Analisis semiotik wajah ailam dalam film My Name Is Khan

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Komunikasi melalui media massa cenderung hanya berorientasi pada
pemaksimalan keuntungan atau profit. Dengan begitu mereka juga akan membuat
program acara yang dapat menjaring banyak para pemasang iklan, entah program
acara tersebut berkualitas atau tidak, asalkan disukai oleh pasar.
Selain majalah, radio dan televisi saat ini film tidak hanya menjadi sarana
seni, hiburan ataupun bisnis semata tetapi film juga menjadi bagian dari
komunikasi. Film juga merupakan salah satu bentuk komunikasi massa yang
menyampaikan pesan dengan menggunakan audio dan visual. Film dapat
menggambarkan dan merefleksikan realitas kehidupan manusia. Selain dapat
menyampaikan pesan kepada masyarakat luas dan secara saru arah, film juga
dapat memberikan efek komunikasi yang sangat besar. Meskipun komunikasi satu
arah tidak memberikan efek secara langsung, namun film dapat memberikan efek
mendalam terhadap sesuatu.
Film memiliki gerak yang bebas, hal itu merupakan salah satu keunikan
daripada media komunikasi masa lainnya karena film dapat diterjemahkan baik
dari unsur audio, visual dan textual, Film is unique, set apart from other all other
media by its quality of free and constant motion.1 Inilah yang menjadilkan film

bisa lebih menarik daripada media komunikasi massa lainnya, adanya unsur cerita

1

.2

Joseph M, Boggs, The Art Of Watching Film, Mayfield Publishing Company, Ed 2000. h

di dalamnya dan bagaiman kisah, pesan-pesan, intrik dan realitas dikemas di
dalam film itulah yang menjadikannya menarik. Penonton tidak akan mudah
bosan menonton film yang dikemas dengan menarik dan baik, tentu saja dengan
berbagi keunggulan dari media film tersebut pesan-pesan yang ingin disampaikan
dalam film akan dengan lebih mudah tersampaikan.
Film sebagai media komunikasi massa tentu saja berarti sebuah film
adalah sarana penyampaian pesan. Film telah digunakan sebagai media
penyampaian pesan moral, keagamaan dan juga kritik sosial, atau dalam beberapa
kasus film juga dapat jadi media propaganda. Film sebagai sarana penyampaian
pesan moral ialah bila di dalam film disisipkan materi pesan-pesan ataupun
nasehat moral yang biasanya divisualisasikan dalam cerita berupa kejadian dalam
film ataupun dialog tokoh dalam film. Begitu juga dalam penyampaian pesan

agama, propaganda atau kritik sosial, pesan divisualisasikan dalam adegan adegan
visual ataupun suara dalam film.
Salah satu film yang menarik saat ini karena muatannya sebagai
penyampai pesan moral dan kritik sosial ialah film “My Name Is Khan” film
tersebut di produksi oleh Dharma Productions, bekerjasama dengan Red Chillies
Entertainment dan akan didistribusikan oleh Fox Star Studios. Film ini
disutradarai oleh Karan Johar yang sebelumnya pernah sukses menggarap film
box office India “Kuch Kuch Hota Hai” yang kembali bekerja sama dengan
Shahrukh Khan sebagai bintang utama film tersebut yang memerankan Rizwan
Khan, seorang muslim penderita autisme yang tinggal di Amerika Serikat.

Pada tanggal 11 september 2001 pada pukul 09.00 pagi waktu New York
tiba-tiba sebuah Pesawat Boeing 757 Americans Airlines menabrak menara utara
gedung World Trade Center (WTC) yang 18 menit kemudian disusul Pesawat
Boeing 757 yang menabrak menara selatan WTC yang mengakibatkan kedua
menara tersebut runtuh2.
Film “My Name Is Khan” mengangkat isu rasial dan keagamaan paska
peristiwa 9\11, dimana paska pengeboman (WTC), terjadi diskrimainasi dan
penyerangan-penyerangan terhadap Muslim di Amerika Serikat. Dalam film ini
digambarkan masyarakat Amerika Serikat yang seolah menyalahkan warga

muslim atas peristiwa 9\11.
Pengangkatan tema mengenai keagamaan merupakan suatu hal yang
beresiko tinggi. Jika terdapat hal yang menyinggung pihak lain, maka akan timbul
konflik. Konflik yang ditimbulkan dapat berupa kecaman kepada pihak yang telah
membuat film tersebut. Reaksi keras akan terus mengalir dan pada akhirnya film
tersebut akan dicabut peredarannya dari masyarakat.
Karena itu selain isu SARA juga isu sosial yang melibatkan Islam di
dalamnya juga pemahaman umum terhadap Islam dan berbagai aspek yang
mengunggulkan film ini maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mendalam terhadap film tersebut yaitu bagaimana Islam digambarkan dalam film
tersebut, pemahaman umum masyarakat tentang Islam dan bagaimana Islam ingin
digambarkan di dalam film tersebut, peneliti bermaksud mengadakan penelitian

2

Adian Husaini, Jihad Osama Versus Amerika (Jakarta; Gema Insani Pers,2001) h.1

ilmiah yang akan dituangkan dalam skripsi yang berjudul: Analisis Semiotik,
Wajah Islam dalam Film ”My Name Is Khan”.


