai berikut ;“Saya bersumpah/berjanji dengan sungguh-sungguh bahwa saya, untuk memangkujabatan saya ini,langsung atau tidaklangsung,dengan menggunakan nama atau caraapapun juga,tidak memberikan atau menjanjikanbarang sesuatu kepada siapapunjuga”.

“Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, untuk melakukan atau tidak melakukansesuatu dalam jabatan saya ini, tidak sekali-kali akan menerima langsung atau tidaklangsung dari siapapun juga sesuatu janji atau pemberian”

“Saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan setia dan akan mempertahankan sertamengamalkan Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara, Undang-undang Dasar1945, dan segala undang-undang serta peraturan lain yang berlaku bagi negaraRepublik Indonesia”

“Saya bersumpah/berjanji bahwa saya senantiasa akan menjalankan jabatan sayaini dengan jujur, seksama dan dengan tidak membeda-bedakan orang dalammelaksanakan kewajiban saya dan akan berlaku sebaik-baiknya dan


(47)

seadil-adilnyaseperti layaknya bagi seorang Jurusita Pajak yang berbudi baik dan jujur,menegakkan hukum dan keadilan.”

Jurusita Pajak dalam melaksanakan tugasnya harus dilengkapi dengan kartutanda pengenal jurusita pajak dan memperlihatkan kepada penanggung pajak. JurusitaPajak dapat meminta bantuan kepada polisi, kejaksaan, departemen yang membidangihukum danperundang-undangan, pemerintah daerah setempat, badan pertahanannasional, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Pengadilan Negeri, Bank atau pihaklain.

Dalam melakukan penyitaan jurusita pajak berwenang memasuki danmemeriksa semua ruangan termasuk membuka lemari,laci dan tempat lain untukmenemukan objek sita ditempat usaha, ditempat kedudukan atau tempat tinggalpenanggung pajak atau ditempat lain yang diduga sebagai tempat penyimpanan objeksita pajak. Jurusita pajak dalam menjalankan tugasnya diwilayah kerja pejabat yangmengangkatnya kecuali ditetapkan lain dengan keputusan Menteri atau keputusaKepala Daerah.

Sewaktu-waktu jurusita pajak dapat diberhentikan sesuai dengan kapasitasdirinya apabila:

a. Meninggal dunia b. Pensiun

c. Karena alih tugas atau keperluan dinas lainnya d. Lalai atau tidak cakap dalam menjalankan tugasnya e. Melakukan perbuatan tercela


(48)

g. Sakit jasmani atau rohani terus menerus

Dalam pelaksanaan penyitan terhadap barang-barang yang akan disita, adabeberapa hal yang harus diperhatikan oleh jurusita pajak seperti halnya penyitaanterhadap perhiasan emas permata dan sejenisnya yang dilakukan sebagai berikut:membuat rincian tentang jenis, jumlah dan harga perhiasan yang disita dalam suratdan daftar yang merupakan acara pelaksanaan sita yang sebelumnya telah membuatberita acara pelaksanaan sita.

E. Pelaksanaan Penyitaan Terhadap Barang-Barang Sitaan

Penyitaan terhadap uang tunai termasuk mata uang asing dapat dilaksanakandengan menghitung terlebih dahulu uang tunai yang disita dan membuat rinciannyadalam suatu daftar yang merupakan laporan berita acara pelaksanaan sita danmenyimpan uang tunai yang disita dalam tempat penyimpan yang selanjutnyaditempati dengan segel sita dan kemudian kepada penanggung pajak ataumenitipkannya kepada bank.

Lain halnya penyitaan terhadap kekayaan penanggung pajak yang disimpandi bank berupa deposito jangka panjang, tabungan saldo rekening koran, giro, ataubentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu dilaksanakan, dengan cara pejabatmenunjukan permintaan pemblokiran kepada bank disertai dengan penyimpanansalinan surat paksa dan surat penyitaan.

Perintah melaksanakan penyitaan, bank wajib memblokir seketika, setelahmenerimapemblokiran dari pejabat dan membuat berita acara pemblokiran sertamenyampaikan salinan kepada pejabat dan menanggung pajak juru sita pajak


(49)

setelahmenerima berita acara pemblokiran dari bank, memerintah penanggung pajak untukmemerintahkan bank agar memberitahukan saldo kekayaan yang tersimpan pada banktersebut kepada juru sita pajak. Dalam hal penanggung pajak tidak memberikan kuasakepada bank. Pejabat meminta kepada gubernur bank Indonesia melalui menterikeuangan untuk memerintahkan bank, memberitahukan saldo kekayaan penanggungpajak yang tersimpan pada bank dimaksud kepada pejabat. Setelah saldo kekayaanyang tersimpan pada bank diketahui, juru sita pajak melaksanakan penyitaan danmembuat berita acara pelaksanaan sita kepada penanggung pajak dari bank yangbersangkutan.

Pejabat dapat mengajukan pencabutan pemblokiran kepada bank setelahpenanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak terhadapkekayaan penanggung pajak setelah dikurangi dengan jumlah yang disita apabilautang pajak dan biaya penagihan pajak tidak dilunasi oleh penanggung pajaksekalipun telah dilakukan pemblokiran dalam hal jumlah yang memblokir lebih besardari jumlah yang disita maka atas sisa lebih besar tersebut diajukan permintaanpencabutan pemblokiran oleh pejabat kepada bank.

