The Performance of Suckling Piglets Which Feed Sows Addition With Bangunbangun Leaves Meal (Coleus amboinicus Lour) at Different Level.

PENAMPILAN ANAK BABI MENYUSU DARI INDUK DENGAN
RANSUM YANG MENGANDUNG TEPUNG DAUN BANGUNBANGUN (Coleus amboinicus Lour) PADA TARAF
YANG BERBEDA

SKRIPSI
IMMERYEN HUTAPEA

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009

RINGKASAN
IMMERYEN HUTAPEA. D14053318. 2009. Penampilan Anak Babi Menyusu
dari Induk dengan Ransum yang Mengandung Tepung Daun Bangun-bangun
(Coleus amboinicus Lour) pada Taraf yang Berbeda. Skripsi. Departemen Ilmu
Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Prof. Dr. Ir. Pollung H. Siagian, MS.
Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Kartiarso, MSc.
Tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus Lour) merupakan jenis
tanaman herba, yang telah lama dikenal di beberapa daerah di Indonesia. Bangunbangun ini dipercaya mampu meningkatkan produksi air susu ibu yang menyusui,

terutama di daerah pulau Sumatera Utara.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan menentukan pengaruh
pemberian beberapa taraf (0; 1,25; 2,5; dan 3,75%) tepung daun bangun-bangun
(TDB) ke dalam ransum induk babi menyusui terhadap penampilan anak menyusu
hingga penyapihan (30 hari). Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah
konsumsi ransum induk, litter size lahir, bobot lahir, produksi air susu induk (PASI)
babi, mortalitas, konsumsi ransum anak, litter size sapih, bobot sapih, pertambahan
bobot badan anak (PBBA) dan laju pertumbuhan anak babi menyusu.
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan empat perlakuan masing-masing empat ulangan. Data yang diperoleh
dianalisa dengan menggunakan Analisis Ragam atau Analysis of Variance (ANOVA)
menggunakan MINITAB 14, dan apabila terdapat perbedaan nyata akan dilanjutkan
dengan uji lanjut Tukey.
Berdasarkan hasil analisis ragam diketahui bahwa perlakuan tidak
berpengaruh nyata terhadap konsumsi ransum induk babi, PASI babi, mortalitas,
konsumsi ransum anak, litter size sapih, bobot sapih, dan PBBA babi menyusu. Hasil
pengamatan berdasarkan peubah yang diamati menunjukkan bahwa perlakuan R3
(penambahan 2,5% TDB) mempunyai PASI yang lebih tinggi sebesar 1,33% dari R1
(kontrol).
Kata-kata kunci: Coleus amboinicus Lour, tepung daun bangun-bangun, penampilan

anak babi menyusu.

ABSTRACT
The Performance of Suckling Piglets Which Feed Sows Addition With Bangunbangun Leaves Meal (Coleus amboinicus Lour) at Different Level.
I. Hutapea, P. H. Siagian, and Kartiarso
Bangun-bangun leaf is consider one of vegetable commonly consumed by woman
during breast feeding period. It is believed that contain an active compound that
increase milk production. Pig is the most prolific livestock, therefore milk production
became an important issue for it can produce lots of suckling piglets while the milk
production is low. Supplementing bangun-bangun leaf meal in the sow’s ration,
hopefully could increase milk production. This research has been conducted from
May to July 2009 at Rachel Farm, Kampung Cina, Tajur Halang Vilage, Subdistrict
Tajur Halang, Bogor, West Java. The aim of this research was to study the effect of
adding bangun-bangun leaf meal in the different level in sow’s ration on the
performance of it’s suckling piglets. The Completely Random Design with four
treatments and four replication (sow’s) was used in this research. The treatments
were ration with four different levels of bangun-bangun leaf meal, namely R1=0%;
R2=1,25%; R3=2,50%; and R4=3,75%. The result showed that there were no
significant differences (P>0,05) in all parameters measured, such as feed
consumptions, milk production, litter size of birth, birth weight, litter size of

weaning, weaning weight, daily feed consumption of suckling piglets, average
weight gain of suckling piglets and mortality.
Keywords: Bangun-bangun leaf meal, performance of suckling piglets.

PENAMPILAN ANAK BABI MENYUSU DARI INDUK DENGAN
RANSUM YANG MENGANDUNG TEPUNG DAUN BANGUNBANGUN (Coleus amboinicus Lour) PADA TARAF
YANG BERBEDA

IMMERYEN HUTAPEA
D14053318

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009


PENAMPILAN ANAK BABI MENYUSU DARI INDUK DENGAN
RANSUM YANG MENGANDUNG TEPUNG DAUN BANGUNBANGUN (Coleus amboinicus Lour) PADA TARAF
YANG BERBEDA

Oleh
IMMERYEN HUTAPEA
D14053318

Skripsi ini telah disetujui dan akan disidangkan dihadapan
Komisi Ujian Lisan pada tanggal
Oktober 2009

Pembimbing Utama

Pembimbing Anggota

Prof. Dr. Ir. Pollung. H. Siagian, MS. Dr. Ir. Kartiarso, MSc.

Dekan

Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

Ketua Departemen
Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Luki Abdullah, MSc. Agr.

Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri M. Agr Sc

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 13 September 1986 di Sintongmarnipi,
Kecamatan Laguboti, Sumatera Utara. Penulis adalah anak kedua dari lima
bersaudara, dari pasangan Bapak D. Hutapea dan Ibu B. Simanjuntak.
Penulis mengawali pendidikan di SD Negeri no 176369 Sintongmarnipi pada
tahun 1993 dan lulus pada tahun 1999. Penulis melanjutkan ke SLTP Negeri 2
Laguboti dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun yang sama Penulis melanjutkan
pendidikan menengah atas di SMU Negeri 1 Laguboti dan lulus pada tahun 2005.

Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi
Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun 2005 dengan sistem kurikulum
mayor-minor. Tahun 2006 Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Mayor
Teknologi Produksi Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan,
Fakultas Peternakan. Penulis mengambil Minor Nutrisi Ternak, Departemen Ilmu
Nutrisi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan. Selama menjadi mahasiswa
IPB, Penulis menjadi anggota KEPAL-D dan Unit Kegiatan Mahasiswa-Persekutuan
Mahasiswa Kristen (UKM-PMK) IPB.