B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Berdasarkan judul dan latar belakang masalah di atas, dan untuk
membatasi serta mempermudah penyusunan, maka peneliti akan
melakukan analisis secara semiotik wajah Islam dalam film “My Name Is
Khan” dengan menggunakan metode analisis semiotik Roland Barthes,
dan materi yang diteliti dalam film tersebut dikhususkan pada bagian yang
berkaitan dengan konsep dan nilai-nilai keislaman, yang ditampilkan
dalam film baik oleh aktor utama ataupun oleh alur cerita.
2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan menjadi objek penelitian ini
terangkum dalam beberapa poin pertanyaan, yaitu:
a. Bagaimana penggambaran wajah Islam dalam film “My Name Is
Khan” dilihat dari perspektif semiotika?
b. Bagaimana pengkonstruksian pesan mengenai Islam di dalam film
”My Name Is Khan” berdasarkan konsep semitika Roland Barthes?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka ada beberapa tujuan

yang hendak dicapai dalam penelitian ini, yaitu:
Tujuan Teoritis:
a. Untuk mengetahui penggambaran wajah Islam dalam film ”My
Name Is Khan” dilihat dari aspek semiotika.
b. Untuk mengetahui pesan Islam yang dikonstruksi dalam film ”My
Name Is Khan”.
Tujuan Praktis:
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
kepada pembaca terhadap sesuatu yang merujuk kepada pembahasan
mengenai semiotika film, atau bagaimana bagaimana film dapat
menyampaikan suatu pesan. Serta diharapkan dapat digunakan sebagai
bahan kajian yang bermanfaat bagi mahasiswa-mahasiswa UIN
Jakarta, khususnya Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

2.

Manfaat Penelitian
Adapun terdapat manfaat penelitian yang dibagi dalam dua aspek yaitu

manfaat teoritis dan manfaat praktis.

Manfaat Teoritis:

a. Memperkaya kajian komunikasi massa melalui kajian semiotik
model Roland Bartes, khususnya bagi mahasiswa Fakultas Dakwah
Komunikasi (FDK) Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
b. Dapat dijadikan pengetahuan terhadap konstruksi pesan yang
terkandung dalam sebuah film bagi mahasiswa Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) Jurusan Komunikasi
dan Penyiaran Islam, khususnya tentang analisis Semiotik.
Manfaat Praktis:
a. Manambah wawasan mengenai konstruksi pesan dalam sebuah
film bagi para teoritis dan praktisi di bidang penyiaran dan
sejenisnya.
b. Menambah ilmu tentang cara pengambaran film bagi para
mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam khususnya,
serta mahasiswa lain yang mempunyai minat dalam bidang
Penyiaran pada umumnya.

D. Tinjauan Pustaka
Pada penelitian ini penulis juga menggunakan skripsi yang memiliki

beberapa persamaan dengan penelitian ini, sebagai referensi atau rujukan bagi
penulis dalam merumuskan permasalahan, dan sekaligus sebagai referensi
tambahan selain buku, koran dan artikel. Adapun beberapa judul penelitian yang
penulis dapatkan sebagai berikut:

Pertama “Analisis Semiotik Film Turtles Can Fly” oleh Istianah tahun
2009, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam , UIN Jakarta. Skripsi tersebut
memiliki persamaan dengan penelitian ini dalam hal penggunaan metode analisis
semiotik Roland Barthes. Tetapi memiliki perbedaan dalam hal perumusan
masalah.
Berikutnya “Analisis Semiotik Terhadap Film Animasi UPIN dan IPIN”
oleh Ahmad Bayhaki, tahun 2009, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, UIN
Jakarta. Skripsi ini menggunakan teknik analisis semiotik model Carles Sanders
Peirce.
Selain dua skripsi tersebut penelitian ini juga merujuk pada skripsi
“Analisis Semiotik Makna Nasionalisme Pada Film Nagabonar Jadi Dua karya
Deddy Mizwar” oleh Elviras tahun 2008 Universitas Muhammadiyah Malang,
Jurusan Komunikasi.
Meskipun penelitian ini mendapat rujukan dari skripsi-skripsi di atas dan
sama-sama meneliti tentang film, akan tetapi penelitian ini memiliki perbedaan

daripada skripsi-skripsi di atas yaitu pada fokus penelitiannya. Penelitian ini fokus
pada bagaimana wajah Islam ditampilkan dalam film “My Name Is Khan”.
Penelitian ini menggunakan analisis semiotik Roland Barthes yang meneliti
bagaimana Islam digambarkan dalam adegan-adegan visual, audio atau narasi di
dalam film “My Name Is Khan”.

