Studi Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Nanas (Ananas comosus L. Merr.) CV. Queen Hasil Perbanyakan In Vitro Subkultur III di Lapang

STUDI PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN NANAS
(Ananas comosus L. Merr.) CV. QUEEN
HASIL PERBANYAKAN IN VITRO SUBKULTUR III
DI LAPANG

Oleh
Niswatun Chasanah
A00400027

PROGRAM STUDI HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

STUDI PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN NANAS
(Ananas comosus L. Merr.) CV. QUEEN
HASIL PERBANYAKAN IN VITRO SUBKULTUR III
DI LAPANG

SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh
Niswatun Chasanah
A00400027

PROGRAM STUDI HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

RINGKASAN

NISWATUN CHASANAH. Studi Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Nanas
(Ananas comosus L. Merr.) Cv. Queen Hasil Perbanyakan In Vitro Subkultur
III di Lapang. (Di bawah bimbingan SOBIR).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh 6Benzylaminopurine (BAP) dalam media in vitro subkultur III terhadap
pertumbuhan vegetatif tanaman nanas (Ananas comosus L. Merr.) di lapang.
Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Pusat Kajian Buah-buahan Tropika,
Tajur, Bogor, dengan ketinggian lahan 250 m di atas permukaan laut dan suhu

harian berkisar 21o C-33o C. Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai
Oktober 2005.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak
(RKLT) faktor tunggal, yaitu faktor perlakuan konsentrasi BAP dengan 4 taraf
perlakuan yang terdiri dari konsentrasi 0.5, 1, 2 dan 4 mg/l. Setiap perlakuan
diulang lima kali yang terdiri dari tanaman nanas hasil kultur in vitro yang berasal
dari lima mahkota nanas yang berbeda. Masing- masing ulangan terdiri dari 20
tanaman. Tanaman ditanam dalam bedengan yang berukuran 1.4 m x 36 m dengan
jarak tanam 60 cm x 30 cm. Sebagai pemeliharaan, tanaman diberi pupuk
anorganik dengan dosis 900 kg urea per Ha, 400 kg TSP per Ha dan 900 kg KCl
per Ha. Penyiraman dan penyiangan gulma dilakukan sesuai kondisi tanaman
sedangkan untuk proteksi tanaman dari serangan hama dan penyakit digunakan
pestisida. Peubah yang diamati meliputi tinggi tanaman, diameter tajuk tanaman,
panjang daun, lebar daun, jumlah daun, jumlah anakan dan jumlah stomata.
Pengamatan dilakukan sebulan sekali pada 14-19 bulan setelah tanam (BST).
Perbedaan konsentrasi 6-Benzylaminopurine (BAP) dalam media in vitro
subkultur III tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman, diameter tajuk tanaman,
lebar daun, jumlah daun dan jumlah stomata daun tanaman di lapang. Perbedaan
konsentrasi BAP berpengaruh terhadap panjang daun pada 19 BST dimana
perlakuan BAP 0.5 mg/l memberikan rata-rata panjang daun tertinggi. Perbedaan

konsentrasi BAP berpengaruh terhadap jumlah anakan dimana perlakuan BAP 2
mg/l memberikan rata-rata jumlah anakan tertinggi. Keragaan tanaman nanas cv.
Queen hasil perbanyakan in vitro subkultur III menunjukkan tinggi tanaman,
diameter tajuk dan panjang daun yang relatif lebih rendah dibandingkan tanaman
hasil perbanyakan konvensional namun tinggi tanaman dan diameter tajuknya
relatif lebih tinggi dibandingkan tanaman hasil perbanyakan in vitro subkultur I.
Keragaan tanaman nanas cv. Queen hasil perbanyakan in vitro subkultur III
menunjukkan jumlah daun dan jumlah anakan yang relatif lebih tinggi
dibandingkan tanaman hasil perbanyakan konvensional namun jumlah daun dan
jumlah anakannya relatif lebih rendah dibandingkan tanaman hasil perbanyakan in
vitro subkultur I.

SUMMARY

NISWATUN CHASANAH. The Study of Vegetative Growth of Pineapple
(Ananas comosus L. Merr.) Cv. Queen Subculture III in the field. (Suvervised
by SOBIR)
The research was aimed to elucidate the effects of 6-Benzylaminopurine
(BAP) in in vitro media to the vegetative growth of pineapple (Ananas comosus L.
Merr.) subculture III in the field. The research was conducted on April to October

2005 in Tropical Fruits Research Station (PKBT), Tajur, Bogor, at 250 m above
sea level and daily temperature at 21o -33oC.
The research arranged under Randomized Complete Block Design with
single factor experiment. The factor is the concentration of BAP with 4 different
treatments. They were 0.5 mg/l, 1 mg/l, 2 mg/l, and 4 mg/l of BAP concentration
levels. Each of them replicated five times. Each treatment consists of five
different crown of pineapple from in vitro culture, each replication consist of 20
plants. They were planted at the distance of 60 cm x 30 cm in little dyke with 1.4
m x 36 m long and fertilized with 900 kg/ha of Urea, 400 kg/ha of TSP, and 900
kg/ha of KCl. Pouring and weeding were depend on plant condition, and pesticide
was used as protection from pest and plant disease. The observation conducted
once a month on 14th –19th months after planting. The variables examined in this
research are the height of plant, diameter canopy, length of leaf, width of leaf,
number of leaves, number of suckers and number of stomata.
The results showed that the height of plants, canopy diameter, width of
leaf, number of leaves, and number of stomata were not affected by different
concentration of 6-Benzylaminopurine (BAP) in in vitro media. The concentration
levels of BAP affected the length of leaf on 19th months after planting that the
plants treated with 0.5 mg/l of BAP have the longest leaf. The concentration levels
of BAP affected the number of suckers on 14th-19th months after planting that the

plants treated with 2 mg/l of BAP have the higher number of suckers. Field
performance of pineapple cv. Queen subculture III showed that height of plant,
canopy diameter and length of plant that relatively lesser than conventional
cultivated plant, however relatively higher on height of plant and canopy diameter
than the subculture I plant. Field performance of pineapple cv. Queen subculture
III showed that number of leaves and number of suckers relatively higher than
conventional cultivated plant, and relatively lesser on number of leaves and
number of suckers than subculture I plant.