Apabila dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari sejak penyitaanpenanggung pajak tidak melunasi utang pajak dan biaya penagihan, pejabat segerameminta kepada pemimpin bank untuk memindahkan bukuan harta kekayaanpenanggung pajak yang tersimpan pada bank ke kas Negara atas kas daerah sejumlahyang tercantum dalam berita acara pelaksanaan sita.Sebelum jangka waktu 14 harisebagaimana dimaksud dalam uraian diatas, penanggung pajak dapat mengajukanpermohonan kepada pejabat untuk menggunakan barang sitaan yang


(50)

dimaksud untukmelunasi biaya penagihan pajak dan utang pajak. Pencabutan sita dilaksanakan olehjuru sita pajak berdasarkan surat pencabutan sita yang diterbitkan oleh pejabat dantembusannya disampaikan kepada pimpinan bank yang bersangkutan. Sedangkan penyitaan terhadap surat berharga berupa obligasi saham, dansejenisnya yang diperdagangkan dibursa efek dapat dilaksanakan dalam memblokirrekening efek dilakukan berdasarkan permintaan tertulis dari Direktorat Jendral Pajakatas pejabat yang ditunjukan oleh ketua Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM)dengan menyebutkan nama pemegang rekening atau nomor pemegang rekeningsebagai penaggung pajak, sebab dan alas an perlunya pemblokiran tersebut dilakukan.

Berdasarkan permintaan Direktorat Jendral Pajak atau pejabat yangditunjuknya sebagaimana dimaksud, ketua badan pengawas pasar modal (ka.BAPEPAM) dapat menyampaikan perintah tertulis kepada custodian untukmelakukan pemblokiran terhadap rekening efek penanggung pajak.Dalam halpermintaan pemblokiran rekening tersebut disertai dengan permintaan keterangantentang rekening efek pada custodian, maka permintaan tertulis dari direktorat jendralpajak dan salinannya disampaikan kepada ketua badan pengawas pasar modal danpemegang rekening sebagai penanggung pajak, selambat-lambatnya 2 (dua) hari kerjasetelah pemblokiran dan keterangan tersebut dilakukan. Juru sita pajak dapatmelaksanakan penyitaan atas efek dan atau dana dalam rekening efek pada custodiansegera setelah menerima berita acara pemblokiran dan berita acara pemberianketerangan. Juru sita pajak dalam melakukan penyitaan harus membuat berita acarapelaksanaan sita yang ditanda tangani oleh juru sita penanggung pajak dan saksi-saksi.


(51)

Apabila penanggung pajak tidak hadir, berita acara pelaksanaan sita bisaditanda tangani oleh saksi-saksi kemudian berita acara pelaksanaan sita disampaikankepada penanggung pajak dan salinannya disampaikan ketua badan pengawas pasarmodal dan custodian. Pejabat dapat mengajukan permintaan pencabutan pemblokiranterhadap rekening efek penanggung pajak kepada custodian, setelah penanggungpajak melunasi utang pajak, dan biaya penagihan pajak setelah dikurangi denganjumlah yang disita, apabila utang pajak dan biaya penagihan pajak tidak dilunasi olehpenanggung pajak sekalipun telah dilakukan pemblokiran efek dapat yangdiperdagangkan dibursa yang telah disita, dijual di bursa melalui perantara pedangangefek anggota bursa atas permintaan pejabat.

Penyitaan terhadap surat berharga obligasi, saham, dan sejenisnya yangtidak diperdagangkan di bursa efek dilaksanakan dengan cara melakukan infentarisasidan membuat rincian tentang jenis, jumlah dan nilai minimal atau perkiraan nilailainya dari surat berharga yang disita dalam suatu daftar yang merupakan lampiranpelaksanaan sita yang sebelumnya telah membuat berita acara pelaksanaan sita yangkemudian membuat berita acara pengalihan hak surat berharga atas nama penanggungpajak pada pejabat.

Penyitaan terhadap barang yang telah disita oleh kejaksaan atau kepolisiansebagai barang bukti dalam kasus pidana, baru dapat dilaksanakan setelah barangbukti tersebut dikembalikan penanggung pajak.Penyitaan terhadap barang milikpenanggung pajak dilaksanakan dengan jumlah nilai barang yang diperkirakan cukupuntuk melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak.Penyitaan tambahan dapatdilakukan apabila nilai barang yang dimaksud nilainya tidak cukup untuk


(52)

melunasibiaya penagihan pajak dan utang pajak, hasil lelang barang telah disita tidak cukupuntuk melunasi biaya utang penagihan dan utang pajak sebagai mana yang telahdiuraikan sebelumnya.

a. Pelaksanaan Penyegelan

Atas barang yang disita dapat ditempeli atau diberi segel sita.Penempelansegel sita dilaksanakan dengan memperhatikan jenis, sifat dan bentuk barang sitaan.Segel sita sekurang-kurangnya memuat “disita”.NOMOR dan TANGGAL BERITAACARA PELAKSANAAN SITA.Larangan untuk memindah tangankan,memindahkan hak, meminjamkan, merusak barang yang disita.

Penanggung pajak dapat melunasi utang pajak biaya yang timbul dalamrangka penagihan pajak selama barang yang telah disita belum dijual, digunakan, ataudipindah bukukan.

