DAKWAH DI KOMUNITAS SINKRETIS PENGANUT AJARAN SAMIN : STUDI KASUS DI KLOPODUWUR BLORA JAWA TENGAH.

(1)

DAKWAH DI KOMUNITAS SINKRETIS PENGANUT AJARAN

SAMIN

( Studi Kasus Di Klopoduwur Blora Jawa Tengah)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Memperoleh Gelar Magister Dalam Program Komunikasi Dan Penyiaran Islam Program Pascasarjana UIN Sunan Ampel

Oleh : Sadin Subekti NIM. F07213097

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA


(2)

(3)

(4)

(5)

vii

ABSTRAK

Sadin Subekti , Januari 2016, Dakwah di Komunitas Sinkretis Penganut Ajaran Samin (Studi Kasus Di Klopoduwur Blora).

Kebudayaan di Indonesia sangat beraneka ragam, Indonesia merupakan negara kepulauan yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Keberagaman yang dimiliki, menjadikan kebudayaan yang satu dengan lainya menghasilkan pemahaman yang berbeda bagi kebudayaan lain. Masyarakat komunitas sinkretis penganut ajaran Samin, adalah salah satu yang memiliki keanekaragaman tersebut. Kelompok Samin yang dipimpin oleh Samin Surosentiko melakukan perlawanan terhadap kolonial Belanda, karena dipaksa membayar pajak, disuruh kerja paksa membangun jalan,dan tanam paksa. Selain melakukan perlawanan terhadap kolonial Belanda Masyarakat pengikut Samin juga mempunyai ajaran tentang kehidupan manusia terhadap Tuhan Yang Maha Esa,

Sumber Pendidikan Mental Agama Allah merupakan salah satu cara untuk melakukan dakwah, sehingga manusia memiliki Iman yang kokoh dan berkepribadian sempurna, Masyarakat Samin terkenal dengan kejujurannya, memiliki sikap gotong royong. Itu adalah modal yang besar bagi kehidupan manusia dan sekaligus membantu pemerintah dalam menangani kemerosotan moral. kebodohan, kemiskinan, ketakutan, keterbelakangan, dan krisis moral yang terjadi di masyarakat sebagai bentuk dakwah. Dakwah di masyarakat Samin desa Klopoduwur kabupaten Blora adalah merupakan cara untuk menggali kearifan lokal dan seberapa besar pengaruhnya terhadap para da'i melakukan pembinaan mental melalui agama Islam.

Penelitian ini berusaha mencari jawaban atas tiga pokok permasalahan utama, yaitu bagaimana penerapan ajaran-ajaran yang disampaikan para da'i dan tokoh masyarakat untuk mewujudkan dakwah sesuai kebutuhan masyarakat Samin. Kedua memberi gambaran bentuk-bentuk dakwah yang dilakukan para da'i, serta faktor pendukung dan faktor penghambat dalam berdakwah. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan pendekatan dakwah transformative. Peneliti perlu terjun langsung kelapangan untuk memperoleh data yang diperlukan. Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan langsung, wawancara, dan dokumentasi.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa dakwah yang dilakukan para da'i sangatlah tepat karena tokoh masyarakat Samin selalu mendatangkan para da'i yang paham tentang latarbelakang budaya lokal setempat.


(6)

viii

ABSTRACT

SadinSubekti, January 2016, Preachingin the Community of Syncretic Adherents of Samin Doctrine (Case Study InKlopoduwurBlora).

The cultures in Indonesia are diverse, because Indonesia is an archipelagic nation that spread from Sabang to Merauke. Diversity that owned, making culture with one another produces a different understanding for other cultures. Society of syncretic community adherents of Samindoctrine, is one that has such diversity. The group of Samin led by SaminSurosentikowas resisted to the colonial Dutch, because they are being forced to pay taxes, prompting to forced-work to build roads, and cultivation. In addition to resisted to Dutch colonial, society of Samin followers also have doctrine on human life to God Almighty,

Source of Mental Education on God Religion is one way to do preaching, so that people have a strong faith and perfect personality. Community of Saminis famous by their honesty, and has an attitude of mutual cooperation. It is a large capital for human life and also assists the government in addressing moral decline, stupidity, poverty, fear, ignorance, and moral crisis in society as a form of preaching. Preachingin the community of Saminon village of Klopoduwur district of Blora is a great way to explore the local wisdom and how great the influence to the Preachers to perform mental development through Islam religion.

This study tried to find answers to three main subject matter, these are how the application of the teachings presented by Preacherand community leaders to realize the preachingaccording to Samin community needs. Second, it gives a picture of preaching forms that conducted by Preacher, as well as the supporting factors and inhibiting factors in preaching. This research is a qualitative research with transformative preaching approach. Researcher need to go directly to field to obtain the necessary data. Data collected by direct observation, interviews, and documentation.

This study concluded that the preaching that conducted by Preachers are appropriatedbecause the leaders of Samin community always bring the Preachers who know about the background of local culture.


(7)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

COVER DALAM………..…….……….….i

PERNYATAAN KEASLIAN……….……….…ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING………….….……….……iii

PENGESAHAN TEAM PENGUJI………….……….iv

PEDOMAN TRANSLITERASI……….……….….v

MOTTO………..……….……….…vi

ABSTRACT………...……….…vii

KATA PENGANTAR……….……….…ix

DAFTAR ISI………..………..………xi

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang………..……….…1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah ……….… 12

C. Rumusan Masalah …………...………. 13

D. Tujuan Penelitian ……….………. 13

E. Kegunaan Penelitian ……….14

F. Penelitian Terdahulu ………14

G. Sistematika Pembahasan ………16

BAB II : KAJIAN PUSTAKA A. Dakwah ………18

1. Pengertian Dakwah………18

B. Macam-Macam Dakwah………..19

a. Dakwah bi al-Lisan ………...19


(8)

xii

c. Dakwah bi al-Qalam ……….19

C. Ajaran Samin……… 20

D. Komunitas Sinkretis Penganut Ajaran Samin ………. 20

E. Strategi Dakwah ………..…23

F. Strategi Dakwah Pada Masyarakat Sinkretis ……… 27

BAB III : METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian………33

B. Lokasi Penelitian ………35

C. Obyek Penelitian ………. 36

D. Sumber Data………..36

E. Metode Pengumpulan Data………37

a.Observasi……….37

b. Wawancara………38

c.Dokumentasi ………..39

D.Analisa Data ……….40

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Penganut Penganut Ajaran Samin ………...42

1. Keadaan Geografis dan Demografis Desa Klopoduwur…….………42

2. Letak Geografis ………...…………..………43

3. Keadaan Demografis ……….47

4. Keadaan Sosial ……….. . ………49

5. Keadaan Sosial Budaya………...53

6. Keadaan Sosial Keagamaan………57

7. Kondisi Sosial Politik ………63

8. Keadaan Sosial Pendidikan ………67

9. Perubahan Sosial…...….………68


(9)

xiii

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan..………..70

1. Strategi Dakwah Para Da'i di Komunitas Samin…………..………...70

a. Perbanyak Sarana Ibadah………75

b. Adanya Penceramah………...75

c. Berdakwah Meningkatkan Ekonomi………..76

d. Sarana Ibadah……….76

e. Berdayakan Ekonomi……….…….81

f. Peran Kyai dalam Dakwah dan Organisasi Islam….………….….84

g. Organisasi Islam (Muslimat NU)..………..…………...86

2. Respon Komunitas Penganut Ajaran Samin ………....87

3. Faktor Pendukung dan Penghambat ……….…89

C. Pembahasan a. Faktor Pemahaman agama ...91

b. Faktor Sejarah...92

c. Faktor Ekonomi...92

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan………....………..………94

B. Saran ……….………...………96

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN


(10)

xiv

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masyarakat Indonesia khususnya pulau Jawa, telah mengembangkan sebuah budaya literer dan religius yang canggih serta di perintah kaum elit yang berpikiran cukup maju jauh sebelum Islam tercatat muncul untuk pertama kalinya dalam masyarakat Jawa pada abad ke 14. Peradaban yang lebih tua ini diilhami gagasan-gagasan Hindu serta Budhis dan meninggalkan beragam warisan dalam rupa seni, arsitektur, literatur, dan pemikiran yang hingga kini masih membuat, baik masyarakat jawa sendiri maupun kalangan luar, terpesona.1

Sebelum abad 14 para penyebar agama Islam sampai ke Jawa dan terdapat orang Jawa yang masuk Islam, tapi yang perlu diketahui bahwa bukti pertama dari kaum Muslim Jawa adalah penemuan beberapa nisan yang mulai tahun 1368 M. Nisan-nisan tersebut menjadi semacam catatan kematian orang-orang Jawa yang berasal dari kalangan bangsawan, anggota keluarga kerajaan, kerabat dekat istana raja Majapahit di Jawa Timur yang di perintah kaum Hindu dan Budha, pada masa kejayaannya, yang memeluk agama Islam.2

Menurut para ahli pulau Jawa bagian pesisir utara, banyak bukti-bukti tentang sejarah Islam masuk ke Jawa sebelum abad ke 13, seperti makamnya Siti

1

M.C. Ricklefs, Mengislamkan Jawa, Sejarah Islamisasi, (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2013), hal. 29

2


(11)

xv

Fatimah binti Maimun bin Hibbatullah wafat pada tahun 495 H / 1102 M3. Syeikh Maulana Malik Ibrahim wafat pada tahun 12 Rabiul Awwal 822 H./8 april 1419 M di Gresik,4 Sementara agama Islam masuk ke Kabupaten Blora melalui Adipati Haryo Penangsang, di daerah Jipang Kecamatan Cepu Kabupaten Blora, yang di bimbing langsung/ maupun tidak langsung oleh Sunan Kudus.

Kabupaten Blora merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang letaknya berada di sebelah timur kota Semarang, jarak tempuh dari kota Semarang ke Kabupaten Blora kurang lebih 127 kilometer, apabila ditempuh dari kota Bojonegoro Jawa Timur kurang lebih 40 kilometer, sekaligus berbatasan langsung dengan Jawa Timur khususnya kabupaten Bojonegoro5. Wilayah Kabupaten Blora terdiri dari dataran rendah dan perbukitan dengan ketinggian 200-280 meter diatas permukaan laut. Bagian utara merupakan kawasan perbukitan, bagian yang tak terpisahkan dari pegunungan kapur di bagian utara. Bagian selatan juga berupa perbukitan kapur yang merupakan bagian dari pegunungan kendeng yang membentang dari bagian timur Semarang hingga kabupaten Lamongan Jawa Timur.6

3

Maman Abdul Daliel dan Sayid Husein Al-Murtadho, Keteladanan dan Perjuangan Wali Songo dalam menyiarkan agama Islam di Tanah Jawa, (Bandung : CV. Pustaka Setia, 2012), hal. 20

4

Ibid. , hal. 48

5

Atlas Global Indonesia Dunia, hal.30

6


(12)

xvi

Kabupaten Blora terdiri dari perbukitan dan pegunungan dan separuh dari wilayah Blora adalah hutan jati yang sangat berkualitas dan terbaik di Indonesia,7 terutama dibagian timur, utara, dan selatan. Dataran rendah dibagian tengah umumnya merupakan areal persawahan dan juga ladang yang menjadi pekerjaan masyarakat Kabupaten Blora. Sebagian besar wilayah Kabupaten Blora merupakan daerah krisis air, baik untuk air minum maupun untuk irigasi pada musim kemarau.8

Krisis air biasa melanda daerah pegunungan kapur, sementara pada musim banjir rawan tanah longsor. Kabupaten Blora yang beribukota di Blora serta memiliki luas wilayah 840. 380 Km persegi dan jumlah penduduk pada th. 2010, sebesar 2.623 jiwa, dan 16 Kecamatan, 294 Desa,9 juga terkenal dengan perang antara Adipati Haryo Penangsang yaitu Adipati di Jipang Panolan sekitar Kecamatan Cepu Kabupaten Blora dengan Danang Sutowijoyo dari Pajang (Sukoharjo).