LEMBAR PENGESAHAN
Judul

: STUDI PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN NANAS
(Ananas comosus L. Merr.) CV. QUEEN HASIL PERBANYAKAN
IN VITRO SUBKULTUR III DI LAPANG

Nama

: Niswatun Chasanah


NRP

: A00400027

Menyetujui,
Dosen Pembimbing,

Dr. Ir. Sobir, MSi.
NIP. 131 841 754

Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, MAgr.
NIP. 130 422 698

Tanggal Lulus :

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Depok, Jawa Barat pada tanggal 23

Februari 1981. Penulis merupakan anak keempat dari lima bersaudara pasangan
Bapak Drs. Budi Basuki (Alm.) dan Ibu Musriyati.
Pada tahun 1987 penulis bersekolah di TK Aisyiyah IV Bustanul
Athfal Depok. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 1994 di SD
Negeri Depok Jaya I kemudian melanjutkan ke SMP Negeri II Depok dan lulus
tahun 1997. Pada tahun 2000 penulis menyelesaikan Sekolah Menengah Umum di
SMU Negeri I Depok.
Pada tahun 2000 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui
jalur USMI (Ujian Seleksi Masuk IPB) sebagai mahasiswa Program Studi
Hortikultura, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.

KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas kebesaran, rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Studi Pertumbuhan
Vegetatif Tanaman Nanas (Ananas comosus L. Merr.) cv. Queen Hasil
Perbanyakan In Vitro Subkultur III di Lapang ”. Skripsi ini disusun sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian pada Fakultas
Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Ir. Sobir, MSi., selaku dosen pembimbing skripsi atas bimbingan dan

pengarahan yang diberikan kepada penulis selama penelitian dan penyusunan
karya tulis ini.
2. Prof. Dr. Ir. Bambang S. Purwoko, MSc. dan Dr. Ir. Sriani Sujiprihati, MS.
selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran untuk perbaikan
karya ilmiah ini.
3. Dr. Ir. Fatimah Nursandi, MSi., yang telah memberikan baha n penelitian dan
motivasi kepada penulis.
4. Pusat Kajian Buah-buahan Tropika yang telah memberikan bantuan fasilitas
sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar.
5. Bapak, Ibu, Mas Hari, Mas Bowo, Mbak Wily, dan Nung atas doa,
pengertian, pengorbanan dan kasih sayang yang dicurahkan kepada penulis.
Sungguh hanya Allah yang tahu betapa rasa sayang dan cinta ini teramat
dalam.
6. Mbak Heny, Kak Ari, Om Boang, dan Bulik Sri atas dukungan moral maupun
materil selama penelitian dan penyusunan karya ilmiah ini.
7. Asih, Rina, Ita, Dini, Ave, Dina, Akh Mustolih, Akh Lee2c_yash, Febri,
Hendi, Gandhi, dan Imron yang telah membantu di lapang, laboratorium
maupun perpustakaan. Sungguh, bantuan kalian amat berarti.
8. Nana atas bantuan moral, semangat dan nasihat. Semoga persahabatan ini tak
lekang oleh waktu.

9. Akh Taufik dan Pipin atas bantuan selama pengolahan data.
10. Pak Joko atas bantuan selama di laboratorium dan pelajaran tentang hidup.

11. Pak Ibramsyah dan Bu Yuyun atas bantuan selama di kebun Tajur 2.
12. Teman-teman dan adik-adik seperjuangan di LDF Faperta. Sungguh,
ukhuwah itu teramat indah dan berwarna, biarkan ia tetap menghiasi hati- hati
kita sampai kapanpun jua.
13. Teman-teman di Hortikultura 37 atas persahabatan dan kebersamaannya
selama ini. Adanya kalian membuat penulis semakin banyak belajar dalam
pencarian jati diri.
14. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
membantu penulis selama penelitian sampai penyusunan karya ilmiah ini.

Bogor, April 2006

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
PENDAHULUAN ......................................................................................

Latar Belakang ................................................................................
Tujuan Penelitian.............................................................................
Hipotesis ..........................................................................................

1
1
2
2

TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................
Botani Tanaman Nanas ...................................................................
Ekologi Tanaman Nanas .................................................................
Jenis-jenis Tanaman Nanas .............................................................
Perbanyakan Tanaman nanas ..........................................................
Kultur Jaringan Nanas .....................................................................

3
3
5
7

8
8

BAHAN DAN METODE..........................................................................
Tempat dan Waktu ..........................................................................
Bahan dan Alat ................................................................................
Metode.............................................................................................
Pelaksanaan .....................................................................................
Pengamatan .....................................................................................

12
12
12
12
13
13

HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................
Kondisi Umum Percobaan ..............................................................
Hasil ...............................................................................................
Pembahasan.....................................................................................

14
14
17
21

KESIMPULAN ..........................................................................................

24

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................

25

LAMPIRAN ...............................................................................................

28

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman
Teks

1.

2.

3.

4.

Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh 6-Benzylaminopurine (BAP)
terhadap Pertumbuhan Vegetatif dan Jumlah Stomata Daun
Nanas (Ananas comosus L. Merr.) Cv. Queen Hasil Perbanyakan
In Vitro Subkultur III di Lapang .....................................................

16

Rata-rata Panjang Daun Nanas (Ananas comosus L. Merr.) Cv.
Queen Hasil Perbanyakan In Vitro Subkultur III di Lapang pada
14-19 Bulan Setelah Tanam (BST) .................................................

18

Rata-rata Jumlah Anakan per Tanaman Nanas (Ananas comosus
L. Merr.) Cv. Queen Hasil Perbanyakan In Vitro Subkultur III dan
Persentase Tanaman yang Memiliki Anakan per Perlakuan pada
14-19 Bulan Setelah Tanam (BST) .................................................

19

Perbandingan Tanaman Nanas (Ananas comosus L. Merr.) Cv.
Queen Hasil Perbanyakan In Vitro Subkultur I, Subkultur III dan
Tanaman Asal Perbanyakan Konvensional.....................................

21

Lampiran
1.

2.

3.

4.

5.

Data Iklim Stasiun Klimatologi Bogor pada Bulan Mei-Oktober
2005 .................................................................................................

28

Sidik Ragam Pengaruh 6-Benzylaminopurine (BAP) terhadap
Tinggi Tanaman Nanas (Ananas comosus L. Merr.) Cv. Queen
Hasil Perbanyakan In Vitro Subkultur III di Lapang ......................

29

Sidik Ragam Pengaruh 6-Benzylaminopurine (BAP) terhadap
Diameter Tajuk Nanas (Ananas comosus L. Merr.) Cv. Queen
Hasil Perbanyakan In Vitro Subkultur III di Lapang ......................

30

Sidik Ragam Pengaruh 6-Benzylaminopurine (BAP) terhadap
Panjang Daun Nanas (Ananas comosus L. Merr.) Cv. Queen Hasil
Perbanyakan In Vitro Subkultur III di Lapang................................

31

Sidik Ragam Pengaruh 6-Benzylaminopurine (BAP) terhadap
Lebar Daun Nanas (Ananas comosus L. Merr.) Cv. Queen Hasil
Perbanyakan In Vitro Subkultur III di Lapang................................