Apabila utang pajak dan atau biaya penanggung pajak tidak dilunasi setelahpenyitaan pajak.Pejabat berwenang melakukan penjualan secara lelang maupunmenggunakan atau memindah bukukan barang yang telah disita untuk pelunasanutang pajak dan atau biaya penagihan pajak dimaksud. Penjualan secara lelangmelalui kantor lelang dan dilaksanakan paling cepat sesudah jangka waktu 14 hariterhitung sejak penyitaan. Apabila hasil lelang telah mencapai jumlah yang cukupuntuk melunasi biaya penagihan pajak dan utang pajak, maka pelaksanaan lelangdihentikan dan sisa barang dan kelebihan hasil lelang dikembalikan oleh pejabatkepada penanggung pajak paling lambat 3 (tiga) hari setelah dilaksanakannya lelang.Besarnya biaya penagihan pajak adalah Rp.50.000,00 untuk setiap pelaksanaanperintah melaksanakan penyitaan.


(53)

b. Pencabutan Sita

Pencabutan sita dilaksanakan apabila penanggung pajak telah melunasipajak penagihan pajak dan utang pajak atau berdasarkan putusan pengadilan atauberdasarkan badan peradilan pajak atau ditetapkan lain oleh menteri keuangan ataukepala daerah tingkat I dan kepala daerah tingkat II.

Surat pencabutan sita sekaligus berfungsi sebagai pencabutan berita acarapelaksanaan sita disampaikan oleh juru sita pajak kepada penanggung pajak daninstansi yang terkait, diikuti dengan pengembalian penguasaan barang yang disitakepada penanggung pajak.

Pencabutan sita dapat dilakukan terhadap :

a. Deposito berjangka, tabungan, saldo rekening koran, giro, atau yangdisamakan dengan itu dilaksanakan dengan menyampaikan surat pencabutansita kepada penanggung pajak dan tembusannya disampaikan kepada bankyang bersangkutan. b. Surat berharga berupa, obligasi, saham atau sejenisnya baik yangdiperdagangkan maupun yang tidak diperdagangkan dibursa efekdilaksanakan dengan menyampaikan surat pencabutan sita kepadapenanggung pajak dan tembusannya disampaikan kepada pihak terkait yangsekaligus berfungsi sebagai pembatalan berita acara pengalihan hak atas suratberharga tersebut.

c. Piutang dilaksanakan dengan menyampaikan surat pencabutan sita kepadapenanggung pajak dan tembusannya disampaikan kepada pihak yang


(54)

berutangsekaligus berfungsi sebagai pembatalan berita acara persetujuan pengalihanhak atas menagih piutang.

d. Penyertaan modal pada perusahaan lain dilaksanakan dengan menyampaikansurat pencabutan sita kepada penanggung pajak dan tembusannya disampaikankepada pihak terkait serta membuat akte pembatalan penagihan hak.

c. Pelaksanaan Penyanderaan

Dalam hal penyanderaan hanya dapat dilakukan terhadap penanggung pajakselain dari pada barang-barang milik penanggung pajak yang tidak melunasi utangpajak setelah lewat jangka waktu 14 hari terhitung sejak tanggal surat paksadiberitahukan kepada penanggung pajak. Penyanderaan hanya dapat dilakukanterhadap penangung pajak yang :

a. Mempunyai hutang pajak sekurang-kurangnya Rp.100.000.000,00 yangmeliputi seluruh jenis pajak dan tahun pajak. Jumlah tersebut merupakansyarat kuantitatif dan sekaligus menunjukan bahwa penyandraan tidakditujukan kepada penanggung pajak yang berpenghasilan kecil.

b. Diragukan itikad baiknya dalam melunasi utang pajak. Selain syaratkuantitatif seperti yang diatur, juga ditentukan syarat kualitatif yaitupenanggung pajak diragukan itikad baiknya untuk melunasi utang pajaknya,misalnya penanggung pajak diduga menyembunyikan harta kekayaannyasehingga tidak ada atau tidak cukup barang yang disita untuk jaminanpelunasan utang pajak, atau terdapat dugaan yang kuat bahwa penanggungpajak akan melarikan diri.


(55)

Penyanderaan terhadap penanggung pajak sebagimana dimaksud dalamuraian diatas dilaksanakan berdasarkan surat perintah yang diterbitkan oleh pejabatsetelah memperoleh izin tertulis dari menteri keuangan untuk penagihan pajak pusatatau dari gubernur untuk penagihan pajak daerah. Permohonan izin penyanderaandiajukan oleh pejabat atau atasan pejabat kepada menteri keuangan untuk penagihanpajak pusat atau kepada gubernur untuk penagihan pajak daerah.Namun dalam halpejabat berhalangan dan penggantian pejabat tersebut belum ditunjukan maka atasanpejabat dapat mengajukan permohonan izin penyanderaan. Permohonanizinpenyanderaan memuat sekurang-kurangnya identitas penanggung pajak yang akandisandera, jumlah utang pajak yang belum dilunasi, tindakan penagihan pajak yangtelah dilaksanakan dan uraian tentang adanya petunjuk bahwa penanggung pajakdiragukan itikad baik dalam pelunasan utang pajak.

Surat perintah penyanderaan diterbitkan oleh pejabat seketika setelahditerimanya izin tertulis dari menteri keuangan untuk penagihan pajak pusat atau darigubernur untuk penagihan pajak daerah.Surat perintah penyanderaan memuatsekurang-kurangnya identitas penanggung pajak, alasan penyaderaan, izinpenyanderaan, lama penyanderaan, dan tempat penyanderaan.

