Pembentukan Modal di Pedesaan Jawa Studi Sosiologis di Dua Komunitas di DAS Jratunseluna Jawa Tengah

D
301.18c

w
+/%

PEMBENTUKAN MODAL Dl PEDESAAN JAWA

Studi Sosiologis di Dua Komunitas di DAS Jratunseluna

Oleh
RUKMADI WARSITO

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1993

PEMBENTUKAN MODAL DI PEDESAAN JAWA
Studi Sosiologis di Ilua Komunitas di IIAS Jratunsefun-a
Jawa 'I'cngah


Olch
Rukmadi W h o
87507

1)ISEHTASI
Scbagai s a i h satu syarat untuk mcmperoleh gelar I h k ~
~ d &

I'mgram I':ssc-a?is#jana

- Institut Pcrtanimi Hogor

Judul Disetrasi ': :PEMBENTUKAN MODAL DI PEDESAN JAWA
Studi Sosiologis di Dua Komunitas di DAS Jratunseluna
J a m Tengah

Nama Mahasiswa

:Rukrnadi Warsito


Nomor pokok

237507

Menyetujui

-

Prof. Dr. Ir. Sayogyo

--

Dr. Loekman Soetrisno

J
Dr. Arief
Budiman

f. Dr. Ir. Edi Guhardja


Tanggal lulus :

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Wonosobo, Jawa Tengah pada tanggal 22 Juli 1948. - Orang
tuanya adalah Prajitno Hardjoprajitno (almarhum) dan Siti Suami.

Peddikan

dasar dan lanjutan di selesaikan di Kebumen pada tahun 1967. Pa& tahun 1976

penulis menyelesaikan pendidikan sarjananya, di Faknltas Pertanian Universitas
Kristen Satya Wacana S,-

Jurusan Agronomi. Kemudian pada tahun 1980

sampai dengan t a h n 1982 pemlis memmatkan p e l a j m y a di Setrolah Pasaarp a lnstitut Pertanian Bogor di kdmg KeaMian S o w k g BerbesaaR. PeRdidikan
di Program Studi SosiotQgi Pedesaan, Program F%asa$m

h i t u t Perunian


Bogor dimulai pada tahun 1987.
Penui~spernan bekerja Sebagai Penyuluh Pertanian Lapangan di Kecarnatan
Borobudur. h-agetang, h a Tengah pada tahm 197 1- 1972. Tahun 1976 sampai
dengan 1983 sebagai peneliti dan pengajar di LPIS. Universim Kristen Safya
W-aeana, Saiat~ga. Tahw 1984 sampi s e h a n g sebagai

pen&=

$i

Faltas

Pertanian Universitas Kristen Satya Wacana. SaIatiga (Menpbat Dekan Fakultas
Pertanian Perioda 1984- 1987).
Pada tahun 1977 p u t i s menikah d e w En&

Winastuti Probwinoto,

kini bekerja sebagai Manager Pengendalian Mutu clan Hubungan Masyarakat di PT

Coca-Cola Pan Java, dikaruniai dua orang anak. rnasing-masing Pradipto Satrio
Nugroho ( I 3 tahun) dan Alitya Yuiia Prabaswari ( I 2 tahun).

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih yang muncul dari hati yang paling dalam pertama-tama
disampaikan kepada komisi penasehat, Prof.Dr. Sedi0no.M.P. Tjondronegoro.
Prof Dr.1r. Sayogyo, Dr. Loekman Soetrisno, dan Dr. Arkf Budirnan, atas
bimbingan serta nasihat-nasihat, kesabaran serta tuntunan yang tiada henti-hentinya
yang diber i kan kepada penulis, sejak m p e r s i a p k a n penel itian s a m p i selesainya
peudrsan disercasi ini.