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat dan anugrah-Nya Penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Penampilan Anak Babi Menyusu dari Induk dengan Ransum yang Mengandung
Tepung Daun Bangun-bangun (Coleus amboinicus Lour) pada Taraf yang Berbeda”.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana
Peternakan di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan yaitu
pada awal bulan Mei hingga akhir bulan Juli 2009 di Peternakan Babi Rachel Farm,
Kampung Cina, Desa Tajur Halang, Kecamatan Tajur Halang, Bogor, Jawa Barat.
Kebutuhan protein hewani yang belum mencukupi bagi masyarakat

Indonesia, dapat diatasi dengan meningkatkan produksi ternak salah satunya adalah
ternak babi. Ternak babi mempunyai potensi yang cukup besar dalam mensuplai
protein hewani karena keunggulan yang dimilikinya dibandingkan dengan ternak
lain, yaitu prolifik, efisien dalam mengkonversi bahan pakan, dan persentase karkas
yang tinggi. Sifat prolifik ini mengakibatkan tingginya angka kematian anak babi dan
rendahnya pertambahan bobot badan anak babi hingga disapih. Untuk mengatasi hal
ini maka salah satu cara yang dapat dilakukan adalah memberikan tepung daun
bangun-bangun ke dalam ransum induk yang diberikan segera setelah beranak
hingga menyapih. Penambahan tepung daun bangun-bangun dilakukan untuk
meningkatkan produksi air susu induk (PASI) sehingga mampu memenuhi
kebutuhan anak.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat
kepada pihak-pihak yang membutuhkannya.

Bogor,
Penulis

November 2009


DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ..................................................................................................

i

ABSTRACT......................................................................................................

ii

LEMBAR PERNYATAAN .............................................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. iv
RIWAYAT HIDUP ...........................................................................................

v

KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................

x

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xi
PENDAHULUAN
Latar Belakang .....................................................................................
Perumusan Masalah ..............................................................................
Tujuan Penelitian ..................................................................................
Manfaat Penelitian.................................................................................

1
2
2
2

TINJAUAN PUSTAKA
Bangun-bangun (Coleus amboinicus Lour) ...........................................
Kandungan Zat Makanan ..........................................................
Manfaat ....................................................................................

Ternak Babi...........................................................................................
Penampilan Reproduksi Babi Betina .........................................
Konsumsi Ransum Induk Babi .................................................
Litter Size Lahir ........................................................................
Bobot Lahir Anak Babi..............................................................
Produksi Air Susu Induk Babi ..................................................
Mortalitas Anak Babi Selama Menyusu .....................................
Ransum Anak Babi Menyusu ...................................................
Litter Size Sapih ........................................................................
Bobot Sapih........................... ....................................................
Pertambahan Bobot Badan Anak Babi Menyusu ........................

3
4
5
6
6
7
8
9

10
10
11
11
12
12

METODE
Waktu dan Lokasi .................................................................................
Materi ..................................................................................................
Ternak .......................................................................................
Kandang dan Peralatan ..............................................................
Ransum Penelitian .....................................................................

14
14
14
14
15

Rancangan ............................................................................................
Rancangan ................................................................................
Peubah yang Diamati ................................................................
Analisis Data ............................................................................
Prosedur ...............................................................................................

15
15
16
16
16

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Peternakan ....................................................................
Lokasi Penelitian ......................................................................
Tata Laksana Pemeliharaan ......................................................
Suhu dan Kelembaban .............................................................
Ternak Penelitian ..................................................................................
Ransum Penelitian .................................................................................
Konsumsi Ransum Induk Babi .............................................................
Litter Size Lahir .....................................................................................
Bobot Lahir ...........................................................................................
Produksi Air Susu Induk Babi ..............................................................
Mortalitas Anak Babi ............................................................................
Konsumsi Ransum Anak Babi Menyusu ...............................................
Litter Size Sapih ....................................................................................
Bobot Sapih...........................................................................................
Pertambahan Bobot Badan Anak Babi Menyusu ...................................
Laju Pertumbuhan Anak Babi Menyusu ...............................................

18
18
19
21
22
23
25
26
27
28
30
32
33
34
35
37

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ...........................................................................................
Saran ..................................................................................................

39
39

UCAPAN TERIMA KASIH .............................................................................

40

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................

41

LAMPIRAN

44

..................................................................................................

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1. Komposisi Zat Gizi Daun Bangun-bangun dan Daun Katuk ..................

4

2. Kandungan Senyawa Aktif dalam Coleus amboinicus Lour ...................

5

3. Sifat Reproduksi Babi Betina .................................................................

7

4. Rataan Anak Babi yang Dilahirkan pada Berbagai Periode Kelahiran ....

9

5. Hubungan Bobot Lahir dengan Daya Tahan Hidup Anak Babi ..............

9

6. Komposisi Ransum di Peternakan Babi Rachel Farm .............................

20

7. Populasi Ternak Babi di Peternakan Babi Rachel Farm ..........................

21

8. Susunan Ransum Induk Babi Selama Penelitian.....................................

24

9. Hasil Analisa Kandungan Zat Makanan Ransum Penelitian ...................

25

10. Rataan Konsumsi Ransum Induk Babi Laktasi Selama Penelitian ..........

26

11. Rataan Litter Size Lahir Selama Penelitian .............................................

27

12. Rataan Bobot Lahir Anak Babi Selama Penelitian .................................

28

13. Rataan Produksi Air Susu Induk Babi Selama Penelitian .......................

29

14. Mortalitas Anak Babi Menyusu Selama Penelitian ................................

30

15. Rataan Litter Size Sapih Selama Penelitian ............................................

33

16. Rataan Bobot Sapih Selama Penelitian...................................................

34

17. Rataan PBBA Babi Menyusu Selama Penelitian ....................................

36

18. Rataan Laju Pertumbuhan Anak Babi Menyusu Selama Penelitian ........

37

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1. Tanaman Bangun-bangun .......................................................................

3

2. Induk Babi Menyusui Segera Setelah Beranak ........................................

14

3. Peta Lokasi Kecamatan Tajur Halang .....................................................

18

4. Jenis Kandang yang Digunakan ..............................................................

19

5. Thermohygrometer .................................................................................

22

6. Grafik Laju Pertumbuhan Anak Babi Menyusu .......................................

37

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1. Periode Beranak Induk Penelitian .........................................................

45

2. Analisis Ragam Konsumsi Ransum Induk Babi .....................................

45

3. Rataan Konsumsi Energi Harian Induk Babi Penelitian .........................

45

4. Analisis Ragam Konsumsi Energi Harian Induk Babi Penelitian ............

46

5. Rataan Konsumsi Protein Harian Induk Babi Penelitian .........................

46

6. Analisis Ragam Konsumsi Protein Harian Induk Babi Penelitian ..........

46

7. Analisis Ragam Litter Size Lahir............................................................

46

8. Analisis Ragam Bobot Lahir ..................................................................

47

9. Analisis Ragam Produksi Air Susu Induk Babi .....................................

47

10. Mortalitas Anak Babi Selama Menyusu ................................................

47

11. Analisis Ragam Mortalitas Anak Babi (ekor) .........................................

47

12. Analisis Ragam Mortalitas Anak Babi (%) ............................................

48

13. Analisis Ragam Litter Size Sapih ...........................................................

48

14. Analisis Ragam Bobot Sapih .................................................................

48

15. Analisis Ragam Pertambahan Bobot Badan Anak babi ..........................

48

16. Rataan laju Pertumbuhan Anak Babi Menyusu Selama Enam Kali
Penimbangan .........................................................................................

