Monocystis sebagai Parasit Cacing Tanah

Monocystis SEBAGAI PARASIT CACING TANAH

ANDY DARMAWAN

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

ABSTRAK
ANDY DARMAWAN. Monocystis sebagai Parasit Cacing Tanah. Dibimbing oleh TARUNI SRI
PRAWASTI dan BAMBANG SURYOBROTO.
Monocystis merupakan kelompok Gregarina parasit yang umum menyerang Annelida.
Pheretima darnleiensis merupakan Annelida yang biasa menjadi inang Monocystis. Dalam
penelitian ini dilakukan pengamatan terhadap Monocystis yang ditemukan pada cacing tanah
Pheretima darnleiensis yang diperoleh dari lingkungan sekitar kampus IPB Gunung Gede dan
Baranangsiang. Monocystis menginfeksi cacing tanah Pheretima darnleiensis dengan intensitas
500 – 1 074 000 oocyst/mm 3 cairan vesikula seminalis. Intensitas Monocystis pada cacing tanah
berkaitan dengan lokasi ditemukannya cacing tanah. Tropozoit bulat hingga agak oval dengan
diameter 38.85 μm – 126.91 μm, nukleus bulat dengan diameter 7.77 μm – 12.95 μm. Gametosit

bulat dengan diameter 7.77 μm – 12.95 μm. Oocyst seperti lemon dengan ukuran 7.77 μm – 15.45
μm x 3.88 μm – 7.77 μm.

ABSTRACT
ANDY DARMAWAN. Monocystis as Earthworm Parasite. Supervised by TARUNI SRI
PRAWASTI and BAMBANG SURYOBROTO.
Monocystis is parasite gregarine which infects Annelid. Pheretima darnleiensis is a common
host for Monocystis. In this research, Monocystis in Pheretima darnleiensis which were collected
from Zoology and Baranangsiang, Department of Biology Faculty of Mathematic and Natural
Science IPB, were examined. Oocyst concentration which found in earthworm was 500 –
1 074 000 oocyst/mm3 seminal vesicle liquid. Monocystis load was related with location of
earthworm. Trophozoites were rounded up to ovoid in shape, 38.85 μm – 126.91 μm in diameter
with rounded nucleus, measuring 7.77 μm – 12.95 μm in diameter. Gametocytes were rounded in
shape with 77.7 μm – 264.17 μm in diameter. Oocysts were lemon like, measuring 7.77 μm –
15.45 μm x 3.88 μm – 7.77 μm.

Monocystis SEBAGAI PARASIT CACING TANAH

ANDY DARMAWAN


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Biologi

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

Judul Skripsi : Monocystis SEBAGAI PARASIT CACING TANAH
Nama
: Andy Darmawan
NIM
: G34103002

Menyetujui,

Dra. Taruni Sri Prawasti

NIP.131284837

Dr. Bambang Suryobroto
NIP.131779503

Mengetahui,
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, M.S.
NIP.131473999

Tanggal Lulus :

PRAKATA
Terima kasih kepada Tuhan YME sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Taruni Sri Prawasti dan Bapak Dr. Bambang
Suryobroto selaku pembimbing, Bapak Ir. Hadisunarso selaku dosen penguji atas sarannya, Bapak
Ir. Tri Heru Widarto, M.Sc. untuk diskusinya, Mbak Tini dan Pak Djupri untuk bimbingan di
laboratorium, seluruh staf zoologi dan anggota zoologi atas kebersamaannya, dan orang tua

penulis atas dukungannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan.
Bogor, Agustus 2007
Andy Darmawan

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tahun 1985 dari pasangan Suhandi Darmawan dan Lita
Wijaya, lulus dari SMU Mardi Yuana Bogor dan masuk IPB melalui jalur USMI. Pada semester 4
penulis melakukan studi lapang di Situ Gunung dan pada semester 6 melakukan praktik lapang di
RSU PMI Bogor.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................................... vii
PENDAHULUAN
Latar Belakang...............................................................................................................................1
Tujuan............................................................................................................................................1
Waktu dan Tempat........................................................................................................................ 1
BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat.............................................................................................................................. 1

Pengambilan sampel...................................................................................................................... 1
Pengamatan Monocystis................................................................................................................ 2
Penghitungan jumlah Monocystis..................................................................................................2
HASIL
Pengamatan Monocystis................................................................................................................ 2
Penghitungan jumlah Monocystis..................................................................................................3
PEMBAHASAN................................................................................................................................ 4
SIMPULAN........................................................................................................................................5
SARAN.............................................................................................................................................. 5
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................5

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Organ dalam cacing ..................................................................................................................... 2
2 Oocyst .......................................................................................................................................... 2
3 Gametosit dengan dua tropozoit .................................................................................................. 2
4 Gametosit dengan residual body ................................................................................................. 3
5 Gametosit dengan oocyst ............................................................................................................

3


6 Tropozoit dengan sperma ............................................................................................................ 3
7 Syzygy ......................................................................................................................................... 3

1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Monocystis
merupakan
kelompok
Gregarina parasit yang umum menyerang
Annelida (Omoto & Cartwright 2003). Cacing
tanah merupakan Annelida yang biasa
menjadi inang Monocystis (Field & Michiels
2006). Monocystis banyak ditemukan pada
akhir musim panas (Brown 1950). Derajat
infestasi Monocystis sangat bervariasi dengan
kisaran antara 0 hingga 34 900 000 per
individu cacing (Field et al. 2003).
Monocystis pada cacing tanah banyak

ditemukan pada vesikula seminalis sesuai
dengan pola hidupnya yang memakan
sitoplasma morula sperma (Morgan 1999).
Namun, Monocystis juga dapat ditemukan
pada periviseral selom, intestinum, dan
nefridia (Bandyopadhyay et al. 2005, 2006a,
2006b, Bandyopadhyay & Mitra 2005).
Siklus hidup Monocystis berawal dari
termakannya oocyst oleh cacing tanah, lalu
oocyst tersebut masuk ke saluran pencernaan.
Sista tercerna sehingga sporozoit dapat keluar
dan bergerak ke vesikula seminalis (Kudo
1946, Wallace & Taylor 1997). Sporozoit (n)
tersebut tumbuh menjadi tropozoit dewasa
dan dua tropozoit akan melakukan fusi plasma
(syzygy) membentuk gametosit. Dalam
gametosit tersebut akan terjadi pembelahan
inti tanpa diikuti pembelahan sitoplasma
sehingga membentuk banyak gamet. Gamet di
satu tropozoit akan befusi dengan gamet pada

tropozoit yang lain membentuk zigot (2n).
Selanjutnya
zigot
diselubungi
kapsul
membentuk oocyst. Di dalam oocyst akan
terbentuk sporozoit hasil dari pembelahan
meiosis dan mitosis (Wallace & Taylor 1997).
Oocyst akhirnya dilepas ke lingkungan
kembali. Walaupun Monocystis menginfeksi
organ reproduksi, tetapi Monocystis tidak
ditransmisikan lewat reproduksi seksual
cacing. Transmisi utama Monocystis adalah
dengan termakannya Monocystis yang
terdapat di tanah oleh cacing (Field &
Michiels 2006).
Berdasarkan Wallace dan Taylor (1997),
kelas sporozoa merupakan parasit dan
memiliki spora. Inang mereka tersebar dari
Protozoa hingga Chordata.

