S PAI 0906253 Chapter (3)

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Madrasah Tsanawiyah (MTS) Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah, Bandung yang terletak di Jalan Adipati Agung No 40, Baleendah Kab.Bandung. MTS ini dijadikan lokasi penelitian karena kurikulum yang diajarkan di sekolah ini bukan hanya kurikulum dari Departemen Agama (Depag), tetapi juga Kurikulum Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) dan Kurikulum Pondok Modern Gontor. Selain itu, penanaman ‘aqīdaħ tidak hanya di dalam kelas, tetapi mencakup seluruh kegiatan santri diluar kelas.

MTS ini merupakan salah satu unit pendidikan yang berada di Pondok pesantren Modern Al Ihsan Baleendah yang didirikan pada tahun 1989. MTS ini dijadikan penelitian karena memiliki visi, misi dan strategi yang lain daripada sekolah lainnya.

Visi Pondok Pesantren Modern Baleendah, yaitu: Mempersiapkan Pondok Pesantren Al Ihsan terdepan dalam prestasi, mempunyai daya saing, daya sanding dan Islāmī dalam budi pekerti.

Misi Pondok Pesantren Modern Baleendah, yaitu:

1) Menjadikan Pondok Pesantren Modern Al Ihsan sebagai pusat pembelajaran dan pelayanan informasi yang Islāmī.

2) Membekali warga pesantren dengan keseimbangan wawasan IPTEK, Imtaq dan Life Skill serta penguasaan bahasa Arab dan Inggris untuk menghadap persaingan global.

3) Menanamkan pada warga pesantren jiwa bekerja yang ikhlas, keras, cerdas, tangkas, tuntas dan berkualitas, serta ramah dan toleransi dalam perbedaan dan menjadi ahli pikir yang berdzikir.


(2)

B. Desain Penelitian

Dalam desain penelitian ini ada dua hal yang akan dijelaskan, sesuai dengan yang dilakukan oleh peneliti selama di lapangan, yaitu meliputi : 1) Pendekatan penelitian. 2) Tahapan penelitian.

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif merupakan pendekatan yang dilakukan berdasarkan paradigma, strategi, dan implementasi model secara kualitatif. Perspektif, strategi, dan model yang dikembangkan sangat beragam. Sebab itu, tidak mengherankan jika terdapat anggapan bahwa, Qualitative research is many thing to many people (Denzin dan Lincoln, 1994: 4).

Sejalan dengan itu, Bogdan dan Taylor (1975: 5) mendefinisikan:

Metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistic (utuh).

Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi kedalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan. Sependapat dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller (1986: 9) mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dengan ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan peristilahannya.

Metode kualitatif berusaha mengungkap berbagai keunikan yang terdapat dalam individu, kelompok, masyarakat, atau organisasi dalam kehidupan sehari-hari secara menyeluruh, rinci, dalam dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah (Miles and Huberman, 1994: 6-7).

Pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasilkan suatu uraian mendalam tentang ucapan, tulisan, atau perilaku yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok, masayarakat, dan suatu organisasi tertentu


(3)

dalam suatu setting konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif, dan holistic (Bogdan dan Taylor, 1992: 22).

Menurut Nana Syaodih (2005: 60), penelitian kualitatif mempunyai dua tujuan utama, yaitu pertama menggambarkan dan mengungkap (to describe and explore) dan kedua menggambarkan dan menjelaskan (to describe and explain).

Penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang sifatnya umum terhadap kenyataan sosial dari perspektif partisipan. Pemahaman tersebut tidak ditentukan terlebih dahulu tetapi didapat setelah melakukan analisis terhadap kenyataan sosial yang menjadi fokus penelitian. Berdasarkan analisis tersebut kemudian ditarik kesimpulan berupa pemahaman umum yang sifatnya abstrak tentang kenyataan-kenyataan (Hadjar, 1996: 33-34).

Berdasarkan kepada teori di atas bahwasanya tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu untuk memperoleh gambaran tentang Model Pendidikan

‘aqīdaħ di Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah,

Bandung. Oleh karena itu, penelitian ini lebih diarahkan pada upaya mendeskripsikan suatu fenomena yang terjadi dan ditemukan selama proses Pendidikan ‘aqīdaħ tersebut berlangsung di MTS Pondok Pesantren Baleendah, yang berlangsung di dalam kelas.

Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Bogdan dan Biklen (1982) dalam Sugiyono (2011: 21) bahwa karakteristik pendekatan kualitatif adalah seperti berikut :

 Dilakukan dengan kondisi yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen), langsung ke sumber data dan peneliti adalah instrumen kunci.

 Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka.

 Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses daripada output atau outcome.

 Penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif.

 Penelitian kualitatif lebih menekankan makna (data dibalik yang teramati).

Erickson dalam Susan Stainback (2003) dalam Sugiyono (2011: 22) menyatakan bahwa ciri-ciri penelitian kualitatif adalah sebagai berikut :


(4)

Intensive, long term participation in field setting (dilakukan secara intensif, peneliti ikut berpartisipasi lama di lapangan).

Careful recording of what happens in the setting by writing fields notes and interview notes by collecting other kinds of documentary evidence. (mencatat secara hati-hati apa yang terjadi).

Analytic reflection on the documentary records obtained in the field. (melakukan analisis reflektif terhadap terhadap berbagai dokumen yang ditemukan di lapangan).

Reporting the result by means of detailed descriptions, direct quotes from interview, and interpretative commentary. (membuat laporan secara mendetail).

