Pengaruh rasio pemberian pakan yang berbeda terhadap produksi VFA dan NH3 rumen serta kapasitas lambung domba lokal jantan

!9/hrf

d
663

PENGARUH RASIO PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA
TERHADAP PRODUKSI VFA DAN NH3 RUMEN SERTA
KAPASITAS LAMBUNG DOMBA JANTAN LOKAL

SKRIPSI
JOKO SUWARNO

PROGRAM STUD1 ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK
PAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

RINGKASAN

JOKO SUWARNO. D24104083. 2008. Pengaruh Rasio Pemberian Pakan yang
Berbeda terhadap Produksi VFA dan NH3 Rumen serta Kapasitas lambung

Domba Lokal Jantan. Skripsi. Program Studi Ilmu Zat makanan dan Makanan
Temak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Ir. Lilis Khotijah, M.Si
Pembimbing Anggota : Ir. Sri Rahayu, M.Si
Penggemukan adalah salah satu upaya dalam memenuhi kebutuhan daging.
Didalam penggemukan diperlukan pakan yang berkualitas, yang memenuhi zat zat
makanan yang dibutuhkan oleh tubuh temak sehingga temak mampu menghasilkan
kualitas karkas yang memenuhi selera konsumen. Tujuan utarna dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh perbedaan rasio hijauan dengan ransumkomplit
terhadap produksi VFA dan NH3 lumen serta perkembangan lambung domba.
Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Maret sampai dengan Mei 2008 tempat
pelaksanaan di laboratorium lapang kandang produksi Bagian IPT Ruminansia Kecil
Departemen IPTP Fakultas Peternakan IPB. Temak yang digunakan dalam penelitian
ini sebanyak 9 ekor domba jantan lokal yang berumur kurang dari satu tahun. Bobot
badan awal ternak rata-rata pada domba 15,9*1,05 kg. Perlakuan terdiri dari P1 =
80% Rumput Brachiaria humidicola (RBH), 20% Ransum Komplit (RK) (Selama
dua bulan); P2 = 20% RBH, 80% RK (Selama dua bulan); P3 = 20% RBH, 80% RK
(Selama satu bulan) dan dilanjutkan 80% RBH, 20% RK (Selama satu bulan).
Peubah yang diamati adalah konsumsi dalam bahan kering (BK), pH, produksi VFA
parsial, NH3 rumen, Bobot Tubuh Kosong (BTK), bobot jaringan bersih bagian

lambung (rumen-retikulum, omasum dan abomasum), persentase bobot bersih bagian
lambung terhadap bobot tubuh kosong, Persentase bobot bersih bagian lambung
terhadap total lambung, dan volume bagian-bagian lambung. Pengukuran produk
VFA dan NH3 serta pH rumen tidak menggunakan Rancangan statistik. Sedangkan
untuk pengukuran bagian-bagian lambung menggunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan tiga perlakuan dan terdiri dari tiga ulangan adalah Data produksi VFA
dan NH3 dianalisis secara diskriptif. Sedangkan data bagian-bagian lambung yang
diperoleh dianalisis dengan Analisis of Varians (ANOVA) Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pemberian pakan yang berbeda, memberikan hasil produksi
VFA dan NH3 serta pH rumen masih dalam keadaan normal untuk mikroba rumen,
dan secara statistik untuk perlakuan selama dua bulan yaitu kapasitas lambung secara
keseluruhan tidak menunjukkan perbedaan secara nyata (p>0,05). Kesimpulan yang
dapat diambil bahwa peinberian pakan yang berbeda menghasilkan produksi VFA
dan NH3 masih dalam kisaran normal, dan secara statistik tidak memberikan
pengaruh terhadap kapasitas lambung domba.
Kata kunci: VFA parsial, NH3, Konsumsi BK, Rumen-retikulum, Omasum,
Abomasum.

ABSTRACT


The Effect of Different Feed Ratio to VFA and NH3 Production in Rumen and
Stomacl~Capacity of Local Male Sheep

J. Suwarno. L. Khotijah. S. Rahayu
The objective of this experiment was to different the VFA and NH3
production of rumen and stomach capacity of local male sheep. This experiment had
held on March until may 2008. This experiment used complete randomized design
and descriptive with three treatments and three replication. Significant differences
among treatments further tested with Duncant test. This research used 9 local ram
with two dietary treatments included: 80% grass and 20% complete feed for two
months (PI), 20% grass 80% complete feed for two months (P2), 20% grass and 80%
complete feed for one months and 80% grass and 20% complete feed for one months
(P3). This treatment have done in two months of study. The main goal of in this
research is to discover the effect of not different feed ratio to VFA and NH3
production rumen, and stomach capacity local male sheep. The treatment give not
effect to volatile fatty acid and NH3 local male sheep, the results showed that relative
volume of total stomach and weights of tissue to empty body weight were not
significantly differents, weights of tissue retikulu-rumen, omasum and abomasum.

Keywords : VFA parsial, NH3 , dietary ratio, dry matter consumtion, stomach

capacity.

PENGARUH RASIO PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA
TERHADAP PRODUKSI VFA DAN NH3 RUMEN SERTA
KAPASITAS LAMBUNG DOMBA JANTAN LOKAL

JOKO SUWARNO
D24104083

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untnk
Memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUD1 ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

PENGARUH RASIO PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA

TERHADAP PRODUKSI VFA DAN NH3 RUMEN SERTA
KAPASITAS LAMBUNG DOMBA JANTAN LOKAL

:Oleh

JOKO SUWARNO
D24104083

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan
Komisi Ujian Lisan pada tanggal 18 September 2008

Pembimbing Utama

Pembimbing Anggota

Ir. Lilis Khotijah, M.Si.
NIP. 131 999 587

Ir. Sri Rahayu, 1vl.Si.
NIP. 131 666 775


an Fakultas Petemakan

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 5 April 1982 di Karanganyar, Jawa Tengah.
Penulis merupakan anak pertarna dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Musiman
dan Ibu Marsi.
Pendidikan dasar penulis dimulai tahun 1990 dan diselesaikan pada tahun
1997 di Rejosari satu, pendidikan tingkat Lanjutan Menengah Pertama diselesaikan
pada tahun 2000 di SMP Negeri Satu Gondangrejo Karanganyar, dan penulis
berhasil menyelesaikan pendidikan lanjutan Menengah Atas pada tahun 2002 di
SMU Muhammadiyah Satu Surakarta.
Pada tahun 2004 penulis masuk IPB melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan
Mahasiswa Baru IPB) dan pada tahun 2005 penulis terdaftar sebagai Mahasiswa
Program Studi Ilmu Nutrisi dan Makanan Temak, Fakultas Petemakan, Institut
Pertanian Bogor.