Monocystis
termasuk
dalam
kingdom
Protista
(Bandyopadhyay et al. 2006a, 2006b), filum
Apicomplexa (Omoto & Cartwright 2003),
kelas Sporozoa, subklas Teleosporidia
(dengan karakteristik spora sederhana tanpa
filamen polar, spora dengan atau tanpa
membran dengan 1 – banyak sporozoit), ordo

Gregarinida (dengan karakteristik tropozoit
dewasa ekstraseluler, besar; zigot non-motil;
sporozoit
terselubungi),
subordo
Eugregarinina
(siklus
hidup

tanpa
schizogoni), famili Monocystidae (dengan
karakteristik spora dengan ekstrimitas yang
mirip, biconical; sporadin soliter, ujung
anterior sporadin tidak terdiferensiasi), genus
Monocystis (dengan karakteristik bentuk
tropozoit bervariasi dan motil; sporulasi
dalam cyst tidak sempurna; spora biconical
simetris tanpa duri dengan 8 sporozoit)
(Wallace & Taylor 1997).
Dalam
penelitian
ini
dilakukan
pengamatan terhadap Monocystis yang
ditemukan pada cacing tanah Pheretima
darnleiensis yang diperoleh dari lingkungan
sekitar kampus IPB Gunung Gede dan
Baranangsiang. Pheretima endemik di Asia
Tenggara dan kepulauan Malaya dari India

Selatan hingga Jepang (Stephenson 1930).
Brusca dan Brusca (1990) memasukkan
Pheretima ke dalam kingdom Animalia, filum
Annelida, kelas Oligochaeta. Sedangkan
Stephenson (1930) memasukkan Pheretima ke
dalam
ordo
Oligochaeta,
sub
ordo
Neooligochaeta, series Megascolecina, famili
Megascolecidae, sub famili Megascolecinae,
genus Pheretima Kinb..
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari
keberadaan parasit Monocystis pada cacing
tanah Pheretima darnleiensis.
Waktu dan Tempat
Penelitian mulai dilaksanakan bulan
Januari tahun 2007 sampai bulan Juni 2007 di
Laboratorium Zoologi IPB.

BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah: cacing tanah, eter, NaCl
fisiologis, eosin 1%, haematoxylin ehrlich
1%, xilol, entellan, alkohol seri (30%, 50%,
70%, 80%, 95%, alkohol absolut), dan air.
Alat-alat
yang
digunakan
dalam
penelitian ini adalah: gunting, pinset, nampan
bedah, jarum, cawan petri, pipet sel darah
putih, haemocytometer, mikroskop cahaya,
kaca
preparat
serta
kaca
penutup,
fotomikroskop, dan komputer.
Pengambilan sampel
Menurut Sheridan (1998), persiapan yang
cepat untuk mengamati Monocystis adalah

2
wet mount smear. Cacing tanah diambil dari
beberapa tempat, yaitu: kebun kampus
Gunung Gede, tanah galian, tanah di tempat
sampah, tanah bekas kandang sapi, dan aspal.
Pengambilan cacing tanah dilakukan dengan
mengorek tanah dengan ranting pohon atau
batang kayu. Cacing tanah yang tampak
diambil dan dibawa ke laboratorium.
Selanjutnya cacing tanah dicatat ciri-cirinya,
antara lain: bentuk tubuh, warna, seta, warna
serta posisi klitelum, dan bentuk prostomium
untuk memastikan spesiesnya.
Pengamatan Monocystis
Cacing dibius dengan eter, lalu dibedah
(Gambar 1).
Mulut

Tembolok

Faring

Esofagus
Intestinum

Vesikula seminalis

Prostat

lalu
dilakukan
penghitungan
menggunakan counter.

dengan

HASIL
Karakter eksternal cacing: tubuh silindris,
warna coklat gelap, prostomium epilobus, seta
perichaetine, klitelum bersifat annular pada
segmen XIII – XV, lubang betina pada
segmen XIV, sepasang lubang jantan pada
segmen XVIII, tanda genital terdapat pada
daerah sebelum dan setelah klitelum.
Karakter internal cacing: tembolok pada
segmen VIII, 4 pasang spermateka pada
segmen VI – XI, 2 pasang vesikula seminalis
pada segmen XI dan XII, testes metandric
sepasang pada segmen XI, prostat pada
segmen XVIII.
Pengamatan Monocystis
Dalam pengamatan tampak beberapa fase
hidup Monocystis, yaitu: oocyst, gametosit,
dan tropozoit.
Oocyst
berbentuk
seperti
lemon,
berkelompok, panjang 7.77 μm – 15.45 μm,
lebar 3.88 μm – 7.77 μm dengan kedua ujung
lancip. Spora di dalamnya tidak terlalu
tampak jelas.

Gambar 1 Organ dalam cacing
Vesikula seminalis atau spermateka
diletakkan di atas kaca preparat, ditetesi
dengan NaCl, dan selanjutnya diacak dengan
gunting. Cairan selom dibuat preparat smear.
Olesan dibiarkan kering udara, lalu difiksasi
dengan alkohol 70%, diwarnai dengan
haematoxylin ehrlich 1%, lalu eosin 1%.
Dehidrasi dengan alkohol 30%, 50%, 70%,
80%, 95%, dan 100%. Penjernihan dengan
merendam olesan dalam xilol 2 x 15 menit.
Terakhir, olesan ditutup dengan entellan.
Preparat diamati dengan mikroskop cahaya.
Pengukuran
objek
dilakukan
dengan
mikrometer. Objek yang baik difoto dengan
menggunakan fotomikroskop.
Penghitungan jumlah Monocystis
Vesikula seminalis diambil, lalu diacak
dengan menggunakan gunting. Cairan
vesikula seminalis dihisap dengan pipet sel
darah putih, lalu diencerkan dengan
menambahkan NaCl 85% hingga pengenceran
100 kali. Bila cairan vesikula seminalis terlalu
sedikit, maka pengenceran dilakukan hingga
200 kali. Kedua ujung pipet ditutup, lalu
dikocok agar homogen. Larutan vesikula
seminalis diteteskan di atas haemositometer,

Gambar 2 Oocyst (perbesaran 10 x 40).
Gametosit bulat, berkelompok, diameter
77.7 μm – 264.18 μm. Pada fase awal, tampak
dua tropozoit yang berfusi di dalam suatu
cyst. Pada fase lebih lanjut, terdapat banyak
oocyst di dalamnya yang merupakan hasil dari
pembelahan inti. Ada juga yang masih
memiliki residual body.

Gambar 3 Gametosit dengan dua tropozoit
(perbesaran 10 x 40).

3

Gambar 4 Gametosit dengan residual body
(perbesaran 10 x 40).

Gambar 7 Syzygy (perbesaran 10 x 40).
Gambar

5

Gametosit dengan oocyst
(perbesaran 10 x 40).

Tropozoit soliter atau berkelompok di
dekat gametosit, berbentuk bulat hingga agak
oval dengan diameter 38.85 μm – 126.91 μm,
nukleus agak di tengah dengan diameter
nukleus 7.77 μm – 12.95 μm. Tampak juga
tropozoit yang sedang berfusi (syzygy).

Sperma

Gambar

Tropozoit

6

Tropozoit dengan sperma
(perbesaran 10 x 40).

Penghitungan jumlah Monocystis
Cacing diambil dari kebun di depan
laboratorium biokimia sebanyak 50 ekor,
Baranangsiang sebanyak 17 ekor, tempat
sampah zoologi sebanyak 15 ekor, tanah
bekas kandang sebanyak 20 ekor, dan aspal di
dekat kandang monyet sebanyak 13 ekor.
Enam puluh satu ekor dari 115 cacing
yang diperoleh memiliki vesikula seminalis
yang jelas. Cacing yang tidak memiliki
vesikula seminalis yang jelas diambil
spermateka
beserta
cairan
selomnya.
Sebanyak 70 ekor cacing terinfeksi
Monocystis dengan derajat infestasi berkisar
antara 500 oocyst/mm3 – 1 074 000
oocyst/mm3 (47 sampel yang dihitung).