Ucapan yang sarna jqp d)tzrJuCcm kepada para w n i di Desa Getasan,
Kecamatan Getasan, Semirang dan di bILPw;tron, K

~ Gtib-ttg,RGobo-

gan serta para pamong desa di kedua desa tersetnrt yang te.t& mmerim p m l i s
&in rekan-rekannya. serta bantuan yang besar yang diberikan selama meiaksanakan


penelitian. Derntktan pula kepada Mr. Wawan. Sdri Ambar serta Wi. Megmai
yang elah membantu penelitian tni.
Kesernpatan untuk bela& di Prsgram Pascasarjana-WB yang diberikan oleh
pimpinan U niversitas Kristen Sat12 Wacana, merupahn kesempatan yang memungkinkan penulis menyelmaikarr d k r t a s i ini. Untuk itu penutis mengucapkan
terirna kasih. Penulis juga sangat menghargai

wt;t

berterima kasih atas banturn

serta pengertian yang telah diberikan dan telah ditunjukkan d e h r e k a n - r e h Fakultas Pertanian Universitas Kristen Satya Wacana dalam rnendorong penulis untuk
menyekaikan studi ini.
Akhirnya pada kesempatan ini penulb juga ingin menyampaikan terima
kasih kepada isteriku, Endah Winastuti, &n anak-anak kami, Pradipto, Alitya, atas
pengorbanan, pengenian dan dukungan yang diberikan selama penulis belajar.
..
11

-


KATA PENGANTAR

Di Indonesia, di mana sebagian besar penduduknya tinggal di pedesaan,
peningkatan pendapatan masyarakat pedesaan,

meningkatmya tabungan dan inves-

tasi atau pembentukan modal merupakan pokok yang penting serta merupakan
sebagian dari tujuan pembangurwn i&.~sendiri. Dari sudut pa*

ekonomi, inves-

tasi dan pembentukan rnodal ymg dilakukm QCeh sebagian paduddc &an d a p

T e r n , dilaksanakan dan has2q-a clmm&m d&m t u l k mi.
Pada kesempatan ini penul is ingin menyampaikan terima kasih kepada

. -

Prof. Dr. Sediono Tjondronegoro. pemtmrrtmrg utarnanya, se~tak p d a a+ggaa

pembhbing lainnya, Prof.D-r.k -yo,

Dr. M m ; m SseffisRe- dan Dr. Arkf

Budimarr atas saran dan b h k g a n n y a selama penetitia~dm penyusum tulisan
ini.
Akhirnya penuiis mash

~ t e ~ ? y xbahwa
hi

tufisan Ini mas& jauh dari m-

purna. Walaupun demikian, smqp hasil-hasilnya yang dituangkan d a k dis-ertasi
ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukannya.

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Permasalahan
1.3. Tujuan Penelitian

1.4. Kegunaan Penelitian
[I. LANDASAN TEORITIS

2.1. Arti dan Landasan Teoritis
2.1.1. Pengertian tentang Modal dan Pembentukan Modal
2.1.2. Teori Sistem Ekonomi dan Pembentukan Modal di Pedewn Jawa
2.1.2.1. Sistem E k m i Ganda
2.1.2-2. Post Tdisionil:fnvolusi
2.1.2.3. Perspektif M;rsa Kini
2.2. Faktor-Mtor Pengarub
2.2.1. Nilai S o d Bttdaya dm Pembentukafl Modal
2.2.2. Kekuasaan dao Pembentukan Modal
2.2.3. Proctuksi, Surplus &sctnksi clan
Pembentukan Modal

3.1.

Kerangka Pemikiran,Hipotesa dan Defini-

si serta Pengukumn Peubah


3.1.1. Kermgka Pemikiran
3.1.2. Pengajuan Hipotesa

3.1.3. Defmisi d-an Pengukuran Peubah
3.2. Je-rris Penelitian dan Satuan Anaiisis
3.3. Pemitiha-I?D u k u h / K o m ~dan Rumahtangga Sanylel
3.4. Data dan PesgrloxnrftaR DaCd
3.5. Analisa data
3.6. Organisas i Pelaksanaan Penelitian

1V. JAWA TENGAH : LATAR MAKRO PEMBENTUKAN MODAL
4.1. Wilayah. Penduduk dan Angkatan Kerja
4.2. Perkembangan Industri
4.3. Pembangunan Desa
4.4 Tabungan dan 1nvestasi Masyarakat
4.5. Kebijaksanaan Pernbangunan Pertanian di
Pedesaan

