36
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Debit Banjir Waduk Pasuruhan
Perhitungan debit banjir pada perencanaan Waduk Pasuruhan pada dasarnya dilakukan untuk mengetahui debit air maksimum yang masuk ke dalam
waduk. Pehitungan debit banjir dilakukan dengan periode ulang tertentu sesuai dengan perencanaan. Pada tugas akhir ini, periode ulang debit banjir yang dihitung
adalah 1,1, 2, 5, 10, 25, 50, dan 100 tahun. Pada tahap perencanaan lebih lanjut, hasil perhitungan debit banjir
kemudian akan digunakan untuk merancang kekuatan stuktur waduk dan bangunan – bangunan air lain pada waduk. Kekuatan struktur umumnya mecakup stabilitas
waduk dan bangunan air terhadap gaya geser, guling, dan
uplift
gaya angkat air. Masing
– masing elemen pada suatu waduk harus dilakukan perhitungan stabilitas terhadap ketiga gaya tersebut, sehingga tidak terjadi kegagalan struktur waduk saat
pelaksanaan proses konstruksi. Mengingat bahwa tujuan tugas akhir ini lebih spesifik untuk menghitung
neraca air pada perencanaan Waduk Pasuruhan, maka perhitungan debit banjir dilakukan hanya sebatas untuk mengetahui debit air maksimum yang masuk ke
waduk dengan periode ulang tertentu. Setelah diketahui nilai debit maksimum pada periode ulang tertetntu, tidak ada perhitungan lebih lanjut mengenai perencanaan
kekuatan struktur pada Waduk Pasuruhan, maupun bangunan – bangunan air lain
yang terdapat pada Waduk Pasuruhan.
5.1.1 Stasiun hujan Berdasarkan laporan perencanaan Waduk Pasuruhan oleh PT. Mettana
Engineering Consultant
, data curah hujan yang digunakan pada perencanaan Waduk Pasuruhan didapat dari 13 stasiun hujan terdekat pada lokasi perencanaan.
Stasiun – stasiun hujan yang digunakan tersebar secara merata pada Daerah
Tangkapan Air DTA Perencanaan Waduk Pasuruhan, yang berada dalam wilayah Daerah Aliran Sungai DAS Progo. Secara spesfik, nama dan koordinat lokasi
stasiun hujan yang digunakan terdapat pada tabel 5.1 berikut. Tabel 5. 1 Stasiun Hujan dan Koordinat Stasiun Hujan
Pada masing – masing stasiun hujan yang digunakan, diambil data curah
hujan selama 22 tahun yang dimulai sejak tahun 1994 hingga 2015. Data curah No.
Stasiun Northing Easting
Zone Koordinat Stasiun
Lintang Bujur
1 Jumprit
9196346 394068 49M
7,2695 110,0404 2
Jumo 9199239 402707
49M 7,2435 110,1187
3 Ngadirejo
9188079 395532 49M
7,3443 110,0535 4
Parakan 9193224 402619
49M 7,2979 110,1178
5 Kebraman
9196794 407868 49M
7,2657 110,1654 6
Temanggung 9189745 410475 49M
7,3295 110,1889 7
Kandangan 9195982 411446
49M 7,2731 110,1978
8 Pringsurat
9186519 425149 49M
7,3589 110,3218 9
Badran 9185592 412899
49M 7,3671 110,2108
10 Kaliloro 9173985 402161
49M 7,4719 110,1133
11 Kalegen 9174927 408659
49M 7,4635 110,1722
12 Tempuran 9166196 410749
49M 7,5425 110,1910
13 Salaman 9160193 405223
49M 7,5967 110,1408
hujan yang digunakan merupakan data curah hujan maksimum tahunan pada masing
– masing stasiun hujan. 5.1.2 Data curah hujan yang hilang
Data curah hujan maksimum pada masing – masing stasiun hujan memiliki
hambatan dalam kelengkapan data. Dalam kurun waktu pengamatan data sejak 1994 sampai 2015 terdapat data
– data yang kosong hilang pada berbagai stasiun hujan yang utamanya disebabkan oleh kerusakan alat stasiun hujan. Data hujan
yang hilang kemudian harus dilengkapi dengan memilih beberapa metode yang telah ditemukan. Pada tugas akhir ini, pengisian data hujan yang hilang dilakukan
dengan metode
inverse square distance
. Metode
inverse square distance
merupakan metode pengisian data curah hujan yang hilang dengan menggunakan minimal data hujan dari minimal 3 stasiun
terdekat pada waktu hujan yang sama. Metode
inverse square diustance
dipilih karena mempertimbangkan kelengkapan data yang dimiliki. Contoh perhitungan
data curah hujan yang hilang dan curah hujan maksimum pada masing – masing
staisun dapat dilihat pada tabel 5.2 tabel 5.3.