4
Tabel 1 Jumlah cacing yang terinfeksi Monocystis
Terdapat vesikula
Tempat
Jumlah
seminalis (VS)
yang jelas
5
Kampus Gunung Gede
50
15
Baranangsiang
17
Tempat sampah
15
15
14
Bekas kandang sapi
20
12
Aspal dekat kandang monyet
13
61
TOTAL
115
Minimum = 500 oocyst / mm3
Maksimum = 1 074 000 oocyst / mm3
Rata-rata = 149 600 oocyst / mm3
Standar deviasi = 214 902
NA = tidak dihitung

PEMBAHASAN
Cacing diperoleh dari lima tempat, yaitu:
kebun kampus Gunung Gede, Baranangsiang,
tempat sampah, bekas kandang sapi, dan aspal
dekat kandang monyet. Tanah tempat hidup
cacing pada kebun kampus Gunung Gede
ditumbuhi rumput liar dan relatif keras. Sama
halnya dengan tanah bekas kandang sapi.
Tanah di Baranangsiang merupakan tanah
bekas galian yang ditumbuhi pohon. Tanah di
tempat sampah terdapat sampah plastik dan
sampah organik. Aspal di dekat kandang
monyet ditumbuhi rumput di beberapa tempat.
Intensitas Monocystis dihitung berdasarkan
cacing yang ditemukan di tempat sampah,
bekas kandang sapi, dan aspal di dekat
kandang monyet. Intensitas Monocystis pada
cacing tanah asal Baranangsiang dan kebun
kampus Gunung Gede tidak dihitung. Hal ini
disebabkan pada saat itu belum diperoleh
metode yang tepat untuk menghitung
intensitas Monocystis. Perbedaan lokasi
cacing tanah berhubungan dengan intensitas
Monocystis yang ditemukan pada cacing
tanah.
Identifikasi cacing tanah berdasarkan Sims
& Easton (1972) dan juga dicocokkan dengan
cacing yang diperoleh Santi (2006). Cacing
yang diperoleh adalah Pheretima darnleiensis.
Cacing yang ditemukan di kebun kampus
Gunung Gede sebanyak 50 ekor. Hanya 5
ekor yang memiliki vesikula seminalis jelas
dan 8 ekor terinfeksi Monocystis. Rendahnya
prevalensi Monocystis mungkin berkaitan
dengan keberadaan vesikula seminalis.
Monocystis banyak ditemukan pada vesikula
seminalis sehubungan dengan tersedianya
sperma yang melimpah dan sedikitnya
selomosit pada vesikula seminalis (Reinhart &
Dollahon 2003). Selomosit yang berada di

Terinfeksi
Monocystis
VS
Luar VS
5
3
15
1
15
0
14
4
12
1
61
9

Rata-rata
intensitas
(ocyst/mm3)
NA
NA
95 580
181 300
9 791

cairan selom memfagosit Monocystis yang
berada di luar vesikula seminalis sehingga
jarang ditemukan Monocystis di luar vesikula
seminalis.
Cacing tanah yang diperoleh tidak selalu
memiliki vesikula seminalis yang jelas.
Beberapa cacing tanah tidak memiliki
vesikula seminalis seperti Chaetogaster.
Namun, menurut Stepehenson (1930)
Pheretima darnleiensis merupakan cacing
yang memiliki vesikula seminalis. Vesikula
seminalis yang tidak jelas pada cacing tanah
dapat disebabkan oleh beberapa hal:
(1) Cacing belum cukup matang untuk
bereproduksi seksual, (2) Vesikula seminalis
berdegenerasi karena cacing sudah tidak
bereproduksi lagi (Stephenson 1930),
(3)
Cacing
baru
kawin,
selomosit
membersihkan vesikula seminalis sehingga
vesikula seminalis mengecil (Stephenson
1930).
Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh
kesimpulan bahwa ada hubungan antara
intensitas Monocystis dengan lokasi tempat
ditemukannya cacing. Pada tempat sampah
rata-rata infestasi Monocystis 95 580
oocyst/mm3, pada tanah bekas kandang
181 300 oocyst/mm3, dan pada aspal dekat
kandang monyet 9 791 oocyst/mm 3. Hal ini
berkaitan dengan penyebaran Monocystis
yang secara dominan lewat termakannya
oocyst Monocystis oleh cacing (Field &
Michiels 2006). Oocyst bersifat nonmotil dan
berada di vesikula seminalis. Kemungkinan
penyebaran oocyst terjadi setelah cacing
inangnya mati.
Infestasi Monocystis pada cacing di kebun
kampus Gunung Gede dan aspal dekat
kandang monyet relatif lebih rendah. Lokasi
kebun kampus Gunung Gede dan kandang
monyet dekat dengan laboratorium biokimia.

5
Kemungkinan daerah tersebut terkontaminasi
dengan bahan kimia yang dibuang sehingga
mematikan oocyst Monocystis. Demikian pula
pada tempat sampah. Daerah bekas kandang
sapi letaknya jauh dari laboratorium biokimia,
intensitas Monocystis pada cacing relatif lebih
tinggi. Hal ini menguatkan dugaan bahwa
kualitas tanah berpengaruh terhadap intensitas
Monocystis.
Monocystis merupakan parasit yang
memiliki inang spesifik, tetapi dapat juga
ditemukan spesies Monocystis yang sama
pada cacing yang berbeda spesiesnya.
Misalnya M. ventrosa ditemukan pada
Lumbricus rubellus dan L. Castaneus.
M. ventrosa memiliki ciri-ciri tropozoit
berukuran 109 – 183 μm, diameter nukleus
mencapai 43 μm, diameter gametosit
185 – 223 μm, oocyst 17 – 25 μm, serta ujung
anterior dan posterior dapat dibedakan
(Wallace & Taylor 1997).
Monocystis
yang
diperoleh
dalam
penelitian
memiliki
ciri-ciri tropozoit
berbentuk bulat hingga agak oval dengan
diameter 38.85 – 126.91 μm, diameter nukleus
7.77 – 12.95 μm, diameter gametosit
77.7 – 264.18 μm, oocyst kedua ujungnya
lancip dengan panjang 7.77 – 15.45 μm dan
lebar 3.88 – 7.77 μm. Berdasarkan ciri-ciri
tesebut, Monocystis yang diperoleh dalam
penelitian bukanlah M. ventrosa.
Sebagai
parasit,
Monocystis
juga
mempengaruhi pertumbuhan cacing tanah.
Namun, Monocystis tidak berpengaruh
terhadap produksi kokon cacing (Field &
Michiels 2005).
Dalam
penelitian,
setiap
vesikula
seminalis terinfeksi Monocystis. Namun,
Monocystis
jarang
ditemukan
pada
spermateka atau cairan selom. Ukuran oocyst,
gametosit, dan tropozoit bervariasi (lihat
hasil). Sesuai dengan pernyataan Wallace dan
Taylor (1997) yang menyatakan bahwa
bentuk tropozoit Monocystis bervariasi,
bentuk tropozoit yang ditemukan tidak selalu
oval, ditemukan juga bentuk yang membulat.
Pada beberapa sampel yang terinfeksi
Monocystis hanya ditemukan oocyst tanpa
gametosit
atau
tropozoit.
Hal
ini
dimungkinkan karena sedikitnya Monocystis
yang menginfeksi cacing.