Penanggung pajak yang disandera ditempatkan ditempat tertentu sebagaitempat penyanderaan, jika melakukan penyaderaan terhadap penanggung pajakdengan syarat-syarat sebagai berikut : tertutup dan terasing dari masyarakat,mempunyai fasilitas terbatas dan mempunyai sistem pengamatan dan pengawasanyang memadai. Sebelum tempat penyanderaan sebagaimana dimaksud dibentuk,penanggung pajak yang disandera dititipkan dirumah tahanan Negara dan


(56)

terpisahdari tahanan lain kemudian lebih lanjut penyanderaan penanggung pajak sebagaimanayang dimaksud ditetapkan oleh menteri keuangan dan menteri kehakiman dan hakazasi manusia. Ketentuan yang akan ditetapkan dalam keputusan bersama menterikeuangan dan menteri kehakiman dan hak azasi manusia, antara lain mengenai :

a. Prosedur penitipan penanggung pajak yang disandera dirumah tahananNegara. b. Tanggung jawab atas penanggung pajak yang disandera selama

dalampenyanderaan.

c. Izin kunjungan dari keluarga, pengacara dan sahabat. d. Kriteria pelayanan kesehatan dan makanan yang layak.

e. Tata tertib yang dilakukan terhadapa penanggung pajak yang disandera.

Jangka waktu penyaderaan selambat-lambatnya 6 (enam) bulan terhitungsejak penanggung pajak ditetapkan dalam tempat penyanderaan dan dapatdiperpanjang untuk paling lama 6 bulan izin perpanjangan jangka waktupenyanderaan dapat sekaligus diberikan oleh yang berwenang pada waktumemberikan izin penyaderaan. Dalam izin perpanjangan penyanderaan sekaligusdiberikan maka tidak diperlukan suatu izin baru.Ketentuan jangka waktu maksimumpenyanderaan tidak berlaku dalam hal penyanderaan melarikan diri penentuanlamanya penyaderaan didasarkan pada perhitungan besarnya utang pajak, besarnyajumlah harta yang disembunyikan dan dihubungkandengan itikad tidak baik denganpenanggung pajak untuk melunasi utang pajaknya.

Juru sita pajak harus menyampaikan surat sita penyaderaan langsung kepadapenanggung pajak dan salinannya disampaikan kepada kepala


(57)

setempatpenyanderaan. Dalam hal penanggung pajak yang akan disandera tidak dapatditemukan juru sita pejabat atasan dapat meminta bantuan kepada kepolisian ataukejaksaan untuk menghadirkan penanggung pajak yang tidak dapat ditemui tersebut,termasuk dalam pengertian menghadirkan penanggung pajak untuk mencari,menangkap dan membawa penanggung pajak ketempat pejabat untuk selanjutnyadiserahkan kepada kepada tempat penyanderaan.

Penyanderaan mulai dilaksanakan pada saat surat perintah penyanderaanditerima penanggung pajak yang bersangkutan. Penyanderaan tidak bolehdilaksanakan dalam hal penanggung pajak sedang beribadah, sedang mengikuti sidingresmi, atau sedang mengikuti pemilihan umum.Penyanderaan dilaksanakan oleh jurusita pajak yang disaksikan oleh dua orang penduduk Indonesia yang telah dewasa,dikenal oleh juru sita pajak dapat meminta kepolisian atau kepada jaksa.Dalam haljuru sita menemui kesulitan ataupun karena alasan keamanan dan keselamatan jurusita pajak dan saksi-saksi maka juru sita pajak dapat meminta kepada kepolisianuntuk melaksanakan penyanderaan.Juru sita pajak ditempat ditempat penyanderaan,berita acara penyanderaan ditandatangani oleh juru sita pajak, kepala tempatpenyanderaan dan saksi-saksi. Berita acara penyanderaan merupakan syarat utamasahnya penyanderaan yang berfungsi sebagai berita acara penyanderaan paling sedikitmemuat nomor dan tanggal surat perintah penyanderaan. Izin tertulis menterikeuangan atau kepala daerah tingkat I (gubernur) identitas jurusita pajak yangdisandera, tempat penyanderaan, lamanya penyanderaan, identitas penyanderaan,salinan berita acara penyanderaan disampaikan kepada kepala tempat penyanderaan.Penanggung pajak dan kepada daerah tingkat II (bupati).


(58)

Biaya penyanderaan dibebankan kepada penanggung pajak yang disanderadan diperhitungkan sebagai biaya penanggung pajak. Termasuk dalam biayapenyanderaan antara lain, biaya hidup selama dalam penyanderaan dalam rumahtahanan Negara. Biaya penyanderaan merupakan salah satu biaya penagihan yangharus ditanggung oleh penanggung pajak yang disandera.Selama dalampenyanderaan penanggung pajak berhak untuk melakukan ibadah ditempatpenyanderaan sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.Memperoleh pelayanan kesehatan yang layak sesuai dengan ketentuan yang berlaku,mendapat makanan yang layak, termasuk kiriman dari keluarga.Menyampaikankeluhan tentang perlakuan petugas, memperoleh bahan bacaan dan informasi lainnyaatas biaya penanggung pajak yang di sandera, serta menerima kunjungan darikeluarga, pengacara, sahabat, dokter pribadi atas biaya sendiri, rohaniawan.