Berdasarkan kepada teori pendidikan kualitatif seperti yang dikemukakan di atas, peneliti berusaha untuk terjun sendiri ke lapangan untuk memperoleh data yang dibutuhkan, kemudian mendeskripsikan fenomena yang terjadi yang berkaitan dengan Model Pendidikan ‘aqīdaħ di Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah, Bandung, yang meliputi : (1) Tujuan Pendidikan ‘aqīdaħ di Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah, Bandung (2) Program Pendidikan ‘aqīdaħ di Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah, Bandung (3) Substansi Materi

‘aqīdaħ di Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah,

Bandung (4) Proses Pembelajaran ‘aqīdaħ di Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah, Bandung (5) Cara Evaluasi Pendidikan di Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah, Bandung.

Dalam proses menemukan Model Pendidikan di Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah, Bandung yang dicari melalui penelitian ini, peneliti akan lebih menekankan pada hasil analisis melalui pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi yang terkait dengan tujuan, proses, substansi materi, proses pembelajaran dan cara evaluasi. Oleh karena itu pendekatan kualitatif lebih berorientasi pada penelitian interpretasi. Dengan pendekatan kualitatif ini peneliti berusaha memotret situasi pendidikan yang terjadi di Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah, Bandung, terutama yang berkaitan dengan Model Pendidikan ‘aqīdaħ sebagai upaya untuk membentuk karakter manusia yang beriman di Madrasah Tsanawiyah


(5)

Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah, Bandung. Kemudian mendeskripsikan fenomena tersebut dari sudut ilmu kependidikan untuk menggali makna di balik fenomena pendidikan yang nampak.

Peneliti menemukan beberapa keunggulan dan kegunaan penelitian kualitatif ini. Menurut Nana Syaodih (2005: 100), Penelitian kualitatif memiliki beberapa kegunaan, diantaranya : bagi perkembangan teori, penelitian kualitatif dengan studi kasusnya sangat cocok untuk melakukan pengungkapan (exploratory) dan penemuan (discovery). Study pengungkapan (exploratory studies) berkenaan dengan sesuatu topic yang pada penelitian terdahulu hanya memberikan hasil-hasil yang sangat terbatas. Studi ini selanjutnya diarahkan pada penemuan yang lebih lanjut. Studi lanjut ini diarahkan pada menjabarkan konsep, mengembangkan suatu model, preposisi atau hipotesis.

Bagi penyempurnaan praktik, penelitian kualitatif menghasilkan deskripsi dan analisis tentang kegiatan, proses atau peristiwa-peristiwa penting. Studi-studi kasus yang dilakukan secara terpisah dan dalam kurun waktu yang berbeda, tentang fokus-fokus masalah, kegiatan atau program yang sama dapat menjadi masukan yang sangat berharga bagi penyempurnaan praktik. Hasil sejumlah penelitian kualitatif yang bersifat mendalam dan rinci mempunyai nilai yang lebih tinggi dari penelitian kuantitatif (Nana Syaodih, 2005: 100).

Bagi penentuan kebijakan, hasil penelitian kualitatif juga dapat memberikan sumbangan bagi perumusan, implementasi dan perubahan kebijakan. Beberapa studi kasus difokuskan pada proses informal perumusan dan implementasi kebijakan dalam tatanan yang berbeda, dengan nilai-nilai yang berbeda pula, untuk menjelaskan hasil-hasil kebijakan tersebut. Hasil-hasil penelitian tersebut dapat memberikan masukan yang berharga bagi penentuan kebijakan. Sedangkan bagi klarifikasi isu-isu dan tindakan sosial. Studi kasus dapat difokuskan pada pengalaman-pengalaman dalam kehidupan antar ras dan kelompok etnik, kelas sosial, peranan gender. Peneliti kualitatif dapat menempatkan isu-isu tersebut dalam konteks sosial yang lebih luas, untuk


(6)

memberikan kritik terhadap ideologis kepentingan-kepentingan politik dan ekonomi yang diambil daripadanya (Nana Syaodih, 2005: 100).

Adapun bagi studi-studi khusus, yang tidak mungkin diteliti dengan penelitian biasa: penelitian bagi orang-orang sibuk, ada hambatan bahasa, topik yang kontroversial, atau rahasia, dan penelitian-penelitian yang tidak bisa dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif-statistikal. Pengumpulan dan analisis data penelitian kualitatif bersifat interaktif, berlangsung dalam lingkaran yang saling tumpang tindih. Langkah-langkahnya biasa disebut strategi pengumpulan analisis data, teknik yang digunakan fleksibel, tergantung pada strategi terdahulu yang digunakan dan data yang telah diperoleh (Nana Syaodih, 2005: 101).

Secara umum langkah-langkah pengumpulan dan analisis data yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

 Perencanaan

Menurut Nana Syaodih (2005: 102) bahwa perencanaan meliputi perumusan dan pembatasan serta merumuskan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang diarahkan pada kegiatan pengumpulan data. Kemudian merumuskan situasi penelitian, satuan dan lokasi yang dipilih serta informan-informan sebagai sumber data. Deskripsi tersebut merupakan pedoman bagi pemilihan dan penentuan sampel purposif.

 Memulai pengumpulan data

Sebelum pengumpulan data dimulai, peneliti berusaha menciptakan hubungan baik (rapport), menumbuhkan kepercayaan serta hubungan yang akrab dengan individu-individu dan kelompok yang menjadi sumber data. Sebagaimana Sugiyono (2011: 309) bahwa pengumpulan data melalui interview dilengkapi dengan data pengamatan dan data dokumen (triangulasi). Data pada pertemuan pertama belum dicatat, tetapi data pada pertemuan-pertemuan selanjutya dicatat, disusun, dikelompokkan secara intensif kemudian diberi kode agar memudahkan dalam analisis data.