4.5.1. Program lntensivikasi

4.5.2.Kebijaksanaan Harga dan Stock
Beras
V LATAR BELAKANG WILAYAH PENELlTlAN

95

5.1. Getasan : Desa Hulu Sungai
5.2. Kuwaron : Desa Hilir Sungai
5.3. Kelembagaan Sosial Dan Sistem Ekonomi
5.3.1. Kelembagaan Agmis
5.3.1. Kelembagaan Ekonomi
5.4. Teknologi
BAB VI KARAKTERISTIK SERTA ASET RUMAHTANGGA CONTOH
128
Dl DESA HULU DAN DESA HlLlH
6.1. Umur serta Ciri Anggota Rmnahtangga
6.2. Struktur Pengu;tsaan Aset M & i
6.2.1. Pquasaan Atas Tanah
6.2.2. Aset Abt-alat fertanian

6.2.3 Aset Ternak
6.3. Pemilikan P
d Rua6.4. Keadaan h u m Bmrromi

Cazt~h

MI i%OlXKSI DAN SURPLUS PRODUKS
7.1. Anggota R m m d m q p Yang Bekerja
7.2. Usahatani
7.2.1. P& Tawm dan TeknoIogi Usrthatani
7.2.2 Biaya Pmduksi
7.2-3.Cara Produksi: Bemuk Hubungan Kerja
7.2.3.1 .Wungan Kerja dalam SewaMenyewa
7.2-3.2.Hubungan Kerja &lam SakqMe-nyakap
7.2.3.3.f-Lubungan Kerja &lam Buruh
Harian
7.2.3.4.Codc -H
Kerb
7.2.4. Tertmk dan Unggas
7.2.5. Fendaptan Bldang Pertanian
7.3. Bidang Jasa
7.4. Bidang Perdagangan
7.5. Bidang lndustri Rumahtangga
7.6. Sumbangan
7.7. Struktur Pendapatan Rumahtangga
7.8. Pengeluaran Rumahtangga
7.8.1 . Pengeluaran Kebutuhan Rumahtagga
7.8.2. Pengeluaran Pembayaran Kredit
7.8.4. Pengeluaran Untuk Produksi

1 46

7.9. Surplus Produksi
7.9. I . Hubungan Penguasaan Tanah dan
Surplus Produksi
7.9.2. Hubungan Kerja dan Surplus Produksi
7.9.3. Riwayat Petani dan Surplus Produksi
7.9.3.1. Desa Hulu dan Desa Hilir
Menurut Riwayat Petani
7.9.3.2. Dinamika Ekstraksi Surplus
Produksi
V l l l PEMBENTUKAN MODAL

8. I . Tabungan
8. I . I . Kegiatan Menabung Rumahtangga
8.1.2. Alasan, Harapan dan Tantangan
8.2. Wirausaha
8.3. Pembentukan Modal
8.3.1. K@@ll h W S & hEtdI&Wgga
8.3.2. Hubungan Surplus Praduksi Thbu
ngan dan lnvestasi
8.3.3. Hubungan Luas Pengtt;tsa;tn T&,
derrgan P e m b k a Modal
8.3.4. Nitai S9si;d U p BaR Rmkntdm
Modal
8.3.5. Riwayat Petani dan Pembentukan
Modal
8.3.5. 'i . Aiur Lingkup Fisik dan
Peqahan Hidup
8.3.5.2. Pola Akumulasi Asset
8.3.6. Elite Desa dan Pembenurkan
Modal
8.3.6. Pendidikan Sebagai Wujud Pembentukan
Modal
IX. KESIMPULAN DAN IMPUKASI KEBIJAKSANAAN

KEPUSTAKAAN

Nomor

Halaman

Teks

3.1.

Jumlah Rumahtangga Contoh

3.2.

Ragam Jenis Data dan Metoda
Pengumpulannya

4.1.

Luas dan Jenis Tanah serta
Perincian Tanah Sawah di Kabupaten
Grobogan. Semarang dan Propinsi Jawa
Tengah, 1990

4.2.

Luas Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi Padi Sawah dan Padi tadang di Jawa Tengah 1985- 1989

4.3

Penduduk Jawa Tengah Berumur 10 Tahun Dan
lebih Menurut Kelompok Umur Dan Jenis Kegiatan Seminggu Yang Lalu, T h 1988

4.4.