Di samping terkenal dengan hutan jatinya, terkenal dengan tayub, seperti di Kecamatan Jepon, juga kesenian ketoprak, yang terkenal adalah kesenian ketoprak di kelurahan Pulo dan ketoprak dari Dusun Thengklik Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora.10 Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat

7

Giyarto, Selayang Pandang Jawa Tengah, dan R. Priyo Sanyoto, Brigadir Jenderal TNI AD (Purnawirawan) Pemerhati budaya kejawen, Samin, (Semarang gigihpustakamandiri,2014), hal. xxvii

8

Wawancara dengan Diana Utami Kepala Desa Klopoduwur Kabupaten Blora

9“tp:Global Atlas, Indonesia-Dunia, tt. “t.th.” hal. 31. 10


(13)

xvii

Kabupaten Blora adalah pekerja keras terutama dalam soal bertani/bercocok tanam dan berladang di sawah atau di kebun. Dalam kehidupan sehari-hari ada komunitas masyarakat yang unik yaitu di Kecamatan Randublatung, Kecamatan Menden, Desa Klopoduwur Kecamatan Banjarejo, Kecamatan Cepu dan lainnya, semuanya masuk wilayah Kabupaten Blora yaitu tentang mayarakat Samin atau pengikut saminisme (sedulur sikep). Komunitas pengikut ajaran Samin ini sampai di beberapa Kabupaten seperti di Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Pati, Kabupaten Grobogan, Kabupaten Jepara, serta Kabupaten Kudus.11

Komunitas pengikut ajaran Samin adalah kelompok masyarakat yang menganut ajaran Saminisme. Ajaran Saminisme muncul akibat atau reaksi terhadap pemerintah kolonial Belanda yang sewenang-wenang terhadap orang-orang pribumi.12 Perlawanan yang dilakukan tidak secara fisik/ perlawanan dengan kekerasan tetapi dengan cara melakukan penentangan terhadap segala peraturan dan kewajiban yang harus dilakukan rakyat terhadap Belanda atau pemerintah dalam negeri, seperti misalnya dengan tidak membayar pajak.

Kemudian dalam perlawanan tersebut komunitas Saminisme membuat aturan-aturan tersendiri, adat istiadat serta memiliki kebiasaan tersendiri dalam kehidupan sehari-hari. Kelompok ini di pelopori dan sekaligus pendiri Saminisme yaitu Samin Surosentiko.13 Ada yang menyebut Samin Surontiko, atau Raden

11 Anis Sholeh Ba’asyin dan Muhammad Anis Ba’asyin, Samin Mitisisme Petani di Tengah Pergolakan, (Semarang : Gigihpustaka Mandiri 2014), hal.146

12

Mustofa Bisri, disampaikan dalam buku , Samin, (Semarang : Gigihpustaka Mandiri 2014), hal. xix

13


(14)

xviii

Kohar. Tokoh ini lahir di Dusun Ploso Kelurahan Kediren Kecamatan Randublatung, Kabupaten Blora pada tahun 1859 M, anak dari Raden Surowijoyo, nama kecil Raden Surowijoyo adalah Surosentiko atau Suratmoko yang juga di sebut Raden Aryo atau juga di sebut Samin sepuh. Samin Surosentiko sendiri anak kedua dari lima bersaudara yang kesemuanya adalah laki-laki, sehingga masyarakat sekitarnya menyebut pandawa lima, nama tokoh dalam dunia pewayangan.14 Karena anak kedua , maka menurut tradisi lisan, seperti di kutip dr. Cipto,15 oleh penduduk setempat Samin di identikan dengan werkudoro atau Bima di dalam Dunia pewayangan.

Komunitas pengikut ajaran Samin memiliki sifat yang kurang bagus bagi pemerintah kolonial Belanda maupun penguasa pribumi yaitu : orang samin identik dengan bodoh yang tidak berbudaya dan harus di jahui.16 Teapi justru komunitas Samin (Sedulur sikep)17 memiliki strategi dalam rangka melawan kesewenang-wenangan kolonial Belanda yaitu dengan cara yang berbeda, Dia tidak melawan dengan memberontak tapi dengan cara membangkang, tidak mentaati aturan-aturan yang mereka anggap merugikan diri mereka.18 Yang lebih menarik adalah cara pembangkangan itu yang aneh, mereka

14 Anis Sholeh Ba’asyin dan Muhammad Anis Ba’asyin, Samin Mistisisme Petani di tengah Pergolakan, (Semarang : Gigih pustaka mandiri, 2014), hal.124

15

Harry J. Benda Lance Casles, op cit, halaman 210 dikutip dari Anis Sholeh Ba’sayain, Samin Misistisme Petanidi Tengah Pergolakan, (Semarang :Gigihpustakamandiri 2014), halaman, 123

16Ganjar Pranowo, disampaikan dalam buku Anis Sholeh Ba’syain, Samin,

(Semarang : Gigih pustaka mandiri 2014), hal. Xi.

17

Giyarto, Selayang Pandang Jawa Tengah, (Klaten : Intan Pariwara,2008), halaman,31

18Mustofa Bisri, di sampaikan dalam buku Anis Sholeh Ba’asyin dan Muhammad Anis Ba’asyin,


(15)

xix

mengembangkan nalar yang unik, yang membuat apa yang mereka lakukan tidak serta merta bisa di anggap sebagai kesalahan. Caranya dengan membelokan jawaban sedemikianrupa sehingga tujuan pertanyaan tidak tercapai. Artinya, mereka menjawab tetapi sekaligus “tidak menjawab”.19

Pola yang demikian bagi orang awam dianggap Samin itu bodoh tidak berbudaya, tidak tahu aturan dan lain sebagainya, padahal itu perlawanan yang sangat elok, bahkan itu juga di lakukan Nabi Ibrahim, as. ketika ditanya penguasa lalim mengenai istrinya, beliau menjawab, “ Dia adalah saudaraaku”. Maksud Nabi Ibrahim adalah, saudara sesama anak Nabi Adam, as.20

Pada dasarnya pengikut ajaran Samin adalah masyarakat sebagaimana masyarakat yang lainnya yaitu sebagai petani yang lugu, jujur dan bersikap apa adanya, bukan hanya kepada sesama manusia saja, tetapi dengan Alam semesta tempat mereka hidup juga ramah. Pengikut ajaran Samin menjujung tinggi nilai-nilai tersebut,21 Ini juga berlaku untuk masyarakat komunitas pengikut ajaran Samin yang ada di Kabupaten Blora Propinsi Jawa Tengah yang menganut sistem tata nilai yang berlaku di masyarakat tersebut, baik cara bergaul, bersosial, berinteraksi, berdagang, berorganisasi, berladang ke kebun, ke sawah maupun ke hutan, dan mengedepankan sikap jujur, pekerja keras tidak mengenal putus asa, sebagaimana orang-orang di wilayah Propinsi Jawa Tengah.

19

Ibid,. Hal. xx

20

Ibid,. Hal. xx

21


(16)

xx

Setiap manusia apapun latar belakangnya, pasti memiliki potensi budaya yang baik dan yang buruk didalam dirinya. Untuk potensi budaya yang buruk, tentu harus di kurangi atau diperkecil bahkan kalau bisa dihilangkan sama sekali, seperti budaya mengambil milik orang, suka berbohong dan lain-lain. Sementara budaya yang baik adalah budaya yang mencerminkan dan sekaligus meningkatkan nilai tambah untuk dirinya maupun nilai tambah untuk orang lain. Tapi kalau mereka tampak aneh itu buka kandungan nilai luhur yang sudah luntur pada komunitas masyarakat Samin, melainkan strategi dalam kontek melawan penjajah kolonial Belanda, yang di anggap merugikan kaum pribumi.22

Dalam pergaulan sehari-hari komunitas samin terikat dalam berbagai sistem dan nilai. Sisitem dapat diartikan sebagai aturan atau norma yang disepakati bersama, baik tertulis ataupun tidak tertulis. Sistem ini didasarkan pada bahasa, struktur sosial, dan kekerabatan.

Tiap-tiap sistem nilai mengatur antara yang baik dan yang buruk atau yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan. Sistem nilai inilah yang mewarnai kehidupan komunitas penganut ajaran Samin. Ini berlaku juga pada siapapun yang mengikuti ajaran Samin yang ada di Kabupaten Blora yang selalu melakukan kegiatan yang bersifat gotong-royong, atau bekerjasama tanpa pamrih, seperti mendirikan rumah, bercocok tanam, melakukan pernikahan, ketika tetangganya mengalami kesulitan, maka banyak yang mendatangi

22

R. Priyo Santoso Brigadir Jenderal TNI AD ( Purnawirawan ) Pemerhati Budaya Kejawen disampaikan dalam buku Anis Sholeh Ba’asyin dan Muhammad AnisBa’asyin, Samin Misistisme Petani ditengah Pergolakan, (Semarang : Gigihpustaka Mandiri 2014), hal. xxvii


(17)

xxi

membantu baik secara materiel maupun sprituil, tanpa dikomando. Itu adalah nilai-nilai budaya kebaikan yang ada pada masyarakat suku samin, hingga sekarang ini. Namun akibat tergerus perkembangan zaman, dan perkembangan tekhnologi yang makin maju, budaya ini mulai luntur.