d. Pencabutan Penyanderaan

Penanggung pajak yang disandera dilepas jika telah memenuhi persyaratan,apabila utang pajak dan biaya penagihan pajak talah dibayar lunas, jangka waktuyang ditetapkan dalam surat perintah penyanderaan telah dipenuhi, berdasarkanputusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap atau berdasarkanpertimbangan tertentu dan menteri keuangan atau gubernur pertimbangan menterikeuangan atau gubernur dimaksud adalah antara lain penanggung pajak mengatakanakan melunasi utang pajaknya, tetapi berdasarkan buku yang disampaikan, tidakmelaksanakan pelunasan utang pajak tersebut tanpa meninggalkan tempatpenyanderaan, atau dalam hal penanggung pajak menderita sakit berat sehinggamemerlukan perawatan dalam jangka waktu yang lama diluar tempat


(59)

penyanderaan.Serta memberitahukan secara tertulis kepada kepala daerah ditempat wilayahpenyanderaan dilakukan dan sebaliknya kepala daerah wilayah dilaksanakannyapenyanderaan segera memberitahukan secara tertulis kepada pejabat apabilapenanggung pajak telah dilepas dari penyanderaan.

Penanggung pajak yang melarikan diri dari tempat penyanderaan dalammasa penyanderaan, disandera kembali berdasarkan surat perintah penyanderaandahulu diterbitkan terhadapnya masa penyanderaan kembali adalah sama denganmasa penyanderaan menurut surat perintah penyanderaan dahulu diterbitkanterhadapnya dengan memperhitungkan masa penyanderaan yang telah dijalanisebelumnya penanggung pajak melarikan diri. Penyanderaan tetap dapat dilaksanakanpenanggung pajak yang telah dilakukan pencegahan penyanderaan.

Penanggung pajak yang telah disandera dapat melakukan gugatan terhadappelaksanaan penyanderaan hanya kepada pengadilan negeri. Gugatan penanggungpajak tidak dapat diajukan setelah masa penyanderaan berakhir.

Dalam pelaksanaan rehabilitasi nama baik penanggung pajak pemberianganti rugi atas pelaksanaan penyanderaan atas penanggung pajak, hanya dapatdilakukan dalam hal gugatan penangung pajak dikabulkan oleh pengadilan danputusan pengadilan tersebut telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Permohonanrehabilitasi, nama baik dan ganti rugi terhadap penanggung pajak, dapat diajukankepada pejabat yang menerbitkan surat perintah penyanderaan. Rehabilitasi namabaik dilaksanakan oleh pejabat dalam bentuk satu kali pengumuman pada media cetakharian yang berskala nasional dengan ukuran yang memadai, yang dilaksanakanpaling lambat 30 hari sejak diterimanya permohonan penanggung pajak.


(60)

Besarnyaganti rugi yang diberikan kepada pejabat kepada penanggung pajak adalahRp.100.000,00 setiap hari selama masa penyanderaan yang telah dijalaninya. Gantirugi diberikan paling lambat 30 hari sejak diterimanya permohonanan penanggungpajak.

e. Ketentuan Pidana Lainnya Penanggung pajak dilarang :

a. Memindahkan, meminjamkan, menyembunyikan, menghilangkan, ataumerusak barang yang disita.

b. Membebani barang tidak bergerak yang telah disita dengan hak tanggunganuntuk pelunasan utang tertentu.

c. Membebani barang bergerak yang telah disita atau digunakan untuk pelunasanutang tertentu.

d. Merusak, mencabut atau menghilangkan segel sita atau salinan berita acarapelaksanaan sita dan ditempel pada barang sitaan.

Ketentuan pidana yang dapat diberikan sanksi, apabila penanggung pajakyang memindahkan hak, menyembunyikan, menghilangkan atau merusak barangyang telah disita dipidana dengan pidana penjara paling singkat enam bulan danpaling lama empat tahun dan denda paling sedikit Rp.150.000,00 dan paling banyakRp.12.000.000,00 (dua belas juta rupiah), dan apabila pihak-pihak yang diberi


(61)

tugasuntuk mengalihkan atau menjual barang sitaan (sesuai undang-undang PPSP pasal 25ayat 3 huruf (b,c,d,e) tidak melaksanakan kewajibannya dipidana dengan pidanapenjara paling singkat satu minggu dan paling lama empat bulan dua minggu dan

denda paling sedikit Rp.500.000,00 (lima ratus ribu) dan paling banyakRp.10.000.000,00 (sepuluh juta).

Setiap orang yang dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaanyang dilakukan menurut undang-undang atau dengan sengaja mencegah,menghalang-halangi, atau mengagalkan tindakan dalam melaksanakan ketentuanundang-undang yang dilakukan oleh jurusita pajak, dengan pidana penjara palingsingkat satu minggu dan paling lama empat bulan 2 minggu dan denda paling sedikitRp.500.000,00 (lima ratus ribu) dan paling banyak Rp.10.000.000,00 (sepuluh juta).


(62)

BAB IV

ANALISA DAN EVALUASI DATA

A. Kendala-Kendala Yang Terjadi Dalam Proses Penyitaan

Dalam peroses penyitaan ada kendala-kendala yang dapat terjadi. Adapun kendala-kendala yang dapat terjadi yaitu sebagai berikut :

1. Wajib pajak tidak kooperatif

Kendala ini dapat dijumpai hamper disetiap level atau tahapan penyitaan pajak. Wajib pajak yang tidak kooperatif umumnya dijumpai dalam berbagai bentuk, diantaranya adalah:

1.1 Alamat wajib pajak yang tidak jelas, sehingga pada saat akan disampaikan surat teguran, surat paksa, dan tindakan lainnya, tidak ditemukan dimana alamat wajib pajak yang jelas


(63)

1.2 Wajib pajak melarang juru sita untuk memasuki tempat wajib, sehingga perlu meminta bantuan kepolisian. Hal ini tentu menghambat tindakan penyitaan yang akan dilakukan.