(7)

Setelah peneliti berpadu dengan situasi yang diteliti, pengumpulan data lebih diintensifkan dengan wawancara yang lebih mendalam, observasi dan pengumpulan dokumen yang lebih intensif. Dalam pengumpulan data dasar peneliti benar-benar “melihat, mendengarkan, membaca, dan merasakan” apa yang ada dengan penuh perhatian. Sementara pengumpulan data terus berjalan, analisis data mulai dilakukan dan keduanya terus dilakukan berdampingan sampai tidak ditemukan data baru lagi (Sugiyono, 2011: 309). Deskripsi dan konseptualisasi diterjemahkan dan dirangkumkan dalam diagram-diagram yang bersifat integrative. Setelah pola-pola dasar terbentuk, peneliti mengidentifikasi ide-ide dan fakta-fakta yang membutuhkan penguatan dalam fase penutup.

 Pengumpulan data penutup

Pengumpulan data berakhir setelah peneliti meninggalkan lokasi penelitian, dan tidak melakukan pengumpulan data lagi. Batas akhir penelitian tidak bisa ditentukan sebelumnya seperti dalam penelitian kuantitatif, tetapi dalam proses penelitian sendiri. Akhir masa penelitian terkait dengan masalah, kedalaman dan kelengkapan data yang diteliti. Sebagaimana Sugiyono (2011: 336) menyebutkan bahwa peneliti mengakhiri pengumpulan data setelah mendapatkan semua informasi yang dibutuhkan atau tidak ditemukan lagi data baru.

 Melengkapi

Langkah melengkapi merupakan kegiatan menyempurnakan hasil analisis data dan menyusun cara menyajikannya. Analisis data dimulai dengan menyusun fakta-fakta hasil temuan lapangan. Kemudian peneliti membuat diagram-diagram, tabel, gambar-gambar dan bentuk-bentuk pemaduan fakta lainnya. Hasil analisis data, diagram-diagram, table, dan gambar-gambar tersebut diinterpretasikan, dikembangkan menjadi proposisi dan prinsip-prinsip (Sugiyono, 2011: 336).

2. Metode Penelitian

Metode yang digunakan peneliti untuk menganalisis skripsi ini yaitu menggunakan metode deskriptif.


(8)

Metode deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang paling dasar. Ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena-fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia. Metode ini mengkaji bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan dan perbedaannya dengan fenomena lain (Nana Syaodih, 2005: 74).

Dengan metode ini, peneliti berusaha menggali suatu gejala, peristiwa dan kejadian di Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah, Bandung. Kemudian dianalisis dan dideskripsikan menjadi sebuah rumusan ilmiah.

Dalam metode deskriptif, peneliti tidak melakukan manipulasi atau memberikan perlakuan-perlakuan tertentu terhadap variabel atau merancang sesuatu yang diharapkan terjadi pada variabel. Tetapi semua kegiatan, keadaan, kejadian, aspek, komponen atau variabel berjalan sebagaimana adanya.

Tanpa penelitian pun semua kegiatan, keadaan, komponen variabel berjalan seperti itu. Penelitian ini berkenaan dengan keadaan atau kejadian-kejadian yang biasa berjalan. Satu-satunya unsur manipulasi atau perlakuan yang diberikan hanyalah penelitian itu sendiri, yang dilakukan melalui observasi, wawancara, pengedaran angket atau studi dokumentasi (John W, Best, 1970: 117).

Untuk memecahkan suatu masalah atau menentukan suatu tindakan diperlukan sejumlah informasi. Informasi tersebut dikumpulkan melalui penelitian deskriptif. Ada beberapa jenis informasi yang bisa diperoleh melalui penelitian deskriptif bagi pemecahan masalah. Pertama, informasi tentang keadaan saat ini (present condition). Kedua, informasi yang kita inginkan (what we may want). Penelitian deskriptif dilakukan untuk menghimpun informasi tentang tuntutan atau tantangan yang dihadapi, kebutuhan yang dirasakan, kekurangan yang dialami, dan lain-lain. Ketiga, bagaimana sampai ke sana, bagaimana mencapainya (how to get there). Informasi yang dikumpulkan adalah pengalaman orang lain yang mengalami atau menghadapi tuntutan dan kebutuhan yang sama.

Menurut Suharsimi Arikunto (2009: 234), ada beberapa jenis penelitian yang dapat dikategorikan sebagai penelitian deskriptif, yaitu:


(9)

Penelitian survey (survey studies), studi kasus (case studies), penelitian perkembangan (developmental studies), penelitian tindak lanjut (follow-up studies), analisis dokumen (documentary analisis), dan penelitian korelasional (correlational studies).

Survei merupakan satu jenis penelitian yang banyak dilakukan oleh peneliti dalam bidang sosiologi, bisnis, politik, pemerintahan dan pendidikan. Penelitian survey yang terkenal adalah dengan The Gallup Poll yang dimaksudkan untuk mengetahui pendapat masyarakat. Informasi yang diperoleh dari penelitian survey dapat dikumpulkan dari seluruh populasi dan dapat pula hanya sebagian dari populasi. Surveyyang dilakukan kepada semua populasi dinamakan penelitian sensus, sedangkan jika pengumpulan data hanya dilakukan pada sebagian dari popualsi disebut sebagai survey sampel (Suharsimi Arikunto, 2009: 234).

Menurut pendapat Ronald Ary, dkk. (1985) dalam Suharsimi Arikunto (2009: 234) dikatakan bahwa survey dapat dilakukan untuk sesuatu hal data yang sifatnya nyata (tangible). Penelitian nyata dapat dilakukan terhadap populasi

sehingga disebut dengan istilah “sensus nyata”.