Tabel 5. 2 Curah Hujan Maksimugm Stasiun Hujan Tahun 1994 Sampai 2004 No
Stasiun Curah Hujan Maksimum Tahunan mm
1994 1995
1996 1997
1998 1999
2000 2001
2002 2003
2004 1
Jumprit 72
79 69
76 78
61 71,87
72,78 90
80 64,17
2 Jumo
168 143
98 108
90 125
94 56
100 90
63 3
Ngadirejo 76
81 88
54 92
73 53
97 68
110 67
4 Parakan
139,48 46
67 58
95 78
72 61
57 49
62 5
Kebraman 141
111 135
91 117
90 44
59 95
87 50
6 Temanggung
78,18 100
69 78
95 100
117 57
78 80
72 7
Kandangan 60
97 72
90 85
84 46
81 96
76 46
8 Pringsurat
77,34 77,12
181 102
82 96
93 125
68 80
95 9
Badran 63
51 55
61 75
75 59
93 59
55 48
10 Kaliloro 100
111 103
106 121
138 129
141 105
79 103
11 Kalegen 93,49
99,86 92,25
93,19 121
138 129
141 105
79 103
12 Tempuran 100
109 95
89 137
90 116
88 72
141 82
13 Salaman 86
142 280
100 121
143 136
88 118
143 133
» tidak ada data hujan, diisi dengan menggunakan metode
inverse square distance
Tabel 5. 3 Curah Hujan Maksimum Stasiun Hujan Tahun 2005 Sampai 2015 No
Stasiun Curah Hujan Maksimum Tahunan mm
2005 2006
2007 2008
2009 2010
2011 2012
2013 2014
2015 1
Jumprit 70,31
54,40 49,84
68,17 67,42
76,90 81,58
86,22 82,51
78,16 92,10
2 Jumo
60 60
49 75
65 81
87 92
100 60
85 3
Ngadirejo 81
55,73 55,87
71 80
92 97
91 72
78 100
4 Parakan
68 47
49 58
55 55
58 77,11
88,53 66,82
86,86 5
Kebraman 54,66
58,08 53,01
66 40
67 77
60 77,21
109,94 84,78
6 Temanggung
130 76
85 66
72 147
75 78
81 70
78 7
Kandangan 48
61 56
62 45
66 76
93 64
145 84
8 Pringsurat
98 52
80 78
44 45
108,68 82
111,15 106,08
75,86 9
Badran 86
70 120
87 108
205 149
114 157
109 70
10 Kaliloro 130
104 142
80 92
124 90
68 103
91 86
11 Kalegen 130
104 142
80 92
124 90
68 90
68 81,53
12 Tempuran 89
103 90
138 77
69 102
101 95
78 105,87
13 Salaman 118
123 118
106 156
90 78
97 118
139 122
» tidak ada data hujan, diisi dengan menggunakan metode
inverse square distance
Contoh perhitungan curah hujan yang hilang Staisun Parakan tahun 1994 : Tabel 5. 4 Jarak Stasiun Parakan Terhadap Stasiun Tedekat
Perhitungan jarak antar stasiun : Koordinat stasiun Parakan 7,2979
° bujur dan 110,1178° lintang Koordinat stasiun Jumo 7,2435
° bujur dan 110,1187° lintang Selisih bujur = 7,2979
° – 7,2435° = 0,0544° Selisih lintang = 110.1178
° – 110.1187° = –0,0009° Berdasarkan konversi 1
° bujur maupun lintang sebesar 111,322 km, maka selisih bujur = 0,0544 x 111,322 = 6,011 km dan selisih lintang = 0,0009 x 111,322 =
–0,1 km.