KATA PENGANTAR


Segala puji dan ucapan syukur yang sedalam-dalamnya kepada Allah yang
telah melimpahkan kenikmatanya sehingga penulis dimudahkan dalam penyelesain
penulisan skripsi. Tak lupa penulis ucapkan salawat dan salam kepada Nabi
Muhammad shallallahu 'alihi wa sallanz, keluarganya, sahabatnya dan pengikutnya
sampai akhir zaman nanti
Skripsi yang berjudul "Pengaruh Rasio Pemberian Pakan yang Berbeda
terhadap Produksi VFA dan NH3 Rumen serta Kapasitas Lambung Domba Lokal
Jantan" ini ditulis berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis
mulai bulan Maret sampai Mei 2008 di Laboratorium Lapang Ruminasia Kecil
bagian Ilmu Produksi Ternak.
Daging domba merupakan salah satu komoditas yang mampu menyediakan
protein hewani bagi manusia dan kualitas daging merupakan faktor yang perlu
diperhatikan dalam memenuhi selera konsumen. Pemberian pakan yang baik
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas produk penggemukan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh rasio pemberian pakan
terhadap produksi VFA dan NH3 rumen serta kapasitas lambung domba lokal,
sehingga dapat sebagai dasar untuk penelitian-penelitian selanjutnya.
Penulis mengakui masih banyak kekurangan dan tak luput dari kesalahan
karena penulis akui sebagai manusia biasa yang harus banyak belajar dan semoga
skipsi ini bermanfaat bagi diri penulis serta bagi para pembaca.


Bogor, 18 September 2008

DAFTAR IS1

ABSTRACT ..............................................................................................................

iii

RIWAYAT HIDUP ....................................................................................................

v

RIWAYAT HIDUP ...................................................................................................

vi

...............................................................................................
DAFTAR IS1 .............................................................................................................


vii

KATA PENGANTAR

...

VIII

DAFTAR TABEL .....................................................................................................

ix

DAFTAR GAMBAR .................................................................................................

x

............................................................................................. xi
...................................................................................................... 1

DAFTAR LAMPIRAN

PENDAHULUAN

Latar Belakang ................................................................................................1
P e ~ m u s a nMasalah ........................................................................................
1
Tujuan .............................................................................................................
2

.............................................................................................

3

METODE ....................................................................................................................

12

Waktu dan Ternpat ..........................................................................................
Materi ..............................................................................................................
Rancangan ......................................................................................................
Prosedur ..........................................................................................................


12
12
13
14

HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................................

18

TINJAUAN PUSTAKA

Konsumsi Zat Makanan ..................................................................................
pH rumen ........................................................................................................
Kadar . Amonia (NH 3) ..................................................................................
Produksi Volatile Fatty Acid (YFA) ................................................................
Bobot Tubuh Kosong (BTK) dan Bobot Jaringan Bersih serta Volume
Lambung .........................................................................................................
Bobot Jaringan Larnbung Relatif terhadap Bobot Tubuh Kosong .................
Bobot Jaringan Lambung Relatif terhadap Total Lambung ...........................
KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................................
Kesimpulan ..................................................................................................... 29
Saran ............................................................................................................... 29

....................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................31

UCAPAN TERIMAKASIH

LAMPIRAN ............................................................................................................... 33

DAPTAR TABEL
Nomor

Halaman

1. Proporsi Bagian-bagian Lambung Anak Domba yang Digembalakan terhadap

Bobot Total Lambung ..........................................................................................

9

2. Ukuran Relatif Bagian Lambung dengan Berbagai Cara.....................................

10

3 . Komposisi Zat Makanan Ransum Berdasarkan Bahan Kering ............................

13

4 . Konsumsi Bahan Kering (BK), Protein Kasar (PK). Total Digestible Nutrient
(TDN) dan Serat Kasar (SK) untuk Rasio Rumput Brachiaria Humidicola
(RBH) dan Ransum Komplit (RK) Selama Satu Bulan ......................................

18

5 . Rataan Pengaruh Perlakuan Terhadap pH ............................................................

19

6 . Rataan Pengaruh Perlakuan terhadap NH3 Rumen (mM) ...................................

20

7. Pengaruh Perlakuan terhadap Produksi VFA Parsial (mM) ................................. 21
8. Rataan Bobot Tubuh Kosong (BTK) dau Bobot Jaringan Bersih (gram) serta
Volume Lambung (ml) ........................................................................................
23
9. Bobot Jaringan Lambung Relatif terhadap Bobot Tubuh Kosong (BTK) ............. 25
10. Bobot Jaringan Lambung Relatif terhadap Bobot Total Lambung .......................

27

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1. Sistem Lambung Ruminansia ....................................................................................

3

2. Produk Fermentasi Karbohidrat di dalam Rurnen .....................................................

6

3 . Hubungan Kecemaan Karbohidrat dan Protein di dalam Rumen .............................

8

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Halaman

1. Sidik Ragam Konsumsi BK .................................................................................

34

2. Sidik Ragam Konsumsl Hljauan..........................................................................

34

3. Sidik Ragam Konsumsi Ransum Komplit ...........................................................

34

4. Sidik Ragam Persentase Konsumsi Hijauan .........................................................

34

...

5. Sidik Ragam Persentase Konsumsi Ransum Komplit ......................................... 34

6. Sidik Ragam Konsumsi PK .................................................................................
7. Sidik Ragam Konsumsi SK .................................................................................

8. Sidik Ragam Konsumsi TDN ..............................................................................
9. Sidik Ragam PBB ................................................................................................

10. Sidik Ragam Bobot Jaringan Abomasum Terhadap BTK ...................................
11. Sidik Ragam Bobot Jaringan Rumen-retikulum Terhadap BTK .........................
12. Sidik Ragam Bobot Jaringan Omasum Terhadap BTK .......................................

13. Sidik Ragam Bobot Jaringan Rumen-retikulum Terhadap Total Lambung........
14. Sidik Ragam Bobot Jaringan Omasum Terhadap Total Lambung ......................
15. Sidik Ragam Bobot Jaringan Abomasum Terhadap Total Lambung ..................

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penggemukan adalah salah satu upaya dalam memenuhi kebutuhan daging.
Didalam penggemukan diperlukan pakan yang berkualitas, yang memenuhi zat
makanan yang dibutuhkan oleh tubuh temak sehingga ternak mampu menghasilkan
kualitas karkas yang memenuhi selera konsumen.
Rasio pemberian makanan yang berbeda akan memberikan produk dan hasil
pertumbuhan yang berbeda, Penyediaan daging yang berasal dari domba dengan
pemberian jenis pakan yang sesuai merupakan alternatif untuk memenuhi permintaan
konsumen akan daging yang berkualitas.
Rasio pemberian pakan dengan penambahan ransurn penguat merupakan usaha
yang dilakukan petemak untuk menunjang keberhasilan penggemukan, akan tetapi
faktor kecernaan merupakan faktor penting dalam mengubah pakan menjadi produk
yang dapat meningkatkan produksi dalam penggemukan, Menurut Speeding, (1970)
saluran pencernaan merupakan organ terpenting dalam proses mengubah makanan
menjadi produk hewan (misal daging) yang bernilai tinggi.
Di dalam saluran pencemaan terdapat berbagai macam produk adalah yang
berperanan penting dalam merubah daging yang berkualitas baik. Salah satu produk
sumber energi bagi ruminan dan merupakan perombakan dari karbohidrat adalah VFA,
sedangkan NH3 merupakan sumber protein mikroba yang kemudian akan dipergunakan
oleh ruminan sebagai sumber protein. Kemudian dikatakan oleh Parakkasi (1999)
Protein dan karbohidrat 75% komponen urat daging.
Perurnusan Masalah

Penggemukan merupakan salah satu program pemeliharaan ternak dengan salah
satu tujuan meningkatkan produksi daging. Keberhasilan program tersebut ditentukan
oleh kualitas dan cara pemberian pakan. Informasi pada kondisi sekarang, berapa rasio
hijauan dan ransum komplit masih sangat terbatas untuk diberikan secara tepat, maka
dengan ini dicoba memilih rasio pemberian yang sesui untuk penggemukan domba.
Berapa konsentrat atau ransum komplit dala~npenelitian ini dicoba pemberian pakan
hijauan yang dikombinasikan dengan ransum komplit untuk diamati pengaruhnya

terhadap produksi VFA, NH3 kapasitas lambung secara langsung akan menentukan
produksi.