Menurut Suharsimi Arikunto (2009: 235), penelitian kasus dengan penelitian eksperimen untuk satu variabel dapat dikatakan mempunyai kemiripan. Penelitian eksperimen satu variabel mengenai satu subjek tungga sedangkan penelitian kasus mengenai sebuah unit terpisah yang tunggal. Pada studi kasus, peneliti mencoba menggambarkan subjek penelitian di dalam keseluruhan tingkah laku. Di dalam studi kasus peneliti mencoba untuk mencermati individu atau sebuah unit secara mendalam. Peneliti mencoba menemukan semua variabel penting yang melatarbelakangi timbulnya serta perkembangan variabel tersebut. Peneliti berusaha mengumpulkan data yang menyangkut individu atau unit yang dipelajari mengenai gejala yang ada saat penelitian dilakukan, pengalaman waktu lampau, lingkungan kehidupannya, dan bagaimana faktor-faktor ini berhubungan satu sama lain. Kebanyakan studi kasus dilakukan karena didorong oleh keperluan pemecahan masalah.

Penelitian perkembangan merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mencoba mengetahui perkembangan subjek, misalnya bagaimana bayi


(10)

berkembang ditinjau dari fisik dan psikisnya. Contoh lain untuk pendidikan misalnya perkembangan kurikulum dari waktu ke waktu, kecenderungan perkembangan metode mengajar dalam satu kurikulum waktu, perkembangan untuk tingkat kecanggihan termometer, perkembangan alat peraga tampak dengar (audio visual), dan sebagainya (Suharsimi Arikunto, 2009: 235).

Penelitian tindak lanjut merupakan lanjutan dari penelitian perkembangan dengan metode alur panjang lagi. Penelitian tindak lanjut tidak berhenti pada satu seri runutan pengukuran tetapi peneliti masih terus melakukan pelacakan untuk kejadian yang menjadi tindak lanjutnya (Suharsimi Arikunto, 2009: 240).

Penelitian yang dilakukan terhadap informasi yang didokumentasikan dalam rekaman, baik gambar, suara, tulisan, atau lain-lain. Bentuk rekaman biasa dikenal dengan penelitian analisis dokumen atau analisis isi. Dengan analisis ini peneliti bekerja secara objektif dan sistematis untuk mendefinisikan isi bahan komunikasi melalui pendekatan kuantitatif. Contoh penelitian isi yang berkaitan dengan pendidikan adalah: penelitian yang dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui seberapa banyak materi psikologi digunakan dalam buku-buku metodologi pengajaran. Dengan penemuannya ini peneliti bermaksud untuk mengetahui sudah seberapa banyak ahli kurikulum telah memanfaatkan ilmu jiwa di dalam kegiatan pendidikan di sekolah atau seberapa banyak subjek didik di sekolah telah diperlukan sebagaimana manusia seutuhnya (Suharsimi Arikunto, 2009: 244).

3. Tahap- tahap Penelitian

Tahap- tahap yang dilakukan peneliti untuk mengungkap penelitian meliputi 3 hal: (a) Studi Pendahuluan (b) Pengumpulan Data (c) Analisis Data

(a) Studi Pendahuluan

Langkah pertama yang dilakukan peneliti yaitu tahap orientasi. Dimaksudkan untuk memperoleh gambaran lengkap dan jelas tentang kondisi MTS Al Ihsan Baleendah, sehingga memudahkan peneliti dalam menemukan data. Menurut Basrowi dan Suwandi (2008: 85) pada tahap ini ada beberapa hal


(11)

yang dilakukan, pertama menyusun rancangan penelitian yaitu menyusun latar belakang masalah, alasan pelaksanaan penelitian, dan kajian kepustakaan, memilih lapangan atau setting penelitian, menentukan jadwal penelitian, memilih alat penelitian, merancang pengumpulan data, analisis data, peralatan dan pengecekan kebenaran data. Setelah itu, memlilih lapangan fokus penelitian. Pemilihan lapangan penelitian diarahkan oleh teori substantive yang dirumuskan dalam bentuk hipotesis kerja walaupun masih bersifat tentative.

Kemudian mengurus perizinan. Pertama-tama yang perlu diketahui oleh peneliti ialah siapa saja yang berkuasa dan berwenang memberikan izin bagi pelaksanaan penelitian. Dilanjutkan dengan menjajaki dan menilai keadaan lapangan. Penjajakan dan penilaian lapangan akan terlaksana dengan baik apabila peneliti telah membaca terlebih dahulu dari kepustakaan atau mengetahuinya dari orang dalam mengenai situasi dan kondisi daerah tempat penelitian akan dilakukan. Hal penting lainnya yaitu memilih dan memanfaatkan informan. Sebagaimana dijelaskan Basrowi dan Suwandi (2008: 87) bahwa pemanfaatan informan bagi penelitian ialah agar dalam waktu yang relatif singkat banyak informasi yang terjangkau. Selain itu menyiapkan perlengkapan penelitian harus dipersiapkan oleh peneliti antara lain: perlengkapan fisik, surat izin mengadakan penelitian, kontak dengan daerah yang menjadi latar penelitian, pengaturan perjalanan, dan perlengkapan pendukung yang dibutuhkan.

Langkah kedua dalam studi penelitian ini yaitu tahap eksplorasi. Dalam tahap ini, peneliti membangun suatu keakraban dengan responden. Sebagai realisasi dari membangun keakraban ini, peneliti melakukan silaturahmi dengan Kepala MTS Al Ihsan dan guru-guru yang lain yaitu pada tanggal 16 Juli 2013. Karena kebetulan pada hari itu sedang dilaksanakan Masa Orientasi Peserta didik, sehingga KBM pun belum berlangsung. Dalam silaturahmi ini, peneliti mengemukakan maksud dan tujuan kedatangan sekaligus menanyakan pihak-pihak terkait yang bisa dihubungi untuk melakukan wawancara dan memperoleh data.