32

STUDI PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN NANAS
(Ananas comosus L. Merr.) CV. QUEEN
HASIL PERBANYAKAN IN VITRO SUBKULTUR III
DI LAPANG

Oleh
Niswatun Chasanah
A00400027

PROGRAM STUDI HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

STUDI PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN NANAS
(Ananas comosus L. Merr.) CV. QUEEN
HASIL PERBANYAKAN IN VITRO SUBKULTUR III
DI LAPANG

SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh
Niswatun Chasanah
A00400027

PROGRAM STUDI HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

RINGKASAN

NISWATUN CHASANAH. Studi Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Nanas
(Ananas comosus L. Merr.) Cv. Queen Hasil Perbanyakan In Vitro Subkultur
III di Lapang. (Di bawah bimbingan SOBIR).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh 6Benzylaminopurine (BAP) dalam media in vitro subkultur III terhadap
pertumbuhan vegetatif tanaman nanas (Ananas comosus L. Merr.) di lapang.
Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Pusat Kajian Buah-buahan Tropika,
Tajur, Bogor, dengan ketinggian lahan 250 m di atas permukaan laut dan suhu
harian berkisar 21o C-33o C. Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai
Oktober 2005.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak
(RKLT) faktor tunggal, yaitu faktor perlakuan konsentrasi BAP dengan 4 taraf
perlakuan yang terdiri dari konsentrasi 0.5, 1, 2 dan 4 mg/l. Setiap perlakuan
diulang lima kali yang terdiri dari tanaman nanas hasil kultur in vitro yang berasal
dari lima mahkota nanas yang berbeda. Masing- masing ulangan terdiri dari 20
tanaman. Tanaman ditanam dalam bedengan yang berukuran 1.4 m x 36 m dengan
jarak tanam 60 cm x 30 cm. Sebagai pemeliharaan, tanaman diberi pupuk
anorganik dengan dosis 900 kg urea per Ha, 400 kg TSP per Ha dan 900 kg KCl
per Ha. Penyiraman dan penyiangan gulma dilakukan sesuai kondisi tanaman
sedangkan untuk proteksi tanaman dari serangan hama dan penyakit digunakan
pestisida. Peubah yang diamati meliputi tinggi tanaman, diameter tajuk tanaman,
panjang daun, lebar daun, jumlah daun, jumlah anakan dan jumlah stomata.
Pengamatan dilakukan sebulan sekali pada 14-19 bulan setelah tanam (BST).
Perbedaan konsentrasi 6-Benzylaminopurine (BAP) dalam media in vitro
subkultur III tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman, diameter tajuk tanaman,
lebar daun, jumlah daun dan jumlah stomata daun tanaman di lapang. Perbedaan
konsentrasi BAP berpengaruh terhadap panjang daun pada 19 BST dimana
perlakuan BAP 0.5 mg/l memberikan rata-rata panjang daun tertinggi. Perbedaan
konsentrasi BAP berpengaruh terhadap jumlah anakan dimana perlakuan BAP 2
mg/l memberikan rata-rata jumlah anakan tertinggi. Keragaan tanaman nanas cv.
Queen hasil perbanyakan in vitro subkultur III menunjukkan tinggi tanaman,
diameter tajuk dan panjang daun yang relatif lebih rendah dibandingkan tanaman
hasil perbanyakan konvensional namun tinggi tanaman dan diameter tajuknya
relatif lebih tinggi dibandingkan tanaman hasil perbanyakan in vitro subkultur I.
Keragaan tanaman nanas cv. Queen hasil perbanyakan in vitro subkultur III
menunjukkan jumlah daun dan jumlah anakan yang relatif lebih tinggi
dibandingkan tanaman hasil perbanyakan konvensional namun jumlah daun dan
jumlah anakannya relatif lebih rendah dibandingkan tanaman hasil perbanyakan in
vitro subkultur I.

SUMMARY

NISWATUN CHASANAH. The Study of Vegetative Growth of Pineapple
(Ananas comosus L. Merr.) Cv. Queen Subculture III in the field. (Suvervised
by SOBIR)
The research was aimed to elucidate the effects of 6-Benzylaminopurine
(BAP) in in vitro media to the vegetative growth of pineapple (Ananas comosus L.
Merr.) subculture III in the field. The research was conducted on April to October
2005 in Tropical Fruits Research Station (PKBT), Tajur, Bogor, at 250 m above
sea level and daily temperature at 21o -33oC.
The research arranged under Randomized Complete Block Design with
single factor experiment. The factor is the concentration of BAP with 4 different
treatments. They were 0.5 mg/l, 1 mg/l, 2 mg/l, and 4 mg/l of BAP concentration
levels. Each of them replicated five times. Each treatment consists of five
different crown of pineapple from in vitro culture, each replication consist of 20
plants. They were planted at the distance of 60 cm x 30 cm in little dyke with 1.4
m x 36 m long and fertilized with 900 kg/ha of Urea, 400 kg/ha of TSP, and 900
kg/ha of KCl. Pouring and weeding were depend on plant condition, and pesticide
was used as protection from pest and plant disease. The observation conducted
once a month on 14th –19th months after planting. The variables examined in this
research are the height of plant, diameter canopy, length of leaf, width of leaf,
number of leaves, number of suckers and number of stomata.
The results showed that the height of plants, canopy diameter, width of
leaf, number of leaves, and number of stomata were not affected by different
concentration of 6-Benzylaminopurine (BAP) in in vitro media. The concentration
levels of BAP affected the length of leaf on 19th months after planting that the
plants treated with 0.5 mg/l of BAP have the longest leaf. The concentration levels
of BAP affected the number of suckers on 14th-19th months after planting that the
plants treated with 2 mg/l of BAP have the higher number of suckers. Field
performance of pineapple cv. Queen subculture III showed that height of plant,
canopy diameter and length of plant that relatively lesser than conventional
cultivated plant, however relatively higher on height of plant and canopy diameter
than the subculture I plant. Field performance of pineapple cv. Queen subculture
III showed that number of leaves and number of suckers relatively higher than
conventional cultivated plant, and relatively lesser on number of leaves and
number of suckers than subculture I plant.

LEMBAR PENGESAHAN
Judul

: STUDI PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN NANAS
(Ananas comosus L. Merr.) CV. QUEEN HASIL PERBANYAKAN
IN VITRO SUBKULTUR III DI LAPANG

Nama

: Niswatun Chasanah

NRP

: A00400027

Menyetujui,
Dosen Pembimbing,

Dr. Ir. Sobir, MSi.
NIP. 131 841 754

Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, MAgr.
NIP. 130 422 698

Tanggal Lulus :

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Depok, Jawa Barat pada tanggal 23
Februari 1981. Penulis merupakan anak keempat dari lima bersaudara pasangan
Bapak Drs. Budi Basuki (Alm.) dan Ibu Musriyati.
Pada tahun 1987 penulis bersekolah di TK Aisyiyah IV Bustanul
Athfal Depok. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 1994 di SD
Negeri Depok Jaya I kemudian melanjutkan ke SMP Negeri II Depok dan lulus
tahun 1997. Pada tahun 2000 penulis menyelesaikan Sekolah Menengah Umum di
SMU Negeri I Depok.
Pada tahun 2000 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui
jalur USMI (Ujian Seleksi Masuk IPB) sebagai mahasiswa Program Studi
Hortikultura, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.

KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas kebesaran, rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Studi Pertumbuhan
Vegetatif Tanaman Nanas (Ananas comosus L. Merr.) cv. Queen Hasil
Perbanyakan In Vitro Subkultur III di Lapang ”. Skripsi ini disusun sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian pada Fakultas
Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Ir. Sobir, MSi., selaku dosen pembimbing skripsi atas bimbingan dan
pengarahan yang diberikan kepada penulis selama penelitian dan penyusunan
karya tulis ini.
2. Prof. Dr. Ir. Bambang S. Purwoko, MSc. dan Dr. Ir. Sriani Sujiprihati, MS.
selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran untuk perbaikan
karya ilmiah ini.
3. Dr. Ir. Fatimah Nursandi, MSi., yang telah memberikan baha n penelitian dan
motivasi kepada penulis.
4. Pusat Kajian Buah-buahan Tropika yang telah memberikan bantuan fasilitas
sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar.
5. Bapak, Ibu, Mas Hari, Mas Bowo, Mbak Wily, dan Nung atas doa,
pengertian, pengorbanan dan kasih sayang yang dicurahkan kepada penulis.
Sungguh hanya Allah yang tahu betapa rasa sayang dan cinta ini teramat
dalam.
6. Mbak Heny, Kak Ari, Om Boang, dan Bulik Sri atas dukungan moral maupun
materil selama penelitian dan penyusunan karya ilmiah ini.
7. Asih, Rina, Ita, Dini, Ave, Dina, Akh Mustolih, Akh Lee2c_yash, Febri,
Hendi, Gandhi, dan Imron yang telah membantu di lapang, laboratorium
maupun perpustakaan. Sungguh, bantuan kalian amat berarti.
8. Nana atas bantuan moral, semangat dan nasihat. Semoga persahabatan ini tak
lekang oleh waktu.
9. Akh Taufik dan Pipin atas bantuan selama pengolahan data.
10. Pak Joko atas bantuan selama di laboratorium dan pelajaran tentang hidup.

11. Pak Ibramsyah dan Bu Yuyun atas bantuan selama di kebun Tajur 2.
12. Teman-teman dan adik-adik seperjuangan di LDF Faperta. Sungguh,
ukhuwah itu teramat indah dan berwarna, biarkan ia tetap menghiasi hati- hati
kita sampai kapanpun jua.
13. Teman-teman di Hortikultura 37 atas persahabatan dan kebersamaannya
selama ini. Adanya kalian membuat penulis semakin banyak belajar dalam
pencarian jati diri.
14. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
membantu penulis selama penelitian sampai penyusunan karya ilmiah ini.

Bogor, April 2006

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
PENDAHULUAN ......................................................................................
Latar Belakang ................................................................................
Tujuan Penelitian.............................................................................
Hipotesis ..........................................................................................

1
1
2
2

TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................
Botani Tanaman Nanas ...................................................................
Ekologi Tanaman Nanas .................................................................
Jenis-jenis Tanaman Nanas .............................................................
Perbanyakan Tanaman nanas ..........................................................
Kultur Jaringan Nanas .....................................................................

3
3
5
7
8
8

BAHAN DAN METODE..........................................................................
Tempat dan Waktu ..........................................................................
Bahan dan Alat ................................................................................
Metode.............................................................................................
Pelaksanaan .....................................................................................
Pengamatan .....................................................................................

12
12
12
12
13
13

HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................
Kondisi Umum Percobaan ..............................................................
Hasil ...............................................................................................
Pembahasan.....................................................................................

14
14
17
21

KESIMPULAN ..........................................................................................

24

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................

25

LAMPIRAN ...............................................................................................

28

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman
Teks

1.

2.

3.

4.

Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh 6-Benzylaminopurine (BAP)
terhadap Pertumbuhan Vegetatif dan Jumlah Stomata Daun
Nanas (Ananas comosus L. Merr.) Cv. Queen Hasil Perbanyakan
In Vitro Subkultur III di Lapang .....................................................

16

Rata-rata Panjang Daun Nanas (Ananas comosus L. Merr.) Cv.
Queen Hasil Perbanyakan In Vitro Subkultur III di Lapang pada
14-19 Bulan Setelah Tanam (BST) .................................................

18

Rata-rata Jumlah Anakan per Tanaman Nanas (Ananas comosus
L. Merr.) Cv. Queen Hasil Perbanyakan In Vitro Subkultur III dan
Persentase Tanaman yang Memiliki Anakan per Perlakuan pada
14-19 Bulan Setelah Tanam (BST) .................................................

19

Perbandingan Tanaman Nanas (Ananas comosus L. Merr.) Cv.
Queen Hasil Perbanyakan In Vitro Subkultur I, Subkultur III dan
Tanaman Asal Perbanyakan Konvensional.....................................

21

Lampiran
1.

2.

3.

4.

5.

Data Iklim Stasiun Klimatologi Bogor pada Bulan Mei-Oktober
2005 .................................................................................................

28

Sidik Ragam Pengaruh 6-Benzylaminopurine (BAP) terhadap
Tinggi Tanaman Nanas (Ananas comosus L. Merr.) Cv. Queen
Hasil Perbanyakan In Vitro Subkultur III di Lapang ......................

29

Sidik Ragam Pengaruh 6-Benzylaminopurine (BAP) terhadap
Diameter Tajuk Nanas (Ananas comosus L. Merr.) Cv. Queen
Hasil Perbanyakan In Vitro Subkultur III di Lapang ......................

30

Sidik Ragam Pengaruh 6-Benzylaminopurine (BAP) terhadap
Panjang Daun Nanas (Ananas comosus L. Merr.) Cv. Queen Hasil
Perbanyakan In Vitro Subkultur III di Lapang................................

31

Sidik Ragam Pengaruh 6-Benzylaminopurine (BAP) terhadap
Lebar Daun Nanas (Ananas comosus L. Merr.) Cv. Queen Hasil
Perbanyakan In Vitro Subkultur III di Lapang................................

32

6.

7.

8.

Sidik Ragam Pengaruh 6-Benzylaminopurine (BAP) terhadap
Jumlah Daun Nanas (Ananas Comosus L. Merr.) Cv. Queen Hasil
Perbanyakan In Vitro Subkultur III di Lapang................................

33

Sidik Ragam Pengaruh 6-Benzylaminopurine (BAP) terhadap
Jumlah Anakan Nanas (Ananas Comosus L. Merr.) Cv. Queen
Hasil Perbanyakan In Vitro Subkultur III di Lapang ......................