1.3 Wajib pajak tidak jujur dalam menunjukkan harta kekayaan yang dapat dijadikan asset

2. Terbatasnya jumlah tenaga Direktorat Jendral Pajak(DJP) dibandingkan dgan kasus penyitaan yang harus dilakukan.

Sebagaimana diatur bahwa petugas pajak yang dapat melaksanakan penyitaan adala Juru Sita. Juru Sita pajak dalam ketentuan perpajakan adalah pelaksana tindakan penagihan pajak, pemberitahuan surat paksa, penyitaan, serta penyanderaan. Untuk menjadi Juru Sita diperlukan pelatihan dan pendidikan khusus, sehingga jumlah Juru Sita tidak sebanding dengan kasus yang memerlukan tindakan penyitaan.

3. Rumitnya masalah perpajakan, wajib pajak dapat saja melakukan tindakan antisipasi dan berusaha untuk menghindar. Tampaknya kejelian, ketelitian, dan kehati-hatian harus dilakukan untuk menghindari kesalahan dalam proses penyitaan.

4. Kurangnya pengetahuan dan pengalaman petugas pajak. Sebagai pihak yang harus menjadi pengawas, maka petugas pajak dituntut lebih mahir dibandingkan pihak yang diawasi, yaitu wajib pajak. Namun


(64)

kegiatan bisnis dapat berkembang dengan sangat cepat dengan beranekan ragam bentuk dan karakter transaksi. Jika petugas pajak tidak mengikuti perkembangan yang ada sering kali tidak memahami kejadian substansinya sehingga dapat dikelabui oleh wajib pajak yang berniat kurang baik.

Untuk mengatasi masalah yang timbul telah dilakukan upaya antisipasi yaitu :

1. Melakukan pendidikan dan pelatihan kepada petugas pajak agar mampu mengalami permasalahan dan dapat terus mengikuti perkembangan dunia bisnis. Selain itu pelatihan khusu untuk Juru Sita dilakukan secara terus menerus agara jumlah juru sita memenuhi kebutuhan organisasi.

2. System pelatihan secara langsung, misalnya mengikutkan petugas yang junior dalam tim petugas yang lebih pengalaman. Hal ini berguna dalam mengantisipasi kurangnya pengetahuan dan pengalaman apalagi selalu dijumpai usaha wajib pajak nakal.

3. Kerja sama yang baik juga dijalin dengan instansi terkait, misalnya Kepolisian, Kejaksaan, Departemen yang membidangi Hukum dan Undang-Undang, Pemerintah daerah setempat, Badan Pertanahan Nasional, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Pengadilan Negeri, Bank atau pihak lain. Kerja sama ini diperlukan untuk memenuhi data


(65)

yang diperlukan, pencekalan, ataupun data-data lain yang mendukung untuk kepentingan pajak.

• Untuk lebih jelasnya bagaimana tingkat kepatuhan WP, pada KPP Medan Timur tentang laporan kegiatan penagihan yang menunjukkan perkembangan penunggakkan pajak tahun 2012 dan 2013 adalah sebagai berikut :

Tabel

Tindakan Penagihan Aktif yang dilaksanakan di KPP Medan Timur :

No. Keterangan 2012 2013

1. STP/SKP yang terbit 829 1.053

2. Teguran yang terbit 829 1.053

3. STP/SKP yang dibayar setelah surat teguran terbit.

542 599

4. Surat Paksa 287 454

5. STP/SKP yang dibayar setelah surat paksa

150 385

6. Surat Perintah Melakukan Penyitaan 7 2


(66)

8. Lelang - - Sumber Kantor Pelayanan PajakMedan Timur, 2014

B. Penyitaan Atas Barang-Barang Sitaan

1. Barang-barang penanggung pajak yang dapat disita

Penyitaan ini diatur dalam Undang-Undang Nomor.19 Tahun 1997 pasal 14ayat 1,2 dan 3, sebagai berikut: Penyitaan dapat dilakukan terhadap milik penanggungpajak yang berada ditempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan atau ditempatlain, termasuk yang penguasaannya berada ditangan pihak lain atau yang dibebanidengan hak penanggung pajak jaminan pelunasan utang tertentu berupa :

1.1Barang bergerak termasuk mobil, perhiasan, uang tunai dan deposito

berjangka, tabungan, saldo, rekening Koran, giro atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu, obligasi, saham atau surat berharga lainnya, piutang dan penyertaan modal pada perusahaan lainnya.