(12)

Dalam tahap pengumpulan data, peneliti terlebih dahulu membuat instrumen penelitian terkait dengan tujuan, proses, substansi materi, proses pembelajaran dan cara evaluasi pendidikan ‘aqīdaħ di MTS Ponpes Modern Al Ihsan Baleendah. Selain itu cara yang digunakan peneliti dalam pengumpulan data pun, dilakukan dengan semaksimal mungkin. Menurut Sugiyono (2011: 193), terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, yaitu:

Kualitas instrumen penelitian, dan kualitas pengumpulan data. Kualitas instrumen penelitian berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instrumen dan kualitas pengumpulan data berkenaan dengan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Oleh karena itu, instrumen yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya, belum tentu dapat menghasilkan data yang valid dan reliabel, apabila instrumen tersebut tidak digunakan secara tepat dalam pengumpulan datanya.

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Menurut Sugiyono (2011: 193) bahwa pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari settingnya, data dapat dikumpulkan pada setting alamiah (natural setting), pada laboratorium dengan metode eksperimen, di sekolah dengan tenaga pendidikan dan kependidikan, di rumah dengan berbagai responden, pada suatu seminar, diskusi, di jalan dan lain-lain.

Menurut Sugiyono (2011 : 193) bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer, dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.

Selanjutnya bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan), interview (wawancara), kuesioner (angket), dokumentasi dan gabungan keempatnya (Sugiyono, 2011 : 194).


(13)

 Observasi

Observasi yang dilakukan peneliti dimulai pada tanggal 16 Juli sampai dengan tanggal 7 September 2013. Nasution (1988) menyatakan bahwa observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih, sehingga benda yang sangat kecil maupun yang sangat jauh dapat diobservasi dengan jelas.

Sutrisno Hadi (1986) dalam Sugiyono (2011 : 203) mengemukakan bahwa :

Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.

Observasi yang dilakukan peneliti di MTS AL Ihsan ini yaitu menggunakan observasi terus terang dan tersamar. Dalam hal ini, Sanafiah Faisal (1990) dalam Sugiyono (2011: 310) mengklasifikasikan observasi menjadi observasi berpartisipasi (participant observation), observasi yang secara terang-terangan dan tersamar (overt observation dan covert observation), dan observasi yang tak berstruktur (unstructured observation). Selanjutnya Spradley, dalam Susan Stainback (1988) membagi observasi berpartisipasi menjadi empat, yaitu pasive participation, moderate participation, active participation, dan complete participation.

 Observasi partisipatif

Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini, maka


(14)

data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang tampak (Sugiyono, 2011: 310).

Susan Stainback (1988) dalam Sugiyono (2011: 311) menyatakan “In participant observation, the researcher observes what people do, listen to what they say, and participates in their activities”. Dalam observasi partisipatif, peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam aktivitas mereka. Seperti telah dikemukakan bahwa observasi ini dapat digolongkan menjadi empat, yaitu partisipasi pasif, partisipasi moderat, observasi yang terus terang dan tersamar, dan observasi yang lengkap.

Partisipasi pasif (pasive participation): means the research is present at the scene of action but does not interact or participate. Jadi dalam hal ini peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut (Sugiyono, 2011: 312).

Partisipasi moderat (moderate participation): means that the researcher maintains a balance between being insider and being outsider. Dalam observasi ini terdapat keseimbangan antara peneliti menjadi orang dalam dengan orang luar.Peneliti dalam mengumpulkan data ikut obervasi partisipatif dalam beberapa kegiatan, tetapi tidak semuanya (Sugiyono, 2011: 312).

Partisipasi aktif (active participation): means that the researcher generally does what others in the setting do. Dalam observasi ini peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan oleh nara sumber, tetapi belum sepenuhnya lengkap (Sugiyono, 2011: 312).

Partisipasi lengkap (complete participation): means the researcher is a natural participant. This is the highest level of involvement. Dalam melakukan pengumpulandata, peneliti sudah terlibat sepenuhnya terhadap apa yang dilakukan sumber data. Jadi, suasananya sudah natural, peneliti tidak terlihat melakukan penelitian. Hal ini merupakan keterlibatan peneliti yang tertinggi terhadap aktivitas kehidupan yang diteliti (Sugiyono, 2011: 312).


(15)

Dalam hal ini, peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian. Jadi mereka yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti, tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam observasi, hal ini untuk menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan. Kemungkinan kalau dilakukan dengan terus terang, maka peneliti tidak akan diijinkan untuk melakukan observasi (Sugiyono, 2011: 312).

 Observasi tak berstruktur

Observasi dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan tidak berstruktur karena fokus penelitian belum jelas. Fokus observasi akan berkembang selama kegiatan observasi berlangsung. Kalau masalah penelitian sudah jelas seperti dalam penelitian kuantitatif, maka observasi dapat dilakukan secara berstruktur dengan menggunakan pedoman observasi.

Menurut Sugiyono (2011: 313), observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Hal ini dilakukan karena peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang akan diamati. Dalam melakukan pengamatan peneliti tidak menggunakan instrumen yang telah baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan. Dalam suatu pameran produk industri dari berbagai negara misalnya, peneliti belum tahu pasti apa yang akan diamati. Oleh karena itu peneliti dapat melakukan pengamatan bebas, mencatat apa yang tertarik, melakukan analisis dan kemudian dibuat kesimpulan. Atau mungkin peneliti akan melakukan penelitian pada lembaga pendidikan asing yang belum dikenalnya, maka peneliti akan melakukan observasi tidak terstruktur.

 Interview (wawancara)

Peneliti melakukan wawancara kepada 4 responden, yaitu kepada Direktur KMI, Kepala MTS, Guru ‘aqīdaħ dan peserta didik kelas 7. Wawancara ini digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga


(16)

apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri (self-report), atau setidak-tidaknya pada pengetahuan atau keyakinan pribadi.