Maka jarak antara stasiun Parakan dan Jumo =
057 ,
6 1
, 001
, 6
2 2
km Kemudian, data curah hujan yang hilang dihitung dengan persamaan
inverse square distance
seperti berikut. Asal
Tujuan Jarak km
Jarak
2
km
2
1 Jarak
2
Parakan Jumo
6,057 36,684
0,0273 Kebraman
6,397 40,928
0,0244 Temanggung
8,662 75,022
0,0133 Ngadirejo
8,827 77,918
0,0128 Jumprit
9,178 84,236
0,0119 Kandangan
9,324 86,934
0,0115
2 2
2 2
2
1 1
1
2
ngadirejo kebraman
jumo ngadirejo
ngadirejo n
kebrama kebraman
jumo jumo
parakan
J a r a k J a r a k
J a r a k J a r a k
P J a r a k
P J a r a k
P P
48 ,
139 0128
, 0244
, 0273
, 827
, 8
76 397
, 6
141 057
, 6
168
2 2
2
parakan
P
mm
Catatan : data curah hujan stasiun Temanggung, yang memiliki jarak lebih dekat dibanding stasiun Ngadirejo pada tahun yang sama juga kosong hilang, sehingga
digunakan stasiun terdekat selanjutnya yaitu stasiun Ngadirejo. 5.1.3 Perhitungan curah hujan rerata Metode
Thiessen
Curah hujan rerata dihitung berdasarkan data curah hujan maksimum tahunan dari 13 stasiun hujan yang telah ditentukan. Perhitugan curah hujan rerata
Metode
Thiessen
dilakukan dengan menggunakan bantuan
software Arcgis 10.2.2.
Fungsi utama dari
software Arcgis 10.2.2
ini adalah untuk menentukan proporsi luasan yang diwakili oleh tiap
– tiap stasiun hujan pada Daerah Tangkapan Air DTA. Adapun langkah
– langkah perhitungan curah hujan rerata dengan Metode
Thiessen
adalah sebagai berikut : 1.
Menentukan Daerah Tangkapan Air DTA Penentuan Daerah Tangkapan Air DTA dilakukan berdasar koordinat
perencanaan Waduk Pasuruhan. Berdasarkan data perencanaan yang diperoleh dari PT. Mettana
Engineering Consultant
koordinat perencanaan Waduk Pasurhan berada pada 9162391,642 m
Norhting
dan 411474,793 m
Easting
serta 9162245,737
Norhting
dan 411360,760
m
Easting
. Data koordinat tersebut kemudian dijadikan pedoman dalam
tracing
yang dilakukan pada peta digital Daerah Aliran Sungai DAS Progo yang telah dimasukkan dalam
software Arcgis 10.2.2
.
Gambar 5. 1 Peta Digital DAS Progo
Gambar 5. 2 Daerah Tangkapan Air DTA Waduk Pasuruhan
2. Plotting
koordinat masing – masing stasiun hujan
Plotting
koordinat masing – masing stasiun hujan dilakukan dengan data
koordinat stasiun format UTM. Pengaturan data geografis dilakukan sebelum melakukan
plotting
, yaitu dengan mengubah sistem koordinat pada
software Arcgis 10.2.2
menjadi WGS 1984
Zone
49S. Perubahan pengaturan koordinat ini menyesuaikan dengan lokasi Waduk
Pasuruhan yaitu pada Kabupaten Magelang.
Gambar 5. 3 Hasil Plotting Stasiun Hujan Pada DTA Waduk Pasuruhan 3.
Membuat Poligon
Thieesen
berdasarkan titik – titik stasiun hujan
Pembuatan Poligon
Thiessen
dilakukan dengan menggunakan bantuan
Arc Toolbox
pada
software Arcgis 10.2.2
. Pada
Arc Toolbox
dipilih
Analysis Tool
kemudian
Create Thiessen Polygons
. Data input pada pembuatan Poligon
Thiessen
adalah data
plotting
koordinat masing –
masing stasiun hujan yang telah dilakukan sebelumnya. Hasil Poligon
Thiessen
memilki bentuk persegi panjang, sehingga perlu penyesuaian terhadap bentuk Daerah Tangkapan Air DTA Waduk Pasuruhan
dengan cara memperpanjang masing – masing garis pada Poligon
Thiessen
hingga memotong garis – garis batas Daerah Tangkapan Air
DTA Waduk Pasuruhan.
Gambar 5. 4 Hasil Pembuatan Poligon
Thiessen
Gambar 5. 5 Luasan Daerah Stasiun Hujan Pada DTA Waduk Pasuruhan Berdasarkan gambar 5.5, maka lausan wilayah yang diwakili oleh
masing – masing stasiun hujan adalah sebagai berikut.