1.2Barang tidak bergerak termasuk tanah, bangunan dan kapal, penyitaan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sampai dengan nilai barang yang disita diperkirakan cukup melunasi utang pajak dan biaya penagihan. 2. Barang bergerak yang dapat disita

Perincian mengenai barang bergerak yang dapat disita adalah sebagai berikut : 1. Semua barang bergerak yang ada dirumah penanggung pajak seperti:


(67)

1.2 Barang-barang mewah(televisi, lemari es,tape recorder, kompor gas dan sebagainya)

1.3 Barang-barang perhiasan(kalung, cincin, gelang dari emas, berlian dan batu permata lainnya)

1.4 Uang tunai(surat-surat berharga)

1.5 Kendaraan(mobil, sepeda motor, sepeda dan sebagainya) 1.6Lain-lainnya(jam dinding, lukisan, radio dan sebagainya)

Barang-barang yang dikecualikan menurut ketentuan pasal 15 ayat (1) Undang-undang Nomor.19 tahun 2000, adalah sebagai berikut :

a. Pakaian dan tempat tidur beserta perlengkapannya yang dilakukan oleh penanggung pajak dan keluarga yang menjadi tanggungan.

b. Persediaan makanan dan minuman untuk keperluan satu bulan beserta peralatan memasak yang berada dirumah.

c. Perlengkapan penanggung pajak yang bersifat dinas.

d. Buku-buku yang berhubungan dengan jabatan atau pekerjaan penanggung pajak dan alat-alat yang digunakan untuk pendidikan,kebudayaan dan keilmuan.


(68)

e. Peralatan dalam keadaan jalan yang memiliki kegunaan untuk melaksanakan pekerjaan atau usaha sehari-hari dengan jumlah seluruhnya tidak melebihi Rp 10.000.000 (Sepuluh juta rupiah).

f. Peralatan penyandang cacat yang digunakan oleh penanggung pajak dan keluarga.

C. Prosedur Pelaksanaan Penyitaan

Prosedur pelaksanaan penagihan hingga penyitaan tunggakan pajak terhadap wajib pajak orangpribadi (OP) dikantor pelayanan pajak pratama Medan Timur. Adapun kegiatan tindakan pelaksanaan penagihan pajak hingga penyitaan dikantor pelayananpajak pratama Medan Timur, yaitu :

1. Pengeluaran Surat Teguran

Tindakan pelaksanaan penagihan pajak diawali dengan penerbitan suratteguran olehpejabat yang berwenang atau kuasa yang ditunjuk oleh pejabat tersebut.Formulir teguran dibuat dan dikirimkan kepada wajib pajak yang


(69)

melunasi hutangpajaknya sesudah tanggal hari pelunasan terakhir/tanggal jatuh tempo pembayaranyang telah ditentukan dalam tindakan STP/SKPKB/SKPKBT/SK Pembetulan/SKKeberatan/Putusan Banding setelah tujuh hari sejak saat jatuh tempo pembayaran.Tanggal dan nomor surat teguran serta pelaksanaan pengirimannya harus dicatat padabuku registrasi surat teguran, buku registrasi tindakan penagihan dan pada tindakanSTP/SKPKB/SK Pembetulan/SK Keberatan/Putusan Banding. Surat teguran dibuatrangkap dua, lembar ke-1 (asli) dikirimkan kepada wajib pajak dan lembar ke-2 yangditerima dari petugas pemegang buku registrasi pengawasan penagihan disimpandalam berkas penagihan. Pada kantor pelayanan pajak pratama Medan Timur.

Surat teguran diterbitkan terhadap penanggung pajak yang telah disetujuiuntuk mengangsur atau menunda pembayaran pajaknya, Karena penanggung pajaktersebut akan menanggung beban tambahan berupa bunga sesuai dengan ketentuanyang berlaku terhadap keterlambatan pembayaran tersebut yang tentunyaketerlembatan tersebut atas sepengetahuan dan persetujuan fiskus.

2. Pengeluaran Surat Paksa

Surat paksa kepala daerah “demi keadilan berdasarkan KeTuhanan YangMaha Esa”, mempunyai kekuatan dan kedudukan hukum yang sama dengan putusanpengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Penerbitan surat paksasecara sah oleh pejabat berwenang merupakan modal utama bagi pelaksanaanpenagihan pajak yang efektif, Karena dengan terbitnya surat paksa memberikankewenangan pada petugas penagihan pajak untuk melaksanakan eksekusi


(1)

Apabila wajib pajak melunasi utang pajak serta biaya pelunasan setelahpengumuman lelang dimuat seperti: surat kabar/media cetak/media elektronik tetapisebelum pelaksanaan lelang, maka pengumuman dibatalkan dengan memuat iklanpembatalan lelang dalam surat kabar/media cetak/media elektronik yang bersangkutan. Pembatalan pengumuman lelang baru dapat dilakukan apabila wajibpajak menunjukan bukti pembayaran utang pajak serta biaya pelaksanaan serta telahmengganti biaya iklan pengumuman lelang dan pembatalan pengumuman lelang. Tanggal dan nomor dicatat pada buku register yang disediakan untuk itu. Kemudianpembatalan pengumuman lelang diiklankan dalam surat kabar.

2. Pelaksanaan lelang

Pada saat melakukan pelelangan, jurusita datang ketempat dimana barang-barangsitaan itu akan dilelang untuk mendampingi juru lelang. Sesaat sebelumpelelangan dimulai sebaiknya jurusita menanyakan kepada wajib pajak apakah hutangpajaknya akan dilunasi. Seandainya wajib pajak dapat dan melunasi hutang pajaknyaserta biaya yang terutang pada pelaksanaan lelang maka pelelangan dibatalkan danapabila tidak maka pelelangan segera dilakukan.