Sutrisno Hadi (1986) dalam Basrowi dan Suwandi (2008: 141) mengemukakan bahwa anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti dalam menggunakan metode interview adalah subjek (responden) adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri, apa yang dinyatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya, dan interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti.

Sebelum melakukan wawancara, peneliti membuat pedoman wawancara terlebih dahulu. Sejalan dengan itu, menurut Bogdan dan Biklen (1985) dalam Basrowi dan Suwandi (2008: 142):

Pedoman wawancara dan petunjuk pengamatan pada umumnya memberikan kesempatan timbulnya respon terbuka dan cukup luwes bagi pengamat atau pewawancara untuk memperhatikan dan mengumpulkan data mengenai dimensi-dimensi topic yang tak terduga-duga. Dalam wawancara dan pengamatan terdapat proses triangulasi data. Proses ini dilakukan untuk menjamin diperolehnya standar kepercayaan.

Untuk itu cara yang ditempuh ialah melakukan pengecekan data (cek, cek ulang, dan cek silang). Mengecek berarti melakukan wawancara kepada dua atau lebih sumber informasi dengan pertanyaan yang sama. Cek ulang berarti, melakukan proses wawancara secara berulang dengan mengajukan pertanyaan yang sama kepada informan yang sama dalam waktu yang berlainan. Sedangkan mengecek silang berarti menggali keterangan tentang keadaan informan satu dengan yang lain.

Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun dengan menggunakan telepon.


(17)

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara terstruktur kepada responden nya. Adapun yang pertama kali di wawancara adalah Direktur KMI Al Ihsan. Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan- pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data mencatatnya. Dengan wawancara terstruktur ini pula, pengumpulan data dapat menggunakan beberapa pewawancara sebagai pengumpul data. Supaya setiap pewawancara mempunyai keterampilan yang sama, maka diperlukan training kepada calon pewawancara.

Menurut Sugiyono (2011: 319) dalam melakukan wawancara, selain harus membawa instrumen sebagai pedoman untuk wawancara, maka pengumpul data juga dapat menggunakan alat bantu seperti tape recorder, gambar, brosur, dan material lain yang dapat membantu pelaksanaan wawancara menjadi lancar.

 Wawancara tidak terstruktur

Menurut Sugiyono (2011: 320), wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Wawancara tidak terstruktur atau terbuka sering digunakan dalam penelitian pendahuluan atau malahan untuk penelitian yang lebih mendalam tentang responden. Pada penelitian pendahuluan, peneliti berusaha mendapatkan informasi awal tentang berbagai isu atau permasalahan yang ada pada objek, sehingga peneliti dapat menentukan secara pasti permasalahan atau variabel apa yang harus diteliti. Untuk mendapatkan gambaran permasalahan yang lengkap, maka peneliti perlu melakukan wawancara kepada pihak-pihak yang mewakili berbagai tingkatan yang ada dalam objek


(18)

Untuk mendapatkan informasi yang lebih dalam tentang responden, maka peneliti dapat juga menggunakan wawancara tidak terstruktur. Dalam wawancara tidak terstruktur, peneliti belum mengetahui secara pasti data apa yang akan diperoleh, sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang diceritakan oleh responden tersebut, maka peneliti dapat mengajukan berbagai pertanyaan berikutnya yang lebih terarah pada suatu tujuan. Dalam melakukan wawancara

peneliti dapat menggunakan cara “berputar-putar baru menukik” artinya pada awal wawancara, yang dibicarakan adalah hal-hal yang tidak terkait dengan tujuan, dan bila sudah terbuka kesempatan untuk menanyakan sesuatu yang menjadi tujuan, maka segera ditanyakan (Sugiyono, 2011: 321).

Wawancara baik yang dilakukan dengan face to face maupun yang menggunakan pesawat telepon, akan selalu terjadi kontak pribadi, oleh karena itu pewawancara perlu memahami situasi dan kondisi sehingga dapat memilih waktu yang tepat kapan dan di mana harus melakukan wawancara. Bila responden yang akan diwawancarai telah ditentukan orangnya, maka sebaiknya sebelum melakukan wawancara, pewawancara minta waktu terlebih dahulu, kapan dan di mana bisa melakukan wawancara. Dengan cara ini, maka suasana wawancara akan lebih baik, sehingga data yang diperoleh akan lebih lengkap dan valid (Sugiyono, 2011: 321).

 Dokumen

Saat penelitian di MTS Al Ihsan, peneliti menggunakan instrumen penelitian berupa dokumen. Dokumen ini adalah salah satu instrumen yang tak kalah pentingnya dengan wawancara dan observasi.

Menurut Sugiyono (2011: 329) Dokumen merupakan:

Catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumentaldari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain.dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain.


(19)

Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Hasil penelitian dari observasi atau wawancara, akan lebih kredibel/ dapat dipercaya kalau didukung oleh sejarah pribadi kehidupan di masa kecil, di sekolah, di tempat kerja, di masyarakat, dan autobiografi (Sugiyono, 2011: 329).

(c ) Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data bermacam-macam dan dilakukan secara terus menerus sampai titik jenuh jawaban yang dibutuhkan. Sebagaimana Sugiyono (2012: 244) menjelaskan bahwa :

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,catatan lapangan dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Dalam proses analisa data, peneliti melakukannya dengan mengikuti sebagaimana apa yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (Sugiyono, 2012: 244) menjelaskan bahwa:

Aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion. Setelah peneliti melakukan pengumpulan data, maka peneliti melakukan anticipatory reduksi data.

1. Reduksi Data

Langkah pertama dalam menganalisis hasil penelitian ini adalah dengan mereduksi data. Data tersebut direduksi dirangkum dan dipilih hal-hal yang pokok sesuai dengan permasalahan. Sebagaimana yang dinyatakan Sugiyono (2011: 338) mengemukakan bahwa :

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya, data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan


(20)

mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.

