1 2 1 Karakteristik penurunan model embankment

Penurunan Konsolidasi Embankment …Agus Setyo Muntohar 121 Tabel 2 Nilai  ’ c ,  o , C c , C r dan e o Model ’ c kPa ’ o kPa C c C c ’ C r e o P-1 7,0 1,86 0,43 0,21 0,025 0,62 P-2 5,6 3,53 0,34 0,29 0,030 0,94 Catatan : C c ’ = indek pemampatan laboratorium, C c = indek pemampatan, C r = indek pengembangan, e o = angka pori awal. Dari Tabel 2 dan Gambar 8 di atas dapat diidentifikasikan bahwa tanah lempung yang digunakan dalam model tergolong tanah lempung medium sampai dengan lunak yang mudah mengalami pemampatan compressible soils. Secara umum, kedua tanah lempung pada uji model embankment memiliki sifat pemampatan yang sama, hal ini seperti ditunjukkan oleh perbedaan nilai koefisien pemampatan dan indekyang kecil untuk kedua tanah yang diuji P-1 dan P-2. Tanah lempung yang diuji adalah tanah lempung over-consolidated OC, dimana nilai tekanan prakonsolidasi  ’ c lebih besar dari nilai tekanan overburden ’ o atau nilai dari overconsolidation ratio OCR 1, yang artinya tekanan dahulunya lebih besar dari tekanan yang bekerja sekarang. Oleh karena itu, anggapan bahwa tanah lempung normally consolidated yang digunakan dalam analisis teoritis hitungan penurunan tidak sesuai dengan yang terjadi pada hasil uji model. Kondisi ini juga terjadi pada penelitian yang dilakukan oleh Budi dkk 2003 untuk fondasi persegi.

4. Penghitungan penurunan teoritis uji model embankment

Dari hasil pengujian di laboratoarium diperoleh beberapa data yang digunakan untuk menghitung besarnya penurunan konsolidasi. Hasil perhitungannya penurunan dengan menggunakan metode one-point, aturan simpson, dan sub-layers diberikan dalam Tabel 3. Tabel 3 Penurunan konsolidasi hasil penghitungan dan hasil pengujian model Metode Penurunan mm P-1 P-2 One-Point 6,44 9,45 Sub-Layer: 2 Lapisan 6,38 9,77 5 Lapisan 6,39 9,84 10 Lapisan 6,40 9,87 20 Lapisan 6,41 9,88 Simpson 6,27 9,55 Pengujian Model 4,55 9,85 122 Jurnal Ilmiah Semesta Teknika Vol. 7 No. 2 November 2004: 111 – 125 Gambar 9 memberikan perbandingan antara penurunan hasil penghitungan dengan ketiga metode yang telah disebutkan sebelumnya dan hasil uji model. Berdasarkan gambar tersebut, terlihat bahwa penurunan hasil penghitungan dengan metode sub-layers lebih mendekati dengan hasil uji model P-2 dengan selisih hasil deviasi 0,1 dan 0,3 terhadap hasil uji model masing-masing untuk 5 lapisan dan 20 lapisan. Untuk model dengan ketebalan lempung 10 cm P-1 terjadi deviasi yang cukup besar berkisar 38 - 41 terhadap hasil uji model. Perilaku ini dimungkinkan dapat terjadi karena konsentrasi tegangan akibat beban embankment untuk kedalaman z yang kurang dari lebar beban terbagi rata yang bekerja di atas permukaan tanah. Alasan kedua yaitu dalam analisis teoritis lapisan tanah dianggap homogen dan isotropis yang elastis, namun jika dibandingkan dengan model P-2 maka model P-1 akan memiliki kekakuan yang lebih besar dan menghasilkan penurunan yang relative kecil. Seperti diuraikan oleh Budi dkk 2003 faktor skala ketebalan tanah lempung akan memberikan hasil yang kurang memuaskan bila kurang dari lebar fondasi. Hal serupa juga diamati oleh Chai dkk 2002. Dengan demikian, penurunan konsolidasi yang terjadi dari uji model lebih sesuai diperkirakan dengan menggunakan metode sub-layers dibandingkan dua metode lainnya. 6 .4 4 9 .4 5 6 .4 1 9 .8 8 6 .2 7 9 .5 5 4 .5 5 9 .8 5 5 10 15 P-1 P-2 P e n u ru n a n m m One-Point Sub-Layers Simpson Model Gambar 9 Perbandingan penurunan konsolidasi antara perhitungan dengan pengujian Mengulang kembali karakteristik penurunan dan waktu dalam Gambar 7, bila dianggap bahwa tanah dari uji model telah mengalami 100