Tabel 5. 5 Luas Wilayah yang Diwakili Masing – Masing Stasiun Hujan
4. Perhitungan curah hujan rerata
Perhitungan curah hujan rerata dilakukan dengan menjumlah hasil perkalian antara curah hujan maksimum dengan proporsi luasan wilayah
hujan pada masing – masing stasiun hujan. Perhitungan curah hujan
rerata dilakukan mulai tahun 1994 sampai 2015 sesuai dengan perencanaan. Setelah didapatkan curah hujan rerata pada masing
– masing stasiun hujan tiap tahun, maka dihitung curah hujan rerata
keseluruhan dari stasiun hujan yang digunakan. Contoh perhitungan curah hujan rerata tahunan masing
– masing stasiun dan curah hujan rerata tahunan seluruh stasiun ditunjukkan pada tabel 5.6
No. Stasiun
Luas m
2
Luas km
2
Proporsi 1
Jumprit 77.889.469,197
77,889 8,03
2 Jumo
56.641.546,910 56,642
5,84 3
Ngadirejo 77.107.992,792
77,108 7,95
4 Parakan
64.715.350,327 64,715
6,67 5
Kebraman 35.395.122,535
35,395 3,65
6 Temanggung
64.514.361,161 64,514
6,65 7
Kandangan 99.937.861,792
99,938 10,31
8 Pringsurat
69.976.186,047 69,976
7,22 9
Badran 88.245.300,959
88,245 9,10
10 Kaliloro 122.343.777,910
122,344 12,62
11 Kalegen 86.882.604,183
86,883 8,96
12 Tempuran 63.474.562,732
63,475 6,55
13 Salaman 62.419.234,262
62,419 6,44
Jumlah 969,54
100
Tabel 5. 6 Contoh Perhitungan Curah Hujan Rerata
5.1.4 Analisa frekuensi dan pemilihan jenis distribusi data Analisa frekuensi dan pemilihan jenis distribusi data adalah pengolahan data
secara statistik yang dilakukan terhadap data hasil perhitungan curah hujan rerata tahunan pada Daerah Tangkapan Air DTA Waduk Pasuruhan. Hasil yang didapat
dari analisa frekuensi yang berupa Cv, Cs, dan Ck merupakan dasar dalam penentuan jenis distribusi data. Nilai
– nilai tersebut kemudian dibandingkan dengan syarat
– syarat dari jenis – jenis distribusi yang ada, sehingga akan didapatkan jenis distribusi data curah hujan rerata.
No. Stasiun
Proporsi 1994
1995 CH
CH x Proporsi
CH CH x
Proporsi 1
Jumprit 8,03
72 5,784
79 6,347
2 Jumo
5,84 168
13,496 143
11,488 3
Ngadirejo 7,95
76 6,106
81 6,507
4 Parakan
6,67 139
11,205 46
3,695 5
Kebraman 3,65
141 11,327
111 8,917
6 Temanggung
6,65 78
6,280 100
8,034 7
Kandangan 10,31
60 4,820
97 7,793
8 Pringsurat
7,22 77
6,213 77
6,196 9
Badran 9,10
63 5,061
51 4,097
10 Kaliloro
12,62 100 8,034
111 8,917
11 Kalegen
8,96 93
7,510 100
8,023 12
Tempuran 6,55
100 8,034
109 8,757
13 Salaman
6,44 86
6,909 142
11,408 Curah Hujan Rata - Rata
100,781 100,178
Tabel 5. 7 Perhitungan Analisa Frekuensi Tahun
Xi Xi - X rerata
Xi - X rerata
2
|Xi - X rerata|
3
Xi - X rerata
4
1994 100,781
7,5243 56,6151
425,9895 103.158.803,6074
1995 100,178
6,9221 47,9160
331,6808 100.715.302,8177
1996 112,812
19,5559 382,4317
7.478,7825 161.965.432,7961
1997 88,867
-4,3893 19,2663
84,5662 62.367.683,7303
1998 105,160
11,9039 141,7035
1.686,8277 122.293.844,5314
1999 103,714
10,4579 109,3671
1.143,7477 115.704.694,7474
2000 93,179
-0,0770 0,0059
0,0005 75.383.586,9655
2001 93,173
-0,0835 0,0070
0,0006 75.362.331,6653
2002 89,254
-4,0026 16,0212
64,1272 63.460.318,5252
2003 92,306
-0,9499 0,9023
0,8570 72.598.245,7478
2004 79,386
-13,8704 192,3884
2.668,5065 39.716.526,5940
2005 93,429
0,1726 0,0298
0,0051 76.194.578,5044
2006 77,783
-15,4733 239,4239