Tujunn
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengamh perbedaan
rasio hijauan dan ransum komplit terhadap produksi VFA dan NH3 rurnen serta
perkembangan lambung domba.

TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi Domba
Menurut Blakely dan Bade (1991), domba diklasifikasikan dalam kerajaan
Animalia (hewan), filurn Chordata (hewan bertulang belakang), kelas Mammalia
(hewan menyusui), ordo Artiodactyla (hewan berkuku genap), family Bovidae
(memamah biak), genus Ovis (domba) dan spesies Ovis Aries (domba yang telah
didomestikasi).
Anatomi dan Fungsi Saluran Pencernaan
Pencernaan adalah proses untuk memperkecil ukuran partikel (Tillman, et al.,
1986). Sistem pencernaan (Tractus digestivus) terdiri atas saluran muskulo membronosa
yang memanjang dari mulut sampai ke anus. Fungsinya adalah memasukkan makanan,
menggiling, mencema, dan menyerap makanan, serta mengeluarkan sisa buangan yang
berwujud padat. Sistem pencernaan mengubah zat-zat hara yang terdapat dalam
makanan menjadi senyawa lebih sederhana hingga dapat diserap dan digunakao sebagai
energi, tnembangun senyawa-senyawa lain untuk kepentingan metabolisme (Frandson,
1992).

Usus halus

I

Gambar 1. Sistem Lambung Ruminansia
Sumber : Blakely and Bade (1991)

Rumen merupakan tabung besar dengan berbagai kantong yang menyimpan dan
mencampur ingesta bagi fermentasi mikroba. Kerja ekstansif bakteri dan mikroba
terhadap zat-zat makanan menghasilkan pelepasan produk akhir yang dapat diasimilasi.
Papille berkembang dengan baik sehingga luas permukaan bertambah 7 kalinya. Dari
keseluruhan asam lemak terbang yang diproduksi, 85% diabsorbsi, melalui epithelium
retikulu-rumen (Arora, 1989) Kemudian Hungate (1966) mengatakan bahwa rumen
merupakan bagian yang terbesar dari bagian-bagian lambung ruminansia, karena
menampung bahan makanan yang mengalami pencernaan fermentatif.

Retikuium
Retikulum mempunyai bentuk menyerupai sarang tawodlebah dan mendorong
pakan padat dan mengalirkan ingesta ke dalam omasum. Retikulum membantu ruminasi
dimana bolus diregurgitasikan ke dalam mulut. Pola fermentasi di dalam organ ini
serupa dengan yang terjadi di dalam rumen (Arora, 1989).

Omasum
Omasum terletak disebelah kanan rumino-retikulum (Hungate, 1966). Omasum
disebut perut buku, karena didalamnya tersusun oleh sejumlah lembaran-lembaran
jaringan yang

disebut leaves (lipatan) (Hungate, 1966). Adanya bentuk-bentuk

lembaran dalam omasum berfungsi untuk mencegah masuknya partikel besar dari bahan
makanan ke dalam orifisiom omasal, dan mengurangi ukuran partikel dari bahan yang
melintasi pada olnasum (Frandson, 1992)

Abomasum
Abomasum disebut pula perut sejati atau perut kelenjar karena menghasilkan
HCI dan Pepsinogen. Terletak sebelah kanan rumen yang menghubungkan omasum ke
usus kecil (Hungate, 1966). Produk akhir fermentasi rumen yaitu protein mikroba dan
bahan yang tidak tercerna seperti pati dan selulosa, tersedia di dalam abomasum untuk
dicerna, didalam lambung cairan lambung disekresikan terus-menerus, tetapi sekresi
beragam dari waktu ke waktu tergantung pada pencernaan dalam abomasum dan cara
pemberian makan. Kelenjar lambung mensekresikan HCI untuk menjaga digesta tetap

dalam suasana asam untuk mempercepat proteolisis protein mikroba dan residu protein
makanan oleh pepsin yang dikeluarkan oleh glandula peptik. Abomasum domba
mensehesikan 5-6 liter dalam waktu 24 jam (Arora, 1989).
Proses Pencernaan
Energi

Hasil alchir pencemaan oleh jasad renik terhadap selulosa adalah asam-asam
lemak terbang (volatilefatly acid = VFA) yang terdiri dari campuran asam asetat, asam
propionat dan asam butirat. VFA berperanan mantap dalam metabolisme energi dalam
ternak ruminmsia (Tillman et al, 1986) dan juga dikatakan oleh Forbes dan Frances
(1993) bahwa hasil pencemaan karbohidrat dalam m e n adalah asam lemak terbang
(VFA), yaitu asam asetat, asam propionat, asam butirat, asam valerat dan asam-asam
lemak rantai cabang seperti asarn iso butirat, 2-metil butirat dan iso valerat
Banyaknya VFA yang ada dalam rumen dicirikan oleh aktivitas mikroba
(Church,l971). Sebagian besar ransurn temak ruminansia mengandung polisakarida
atau karbohidrat struktural seperti selulosa, hemiselulosa dan karbohidrat lain yang tidak
dapat dihidroliasa oleh enzim yang dihasilkan oleh alat pencemaan (Ranjhan,l980).
Polisakarida akan dihidrolisa menjadi monosakarida terutama glokusa oleh enzim yang
dihasilkan mikroba. Selanjutnya glukosa akan difermentasi menjadi VFA, terutama
Asetat (C2), Propionat (C3), dan Butirat (C4); disarnping itu dihasilkan juga Isobutirat
(iC4), Isovalerat (iCj), Valerat (Cs) serta gas CH4 dan COz (Sutardi, 1977)
Selain berasal dari karbohidrat, VFA juga berasal dari protein (Kempton et al,,
1978). VFA terutama yang berantai cabang, esensial untuk pertumbuhan mikroba rumen
(Sutardi., et al., 1983). Kadar asam lemak rantai cabang ini umumnya sedikit (Ranjhan,
1980), tetapi pada pemberian protein yang tinggi kadarnya akan naik (Sutardi,l977)
Asam atsiri berkerangka karbon cabang, yaitu Isobutirat dan Isovalerat
nampaknya sangat efisien sebagai kerangka karbon pembentukan protein mikroba
(Sutardi el al,. 1983). Sutardi (1977) menyebutkan bahwa asam lemak berantai cabang
diduga berasal dari asam amino berantai cabang leusin, isoleusin dan valin.
Asetat adalah precursor untuk pembentukan lemak air susu, karena itu jika
inlbangan asetatlpropionat rendah kadar lemak susu menurun (Sutardi, 1977)
Selanjutnya

dikatakan

bahwa

bagi

pembentukan

lemak

tubuh,

imbangan

asetat/propionat rendah akan merangsang penggernukan. Tranformasi karbohidrat
menjadi VFA ditunjukkan pada Gambar 2

oTp
karbohirat

'