Adapun yang peneliti lakukan dalam mereduksi data dari hasil penelitian melalui dokumen, wawancara dan observasi, peneliti mengklasifikasikan data yang diperoleh berdasarkan kategori-kategori yang diambil dari rumusan masalahnya yaitu tentang tujuan, program, substansi materi, proses pendidikan dan bentuk evaluasi pendidikan ‘aqīdaħ di MTS Ponpes Modern Al Ihsan, Baleendah Kab. Bandung.

Untuk memperjelas sumber data yang diperoleh dan mempermudah dalam mengklasifikasikan berdasarkan kategori-kategori, peneliti menggunakan teknik koding. Sebagaimana Alwasilah (2009: 160) menjelaskan bahwa : “Koding adalah membagi-bagi data dan mengelompokkannya dalam sebuah kategori. Gunanya untuk memudahkan peneliti dalam membandingkan temuan dalam satu kategori

atau silang kategori”.

Koding digunakan terhadap data yang telah diperoleh seperti: Koding untuk sumber data seperti Dokumen (D), Wawancara (W) Observasi (O). Koding untuk jenis responden Direktur KMI (DK), Kepala Sekolah (KS), Guru ‘aqīdaħ (GA).

2. Display data

Menurut Sugiyono (2011: 341) setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah melakukan display data yaitu menyajikan data secara jelas dan singkat, yang bertujuan agar dapat melihat gambaran keseluruhan dari hasil penelitian tersebut. Penyajian data dilakukan secara bertahap dengan dikategorisasikan, kemudian dalam bentuk tabulasi. Selanjutnya disajikan dalam bentuk deskripsi dan interpretasi dengan harapan menggambarkan perspektif sesuai data yang diperoleh di lapangan. Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah difahami tersebut.


(21)

3. Conclusion drawing (Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi)

Langkah akhir proses analisis data adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi, hal ini dimaksudkan untuk mencari makna data yang dikumpulkan. Menurut Sugiyono (2011: 345) kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan.

C. Definisi Operasional

Judul skripsi ini yaitu: “Model Pendidikan ‘Aqīdaħ di kelas 7 Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah Bandung”. Untuk dapat memperjelas makna yang terkandung di dalamnya, maka ada beberapa istilah pokok yang perlu dijelaskan oleh peneliti berkaitan dengan penggunaan istilah-istilah tersebut.

1) Model

Yang dimaksud dengan model dalam penelitian ini yaitu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Model-model pembelajaran pada hakekatnya membicarakan bagaimana cara-cara menyampaikan nilai pendidikan secara efektif dan efisien. Jadi yang dimaksud model dalam penelitiuan ini yaitu


(22)

pendekatan atau cara yang digunakan dalam menyampaikan nilai pendidikan untuki mencapai tujuan belajar.

2) Pendidikan ‘Aqīdaħ

Yang dimaksud pendidikan ‘aqīdaħ dalam penelitian ini yaitu suatu pengajaran dalam mata pelajaran ‘aqīdaħ yang diberikan guru kepada para muridnya di kelas 7 MTS Ponpes Modern Al Ihsan, Baleendah, Kab. Bandung.

3) Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Modern Al Ihsan Baleendah Bandung

Yang dimaksud Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Modern Al Ihsan Baleendah Bandung dalam penelitian ini yaitu sekolah setingkat SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama) atau pendidikan formal lanjutan SD (Sekolah Dasar) yang yang terletak di Jalan Adipati Agung No 40, Baleendah Kab. Bandung.


(1)

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara terstruktur kepada responden nya. Adapun yang pertama kali di wawancara adalah Direktur KMI Al Ihsan. Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan- pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data mencatatnya. Dengan wawancara terstruktur ini pula, pengumpulan data dapat menggunakan beberapa pewawancara sebagai pengumpul data. Supaya setiap pewawancara mempunyai keterampilan yang sama, maka diperlukan training kepada calon pewawancara.

Menurut Sugiyono (2011: 319) dalam melakukan wawancara, selain harus membawa instrumen sebagai pedoman untuk wawancara, maka pengumpul data juga dapat menggunakan alat bantu seperti tape recorder, gambar, brosur, dan material lain yang dapat membantu pelaksanaan wawancara menjadi lancar.

 Wawancara tidak terstruktur

Menurut Sugiyono (2011: 320), wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Wawancara tidak terstruktur atau terbuka sering digunakan dalam penelitian pendahuluan atau malahan untuk penelitian yang lebih mendalam tentang responden. Pada penelitian pendahuluan, peneliti berusaha mendapatkan informasi awal tentang berbagai isu atau permasalahan yang ada pada objek, sehingga peneliti dapat menentukan secara pasti permasalahan atau variabel apa yang harus diteliti. Untuk mendapatkan gambaran permasalahan yang lengkap, maka peneliti perlu melakukan wawancara kepada pihak-pihak yang mewakili berbagai tingkatan yang ada dalam objek


(2)

Untuk mendapatkan informasi yang lebih dalam tentang responden, maka peneliti dapat juga menggunakan wawancara tidak terstruktur. Dalam wawancara tidak terstruktur, peneliti belum mengetahui secara pasti data apa yang akan diperoleh, sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang diceritakan oleh responden tersebut, maka peneliti dapat mengajukan berbagai pertanyaan berikutnya yang lebih terarah pada suatu tujuan. Dalam melakukan wawancara

peneliti dapat menggunakan cara “berputar-putar baru menukik” artinya pada awal wawancara, yang dibicarakan adalah hal-hal yang tidak terkait dengan tujuan, dan bila sudah terbuka kesempatan untuk menanyakan sesuatu yang menjadi tujuan, maka segera ditanyakan (Sugiyono, 2011: 321).