Jumlah Penduduk Berumur I 0 mtmn Keatas
Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan
Tahun 1971-1985

4.5

Banyaknya Penrsah;aan lndusui Besar/Sedzlng di Dua K a b u p n dan Propinsi JaWa Tengah 1985- 1988

4.6.

thyaknya Unit Usaha dan Tenaga Kerja
lndustri Kecil di Jawa Tengah 1986- 1989

3.7.

Nilai lndustri Kecil di Jawa Tengah
Tahun Anggaran 1986- 1989
(dalam rihuan rupiah)

4.8

Jumlah Froyek tnpres Bantuan Pembanguaan
Desa Di Jawa Tengah. Tahun 198511986 1989/ 1990

4.9

Jumlah Biaya lnpres Bantuan Pembangunan
Desa di Jawa Tengah Tahun 198511986 1 989/ 1990 (dalam ribuan rupah)

4.10.

Dana Masyarakat di Jawa Tengah
Akhir Tahun 1984-1990
(dalam Jutaan Rupiah)
vii

Nomor

Halaman

4.1 1. Realisasi Kredit lnvestasi Kecil Umum

Di Jawa Tengan Yang Telah Disetujui
Bank lndonesia 1984- 1990
(dalam jutaan rupiah)

4.12. Real isasi Kredit Modal Kerja Permanen

Umum dan Massal di Jawa Tengah Yang Telah
Disetujui Bank lndonesia Tahun 1984- 1990
(dalam jutaan rupiah)
4.13. Perkembangan Nilai lnvestasi Penanaman

Modal Dalam Negeri Yang Telah Mendapatkan Surat-surd Persetujuan Tetap (SPT)
M e n m knis Usaha di Jawa Teqah
Peiita 111 - 1988 (dalam jutaan rapiah)
4.14. Perkembangan Nilai lnvestasi Penanaman

Modal Astng (PMA) Yang T& Mendapatkan Swat-surat Persetujuan Tetap (SPT)
M e mt h i s Usaha di fawa Tengah
Pelita 111 - 1988 (&lam jutaan rupiah)

5.1.

Sebaran Luas Tanah Desa Getasan. Keca
rnatan Getasan dan Sepuluh Desa Huiu
Lain di Kabupaten Semaag

5.2.

Karakteristik Demografi Desa Getasan
dan Kecamatan Getasan

5.3.

Sebaan Luas Tanah Desa Kuwaron, Kecamatan Gubug dan Empat Desa Hilir Lain
di Kabupaten Grobogan

5.4.

Karakteriuik Demografi D ~ &Kuwaron
I
dan Kecamatap C b h g

6.1.

Latar k&ng Rurnahangga Contih di
Desa Huli dan Desa Hilir.

6.2. Jumlah Rumahtangga Petani di Desa Hulu
dan Desa Hilir Menurut Golongan Luas Tanah Yang Dikuasai.
6.3.

Persentase Rumahtangga Contoh Yang Menyakap, Menyewa, Menyakapkan dan Menyewakan.

Nomor

Teks

Halaman

6.4.

Sebaran Rumahtangga Contoh di Dua Desa
Yang Ditel iti, Atas Dasar Penguasaan
Tanah

6.5.

Riwayat Pemilikan Tanah Rumahtangga
Contoh di Desa Hulu dan Desa Hilir

6.6.

Aset Alat-alat Pertanian Yang Dimiliki
Oleh Rumahtangga Contoh di Desa Hulu dan
Desa Hilir.

6.7.

Penguasaan Ternak Rumahtangga Contoh
Di Desa Hulu clan Desa Hilir.

6.8.

AsetTernakBesar.TernakKecilRumah
tangga Contoh Di Desa Hulu dan Desa Hilir

6.9.

Persenme clan Rata-rata Pemilikan Perabot Rumahtangga di Desa Hulu dan Desa
Hilir.

7.1.

Jumtah h g g m Rumahtangga Corrtoh di Desa
Hulu clan Desa Hilir.

7.2.

Rada-rata Penggunaan Pupuk N dan P Dahm
Usahatani Rumahtangga Contoh Di Desa Huhi dan Desa Hilir

7.3.

Rata-rata Biaya P e n g g q n Ehhgai
Tanaman di Desa Hdu dan Desa Hilir

7.4.