Malat

+2H

H

\H20

n

Sukksinat

ATP

Sukksinil-CoA
1-COA
thilm lonil-CoA
I

I

co2

-.
bthanol
Asetat

Methan

-1-

Butirat
Garnbar 2. Produk Fermentasi Karbohidrat di dalarn Rurnen
Sumber : Hungate (1966)
Perbandingan antara asarn len~akterbang yang dihasilkan tidak tetap, bergantung
pada tipe rnakanan, pengolahan dan frekuensi pernberian makan (Soewardi,l974).
Urnurnnya perbandingan VFA berkisar 65 % Asetat, 20 % Propionat, 10 % Butirat dan

5 % Valerat (Sutardi, 1977). Ransum dari penguat akan rnenghasilkan perbandingan 45

% Asetat, 40 % Propionat, 5-10 % Butirat dan 2-8 % Valerat. Apabila konsentrat dalam

ransum meningkat, maka proporsi asetat menurun dan asam propionat meningkat
(Ranjhan, 1980).
Asam lemak terbang secara keseluruhan yang diproduksi, 85% diabsorbsi,
melalui epithelium retikulu-nunen (Arora, 1986) Asam-asam lemak terbang yang
merupakan 60% konsumsi eitergi tercerna, secara konstan masuk melalui dinding rumen
(Bergman et al., 1965; Orslov dan Mc Donald, 1971 dalam Arora, 1989) sebagian asam
lemak terbang dimetabolisis dalam dinding mmen dan hasilnya menstimulir
perkembangan papille rumen, sehingga menambah luas permukaan untuk diabsorpsi
(Arora, 1989). Pakan biji-bijian juga mengakibatkan peningkatan produksi asam lemak
terbang dan pengurangan aliran saliva, yang akan menimbulkan penebalan penebalan
keratin mukosa nunen (Arora, 1989)

Protein
Amonia merupakan nitrogen yang dibutuhkan mikroba rumen dan bersama
dengan kerangka karbon sumber energi akan disintesis menjadi asam amino dan
selanjutnya menjadi protein mikroba (Hungate, 1966).
Faktor yailg mempengaruhi konsentrasi N-NH3 adalah karbohidrat dalam
ransum (Ranjhan, 1980). Proses proteolisis dan deaminasi berlangsung baik pada pH
6,5-7,O. pada kondisi pH yang lebih rendah, proses tersebut terhambat karena
pertumbuhan bakteri proteolitik dan selulotik tertekan (Drskov, 1982).
Peningkatan jumlah karbohidrat mudah difermentasi (RAC) akan mengurangi
produksi amonia karena terjadi kenaikan penggunaan amonia untuk pertumbuhan
mikroba (Ranjhan, 1980). Kondisi yang ideal adalah sumber energi tersebut dapat
difermentasi sama cepat dengan pembentukan NH3, sehingga pada saat NH3 terbentuk
terdapat produk fermentasi asal karbohidrat yang akan berfungsi sebagai sumber energi
dan kerangka asam amino protein mikroba telah tersedia (Sutardi, 1977). Hubungan
kecernaan karbohidrat dan protein di dalam rumen bisa dilihat pada Gambar 3.
Konsentrasi amonia dalam rumen tergantung pada kelarutan dan jumlah pakan.
Protein pakan yang didegradasi inenjadi asam amino akan mengalami proses deaminasi
menjadi asam organik COz dan NH3. NH3 yang dihasilkan dapat diubah menjadi protein
lnikroba kemudian rnengalir ke abomasum, usus halus dan hati. NH3 yang mas~tkke

dalam hati diubah menjadi urea. Urea yang dihasilkan sebagian akan masuk kembali ke
dalam rumen melalui saliva ataupun dinding rumen dan sebagian lagi disekresikan
melalui urin (Ranjhan, 1980; Annison et al, 2002; Arora, 1989).
Karbohidrat

Protein

Dicerna

Gula

Peptida dan Asam amino

\

Fermentasi

Assimilasi

Ill

Protein
mikroba

Gambar 3. Hubungan Kecernaan Karbohidrat dan Protein di dalam Rumen
sumber : Hungate (1966)
Mikroorganisme rumen menghasilkan enzim protease yang digunakan untuk
menghidrolisa protein menjadi peptida dan asam amino, yang selanjutnya dihidrolisa
menjadi COz, ammonia (NH3) dan VFA (Ranjhan, 1980). Amonia merupakan nitrogen
yang dibutuhkan mikroba rumen dan bersama dengan kerangka karbon sumber energi

akan disintesis menjadi asam amino dan selanjutnya menjadi protein mikroba (Hungate,

1966). Menurut Ranjhan (1980) batas minimum kadar amonia untuk pertumbuhan
mikroba sebesar 2 mg persen.
Penyediaan protein dalam ransum sangat penting untuk memenuhi kebutuhan
hidup pokok dan produksi (Sutardi, 1981). Protein makanan yang dikonsumsi oleh
ternak ruminansia tidak sepenuhnya didegradasi oleh mikroba rumen. Sebagian 1010s ke
dalam usus bersama protein mikroba dan protein endogen (Kempton et al., 1978).
Degradasi protein dalam rumen dipengaruhi oleh sumber protein, bentuk fisik
dan kimia makanan, gerak laju makanan dalam rumen, jumlah konsumsi energi,
pertumbuhan mikroba dan ukuran partikel makanan (Hubber dan Kung, 1981).

Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kapasitas Alat Pencernaan
Kapasitas alat pencernaan sangat tergantung pada perkembangan alat
pencernaan itu sendiri. Perturnbuhan dan perkembangan alat pencemaan temak domba
dipengaruhi oleh bobot tubuh, umur dan pakan (Luginbuhl, 1983) juga dijelaskan oleh
Phillipson (1977) yang mengemukakan bahwa kapasitas alat pencemaan nunen,
retikulum, omasum dan abomasum dipengaruhi oleh pakan temak.
Tabel 1. Proporsi Bagian-bagian Lambung Anak Domba yang Digembalakan
terhadap Bobot Total Lambung
Umur (hari)

Retikulu-rumen

Omasum

Abomasum

Persentase Total
Lambung
terhadap Total
Alat Pencemaan

..... .............................%....... .............................. ..................... .,....
Anak Domba

Dewasa

69

Surnber : Phillipson, 1977.