Wawancara baik yang dilakukan dengan face to face maupun yang menggunakan pesawat telepon, akan selalu terjadi kontak pribadi, oleh karena itu pewawancara perlu memahami situasi dan kondisi sehingga dapat memilih waktu yang tepat kapan dan di mana harus melakukan wawancara. Bila responden yang akan diwawancarai telah ditentukan orangnya, maka sebaiknya sebelum melakukan wawancara, pewawancara minta waktu terlebih dahulu, kapan dan di mana bisa melakukan wawancara. Dengan cara ini, maka suasana wawancara akan lebih baik, sehingga data yang diperoleh akan lebih lengkap dan valid (Sugiyono, 2011: 321).

 Dokumen

Saat penelitian di MTS Al Ihsan, peneliti menggunakan instrumen penelitian berupa dokumen. Dokumen ini adalah salah satu instrumen yang tak kalah pentingnya dengan wawancara dan observasi.

Menurut Sugiyono (2011: 329) Dokumen merupakan:

Catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumentaldari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain.dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain.


(3)

Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Hasil penelitian dari observasi atau wawancara, akan lebih kredibel/ dapat dipercaya kalau didukung oleh sejarah pribadi kehidupan di masa kecil, di sekolah, di tempat kerja, di masyarakat, dan autobiografi (Sugiyono, 2011: 329).

(c ) Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data bermacam-macam dan dilakukan secara terus menerus sampai titik jenuh jawaban yang dibutuhkan. Sebagaimana Sugiyono (2012: 244) menjelaskan bahwa :

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,catatan lapangan dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Dalam proses analisa data, peneliti melakukannya dengan mengikuti sebagaimana apa yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (Sugiyono, 2012: 244) menjelaskan bahwa:

Aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion. Setelah peneliti melakukan pengumpulan data, maka peneliti melakukan anticipatory reduksi data.

1. Reduksi Data

Langkah pertama dalam menganalisis hasil penelitian ini adalah dengan mereduksi data. Data tersebut direduksi dirangkum dan dipilih hal-hal yang pokok sesuai dengan permasalahan. Sebagaimana yang dinyatakan Sugiyono (2011: 338) mengemukakan bahwa :

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya, data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan


(4)

mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.

Adapun yang peneliti lakukan dalam mereduksi data dari hasil penelitian melalui dokumen, wawancara dan observasi, peneliti mengklasifikasikan data yang diperoleh berdasarkan kategori-kategori yang diambil dari rumusan masalahnya yaitu tentang tujuan, program, substansi materi, proses pendidikan dan bentuk evaluasi pendidikan ‘aqīdaħ di MTS Ponpes Modern Al Ihsan, Baleendah Kab. Bandung.

Untuk memperjelas sumber data yang diperoleh dan mempermudah dalam mengklasifikasikan berdasarkan kategori-kategori, peneliti menggunakan teknik koding. Sebagaimana Alwasilah (2009: 160) menjelaskan bahwa : “Koding adalah membagi-bagi data dan mengelompokkannya dalam sebuah kategori. Gunanya untuk memudahkan peneliti dalam membandingkan temuan dalam satu kategori

atau silang kategori”.

Koding digunakan terhadap data yang telah diperoleh seperti: Koding untuk sumber data seperti Dokumen (D), Wawancara (W) Observasi (O). Koding untuk jenis responden Direktur KMI (DK), Kepala Sekolah (KS), Guru ‘aqīdaħ (GA).

2. Display data

Menurut Sugiyono (2011: 341) setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah melakukan display data yaitu menyajikan data secara jelas dan singkat, yang bertujuan agar dapat melihat gambaran keseluruhan dari hasil penelitian tersebut. Penyajian data dilakukan secara bertahap dengan dikategorisasikan, kemudian dalam bentuk tabulasi. Selanjutnya disajikan dalam bentuk deskripsi dan interpretasi dengan harapan menggambarkan perspektif sesuai data yang diperoleh di lapangan. Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah difahami tersebut.


(5)

3. Conclusion drawing (Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi)

Langkah akhir proses analisis data adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi, hal ini dimaksudkan untuk mencari makna data yang dikumpulkan. Menurut Sugiyono (2011: 345) kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan.

C. Definisi Operasional

Judul skripsi ini yaitu: “Model Pendidikan ‘Aqīdaħ di kelas 7 Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah Bandung”. Untuk dapat memperjelas makna yang terkandung di dalamnya, maka ada beberapa istilah pokok yang perlu dijelaskan oleh peneliti berkaitan dengan penggunaan istilah-istilah tersebut.

1) Model

Yang dimaksud dengan model dalam penelitian ini yaitu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Model-model pembelajaran pada hakekatnya membicarakan bagaimana cara-cara menyampaikan nilai pendidikan secara efektif dan efisien. Jadi yang dimaksud model dalam penelitiuan ini yaitu


(6)

pendekatan atau cara yang digunakan dalam menyampaikan nilai pendidikan untuki mencapai tujuan belajar.

2) Pendidikan ‘Aqīdaħ

Yang dimaksud pendidikan ‘aqīdaħ dalam penelitian ini yaitu suatu pengajaran dalam mata pelajaran ‘aqīdaħ yang diberikan guru kepada para muridnya di kelas 7 MTS Ponpes Modern Al Ihsan, Baleendah, Kab. Bandung.

3) Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Modern Al Ihsan Baleendah Bandung

Yang dimaksud Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Modern Al Ihsan Baleendah Bandung dalam penelitian ini yaitu sekolah setingkat SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama) atau pendidikan formal lanjutan SD (Sekolah Dasar) yang yang terletak di Jalan Adipati Agung No 40, Baleendah Kab. Bandung.