3.704,6849 36.604.640,3048
2007 87,544
-5,7120 32,6264
186,3608 58.736.845,0677
2008 83,161
-10,0949 101,9069
1.028,7395 47.828.353,8214
2009 79,807
-13,4488 180,8700
2.432,4825 40.567.019,9538
2010 99,769
6,5132 42,4216
276,3001 99.080.789,9415
2011 93,934
0,6777 0,4593
0,3113 77.855.689,9711
Tabel 5. 8 Lanjutan Tahun
Xi Xi - X rerata
Xi - X rerata
2
|Xi - X rerata|
3
Xi - X rerata
4
2012 88,959
-4,2975 18,4688
79,3700 62.625.813,1687
2013 99,569
6,3124 39,8466
251,5288 98.285.661,1118
2014 96,324
3,0674 9,4092
28,8622 86.085.858,3962
2015 92,548
-0,7083 0,5016
0,3553 73.361.325,2879
Jumlah 1.632,5887
21.874,0869 1.749.953.347,2572
Tabel 5. 9 Perhitungan Cv, Cs, dan Ck X rerata
93,256 ∑ Xi - X rerata
2
1.632,5887 S
2
77,7423 S
4
6.043,8684 S
8,8172 Cv
10,5767 Cs
1,6715 Ck
0,4634
Pada tabel 5.7 dan 5.8, nilai Xi merupakan nilai curah hujan rerata masing – masing tahun pada Daerah Tangkapan Air DTA Pasuruhan. Nilai X rerata
merupakan rata – rata dari seluruh nilai curah hujan rerata masing – masing tahun.
Pada tabel 5.9, nilai jumlah Xi dikurangi X rerata kuadrat didapat dari perhitungan pada tabel 5.7 dan 5.8. Simbol S
2
merupakan standard deviasi, yang diperoleh dari persamaan berikut :
7423 ,
77 1
22 5887
, 1632
1
2 2
n Xr era ta
Xi S
Nilai S
4
diperoleh dari hasil S
2
dikuadratkan, dan nilai S diperoleh dari akar kuadrat dar S
2
. Nilai Cv koefisien variasi, Cs koefisien kemiringan, dan Ck koefisien kurtosis
diperole bersadarkan persamaan berikut :
5767 ,
10 8172
, 8
256 ,
93
S Xr er a ta
Cv
6715 ,
1 22
22 1
2
22
i
Xr er a ta Xi
Cs
4634 ,
22 1
4 22
1 4
S Xr er a ta
Xi Ck
i
Setelah nilai Cv, Cs, dan Ck didapat maka nilai – nilai tersebut dibandingkan
dengan syarat dari masing – masing jenis distribusi yang terdapat pada sub bab
3.2.2. Adapun perbandingan nilai hitungan dengan dengan syarat ditunjukkan pada tabel 5.10.
Tabel 5. 10 Perbandingan Syarat Jenis Distribusi dengan Nilai Cv, Cs, dan Ck No
Jenis Distribusi Syarat
Hasil Perhitungan 1
Gumbel Cs ≤ 1,1γ96
1,6715 1,1396 Ck ≤ 5,400β
0,5381 5,4002 2
Log Normal Cs = 3 Cv + Cv
2
≠ Cs = 1,4286
3 Log-Pearson tipe III
Cs ≠ 0 1,6715 ≠ 0
4 Normal
Cs = 0 1,4β86 ≠ 0
Berdasarkan tabel 5.10 didapat bahwa data curah hujan rerata tahunan termasuk dalam jenis distribusi Log-Pearson tipe III.
5.1.5 Uji kesesuaian distribusi frekuensi Uji kesesuaian distribusi frekuensi dilakukan untuk mengetahui apakah data
curah hujan rerata yang diperoleh sudah memiliki sebaran data yang cukup baik dan mewakili. Uji kesesuaian distribusi frekuensi yang dilakukan ada 2, yaitu uji chi
kuadrat dan uji
Smirnov-Kolmogrov
. 1.
Uji chi kuadrat Pada uji chi kuadrat dilakukan beberapa perhitungan awal meliputi :
6 46
, 5
22 log
22 ,
3 1
log 22
, 3
1
n kela s
K 6667
, 3
6 22
K n
Ef
0058 ,
7 1
6 783
, 77
812 ,
112 1
min max
K
X X
Dx 2800
, 74
0058 ,
7 5
, 783
, 77
5 ,
min
Dx X
Xa wa l
3 1
2 6
1
R K
DK Berdasarkan hitungan nilai DK Derajat Kebebasan, K jumlah kelas,
dan tingkat kepercayaan α = 5, maka didapat nilai Xβ maksimum tabel uji chi kuadrat sebesar 33,924. Dengan demikian, hasil perhitungan uji
chi kuadrat tidak boleh melebihi nilai 33,924. Perhitungan uji chi kuadrat secara terperinci ditunjukkan pada tabel 5.11 berikut.
