Arsil Rahmatillah, 2014 EFEKTIVITAS
CERAMAH AGAMA BA‘DA ṢALĀT ẒUHŪR BERJAMAAH DALAM MENINGKATKAN
KETAATAN ‘IBĀDAH
ṢALĀT SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
kelas eksperimen berpengaruh besar pada ketaatan „ibādah alāt siswa tersebut, nantinya dibandingkan kepada kelas kontrol yang tidak diberikan pembinaan.
Untuk mengetahui efektifitas pembinaan ceramah agama bada alāt ẓuhūr
berjamaah dalam meningkatkan ketaatan „ibādah alāt siswa, dihitung hasil yang diperoleh dari pertest dan posttes dari kelas ekperimen dan kelas kontrol,
kemudian diolah dan dianalisi dengan uji statistik untuk mengetahui peningkatan skor pada masing
– masing kelas yang telah diberikan pretest dan posttest.
E. Definisi Operasional
1. Efektifitas
Efektifitas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 2008:354 berarti “keefektifan”. Sedangkan keefektifan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
2008:354 berarti “keadaan berpengaruh; hal kesan; keberhasilan usaha, tindakan”. Yang dimaksud efektifitas dalam penelitian ini adalah peningkatan
nilai ketaatan „ibādah alāt siswa yang diberikan pembinaan.
2. Pembinaan
Pembinaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 2008:193 berarti “proses, cara, perbuatan membina; pembaharuan; usaha, tindakan dan kegiatan
yang dilakukan secara efesien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik”. Yang dimaksud pembinaan dalam penelitian ini ialah kegiatan alāt ẓuhūr
berjamaah dan pemberian ceramah agama setelahnya.
3. Ketaatan „Ibādah alāt
Taat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 2008:1404 artinya “Senantiasa tunduk, patuh; āliḥ, kuat ber‟ibādah”. Sedangkan ketaatan dalam
Kamus Besar Bahasa Indones ia 2008:1404 artinya “kepatuhan; kesetiaan;
ke āliḥan”.
Arsil Rahmatillah, 2014 EFEKTIVITAS
CERAMAH AGAMA BA‘DA ṢALĀT ẒUHŪR BERJAMAAH DALAM MENINGKATKAN
KETAATAN ‘IBĀDAH
ṢALĀT SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Pengertian taat itu serupa dengan pengertian „ibādah yang intinya adalah
kepatuhan dan ketundukan. Penjabaran dari pengertian „ibādah ialah :
Menurut Zaini 1981:11 “Kata „ibādah adalah kata bahasa Arab. Ia
berasal dari kata “ „abada ya’budu ‘ibādatan” artinya : ialah taat ketaatan, tunduk ketundukan, memperbudak, du„āꞌ, memperhambakan diri, menyembah
dan sebagainya”.
Majelis Tarjih Muhamadiah Zaini, 1981:15 menjelaskan: “ „Ibādah ialah mendekatkan diri kepada Allāh, dengan mentaati segala perintah – perintah Nya
dan menjauhi larangan – larangan Nya dan mengamalkan segala yang diizinkan
Allāh”. Syekh Abdul Hamid Al khatib dalam bukunya Asmar Ri
ṣalāt menjelaskan Zaini, 1981:13:
Ibadāh terambil dari kata “abā‟da” berarti memperhambakan diri, menjadikan diri jadi hamba atau budak. Hamba atau budak menurut
penertian bahasa Arab harus mempersiapkan diri dan seluru tenaganya
untuk mengerjakan apa saja yang disenangi dan diperintahkan oleh Allāh, karena ia akan mengharapkan segala macam pengharapan dan
perlindungan kepada Allāh. Sedang menurut pengertian syarī„ah agama Islām ialah mengerjakan apa yang diperintahkan Allāh dengan tujuan
mendekatkan diri kepada Nya atau meminta apa yang dihajatkannya kepada Allāh saja.