49

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Babi merupakan salah satu jenis ternak yang mempunyai potensi sebagai
sumber protein hewani dengan sifat-sifat yang dimiliki adalah prolifik (melahirkan
banyak anak setiap kelahiran), dan efisien dalam mengkonversi bahan makanan
menjadi daging dengan persentase karkas yang tinggi. Kebutuhan protein hewani
yang semakin meningkat dapat dipenuhi dengan usaha untuk meningkatkan
reproduksi, produksi, dan kualitas daging yang dihasilkan.
Manajemen pemberian pakan merupakan faktor yang sangat penting
diperhatikan karena biaya pakan merupakan biaya terbesar dari total biaya produksi
dan sangat berpengaruh terhadap penampilan ternak. Faktor lain yang perlu
diperhatikan yaitu ternak babi merupakan hewan prolifik dengan jumlah anak yang
dihasilkan per kelahiran banyak, yaitu dapat mencapai 5-13 ekor.
Jumlah anak babi yang dihasilkan per kelahiran berpengaruh terhadap
mortalitas anak babi. Jumlah anak lahir yang semakin tinggi pada umumnya akan
mengakibatkan tingkat mortalitas yang semakin tinggi juga (Parakkasi, 1983). Faktor
lain yang mempengaruhi tingkat mortalitas adalah kurangnya air susu yang
dihasilkan oleh induk sehingga tidak mencukupi kebutuhan anak-anaknya. Jumlah
anak yang banyak juga akan mempengaruhi bobot lahir dan pertambahan bobot
badan anak babi sebelum penyapihan. Pertambahan bobot badan anak babi sebelum
penyapihan sebagian besar dipengaruhi oleh produksi air susu yang dihasilkan oleh
induk. Tingkat pertambahan bobot badan atau laju pertumbuhan anak babi ini sangat
penting untuk diperhatikan, karena merupakan faktor yang berpengaruh terhadap
pemeliharaan selanjutnya. Semakin tinggi pertambahan bobot badan anak babi
sebelum disapih, maka akan semakin cepat mencapai bobot potong, sehingga
memberikan keuntungan bagi peternak.
Salah satu usaha yang dilakukan untuk mengatasi masalah kurangnya
produksi air susu induk babi ini adalah dengan melakukan pemberian tepung daun
bangun-bangun (Coleus amboinicus Lour) ke dalam ransum induknya. Daun bangunbangun (C. amboinicus Lour) merupakan sejenis herba, yang telah lama dikenal di
beberapa daerah di Indonesia. Daun bangun-bangun berpotensi sebagai bahan
pangan sumber zat besi, provitamin A (karoten) dan kalsium. Daun bangun-bangun

juga dapat memberikan manfaat kesehatan dan pertumbuhan bayi yang ibunya
mengkonsumsi daun tersebut karena daun ini dapat meningkatkan produksi air susu
ibu.
Perumusan Masalah
Jumlah anak lahir yang banyak per kelahiran pada ternak babi merupakan
salah satu faktor yang berpengaruh terhadap penampilan anak babi. Salah satu faktor
penyebabnya adalah produksi air susu induk babi yang terbatas atau tidak selalu
mencukupi kebutuhan setiap anak yang dilahirkan sehingga perlu dilakukan usaha
untuk meningkatkan produksi air susu induk babi tersebut. Salah satu usaha yang
dapat dilakukan adalah dengan pemberian tepung daun bangun-bangun ke dalam
ransum induk babi segera setelah selesai beranak. Hal ini dilakukan berdasarkan
hasil dari berbagai peneliti yang menyatakan bahwa daun bangun-bangun mampu
meningkatkan produksi air susu induk, meningkatkan daya tahan tubuh dan menjaga
kesehatan anak dari induk yang mengkonsumsi tepung daun bangun-bangun tersebut.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menentukan pengaruh
pemberian tepung daun bangun-bangun pada berbagai taraf (0, 1,25, 2,5, dan 3,75%)
dalam ransum induk babi yang diberikan segera setelah selesai beranak hingga akhir
laktasi terhadap penampilan anak menyusu antara lain litter size lahir, bobot lahir,
litter size sapih, bobot sapih, dan pertambahan bobot badan anak babi serta laju
pertumbuhannya sebelum penyapihan. Penelitian ini juga bertujuan mengetahui
persentase mortalitas anak babi selama penelitian, konsumsi ransum induk dan anak
babi menyusu.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pengaruh
pemberian tepung daun bangun-bangun ke dalam ransum induk babi terhadap
produksi air susu induk babi dan penampilan anak babi menyusu. Hasil penelitian ini
juga diharapkan dapat dijadikan rekomendasi untuk menentukan taraf pemberian
tepung daun bangun-bangun yang tepat ke dalam ransum induk babi menyusui.

TINJAUAN PUSTAKA
Bangun-bangun (Coleus amboinicus Lour)
Bangun-bangun merupakan tanaman dengan batang lunak, tidak berkayu atau
hanya mengandung jaringan kayu sedikit sekali, sehingga pada akhir masa
tumbuhnya akan mati sampai kepangkalnya tanpa ada bagian batang yang tertinggal
diatas tanah (Depdiknas, 2003). Tanaman bangun-bangun jarang berbunga akan
tetapi pengembangbiakannya mudah sekali dilakukan dengan stek dan cepat berakar
didalam tanah. Tanaman bangun-bangun (Gambar 1) dapat tumbuh dengan baik
meskipun ditanam dalam pot.

Gambar 1. Tanaman Bangun-bangun
Tanaman bangun-bangun dapat dijumpai di hampir semua daerah di
Indonesia dengan nama yang berbeda-beda yaitu: daun jinten (Jawa Tengah), daun
ajeran (Sunda), daun majha nereng atau daun kambing (Madura), daun iwak (Bali),
daun bangun-bangun (Batak Toba), torbangun (Batak Simalungun), dan tarbangun
(Batak Karo) (Damanik et al. , 2001). Taksonomi tanaman bangun-bangun menurut
Keng (1978) dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom

: Plantae

Divisi

: Phanerogamae

Subdivisi

: Spermathophyta

Kelas

: Angiospermae

Ordo

: Tubiflorae

Family

: Limiaceae (Labialae)

Sub Family

: Oscimoidae

Genus

: Coleus

Spesies

: Coleus amboinicus Lour

Kandungan Zat Makanan
Daun bangun-bangun berpotensi sebagai bahan pangan sumber zat besi,
provitamin A (karoten) dan kalsium. Bahan daun bangun-bangun sebanyak 100 g
mengandung kalsium sebesar 279 mg, besi sebesar 13,6 mg, dan karoten total
sebesar 13288 µg. Nilai ketiga jenis zat gizi ini lebih besar bila dibandingkan dengan
daun katuk (Sauropus androgynus). Daun katuk juga merupakan jenis tanaman yang
daunnya digunakan sebagai pelancar produksi air susu ibu (ASI). Komposisi zat gizi
daun bangun-bangun dan katuk selengkapnya disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi Zat Gizi Daun Bangun-bangun dan Daun Katuk
Zat Gizi