SIMPULAN
Monocystis menginfeksi cacing tanah
Pheretima darnleiensis dengan intensitas
500 – 1 074 000 oocyst/mm3. Intensitas

Monocystis pada cacing tanah berkaitan
dengan lokasi ditemukannya cacing tanah.

SARAN
Jumlah sampel serta lokasi pengambilan
sampel perlu ditambah dan perlu ditemukan
cara penghitungan Monocystis yang lebih
baik.

DAFTAR PUSTAKA
Bandyopadhyay PK, Bhowmik B, Mitra AK.
2005. Observations on a new species of
Monocystis Stein, 1884 (Protozoa:
Apicomplexa: Monocystidae) Monocystis
levinei sp. nov. from an Indian earthworm
(Annelida: Oligochaeta) Eutyphoeus
incommodus. Zootaxa 1016:15–19.
Bandyopadhyay PK, Mallik P, Gocmen B,
Mitra
AK.
2006a.
Monocystis
apporectodae
sp.
nov.
(Protista:
Apicomplexa: Eugregarinida), from an
Indian
earthworm
Apporectodea
trapezoides Duges. Turkiye Parazitoloji
Dergisi 30(1):50–52.
Bandyopadhyay PK, Mallik P, Gocmen B,
Mitra AK. 2006b. Monocystis metaphirae
sp.
nov.
(Protista:
Apicomplexa:
Monocystidae) from the earthworm
Metaphire houlleti (Perrier). Turkiye
Parazitoloji Dergisi 30(1):53–55.
Bandyopadhyay PK, Mitra AK. 2005.
Observations on two new species of
Monocystis Stein, 1848 (Protozoa:
Apicomplexa: Monocystidae) Monocystis
darjeelingensis
sp.n.
and
M.
ranaghatensis sp.n. from earthworms
(Annelida: Oligochaeta) of West Bengal,
India. Animal Biology 55(2):123–132.
Brown FAJr, editor. 1950. Selected
Invertebrate Types. New York: J Wiley.
Brusca RC, Brusca GJ. 1990. Invertebrates.
Sunderland: Sinauer Inc.
Field SG, Michiels NK. 2005. Parasitism and
growth in the earthworm Lumbricus
terrestris: fitness costs of the gregarine
parasite Monocystis sp. J Parasitol
130:397-403.
Field SG, Michiels NK. 2006. Acephaline
gregarine parasites (Monocystis sp.) are
not transmitted sexually among their
lumbricid earthworm host. J Parasitol
92(2):292–297.
Field SG, Schirp HJ, Michiels NK. 2003. The
influence of Monocystis sp. infection on
growth and mating behaviour of the

6
earthworm Lumbricus terrestris. Can J
Zool 81:1161-1167.
Kudo RR. 1946. Protozoology, ed ke-3.
Springfield: Charles C Thomas.
Morgan
M.
1999.
Monocystis.
www.microscopy-uk.net/mag/artmar99/
cystis.html [4 Jun 2006].
Omoto
CK,
Cartwright
DC.
2003.
Investigating the Diversity of Parasitic
Protozoa Using Gregarine Parasites of
Invertebrates.
www.zoo.utoronto.
ca/able/volumes/vol-24/6-omoto.pdf - [4
Jun 2006].
Reinhart M, Dollahon N. 2003. Response of
coelomocytes from Lumbricus terrestris to
native and non-native eukaryotic parasites.
Pedobiologia 47:710-716.
Santi AUP. 2006. Beberapa aspek biologi
cacing tanah Pheretima darnleiensis
(Fletcher) [skripsi]. Bogor: Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Institut Pertanian Bogor.
Sheridan P. 1998. Monocystis: Earthworm
Parasites. www.carolina. com/manuals/
manuals3/Monocystis%20Earthworm%20
Parasite.pdf – [4 Jun 2006].
Sims RW, Easton EG. 1972. A Numerical
Revision of the Earthworm Genus
Pheretima
auct.
(Megascolecidae:
Oligochaeta) with the Recognition of New
Genera & an Appendix on the
Earthworms Collected by the Royal
Society North Bordeo Expedition. London:
British Museum (Natural History).
Stephenson J. 1930. The Oligochaeta. Oxford:
Clarendon Press.
Wallace RL, Taylor WK. 1997. Invertebrate
Zoology, ed ke-5. New Jersey: Prentice
Hall.

Monocystis SEBAGAI PARASIT CACING TANAH

ANDY DARMAWAN

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

ABSTRAK
ANDY DARMAWAN. Monocystis sebagai Parasit Cacing Tanah. Dibimbing oleh TARUNI SRI
PRAWASTI dan BAMBANG SURYOBROTO.
Monocystis merupakan kelompok Gregarina parasit yang umum menyerang Annelida.
Pheretima darnleiensis merupakan Annelida yang biasa menjadi inang Monocystis. Dalam
penelitian ini dilakukan pengamatan terhadap Monocystis yang ditemukan pada cacing tanah
Pheretima darnleiensis yang diperoleh dari lingkungan sekitar kampus IPB Gunung Gede dan
Baranangsiang. Monocystis menginfeksi cacing tanah Pheretima darnleiensis dengan intensitas
500 – 1 074 000 oocyst/mm 3 cairan vesikula seminalis. Intensitas Monocystis pada cacing tanah
berkaitan dengan lokasi ditemukannya cacing tanah. Tropozoit bulat hingga agak oval dengan
diameter 38.85 μm – 126.91 μm, nukleus bulat dengan diameter 7.77 μm – 12.95 μm. Gametosit
bulat dengan diameter 7.77 μm – 12.95 μm. Oocyst seperti lemon dengan ukuran 7.77 μm – 15.45
μm x 3.88 μm – 7.77 μm.

ABSTRACT
ANDY DARMAWAN. Monocystis as Earthworm Parasite. Supervised by TARUNI SRI
PRAWASTI and BAMBANG SURYOBROTO.
Monocystis is parasite gregarine which infects Annelid. Pheretima darnleiensis is a common
host for Monocystis. In this research, Monocystis in Pheretima darnleiensis which were collected
from Zoology and Baranangsiang, Department of Biology Faculty of Mathematic and Natural
Science IPB, were examined. Oocyst concentration which found in earthworm was 500 –
1 074 000 oocyst/mm3 seminal vesicle liquid. Monocystis load was related with location of
earthworm. Trophozoites were rounded up to ovoid in shape, 38.85 μm – 126.91 μm in diameter
with rounded nucleus, measuring 7.77 μm – 12.95 μm in diameter. Gametocytes were rounded in
shape with 77.7 μm – 264.17 μm in diameter. Oocysts were lemon like, measuring 7.77 μm –
15.45 μm x 3.88 μm – 7.77 μm.