34

Sidik Ragam Pengaruh 6-Benzylaminopurine (BAP) terhadap
Jumlah Stomata Daun Nanas (Ananas comosus L. Merr.) Cv.
Queen Hasil Perbanyakan In Vitro Subkultur III di Lapang ...........

35

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman
Teks

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Kondisi Pertanaman Nanas (Ananas comosus L. Merr.) Cv.
Queen Hasil Perbanyakan In Vitro Subkultur III di Lapang pada
19 Bulan Setelah Tana m (BST) ......................................................

14

Tanaman Nanas (Ananas comosus L. Merr.) Cv. Queen Hasil
Perbanyakan In Vitro Subkultur III di Lapang yang Akan
Berbunga pada 16 Bulan Setelah Tanam (BST) .............................

15

Grafik Rata-rata Tinggi Tanaman Nanas (Ananas comosus L.
Merr.) Cv. Queen Hasil Perbanyakan In Vitro Subkultur III di
Lapang pada 14-19 Bulan Setelah Tanam (BST)............................

17

Grafik Rata-rata Diameter Tajuk Nanas (Ananas comosus L.
Merr.) Cv. Queen Hasil Perbanyakan In Vitro Subkultur III di
Lapang pada 14-19 Bulan Setelah Tanam (BST)............................

17

Grafik Rata-rata Lebar Daun Nanas (Ananas comosus L. Merr.)
Cv. Queen Hasil Perbanyakan In Vitro Subkultur III di Lapang
pada 14-19 Bulan Setelah Tanam (BST).........................................

18

Grafik Rata-rata Jumlah Daun Nanas (Ananas comosus L. Merr.)
Cv. Queen Hasil Perbanyakan In Vitro Subkultur III di Lapang
pada 14-19 Bulan Setelah Tanam (BST).........................................

19

Grafik Rata-rata Jumlah Stomata Daun Nanas (Ananas comosus
L. Merr.) Cv. Queen Hasil Perbanyakan In Vitro Subkultur III di
Lapang pada 19 Bulan Setelah Tanam (BST) .................................

20

Stomata Daun Nanas (Ananas comosus L. Merr.) Cv. Queen Hasil
Perbanyakan In Vitro Subkultur III pada Bidang Pandang
Mikroskop (Perbesaran 10 x 40) .....................................................

23

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Nanas dapat diperbanyak secara generatif maupun vegetatif. Perbanyakan
secara generatif dengan menggunakan bijinya dilakukan hanya untuk tujuan
pemuliaan.

Umumnya

nanas

diperbanyak

secara

konvensional

dengan

menggunakan bagian vegetatif tanaman.
Penelitian dengan menggunakan teknik perbanyakan tanaman nanas perlu
dikembangkan karena teknik perbanyakan konvensional dan modifikasinya tidak
efisien. Teknik perbanyakan konvensional dengan menggunakan bagian vegetatif
tanaman seperti crown (mahkota buah), slip (tunas dasar buah), shoot (tunas
samping) dan sucker (anakan) meme rlukan waktu lama, jumlah bibit yang
dihasilkan sedikit dan tidak seragam.
Penggunaan teknik kultur jaringan dalam perbanyakan nanas lebih efektif
dan efisien serta ketersediaan bibitnya lebih terjamin. Menurut Vesco et al. (2001)
dari satu mata tunas dapat dihasilkan 1 juta planlet dalam waktu 9 bulan dengan
interval subkultur 45 hari dan rata-rata multiplikasi 10 tunas untuk tiap mata
tunas. Menurut Imelda dan Erlyandari (2000) secara teoritis pada media MS yang
diberi BAP 1 mg/l akan diperoleh sebanyak 1.4 juta planlet dari satu mata tunas
mahkota buah dalam waktu satu tahun.
Dalam penelitian ini digunakan tanaman nanas hasil perbanyakan in vitro
subkultur III. Hormon 6-benzylaminopurine (BAP) yang ditambahkan dalam
media in vitro akan dilihat pengaruhnya terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman
nanas setelah ditanam di lapang. Hormon BAP telah banyak berhasil dalam
perbanyakan in vitro berbagai tanaman hortikultura seperti pisang (Imelda, 1991),
nanas Bogor (Yusnita et al., 1999; Imelda dan Erlyandari, 2000), kentang (Satria,
2004) serta pepaya, jeruk dan manggis (Litz dan Jaiswal, 1991).
Teknik perbanyakan in vitro mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan
perbanyakan konvensional yaitu : (1) membutuhkan bahan tanam atau eksplan
sedikit, (2) menghasilkan tanaman bebas patogen dalam waktu cepat dan ruangan
relatif sempit, (3) menghasilkan tanaman secara klonal tanpa dipengaruhi musim

atau lingkungan dan (4) kecepatan produksi dapat diatur sesuai permintaan pasar
(Fiorina dan Liroti, 1987).
Teknik perbanyakan in vitro pada beberapa jenis tanaman terbukti efisien
namun pada tanaman nanas belum digunakan secara komersial karena
kemungkinan terjadi variasi (Bartholomew dan Criley, 1988). Perlakuan BAP
pada subkultur I memberikan pengaruh yang berbeda terhadap keragaan vegetatif
tanaman di lapang dan terhadap kualitas buah yang dipanen (Nursandi, 2006).
Penelitian lanjutan untuk mengetahui pengaruh BAP dan frekuensi subkultur
terhadap keragaan vegetatif tanaman perlu dilakukan untuk mendapatkan tanaman
nanas dalam jumlah besar dan seragam.

Tujuan Penelitian
Untuk mempelajari pengaruh BAP dalam media perbanyakan in vitro
subkultur III terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman nanas (Ananas comosus L.
Merr.) cv. Queen di lapang.

Hipotesis
Perbedaan taraf konsentrasi BAP dalam media perbanyakan in vitro
subkultur III tidak memberikan pengaruh yang berbeda terhadap pertumbuhan
vegetatif tanaman nanas (Ananas comosus L. Merr.) cv. Queen di lapang.

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Nanas
Nanas

(Ananas

comosus

L.