Meskipun demikian aktivitas/kegiatan-kegiatan kebaikan yang dilakukan masyarakat samin ini bukanlah didapat dari satu sumber, ajaran agama, tetapi diperoleh dari berbagai ajaran agama, seperti ada yang diperoleh dari agama Islam, seperti yasinan tahlilan,dari agama Hindu dan Budha, seperti pasang sesaji (sesajen) di atas tiang rumah, serta kebiasaan-kebiasaan yang berlaku pada masyarakat penganut ajaran Samin itu sendiri. Sebagian para ahli mengatakan bahwa Samin merupakan komunitas budaya. Dalam persepektif spiritualisme jawa, Samin nyaris tidak pernah diakui, sebagai aliran kebatinan, kedua berbeda dengan aliran kebatinan (kejawen) yang lainya menitik-beratkan pada mental, ruhani, budi pekerti dan sikap perilaku penganutnya, komunitas samin justru telah melakukan gerakan sosial secara nyata.23

Pada awalnya gerakan Samin ini adalah gerakan untuk melawan penguasa pribumi dan penjajah Belanda khususnya di wilayah Kabupaten Blora persisnya di Kecamatan Randublatung, pada tahun 1870 saat itu Belanda dengan seenaknya mematok tanah-tanah desa untuk memperluas Samin yang dipimpin oleh Samin Surosentiko (1859). Perlawananya tidak dengan cara adu fisik (angkat senjata) dengan Belanda, tetapi dengan cara tidak mau melaksanakan peraturan yang

23


(18)

xxii

dibuat oleh Belanda, seperti kewajiban membayar pajak. Pasca gerakan Saminisme yaitu perlawanan terhadap Belanda yang mematok tanah wilayah hutan milik masyarakat penganut ajaran Samin maka, gerakan ini terus memperoleh pengikut yang terus bertambah, sehingga pada tahun 1890 mulai dari Ploso Kediren, kemudian Klopoduwur Kab. Blora. Makin banyak.24 Pada awalnyapun Belanda mengenggap ini adalah gerakan aliran kebatinan biasa, sebagaimana banyaknya aliran-aliran yang ada di Jawa, tetapi mereka terkejut setelah tahun 1903 Residen Rembang melaporkan pengikut Samin mencapai 722 orang tersebar di 34 desa dibagian selatan Kabupaten Blora dan Kabupaten Bojonegoro, 4 tahun berikutnya 1907 pengikutnya mencapai 5000 orang. Saat itulah Belanda mulai menangkapi pengikut samin surosentiko dan dimasukkan dalam penjara. Pada tanggal 08 November 1907 Samin diangkat pengikutnya sebagai Ratu adil, dengan gelar Prabu Panembahan suryongalam.

pada 40 hari setelah di angkat menjadi ratu adil, Samin Suryosentiko bersama 8 orang pengikutnya ditangkap oleh asisten wedana Randublatung R. Pranolo, Samin dibuang ke Sawahlunto (Sumatera Barat) dan meninggal dalam pengasingan pada tahun 1914. Namun menurut pandangan orang samin (pengikut samin) Dia tidak mati, tetapi moksa, dan menjadi penghuni kaswargan (surga).25

Disamping meyakini ajaran-ajaran yang lain, maka sehari-hari orang Samin meyakini tiga ajaran yang bersifat lisan yaitu : Disamping ada tiga ajaran

24

Ibid. , Hal. 163

25


(19)

xxiii

tersebut diatas maka yang menjadi sandaran adalah agama sebagai pegangan hidup/senjata hidup.26 Paham masyarakat suku samin tidak membeda-bedakan agama.

Oleh karena itu komunitas pengikut ajaran Samin tidak mengingkari atau membenci agama apapun yang terpenting adalah tabiatnya, yaitu jangan mengganggu orang, jangan bertengkar ,jangan suka sakit iri hati, dan jangan suka mengambil barang milik orang, bersikap sabar dan jangan sombong, manusia hidup harus memahami hidupnya, sebab roh hanya satu dan dibawa abadi selamanya, roh orang yang meninggal tidaklah hilang (musnah), melainkan ibarat menanggalkan pakaiannya belaka. Berbicara harus jujur, kemudian harus menjaga mulut dari perkataan-perkataan yang tidak baik, dan saling menghormati, dan itulah ajaran Samin (sedulur sikep) yang diambil dari ajaran nenek moyangnya juga dari agama Hindu Budha, serta dari tentu dari Islam sendiri. Ajaran samin (sedulur sikep) juga berhubungan dengan kepercayaan pada syiwa Budha, namun juga muncul ajaran Tasawwuf Islam dari Syekh Siti Jenar yang dikembangkan oleh Ki Ageng Pengging pada masa kerajaan Demak.27

Dalam upacara tradisi di pada komunitas Samin, antara lain nyadran,

(bersih desa), selamatan di sekitar sumur-sumur yang di anggap memberi sumber

air kehidupan, kemudian selamatan kehamilan, kelahiran, khitanan,

26

Ibid . , Hal. 164

27


(20)

xxiv

perkawinan,dan kematian ketika berdoa selalu menggunakan bahasa jawa dan bahasa Arab.

Bahasa yang dipakai sehari-hari adalah bahasa campuran, bahasa kawi kasar, dialek setempat, dan bahasa jawa ngoko (bahasa jawa kasar). Bagi orang samin (sedulur sikep) menghormati orang lain tidak di lihat dari bahasa yang di gunakan, tapi sikap yang di tunjukkan hal yang paling mendasar. Orang Samin memiliki kepribadian yang polos, jujur, hal ini bisa dilihat apabila ada tamu yang datang ke rumahnya, mereka selalu menyuguhkan semua makanan yang ada, dan tidak ada yang disimpannya.

Kemudian pengetahuan tentang nilai-nilai perkawinan adalah unik, mereka menganggap bahwa perkawinan dapat belajar ilmu kasunyatan (kenyataan hidup) yang menekankan pada aspek kemanusiaannya, rasa sosialnya, kekeluargaan dan tanggung–jawab.28 Masyarakat samin juga lebih suka disebut sebagai (sedulur sikep) yaitu orang yang memiliki sikap yang jujur, yang memiliki kepribadian baik dan polos apa adanya, sementara orang di luar kelompok samin menganggap bahwa orang samin itu bodho, karena orang Samin tidak sekolah, yang tidak mengetahui ilmu pengetahuan yang modern.

Fenomena dakwah komunitas penganut ajaran Samin adalah ketika melakukan ajakan (dakwah) untuk hidup sesuai ajaran agama Islam, sementara masyarakat sudah terlanjur meyakini suatu keyakinan tradisi yang berasal dari

28Ibid. , Anis Sholeh Ba’asyin serta Muhammad Anis Ba’asyin, Samin,

(Semarang : Gigihpustaka Mandiri 2014),hal. 167


(21)

xxv

selain agama Islam, tentu ini memerlukan suatu strategi berdakwah sekaligus tata cara penerapnnya dalam masyarakat Samin. Disisi lain masyarakat Samin adalah masyarakat pejuang dalam membela tempat tinggalnya yang dirampas oleh kolonial Belanda, dan membela segala sesuatu yang diyakininya itu benar, termasuk dalam berbudaya dan beragama.

Hal ini menjadi sangat menarik ketika melakukan suatu penelitian, dalam rangka untuk memperoleh informasi yang lebih ditail, sesuai fakta dilapangan, berkaitan dengan masyarakat yang masih menganut kepercayaan (sinkretisme) dari aspek nilai-nilai agama Islam, kemudian nilai-nilai dari agama yang lainnya, menjadi nilai akulturasi (percampuran dari berbagai agama, dan kepercayaan serta budaya setempat) yang ada dalam komunitas masyarakat Samin (sedulur sikep), dilihat dari bahasa yang digunakan, tapi dari sikap dan perbuatan yang ditunjukkan.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

Penelitian ini akan dibatasi pada kajian tentang para da’i / Ustadz yang melakukan ceramah agama pada pengikut Samin, yang ada di Kabupaten Blora, yaitu di Desa Klopoduwur, Kecamatan Banjarejo, dan sekitarnya maupun yang ada diwilayah lainnya. Oleh karena itu peneliti memfokuskan aspek pengikut samin yang melakukan aktifitas dakwah agama, melalui aktifitas sosial, aktifitas budaya, dan lainnya. Ini menarik karena mayoritas pengikut samin sekarang ini adalah beragama Islam secara KTP, namun juga belum maksimal menjalankan


(22)

xxvi

agamanya. Kalaupun ada yang menjalankan agamanya masih bersifat mencampur-adukkan dengan agama lain (sinkretisme).

Ada juga pengikut samin saat ini, yang menjadi tokoh agama Islam (ustadz), sekaligus pegawai Negeri dipemerintahan. Ini sangat menarik sesuai dengan jurusan peneliti yaitu jurusan KPI, tentang dakwah.

C. Rumusan Masalah

Berpijak dari uraian pada latar belakang serta identifikasi dan batasan masalah tersebut di atas, maka yang perlu diangkat dalam ilmu komunikasi Islam ( dakwah) pada komunitas masyarakat samin ini, adalah sebagaimana berikut ini :

1. Bagaimanakah strategi dakwah yang dilakukan para da'i dalam berdakwah di komunitas sinkretis penganut ajaran Samin?

2. Bagaimanakah respon komunitas sinkretis penganut ajaran Samin terhadap proses dakwah di Desa Klopoduwur?

3. Apa faktor-faktor pendukung & penghambat proses dakwah di komunitas penganut ajaran Samin?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah dalam rangka untuk mengetahui permasalahan sebagaimana berikut :

1. Untuk mengetahui strategi dakwah yang dilakukan para da'i dan tokoh masyarakat sesuai sasaran dan kebutuhan di komunitas masyarakat penganut ajaran Samin.


(23)

xxvii

2. Untuk mengetahui respon komunitas sinkretis penganut ajaran Samin terhadap proses dakwah di Desa Klopoduwur.

3. Untuk mengetahui secara obyektif faktor apa saja sebagai penghambat

pelaksanaan dakwah, dan faktor-faktor apa saja sebagai pendukung

pelaksanaan dakwah pada masyarakat komunitas penganut ajaran Samin. E. Kegunaan Penelitian

1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan dan manfaat, sebagaimana berikut: Meninjau ulang tentang pendapat para penulis dan juga sebagian masyarakat pada umumnya yang mengatakan bahwa samin itu bodo, menjengkelkan dan tidak taat peraturan29 serta berlaku seenaknya sendiri. 2. Secara Praktis

Secara praktisi, bisa di harapkan menjadi rujukan bagi para pengkaji maupun penulis, budaya-budaya serta kearifan lokal yang ada di daerah-daerah di seluruh pelosok Indonesia ini, dan sekaligus bentuk kepedulian terhadap nilai-nilai kebaikan yang ada di Bumi pertiwi ini.

F. Penelitian Terdahulu

29Anis Sholeh Ba’syain dan Muhammad Anis Ba’syain, Samin Mistisisme Petani di tengah Pergolakan, (Semarang : Gigihpustaka Mandiri 2014),hal.


(24)

xxviii

Mengurai penelitian terdahulu maka menemukan beberapa buah buku yang sangat sesuai dengan kajian di lapangan dan kesesuaian buku-buku yang telah mengurai tentang komunitas masyarakat Samin sebagaimana berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh saudara Ahmad Chamzawi Umar, tentang Perubahan dan perilaku Sosial, yaitu menekankan pada perilaku Sosial maupun perubahan identitas pada komunitas Sinkretis Penganut ajaran Samin. Perubahan perilaku sosial terjadi pada upacara perkawinan, kematian serta perubahan dalam pemahaman terhadap agama. Penelitian ini berupaya untuk memberikan jawaban yaitu:

a. Perubahan perilaku sosial bagi masyarakat sinkretis penganut ajaran Samin di Desa Klopoduwur Kab. Blora, dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Peneliti memberikan contoh tentang perubahan sosial seperti tata cara perkawinan, tata cara kematian dan paham terhadap keagamaan dan keyakinan, serta ketaatannya membayar pajak.

b. Perubahan sosial dalam hal identitas, bagi penganut sinkretis ajaran Samin di Klopoduwur, sudah tidak mau lagi disebut wong Samin dalam konotasi jelek yaitu wong Samin itu bodho, maka identitasnya dirubah menjadi orang yang punya sikap (sedulur sikep).