Bangun-bangun

Katuk

Energi (kal)

27,0

59,0

Protein (g)

1,3

6,4

Lemak (g)

0,6

1,0

Karbohidrat (g)

4,0

9,9

Serat (g)

1,0

1,5

Abu (g)

1,6

1,7

279,0

233,0

Fosfor (mg)

40,0

98,0

Besi (mg)

13,6

3,5

13288,0

10020,0

Vitamin A (mg)

0,0

0,0

Vitamin B1 (mg)

0,2

0,0

Vitamin C (mg)

5,1

164,0

Air

92,5

81,0

Berat dapat dimakan (%)

66,0

42,0

Kalsium (mg)

Karoten total (µg)

Sumber: Mahmud et al. (1990)

Analisis menggunakan GC (Gas Chromatography) dan GC-MS (Gas
Chromatography-Mass Spectometry) oleh Laboratorium Department of Chemistry
Gorakhpur University pada tahun 2006, menemukan kandungan senyawa penting
yang berperan aktif dalam metabolisme sel dan merangsang produksi susu dalam
Coleus amboinicus Lour, senyawa aktif tersebut disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Kandungan Senyawa Aktif dalam Coleus amboinicus Lour
Senyawa Aktif

Jumlah (%)*

Thymol

94,3

Forskholin

1,5

Carvacrol

1,2

Sumber: Laboratorium Department of Chemistry Gorakhpur University, India (2006)
*
97% dari kandungan asam lemak

Menurut Acamovic dan Brooker (2005), thymol merupakan antibiotik alternatif
yang menjanjikan dan dapat digunakan untuk ternak tanpa memberikan efek negatif
terhadap daging atau susu yang diproduksi. Penggunaan carvacrol dalam suatu
campuran ekstrak tanaman sebagai suplemen dalam ransum babi laktasi
menghasilkan litter size, bobot lahir, kecernaan bahan kering, kecernaan bahan
organik, dan kecernaan protein lebih tinggi dibandingkan babi laktasi yang diberi
ransum tanpa suplementasi (Ilsley et al., 2004), sedangkan senyawa forskholin
bersifat membakar lemak menjadi energi (Sahelian, 2006).
Lawrence et al. (2005) mengemukakan bahwa secara umum dalam daun bangunbangun telah ditemukan tiga komponen utama. Komponen pertama adalah senyawa
yang bersifat lactagogue, yaitu komponen yang dapat menstimulir produksi kelenjar
air susu pada induk laktasi. Komponen kedua adalah zat gizi dan komponen ketiga
adalah farmakoseutika yaitu senyawa-senyawa yang bersifat buffer, antibakterial,
antioksidan, pelumas, pelentur, pewarna dan penstabil. Dosis penggunaan berkisar
0,25 sampai 10 g/kg bobot badan/hari, yang bervariasi menurut umur dan status
fisiologis ibu atau induk ternak.
Manfaat
Daun bangun-bangun biasa digunakan masyarakat Batak untuk menjaga dan
meningkatkan kesehatan tubuh, juga untuk meningkatkan jumlah air susu ibu
menyusui (Damanik et al, 2001). Pendapat ini didukung oleh Depkes (2005), yang
menyatakan bahwa daun bangun-bangun memiliki berbagai khasiat seperti mengatasi
demam, influenza, batuk, sembelit, radang, kembung, sariawan, sakit kepala, luka,
alergi, diare dan meningkatkan sekresi air susu.
Silitonga (1993) melaporkan bahwa penggunaan daun jinten (bangunbangun) dapat meningkatkan produksi air susu induk tikus putih laktasi sampai 30%.

Penelitian lain yang dilakukan Santosa (2001) menyatakan bahwa empat jam setelah
pemberian daun bangun-bangun, volume air susu ibu menyusui meningkat sebesar
47,4% dan lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Menurut Duke (2000),
senyawa-senyawa kimia yang terkandung dalam daun bangun-bangun berpotensi
terhadap berbagai macam aktivitas biologi, misalnya antioksidan, diuretik analgesik,
mencegah kanker, anti tumor, dan anti hipotensif.
Ternak Babi
Ternak babi merupakan salah satu dari sekian jenis ternak yang mempunyai
potensi sebagai sumber protein hewani dengan sifat-sifat yang dimiliki adalah
prolifik (memiliki banyak anak setiap kelahiran), efisien dalam mengkonversi bahan
makanan menjadi daging dan mempunyai daging dengan persentase karkas yang
tinggi (Siagian, 1999). Ternak babi bila diklasifikasikan secara zoologis termasuk ke
dalam kelas Mammalia, ordo Artiodactyla, genus Sus dan spesies terdiri dari Sus
scrofa, Sus vittatus, Sus cristatus, Sus leucomystax, Sus celebensis, Sus verrucosus,
Sus barbatus. Terdapat beberapa bangsa dari ternak babi yang sudah dikenal dan
banyak dikembangkan di Indonesia yaitu Yorkshire, Landrace, Duroc, Hampshire
dan Berkshire (Sihombing, 2006).
Penampilan Reproduksi Babi Betina
Babi adalah ternak menyusui yang menghasilkan anak dalam jumlah yang
banyak sekaligus dengan interval generasi yang lebih singkat daripada domba, sapi,
kerbau dan kuda (Toelihere, 1985). Parakkasi (1990) menyatakan bahwa ternak babi
merupakan ternak yang cepat berkembangbiak karena menghasilkan banyak anak
yang lahir dari satu kelahiran dan dalam satu tahun dapat terjadi dua kali beranak
bahkan dapat lima kali beranak dalam dua tahun. Data mengenai sifat-sifat
reproduksi babi betina disajikan pada Tabel 3.
Toelihere (1985) menyatakan bahwa besarnya litter bervariasi menurut tiap
masa kelahiran pada induk babi yang sama. Hal ini dipengaruhi oleh keadaan
lingkungan, umur, varietas, dan kesanggupan reproduksi setiap individu. Semakin
sering induk babi beranak, semakin besar litter size lahir, mencapai puncak pada
beranak ketiga atau keempat kemudian masa stabil sampai beranak keenam atau
ketujuh, selanjutnya diikuti penurunan secara bertahap.