Merr.)

termasuk

ke

dalam

kelas

Monocotyledonae, ordo Farinosae, famili Bromeliaceae dan genus Ananas
(Collins, 1960). Tanaman nanas berupa herba tahunan atau dua tahunan dengan
tinggi 50-100 cm (Wee dan Thongtham, 1997).
Tanaman nanas berasal dari Amerika Selatan yaitu di daerah Brazil,
Paraguay dan Argentina karena di daerah tersebut banyak ditemukan jenis liarnya
(Nakasone dan Paull, 1999). Suku Indian di daerah tropik Amerika telah lama
membudidayakan tanaman nanas setelah menyeleksinya berdasarkan ukuran
buah, kualitas buah dan ada atau tidaknya biji sehingga menjadi tanaman nanas
yang enak dimakan (Collins, 1960). Lebih lanjut disebutkan bahwa penyebaran
tanaman nanas dilakukan oleh para penjelajah Spanyol dan Portugis. Tanaman
nanas pada awalnya dibawa ke Afrika dan pada tahun 1550 dibawa ke India. Pada
abad ke 16 tanaman nanas sampai ke Cina, Pulau Jawa dan Filipina. Menurut
Nakasone dan Paull (1999) saat ini tanaman nanas telah dibudidayakan di hampir
semua daerah tropik dan subtropik dan menjadi salah satu buah tropik penting
dalam perdagangan internasional.
Tanaman nanas memiliki nama tertentu di setiap daerah atau negara.
Tanaman ini disebut pineapple (Inggris), pain de sucre (Perancis), apangdan
(Filipina), Maneas (Kamboja), nat (Laos), yaannat (Thailand), thom (Vetnam),
danas (Sunda) dan naneh (Sumatera) (Wee dan Thongtham, 1997). Negara
penghasil nanas utama diantaranya Thailand, Brazil, Filipina, India, Cina,
Indonesia, Meksiko, Amerika Serikat, Pantai Gading, Malaysia, Afrika Selatan
dan Banglades (FAO, 2005).
Salah satu ciri khas tanaman nanas antara lain memiliki perakaran yang
terbatas, tumbuh pada tanah yang banyak mengandung bahan organik, dapat
menyimpan air pada ketiak daun, dan mempunya i jaringan penyimpan air pada
daun-daunnya sehingga tanaman nanas dapat bertahan pada kondisi kering dalam
waktu yang relatif lama (Collins, 1960). Menurut Nakasone dan Paull (1999)
sistem perakaran nanas sangat padat namun dangkal dengan kedalaman akar

sekitar 15 cm. Namun dalam tanah yang remah, subur dan bebas dari parasit, akar
tanaman nanas dapat memanjang sekitar 50 cm secara vertikal dan 1.83 m secara
horizontal dalam waktu satu tahun.
Batang tanaman nanas pendek dengan diameter batang bagian bawah lebih
kecil dibandingkan diameter bagian atas. Seluruh batang tertutup oleh daun dan
akar sehingga baru akan terlihat setelah daun dan akar dibuang (Collins, 1960).
Menurut Nakasone dan Paull (1999) batang tanaman nanas dewasa berbentuk
tongkat dengan panjang sekitar 30-35 cm dan diameter bagian batang yang paling
tebal mencapai 6.5-7.5 cm.
Daun tanaman nanas berbentuk pedang, panjangnya dapat mencapai 1 m
atau lebih dengan lebar 5-8 cm. Pinggiran daun berduri atau hampir rata
tergantung varietasnya. Ba gian ujung daun lancip, bagian pangkal daun
berdaging, berserat, beralur dan tersusun dalam spiral yang menutupi seluruh
batang (Wee dan Thongtham, 1997). Jumlah daun meningkat secara teratur
dengan rata-rata pertambahan daun lima atau enam helai per bulan sehingga
ketika dewasa tanaman nanas mempunyai sekitar 70-80 helai daun yang aktif
(Nakasone dan Paull, 1999).
Bunga nanas merupakan bunga hermaprodit dengan enam benangsari dan
satu tangkai putik yang berisi kepala putik yang bercabang tiga (Nakasone dan
Paull, 1999). Perbungaan nanas merupakan gabungan dari 200 kuntum bunga
yang tak bertangkai dan berwarna lembayung kemerah- merahan (Wee dan
Thongtham, 1997). Tanaman nanas mempunyai tepung sari dan indung embrio
fertil namun tidak kompatibel sendiri. Kebanyakan kultivar kompatibel silang dan
menghasilkan biji jika disilangkan dengan jumlah biji mencapai 2000-3000 butir
per buah (Collins, 1960). Menurut Wee dan Thongtham (1997) pada
pembudidayaan nanas secara komersial hanya ditanam satu kultivar pada satu
lahan untuk mencegah terjadinya persilangan.
Buah nanas merupakan buah majemuk yang terdiri dari 100 sampai 200
anak buah yang bergabung pada inti atau poros buah. Buah nanas memiliki
panjang sekitar 20.5 cm dengan diameter 14.5 cm dan berat 2.2 kg (Collins,
1960). Lebih lanjut disebutkan bahwa biasanya terdapat dua rangkaian spiral mata
pada permukaan buah nanas, yang satu ke arah kanan yang lainnya ke arah kiri

mulai dari dasar buah hingga ke ujung buah. Rangkaian spiral yang satu
kemiringannya lebih landai sedangkan yang lainnya lebih curam. Menurut
Nakasone dan Paull (1999) buah nanas memiliki delapan baris spiral mata dari
dasar buah hingga ujung buah dengan kemiringan landai dan 13 baris spiral mata
dengan kemiringan yang lebih curam. Lebih lanjut disebutkan bahwa waktu antara
akhir mekarnya bunga sampai masaknya buah yaitu sekitar empat bulan
sedangkan total waktu antara inisiasi pembungaan hingga pemanenan yaitu sekitar
enam sampai tujuh bulan.
Menurut Wee dan Thongtham (1997) hama yang paling berbahaya pada
pertanaman nanas adalah kutu bubuk (Dysmicoccus brevipes). Serangga ini umum
dijumpai di daerah tropik. Penyebaran kutu bubuk ke areal pertanaman nanas
dibantu oleh semut-semut yang membangun hubungan simbiosis dengan kutu
bubuk. Selain itu kumbang Carpophilus foveicollis juga merupakan hama penting
dalam pertanaman nanas. Kumbang ini menjadikan buah nanas yang sudah
matang sebagai tempat perkembangbiakannya.
Menurut Wee dan Thongtham (1997) beberapa penyakit yang banyak
dijumpai dalam pertanaman nanas diantaranya yaitu penyakit layu buah yang
disebabkan oleh Erwinia chrysanthemi, busuk bagian tengah (heart rot) yang
disebabkan oleh Phytophthora cinnamomi dan P. parasitica dan penyakit marmer
(marbling disease) yang disebabkan oleh Erwinia ananas. Selain itu terdapat
penyakit kantung menjangat (leathery pocket), busuk poros buah, penggabusan
bagian dalam buah (interfruitlet corking), busuk basah dan busuk berkhamir
(yeastly rot).