Tabel 5. 11 Uji Chi Kuadrat No
Nilai Batasan Of
Ef Of - Ef
2
Of - Ef
2
Ef 1
74,β800 ≤ X ≥ 81,β858 3
3,6667 0,4444
0,1212 2
81,β858 ≤ X ≥ 88,β916 2
3,6667 2,7778
0,7576 3
88,β916 ≤ X ≥ 95,β975 9
3,6667 28,4444
7,7576 4
95,β975 ≤ X ≥ 10β,γ0γγ 5
3,6667 1,7778
0,4848 5
10β,γ0γγ ≤ X ≥ 109,γ09β 2
3,6667 2,7778
0,7576 6
109,γ09β ≤ X ≥ 116,γ150 1
3,6667 7,1111
1,9394 Jumlah
22 -
- 11,8182
Dari hasil perhitungan didapat nilai X
2
sebesar 11,8182 yang lebih rendah dari nilai X
2
berdasar tabel sebesar 33,924. Dengan demikian sebaran data
Log Pearson
III dapat diterima
Pada tabel 5.10, nilai batasan diperoleh dengan menjumlahkan nilai X awal dengan Dx, dimana X merupakan nilai curah hujan rerata tahunan.
Nilai Of didapat dari menghitung jumlah nilai curah hujan rerata tahunan X yang masuk dalam nilai batasan pada masing
– masing tingkatan. Perhitungan Ef, didapat pada perhitungan awal yang telah
dijabarkan, dan perhitungan Of – Ef
2
dan Of – Ef
2
Ef dilakukan dengan mengikuti rumus yang telah diberikan.
2. Uji
Smirnov-Kolmogrov
Langkah awal uji
Smirnov-Kolmogrov
adalah melakukan pengurutan data curah hujan rerata tahunan dari nilai terkecil hingga nilai terbesar.
Contoh perhitungan uji
Smirnov-Kolmogrov
secara terperinci adalah sebagai berikut.
Tahun 2006, curah hujan rerata = 77,7829 mm Xi, dengan rata – rata
curah hujan rerata sebesar 93,2562.
0435 ,
1 22
1 1
n
M x
P
dimana M = nomor urut data setelah diurutkan dari terkceil hingga terbesar, dan n = jumlah data.
Px
= 1 –
Px
= 1 – 0,0435 = 0,9565
7549 ,
1 8172
, 8
2562 ,
93 7829
, 77
S Xr er a ta
Xi t
f
0476 ,
1 22
1 1
n
M x
P
P’x = 1 – P’x = 1 – 0,0476 = 0,9524 D = Px
– P’x = 0,9565 – 0,9524 = 0,0041 Selanjutnya, masing
– masing tahun dihitung dengan langkah yang sama seperti langkah diatas. Nilai D yang didapat pada masing
– masing tahun dibandingkan dan dicari nilai maksimumnya hingga disebut dengan D
maks. Pada perthitungan keseluruhan, ditemukan nilai D maksimum sebesar 0,0041 yaitu pada tahun 2006. Langkah terakhir pada uji
Smirnov-kolmogrov
adalah mencari nilai batas D kritis berdasarkan
tabel 3.1. Dengan jumlah data 22 dan derajat keprcayaan α = 5, maka
besarnya nilai D kritis adalah sebagai berikut :
282 ,
27 ,
29 ,
20 25
20 22
29 ,
kr itis
D
Berdasarkan perhitungan – perhtiungan yang telah dilakukan, maka
didapat hasil D maksimum sebesar 0,091 lebih rendah dibanding D kritis sebesar 0,282, maka dapat dikatakan bahwa sebaran data
Log Pearson
tipe III dapat diterima. Tabel 5. 12 Contoh Perhitungan Uji Smirnov-Kolomogrov
No Tahun
Xi X rerata
PX PX
ft PX
PX D
1 2006
77,783 93,256
0,043 0,957
-1,755 0,048
0,952 0,004
2 2004
79,386 93,256
0,087 0,913
-1,573 0,095
0,905 0,008
3 2009
79,807 93,256
0,130 0,870
-1,525 0,143
0,857 0,012
4 2008
83,161 93,256
0,174 0,826
-1,145 0,190
0,810 0,017
5 2007
87,544 93,256
0,217 0,783
-0,648 0,238
0,762 0,021
5.1.6 Perhitungan debit banjir Metode Melchior Perhitungan debit banjir dilakukan menggunakan Metode Melchior, karena
hujan yang terjadi kurang dari 4 jam dan luas Daerah Tangkapan Air DTA lebih dari 100 km
2
. Langkah awal perhitungan debit banjir Metode Melchior adalah menghitung dispersi
Log Pearson
hingga didapat nilai curah hujan rencana. Berdasarkan data nilai curah hujan rencana dan data
– data berupa koefisien resapan dan koefisien aliran akan diperoleh nilai debit banjir dengan periode ulang yang
dipilih yaitu 1,1, 2, 5, 10, 25, 50, dan 100 tahun. Perhitungan dispersi
Log Pearson
ditunjukkan pada tabel 5.13 berikut.