Tabel 3. Sifat Reproduksi Babi Betina
Sifat

a)

b)

Umur saat pubertas (bulan)

4-7

5-8

Lama estrus (hari)

1-5

2-3

Panjang siklus estrus (hari)

18-24

19-23

Waktu ovulasi setelah estrus (jam)

12-48

38-42

Hari ke-2 estrus

Hari ke-2 estrus

111-115

111-117

Saat yang tepat dikawinkan
Lama kebuntingan (hari)
Sumber: a). Blakely dan Bade (1991)
b). Toelihere (1985)

Konsumsi Ransum Induk Babi
Ransum adalah makanan yang diberikan pada ternak tertentu selama 24 jam,
pemberiannya dapat dilakukan sekali atau beberapa kali selama 24 jam tersebut.
Ransum sempurna adalah kombinasi beberapa bahan makanan yang bila dikonsumsi
secara normal dapat mensuplai zat-zat makanan kepada ternak dalam perbandingan
jumlah, dan bentuk sedemikian rupa sehingga fungsi-fungsi fisiologis dalam tubuh
berjalan dengan normal (Parakkasi, 1990). Ransum yang dikonsumsi ternak babi
akan diubah menjadi jaringan tubuh, juga digunakan sebagai sumber energi dan
sebagian lagi akan dikeluarkan menjadi kotoran (Siagian, 1999). Menurut Sihombing
(2006), induk babi selama bunting dengan kondisi lingkungan bebas dari infestasi
parasit yang parah sudah cukup diberi makanan 1,8-2,3 kg per hari per ekor.
Peningkatan ransum pada saat babi bunting tidak perlu dilakukan karena
sangat kecil pengaruhnya terhadap bobot anak babi yang baru lahir dan untuk
penghematan biaya ransum. Semakin banyak ransum yang diperoleh selama bunting,
semakin menurun yang dimakan selama laktasi. Semakin banyak ransum yang
dikonsumsi pada waktu laktasi maka produksi air susu akan meningkat. Oleh sebab
itu, untuk memaksimalkan produksi air susu haruslah membatasi ransum induk
selama bunting. Konsumsi ransum untuk induk babi laktasi harus disesuaikan dengan
jumlah anaknya, sebab semakin banyak anak semakin besar perangsang produksi
susu induk (Sihombing 2006).
Sutardi (1981) menyatakan bahwa ternak akan mencapai potensi genetiknya
bila memperoleh zat-zat makanan yang dibutuhkannya. Faktor yang mempengaruhi

konsumsi ransum adalah bobot individu ternak, tipe dan tingkat produksi, umur, jenis
makanan dan faktor lingkungan (Church, 1991).
Litter Size Lahir
Litter size pada saat lahir adalah jumlah anak lahir per induk per kelahiran.
Jumlah anak babi seperindukan yang dilahirkan dipengaruhi oleh pejantan dan
induknya, bangsa, umur induk, periode beranak (parity), fertilitas, kematian selama
kebuntingan, dan lamanya kebuntingan (Kingston, 1983). Faktor-faktor lain yang
mempengaruhi banyak anak per kelahiran yaitu jumlah sel telur yang dilontarkan
indung telur, laju hidup embrio selama berkembang, kelainan-kelainan hormonal,
infeksi uterus dan makanan (Sihombing, 2006). Seekor induk dapat menghasilkan 812 ekor setelah periode kebuntingan selama 112-120 hari (Eusebio, 1980).
Bangsa babi mempengaruhi jumlah anak seperindukan saat lahir yaitu pada
babi Duroc adalah 10,24 ekor (Milagres et al., 1983); 9,16 ekor (Park dan Kim,
1983); 9,6 ekor (Benkov et al., 1980) dan 9,12 ekor (Lopez et al., 1983), sedangkan
babi Yorkshire adalah 9,57 ekor (Park dan Kim, 1983) dan Landrace 10,94 ekor
(Milagres et al. , 1983).
Menurut Nauk dan Sakril (1983), rataan lama kebuntingan adalah 114 hari
dengan kisaran 108-125 hari. Penelitian lebih mendalam oleh Lynch et al. (1982)
menunjukkan bahwa dengan lama kebuntingan kurang dari 112 hari jumlah anak
seperindukan waktu lahir 12 ekor, sedangkan dengan lama kebuntingan 113-114,
115-116, 117-118 dan lebih daripada 118 hari jumlah anak seperindukan waktu lahir
masing-masing adalah 11,3; 10,5; 9,5; dan 8,3 ekor, yang berarti kebuntingan yang
semakin lama cenderung menurunkan jumlah anak per kelahiran.
Litter size juga dipengaruhi oleh umur induk. Babi dara yang dikawinkan
akan menghasilkan litter size lebih sedikit daripada induk babi. Periode beranak
(parity) induk babi juga akan mempengaruhi jumlah anak babi yang dihasilkan
(Krider dan Carroll, 1971), seperti diperlihatkan pada Tabel 4 bahwa puncak jumlah
anak tertinggi yang dilahirkan akan dihasilkan oleh induk pada periode beranak ke-5,
dan setelah itu akan mengalami penurunan.

Tabel 4. Rataan Anak Babi yang Dilahirkan pada Berbagai Periode Kelahiran
Baranak ke-

Rataan anak babi (ekor)

Kisaran anak lahir (ekor)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

9,5
10,7
11,4
11,8
11,9
11,7
11,3
11,2
10,8
10,1

2-18
3-18
4-22
4-22
5-20
4-21
4-20
5-20
2-18
2-18

Sumber: Krider dan Carroll (1971)

Bobot Lahir Anak Babi
Bobot lahir merupakan bobot badan ternak saat lahir. Bobot lahir anak babi
dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain, periode beranak induk, umur induk,
bangsa induk dan jumlah anak seperindukan pada waktu lahir (De Borsotti et al.,
1982).
Sihombing (2006) menyatakan bahwa bangsa babi juga mempengaruhi bobot
lahir per ekor, yaitu: bangsa babi Duroc 1,47 kg, Yorkshire 1,39 kg, Landrace 1,41
kg dan Hampshire 1,17 kg. Sebaran bobot lahir anak babi yang semakin kecil akan
meningkatkan persentase mortalitas anak babi, jadi bobot lahir mempunyai korelasi
negatif dengan persentase mortalitas. Data mengenai hubungan bobot lahir dengan
daya tahan hidup anak babi ditunjukkan pada Tabel 5.
Tabel 5. Hubungan Bobot Lahir dengan Daya Tahan Hidup Anak Babi
Sebaran bobot badan
(kg)
1,81

1,734

10

12

Sumber : Sihombing (2006)