1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Monocystis
merupakan
kelompok
Gregarina parasit yang umum menyerang
Annelida (Omoto & Cartwright 2003). Cacing
tanah merupakan Annelida yang biasa
menjadi inang Monocystis (Field & Michiels
2006). Monocystis banyak ditemukan pada
akhir musim panas (Brown 1950). Derajat
infestasi Monocystis sangat bervariasi dengan
kisaran antara 0 hingga 34 900 000 per
individu cacing (Field et al. 2003).
Monocystis pada cacing tanah banyak
ditemukan pada vesikula seminalis sesuai
dengan pola hidupnya yang memakan
sitoplasma morula sperma (Morgan 1999).
Namun, Monocystis juga dapat ditemukan
pada periviseral selom, intestinum, dan
nefridia (Bandyopadhyay et al. 2005, 2006a,
2006b, Bandyopadhyay & Mitra 2005).
Siklus hidup Monocystis berawal dari
termakannya oocyst oleh cacing tanah, lalu
oocyst tersebut masuk ke saluran pencernaan.
Sista tercerna sehingga sporozoit dapat keluar
dan bergerak ke vesikula seminalis (Kudo
1946, Wallace & Taylor 1997). Sporozoit (n)
tersebut tumbuh menjadi tropozoit dewasa
dan dua tropozoit akan melakukan fusi plasma
(syzygy) membentuk gametosit. Dalam
gametosit tersebut akan terjadi pembelahan
inti tanpa diikuti pembelahan sitoplasma
sehingga membentuk banyak gamet. Gamet di
satu tropozoit akan befusi dengan gamet pada
tropozoit yang lain membentuk zigot (2n).
Selanjutnya
zigot
diselubungi
kapsul
membentuk oocyst. Di dalam oocyst akan
terbentuk sporozoit hasil dari pembelahan
meiosis dan mitosis (Wallace & Taylor 1997).
Oocyst akhirnya dilepas ke lingkungan
kembali. Walaupun Monocystis menginfeksi
organ reproduksi, tetapi Monocystis tidak
ditransmisikan lewat reproduksi seksual
cacing. Transmisi utama Monocystis adalah
dengan termakannya Monocystis yang
terdapat di tanah oleh cacing (Field &
Michiels 2006).
Berdasarkan Wallace dan Taylor (1997),
kelas sporozoa merupakan parasit dan
memiliki spora. Inang mereka tersebar dari
Protozoa hingga Chordata.
Monocystis
termasuk
dalam
kingdom
Protista
(Bandyopadhyay et al. 2006a, 2006b), filum
Apicomplexa (Omoto & Cartwright 2003),
kelas Sporozoa, subklas Teleosporidia
(dengan karakteristik spora sederhana tanpa
filamen polar, spora dengan atau tanpa
membran dengan 1 – banyak sporozoit), ordo

Gregarinida (dengan karakteristik tropozoit
dewasa ekstraseluler, besar; zigot non-motil;
sporozoit
terselubungi),
subordo
Eugregarinina
(siklus
hidup
tanpa
schizogoni), famili Monocystidae (dengan
karakteristik spora dengan ekstrimitas yang
mirip, biconical; sporadin soliter, ujung
anterior sporadin tidak terdiferensiasi), genus
Monocystis (dengan karakteristik bentuk
tropozoit bervariasi dan motil; sporulasi
dalam cyst tidak sempurna; spora biconical
simetris tanpa duri dengan 8 sporozoit)
(Wallace & Taylor 1997).
Dalam
penelitian
ini
dilakukan
pengamatan terhadap Monocystis yang
ditemukan pada cacing tanah Pheretima
darnleiensis yang diperoleh dari lingkungan
sekitar kampus IPB Gunung Gede dan
Baranangsiang. Pheretima endemik di Asia
Tenggara dan kepulauan Malaya dari India
Selatan hingga Jepang (Stephenson 1930).
Brusca dan Brusca (1990) memasukkan
Pheretima ke dalam kingdom Animalia, filum
Annelida, kelas Oligochaeta. Sedangkan
Stephenson (1930) memasukkan Pheretima ke
dalam
ordo
Oligochaeta,
sub
ordo
Neooligochaeta, series Megascolecina, famili
Megascolecidae, sub famili Megascolecinae,
genus Pheretima Kinb..
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari
keberadaan parasit Monocystis pada cacing
tanah Pheretima darnleiensis.
Waktu dan Tempat
Penelitian mulai dilaksanakan bulan
Januari tahun 2007 sampai bulan Juni 2007 di
Laboratorium Zoologi IPB.

BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah: cacing tanah, eter, NaCl
fisiologis, eosin 1%, haematoxylin ehrlich
1%, xilol, entellan, alkohol seri (30%, 50%,
70%, 80%, 95%, alkohol absolut), dan air.
Alat-alat
yang
digunakan
dalam
penelitian ini adalah: gunting, pinset, nampan
bedah, jarum, cawan petri, pipet sel darah
putih, haemocytometer, mikroskop cahaya,
kaca
preparat
serta
kaca
penutup,
fotomikroskop, dan komputer.
Pengambilan sampel
Menurut Sheridan (1998), persiapan yang
cepat untuk mengamati Monocystis adalah

1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Monocystis
merupakan
kelompok
Gregarina parasit yang umum menyerang
Annelida (Omoto & Cartwright 2003). Cacing
tanah merupakan Annelida yang biasa
menjadi inang Monocystis (Field & Michiels
2006). Monocystis banyak ditemukan pada
akhir musim panas (Brown 1950). Derajat
infestasi Monocystis sangat bervariasi dengan
kisaran antara 0 hingga 34 900 000 per
individu cacing (Field et al. 2003).
Monocystis pada cacing tanah banyak
ditemukan pada vesikula seminalis sesuai
dengan pola hidupnya yang memakan
sitoplasma morula sperma (Morgan 1999).
Namun, Monocystis juga dapat ditemukan
pada periviseral selom, intestinum, dan
nefridia (Bandyopadhyay et al. 2005, 2006a,
2006b, Bandyopadhyay & Mitra 2005).
Siklus hidup Monocystis berawal dari
termakannya oocyst oleh cacing tanah, lalu
oocyst tersebut masuk ke saluran pencernaan.
Sista tercerna sehingga sporozoit dapat keluar
dan bergerak ke vesikula seminalis (Kudo
1946, Wallace & Taylor 1997). Sporozoit (n)
tersebut tumbuh menjadi tropozoit dewasa
dan dua tropozoit akan melakukan fusi plasma
(syzygy) membentuk gametosit. Dalam
gametosit tersebut akan terjadi pembelahan
inti tanpa diikuti pembelahan sitoplasma
sehingga membentuk banyak gamet. Gamet di
satu tropozoit akan befusi dengan gamet pada
tropozoit yang lain membentuk zigot (2n).
Selanjutnya
zigot
diselubungi
kapsul
membentuk oocyst. Di dalam oocyst akan
terbentuk sporozoit hasil dari pembelahan
meiosis dan mitosis (Wallace & Taylor 1997).
Oocyst akhirnya dilepas ke lingkungan
kembali. Walaupun Monocystis menginfeksi
organ reproduksi, tetapi Monocystis tidak
ditransmisikan lewat reproduksi seksual
cacing. Transmisi utama Monocystis adalah
dengan termakannya Monocystis yang
terdapat di tanah oleh cacing (Field &
Michiels 2006).
Berdasarkan Wallace dan Taylor (1997),
kelas sporozoa merupakan parasit dan
memiliki spora. Inang mereka tersebar dari
Protozoa hingga Chordata.
Monocystis
termasuk
dalam
kingdom
Protista
(Bandyopadhyay et al. 2006a, 2006b), filum
Apicomplexa (Omoto & Cartwright 2003),
kelas Sporozoa, subklas Teleosporidia
(dengan karakteristik spora sederhana tanpa
filamen polar, spora dengan atau tanpa
membran dengan 1 – banyak sporozoit), ordo