8

23

49

Luginbuhl (1983) menjelaskan bahwa kapasitas alat pencemaan, bobot digesta
dan bobot tubuh kosong alat pencemaan dipengaruhi oleh ukuran tubuh, kegemukan

Vatness) dan bangsa ternak. Selanjutnya dijelaskan pula bahwa urutan kecepatan
pei-tumbuhan bagian-bagian lambung ialah rumen, retikulum, omasum dan abomasum.
Perkembangan rumen dipengaruhi oleh : 1) pakan kasar yang merupakan stimulus
fisik bagi perkembangan kapasitas rumen, 2) produk fermentasi yang merupakan
stimulus kimia bagi perkembangan stimulus papille-papille rumen. Ruminansia yang
memperoleh pakan berserat tinggi, volume total alat pencernaan akan lebih tinggi dari
pada yang memperoleh pakan berserat kasar rendah. Setelah hewan mengkonsumsi
pakan berserat tinggi, maka bobot rumen itu menjadi lebih berat dari pada hewan yang
tidak memakan hijauan (Hungate, 1966).
Tabel 2. Ukuran Relatif Bagian Lambung dengan Berbagai Cara.

Mengisikan air

Domba

Dewasa

85-87

2-3

11-12

Isi lambung segar

Domba

Dewasa

88-93

2

5-10

Jaringan Lambung segar

Domba

Dewasa

69-73

5-7

22-23

Keterangan: RR. rumino-retikulum
Sumber: Warner dan Flatt, 1965 dalam Istidamah (2006)
Menurut Naim (1986) hasil volume dan kapasitas alat pencernaan yang
dilaporkan oleh peneliti berbeda pada bangsa atau spesies ternak yang sama dan bobot
tubuh yang relatif sama menunjukkan adanya variasi. Variasi ini kemungkinan
disebabkan oleh pakan yang diberikan dan teknik pengukuran yang berbeda yaitu
dengan menggunakan marker, volun~edigesta absolut, atau dengan pengisian air (water
fill). Ukuran Relatif lambung disajikan pada Tabel 2.
Perkembangan papille akan lebih besar terjadi pada rurninansia yang
memperoleh konsentrat

dari pada yang memperoleh pakan berserat kasar tinggi.

Dengan meningkatnya perkembangan papille, maka luas dan kapasitasnyapun akan
meningkat, akibatnya penyerapan dan koefisien penggunaan zat makanan akan
bertambah (Wilson dan Brigstocke 1981).
Naim (1 986) melaporkan bahwa proporsi pertumbuhan jaringan alat pencernaan
Relatif tetap terhadap bobot tubuh kosong. Kass et al. (1980) mengemukakan bahwa

jumlah serat kasar yang bertambah dalam rumen akan meningkatkan bobot kosong
saluran pencemaan
Wilson dan Brigstocke (1981) menjelaskan bahwa pemberian serat kasar @&an
kering) selain akan meningkatkan kapasitas rumen-retikulum juga akan meningkatkan
bobot jaringan rumen-retikulum. Namun peningkatan ketebalan dinding rumenretikulum Relatif kecil, dibandingkan dengan pertumbuhan ketebalan mukosa akibat
perkembangan papille. Perkembangan papille akan lebih besar terjadi pada ruminansia
yang memperoleh pakan konsentrat daripada pakan berserat kasar tinggi, seperti
rerumputan. Dengan perkembangan papille yang meningkat, maka luas dan
kapasitasnya akan meningkat pula, akibatnya penyerapan dan koefiisen akan meningkat
pula, akibatnya penyerapan dan koefesien penggunaan zat makanan bertambah

METODE
W a k t u dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2008.
Tempat pelaksanaan di laboratorium lapang kandang produksi Bagian temak
Ruminansia Kecil dan Bagian temak Ruminansia Besar, Departemen Ilmu Produksi dan
Teknologi Peternakan Fakultas Peternakan, serta analisa kimia VFA dan NH3 di Balai
Penelitian Peternakan Ciawi Bogor.
Materi
Ternak

Temak yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 9 ekor domba jantan lokal
yang beru~nurkurang dari satu tahun. Bobot badan awal temak rata-rata pada domba
15,67

* 0,89 kg. Temak yang digunakan diperoleh dari petemakan Mitra Tani Farm

Ciampea Bogor yang dibeli dari pedagang pengumpul dengan asal domba dari para
petani.
Kandang dan Peralatan

Temak ditempatkan pada kandang individu dengan ukuran 120 x 120 x 170.
Kandang berbentuk panggung sehingga kotoran dapat jatuh ke bawah serta kandang
terbuat dari besi dan dilengkapi dengan tempat pakan, tempat minum dari ember plastik.
Termometer untuk mengukur suhu
Peralatan lain

Peralatan lain yang digunakan dalam penelitian ini antara lain, timbangan pegas
merk Three Goats untuk menimbang bobot badan domba. Timbangan duduk untuk
menimbang pakan, pH meter, selang panjang, selang pendek, kain saring, corong dan
botol selai.
Ransum

Ransum yang digunakan dalam penelitian ini adalah ransum konlplit dalam
bentuk 17zmh dan hijauan (rumput Brachiaria humidicola). Ransum komplit yang

digunakan merupakan pakan komersial sapi perah (KPS Bogor), sedangkan untuk
rumput lapang diperoleh dari padang rumput sekitar kandang. Komposisi kandungan zat
makanan zat makanan dapat dilihat pada Tabel 3. komposisi bahan ransum komplit
terdiri dari onggok, wheat pollard, dedak padi, bungkil kopra, roti a&ir, kacang aflcir,
tetes tebu, urea, garam dan kapur
Tabel 3. Komposisi Zat Makanan Ransum Berdasarkan Bahan Kering
Jenis pakan
Komposisi

Ransum
Komplit

.

Brachiaria
humidicola

PI
20% RK, 80% RBH

P2
20% RBH, 80% RK

..... .....................%.....................................................................

. ... . ....

BK

100

100

80

20

80

20

LK

1,89

0,20

0,16

0,38

1,51

0,04

BETA-N

36,8

42,79

34,23

7,36

29,44

8,56

TDN

49,3 1

44,89

35,91

9,86

39,45

8,98

Sumber: Hasil Analisis Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas Petemakan
Departemen Ilmu Nurtrii dan Teknologi Pakan Institut Pertanian Bogor, 2008

Rancangan
Pengukuran produk VFA dan NH3 serta pH rumen tidak menggunakan
Rancangan statistik.
Sedangkan untuk pengukuran bagian-bagian lambung menggunakan Rancangan
Acak Lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan dan terdiri dari tiga ulangan Rumus model
yang digunakan adalah :
y..= + y.+ E-'J

0

J"

Keterangan
Y , -:Nilai Pengamatan dari Perlakuan ke-i ulangan ke-j
115

= Nilai

yi =

Rata-rata

Pengaruh Perlakuan ke-i

p,

= Galat

perlakuan ke-j

E;,

= galat

perlakuan ke-i, ulangan ke-j

Perlakuan
Perlakuan terdiri dari PI

=

80% Rumput Brachiaria humidicola (RBH), 20%

Ransum Komplit (RK) (Selama dua bulan); P2

=

20% RBH, 80% RK (Selama dua

bulan); P3 = 20% RBH, 80% RK (Selama satu bulan) dan dilanjutkan 80% RBH, 20%
RK (Selarna satu bulan)
Peubah yang Diamati
Peubah yang diamati dalam penelitian ini terdiri dari :
1. Konsumsi bahan kering (BK), protein kasar (PK), TDN, dan SK
2. pH cairan rumen (Pengukuran menggunakan pH meter)