Tabel 5. 13 Perhitungan Dispersi Log Pearson No
Tahun Xi
CH Rata - rata
Log Xi Log Xi -
Log Xrt |Log Xi -
Log Xrt| Log Xi -
Log Xrt
2
Log Xi - Log Xrt
3
Log Xi - Log Xrt
4
1 2006
77,7829 93,2562
1,8909 -0,0788
0,0788 6,2E-03
-4,9E-04 3,9E-05
2 2004
79,3858 93,2562
1,8997 -0,0699
0,0699 4,9E-03
-3,4E-04 2,4E-05
3 2009
79,8074 93,2562
1,9020 -0,0676
0,0676 4,6E-03
-3,1E-04 2,1E-05
4 2008
83,1613 93,2562
1,9199 -0,0498
0,0498 2,5E-03
-1,2E-04 6,1E-06
5 2007
87,5443 93,2562
1,9422 -0,0275
0,0275 7,5E-04
-2,1E-05 5,7E-07
6 1997
88,8669 93,2562
1,9487 -0,0209
0,0209 4,4E-04
-9,2E-06 1,9E-07
7 2012
88,9587 93,2562
1,9492 -0,0205
0,0205 4,2E-04
-8,6E-06 1,8E-07
8 2002
89,2536 93,2562
1,9506 -0,0191
0,0191 3,6E-04
-6,9E-06 1,3E-07
9 2003
92,3063 93,2562
1,9652 -0,0044
0,0044 2,0E-05
-8,8E-08 3,9E-10
10 2015
92,5479 93,2562
1,9664 -0,0033
0,0033 1,1E-05
-3,6E-08 1,2E-10
11 2001
93,1727 93,2562
1,9693 -0,0004
0,0004 1,5E-07
-5,9E-11 2,3E-14
12 2000
93,1792 93,2562
1,9693 -0,0004
0,0004 1,3E-07
-4,6E-11 1,7E-14
13 2005
93,4289 93,2562
1,9705 0,0008
0,0008 6,5E-07
5,2E-10 4,2E-13
14 2011
93,9340 93,2562
1,9728 0,0031
0,0031 9,9E-06
3,1E-08 9,8E-11
15 2014
96,3237 93,2562
1,9837 0,0141
0,0141 2,0E-04
2,8E-06 3,9E-08
Tabel 5. 14 Lanjutan No
Tahun Xi
CH Rata - rata
Log Xi Log Xi -
Log Xrt |Log Xi -
Log Xrt| Log Xi -
Log Xrt
2
Log Xi - Log Xrt
3
Log Xi - Log Xrt
4
16 2013
99,5686 93,2562
1,9981 0,0284
0,0284 8,1E-04
2,3E-05 6,5E-07
17 2010
99,7694 93,2562
1,9990 0,0293
0,0293 8,6E-04
2,5E-05 7,4E-07
18 1995
100,1783 93,2562
2,0008 0,0311
0,0311 9,7E-04
3,0E-05 9,4E-07
19 1994
100,7805 93,2562
2,0034 0,0337
0,0337 1,1E-03
3,8E-05 1,3E-06
20 1999
103,7141 93,2562
2,0158 0,0462
0,0462 2,1E-03
9,8E-05 4,5E-06
21 1998
105,1601 93,2562
2,0219 0,0522
0,0522 2,7E-03
1,4E-04 7,4E-06
22 1996
112,8121 93,2562
2,0524 0,0827
0,0827 6,8E-03
5,7E-04 4,7E-05
Rata - rata 1,9678
Jumlah 0,0358
-0,0004 0,0002
Berdasarkan data pada tabel 5.13 dan 5.14 selanjutnya dilakukan perhitungan sebagai berikut : 00002
, 2
22 1
22 0004
, 22
2 1
log log
3
n n
xr t xi
n a
0413 ,
1 22
0358 ,
1 log
log
2
n xr t
xi S
0210 ,
9678 ,
1 0413
, log
x r a ta
r a ta S
Cv
2858 ,
0413 ,
00002 ,
3 3
S a
Cs
9197 ,
6 log
log 22
1
4 22
1 4
S Xr t
Xi Ck
i
Setelah mendapatkan nilai – nilai diatas, maka nilai K dicari pada tabel nilai K
Log Pearson
. berdasarkan nilai Cs yang diperoleh untuk masing
– masing periode ulang curah hujan rencana. Tabel 5. 15 Perhitungan Nilai K