Gregarinida (dengan karakteristik tropozoit
dewasa ekstraseluler, besar; zigot non-motil;
sporozoit
terselubungi),
subordo
Eugregarinina
(siklus
hidup
tanpa
schizogoni), famili Monocystidae (dengan
karakteristik spora dengan ekstrimitas yang
mirip, biconical; sporadin soliter, ujung
anterior sporadin tidak terdiferensiasi), genus
Monocystis (dengan karakteristik bentuk
tropozoit bervariasi dan motil; sporulasi
dalam cyst tidak sempurna; spora biconical
simetris tanpa duri dengan 8 sporozoit)
(Wallace & Taylor 1997).
Dalam
penelitian
ini
dilakukan
pengamatan terhadap Monocystis yang
ditemukan pada cacing tanah Pheretima
darnleiensis yang diperoleh dari lingkungan
sekitar kampus IPB Gunung Gede dan
Baranangsiang. Pheretima endemik di Asia
Tenggara dan kepulauan Malaya dari India
Selatan hingga Jepang (Stephenson 1930).
Brusca dan Brusca (1990) memasukkan
Pheretima ke dalam kingdom Animalia, filum
Annelida, kelas Oligochaeta. Sedangkan
Stephenson (1930) memasukkan Pheretima ke
dalam
ordo
Oligochaeta,
sub
ordo
Neooligochaeta, series Megascolecina, famili
Megascolecidae, sub famili Megascolecinae,
genus Pheretima Kinb..
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari
keberadaan parasit Monocystis pada cacing
tanah Pheretima darnleiensis.
Waktu dan Tempat
Penelitian mulai dilaksanakan bulan
Januari tahun 2007 sampai bulan Juni 2007 di
Laboratorium Zoologi IPB.

BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah: cacing tanah, eter, NaCl
fisiologis, eosin 1%, haematoxylin ehrlich
1%, xilol, entellan, alkohol seri (30%, 50%,
70%, 80%, 95%, alkohol absolut), dan air.
Alat-alat
yang
digunakan
dalam
penelitian ini adalah: gunting, pinset, nampan
bedah, jarum, cawan petri, pipet sel darah
putih, haemocytometer, mikroskop cahaya,
kaca
preparat
serta
kaca
penutup,
fotomikroskop, dan komputer.
Pengambilan sampel
Menurut Sheridan (1998), persiapan yang
cepat untuk mengamati Monocystis adalah

2
wet mount smear. Cacing tanah diambil dari
beberapa tempat, yaitu: kebun kampus
Gunung Gede, tanah galian, tanah di tempat
sampah, tanah bekas kandang sapi, dan aspal.
Pengambilan cacing tanah dilakukan dengan
mengorek tanah dengan ranting pohon atau
batang kayu. Cacing tanah yang tampak
diambil dan dibawa ke laboratorium.
Selanjutnya cacing tanah dicatat ciri-cirinya,
antara lain: bentuk tubuh, warna, seta, warna
serta posisi klitelum, dan bentuk prostomium
untuk memastikan spesiesnya.
Pengamatan Monocystis
Cacing dibius dengan eter, lalu dibedah
(Gambar 1).
Mulut

Tembolok

Faring

Esofagus
Intestinum

Vesikula seminalis

Prostat

lalu
dilakukan
penghitungan
menggunakan counter.

dengan

HASIL
Karakter eksternal cacing: tubuh silindris,
warna coklat gelap, prostomium epilobus, seta
perichaetine, klitelum bersifat annular pada
segmen XIII – XV, lubang betina pada
segmen XIV, sepasang lubang jantan pada
segmen XVIII, tanda genital terdapat pada
daerah sebelum dan setelah klitelum.
Karakter internal cacing: tembolok pada
segmen VIII, 4 pasang spermateka pada
segmen VI – XI, 2 pasang vesikula seminalis
pada segmen XI dan XII, testes metandric
sepasang pada segmen XI, prostat pada
segmen XVIII.
Pengamatan Monocystis
Dalam pengamatan tampak beberapa fase
hidup Monocystis, yaitu: oocyst, gametosit,
dan tropozoit.
Oocyst
berbentuk
seperti
lemon,
berkelompok, panjang 7.77 μm – 15.45 μm,
lebar 3.88 μm – 7.77 μm dengan kedua ujung
lancip. Spora di dalamnya tidak terlalu
tampak jelas.

Gambar 1 Organ dalam cacing
Vesikula seminalis atau spermateka
diletakkan di atas kaca preparat, ditetesi
dengan NaCl, dan selanjutnya diacak dengan
gunting. Cairan selom dibuat preparat smear.
Olesan dibiarkan kering udara, lalu difiksasi
dengan alkohol 70%, diwarnai dengan
haematoxylin ehrlich 1%, lalu eosin 1%.
Dehidrasi dengan alkohol 30%, 50%, 70%,
80%, 95%, dan 100%. Penjernihan dengan
merendam olesan dalam xilol 2 x 15 menit.
Terakhir, olesan ditutup dengan entellan.
Preparat diamati dengan mikroskop cahaya.
Pengukuran
objek
dilakukan
dengan
mikrometer. Objek yang baik difoto dengan
menggunakan fotomikroskop.
Penghitungan jumlah Monocystis
Vesikula seminalis diambil, lalu diacak
dengan menggunakan gunting. Cairan
vesikula seminalis dihisap dengan pipet sel
darah putih, lalu diencerkan dengan
menambahkan NaCl 85% hingga pengenceran
100 kali. Bila cairan vesikula seminalis terlalu
sedikit, maka pengenceran dilakukan hingga
200 kali. Kedua ujung pipet ditutup, lalu
dikocok agar homogen. Larutan vesikula
seminalis diteteskan di atas haemositometer,

Gambar 2 Oocyst (perbesaran 10 x 40).
Gametosit bulat, berkelompok, diameter
77.7 μm – 264.18 μm. Pada fase awal, tampak
dua tropozoit yang berfusi di dalam suatu
cyst. Pada fase lebih lanjut, terdapat banyak
oocyst di dalamnya yang merupakan hasil dari
pembelahan inti. Ada juga yang masih
memiliki residual body.

Gambar 3 Gametosit dengan dua tropozoit
(perbesaran 10 x 40).

2
wet mount smear. Cacing tanah diambil dari
beberapa tempat, yaitu: kebun kampus
Gunung Gede, tanah galian, tanah di tempat
sampah, tanah bekas kandang sapi, dan aspal.
Pengambilan cacing tanah dilakukan dengan
mengorek tanah dengan ranting pohon atau
batang kayu. Cacing tanah yang tampak
diambil dan dibawa ke laboratorium.
Selanjutnya cacing tanah dicatat ciri-cirinya,
antara lain: bentuk tubuh, warna, seta, warna
serta posisi klitelum, dan bentuk prostomium
untuk memastikan spesiesnya.
Pengamatan Monocystis
Cacing dibius dengan eter, lalu dibedah
(Gambar 1).
Mulut

Tembolok

Faring

Esofagus
Intestinum

Vesikula seminalis

Prostat

lalu
dilakukan
penghitungan
menggunakan counter.

dengan

HASIL
Karakter eksternal cacing: tubuh silindris,
warna coklat gelap, prostomium epilobus, seta
perichaetine, klitelum bersifat annular pada
segmen XIII – XV, lubang betina pada
segmen XIV, sepasang lubang jantan pada
segmen XVIII, tanda genital terdapat pada
daerah sebelum dan setelah klitelum.
Karakter internal cacing: tembolok pada
segmen VIII, 4 pasang spermateka pada
segmen VI – XI, 2 pasang vesikula seminalis
pada segmen XI dan XII, testes metandric
sepasang pada segmen XI, prostat pada
segmen XVIII.
Pengamatan Monocystis
Dalam pengamatan tampak beberapa fase
hidup Monocystis, yaitu: oocyst, gametosit,
dan tropozoit.
Oocyst
berbentuk
seperti
lemon,
berkelompok, panjang 7.77 μm – 15.45 μm,
lebar 3.88 μm – 7.77 μm dengan kedua ujung
lancip. Spora di dalamnya tidak terlalu
tampak jelas.