3. Produksi VFA (volatile fatly acid) total dan Parsial serta NH3 Rumen
4. Bobot Tubuh Kosong (BTK), bobot jaringan bersih rumen-retikulum, omasum dan

abomasum
5. Persentase bobot bersih bagian lambung (rumen-retikulum, omasum dan

abomasum) terhadap bobot tubuh kosong

6. Persentase bobot bersih bagian lambung (rumen-retikulum, omasum dan
abomasum) terhadap total lambung

7. Volume bagian-bagian lambung (rumen-retikulum, omasum dan abomasum)
Analisis data
Data produksi VFA dan NH3 dianalisis secara diskriptif. Sedangkan data bagianbagian lambung yang diperoleh dianalisis dengan Analisis of Varians (ANOVA) dan
apabila apabila terdapat perbedaan nyata dilanjutkan Uji Duncan (Steel dan Torrie,
1993)
Prosedur
Persiapan
Bahan, peralatan dan kandang dipersiapkan seminggu sebelum penelitian.
Domba jantan sebanyak 9 ekor dipilih berdasarkan keseragaman bobot badan. Domba
tersebut dimasukkan ke dalam kandang individu.

Adaptasi pakan dilakukan sebelum pelaksaan penelitian selama satu minggu
dengan maksud untuk mengadaptasikan pakan perlakuan
Perawatan intensif antara lain pencukuran bulu, pemberian obat cacing d m
antibiotik. Penimbangan bobot badan dilakukan pada akhir periode adaptasi d m
digunakan sebagai data awal penelitian.
Pemeliharaan
Ternak domba diberi pakan sesuai kebutuhan BK 5 % dari bobot badan,
pemberian makanan d m minuman dimulai pada pagi hari pukul 06.00-07.00 WIB dan
sore hari sekitar pukul 16.30 WIB. Pemberian pakan ransum komplit dalam bentuk
kering atau mash yang diberikan dalam wadah plastik berupa baskom sedangkan rumput
diberikan dalam bentuk segar. Sisa pakan ditimbang keesokan hari. Penggemukan
domba dalam penelitian ini dilakukan selama 2 bulan. Penimbangan temak domba
dilakukan dengan cara menggantung ternak dengan ban bekas yang dimodifikasi untuk
menahan ternak pada perutnya. Peniinbangan domba dilakukan setiap seminggu sekali.
Pengambilan Contoh untuk Analisa Cairan rumen
Pengambilan contoh cairan rumen untuk mengetahui produksi VFA total d m
parsial dan NH,. Sampel cairan rumen diambil empat jam setelah makan. Pengambilan
dilakukan dengan menggunakan selang karet yang dimasukkan ke dalam mulut domba
dengan posisi kepala dimiringkan ke bawah kemudian cairan rumen akan mengalir
sesuai gaya grafitasi bumi, kemudian cairan rumen ditampung pada tabung selai yang
telah diberi HgClz jenuh sekitar 2-3 tetes, kemudian dibawa ke laboratorium untuk
dilakukan analisa VFA dan NH3
Prosedur analisis
a. Analisis VFA secara parsial
Analisis VFA secara parsial menggunakan alat gas kromatografi (GC). Langkah
pertanla di dalam analisis ini adalah dipipet 1 ml cairan contoh (rumen) dan dimasukkan
1 ml cairan rumen ke dalam tabung Eppend013 ditambahkan 0,003 gram asam sulfo 5
salisilat dihidrat, kemudian dicampur dalam tabung tersebut, setelah itu disentrifius
selama 10 menit pada 12000 rpm dan suhu 7OC, selanjutnya diinjeksikan contoh ke
dalam gas kromatografi (GC). Sistem pemisahan ini berdasarkan pemisahan sifat partisi

dan absorbsi zat terhadap dua fase diam (kolom) dan fase bergerak (gas). Adanya
perbedaan partisi atau absorbsi pada kedua fase tersebut memunculkan puncak pada
layar monitor. Dengan membaca kromotogram standar acuan VFA yang korlsentrasinya
sudah diketahui maka VFA sampel tersebut dapat diukur, dan VFA total didapat dari
penjumlahan total dari VFA parsial.
Perhitungan:
Area VFA Coiltoh X kandungan VFA Standar X 1000
VFA (mM) =
Area VFA Standar VFA X BM
Keterangan:
VFA

BM

= volatyle fatty

acid (Asam asetat, Propionat, Butirat dan Valerat)

= Berat melekul VFA

parsial

b. Analisis NH3 rumen
Analisa NH3 dilakukan dengan menggunakan teknik Microdifusi conway,

(General Laboratory Procedures, 1996) Cawan conway yang akan digunakan terlebih
dahulu diolesi dengan vaselin pada kedua bibimya Sebanyak 1 ml supematan cairan
rumen ditempatkan disalah satu ruang sekat cawan dan larutan Na2C03 jenuh di
letakkan pada ruang sekat yang lain. satu ml asam borat berindikator ditempatkan dalam
cawan kecil yang terletak di tengah Cawan conway. Selanjutnya Cawan Conway ditutup
rapat agar udara tidak dapat masuk. Supematan dan larutan Na2C03 jenuh dicampur
hingga merata dengan cara menggoyang-goyangkan cawan dan dimiringkan. Setelah itu
cawan dibiarkan 24 jam pada suhu kamar hingga asam borat benvama biru, dan setelah

24 jam cawan dibuka. Pada bagian asam borat selanjutnya dititrasi dengan 0,02 N HCI
sampai terjadi warna borat (merah jambu). Konsentrasi NH3 (mM) dihitung dengan
menggunakan rumus:
(V HC1 Contoh - V HC1 Blanko) X N HU X 1000
NH 3( mM) =
V Contoh rumen ( ml)
Keterangan :
V
V HC

- Voluine Contoh rulnen (ml)