Ekologi Tanaman Nanas
Nanas dapat tumbuh dengan baik di daerah antara 25o LU dan 25o LS.
Umur tanaman meningkat dengan makin jauhnya dari ekuator dan makin
tingginya tempat tumbuh (Wee dan Thongtham, 1997). Tanaman nanas dapat
tumbuh di daerah dengan ketinggian sampai 1525 m (Collins, 1960).
Tanah yang ideal untuk pertanaman nanas adalah tanah liat berpasir
dengan drainase yang baik untuk mencegah penggenangan dan penyakit busuk
akar (Collins, 1960). Menurut Wee dan Thongtham (1997) tanaman nanas

menyukai tanah liat berpasir dengan drainase yang baik dan pH antara 4.5-6.5.
Akan tetapi, tanaman nanas dapat dipelihara pula pada tipe tanah yang sangat
bervariasi, seperti tanah gambut yang asam.
Temperatur adalah faktor terpenting dalam pembudidayaan nanas.
Temperatur minimum untuk pertanaman nanas antara 15o C-20o C sedangkan
temperatur maksimumnya antara 25o C-32o C. Temperatur optimum yang cocok
untuk pertanaman nanas adalah 30o C di siang hari dan 20o C di malam hari. Pada
suhu yang terlalu dingin, pertumbuhan tanaman nanas tertunda, daun-daun sempit,
lebih pendek dan kaku, slips lebih banyak, buah lebih kecil dengan mata yang
menonjol dan daging buram. Selain itu buahnya lebih asam dan rendah kadar
gulanya (Nakasone dan Paull, 1999).
Tanaman nanas termasuk ke dalam tanaman dengan jalur fotosintesis tipe
CAM (Crassulacean Acid Metabolism) dan merupakan tanaman xerofit yang
tahan terhadap kekeringan untuk waktu yang lama (Nakasone dan Paull, 1999).
Pada siang hari jumlah kandungan asam organik menurun, disertai dengan
peningkatan pH cairan sel daun sedangkan pada malam hari terjadi keadaan yang
sebaliknya. Pola harian kandungan asam organik dari tumbuhan CAM diikuti oleh
pola harian pembukaan dan penutupan stomata yang terdapat pada permukaan
daunnya. Stomata terbuka pada malam hari sehingga CO2 dapat berdifusi ke
dalam daun, difiksasi melalui bantuan PEP karboksilase (fosfoenol piruvat
karboksilase) menjadi asam malat. Pada siang hari stomata tertutup sehingga laju
transpirasi akan dihambat (Prawiranata et al., 1994).
Walaupun tanaman nanas toleran terhadap kekeringan dalam waktu yang
lama, namun air sangat dibutuhkan untuk penyerapan unsur-unsur hara yang
terkandung di dalamnya. Curah hujan yang dibutuhkan dalam pertanaman nanas
adalah antara 600 mm sampai 3500 mm per tahun dengan curah hujan optimum
1000-1500 mm per tahun (Nakasone dan Paull, 1999).
Intensitas cahaya yang diterima tanaman nanas yang sedang tumbuh
sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan kualitas bua h. Persentase cahaya
yang sangat rendah menghambat pertumbuhan dan menghasilkan buah yang kecil
dengan kualitas yang rendah. Namun, terlalu banyak cahaya dapat menyebabkan
gejala terbakar pada buah matang (Collins, 1960)

Jenis-jenis Tanaman Nanas
Menurut Wee dan Thongtham (1997) terdapat banyak kultivar tanaman
nanas yang berbeda-beda dalam ukuran tanaman, ukuran buah, warna dan rasa
daging buah serta pinggiran daunnya yang rata atau berduri. Tanaman nanas untuk
produksi komersial umumnya dibagi menjadi enam kultivar yaitu Cayenne,
Queen, Red Spanish, Singapore Spanish, Abacaxi dan Cabezona.
Cayenne adalah yang paling luas penanamannya, banyak ditanam di
Filipina, Thailand, Hawaii, Kenya, Meksiko dan Taiwan. Kultivar ini mempunyai
ukuran daun sekitar 100 cm x 6.5 cm, bagian atas daun berwarna kemerahmerahan sedangkan bagian bawah daun kelabu keperak-perakan dengan tepi daun
rata dan sedikit duri di pangkal serta ujung daun. Buahnya berbentuk silinder,
daging buah berwarna kuning pucat sampai kuning dengan berat sekitar 2.5 kg
(Wee dan Thongtham, 1997). Menurut Nakasone dan Paull (1999) kultivar
Cayenne memiliki buah dengan warna kulit oranye, bermata dangkal, rasanya
manis, sedikit serat dan juicy.
Queen banyak ditanam di Australia dan Afrika Selatan untuk
diperdagangkan dalam bentuk segar. Baik tanaman maupun buahnya berukuran
lebih kecil dibandingkan Cayenne, daunnya berduri, daging buahnya berwarna
kuning keemasan dan berat buah sekitar 0.5-1.3 kg (Wee dan Thongtham, 1997).
Menurut Nakasone dan Paull (1999) kultivar Queen memiliki kulit buah berwarna
kuning dan bermata dalam. Buahnya memiliki rasa lebih manis dibandingkan
Cayenne, keasaman rendah dan rendah serat.
Red Spanish terutama ditanam di Amerika Tengah dan Amerika Selatan,
daunnya panjang dan berduri dengan serat yang sangat kuat sehingga
dimanfaatkan untuk membuat kain di Filipina. Buahnya memiliki berat sekitar
0.9-1.8 kg dengan daging buah berwarna kuning pucat (Wee dan Thongtham,
1997). Menurut Nakasone dan Paull (1999) Red Spanish memiliki kulit buah
berwarna merah dengan mata dalam, rasanya agak asam dan berserat.
Singapore Spanish banyak dipelihara di Malaysia untuk dikalengkan.
Daunnya memiliki panjang sekitar 1 m, berduri sedikit di ujungnya, buahnya
memiliki berat sekitar 1.6-2.3 kg dengan daging buah berwarna kuning keemasan
(Wee dan Thongtham, 1997).

Abacaxi banyak ditanam di Brazil untuk pasaran lokal. Tepi daun berduri,
daging buah berwarna kuning pucat dengan berat buah sekitar 1.5 kg (Wee dan
Thongtham, 1997). Menurut Nakasone dan Paull (1999) Abacaxi memiliki kulit
buah berwarna kuning dengan rasa buah manis, lembut dan juicy sehingga tidak
cocok untuk dikalengkan atau diekspor dalam bentuk segar.
Cabezona banyak ditanam di Puerto Rico untuk diperdagangkan buahnya
dalam bentuk segar (Wee dan Thongtham, 1997). Menurut Nakasone dan Paull
(1999) Cabezona memiliki tanaman dan buah yang berukuran besar dengan berat
buah sekitar 4.5-6.5 kg dan diperdagangkan untuk pasaran lokal Puerto Rico dan
Meksiko dimana konsumennya lebih menyukai buah nanas berukuran besar.