2. Penelitian yang dilakukaan oleh Suhajis mahasiswa Pascasarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya tahun 2012 tentang "Kontruksi Pesan Dakwah Bi Al-Qalam Melalui SMS Oleh Yayasan Al-Jihad Surabaya". (Kajian Teori Produksi Pesan). Penelitian yang memfokuskan pada kontruksi pesan dakwah melalui


(25)

xxix

pesan SMS pada pendengarnya yang belum bisa hadir ketika ada pengajian di Yayasan al-Jihad Surabaya. Maka berikutnya adalah untuk mengetahui ideologi di balik wacana relitas sosial yang di presentasikan dalam SMS al-Jihad Surabaya. Penelitian ini berupa memberikan jawaban kepada masyarakat yang memiliki kesibukan dan khususnya yang tidak bisa mengikuti secara langsung tiap ada pengajian di Yayasan al-Jihad Surabaya. Maka seseorang untuk belajar agama tidak harus ada pada satu tempat, dimanapun berada pesan dakwah pasti tersampaikan juga, melalui pesan dakwah bi al-Qalam dengan pesan SMS pada Yayasan al-Jihad. Peneliti memberikan contoh tentang tanya jawab masalah hukum agama Islam, tentang Shalat, tentang puasa, tentang shodakoh, tentang haji dan lain-lain.

G. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah pembahasan dalam tesis ini, peneliti membagi lima bab yakni :

Bab I merupakan pendahuluan, yang mencakup latar belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, penelitian terdahulu, dan sistematika pembahasan.

Bab II menguraikan kajian pustaka dengan bahasan pengertian komunitas penganut ajaran samin

Bab III, Metode Penelitian, mencakup pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, dan sumber data.


(26)

xxx

Bab IV, Hasil Penelitian dan Pembahasan yang terdiri geografis, demografis, sosial budaya penganut ajaran Samin Kota Blora, peran kyai dalam dakwah, peran ormas, respon komunitas sinkretis penganut ajaran Samin, faktor pendukung dan penghambat dakwah di komunitas sinkretis,


(27)

xxxi

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Dakwah

1. Pengertian Dakwah

Ditinjau dari etimologi atau bahasa, kata dakwah berasal dari bahasa 'Arab yakni da'a yad'u, atau dakwah dalam bentuk isim masdar dari du'aa yang keduanya mempunyai arti sama yaitu ajakan, seruan atau panggilan. Asal kata du'aa bisa diartikan bermacam-macam, tergantung kepada pemakainya dalam kalimat. Misalnya:

du'a dapat diartikan memanggil atau menyeru dia. Du'an lahu dengan arti mendoa'kan dia atau baginya.

Sedangkan menurut terminologi atau istilah ada beberapa pengertian, dakwah adalah mengandung upaya menyebarluaskan

kebenaran dan mengajak orang lain untuk mempercayainya.30

Sedangkan menurut Kustadi Suhandang, dakwah adalah bahwa manusia diseru untuk mendakwahi orang lain untuk berbuat kebajikan melakukan amar makruf nahi munkar berupa kontrol sosial.31

Secara umum dakwah adalah mengajak atau menyeru kepada ajakan atau seruan kepada yang lebih baik.32

30

Mahmuddin, Manaemen dakwah Rasulullah, (Jakarta,Restu Ilahi,2004),hal. 6

31

Kustadi Suhandang,,Ilmu Dakwah, (Bandung, Remaja Rosdakarya 2013),hal.10

32


(28)

xxxii

Begitu juga didalam al-Qur'an, yang artinya, Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalanNya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapatkan petunjuk.33

2. Macam-Macam Dakwah

Dakwah Islam dapat dikategorikan tiga macam 34yaitu:

a. Dakwah Bi al-lisan

Dakwah bi al-lisan adalah dakwah yang dilaksanakan melalui lisan, antara lain ceramah, khutbah, diskusi, metode ini sering digunakan para da'i dan tokoh agama Islam dan lain-lain.

b. Dakwah bi al-Hal

Dakwah bi al-Hal yaitu dakwah dengan perbuatan nyata yang meliputi keteladanan, contohnya melakukan donor darah untuk kemanusiaan, mengumpulkan dana untuk korban musibah gunung meletus dan lain-lain.

c. Dakwah bi al-Qalam

Dakwah bi al-Qalam adalah dakwah melalui tulisan yang dilakukan dengan cara menulis baik diinternet maupun disurat kabar, seperti Jawa Pos, Surya, Kompas, Media Indonesia, Duta Masyarakat dan lain-lain.Dakwah model ini jangkaunnya sangat luas. Kemudian diinternet juga jangkauannya sangat lauas dan bisa didengarkan keseluruh penjuru Dunia.

33

Lihat an-Nahl :125

34

Syamsul Munir Amin, Tajdid al-fikrah fi al Da'wah al Islamiyah,Makalah bahasa Arab dalam perkuliahan Dakwah, Wonosobo:Al Jami'li Ulum Al qur'an Jawa Al Wustho,17 Ramadhan 1424/2003 M.2-3


(29)

xxxiii

3. Ajaran Samin

Ajaran Samin atau disebut pergerakan Samin adalah salah satu suku yang ada di Indonesia. Masyarakat ini adalah keturunan para pengikut Samin Surosentiko yang mengajarkan sedulur sikep, dimana mereka mengobarkan semangat perlawanan terhadap Belanda dalam bentuk lain diluar kekerasan.35 Sedangkan menurut Ganjar Pranowo, mengatakan bahwa gerakan Samin merupakan gerakan politik melawan penguasa kolonial Belanda dengan menggunakan dengan menggunakan kearifan lokal yang mudah dipahami dan nyaman diterapkan bagi para pengikutnya, seningga gerakan politik tersebut berkembang dengan cepat dan mengancam eksistensi penguasa kolonial36.

Kalau kita perhatikan bahwa apa yang diperjuangkan oleh Samin Surosentiko dan para pengikutnya adalah salah satu kelompok yang juga melakukan penolakan terhadap penjajah Negara Indonesia, hampir sama dengan gerakan-gerakan yang lain di Indonesia, seperti gerakan Pangeran Diponegoro bersama pengikutnya, para tokoh –tokoh di Indonesia yang lainnya, hanya saja mungkin yang membedakan adalah bahwa gerakan Samin Surosentiko dan para pengikutnya, menggunakan strategi yang lebih sederhana, lebih mudah dipraktekan, tidak melakukan dengan

35

Wikipedia bahasa Indonesia, 14-10-2015

36

Ganjar Pranono,Gubernur Jawa Tengah, disampaikan di Buku Anis sholeh Ba'asyin dan Muhammad anis Ba'asyin, Samin mistisisme Petani ditengah Pergolakan, (Semarang: Gigih Pustaka Mandiri,2014), hal. xi


(30)

xxxiv

kekerasan secara fisik, dan lebih cenderung dengan cara tidak mentaati aturan yang dianggap merugikan diri mereka, seperti tidak mau ditarik pajak, dan lain-lain. Namun yang lebih menarik adalah ketika melakukan

pembangkangan, terhadap apa yang dianggap benar, mereka

menggunakan bahasa yang sangat unik, sehingga tidak bisa dikatakan itu adalah sebuah kesalahan37

4. Komunitas Sinkretis Penganut Ajaran Samin

Didalam kamus Inggris – Indonesia komunitas berasal dari community artinya golongan, pergaulan, masyarakat, ummat.38 Sedangkan kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) yang dimaksud, sinkkretis adalah mencari penyesuaian atau (keseimbangan) antara dua aliran agama dsb.39

Sedangkan menurut Prof. David Fernando Siagian, sinkretisme adalah suatu proses perpaduan dari beberapa paham-paham atau aliran-aliran agama atau kepercayaan.40

Masyarakat penganut ajaran Samin di Klopoduwur adalah masyarakat sebagaimana masyarakat di Pedesaan pada umumnya, yang selalu menjujung dan mengedepankan nilai-nilai kejujuran, bekerja keras saling tolong menolong antar warga setempat, dan itu adalah merupakan bagian ajaran yang tak terpisahkan dari masyarakat pengikut Samin, menggali

37

Mustafa Bisri (Gus Mus), simapaikan dalam buku, Anis Sholeh Ba'asyin dan Muhammad Anis Ba'asyin, Samin Mistisisme Petani ditengah Pergolakan, ( Semarang: Gigih Pustaka mandiri,2014), hal. xx

38

E. Pino T.wittermans, Kamus Inggris – Indonesia,(Jakarta:PT Pradnya Paramita,1980),hal.78

39

http:kbbi.web.id/sinkkretis,tgl.13/8/2015

40


(31)

xxxv

nilai-nilai lama yang baik, dan menerima nilai-nilai yang baru yang lebih baik lagi.41

Dalam kehidupan di alam dunia ini semua adalah saudara – saudara manusia, termasuk tumbuh-tumbuhan, hewan, bahkan syetanpun saudara manusia, akan tetapi syetan adalah saudara yang membangkang kepada Allah swt.42

Dikarenakan semua itu saudara, maka terciptalah suatu kehidupan yang harmoni, antara sesama makhluk Allah swt, dengan sang Pencipta alam seisinya ini. Bagi pengikut Samin pergi kemanapun mereka tidak takut walaupun pada malam hari ditengah hutan yang tidak ada lampunya sama sekali, karena mereka menganggap apa yang ada disekitarnya adalah saudara (sedulur).

Bagi pengikut Samin tidak ada istilah pada suatu tempat itu angker misalnya atau mitos misalnya, jangan lewat disitu karena disitu ada penunggunya nanti akan mengalami kecelakaan. Dan apabila itu dianggap benar karena angker ada penunggunya, tapi yang ada disitu adalah dianggap saudara, sehingga tidak mungkin mengganggu, kecuali mereka melakukan sesuatu yang memang dilarang tetapi dilanggar.

41

Wawancara dengan setyo Agus widodo tokoh masyarakat Samin dan mantan pejabat kepala Desa Klopoduwur.tanggal, 25/07/2015

42

Wawancara dengan mbah Lasiyo keturunan dari mbah Samin Engkrek di Karang Pace Klopoduwur tanggal 24/08/2015


(32)

xxxvi

5. Strategi Dakwah

Sebelum berbicara lebih lanjut tentang strategi dakwah, maka perlu diketahuhi terlebih dulu apa itu definisi dakwah? Secara terminologi dakwah menurut Sayyid Qutb, adalah mengajak, / menyeru kepada orang lain untuk masuk kedalam sabil (jalan) Allah swt. Bukan untuk mengikuti da’i atau orang lain atau sekelompok orang.43

Tentu pengertian tentang dakwah masih banyak lagi, dan banyak kita temukan dibeberapa buku yang menulis tentang dakwah, sebagaimana hal tersebut dibawah ini, 1. Islam adalah agama dakwah yakni agama yang mengandung upaya

menyebarluaskan kebenaraan dan mengajak orang lain untuk mempercayainya, sehingga semangat memperjuangkan kebenaran itu, tidak pernah padam dalam jiwa umat manusia yang beriman kepada Allah Swt.44

2. Didalam al-Qur’an Allah swt. Perintahkan untuk berdakwah yaitu

ن ۡل

لإ ع ۡ ي َمأ ۡم ِم

ۡي ۡلٱ

ب

مۡأي

ف ۡ ۡلٱ

ۡ ۡ ي

نع

ۡلٱ

مه ك ٓ لْ أ

ۡ ۡلٱ

٤٠١

104. Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma´ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.45(QS. Ali Imran:104)

43

Wahyu Ilahi, Komunikasi dakwah, (Bandung:Remaja Rosdakarya,2010),Hal.14.