Menurut Abu A‟la al Mududi Muhaimin, 2007:279 : „Ibādah dari akar „abd yang artinya pelayanan dan budak. Jadi hakikat
„ibādah adalah penghambaan dan perbudakan, sedangkan secara terminologinya adalah usaha mengikuti hukum
– hukum dan aturan – aturan Allāh dalam menjalankan kehidupan sesuai dengan perintah Nya,
mulai akil balig sampai meninggal dunia. Indikasi „ibādah adalah kesetiaan, kepatuhan dan penghormatan serta penghargaan kepada Allāh
SWT serta dilakukan tanpa adanya batasan serta bentuk khas tertentu.
4. alāt yang Khusyū‟
a. Persiapan Untuk alāt yang Khusyū‟
Persiapan untuk alāt yang khusyū‟ menurut Syafii 1991:26-69 :
1 Bersuci atau berwudu.
Arsil Rahmatillah, 2014 EFEKTIVITAS
CERAMAH AGAMA BA‘DA ṢALĀT ẒUHŪR BERJAMAAH DALAM MENINGKATKAN
KETAATAN ‘IBĀDAH
ṢALĀT SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
2 Tutup aurat, pakaian bersih dan harum – haruman.
3 Awal waktu dan usaha berjamaah.
4 Tertib menuju tempat alāt.
5 Tidak didahului oleh was – was.
6 Memilih tempat dan situasi yang tenang.
7 Memperhatikan barisan alāt ketika alāt.
b. alāt yang Khusyū‟
alāt yang khusyū‟, menurut Syafii 1991:2 “Karena termasuk ke dalam khusyū‟ itu segala sesuatu yang menggambarkan tunduk dalam berbagai ragam
segi sebagai berikut” :
1 Sikap hormat, sungguh dan tertib, yang sudah barang tentu menolak sikap
memain – mainkan anggota badan, berpaling – paling, terburu – buru dan sikap
seenaknya Syafii, 1991:2. 2
Merendahkan suara, menyempurnakan tartil, yang sudah barang tentu menolak suara yang berlebih
– lebihan dalam lagu dan mengeraskannya, ucapan yang tergesa - gesa Syafii, 1991:2.
3 Menenangkan sikap, memusatkan perhatian dan pikiran, yang sudah barang
tentu menolak sikap atau berdiri yang tidak stabil, mata yang melihat – lihat ke
kanan dan ke kiri, pikiran yang gelisah atau terpaut kepada hal – hal yang lain
Syafii, 1991:2. “Allāh menyatakan, bahwa „ibādah yang akan membawa manusia kepada
kes uksesan atau kejayaan hidup adalah „ibādah yang dilaksanakan dengan
khusyū‟ ” Zaini, 1981:251.
Artinya : “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, yaitu orang- orang yang khusyū dalam sembahyangnya” Q.S. Al Mu‟minūn
[23]:1-2.
Arsil Rahmatillah, 2014 EFEKTIVITAS
CERAMAH AGAMA BA‘DA ṢALĀT ẒUHŪR BERJAMAAH DALAM MENINGKATKAN
KETAATAN ‘IBĀDAH
ṢALĀT SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Nabī Muhammad AW bersabda : Artinya : “Sekiranya hati orang ini khusyū‟, tentulah khusyū‟ pula anggotanya”
H.R. Hakim dan Tirmiżi Zaini, 1981:251.
Hasbi Ash Shiddqi dalam bukunya “Pedoman alāt” Zaini, 1981:250 “Mengartikan khusu‟ dengan “tunduk” tawaḍu dan berketenangan hati serta
anggota kepada Allāh SWT”.
A Hasan dalam Tafsirnya Al Furqan Zaini, 1981:251 “Mengartikan khusu dengan merendahkan diri dan tunduk
”
5. alāt yang Ikhlā
“Arti ikhlā ialah niat dan pelaksanaan semua „ibādah itu hanyalah semata – mata karena taat kepada Allāh dan tidak ada yang diharapkan dari padanya
kecuali keridhaan Allāh saja” Zaini, 1981:248.
“ „Ibādah yang dilaksanakan dengan tidak ikhlā , tidak akan diterima oleh Allāh” Zaini, 1981:248.
Menurut Mukni‟ah 2011:191 “Ikhlā artinya bersumber dari satu keyakinan dan bersumber dari ilmu yang benar sehingga lahirlah perbuatan yang
terbaik”. alāt yang ikhlā adalah alāt yang dijalankan dengan niat karena Allah.
F. Instrumen Penelitian