Perbanyakan Tanaman Nanas
Perbanyakan tanaman nanas secara aseksual dapat menggunakan tunas
akar (suckers), tunas batang (shoots), tunas tangkai buah (hapas), tunas dasar
buah (slips), mahkota (crown) dan stek batang. Suckers yaitu tunas yang tumbuh
dari bagian batang yang terletak di permukaan tanah. Shoots yaitu tunas yang
tumbuh dari bagian batang di atas permukaan tanah. Hapas yaitu tunas yang
tumbuh dari pangkal tangkai buah (peduncle). Slips yaitu tunas yang tumbuh di
bawah dasar buah. Crown yaitu tunas yang tumbuh di atas pucuk buah sedangkan
stek batang ditumbuhkan dari potongan batang yang mempunyai mata tunas tidur
(Collins, 1960). Dari bermacam bahan perbanyakan tersebut, yang paling banyak
digunakan yaitu suckers, shoots, slips dan crown (Nakasone dan Paull, 1999).
Lamanya waktu dari penanaman hingga pemanenan tergantung dari bahan
perbanyakan yang digunakan. Tanaman yang berasal dari slips akan berbuah
dalam waktu 18-20 bulan setelah tanam, shoots 15 bulan setelah tanam sedangkan
crown 22 bulan setelah tanam (Hartmann et al., 1997). Tanaman yang berasal dari
suckers dapat berbuah pada 14-17 bulan setelah tanam (Nakasone dan Paull,
1999).

Kultur Jaringan Nanas
Schleiden dan Schwan pada tahun 1838 mengemukakan teori totipotensi
sel, yaitu bahwa setiap sel yang hidup mengandung susunan genetik yang sama

dengan zygot, yang merupakan asal pertumbuhan tanaman dan mempunyai
informasi genetik yang diperlukan untuk mengarahkan perkembangan sel menjadi
tumbuhan dewasa (Prawiranata et al., 1994). Berdasarkan informasi tersebut maka
berkembang teknik perbanyakan tanaman secara kultur jaringan (in vitro).
Kultur jaringan adalah suatu teknik untuk mengisolasi bagian-bagian
tanaman seperti protoplas, sel, sekelompok sel ataupun organ kemudian
menumbuhkannya dalam kondisi aseptik sehingga bagian-bagian tersebut dapat
memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman lengkap kembali
(Suryowinoto, 1996). Menurut Wattimena (1988) teknik kultur jaringan berguna
untuk mendapatkan bibit dalam jumlah besar serta seragam.
Menurut Hartmann et al. (1997) terdapat tiga tahap dalam teknik kultur
jaringan. Tahap pertama adalah usaha memperoleh eksplan yang bersih dan steril
dan menumbuhkannya dalam media yang mengandung hara. Tahap ini juga
disebut sebagai tahap inisiasi. Tahap kedua adalah penggandaan propagula yang
cepat sehingga diperoleh tanaman dalam jumlah besar. Tahap ketiga adalah
aklimatisasi dimana tanaman diadaptasikan dalam lingkungan tumbuh di luar
kultur. Pada tahap ini dilakukan pemindahan planlet ke media tanam dalam pot
atau tanah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman dalam kultur
adalah sumber eksplan, genotipe tanaman induk, media kultur dan lingkungan
tumbuh (Wiendi et al., 1991). Komponen utama dalam media kultur meliputi
garam mineral, sumber karbon (gula), vitamin dan zat pengatur tumbuh
(Gamborg, 1991).
Penggunaan teknik kultur jaringan dalam perbanyakan nanas telah diteliti
dengan menggunakan berbagai eksplan seperti tunas samping atau tunas ketiak,
mata tunas tidur mahkota buah ataupun tunas pucuk (Rangan, 1984). Menurut
Vesco et al. (2001) dari satu mata tunas dapat dihasilkan 1 juta planlet dalam
waktu 9 bulan dengan interval subkultur 45 hari dan rata-rata multiplikasi 10
tunas untuk tiap mata tunas. Sedangkan menurut Imelda dan Erlyandari (2000)
teknik in vitro sangat efisien dalam penyediaan bibit nanas Bogor, secara teoritis
pemberian zat pengatur tumbuh BAP dengan konsentrasi 1 mg/l ke dalam media
MS akan menggandakan setiap mata tunas menjadi 1.4 juta bibit per tahun.

Zat pengatur tumbuh adalah senyawa organik yang terdapat secara alami
maupun sintetik dalam konsentrasi yang sangat rendah dalam jaringan tertentu
yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Wattimena,
1988). Dari jaringa n, zat pengatur tumbuh ditranslokasikan ke bagian lain dan
menimbulkan respon dengan cara mendorong, merangsang, menghambat atau
menahan proses fisiologis, biologis maupun morfologis yang spesifik. Zat
pengatur tumbuh yang digolongkan ke dalam fungsi- fungsi tersebut antara lain
auksin, giberelin, sitokinin, asam absisik dan etilen (Wattimena, 1988).
Menurut Gunawan (1988) ada dua golongan zat pengatur tumbuh yang
sangat penting dalam kultur jaringan yaitu auksin dan sitokinin. Auksin berfungsi
merangsang pembentukan kalus, suspensi sel dan organ sedangkan sitokonin
berperan penting dalam pengaturan pembelahan sel dan morfogenesis.
Secara fisiologis sitokinin dan turunannya berpengaruh terhadap stimulasi
dan diferensiasi sel, pemanjangan dan perluasan daun serta pengembangan
kotiledon (Karanof et al., 1991). Sitokinin terdapat dalam dua kategori yaitu
sitokinin endogen dan sitokinin sintetik. Salah satu sitokinin sintetik adalah BAP
(6-benzylaminopurine). Peran fisiologis sitokinin adalah mendorong pembelaha n
sel, morfogenesis, pertunasan, pembentukan kloroplas, pembentukan umbi pada
kentang serta menghambat senesen dan absisi (Wattimena et al., 1992).
Dari berbagai hormon sitokinin sintetik yang umum dipakai, BAP paling
sering digunakan karena sangat efektif dalam menginduksi pembentukan dan
penggandaan tunas, mudah didapat dan harganya relatif lebih murah (George dan
Sherington, 1984). Menurut Quinlan dan Weaver (1969) dalam Gardner (1991)
BAP berperan dalam penyimpanan klorofil, pengumpulan asam amino dan
penyimpanan protein dalam daun yang semuanya menunjukkan penundaan proses
penuaan.
Pada saat terbentuk pucuk dan akar dalam botol kultur, planlet dapat
dipindahkan pada media in vivo. Planlet harus menyesuaikan diri dari kondisi
heterotrof menjadi autotrof. Masa penyesuaian ini disebut aklimatisasi (Gunawan,
1988).
Tanaman hasil pembiakan kultur in vitro memiliki beberapa sifat yang
kurang menguntungkan diantaranya lapisan lilin yang tidak berkembang,

kurangnya lignifikasi pada batang, stomata yang tidak berfungsi dengan baik dan
sel-sel