Biaya Penggarapan Untuk Tanaman Tembakau dan Tarram Padi Di Desa Hrrtu dan
Desa Hilir.

7.5.

Pendapatan Usahatani dan Peternakan Rumah
Tangga Contoh Menurut Luas Penguasaan Tanah Di Desa Hulu dan Desa Hilir.

7.6. Pendapatan Rumahtangga Contoh di Bidang
Jasa di Desa Huh dan Desa Hilir. 1991
7.7.

Rumahtangga Yang Mempunyai Kegiatan di
Bidang Perdagangan di Desa Hulu dan Desa
Hilir

Nomor

Teks

Halaman

7.8

Rekapitulasi Pendapatan Rumahtangga Contoh Dari Berbagai Sumber, Di Desa Hulu
dan Desa Hilir

7.9.

Pengeluaran Kebutuhan Rumahtangga di Desa
Hulu dan Desa Hilir

7.10

Pengeluaran Untuk Pembayaran KreditIHutang Desa Hulu dan Desa Hilir

7.1 1

Pengeluaran Untuk Produksi Rumahtangga
Contoh Desa Hulu dan Desa Hilir

7.12

Prosentase Rumahtangga Contoh Yang Mencapai Swptus Produksi serta Yang Mengalami Defisit Serta Rata-rata Perkapita
Surplus prsduksi dan Defisit di Desa Hulu
dan Desa Hilir.

7. E 3

Rata-rata Perkaph Surplus Pr&si
Rumahtangga per Lapisan di Desa Hnln
dan di Desa Hilir

-!.11

Pola Matapencaharian Rurnahtangga Kasus
Riwayat Hidup di Desa Hulu

7.15

Pola Matapencaharian R i m a h a q p Kasus
Riwayat Hidup di Desa Hilir

8.1.

Persentase Rumahtangga Yang Menabung
Serta Rata-rata Tabungan Desa Hulu
dan Desa Hilir

8.2.

Skor Sikap Wirausaha Kepala Rumahtangga
Contoh Di Desa Hulu dan Desa Hilk

8.3.

Persentase Rumahtangga Contoh Yang Melakukan lnvestasi Serta Rata-rata Jumlah lnvestasi Rumahtangga Contoh Di Desa Hulu dan Desa Hilir.

8.4.

Sumber lnvestasi Rumahtangga Sampel
(rata-rata persentase)

8.5.

Jumlah Rumahtangga Yang Defisit dan
Syrplus Yang Melakukan lnvestasi dan
Menabung.

8.6.

Akumulasi Asset Rumahtangga Kasus Ri
wayat Hidup Desa Hulu

8.7.

Akumulasi Asset Rumahtangga Kasus Riwayat Hidup Desa Hilir

DAFTAR BAGAN

Nomor
1.

2.
3.
4.
5.

Teks

Halaman

Bagan Kerangka Pemikiran
Bagan Piramida Penduduk Desa Getasan
Bagan Piramida Penduduk Desa Kuwaron
Bagan Pendapatan Pertanian dan Non Perm i a n . Desa Getasan
Bagan Pendapatan Pertanian dan Non Pertanian Desa Kuwaron.
178

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Halaman

1

Surat ijin Penelitian

2

Rata-rata Biaya Produksi Usahatani
per Hektar.

3

Perhitungan Matrik Korelasi Desa
Getasan.

4.

Perhitungan Matrik Korelasi Desa
Kuwaron

5.

Uji Beda Nyata Desa E M U dengan
Desa Hilir (5.1 sampai 5 -5)

6.

Uji Beda Nyata Desa Hulu dengan Desa
Hiiir (Skor Wirausaha)

7.

8.

Perhitungan Mauik Korelasi Desa

Hntu (Pemkntukan Modal)

Perhitungan Matrik Korelasi Desa
Hiiir (Pernbeatukan Modal).

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan Indonesia yang dilaksanakan dalam empat Pelita (1969 1989), telah berhasil mencapai beberapa tujuan yang penting. Usaha peningkatan
produksi pangan sekaligus peningkatkan pendapatan dan peningkatan taraf hidup
petani melalui program intensifikasi padi sawah (Bimas, fnmas. dan Insus). telah
berhasil mengantarkan bangsa Indonesia ke tingkat swasembada pangan p;#ia aras
151 kgfjiwa pada tahun 1984 (Asnawi, 1988: 7).