Wajib pajak berhak untuk menentukan urutan menurut mana barang-barangyang disita akan dilelang. Jika hasil penjumlahan barang telah mencapai penjumlahanhutang pajak ditambah dengan biaya pelaksanaan maka penjualan tersebut dihentikandan sisa barang dikembalikan dengan segera kepada wajib pajak. Setelah selesaipelelangan, maka kantor lelang, jurusita atau orang yang diserahi untuk menjualbarang-barang sitaan melaporkan kepada kelapa KPP dengan membuat


(2)

laporan hasilpelaksanaan pelelangan. Laporan jurusita tersebut harus diserahkan kepada kepalaKPP Pratama, kepala seksi penagihan, segera setelah lelang dilaksanakan. Berita acaramengenai pelaksanaan lelang sendiri harus dibuat oleh kantor lelang Negara pada“risalah lelang” yang merupakan bukti otentik sebagai dasar pendafdataran danpenagihan hak serta memberikan perlindungan hukum bagi pembeli lelang karenaberfungsi sebagai akte jual beli. Setiap tahun Seksi Penagihan membuat laporan penagihan yang dilakukan oleh petugas penagihan.Laporan ini dibuat triwulan sekali atau 4 kali dalam setahun.

Adapun salah satu faktor penting yang menjadi tolak ukur tingkat kepatuhanwajib pajak adalah masih banyaknya wajib yang tidak memenuhi kewajiban membayarpajak berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.Makin banyak jumlahpenunggakan pajak berarti semakin rendah tingkat kepatuhan wajib pajak.Bagaimanapun setiap tahun sektor pajak semakin meningkat, maka semakinmeningkat pula jumlah wajib yang menuggak.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas penulis dapat menyimpulkan:

1. Penyitaan adalah salah satu kegiatan juru sita sebagai tindak lanjut dariditerbitkannya surat paksa apabila pajak yang masih harus dibayar tidakdilunasi dalam jangka waktu 2x24 jam sesudah tanggal penyampaian suratpaksa kepada wajib pajak.


(3)

2. Barang-barang yang dapat disita terlebih dahulu adalah barang-barang yangberada di :2.1 Tempat tinggal

2.2 Tempat usaha

2.3 Tempat kedudukan, atau 2.4 Tempat lain

3. Tujuan penyitaan adalah memperoleh jaminan pelunasan hutang pajak daripenanggung pajak. Oleh karena itu penyitaan dapat dilaksanakan terhadapsemua barang penanggung pajak.

4. Pelaksanaan penyitaan barang penanggung pajak dapatdilakukan apabila penanggung pajak tidak melunasi utang pajaknya dalamjangka waktu yang telah ditetapkan, maka pejabat dapat menerbitkan SuratPerintah Melaksanakan Penyitaan. 5. Objek penyitaan adalah barang penanggung pajak/wajib pajak yangdapat dijadikan jaminan hutang pajak.

6. Pelaksanaan penyitaan atas barang-barang milikpenanggung pajak harus dilaksanakan oleh juru sita pajak, dimana harusmembuat Berita Acara Pelaksanaan sita dan disampaikan kepada penanggungpajak dan dapat meminta bantuan kepada POLRI, dan sesuaidengan peraturan perpajakan yang tertuang dalam undang-undang Republik Indonesia, Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia dan keputusanDirektorat Jenderal Pajak Republik Indonesia.

B.Saran

Adapun saran-saran yang dapat diberikan penulis adalah : 70


(4)

1.Dalam penerapan pelaksanaan penyitaan dan atau penyanderaan atas barangbarangmilik penanggung pajak, harus ada dukungan kebijakan dari aparaturperpajakan dalam penyelenggaraan penyuluhan kepada masyarakat, sepertimensosialisasikan peraturan-peraturan perpajakan pada umumnya dankhususnya peraturan-peraturan perpajakan tentang penyitaan, penyanderaandan pemblokiran barang-barang milik penanggung pajak.

2. Untuk mendorong peningkatan pajak sebagai salah satu sumber penerimaannegara, dibutuhkan usaha-usaha dari pemerintah untuk meningkatkankesadaran wajib pajak akan resiko yang harus diterimanya jika terjadi penyitaan terhadap kekayaan wajib pajak tersebut, sebab pelaksanaanpenyitaan adalah akibat dari kelalaian wajib pajak itu sendiri.

3. Sebaiknya wajib pajak jangan menghambat jalannya proses penyitaan yangdilaksanakan oleh aparat pajak (Jurusita pajak)

4. Karena tingkat kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang Pajak masihsangat kurang, sebaiknya aparat perpajakan perlu meningkatkan pelayanandan penyuluhan terhadap wajib pajak dan pemberian informasi yang benardan lengkap baik ditingkat desa, kelurahan, maupun kecamatan.

5. Sesuai dengan azas perpajakan yaitu azas demokrasi dan azas keadilan makaperlu meningkatkan kesadaran pemerintah selaku roda penggerakpembangunan untuk menggunakan sumber penerimaan dari sektor perpajakantersebut dengan


(5)

sebaik-baiknya, karena negara yang makmur , pemerintahyang baik adalah negara yang rakyatnya sejahtera.

DAFTAR PUSTAKA

Resmi, Siti.2008.Perpajakan.Teori dan Kasus Edisi 4.Jakarta:Salemba Empat

Soemitro, Rochmad, H, 2004, Asas dan Dasar Perpajakan 2, Penerbit Salemba empat.Bandung.

---Undang-undang No.6 Tahun 1983, sebagaimana telah diubah Undang-undang No. 28 Tahun 2007 Tentang ”Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.”


(6)

---Undang Nomor 19 Tahun 1997, sebagaimana telah diubah Undang-undang Nomor 19 Tahun 2000 “Tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa”.

---Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Sebagaimana Telah di ubah menjadi Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009.

---Pasal 1 ayat 6 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat paksa.

---Undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 19 Tahun Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.