44

, Mahmuddin, Manaemen Dakwah Rasulullah, (Jakarta: Restu Ilahi,2004), Hal. 6.

45


(33)

xxxvii

3. Pengertian tentang dakwah terdapat dua istilah yaitu dakwah Islamiah

atau di’ayah Islam dan dakwah, pengertian dakwah Islamiah mengacu

pada seruan Islam atau panggilan Islam. Sedangkan pengertian dakwah mengandung arti kewajiban sebagai kaum Muslimin untuk memanggil umat manusia dengan melakukan dakwah Islamiah tersebut.46

4. Pengertian dakwah adalah (da’a: Arab) yaitu memanggil atau

mengajak sesuatu, dalam pengertian mengajak ke jalan Tuhan, dengan maksud yaitu mengajak seseorang atau sekelompok orang untuk berislam, memeluk agama Islam dan mengamalkan Islam.47 Tentu umat manusia hanya bisa menyeru atau mengajak terhadap yang lainya untuk Berislam, akan tetapi tidak punya kemampuan untuk mengislamkan manusia, karena itu bagian dari hidayah Allah swt. Sebagaimana firmanNya dalam al-Qur’an yang berbunyi,

ءٓ ي نم ۡ ي ََٱ َن ل تۡ ۡحأ ۡنم ۡ ت ا كَنإ

ني ۡ ۡلٱب م ۡعأ ه

٦

56. Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.48(QS. Al-ashash:56).

46

, Kustadi Suhandang, Ilmu Dakwah,(Bandung:Remaja Kosdakarya,2013), Hal. 12-13.

47

Shonhadji Sholeh, Sosiologi Dakwah,(Surabaya:IAIN Sunan Ampel Press,2011), Hal. 35. 48

,Kementrian Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang:Tanjung Mas Inti,


(34)

xxxviii

5. Al-Qur’an mendefinisikan dakwah adalah sebagai upaya untuk

menyeru umat manusia menuju jalan Tuhan dengan cara bijak, tutur kata yang tepat, atau dengan cara mujadalah (dialok yang sehat).49 Dakwah yang demikian ini dimaksudkan agar umat manusia senantiasa melakukan perkara baik (amar ma’ruf ) dan meninggalkan segala tindak dan laku yang munkar ( nahi munkar). Dari hal tersebut diatas bisa diartikan bahwa ilmu dakwah adalah, ilmu tentang menyeru /mengajak manusia menuju jalan Tuhan. Al-Qur’an menyatakan bahwa jalan Tuhan itu jamak, tidak tunggal.

6. Menurut A.H. Hasanuddin, dakwah adalah menyampaikan isi

pernyataan ajaran Allah swt. Dan RasulNya kepada umat manusia, dan kedudukan masalah pokok dakwah adalah wajib hukumnya.50

7. Bagi masyarakat pengikut ajaran Samin di Desa Klopoduwur,

Kecamatan Banjarejo, Kabupaten Blora, yang memiliki ajaran dari Samin Surosentiko, dengan berbagai aturan-aturan, maka ketika para Ustadz dan Kyai-kyai yang mendakwahkan ajaran agama Islam, menjadikan sesuatu yang baru. Sehingga tatanan-tatanan yang sudah mapan bertahun-tahun lamanya mengalami perubahan, meskipun tidak seluruhnya.

49

Suisyanto, Pengantar Filsafat Dakwah,(Yogyakarta:Teras, 2006), 50


(35)

xxxix

Tatanan yang berubah itu seperti adat perkawinan, yang dulu tidak mau dicatat di Kantor Urusan Agama (KUA) setempat, sekarang sudah mau dicatat dan menggunakan cara-cara yang Islami, contoh yang lain lagi yaitu, pada zaman dulu masyarakat Samin ketika ada yang meninggal Dunia hanya dimasukkan di liang lahat tanpa dikafani dan dimandikan serta di doakan. Tetapi sekarang tidak ada cara-cara seperti dulu lagi, sehingga apabila ada kematian selalu mengundang Modin (tokoh agama Islam di Desa Klopoduwur.51

Ini menunjukkan bahwa masyarakat pengikut ajaran Samin tidak anti hal-hal yang datangnya dari luar, manakala hal itu baik, bahkan lebih baik, maka mereka akan mengikuti hal tersebtut. Bagi para pendakwah sendiri, harus memiliki bekal atau materi yang sesuai dengan kondisi dan keadaan masyarakat penganut ajaran Samin di

desa Klopoduwur, sehingga memudahkan para Da’i untuk

menyampaikan materinya sesuai harapan masyarakat setempat. Bagi para penyuluh agama Islam yang akan mendarmabaktikan tenaga dan pikiran, serta ilmunya maka mempelajari tentang sosiologi masyarakat penganut ajaran Samin adalah hal yang penting, karenanya kita tidak mau dalam perjuangan itu menjadi sia-sia karena kurang memperhatikan aspek ontologi bagi masyarakat Samin di Desa

51


(36)

xl

Klopoduwur. Apalagi beradakwah adalah perbuatan mulya disisi Allah Swt. Sebagaimana sabda Nabi Saw.

6. Strategi Dakwah Pada Masyarakat Sinkkretis

Menurut (Van den Ban, 1988 : 321), Strategi dakwah adalah

Strategy is way to achieved cleary specitied goals with a combination of miens a nd in a certain time period. By anticipating we try to predict what the appointment(s), one self andl or nature can do.”52

Artinya : Strategi adalah cara untuk mencapai tujuan yang jelas, ditentukan dengan kombinasi, sarana tertentu, dengan mengantisipasi, kami mencoba untuk memprediksi komitmen dari dan atau alam dapat melakukannya.

Sedangkan kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) yang dimaksud, sinkkretis adalah mencari penyesuaian atau ( keseimbangan dsb.) antara dua aliran agama dsb.53

Sedangkan menurut Prof. David Fernando Siagian, sinkretisme adalah suatu proses perpaduan dari beberapa paham atau aliran agama atau kepercayaan. Pada saat ini sekarang ini bahwa teori – teori strategi konvensional itu seringkali dipakai kaum kapitalis itu adalah merupakan hasil dari strategi dakwah agama Islam, seperti terjadi pada zaman para

52

Hamidi, Teori Komunikasi dan Strategi Dakwah, (Malang:UMM Pres,2010), Hal.127

53


(37)

xli

Wali atau para Sunan di Indonesia / Wali Songo yang menyebarkan agama Islam di Indonesia khususnya di tanah Jawa.

Menurut istilah metode berasal dari bahasa inggris, yaitu method,

yang berarti systemic arrangement ( penataan yang sistematis ), ordely procedure (prosedur yang rapi), mode of handling intelletual problema

(cara penanganan masalah yang cerdik)54 Jadi kalau disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan metode itu adalah cara menyususn tatanan kerja yang rapih, guna menangani suatu masalah.

Apabila dihubungkan dengan metode dakwah adalah cara melakukan kegiatan dakwah, guna menghasilkan manusia yang Islami, kalau dihubungkan dengan ilmu komunikasi adalah cara berkomunikasi guna menyusun kegiatan dakwah yang berhasil dan efektif.55 Kemudian strategi dakwah atau metode dakwah adalah merupakan cara untuk menyesuaikan kondisi atau keadaan serta tema yang relevan, dimana dia berdakwah, didalam al-Qur’an Allah swt berirman :

يه ي َلٱب م ۡل ج ۖ

ۡلٱ ع ۡ ۡلٱ ۡ ۡلٱب كِب لي س لإ ۡ ٱ

ۡلٱب م ۡعأ ه ۦه ي س نع َلض ن ب م ۡعأ ه كَب َ إ ن ۡحأ

ني ۡ

٤٢٦

125. Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (An-Nahl : 125 )

54

Kustadi Suhandang, Ilmu Dakwah, (Bandung:Remaja Rodakarya,2013),Hal.166

55


(38)

xlii

Dalam ayat al-Qur’an tersebut terkandung 3 (tiga) hal dalam melakukan strategi dakwah agama Islam pada masyarakat ( Mad’u) yaitu :

1. Hikmah,

2. Mau’idhah hasanah (Pengajaran yang baik) 3. Mujadalah (berdebat atau diskusi)

Kata hikmah adalah perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dan batil.56 Sedangkan menurut Syeikh bin

‘Asyur dalam tafsirnya Attahrir wa-Atanwir menjelaskan, Maksud

‘hikmah’ adalah pengetahuan yang sudah paten, (baku), yakni jauh dari kesalahan.57 Jika seorang Ustadz / Ustadzah mampu menjalankan strategi dakwah dengan hikmah maka baginya tidak terlalu sulit untuk mencapai keberhasilan dalam berdakwah.

Begitu pula Utusan Allah SWT,yaitu Nabi Muhammad Saw melakukan strategi dakwah secara arif dan bijaksana, sehingga melalui beliau, Allah memberi rahmat kepada hamba utusanNya dan meyelamatkan umatnya dari perbuatan yang tidak baik menuju keesaan Allah SWT semata. Strategi Nabi Muhammad Saw. Sangat berguna sekali dalam menyukseskan dakwahnya, yaitu untuk membangun akhlaq

56

Al-Qur’an Tafsir Per kata al-Ahkam, (Jakarta:PT. Suara Agung Jakarta,2013), hal. 282

57


(39)

xliii

manusia yang menghamba hanya kepada Allah SWT semata. membangun dan menguatkan sekaligus mengembangkan agama Islam di negara beliau.

Sedangkan yang dimaksud ‘mau’idzhah’ adalah tutur kata yang

dirasakan lembut oleh lawan bicara (Pendengar).58 Yang artinya menggunakan bahasa yang santun sesuai dengan bahasa yang dikuasai masyarakat setempat,. Ini juga digunakan oleh Nabi Muhammad Saw.ketika berdakwah bahkan Nabi Muhammad Saw.menggunakan perumpamaan-perumpamaan ketika beliau bertutur kata seperti salah satu contoh didalam HadithNya, yang artinya :

“ Mukmin yang satu dengan Mukmin yang lain bagaikan satu bangunan, yang satu sama lain saling menguatkan” (HR. Bukhari

dan Muslim).59

Maksud sabda Nabi Muhammad saw, nilai persatuan dan kesatuan antara umat Islam satu dengan umat Islam yang lain adalah sangat penting. Didalam al-Qur’an.60 Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya.

58

Ibid., hal. 282

59

Ahmad Yani, 53 Materi Khotbah Ber-Jangka,( Jakarta:al-Qalam,2008),hal.189

60


(40)

xliv

Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.