Keberhilan tersebut tu~ut

me~iurunka~i
persentase penduduk pang berada dibawah garis kemtskinan, yaitu di
desa turun dari 47.6% (1976) menjadi 22,3% (1984) dan di kota turun dari 49.7%
( 1976) menjadi

26.8 % ( 1984) (Sajogyo. 1987: 2 1-24).

Meningkatnya pendapatan atau meningkatnya perokhan prcduksi baik
barang dan jasa dikalangan sebagian besar penduduk di pedesaan paling sedikit
akan memberikan dua kemungkinan, pertama meningkatnya konsumsi barangbarang dan jasa, sedangkan yang kedua menmgkatnya

tabungan serta pembelian

barang-barang produksi yang pada gilirannya akan memperbesar investasi. Kedua
peluang tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor-faktor yang saling kait mengkait
secara rumit, baik faktor-faktor struktural, faktor nilai-nilai sosial budaya, faktor
mariajemen dan kewiraswastaan, kebijaksanaan pemerintah, faktor-faktor yang
bersifat fisik serta faktor-faktor lainnya. Berbagai pengaruh tersebut pada gilirannya dapat merigakibatkan keragaman surplus produksi dan pembentukan modal
dalam berbagai lapisan sosial serta wilayah.

Di Indonesia, di mana sebagian besar penduduknya tinggal di pedesaan,
peningkatan pendapatan masyarakat pedesaan,

bertambahnya tabungan dan inves-

tasi atau pembentukan modal merupakan pokok yang penting serta merupakan
sebagian dari tujuan pembangunan itu sendiri. Dari sudut pandang ekonomi, investasi dan pembentukan modal yang dilakukan oleh sebagian penduduk akan dapat
menggerakkan perekonomian pedesaan untuk maju. lnvestasi akan mempengaruhi
kesempatan kerja di pedesaan, serta dengan bertambahnya barang-barang modal
akan mempunyai akibat yang besar pada kesejahteraan ekonomi pada umumnya.
Disamping itu, meningkatnya investasi di pedesaan akan sejalan dengan
harapan para pengambil kebijaksanaan dan para pelaksana pembangunan di Indonesia, bahwa pembangunan rnelalui berbagai program lnpres pseda hakekatnya
merupakan langkah awal, yang pada gilirannya diharapkan akan diikuti perkembangan kemampuan petani untuk mengembangkan dirinya sendiri, serta menjadikan dukuh serta desanya sebagai pusat pertumbuhan melalui eksploami smnberdaya serta keahlian potensialnya

(Tpdronegoro S84 : 4).

Mengingat pentingnya masalah surplus produksi dan pembentukan modal d i
pedesaan, maka pengetahuan yang cukup mendalam tentang aspek tersebut dalam
kaitan dengan pembangunan di Indonesia mngatlah dibutuhkan.

Sejauh mana

korrdisi-kondisi ekonomi rnaupun sosial yang tercipta melalui pembangunan, yang
antara lain ditandai oleh penurunan

jumlah penduduk miskin, telah berhasil

menumbuhkan surplus produksi serta kemampuan ekonomi dan sosial di kalangan
penduduk di pedesaan, semi seberapa jauh faktor-faktor nilai-nilai sosial hdaya,
kekuasaan, kebijaksanaan pemerintah, cara dan proses produksi mempengaruhinya. Disamping itu, pengetahuan tentang keberhasilan pembangunan tersebut tidak
cukup kalau hanya berbenti pada besarnya surplus produksi dan penggunaannya,
namun harus diketahui pula bagaimana surplus itu dihasilkan pada berbagai kelom-

pok serta siapa atau kelompok mana yang paling mampu menyerap manfaat
pembangunan yang diupayakan.
Dengan demikian secara singkat melalui pemahaman sosiologis ingin diketahui apakah surplus produksi dan pembentukan modal telah terjadi secara nyata di
tingkat rumahtangga di pedesaan, bagaimana prosesnya serta distribusinya diantara
penduduk di pedesaan?, atau siapakah dan kelompok manakah di dalam masyarakat pedesaan yang paling mampu menyerap manfaat pembangunan itu?
Selama ini studi yang dilakukan mengenai masalah pembentukan modal,
terutama dikalangan ilmuwan sosial dapat dikatakan masih terbatas.