Produksi Air Susu Induk Babi
Susu didefinisikan sebagai sekresi dari kelenjar susu binatang yang menyusui
anaknya. Church (1991) menyatakan bahwa anak babi menerima nutrien yang sangat
penting dari air susu induk sejak awal hingga 2-3 minggu. Air susu pertama yang
disekresi oleh induk (collostrum) mengandung immunoglobulin. Menurut Mepham
(1987), produksi susu dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu: jumlah dan
komposisi makanan yang dikonsumsi, jumlah dan komposisi darah yang diserap oleh
kelenjar ambing, dan laju sintesis air susu. Jumlah anak babi menyusu yang semakin
banyak cenderung menaikkan produksi air susu induk (Parakkasi, 1990). Lebih lanjut
Sihombing (2006) menyatakan bahwa pada awalnya induk menghasilkan sekitar 4 kg
air susu per hari dan meningkat terus hingga minggu keempat dari masa laktasi
menjadi sekitar 7 kg dan selanjutnya menurun. Produksi air susu induk babi dapat
diukur secara tidak langsung yaitu berdasarkan bobot badan pada anak-anaknya.
Anak babi ditimbang sebelum dan segera sesudah menyusu, selisih berat
penimbangan adalah produksi susu saat itu (Parakkasi, 1990).
Mortalitas Anak Babi Selama Menyusu
Hurley (1999) menyatakan bahwa lebih dari 60% kematian anak sebelum
disapih disebabkan oleh faktor induk dan juga pengaruh dari suplai nutrisi yang
dapat mengakibatkan rendahnya produksi air susu induk sehingga mempengaruhi
pertumbuhan anak babi. Periode yang paling kritis bagi anak babi yang baru lahir
adalah masa menyusu yaitu pada hari pertama sampai hari ketiga setelah dilahirkan
dan kematian setelah itu biasanya rendah. Sihombing (2006) juga menambahkan
bahwa kematian anak babi saat menyusu yang menonjol adalah mati lahir karena
anak babi kekurangan oksigen, kelemahan dan tertindih atau terjepit oleh induk.
Menurut Sihombing (2006), bobot lahir yang rendah akan sangat
mempengaruhi mortalitas pada anak babi yang baru dilahirkan, hal ini berkaitan
dengan daya tahan tubuh anak babi tersebut. Anak babi yang baru lahir mudah
terkena penyakit dan infeksi karena mempunyai daya tahan tubuh yang rendah.
Daya tahan tubuh anak babi diperoleh dari induknya melalui kolostrum dan air susu
yang dihasilkan oleh induk. Lucbert dan Gatel (1988) menambahkan bahwa periode
beranak induk juga dapat mempengaruhi mortalitas anak babi. Periode induk beranak
pertama merupakan faktor yang kritis bagi anak babi yang baru dilahirkan.

Bolet (1982) mengemukakan bahwa kematian anak babi akan meningkat
dengan meningkatnya jumlah anak babi per induk per kelahiran. Kematian anak babi
juga diakibatkan adanya diare yang menyerang anak babi, karena hampir 20% anak
babi mati terserang diare (Ensminger, 1977).
Ransum Anak Babi Menyusu
Air susu induk babi diakui sebagai makanan utama yang ideal bagi anak babi
pada masa menyusu. Semua kebutuhan zat-zat makanan bagi anak babi yang baru
lahir dapat diperoleh dari air susu induk, kecuali zat besi (Sihombing, 2006).
Produksi air susu induk babi akan menurun mulai dari awal minggu ketiga dari masa
laktasi, oleh karena itu perlu diberikan pakan pengganti air susu induk terhadap anak
babi menyusu.
Pakan untuk anak babi menyusu harus memiliki kandungan protein, kalsium
dan posfor masing-masing sebesar 20,0; 0,95; dan 0,76% (Sihombing, 2006). Seekor
anak babi membutuhkan 6-8 mg Fe/hari untuk pembentukan hemoglobin, namun
yang tersedia pada susu hanya sekitar 1mg/hari. Penyuntikan Fe secara intramuskular
perlu dilakukan sebanyak 100-200 mg (Fe-dextran, Fe-dextrin, atau gleptoferrin)
sebelum anak babi berumur tiga hari. Anak babi akan mulai memakan makanan lain
pada umur tiga minggu. Pakan starter yang palatabel mengandung 18-20% protein
(1,2% lisin) harus sudah disiapkan pada tempat pakan (creep feeder) pada saat anak
babi berumur 3-4 minggu. Pakan yang baik harus mengandung tepung susu atau
whey, gula, dan antibiotik (Churh, 1991).
Litter Size Sapih
Litter size sapih merupakan jumlah anak yang disapih per induk per
kelahiran. Litter size sapih dipengaruhi oleh banyaknya anak yang dilahirkan seekor
induk per kelahiran, mortalitas anak babi prasapih, manajemen pemeliharaan,
agalactia, stress pada induk, lama umur penyapihan, faktor fisiologis tubuh anak babi
terhadap lingkungannya dan penyakit. Menurut Siagian (1985), litter size sapih
dipengaruhi oleh kemampuan induk babi memelihara dan menyusui anaknya.
Sihombing (2006) menyatakan bahwa penyapihan sebaiknya dilakukan pada
umur 3-5 minggu, karena pada umur ini anak babi telah memiliki kemampuan untuk
mengkonsumsi pakan sendiri dan memiliki sistem kekebalan tubuh yang telah

berkembang dengan baik. Data survei di Amerika Serikat dan Kanada menunjukkan
bahwa rataan banyak anak yang disapih per induk per tahun sekitar 14 ekor dan
mortalitas dari semua anak yang lahir adalah 25%. Dalam prakteknya anak babi
disapih

pada umur 3 hingga 6 minggu (Sihombing, 2006). Jumlah anak

seperindukan saat disapih dipengaruhi oleh bangsa, yaitu babi Duroc 8,00 ekor
(Topica, 1983); Hampshire 6,36 ekor (Lopez et al., 1983); Yorkshire 8,31 ekor; dan
Landrace 6,33 ekor (Quintana et al., 1983). Perbedaan litter size sapih sekitar 0,2
ekor (Rodriguez-Zas et al., 2003).
Bobot Sapih
Inglis (1980) menyatakan bahwa bobot sapih merupakan bobot badan ternak
saat dipisahkan dari induknya. Sapih merupakan tahap pertumbuhan suatu hewan
yang makanannya tidak lagi bergantung pada air susu induknya dan mulai
mengkonsumsi ransum padat dan air. Sumantri (1984) menyatakan bahwa besarnya
bobot sapih dipengaruhi oleh jenis kelamin, bobot badan induk, umur induk, keadaan
saat lahir, kemampuan induk untuk menyusui anak, dan kuantitas serta kualitas
ransum yang diberikan dan juga suhu lingkungan. Siagian (1985) juga menambahkan
bahwa bobot sapih dipengaruhi oleh umur sapih, perbedaan pemeliharaan, pengaruh
tahun dan musim.
Menurut Parakkasi (1990), semakin banyak anak yang menyusu cenderung
menaikkan produksi air susu induk walaupun tidak harus menjamin kebutuhan
optimum dari anak-anak tersebut. Induk yang memiliki produksi air susu tinggi akan
menghasilkan anak dengan bobot sapih yang tinggi pula. Siagian (1985) menyatakan
bahwa secara keseluruhan rataan berat badan anak babi waktu disapih adalah
6,14±0,02 kg. Babi Landrace memperlihatkan bobot badan sapih yang terberat yaitu
6,53 kg, diikuti oleh Duroc 6,10 kg dan Yorkshire 5,98 kg.
Pertambahan Bobot Badan Anak Babi Menyusu
Pertumbuhan merupakan suatu perubahan yang terjadi meliputi peningkatan
ukuran sel-sel tubuh. Pertumbuhan mencakup tiga komponen utama yaitu
peningkatan berat otot, ukuran skeleton, dan jaringan lemak tubuh. Pertumbuhan
anak sebelum sapih dipengaruhi oleh faktor genetik, bobot lahir, litter size lahir,
produksi air susu, perawatan, dan umur induk (Sihombing, 2006). Menurut