Makna Berdebat ( Mujadalah ), yaitu memberikan argumentasi yang benar dan memberikan koreksi atas hal – hal yang salah. Dan diantara yang lebih baik adalah membantah dengan indirect speech, yaitu redaksi tidak langsungdan tidak mengarah (secara personal, sehingga menyakiti perasaan lawan).61 Didalam al-Qur’an Allah Swt. Berfirman :

ف

نِم ۡح

ََٱ

ظي غ ً ف ت ك ۡ ل ۖۡم ل ت ل

بۡ ۡلٱ

َ

ْ وُ ن

ۡنم

ف ۖكل ۡ ح

ف ۡعٱ

ۡم ۡ ع

ۡ ۡغ ۡسٱ

يف ۡمه ۡ ش ۡم ل

ۖ ۡم ۡۡٱ

ت ۡم ع إف

ۡلَك ف

ع

ََٱ

َ إ

ََٱ

وب ي

ِك ۡلٱ

ني

٤٦١

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu

maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan

bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (QS. Ali – Imran : 159 )

Bermusyawarah adalah untuk tidak melakukan debat yang menjurus kurang baik bagi kedua belah pihak, kita sebagai sesama Muslim tidak boleh saling menjatuhkan satu sama lain. Berdebatlah tetapi dengan cara yang baik dan bijaksana, dan tetap dalam bingkai Islam yang Rahmatan Lilalamin (Rahmat bagi Alam semesta).

61


(41)

xlv

Ketiga hal tersebut dapat dijadikan cara berdakwah dengan lisan maupun tulisan perbuatan nyata kepada masyarakat. Seperti membangun Masjid, membangun Mushallah, membangun, sekolah madrasah, serta membangun sarana pendidikan-pendidikan yang lainnya.


(42)

xlvi

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan suatu metode serta langkah-langkah yang dilakukan dengan penjelasan secara aplikatif yaitu memakai metode kualitatif. Tentu penulis menggunakan metode ini dengan pertimbangan bahwa kasus yang diteliti merupakan sesuatu yang memerlukan pengamatan secara langsung dan bukan menggunakan model dengan angka-angka. Kemudian berikutnya adalah pendekatan dengan metode kualitatif mempermudah peneliti apabila berhadapan dengan kenyataan yang ada dilapangan, dan yang paling penting adalah adanya kedekatan hubungan emosional, baik dari aspek lahir maupun batin, bahkan kedekatannya bagaikan saudaranya sendiri, antara peneliti dan responden, sehingga menghasilkan suatu data yang autentik serta mendalam.

Penelitian dengan metode kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data

dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis bersifat


(43)

xlvii

dari pada generalisasi62. Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting), atau juga sebagai penelitian ethnografhi, karena pada awalnya penelitian bidang antropologi budaya, disebut penelitian kualitatif karena data yang terkumpul dan anilisnya lebih bersifat kualitatif.63

Sedangkan menurut Adnan Mahdi, Mujahidin, pengertian penelitian kualitatif yang disebut juga penelitian naturalistik, karena penelitiannya selalu dilakukan dalam keadaan yang alamiah, tanpa rekayasa atau diatur sebelumnya.64 Sedangkan data kualitatif adalah sebuah data yang dinyatakan dalam bentuk bukan angka. Contoh jenis kelamin (pria atau wanita), latar belakang pendidikan seseorang ( MA, SMA,SMK,), kemudian jenis pekerjaan ( Petani, PNS,TNI, Pedagang).65

Sedangkan sasaran dari pendekatan kualitatif adalah pola-pola yang berlaku sebagai prisip-prinsip umum yang hidup dalam masyarakat. Gejala-gejala tersebut dilihat dari kesatuan bulat yang menyeluruh, sehingga pendekatan kualitatif sering disebut sebagai pendekatan holistik terhadap suatu gejala sosial.66

62

Sugiyono, Metode Penelitian kuantitatif kualitatif Dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2013), hal. 9.

63

Ibid., hal. 8.

64

Adnan Mahdi, Mujahidin, Panduan Penelitian Praktis Untuk Menyusun, Skripdi, Tesis, Dan disertasi, (Bandung:Alfabet,2014), hal. 123.

65

Abdul Muhid, Analisa Statistik Lima langkah Praktis analisis Statistik Dengan SPSS or Windows,

(Sidoarjo: Zifatama, LemLit, 2012), hal. 2.

66


(44)

xlviii

Berdasarkan pendapat diatas, pada prinsipnya bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif berupa kata-kata yang ditulis dari orang yang diwawancarai dan perilaku orang yang diamati secara alamiah dalam sebuah budaya atau kelompok sosial untuk dimaknai atau ditafsirkan dalam perspektif para pelakunya.

Sedangkan yang dimaksud dengan alami adalah perilaku seperti kebiasaannya sehari-hari dalam berkomunikasi dengan tetangga yang lain, tanpa adanya rekayasa atau dibuat-buat. Selain itu dalam penelitian dengan metode kualitatif juga tidak lepas dari hubungan individu-individu yang diteliti baik dari aspek budayanya, atau aspek adat-istiadatnya, atau aspek bahasa yang memiliki ciri khas tertentu dan lain-lainnya.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini terletak di Desa Klopoduwur Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora Jawa Tengah. Alasan memilih lokasi tersebut adalah disamping tanah kelahiran peneliti, juga paham Saminisme yang unik masih bertahan hingga sekarang, bahkan menjadi ikon Kabupaten Blora, ini bisa dilihat sebuah foto besar terpampang di Kantor Bupati Blora beserta nama Mbah Samin surosentiko, dan setiap hari kamis pegawai Pemerintah Daerah Kabupaten Blora memakai seragam model Mbah Samin surosentiko yaitu celana hitam dan baju hitam berserta ikat kepala berwarna hitam.


(45)

xlix

C. Obyek Penelitian

Obyek penelitian adalah Masyarakat penganut ajaran Samin di Desa Klopoduwur Kecamatan Banjarejo, yang masih memegang ajaran Samin,terutama para pemangku adat Samin. Kemudian obyek penelitian lain adalah tokoh masyarakat dan Kepala Desa Klopoduwur yang berperan sangat sentral bagi kesejahteraan pada masyarakat penganut ajaran Samin dan beberapa tokoh agama Islam.

D. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah :

1. Informan kunci (key inorman), yaitu tokoh masyarakat pengikut Samin, seperti tokoh pemangku adat masyarakat Samin, kemudian Kepala Desa yang masih menjabat, atau para mantan Kepala desa Klopoduwur yang juga pengikut Samin, kemudian para tokoh agama Islam, seperti Kyai, atau Ustadz, baik yang asli dari desa setempat maupun yang tidak asli sebagai penduduk setempat, akan tetapi selalu memberikan pengajian secara rutin yang ada di desa Klopoduwur. 2. Tempat dan peristiwa, seperti Masjid, Kantor Kepala Desa, atau

Pendopo pertemuan sedulur Sikep, kemudian Makam Mbah Engkrek, serta pengikutnya, dimana peneliti memperoleh data,

3. Sumber data berikutnya adalah berupa dokumen, baik berupa film, atau dalam bentuk foto, seperti foto makam Mbah Samin Engkrek yang ada di Desa Klopoduwur. Maupun foto yang ada di Pendopo


(46)

l

sedulur sikep yang ada di Karang pace, kemudian dokumen yang ada di Kantor kepala Desa, dokumen sebuah Masjid yang memiliki sejarah berhubungan dengan Mbah Samin Engkrek, dan dokumen yang lain yang berkaitan dengan persitiwa yang lainnya.

E. Metode Pengumpulan Data

Metode dalam pengumpulan data, meliputi 3 (tiga) hal kegiatan yaitu : Proses memasuki lokasi, kemudian berada dilokasi penelitian dan terakhir

tahap pengumpulan data. . Berikutnya data dikumpulkan dengan

menggunakan tiga cara pengumpulan data yaitu : 1. Observasi

Secara bebas bisa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan pada hal-hal yang diselidiki. Penggunaan cara ini dengan alasan diantaranya, adalah teknik observasi merupakan penelitian yang melakukan observasi menyeluruh pada sebuah latar belakang tertentu tanpa sedikitpun merubahnya.67 Kemudian dengan observasi peneliti dapat mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proporsional maupun pengetahuan yang langsung diperoleh dari data. Observasi juga dapat dilakukan untuk mengecek data apabila terjadi ketidaksamaan dari hasil wawancara.

67

Adnan Mahdi,Mujahidin, Panduan Penelitian Praktis Untuk Menyusun Skripsi, Tesis, & disertasi,


(47)

li

2. Wawancara ( Interview)

Metode wawancara mendalam adalah yang digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalah yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.68 Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat dilakukan dengan tatap muka (face to face) maupun dengan wawancara melalui telepon. Wawancara lebih merupakan sebuah percakapan dibanding sebuah peristiwa yang formal dalam kategori respon yang bisa perkirakan.

Dalam Wawancara peneliti mengelola beberapa topik umum untuk membuka persepektif partisipan, tetapi peneliti harus menghormati bagaimana partisipan membentuk aturan-aturan responya. Bahan pembicaraan yang diutarakan tidak melulu pada soal penelitian yang dilakukan tetapi bisa tentang problem-problem yang lain, sehingga bisa membuat suasana hubungan dengan para informan menjadi cair. Pertanyaan dilakukan dalam bentuk yang umum dulu, baru kemudian dapat dikembangkan menurut respon jawaban responden tetapi tidak

68

Sugiyono, Metode Penelitian kuantitatif kualitatif Dan R&D, ( Bandung : Alfabeta, 2013), hal. 137 dan 138.


(48)

lii

keluar dari topik yang dibicarakan. Dengan demikian responden akan bisa memberikan informasi secara terbuka dan mendalam. Dalam penelitian kualitatif data yang diperoleh adalah data yang dinyatakan dalam keadaan sebagaimana adanya, tidak ada rekayasa.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah merupakan catatan peristiwa masa lalu, dokumen bisa berupa tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, searah kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan kebijakan.69 Dokumen yang berbentuk gambar misalnya, foto, gambar hidup, sketsa, film, VCD, kaset dan lain-lain. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi, dan wawancara dalam penelitian kualitatif.

Hasil penelitian observasi dan wawancara akan lebih kredibel apabila didukung oleh dokumen-dokumen baik berupa foto, catatan sejarah, karya tulis yang ilmiah dan akademik. Maka paling tidak ada 3 (tiga) macam kegunanaan dokumentasi yaitu :

a) Berguna sebagai bukti untuk suatu pengujian, dan perbandingan.

b) Dokumen sebagai bagian dari sumber untuk menghasilkan

kesesuaian antara observasi dan wawancara.

69


(49)

liii

c) Pengkajian melalui dokumentasi akan menghasilkan sekaligus mengembangkan penemuan-penemuan lebih lanjut.

Dokumentasi yang digunakan disini adalah dokumentasi berupa naskah-naskan, foto-foto, dan lain-lain yang diperoleh dari Kelurahan setempat.

F. Analisa Data

Dalam penelitian dengan metode kualitatif ini, teknik analisa data yang digunakan sudah jelas yaitu, diarahkan untuk menjawab rumusan masalah atau menguji hipotesis yang telah dirumuskan dalam proposal.70 Dalam analisis data kualitatif, Bogdan menyatakan bahwa: " Data analysis is the process of systematically searching and arranging the interview transcripts, ieldnotes, and other materials that you accumulate to increase your own understanding off them and to enable you to present what you have discovered to other" Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dengan mudah dipahami, dan temuanya dapat diinformasikan kepada orang lain.71 Kemudian Analisa data dengan metode kualitatif menurut Spardley (1980), juga bisa dilakukan dengan langkah-langkah,

1. Memilih situasi sosial (place, actor, activity)

70

Ibid., hal. 243.

