Respon perilaku menggali cacing tanah sebagai biomarker imidakloprid di tanah
ABSTRAK
DUTI PERIZA. Respon Perilaku Menggali Cacing Tanah Sebagai Biornarker Imidakloprid Di
Tanah. Dibimbing oleh TRI NERU WIDARTO dan TARUNI SW PRAWASTI.
Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari efek imidakloprid terhadap perilaku menggali
tiga spesies cacing tanah, yaitu Eiseniafoetida, Lumbricus rubellus dan Pheretima asiatica. Selain
itu, penelitian inipun dimaksudkan untuk mengkaji kemungkinan penggunaan perilaku menggali
tersebut sebagai biomarker toksisitas irndakloprid pada konsentrasi subletalnya. Konsentrasi yang
digunakan adalah 0, 0.25, 0.5, 0.75, dan 1.0 mgkg berat kering tanah (ppm) untuk dua spesies
pertama, dan 0, 1.5, 3.0, dan 4.5 mglkg berat kering ranah (ppm) untuk P. asiatica dengan
masing-masing tiga ulangan. Terarium kaca berukuran 40 cm x 30 cm x 5 mm digunakan untuk
mengamati lorong-lorong yang digali oleh cacing. Setelah tujuh hari pengamatan, efek
imidakloprid terhadap periIaku menggali terlihat jelas terutama pada dua konsentrasi tertinggi
dengan lebih pendeknya panjang lorong yang digali dibandingkan lorong pada controI. SeIain itu
nampak pula bahwa aktifitas menggali lorong juga mengalami penurunan sejalan dengan lama
waktu pemaparan. Ini terlihat dari jarak ternpuhnya yang semakin pendek. Efek imidaklopridjuga
dapat dilihat pada pola atau topologi lorong. Setelah terpapar imidakloprid, topologi lorong
menjadi lebih menyempit dibandingkan dengan kontrol. Dari ketiga spesies cacing yang
digunakan, L. rzibellzts merupakan cacing yang paling sensitif terhadap toksisitas imidakloprid.
Berdasarkan hasil-hasil tersebut, perilaku cacing tanah menggali Iorong di dalam tanah sangat
potensial untuk dijadikan sebagai biomarker toksisitas imidakloprid.
Kata kunci : cacing tanah, biornarker, perilaku, imidakloprid, subletal
ABSTRACT
DUTI PERIZA. Response of earthworm burrowing behaviour as a biomarker of imidacloprid in
soil. Supervised by TRI HERU W A R T 0 dan TARUNI SRI PRAWASTI.
This research was conducted to study the effect of imidacloprid on the burrowing
behaviour of three earthworm species, Eiserziafoetida, Lunibricus rubelltrs and Pheretin~aasiatica.
Furthermore, this research was also to study the possibility of using the behaviour as a biomarker
of imidacloprid toxicity in sublethal concentrations. The applied concentrations were 0, 1.25, 0.5,
0.75, and 1.0 m a g dry weight soil (ppm) for the first two species, and 0, 1.5,3.0, and 4.5 mglkg
dry weight soil (ppm) for P. asiatica, each with three replications. Glass terraria of size 40 cm x 30
cm x 5 mm were used to observe their activities. After seven days of experiment, imidacloprid
effects on burrowing behaviour was clearly visible, especially at the two highest concentrations
indicated by shorter burrows than those at the control. In addition, it was observed that burrowing
activities were reduced with exposure time. This was indicated by the distance covered which is
shorter than that of the control. Among the three species employed in this study, L. rzibelhs is the
most sensitive species to the toxicity of imidacloprid. Effect of imidacloprid can be seen from
burrowing pattern or topology as well. After the exposure, burrowing topology of the worms was
narrower than the control. Based on these results, burrowing activities of the earthworms are very
potential to be used as biornarkers of imidacloprid toxicity.
Key words :earthworm, biomarker, behaviour, imidacloprid, sublethal
DUTI PERIZA. Respon Perilaku Menggali Cacing Tanah Sebagai Biornarker Imidakloprid Di
Tanah. Dibimbing oleh TRI NERU WIDARTO dan TARUNI SW PRAWASTI.
Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari efek imidakloprid terhadap perilaku menggali
tiga spesies cacing tanah, yaitu Eiseniafoetida, Lumbricus rubellus dan Pheretima asiatica. Selain
itu, penelitian inipun dimaksudkan untuk mengkaji kemungkinan penggunaan perilaku menggali
tersebut sebagai biomarker toksisitas irndakloprid pada konsentrasi subletalnya. Konsentrasi yang
digunakan adalah 0, 0.25, 0.5, 0.75, dan 1.0 mgkg berat kering tanah (ppm) untuk dua spesies
pertama, dan 0, 1.5, 3.0, dan 4.5 mglkg berat kering ranah (ppm) untuk P. asiatica dengan
masing-masing tiga ulangan. Terarium kaca berukuran 40 cm x 30 cm x 5 mm digunakan untuk
mengamati lorong-lorong yang digali oleh cacing. Setelah tujuh hari pengamatan, efek
imidakloprid terhadap periIaku menggali terlihat jelas terutama pada dua konsentrasi tertinggi
dengan lebih pendeknya panjang lorong yang digali dibandingkan lorong pada controI. SeIain itu
nampak pula bahwa aktifitas menggali lorong juga mengalami penurunan sejalan dengan lama
waktu pemaparan. Ini terlihat dari jarak ternpuhnya yang semakin pendek. Efek imidaklopridjuga
dapat dilihat pada pola atau topologi lorong. Setelah terpapar imidakloprid, topologi lorong
menjadi lebih menyempit dibandingkan dengan kontrol. Dari ketiga spesies cacing yang
digunakan, L. rzibellzts merupakan cacing yang paling sensitif terhadap toksisitas imidakloprid.
Berdasarkan hasil-hasil tersebut, perilaku cacing tanah menggali Iorong di dalam tanah sangat
potensial untuk dijadikan sebagai biomarker toksisitas imidakloprid.
Kata kunci : cacing tanah, biornarker, perilaku, imidakloprid, subletal
ABSTRACT
DUTI PERIZA. Response of earthworm burrowing behaviour as a biomarker of imidacloprid in
soil. Supervised by TRI HERU W A R T 0 dan TARUNI SRI PRAWASTI.
This research was conducted to study the effect of imidacloprid on the burrowing
behaviour of three earthworm species, Eiserziafoetida, Lunibricus rubelltrs and Pheretin~aasiatica.
Furthermore, this research was also to study the possibility of using the behaviour as a biomarker
of imidacloprid toxicity in sublethal concentrations. The applied concentrations were 0, 1.25, 0.5,
0.75, and 1.0 m a g dry weight soil (ppm) for the first two species, and 0, 1.5,3.0, and 4.5 mglkg
dry weight soil (ppm) for P. asiatica, each with three replications. Glass terraria of size 40 cm x 30
cm x 5 mm were used to observe their activities. After seven days of experiment, imidacloprid
effects on burrowing behaviour was clearly visible, especially at the two highest concentrations
indicated by shorter burrows than those at the control. In addition, it was observed that burrowing
activities were reduced with exposure time. This was indicated by the distance covered which is
shorter than that of the control. Among the three species employed in this study, L. rzibelhs is the
most sensitive species to the toxicity of imidacloprid. Effect of imidacloprid can be seen from
burrowing pattern or topology as well. After the exposure, burrowing topology of the worms was
narrower than the control. Based on these results, burrowing activities of the earthworms are very
potential to be used as biornarkers of imidacloprid toxicity.
Key words :earthworm, biomarker, behaviour, imidacloprid, sublethal