Gambar 1 Organ dalam cacing
Vesikula seminalis atau spermateka
diletakkan di atas kaca preparat, ditetesi
dengan NaCl, dan selanjutnya diacak dengan
gunting. Cairan selom dibuat preparat smear.
Olesan dibiarkan kering udara, lalu difiksasi
dengan alkohol 70%, diwarnai dengan
haematoxylin ehrlich 1%, lalu eosin 1%.
Dehidrasi dengan alkohol 30%, 50%, 70%,
80%, 95%, dan 100%. Penjernihan dengan
merendam olesan dalam xilol 2 x 15 menit.
Terakhir, olesan ditutup dengan entellan.
Preparat diamati dengan mikroskop cahaya.
Pengukuran
objek
dilakukan
dengan
mikrometer. Objek yang baik difoto dengan
menggunakan fotomikroskop.
Penghitungan jumlah Monocystis
Vesikula seminalis diambil, lalu diacak
dengan menggunakan gunting. Cairan
vesikula seminalis dihisap dengan pipet sel
darah putih, lalu diencerkan dengan
menambahkan NaCl 85% hingga pengenceran
100 kali. Bila cairan vesikula seminalis terlalu
sedikit, maka pengenceran dilakukan hingga
200 kali. Kedua ujung pipet ditutup, lalu
dikocok agar homogen. Larutan vesikula
seminalis diteteskan di atas haemositometer,

Gambar 2 Oocyst (perbesaran 10 x 40).
Gametosit bulat, berkelompok, diameter
77.7 μm – 264.18 μm. Pada fase awal, tampak
dua tropozoit yang berfusi di dalam suatu
cyst. Pada fase lebih lanjut, terdapat banyak
oocyst di dalamnya yang merupakan hasil dari
pembelahan inti. Ada juga yang masih
memiliki residual body.

Gambar 3 Gametosit dengan dua tropozoit
(perbesaran 10 x 40).

3

Gambar 4 Gametosit dengan residual body
(perbesaran 10 x 40).

Gambar 7 Syzygy (perbesaran 10 x 40).
Gambar

5

Gametosit dengan oocyst
(perbesaran 10 x 40).

Tropozoit soliter atau berkelompok di
dekat gametosit, berbentuk bulat hingga agak
oval dengan diameter 38.85 μm – 126.91 μm,
nukleus agak di tengah dengan diameter
nukleus 7.77 μm – 12.95 μm. Tampak juga
tropozoit yang sedang berfusi (syzygy).

Sperma

Gambar

Tropozoit

6

Tropozoit dengan sperma
(perbesaran 10 x 40).

Penghitungan jumlah Monocystis
Cacing diambil dari kebun di depan
laboratorium biokimia sebanyak 50 ekor,
Baranangsiang sebanyak 17 ekor, tempat
sampah zoologi sebanyak 15 ekor, tanah
bekas kandang sebanyak 20 ekor, dan aspal di
dekat kandang monyet sebanyak 13 ekor.
Enam puluh satu ekor dari 115 cacing
yang diperoleh memiliki vesikula seminalis
yang jelas. Cacing yang tidak memiliki
vesikula seminalis yang jelas diambil
spermateka
beserta
cairan
selomnya.
Sebanyak 70 ekor cacing terinfeksi
Monocystis dengan derajat infestasi berkisar
antara 500 oocyst/mm3 – 1 074 000
oocyst/mm3 (47 sampel yang dihitung).

4
Tabel 1 Jumlah cacing yang terinfeksi Monocystis
Terdapat vesikula
Tempat
Jumlah
seminalis (VS)
yang jelas
5
Kampus Gunung Gede
50
15
Baranangsiang
17
Tempat sampah
15
15
14
Bekas kandang sapi
20
12
Aspal dekat kandang monyet
13
61
TOTAL
115
Minimum = 500 oocyst / mm3
Maksimum = 1 074 000 oocyst / mm3
Rata-rata = 149 600 oocyst / mm3
Standar deviasi = 214 902
NA = tidak dihitung

PEMBAHASAN
Cacing diperoleh dari lima tempat, yaitu:
kebun kampus Gunung Gede, Baranangsiang,
tempat sampah, bekas kandang sapi, dan aspal
dekat kandang monyet. Tanah tempat hidup
cacing pada kebun kampus Gunung Gede
ditumbuhi rumput liar dan relatif keras. Sama
halnya dengan tanah bekas kandang sapi.
Tanah di Baranangsiang merupakan tanah
bekas galian yang ditumbuhi pohon. Tanah di
tempat sampah terdapat sampah plastik dan
sampah organik. Aspal di dekat kandang
monyet ditumbuhi rumput di beberapa tempat.
Intensitas Monocystis dihitung berdasarkan
cacing yang ditemukan di tempat sampah,
bekas kandang sapi, dan aspal di dekat
kandang monyet. Intensitas Monocystis pada
cacing tanah asal Baranangsiang dan kebun
kampus Gunung Gede tidak dihitung. Hal ini
disebabkan pada saat itu belum diperoleh
metode yang tepat untuk menghitung
intensitas Monocystis. Perbedaan lokasi
cacing tanah berhubungan dengan intensitas
Monocystis yang ditemukan pada cacing
tanah.
Identifikasi cacing tanah berdasarkan Sims
& Easton (1972) dan juga dicocokkan dengan
cacing yang diperoleh Santi (2006). Cacing
yang diperoleh adalah Pheretima darnleiensis.
Cacing yang ditemukan di kebun kampus
Gunung Gede sebanyak 50 ekor. Hanya 5
ekor yang memiliki vesikula seminalis jelas
dan 8 ekor terinfeksi Monocystis. Rendahnya
prevalensi Monocystis mungkin berkaitan
dengan keberadaan vesikula seminalis.
Monocystis banyak ditemukan pada vesikula
seminalis sehubungan dengan tersedianya
sperma yang melimpah dan sedikitnya
selomosit pada vesikula seminalis (Reinhart &
Dollahon 2003). Selomosit yang berada di

Terinfeksi
Monocystis
VS
Luar VS
5
3
15
1
15
0
14
4
12
1
61
9

Rata-rata
intensitas
(ocyst/mm3)
NA
NA
95 580
181 300
9 791

cairan selom memfagosit Monocystis yang
berada di luar vesikula seminalis sehingga
jarang ditemukan Monocystis di luar vesikula
seminalis.
Cacing tanah yang diperoleh tidak selalu
memiliki vesikula seminalis yang jelas.
Beberapa cacing tanah tidak memiliki
vesikula seminalis seperti Chaetogaster.
Namun, menurut Stepehenson (1930)
Pheretima darnleiensis merupakan cacing
yang memiliki vesikula seminalis. Vesikula
seminalis yang tidak jelas pada cacing tanah
dapat disebabkan oleh beberapa hal:
(1) Cacing belum cukup matang untuk
bereproduksi seksual, (2) Vesikula seminalis
berdegenerasi karena cacing sudah tidak
bereproduksi lagi (Stephenson 1930),
(3)
Cacing
baru
kawin,
selomosit
membersihkan vesikula seminalis sehingga
vesikula seminalis mengecil (Stephenson
1930).
Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh
kesimpulan bahwa ada hubungan antara
intensitas Monocystis dengan lokasi tempat
ditemukannya cacing. Pada tempat sampah
rata-rata infestasi Monocystis 95 580
oocyst/mm3, pada tanah bekas kandang
181 300 oocyst/mm3, dan pada aspal dekat
kandang monyet 9 791 oocyst/mm 3. Hal ini
berkaitan dengan penyebaran Monocystis
yang secara dominan lewat termakannya
oocyst Monocystis oleh cacing (Field &
Michiels 2006). Oocyst bersifat nonmotil dan
berada di vesikula seminalis. Kemungkinan
penyebaran oocyst terjadi setelah cacing
inangnya mati.
Infestasi Monocystis pada cacing di kebun
kampus Gunung Gede dan aspal dekat
kandang monyet relatif lebih rendah. Lokasi
kebun kampus Gunung Gede dan kandang
monyet dekat dengan laboratorium biokimia.