71


(50)

liv

2. Melaksanakan observasi partisipan.

3. Mencatat hasil observasi dan wawancara

4. Melakukan observasi deskriptif.

5. Melakukan analisis domain, yaitu memperoleh gambaran yang umum

dan menyeluruh dari obyek/penelitian atau situasi sosial.

6. Melakukan observasi terfokus.

7. Melakukan analisis taksonomi, yaitu domain yang dipilih tersebut selanjtnya dijabarkan menjadi lebih rinci, untuk mengetahui strutur internalnya.

8. Melakukan observasi terseleksi

9. Melakukan observasi komponensial. Yaitu mencari ciri-ciri spesipik pada setiap struktur internal dengan cara mengkontraskanantar elemen.72

10. Melakukan analisis tema

11. Temuan Budaya.73

12. Menulis laporan penelitian kualitatif.

72

Ibid., hal. 255.

73


(51)

lv

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Penganut Ajaran Samin

1. Secara Geografis dan Demografis

Blora memiliki semboyan Mustika, ini bisa dilihat dan ditemukan hampir disetiap sudut kota Blora, terutama jalan protokol atau jalan raya yang ada di wilayah kabupaten Blora. Mustika merupakan singkatan Maju, Unggul, Sehat, Tertib, Indah, Kontinyu, Aman. Semboyan ini sudah melekat sebagai identitas masyarakat Blora untuk membangun daerahnya.74

Pandangan umum tentang kabupaten Blora, maka tidak terlepas dari kontek sejarah kabupaten Blora, yaitu sebagai komunitas Samin. Ini dikarenakan penduduk kabupaten Blora adalah penganut ajaran Samin. Bahkan apabila masuk diwilayah Desa Klopoduwur Kecamatan Banjarejo, sebutan wong (orang) Samin masih melekat. Kata bapak Sariyono75, orang diluar sering keliru memandang Desa Klopoduwur yang dianggap

wong (orang) Samin yang bodho, menggelikan dan lain-lain. Tapi pada kenyataannya banyak yang tidak tahu tentang masyarakat Samin yang sesungguhnya, terutama orang diluar penganut ajaran Samin. Tentu ini

74

obsevasi

75


(52)

lvi

sangat berbahaya bagi masyarakat penganut ajaran Samin, paling tidak menurunkan nilai-nilai identitas yaitu keujujuran dan sekaligus hilangnya nilai budaya serta etika bagi penganut Samin itu sendiri. 76

Sesungguhnya nilai ajaran dan prilaku yang jujur itu justru dilestarikan dan bahkan dikembangkan dimasa yang akan datang, baik untuk masyarakat secara umum atau lebih khusus masyarakat yang ada di Desa Klopoduwur, kecamatan Banjarejo kabupaten Blora. Bahkan Pemda Kabupaten Blora sekarang sealalu menggunakan ikon Mbah Samin surosentiko ini bisa dilihat di Kantor Bupati Blora menggunakan nama Kantor dengan nama Mbah Samin Surosentiko

2. Letak Geografis

Desa Klopoduwur Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora secara administratif merupakan bagian wilayah dari Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora Jawa Tengah dengan luas wilayah 687,705 Ha. Kemudian sebagian adalah sawah tadah hujan (sawah yang mengandalkan air hujan) 101,037 Ha. Kemudian Perumahan 1 (satu) Ha. Dan curah hujan tertinggi 75 mm/th.

Data Monografik Desa Klopoduwur bulan Desember ( 2014)77.

a. Enam Pedukuhan yaitu:

76

observasi 77


(53)

lvii

1) Dukuh Wotrangkul

2) Dukuh Badong Kidul

3) Dukuh Badong Geneng

4) Dukuh Sale

5) Dukuh Semengko

6) Dukuh Karang Pace

b. Desa Klopoduwur terdiri dari 5 RW dan 29 RT dan perangkat Desa Klopoduwur sebanyak 15 orang

c. Batas – batas wilayah

1) Bagian utara perbatasan dengan Desa Gedongsari, Kecamatan Banjarejo.

2) Bagian selatan perbatasan dengan Desa Sidomulyo, Jipang dan Hutan jati milik Perhutani Kabupaten Blora.

3) Bagian barat perbatasan dengan Desa Sumber Agung Banjarejo Blora

4) Bagian timur perbatasan dengan Desa Jepangejo, Kecamatan Blora

d. Secara geografis Desa Klopoduwur memiliki ketinggian tanah dari permukaan kurang lebih laut 75 M.

Sebagaimana yang penulis jelaskan diatas, Desa Klopoduwur merupakan salah satu Desa yang masuk kecamatan Banjarejo, meski jarak Desa tersebut dengan ibukota Kabupaten Blora kurang lebih 7 km., tetapi tidak masuk wilayah di Kecamatan Blora.


(54)

lviii

Desa Klopoduwur yang memiliki luas 687.705 Ha. Dan berada pada ketinggian 75 m. Dari permukaan laut dengan rincian sebagai berikut,78

a. Jalan Propinsi : 12. Km b. Jalan Kabupaten : 02 Km c. Jalan Desa/Lokal : 30 Km. d. Jalan aspal : 22 Km. e. Jalan berbatu : 15 Km. f. Jalan kondisi baik : 30 Km. g. Jalan rusak ringan : 14 Km.

h. Jarak jalan menuju Kec. Banjarejo : 9 Km.

i. Tempat pemakaman umum : 5 Unit

j. Luas Tanam padi : 101,037 Ha. k. Luas lahan kering : 271,693 Ha. l. Perkantoran : 3,26 Ha m. Tanah wakaf : 0,425 Ha. n. Irigasi tadah hujan : 101,073

Untuk mencapai lokasi dari Ibukota Negara Indonesia yaitu Jakarta, berjarak 1500 Km. Ke arah barat. Sementara jarak dari Ibukota Propinsi Jawa Tengah yaitu Semarang, ke arah barat 140 Km. Sedangkan jarak pemerintahan kota kabupaten 7 Km ke arah utara dan

78


(55)

lix

jarak pemerintahan Kecamatan 9 Km. Ke arah barat, dengan infrastruktur desa yang sudah cukup lengkap. Jalan Desa yang beraspal, penerangan dari listrik (sejak tahun 1990-an )79.

Berdasarkan catatan yang ada di Kantor Desa Klopoduwur Kecamatan Banjarejo Kab. Blora, juga catatan dari Bp. Hadi Sunyoto dan Bp. Parto Sentono mantan ( Kepala Dusun Sumengko 1946-1975 ), jabatan kepala Desa sudah ada sejak pada tahun 1911 M. Sampai sekarang tahun 2015, Desa Klopoduwur telah dipimpin sebanyak 18 orang Kepala Desa80. Nama-nama yang menjabat sebagai Kepala Desa Klopoduwur sejak tahun 1911 s/d 2015 M. tersebut adalah sebagai berikut yaitu :

Tabel 4.1

Nama – Nama Kepala Desa Klopoduwur sejak Tahun. 1911

NO NAMA TAHUN

01 Kertodjojo 1911

02 Dipodjojo 1923

03 Morodjojo 1928

04 Sukur 1934

05 Djojo Ardjo 1938

79

Data arsip Kantor Desa Klopoduwur

80

Sumber berita dari (1). Bp. Hadi suyoto- Pers. PS. (2) Bp. Parto Sentono Ban- ( Kadus Sumengko 1946-1975 ) Desa Klopoduwur


(56)

lx

06 Burik ( Djokromo ) 1940

07 Sarbini I 1943

08 Sarbini II 1944

09 Buseng 1946

10 Padiman alias H. Nurhadi Kardjo dihardjo 1950-1988

11 Suradi – Pjs 1988-1989

12 Hartono

13. Sarmidi – Plh 1989-3/12-97

14. Setyo Agus Widodo 1998-22008

15. Kartono Plt. 2008

16. Setyo Agus Widodo 2008-2013

17. Kartono Plt. 2013

18. Diana Utami 2013- sekarang

Sumber Data : Kantor Desa Klopoduwur

Letak Geografi Desa Klopoduwur dilihat dari aspek pembangunan Kabupaten Blora, maka Desa Klopoduwur memiliki potensi yang sangat besar, baik potensi alam khususnya hutan jati

yang konon katanya kuwalitas kayu jatinya terbaik di

Indonesia,potensi budhaya Samin, kearifan lokal, serta potensi pariwisata.


(57)

lxi

Desa Klopoduwur Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora yang selalu digunakan penelitian-penelitian baik dari luar Negeri maupun dalam Negeri, maupun Universitas dalam Negeri atau Universitas Luar Negeri sejak tahun 1975 sampai sekarang ini, masih saja menganggap bahwa di Desa ini, masyarakatnya masih kolot, kemudian juga menganggap bahwa di Desa ini masih tertinggal dengan desa yang lainnya. Padahal dilihat secara infrastruktur Desa ini sudah cukup lengkap, jalan yang menuju Ibukota Kabupaten Blora maupun yang menuju Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora sangat indah dan beraspal, apalagi yang menuju Kecamatan Randublatung, dimana kanan dan kiri jalan penuh dengan pohon jati yang besar-besar dan sangat rindang , ditambah suara-suara burung berkicau, apalagi ketika melewati pada pagi hari sangat sejuk dan menyegarkan. Begitu juga penerangan listrik sudah memadai, setiap masuk gang selalu ada gapuro, seperti menuju Dk. Karang Pace, Dk. Semengko, dll. Begitu Masjid – Masjidnya sangat bagus-bagus tentu ini bagian dari kemajuan/perkembangan Desa Klopoduwur tersebut.81Desa Klopoduwur memiliki jumlah penduduk 5064 jiwa. Sebagaimana tabel berikut :

Tabel : 4.2

Data Penduduk Desa Klopoduwur

81


(58)

lxii

Jumlah Penduduk Laki-laki Perempuan Berdasarkan KK

5064 2.475 2.589 1688

Tabel : 4. 3

Data Penduduk Berdasarkan Usia

Semuanya merupakan penduduk asli dan selebihnya pendatang yang telah resmi diakui pemerintah setempat yang menjadi warga Desa Klopoduwur baik melalui perkawinan atau melalui pindah tempat.82

4. Keadaan Sosial

Pada komunitas masyarakat tertentu, kadangkala melakukan suatu pekerjaan pada bidang tertentu sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Dalam masyarakat biasanya sudah berlaku sistem pembagian kerja, seperti membuat rumah, maka sudah ada bidangnya masing-masing seperti ada tukangnya, lalu ada pembantu tukang, ada tukang bangunan, maka ada pembantu tukang bangunan. Pembagian kerja tersebut merupakan akibat dari munculnya beberapa kepentingan manusia itu sendiri yang harus dipenuhi. Kepentingan tersebut

82

Data kependudukan Desa Klopoduwur, Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora

Usia 0 – 15 Usia 15 – 65 Usia 65 – Keatas


(59)

lxiii

mencakup kepentingan primer dan sekunder. Kebutuhan tersebut meliputi yaitu:

a. Kebutuhan sandang, pangan dan papan

b. Kebutuhan kesehatan jiwa

c. Kebutuhan bersosial kemasyarakatan sebagaimana yang ada dalam

Pancasila

d. Kebutuhan mengembangkan diri agar lebih baik

e. Kebutuhan kasih dan sayang

f. Kebutuhan tentang Ketuhanan yang maha Esa

Sedangkan kebutuhan yang bersifat sekunder adalah kebutuhan

yang sifatnya tambahan atau penyempurna dari kebutuah primer tersebut, seperti radio, televisi mobil, atau alat komunikasi, berdarmawisata, dan lain-lain.