Anggorodi (1979), laju pertumbuhan dari lahir sampai disapih sebagian besar
dipengaruhi oleh jumlah susu yang dihasilkan induk dan dipengaruhi pula oleh
kesehatan individu.
Pertumbuhan anak babi Yorkshire, Hampshire dan Landrace pada umur 1-35
hari berlangsung linier. Pertambahan bobot badan anak babi selama 21 hari pertama
memerlukan penyesuaian spesifik untuk setiap bangsa. Ternak babi pada waktu
masih muda, pertumbuhannya terutama dari protein dan air, akan tetapi setelah babi
tersebut mempunyai berat badan sekitar 40 kg, energi yang disimpan berupa protein
telah mulai konstan dan mulailah energi tersebut dipakai untuk pembentukan
jaringan lemak yang semakin meningkat dengan bertambahnya umur (Parakkasi,
1990).

METODE
Waktu dan Lokasi
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Mei sampai dengan bulan Juli 2009
di Peternakan Babi Rachel Farm, Kampung Cina, Desa Tajur Halang, Kecamatan
Tajur Halang, Bogor, Jawa Barat.
Materi
Ternak
Penelitian ini menggunakan 16 ekor induk babi yang segera akan beranak
(Gambar 2) milik Peternakan Babi Rachel Farm. Induk babi yang digunakan adalah
turunan hasil perkawinan dari beberapa bangsa babi yaitu Yorkshire, Hampshire,
Landrace, Duroc, dan Spotted Poland China, dimana tiap induk babi tersebut tidak
jelas lagi proporsi bangsanya.

Gambar 2. Induk Babi Menyusui Segera Setelah Beranak
Kandang dan Peralatan
Kandang yang digunakan selama penelitian adalah kandang induk beranak
yang berukuran 200 x 180 x 100 cm3 dan kandang khusus untuk anak babi (creep
feeder) dengan ukuran 150 x 60 x 60 cm3. Kandang dilengkapi dengan lampu 120
watt yang berfungsi sebagai pemanas untuk anak babi, tempat pakan induk, water
nipple (air minum otomatis), dan lampu penerang 60 watt untuk semua bangunan
peternakan. Peralatan yang digunakan adalah timbangan 4 dan 300 kg, alat tulis,
thermohygrometer, buku tulis, keranjang, karung, kain lap, gunting, tang , ember,
mesin air dengan perlengkapannya untuk membersihkan kandang dan memandikan
induk babi.

Ransum Penelitian
Ransum yang digunakan selama penelitian adalah ransum yang biasa
diberikan di Peternakan Babi Rachel Farm yaitu campuran dedak dan jagung giling.
Ransum induk yang digunakan ditambahkan dengan tepung daun bangun-bangun
sesuai dengan taraf pemberian sebagai perlakuan. Tepung daun bangun-bangun yang
digunakan berasal dari hasil penanaman sendiri yang dilakukan di areal kandang C,
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Akan tetapi karena tidak mencukupi
untuk kebutuhan penelitian, maka kekurangan tanaman bangun-bangun ini dipenuhi
dengan membeli bangun-bangun dari Pasar Senin, Jakarta. Ransum diberikan dalam
bentuk kering dan air minum ad libitum (selalu tersedia). Komposisi ransum induk
babi beranak adalah jagung giling 25% dan dedak halus 75%. Pencampuran ransum
penelitian dilakukan secara manual yaitu dengan mencampurkan tepung daun
bangun-bangun ke dalam ransum induk laktasi. Komposisi ransum induk babi
penelitian adalah sebagai berikut:
R1 : 100% ransum

+ 0% tepung daun bangun-bangun

R2 : 99,75% ransum + 1,25% tepung daun bangun-bangun
R3 : 97,50% ransum + 2,50% tepung daun bangun-bangun
R4 : 96,25% ransum + 3,75% tepung daun bangun-bangun
Rancangan
Rancangan
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan empat perlakuan dan masing-masing empat ulangan. Taraf tepung
daun bangun-bangun (TDB) yang diberikan dalam ransum adalah 0; 1,25; 2,5 dan
3,75%. Model matematika yang digunakan menurut Steel dan Torrie (1993) adalah:
Yij = µ + αi + εij
Keterangan:
Yij

: Hasil pengamatan

µ

: Nilai rataan umum peubah yang diamati

αi

: Pengaruh

εij

: Galat percobaan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j; j=1, 2, 3, dan 4

penambahan TDB taraf ke-i; i=0; 1,25; 2,50; dan 3,75%

Peubah yang Diamati
Peubah yang diamati dalam penelitian adalah sebagai berikut:
1. Konsumsi Ransum Induk Babi (kg/ekor/hari), adalah jumlah ransum yang
dikonsumsi oleh seekor induk babi setiap hari. Konsumsi ransum diperoleh
dari selisih antara jumlah ransum awal dengan jumlah ransum sisa.
2. Litter Size Lahir (ekor), diketahui dengan menghitung jumlah anak babi
lahir hidup dari setiap ekor induk babi per kelahiran.
3. Bobot Lahir (kg/ekor), diperoleh dengan melakukan penimbangan semua
anak babi per kelahiran kemudian dibagi dengan litter size lahir.
4. Mortalitas (ekor), diperoleh dengan menghitung jumlah anak babi yang mati
selama menyusu dari tiap induk selama penelitian.
5. Konsumsi Ransum Anak Babi (g/induk/hari), adalah jumlah ransum yang
dikonsumsi oleh anak babi/induk/kelahiran setiap hari. Konsumsi ransum
diperoleh dari selisih antara jumlah ransum awal dengan jumlah ransum sisa.
6. Litter Size Sapih (ekor), diperoleh dengan menghitung jumlah anak babi
yang hidup pada umur penyapihan (30 hari) per induk per kelahiran.
7. Bobot Sapih (kg/ekor), diketahui dengan menimbang anak babi saat disapih
per kelahiran kemudian dibagi dengan litter size sapih.
8. Pertambahan Bobot Badan Anak (PBBA) babi (kg/ekor/hari), diperoleh
dari selisih bobot badan anak babi saat lahir dengan bobot badan anak babi
pada saat disapih dibagi dengan umur sapih.
Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisa dengan analisa sidik ragam atau Analysis of
Variance (ANOVA) menggunakan program MINITAB 14 dan apabila perlakuan
berpengaruh nyata terhadap peubah yang diukur, maka analisa dilanjutkan dengan uji
Tukey pada tingkat kepercayaan 95 atau 99% (Steel dan Torrie, 1993).
Prosedur
Penelitian ini diawali dengan penanaman dan proses pembuatan tepung daun
bangun-bangun. Daun bangun-bangun dipanen dari kebun, kemudian dikeringkan di
bawah sinar matahari dan digiling menjadi tepung, selanjutnya disebut tepung daun
bangun-bangun (TDB).