4
Tabel 1 Jumlah cacing yang terinfeksi Monocystis
Terdapat vesikula
Tempat
Jumlah
seminalis (VS)
yang jelas
5
Kampus Gunung Gede
50
15
Baranangsiang
17
Tempat sampah
15
15
14
Bekas kandang sapi
20
12
Aspal dekat kandang monyet
13
61
TOTAL
115
Minimum = 500 oocyst / mm3
Maksimum = 1 074 000 oocyst / mm3
Rata-rata = 149 600 oocyst / mm3
Standar deviasi = 214 902
NA = tidak dihitung

PEMBAHASAN
Cacing diperoleh dari lima tempat, yaitu:
kebun kampus Gunung Gede, Baranangsiang,
tempat sampah, bekas kandang sapi, dan aspal
dekat kandang monyet. Tanah tempat hidup
cacing pada kebun kampus Gunung Gede
ditumbuhi rumput liar dan relatif keras. Sama
halnya dengan tanah bekas kandang sapi.
Tanah di Baranangsiang merupakan tanah
bekas galian yang ditumbuhi pohon. Tanah di
tempat sampah terdapat sampah plastik dan
sampah organik. Aspal di dekat kandang
monyet ditumbuhi rumput di beberapa tempat.
Intensitas Monocystis dihitung berdasarkan
cacing yang ditemukan di tempat sampah,
bekas kandang sapi, dan aspal di dekat
kandang monyet. Intensitas Monocystis pada
cacing tanah asal Baranangsiang dan kebun
kampus Gunung Gede tidak dihitung. Hal ini
disebabkan pada saat itu belum diperoleh
metode yang tepat untuk menghitung
intensitas Monocystis. Perbedaan lokasi
cacing tanah berhubungan dengan intensitas
Monocystis yang ditemukan pada cacing
tanah.
Identifikasi cacing tanah berdasarkan Sims
& Easton (1972) dan juga dicocokkan dengan
cacing yang diperoleh Santi (2006). Cacing
yang diperoleh adalah Pheretima darnleiensis.
Cacing yang ditemukan di kebun kampus
Gunung Gede sebanyak 50 ekor. Hanya 5
ekor yang memiliki vesikula seminalis jelas
dan 8 ekor terinfeksi Monocystis. Rendahnya
prevalensi Monocystis mungkin berkaitan
dengan keberadaan vesikula seminalis.
Monocystis banyak ditemukan pada vesikula
seminalis sehubungan dengan tersedianya
sperma yang melimpah dan sedikitnya
selomosit pada vesikula seminalis (Reinhart &
Dollahon 2003). Selomosit yang berada di

Terinfeksi
Monocystis
VS
Luar VS
5
3
15
1
15
0
14
4
12
1
61
9

Rata-rata
intensitas
(ocyst/mm3)
NA
NA
95 580
181 300
9 791

cairan selom memfagosit Monocystis yang
berada di luar vesikula seminalis sehingga
jarang ditemukan Monocystis di luar vesikula
seminalis.
Cacing tanah yang diperoleh tidak selalu
memiliki vesikula seminalis yang jelas.
Beberapa cacing tanah tidak memiliki
vesikula seminalis seperti Chaetogaster.
Namun, menurut Stepehenson (1930)
Pheretima darnleiensis merupakan cacing
yang memiliki vesikula seminalis. Vesikula
seminalis yang tidak jelas pada cacing tanah
dapat disebabkan oleh beberapa hal:
(1) Cacing belum cukup matang untuk
bereproduksi seksual, (2) Vesikula seminalis
berdegenerasi karena cacing sudah tidak
bereproduksi lagi (Stephenson 1930),
(3)
Cacing
baru
kawin,
selomosit
membersihkan vesikula seminalis sehingga
vesikula seminalis mengecil (Stephenson
1930).
Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh
kesimpulan bahwa ada hubungan antara
intensitas Monocystis dengan lokasi tempat
ditemukannya cacing. Pada tempat sampah
rata-rata infestasi Monocystis 95 580
oocyst/mm3, pada tanah bekas kandang
181 300 oocyst/mm3, dan pada aspal dekat
kandang monyet 9 791 oocyst/mm 3. Hal ini
berkaitan dengan penyebaran Monocystis
yang secara dominan lewat termakannya
oocyst Monocystis oleh cacing (Field &
Michiels 2006). Oocyst bersifat nonmotil dan
berada di vesikula seminalis. Kemungkinan
penyebaran oocyst terjadi setelah cacing
inangnya mati.
Infestasi Monocystis pada cacing di kebun
kampus Gunung Gede dan aspal dekat
kandang monyet relatif lebih rendah. Lokasi
kebun kampus Gunung Gede dan kandang
monyet dekat dengan laboratorium biokimia.

5
Kemungkinan daerah tersebut terkontaminasi
dengan bahan kimia yang dibuang sehingga
mematikan oocyst Monocystis. Demikian pula
pada tempat sampah. Daerah bekas kandang
sapi letaknya jauh dari laboratorium biokimia,
intensitas Monocystis pada cacing relatif lebih
tinggi. Hal ini menguatkan dugaan bahwa
kualitas tanah berpengaruh terhadap intensitas
Monocystis.
Monocystis merupakan parasit yang
memiliki inang spesifik, tetapi dapat juga
ditemukan spesies Monocystis yang sama
pada cacing yang berbeda spesiesnya.
Misalnya M. ventrosa ditemukan pada
Lumbricus rubellus dan L. Castaneus.
M. ventrosa memiliki ciri-ciri tropozoit
berukuran 109 – 183 μm, diameter nukleus
mencapai 43 μm, diameter gametosit
185 – 223 μm, oocyst 17 – 25 μm, serta ujung
anterior dan posterior dapat dibedakan
(Wallace & Taylor 1997).
Monocystis
yang
diperoleh
dalam
penelitian
memiliki
ciri-ciri tropozoit
berbentuk bulat hingga agak oval dengan
diameter 38.85 – 126.91 μm, diameter nukleus
7.77 – 12.95 μm, diameter gametosit
77.7 – 264.18 μm, oocyst kedua ujungnya
lancip dengan panjang 7.77 – 15.45 μm dan
lebar 3.88 – 7.77 μm. Berdasarkan ciri-ciri
tesebut, Monocystis yang diperoleh dalam
penelitian bukanlah M. ventrosa.
Sebagai
parasit,
Monocystis
juga
mempengaruhi pertumbuhan cacing tanah.
Namun, Monocystis tidak berpengaruh
terhadap produksi kokon cacing (Field &
Michiels 2005).
Dalam
penelitian,
setiap
vesikula
seminalis terinfeksi Monocystis. Namun,
Monocystis
jarang
ditemukan
pada
spermateka atau cairan selom. Ukuran oocyst,
gametosit, dan tropozoit bervariasi (lihat
hasil). Sesuai dengan p