1,01 2
5 10
25 50
100 -0,2
-2,472 0,033
0,850 1,258
1,680 1,945
2,178 -0,2858
-2,533 0,047
0,852 1,246
1,648 1,897
2,114 -0,4
-2,615 0,066
0,855 1,231
1,606 1,834
2,029 Contoh perhitungan : pada periode ulang 1,1 tahun
533 ,
2 615
, 2
472 ,
2 2
, 4
, 2
. 2858
, 472
, 2
K
Tabel 5. 16 Perhitungan Curah Hujan Rencana No
Periode Rata2 Log Xi
S K
Log R Rmm
1 1,1
1,9678 0,0413
-2,5333 1,8632
72,9764 2
2 1,9678
0,0413 0,0472
1,9698 93,2744
3 5
1,9678 0,0413
0,8521 2,0030
100,6956 4
10 1,9678
0,0413 1,2464
2,0193 104,5429
5 25
1,9678 0,0413
1,6483 2,0359
108,6154 6
50 1,9678
0,0413 1,8974
2,0462 111,2195
7 100
1,9678 0,0413
2,1141 2,0551
113,5353 Berdasarkan tabel 5.16, persamaan untuk menghitung besarnya nilai Log R dan R
curah hujan rencana adalah sebagai berikut : Log R = rata
– rata log Xi + S
x
K = 1,978 + 0,0413
x
–2,5333 = 1,8632 R = 10
log R
= 10
1,8632
= 72,9764 mm. Pada tabel 5.14 telah didapat nilai ruah hujan rencana dengan periode ulang yang
ditetapkan. Selanjutnya, debit banjir untuk masing – masing periode ulang dapat
dihitung berdasarkan Metode Melchior. Tabel 5. 17 Debit Banjir Metode Melchior
No Periode
R mm
Qn m
3
dt.km
2
α Q
n
m
3
dt 1
1,1 72,9764
2,3531 1,9881
0,5200 860,5885
2 2
93,2744 2,3531
1,9881 0,5200
1.099,9565 3
5 100,6956
2,3531 1,9881
0,5200 1.187,4714
4 10
104,5429 2,3531
1,9881 0,5200
1.232,8420 5
25 108,6154
2,3531 1,9881
0,5200 1.280,8672
6 50
111,2195 2,3531
1,9881 0,5200
1.311,5764 7
100 113,5353
2,3531 1,9881
0,5200 1.338,8862
Pada perhitungan debit banjir metode Melchior, koefisien limpasan air hujan α ditetapkan sebesar
0.5β. Koefisien pengurangan daerah curah hujan DAS
dihitung berdasarkan besarnya luas DAS, yang pada perhitungan tugas akhir ini disebut DTA F, dengan persaman berikut :
1720 3960
12 ,
1970
F
Dengan menggunakan
solver
maka didapat nilai koefisien sebesar 2,3531. Nilai qn dicari berdasarkan luas DTA F dengan hubungan seperti pada gambar
berikut :
Gambar 5. 6 Tabel Hubungan Nilai F dan qn Luas DTA Waduk Pasuruhan adalah sebesar 969,54 km
2
dengan demikian besarnya nilai qn diinterpolasi dengan cara berikut :
9881 ,
1 85
, 1
30 ,
2 720
1080 720
54 ,
969 30
, 2
qn
m
3
detkm
2
Nilai Qn dihitung dengan persamaan berikut :
F R
qn Qn
200
5885 ,
860 54
, 969
200 9764
, 72
9881 ,
1 3531
, 2
52 ,
Qn
m
3
dt Debit banjir dihitung pada masing
– masing periode ulang perencanaan Waduk Pasuruhan dengan menggunakan langkah
– langkah yang sama.
5.2. Ketersediaan Air Waduk Pasuruhan