Dokumen yang terkait

TINJAUAN PENURUNAN KONSOLIDASI TANAH LEMPUNG KECAMATAN SUKODONO YANG DISTABILISASI DENGAN Tinjauan Penurunan Konsolidasi Tanah Lempung Kecamatan Sukodono Yang Distabilisasi Dengan Garam Dapur (NaCl).

0 1 14

TINJAUAN PENURUNAN KONSOLIDASI TANAH LEMPUNG KECAMATAN SUKODONO YANG DISTABILISASI DENGAN Tinjauan Penurunan Konsolidasi Tanah Lempung Kecamatan Sukodono Yang Distabilisasi Dengan Garam Dapur (NaCl).

0 4 19

PEMANFAATAN KAPUR SEBAGAI BAHAN STABILISASI TERHADAP PENURUNAN KONSOLIDASI TANAH Pemanfaatan Kapur Sebagai Bahan Stabilisasi Terhadap Penurunan Konsolidasi Tanah Lempung Tanon dengan Variasi Ukuran Butiran Tanah(Studi Kasus Tanah Lempung Tanon, Sragen).

0 4 19

PERBANDINGAN KONSOLIDASI TANAH LEMPUNG LUNAK YANG DISTABILISASI DENGAN KOLOM CAMPURAN PASIR KAPUR DAN KOLOM Perbandingan Konsolidasi Tanah Lempung Lunak yang Distabilisasi dengan Kolom Campuran Pasir Kapur dan Kolom Pasir Di Atas Kapur.

0 6 15

PENGARUH VARIASI DIAMETER KOLOM CAMPURAN PASIR KAPUR TERHADAP KONSOLIDASI TANAH LEMPUNG LUNAK Pengaruh Variasi Diameter Kolom Campuran Pasir Kapur Terhadap Konsolidasi Tanah Lempung Lunak.

0 2 12

TINJAUAN PENURUNAN KONSOLIDASI DAN KUAT DUKUNG PADA TANAH LEMPUNG TANON YANG DISTABILISASI DENGAN TINJAUAN PENURUNAN KONSOLIDASI DAN KUAT DUKUNG PADA TANAH LEMPUNG TANON YANG DISTABILISASI DENGAN KAPUR DAN TANAH GADONG.

0 1 14

TINJAUAN KUAT DUKUNG, POTENSI KEMBANG SUSUT, DAN PENURUNAN KONSOLIDASI TANAH LEMPUNG TINJAUAN KUAT DUKUNG, POTENSI KEMBANG SUSUT, DAN PENURUNAN KONSOLIDASI TANAH LEMPUNG PEDAN KLATEN.

0 1 11

TINJAUAN KUAT DUKUNG, POTENSI KEMBANG SUSUT, DAN PENURUNAN KONSOLIDASI TANAH LEMPUNG TINJAUAN KUAT DUKUNG, POTENSI KEMBANG SUSUT, DAN PENURUNAN KONSOLIDASI TANAH LEMPUNG KALIOSO KARANGANYAR.

0 1 13

STUDI PENURUNAN PONDASI MELAYANG DI ATAS TANAH LEMPUNG LUNAK.

0 0 6

65543 ID perbaikan tanah lempung lunak

0 5 20