Kandang induk babi beranak terlebih dahulu disiram dengan air sampai
bersih. Induk babi kemudian dimasukkan ke dalam kandang induk beranak kira-kira
sepuluh hari sebelum beranak. Ternak babi penelitian dibagi ke dalam empat
perlakuan dimana tiap perlakuan masing-masing terdiri dari empat ekor induk babi
sebagai ulangan. Ransum dengan pemberian TDB pada induk babi dilakukan sejak
awal atau segera setelah induk babi selesai beranak hingga menyapih anaknya.
Pemberian pakan induk beranak dilakukan dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari.
Setelah induk babi selesai beranak, litter size lahir dan bobot lahir masing-masing
segera dihitung dan ditimbang. Mortalitas anak babi diamati selama penelitian.
Setiap lima hari sekali dilakukan penimbangan bobot badan anak babi menyusu
untuk mengetahui tingkat pertambahan bobot badan dan laju pertumbuhan anak babi
selama menyusu.
Konsumsi ransum anak babi dihitung setiap hari dengan cara mengurangi
jumlah ransum yang diberikan dengan jumlah ransum sisa. Penyapihan dilakukan
pada umur 30 hari dan pada saat itu dilakukan penimbangan bobot sapih dan
menghitung litter size sapih.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Peternakan
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Peternakan Babi Rachel Farm, Kampung Cina,
Desa Tajur Halang, Kecamatan Tajur Halang, Bogor, Jawa Barat. Peta lokasi
Kecamatan Tajur Halang dapat dilihat pada Gambar 3. Kota Bogor secara geografis
terletak diantara 1060 - 480 Bujur Timur dan 60 - 260 Lintang Selatan. Wilayah ini
mempunyai rata-rata ketinggian minimum 190 m dan maksimum 330 m di atas
permukaan laut. Kondisi iklim di Kota Bogor, rataan suhu tiap bulan 260C dengan
suhu terendah 21,80C dan suhu tertinggi 30,40C. Kelembaban udara 70 %, dan rataan
curah hujan setiap tahun sekitar 3.500 – 4000 mm dengan curah hujan terbesar pada
bulan Desember dan Januari.
Gambar 3. Peta Lokasi Kecamatan Tajur Halang

Peternakan ini berdiri diatas lahan seluas 2.260 m2 dengan ukuran 90,4 x 25
m2. Peternakan ini mempunyai tiga jenis bangunan yaitu rumah berukuran 6 x 8 m
(tempat tinggal peternak bersama keluarganya), gudang pakan berukuran 6 x 4 m,
dan perkandangan. Bangunan perkandangan (housing) dalam peternakan ini ada dua

buah masing-masing berukuran 15 x 7 m2. Selain itu juga terdapat empat buah bak
penampungan limbah masing-masing berukuran 2,5 x 1,5 x 1 m3 (dua buah), 8 x 3 x
4 m3 dan 8 x 4 x 6 m3 yang terletak di bagian belakang kandang.
Berbagai jenis tanaman seperti ubi, pepaya, pisang, juga tanaman bangunbangun dan cabai terdapat di sekitar perkandangan, akan tetapi masih terdapat lahan
yang belum dimanfaatkan sepenuhnya. Lokasi peternakan ini jauh dari pemukiman
penduduk sehingga lingkungan sekitar tidak terganggu oleh bau dan suara atau
kebisingan dari peternakan tersebut.
Tata Laksana Pemeliharaan
Sistem pemeliharaan babi di Peternakan Babi Rachel Farm berjalan dengan
baik sesuai dengan prosedur yang sebenarnya. Kandang yang digunakan ada dua
jenis yaitu kandang kerangkeng khusus induk babi bunting (Gambar 4a) dengan
ukuran 120 x 60 x 80 cm3 dan kandang bak (Gambar 4b) untuk induk menyusui,
pejantan dan lepas sapih dengan ukuran 200 x 180 x 100 cm3. Jumlah kandang
kerangkeng dan kandang bak masing-masing adalah 37 dan 8 buah. Kandang bak
yang digunakan untuk anak lepas sapih atau kandang pembesaran terdiri dari dua
model yaitu model A (3 x 3 x 1 m3) sebanyak 13 buah dan model B (3 x 8 x 1 m3)
sebanyak tiga buah. Kandang bak dilengkapi dengan water nipple, sehingga air
minum diberikan ad libitum. Kandang kerangkeng tidak mempunyai water nipple,
tetapi dilengkapi dengan tempat air minum.

(a)
(b)
Gambar 4. Jenis Kandang yang Digunakan (a) Ka

Dokumen yang terkait

The Performanee of Mule Duck with Different Level Addition of Kangkung (Ipomoeae aquatica) in Ransum.

0 6 54

Fatty Acid Intake Of The Bataknese Lactating Women Consuming The Torbangun Soup (Coleus amboinicus Lour)

1 10 7

Penundaan Kerusakan Oleh Antioksidan Vitamin Dan Retensinya Pada Sayur Torbangun (Coleus Amboinicus Lour) Awet (The Preventasion of Destruction by Vitamin Antioxidants and Its Retention at Preserved Torbangun Soup (Coleus amboinicus Lour)

0 20 22

The Performance of Native Male Duck which Given Beluntas Leaves Meal (Pluchea indica L.) in the Diet

0 9 1

Prediction of Shelf Life and Analyses of the Safety of Arrowroot Starch (Maranta arundinaceae L)-Based Cookies with the Addition of Torbangun (Coleus amboinicus Lour).

0 7 113

Correlation of Torbangun Leaves (Coleus amboinicus Lour) Powder Capsules Suplementation on Blood Pressure and Cholesterol Total

1 8 198

PENGARUH EKSTRAK ETANOL DAUN BANGUNBANGUN (COLEUS AMBOINICUS LOUR) TERHADAP LIMPA DAN LIMFOSIT TIKUS PUTIH (RATTUS NORVEGICUS).

0 2 17

Safety Evaluation of Ethanol Extract from Torbangun Leaves ( Coleus amboinicus Lour. ) on Mouse Fetal Development

0 0 6

Torbangun Leaves (Coleus amboinicus Lour) Powder Capsules Supplementation Improve Lipid Profile and Blood Pressure in Men with Hypercholesterolemia

0 1 8

180 SUPLEMENTASI DAUN TORBANGUN (COLEUS AMBOINICUS LOUR) UNTUK MENURUNKAN KELUHAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI (SUPPLEMENTATION OF TORBANGUN LEAVES [COLEUS AMBOINICUS LOUR] IN REDUCING THE COMPLAINST OF PRE-MENSTRUAL SYNDROME [PMS] AMONG TEENAG

0 0 15