Desa Klopoduwur merupakan Desa yang mayoritas adalah bertani bercocok tanam baik di ladang maupun di sawah atau berkebun di hutan milik perhutani itu, atau memelihara ternak seperti sapi, kambing, dan ternak yang lainnya, dan itu bisa di lihat jalur dari Klopoduwur menuju ke Kecamatan Randublatung disebelah kiri dan kanan jalan penuh dengan tanaman, seperti jagung, ketela pohon, maupun tanaman berupa padi, dan tanaman yang lainnya, disamping tanaman utamanya yaitu pohon jati milik Departemen Kehutanan. Maka pekerjaan itu sudah dilakukan oleh Masyarakat Desa


(60)

lxiv

Klopoduwur yang sudah turun-temurun dari nenek moyangnya. Ini bisa dilihat tabel dibawah ini,

Tabel : 4. 4

Mata Pencaharian Penduduk

No Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa)

1 Petani 973

2 Buruh Tani 896

3 PNS 22

4 Swasta 48

5 Wiraswasta 16

6 Jasa 9

7 TNI / Polri 4

8 Tukang 84

9 Pensiunan 16

10 Lainnya 186

Data : Monografi desa Klopoduwur, Bulan Desember 201483

Bisa dilihat dari tabel tersebut diatas, bahwa tingkat ekonomi masyarakat Desa Klopoduwur Kecamatan Banjareo, tergolong

83


(61)

lxv

menengah kebawah (ukuran masyarakat desa). Hal ini bisa dilihat angka pengangguran yang cukup tinggi, yaitu buruh tani 896 dan lainya, yang mencapai 186 orang dan juga minimnya sumber daya manusia (SDM) tersebut.

Berangkat dari fenomena yang demikian tersebut maka masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko ini, memiliki kaidah / falsafah hidup, yang berbunyi, yaitu, Sami-sami, yang artinya sesama Manusia harus bertindak dan bersikap sama-sama, maksudnya adalah sama-sama jujur, sama-sama adil, saling menjaga, saling menolong. Dalam bahasa yang lain adalah hidup dalam kebersamaan.84

Orang-orang pengikut ajaran Samin menggunakan istilah

sedulur sikep ( saudara yang memiliki sikap yang sama ), untuk menelaah dirinya sendiri terhadap orang lain. Jadi siapapun yang masuk dan mau mengamalkan ajaran Samin, maka dia menjadi komunitas masyarakat penganut ajaran Samin dan menjadi saudara

(sedulur).85

Maka dengan demikian pada komunitas masyarakat Samin memiliki sifat saling memiliki diantara sedulur sikep ( saudara yang memiliki sikap), yaitu dengan semboyan, duwekmu yo duwekku, duwekku yo duwekmu, yen dibutuhke yo diikhlaske, (milikmu ya

84

Wawancara dengan Mbah Lasiyo Cucu Mbah Engkrek

85


(62)

lxvi

milikku, milikku ya milikmu, maka apabila diminta ya harus diikhaskan).

Dengan demikian masyarakat komunitas pengikut ajaran Samin dalam menjalankan kehidupan sehari-hari yang paling menonjol adalah, adanya saling tolong-menolong sesama saudara

(sedulur sikep), saling gotong-royong yang dilandasi rasa kepercayaan yang tinggi serta kejujuran dan keihlasan diantara sesama saudara (sedulur sikep), tidak peduli dimanapun berada, selama mereka siap menrima dan menjalankan ajaran masyarakat pengikut Samin, maka dia saudara yang memiliki sikap (sedulur sikep).

5. Keadaan Sosial Budaya

Kebudayaan (Culture) berasal dari bahasa Sansekerta budhayah yang merupakan kata jamak dari budhi, yang berari budi atau akal. Kebudayaan diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal.( Koenetjaraningrat, 1979;195)86. Jadi kebudayaan adalah produk dari seluruh rangkaian proses sosial yang dijalankan oleh manusia dalam masyarakat, dengan segala aktivitasnya. Dengan demikian, maka kebudayaan adalah hasil nyata dari sebuah proses sosial yang dijalankan oleh manusia bersama masyarakatnya.

Desa Klopoduwur pada dasarnya adalah sebuah Desa yang memiliki potensi besar tentang sosial budaya setempat. Budaya kelompok

86


(63)

lxvii

masyarakat pengikut ajaran Samin, bahkan termasuk adat – istiadatnya sudah terkenal bukan hanya ada didalam Negeri, tetapi sudah sampai diluar Negeri, seperti Belanda, Jepang, Perancis dan lain-lain,87.

Berdasarkan budaya serta adat-istiadatnya, masyarakat Samin, sebenarnya pemerintah Kabupaten Blora, atau pemerintah tingkat

Kecamatan bahkan tingkat Desa Klopoduwur sendiri, dapat

mengembangkan masyarakat penganut ajaran Samin, termasuk sistem pemerintahan tingkat Desa Klopoduwur dengan ciri khas masyarakat setempat (budaya dan adat-istiadat) pengikut ajaran samin tersebut. Ini bila mengacu pada era globalisasi dan era otonomi Daerah yang sekarang sedang digalakkan oleh Pemerintah pusat, sehingga pemerintah tingkat Desa seperti di Desa Klopoduwur yang memiliki khasanah potensi budaya serta adat-istiadat sendiri, dapat dikembangkan menjadi sebuah Desa yang bercirikan budaya dan adat-istiadat masyarakat pengikut ajaran Samin, misalnya seperti suku Osing di Kemiren Kabupaten Banyuwangi.

Budaya ini dibuktikan bahwa kelompok Samin (Sedulur sikep) memiliki gedung yang sangat megah untuk ukuran di Desa Klopoduwur, bahkan lebih megah dibandingkan dengan Kantor Kepala Desa Klopoduwur. Ajaran Saminisme yang berkaitan dengan pemerintahan untuk tingkat Desa saat ini, pada dasarnya diaplikasikan dalam lingkup pemerintahaan tingkat Desa Klopoduwur, bahkan sistem itu, memperoleh

87


(1)

cxi

DAFTAR PUSTAKA

Al Qur’an al Karim

--- Tasir al-Qur'an al-azim dan Terjemahannya, Semarang: Tanjung Mas Inti Semarang, 1992

Abdul Jaliel, Maman. Keteladanan dan Perjuangan Wali Songo dalam

menyiarkan Agama Islam di Tanah Jawa. Bandung: Pustaka Setia, 2012.

Aizid, Rizem. Sejarah Peradaban Islam Terlengkap, Periode Klasik,

Pertengahan, dan Modern. Yogyakarta: Diva Press. 2015.

Budhi Santosa, Iman. Spiritualisme Jawa, Sejarah,Laku, dan Inti Sari

Ajaran. Yogyakarta: Memayu Publising 2012.

Buku Pedoman Penulisan Makalah, Proposal, Tesis, dan Disertasi Program

Pascasarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya. Surabaya, 2014.

Bungin, Burhan. Sosiologi Komunikasi, Teori,Paradigma,dan Diskursus

Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011

Giyarto, Selayang Pandang awa Tengah. Klaten: Intan Pariwara 2008.

Hamidi. Teori Komunikasi dan Strategi Dakwah. Malang: UMM Press,

2010.

Ilaihi, Wahyu. Komunikasi Dakwah. Bandung: Remaja RosdaKarya, 2010.

Khalil al-Qattan, Manna. Studi Ilmu-Ilmu Qur'an, Jakarta: Litera AntarNusa

Halim Jaya, 2011

Mahdi, Adnan, Mujahidin. Panduan Penelitian Praktis Untuk Menyusun

Skripsi,Tesis,& Disertasi. Bandung: Alffabeta 2014.

Mahmuddin. Manajemen Dakwah Rasulullah Suatu Telaah Historis Kritis.

Jakarta: Restu Ilahi, 2004.

Muhid, Abdul. Analisa Statistik 5 Langkah Praktis Statistik Dengan SPSS


(2)

cxii

Nurudin. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2013.

Riklefs. Mengislamkan Jawa,sejarah Islamisasi di Jawa dan

Penentangnya dari 1930 sampai sekarang. Jakarta : Serambi 2013

Sholeh Ba'asyain, Anis. dan Anis Ba'asyain, Muhammad. Samin Mistisisme

Petani di Tengah Pergolakan. Semarang: Gigih Pustaka Mandiri 2014.

Sholeh, Shonhadji. Sosiologi Dakwah Persepektif Teoritik. Surabaya: IAIN

Sunan Ampel Press, 2011.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung:

Alfabeta, 2013.

Suhandang, Kustadi. Ilmu Dakwah Persepektif Komunikasi. Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2013.

Suisyanto. Pengantar Filsafat Dakwah. Yogyakarta: Teras, 2006.

Syam, Nur. Tarekat Petani, Fenomena Syatariyah Lokal. Yogyakarta: LkiS,

2013.

Tamburaka, Apriadi. Literasi Media Cerdas Bermedia Khalayak Media

Massa. Jakarta: Raja Grafindo Persada 2013.

Thoha, Miftah. Kepemimpinan Dalam Manajemen. Jakarta: Raja Grafindo


(3)

cxiii

LAMPIRAN- LAMPIRAN

Presiden Jokowi bersalaman dengan komunitas Samin ketika berkunjung di desa Klopoduwur Blora

Warga Samin bersama peneliti sedang membajak ladang di Klopoduwur Blora

Peneliti foto bersama Kyai Abdul Malik di dusun Sumengko desa Klopoduwur Blora Peneliti bersama petugas KUA kec.


(4)

cxiv

u

Hewan sapi milik warga Samin Dsn, Sale Klopoduwur Blora

Kantor Bupati Blora yang diberi nama gedung Samin Surosentiko

Peneliti bersama warga Samin sedang foto diladang. Desa Klopoduwur Blora

Jalan menuju Pendopo "Sedulur Sikep" Dsn Karang Pace Klopoduwur Blora


(5)

cxv

Peneliti berada dimakam Mbah Samin Engkrek Dsn. Sale Klopoduwur Blora

Masjid "Baitul Hadi" wakaf dari mbah Samin Engkrek Jl. Randublatung Klopoduwur Blora

Pendopo Sedulur Sikep dsn. Karang Pace desa Klopoduwur Kab. Blora

Presiden Jokowi sedang minum kelapa muda bersama ibu Dian Utami kepala desa Klopoduwur dan mbah Lasiyo tokoh


(6)

cxvi

Peneliti bersama KH. Hahmad Rais Fanani tokoh agama dan pengajar Al-Qur'an Klopoduwur Blora

Peneliti berada dimakam mbah Samin Engkrek Dsn Sale desa Klopoduwur Blora

Peneliti bersama KH. Hahmad Rais Fanani tokoh agama dan pengajar Al-Qur'an Klopoduwur Blora

Peneliti bersama KH. Hahmad Rais Fanani tokoh agama dan pengajar Al-Qur'an Klopoduwur Blora