A.Dewey

(1969 : 230-255) misalnya. mengungkapkan tulisan tentang "Capital, Credit and

Saving in Javanese Marketing" yang membahas tentang pembentukan modal di
kalangan pedagang di kota Pare, Kediri melalui kegiatan pasar. Dari sudut pandang ekonomi pedesaan masalah ini pernah digurnuli oleh Soeharjo (1976) melalui
disertasi yang berjudul "Estimates of Eflect of the Package of Practices Program

on Capital Formation in Rice Producing Farming" yang dipertahankan di IPB.
Bogor.

Kemudian studi yang sifamya l&ih makro ditulis oleh Richard Robison

dengan judul " Indonesia :The Rise of Capital" yang membahas tentang terbentuknya modal elite ekonomi nasional di Indonesia.
Studi lain yang penting umumnya mempunyai cakupan yang lebih luas, serta
lebih menekankan pembahasan tentang sistem ekonomi pedesaan Jawa dan indonesia secara keseluruhan. Dalam literatur tersebut, dalam telaahnya tentang pembentukan modal, studi tersebut

membahas peluang terbentuk atau tidaknya surplus

produksi dan pembentukan modal dikalangan penduduk di pedesaan Jawa. Studi
tersebut terbit dalam buku "Economics and Economic Policy of Dual Socieq as

E\-eniplified by Indonesia " ( 1953) yang ditulis oleh J. H. Boeke dan "Agricltlture

involution" (1963)' yang ditulis oleh Geertz. Dua buku ini mengungkapkan bahwa
surplus produksi dan pembentukan modal di pedesaan Jawa tidak terjadi.

Ada

berbagai sebab yang menjadi alasannya. Boeke antara lain menunjuk alasannya
pada ketidak-mampuan pelaku ekonomi pribumi dalam memasuki dunia kapitalisme, sedangkan Geertz

menunjuk pada adanya mekanisme "kemiskinan berbagi"

atau shared poverty di pedesaan akibat terjadinya involusi pertanian. Sedangkan
dalam penemuan baru, terutama yang muncul setelah tahun tujuh-puluhan antara
lain Collier, (1977) mengungkapkan bahwa gejala-gejaia surplus produksi dan
pembentukan modal di pedesaan telah terjadi.

Dari segi perkembangan -perkem-

bangan teoritis inilah studi ini diletakkan. Apakah nilai-nilai tradisionil yang cenderung nenekankan konformitas diantara sesarna penduduk p a h a a n telah luntur
dan digantikan dengan nilai-nilai komersial. sehingga rumahtangga-rumahtangga
~nernpunyaipeluang u n t u k rnenurnpuk modal? Apakah proses involusi telah rerpatahkan, sehingga kemiskinan berbagi telah berhenti?

Bagaimana prosesnya dan

sejauh rnana peran kekuasaan dan kelembagaan dapat mempengaruhinya ?
Selanjutnya sebagai salah satu upaya untuk memperoleh pemahaman yang
menyeluruh dari aspek surplus produksi dan pembentukan modal di pedesaan Jawa
d ilakukan penelitian guna memperoleh gambaran dari masing-masing tipe komunitas yaitu sawah dan ladang, serta membandingkannya.

Seperti diketahui pola

pemukiman penduduk pedesaan Jawa secara garis besar dapat digolongkan dalam
dua komunitas tersebut, yaitu komunitas sawah yang umumnya terletak di wilayah
dataran rendah atau sepanjang hilir sungai, serta komunitas ladang yang umumnya
terletak di wilayah pegunungan, atau disekitar hulu sungai, sehingga gambaran

I .Tcrjcnial~a~~
dalatn haltas? i~ndorlcsiadi~erhitkanpada talltill 1976 (cotnkan pcrtaota) tlan t;Jiuti
198.3 (crtakaa krdua) oleti Pe~~erhit
Bl~rataraKarya Aksara untuk LPSP-IPB daa Yayasari O h ~ r
dcr~ganju