-

Volume HCI sebagai penetrasi Contoh dan Blanko

N +,a = Nor~nalitasHC

Prosedur Pemotongan dan Pengukuran Parameter
Sebelurn pemotongan temak dipuasakan sebelumnya selama 16 jam dengan
maksud untuk mengosongkan isi saluran pencemaan. Pemotongan dilakukan didaerah
leher sekitar sendi Atlas tepatnya pada Vena yugularis setelah itu dilakukan pengikatan
ujung esophagus dan ujung usus besar sebelum memisahkan saluran pencernaan agar isi
saluran pencernaan tidak keluar dan tidak berpengaruh pada bobot kotor saluran
pencemaan. Kemudian dipisahkan bagian-bagian tubuh temak dipisahkan atas karkas
dan non karkas ( kepala, kulit, ujung kaki dan saluran pencemaan).
Saluran pencernaan dipisahkan, dilanjutkan pengikatan organ-organ saluran
pencernaan yaitu antara esophagus dengan men-retikulum, rumen-retikulurn dengan
omasum, omasum dengan abomasum, abomasum dengan usus halus, dan usus halus
dengan usus besar ha1 ini dilakukan untuk mencegah tercampurnya digesta diantara
saluran pencemaan. Setelah dilakukan pemisahan organ-organ tubuh ternak dilakukan
penimbangan masing-masing organ yang telah dipisahkan maka didapatkan bobot tubuh
kosong setelah dikurangi isi saluran pencernaan dan darah. Saluran pencemaan
dipisahkan bagian-bagian kemudian ditimbang berat kotor dan berat bersihnya
ditimbang setelah dikeluarkan isi dan lemaknya dipisahkan. Kemudian dilanjutkan
pengukuran volume dengan cara mengisikan air pada setiap bagian-bagian lambung
rumen-retikulum, omasum dan abomasum setelah isi digesta dari bagian-bagian
lambung dikeluarkan. Setelah itu air yang diisikan pada tiap bagian-bagian lambung
dikeluarkan kembali ditampung di gelas ukur untuk dilakukan pengukuran volume
sehingga berapa besar air yang tertampung dalanl gelas ukur didapatkan volume bagianbagian lambung.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Konsumsi Zat Makanan
Rataan konsumsi bahan kering masing-masing rumput dan ransum komplit pada
setiap perlakuan disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Konsumsi Bahan Kering (BK), Protein Kasar (PK), Total Digestible
Nutrient (TDN) dan Serat Kasar (SK) untuk Rasio Rumput Brachiaria
Hzimidicola (RBH) dan Ransum Komplit (RK) Selama Satu Bulan
-

Peubah

P1

P2

80% RBH, 20% RK

80% RK, 20% RBH

Konsumsi RBH

576,57*10,93

280,39*22,63

Konsumsi RK
Konsumsi BK Total

156,74*99,10

460,17*43,66

733,3 1*92,67

740,55*21,03

Total konsumsi PK

74,80rt6,74

90,18*7,32

Total konsumsi SK

294,40*34,38

215,24*12,20

Total Konsumsi TDN

360,13*36,44

362,94+26,33

.........................Jumlah (gleh). ...........................

Rataan konsumsi bahan kering harian pada penelitian rata-rata untuk perlakuan
P1 adalah 733,31 g dan untuk perlakuan P2 rata-rata yaitu 740,s g, dari kedua
perlakuan konsumsi bahan kering sudah memenuhi 5 % dari bobot badan, dan hasil
tersebut konsumsi BK sesuai dengan rekomendasi dari NRC (1985). yaitu menurut
NRC, (1985) domba dengan bobot hidup 10-20 kg haruslah mengkonsumsi BK sebesar

500-1000 gr atau 5% dari bobot badan.
Rataan konsumsi rumput dan ransum komplit dalam bahan kering untuk PI
adalah 576,57 dan 156,74 gr atau 78,70% dan 21,30%, ha1 ini menunjukkan konsumsi
telah sesuai dengan perlakuan, sedangkan untuk perlakuan P2 rataan konsumsi rumput
dan ransum komplit dalam bahan kering adalah 280,39 dan 460,17 gr atau 37,28%
rumput dan 62,72% ransum komplit, ha1 ini menunjukkan konsumsi dengan rasio
pemberian yang berbeda belum sesuai yang diharapkan untuk perlakuan P2.
Konsumsi protein kasar (PK) untuk perlakuan PI lebih rendah yaitu rata-rata
sekitar 74,80 gram dan TDN lebih rendah yaitu 360,13 gram, sedangkan untuk
perlakuan P2 konsumsi PK dan TDN lebih tinggi yaitu sekitar 90,18 gram dan 362,94

gram, dari hasil tersebut di atas konsumsi protein kasar dan TDN antara 2 perlakuan
nilainya lebih rendah dari yang direkomendasikan oleh NRC, (1985) yaitu menurut
domba dengan bobot hidup 10-20 kg haruslah mengkonsumsi protein kasar sekitar 127167 glekorlhari dan TDN sekitar 400-800 glekorthari. Protein kasar dan TDN untuk

domba penelitian masih dibawah standar kebutuhan yang direkomendasikan NRC,
dikarenakan kebutuhan PK dan TDN yang sesuai NRC adalah untuk domba di daerah
subtropis, sedangkan untuk domba untuk penelitian ini adalah domba lokal yang cocok
didaerah tropis yang kebutuhan PK dan TDN berbeda dengan domba-domba di daerah
subtropis.
Konsumsi serat kasar untuk perlakuan PI yaitu rata-rata 294,40 gram sedangkan
untuk perlakuan P2 yaitu rata-rata 21524 gram, dari masing-masing perlakuan
konsumsi SK kasar hampir tidak berbeda jauh, ha1 ini karena kandungan SK dari
masing-masing ransum cukup tinggi, kandungan SK ransum komplit sebesar 21,20 %
sedangkan untuk rumput sebesar 41,39 %,

pH rumen yang netral merupakan gambaran kondisi di dalam rumen untuk
aktivitas jasad renik yang masih hidup, Pengaruh perlakuan terhadap rataan pH dan
produksi NH 3 rumen disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Rataan Pengaruh Perlakuan Terhadap pH
Perlakuan

pH rumen

P1

6,40+0,30

P2

6.35k0.35

Rata-rata

6,35+0,26
Keterangan: PI = 80% Rumput Brachiaria humidicola (RBH), 20% Ransum Kornplit (RK)
P2 = 20% RBH, 80% RK
Hasil di atas pH rumen masih dalam keadaan netral untuk mikroba rumen, maka
dalaln ha1 ini masih dalam kisaran pH yang dikatakan oleh Mc Donald et al. (1995)
bahwa pH normal dalam rumen adalah 5,5-6,5 dan suhu normal adalah 38-42'C.
Menurut Hungate (1966) bakteri dapat hidup optimum pada pH 5,s-7,O dalam kondisi
tanpa oksigen, suhu antara 39-40°C dan adanya produk fermentasi pada konsentrasi
sedang. Rataan pH untuk perlakuan PI adalah 6,40 dan untuk perlakuan P2 adalah 6,35

Kadar Amonia (NH 3)

Amonia dalam cairan rumen merupakan hasil dari proses degradasi protein
dan nitrogen bukan protein (NPN) yang masuk dalam rumen. Amonia erat kaitannya
dengan sintesis protein mikroba rumen, karena mikroba rumen memanfaatkan amonia
sebagai sumber nitrogen (N) utama untuk sintesis protein mikroba rumen. Dengan
demikian kadar NH3
fermentabilitas

pakan

merupakan

salah

satu

indikator untuk mengetahui

yang berhubungan dengan kecemaan protein pakan,

aktivitas, dan populasi mikroba rumen. Produksi NH3 pada penelitian ini dapat dilihat
pada Tabel 6.
Tabel 6. Rataan Pengaruh Perlakuan terhadap NH3 Rumen (mM)
NH3
20% RK, 80% RBH

80% RK, 20% RBH

16,il

12,83

--

1

Hasil di atas berada pada kisaran yang baik untuk pertumbuhan mikroba yaitu
seperti yang dinyatakan Sutardi (1977) konsentrasi NH3 yang marnpu dan baik untuk
pertumbuhan mikroba rumen berkisar antara 4-12 mM. Konsentrasi NH3 untuk ransum
perlakuan rata-rata 7,64 mM dan untuk perlakuan P2 rata-rata 6,55 mM, Abdelsamie el

al. (1990) menyatakan bahwa produksi NH, untuk domba adalah 117 mgll atau setara
8,35 mM. 0rskov (1982) menyatakan bahwa produksi NH3 dalam rumen dipengaruhi
oleh lamanya makanan berada dalam rumen, kelarutan protein ransum, pH rumen dan
jumlah protein ransum.
Produksi Volntile Fntty Acid (VFA)

Produksi asam lemak terbang (VFA) merupakan perombakan karbohidrat dalam
rumen. Rataan pengaruh perlakuan terhadap konsentrasi VFA total dan VFA parsial
disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Pengaruh Perlakuan terhadap Produksi VFA Parsial (mM)
Perlakuan
Peubah

Asarn Asetat (C2)
Asam Propionat (C3)
Asam Iso Butirat (iC4)

VFA total

Satuan

P1
20% RK, 80% RBH

P2
80% RK, 20% RBH

mM

77,85*8,84

63,08*13,30

%

71,10*1,29

67,94*0,3 8

mM

20,7%1,20

17,36* 4,89

Yo

18,8%0,65

18,55*1,43

mM

1,41*0,37

0,79* 0,11

%

1,29*0,37

0,86*0,07

mM
%

110,05*9,10

92,805 19,60

100

100

Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi VFA total yang dihasilkan
untuk perlakuan P l rata-rata 110,05 mM, perlakuan P2 rata-rata 92,8 mM, dari hasil di
atas menunjukkan bahwa konsentrasi VFA yang dihasilkan oleh semua ransum
sudah mencukupi konsentrasi VFA normal seperti yang dinyatakan oleh Mc Donald et
01. (1995) bahwa produksi VFA total diantaranya dapat dipengaruhi oleh jenis dan

bentuk makanan yang diberikan serta populasi dan aktivitas mikroba pencerna
karbohidrat, produksi VFA yang normal rata-rata adalah 70-150 mM. kemudian Verma
et

ai., (1977) dainm Arora, (1989) menyatakan bahwa kecepatan produksi asam lemak

terbang (VFA) dan sel bakteri berhubungan dengall konsumsi TDN.
Asam asetat, asam propionat dan asam butirat merupakan tiga asam lemak
terbang (VFA) tertinggi di dalam rumen, VFA dianggap sebagai faktor utama yang
mempengaruhi poduksi ternak ruminansia. (Mc Donald et al., 1995). Pemberian
perlakuan PI 80% rumput menghasilkan masing-masing rata-rata 77,85 mM asetat dan

20,79 mM propionat dan perlakuan P2 80 % ransum komplit konsentrasi asam asetat
dan konsentrasi propionat rata-rata 63,08 mM dan 17,36 mM, dan persentase
konsentrasi VFA parsial terhadap VFA total masing-masing pada perlakuan lumput
yang dominan secara berturut-turut untuk Asetat, Prop, asam iso Butirat, asam nButirat, asam Iso Valerat, dan asam n-Valerat yaitu 71,10%; 18,89%; 1,29%; 7,78%,
0,99% dan 0,51%, Sutardi, (1977) menyatakan bahwa Ransum yang sebagian besar
mengandung hijauan akan menghasilkan kira-kira : 65% Asetat (C2), 20% Propionat
(C,), 10% Butirat (C4) dan 5% -10% Valerat (Cs). Sedangkan untuk perlakuan ransum
komplit 80% yaitu secara berturut-turut presentasinya adalah Asetat, Prop, asam iso
Butirat, asam n-Butirat, asam Iso Valerat, asam n-Valerat 67,94%; 18,55%; 0,86%; 11,
48%; 0.66% dan 0,46%. ha1 ini juga dijelaskan oleh Sutardi, (1977) Umumnya
perbandingan VFA berkisar antara : 65% asetat (Cz), 20% Propionat (C3), 10% Butirat
(C4) dan 5% Valerat

(Cs), dan perbandingan antara asam lemak terbang yang

dihasilkan tidak tetap, tergantung pada jenis makanan, pengolahan dan frekuensi
pemberian makan.
Hasil di atas memperlihatkan rasio asetat lebih tinggi dari propionat didalam
perlakuan, perlakuan PI Asetat lebih tinggi dari Propionat dan perlakuan P2 asetat juga
lebih tinggi dari Propionat, begitu juga halnya Produksi VFA dari masing-masing
perlakuan menunjukkan, yang diharapkan seharusnya untuk perlakuan P2 dengan
dominasi pakan lebih banyak Ransum komplit produksi VFA lebih tinggi propionat dari
pada pada perlakuan PI tetapi kenyataanya P2 asetat lebih tinggi sedangkan propionat
terlihat hasilnya sama saja dengan perlakuan PI, ha1 ini mungkin karena pakan yang
digunakan adalah pakan sapi perah sehingga pakan tersebut untuk kualitas produksi
susu maka kandungan SK ransum komplit cukup tinggi lihat Tabel 3. dan konsumsi SK
masing-masing perlakuan sama-sama tinggi karena disebabkan kandungan SK masingmasing ransum juga tergolong tingggi, kemudian dinyatakan oleh Parakkasi, (1999)
bahwa dengan karbohidrat yang mudah dicerna (misalnya pati) ratio asetat : propionat
menjadi kecil; maka dengan karbohidrat pembangun/struktural (misalnya selulosa,
heiniselulosa) lebih besar.

Bobot Tubu11Kosong (BTK) dan Bobot Jaringan Bersih serta Volume Lambung

Nilai rataan bobot tubuh kosong dan rataan bobot masing-masing jaringan d m
Volume lambung domba jantan lokal disajikan dalam Tabel 8.
Tabel 8. Rataan Bobot Tubuh Kosong (BTK) dan Bobot Jaringan Bersih (gram)
serta Volume Lambung (ml)
Perlakuan
P2
P3
Rata-rata
127301939,52 15183,331569,77 12323,331661,08 13412,2211547,25

Peubah

P1

BTK
Abomasum

109*13,63

111,75+2,53

136,067159,24

Omasum

58,28*11,68

66,67124,66

55,08&9,77

,

118,94114,89
60,01*5,98

,

Volume
1038412111
10054*1601
8872*203
9770,15*987,74
Retikulum(RR)
708+264
592,2116,41
663,33*89,2
654,41*127,19
Volume
abomasum
116,1*46,3
119,3*38,2
92,2*49,0
109,2*5,58
Volume
omasum
Keterangan: PI = 80% Rumput Brachiaria huniidicola (RBI-I), 20% Ransu~nKornplit (RK)
P2 = 20% RBH, 80% RK
P3 = 20% RBH, 80% RK dan 80% RBH, 20%
Bobot Tubuh Kosong (BTK)

Nilai rata-rata bobot tubuh kosong untuk masing-masing perlakuan PI, P2 dan
P3, secara statistik tidak berbeda nyata. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian makan

dengan rasio yang berbeda tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan domba dan bobot
tubuh kosong antar tiga perlakuan relatif sama.
Bobot Jaringan Bersih dan Volume Rumen-Retikulum

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian rumput BH yang dominan
inaupun RK yang dominan keduanya tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap
bobot rumen retikulum.
Rataan volume rum