E. Kerangka Konsep
Secara etimologis, istilah semiotik berasal dari semsion yang berarti
“tanda”. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat mewakili
sesuatu yang lain. Secara terminologis, semiotik dapat didefinisikan sebagai ilmu
yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh
kebudayaan sebagai tanda.3
Semiotika, secara substansial adalah kajian yang concern dengan dunia
simbol. Alasannya, seluruh isi media massa pada dasarnya adalah bahasa (verbal),
sementara bahasa merupakan dunia simbolik.4 Menurut Roland Barthes Semiotika
adalah ilmu mengenai bentuk (form). Studi ini mengkaji signifikasi yang terpisah
dari sisinya(content). Semiotika tidak hanya meneliti signifier dan signified tetapi
juga hubungan yang mengikat mereka, tanda yang berhubungan secara
keseluruhan.5
Sebagi sarana komunikasi massa penyampai pesan, dan cerminan realitas

masyarakat, sebuah film dan berbagai unsur di dalamya dapat dikaji salah satunya
dengan analisis semiotika. Semiotika didefinisikan oleh Ferdinand De Sausure di
dalam Course In General Linguistic sebagai “ilmu yang mengkaji tanda sebagi
bagian dari kehidupan sosial”.6 Jadi secara sederhana semiotika dapat dipahami
sebagi ilmu tentang tanda-tanda. Semiotika juga mempelajari aturan yang
membuat suatu tanda tersebut dapat memiliki arti. Salah satu gagasan besar

3

Askurifai, Baksin Membuat Film Indie Itu Gampang, (Bandung; Katarsis 2003) h. 95
ibid h. 140
5
ibid h. 123
6
Yasraf Amir Piliang, Hipersemiotika, (Yogyakarta; Jalasutra, 2003) h. 256
4

tentang tanda yang umumnya dijadikan dasar bagi penelitian semiotika, yakni
gagasan tentang tanda menurut Ferdinand de Saussure yaitu:
a) A Signifier (significant) – forma atau wajah tanda tersebut, misalnya:

tulisan di kertas, atau suara di udara, dengan kata lain wujud fisik dari
tanda.
b) The Signified (signifie’) – konsep yang di representasikan atau konsep
mental.
Menurut saussure, bahasa itu merupakan suatui sistem tanda (sign). Tanda
adalah kesatuan dari suatu bentuk penanda (signfier) dengan sebuah ide atau
petanda (signified). Dengan kata lain, penanda adalah “bunyi yang bermakna”
atau coretan yang bermakna.7

F. Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif semiotik
yaitu penelitian yang tidak menggunakan data data statistik dan jenis
penelitiannya adalah deskriptif seperti yang didefinisikan oleh Jalaludin Rachmat
sebagai metode yang hanya memaparkan situasi dan peristiwa dan tidak mencari
atau menjelaskan hubungan. Penelitian deskriptif timbul karena adanya suatu
peristiwa yang menarik perhatian peneliti namun belum ada kerangka teoritis
yang menjelaskannya.8

7


Alex Sobur, Semiotika Komunikasi,(Bandung ;Remaja Rosdakarya, 2004) h .46
Jalaludin Rachmat, Metode Penelitian Komunikasi, ( Bandung; Remaja Rosdakarya,
2005), h. 24-25.
8

1. Subjek dan Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah film “My Name Is Khan”, sedangkan subjek
penelitiannya adalah potongan adegan visual ataupun narasi dialog dalam film
“My Name Is Khan” yang berkaitan dengan makna Islam yang ingin disampaikan
di dalam film “My Name Is Khan”.
2. Tahapan Penelitian
a. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data, data dibagi menjadi dua, yaitu: 1) Data primer
adalah berupa data yang diperoleh dari rekaman video film “My Name Is Khan”.
Yang kemudian di bagi per scene dan dipilih adegan-adegan sesuai rumusan
masalah, yang digunakan untuk penelitian. 2) Data sekunder adalah data yang di
peroleh dari dokumen, atau literatur-literatur yang mendukung data primer, seperti
buku-buku yang sesuai dengan penelitian, artikel koran, catatan kuliah, kamus
istilah, internet dan sebaginya.
b. Teknik pengolahan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara, yang pertama observasi
yaitu melakukan pengamatan secara langsung dan bebas terhadap objek penelitian
dan unit analisis. Dengan cara menonton dan mengamati adegan-adegan dan
dialog dalam film “My Name Is Khan”. Kemudian, memilih dan menganalisa
sesuai dengan model penelitian yang diginakan.
Kedua adalah, studi dokumentasi yaitu mengumpulkan data-data melalui
telaah dan mengkaji berbagai literatur yang sesuai dan ada hubungnnya dengan

bahan penelitian yang kemudian dijadikan bahan argumentasi. Seperti buku-buku,
artikel koran, arsip, kamus istilah, internet dan sebaginya.
c. Teknik Analisis Data
Setelah data primer dan sekunder terkumpul kemudian diklasifikasikan
sesuai dengan pertanyaan penelitian yang telah ditentukan. setelah data
terklasifikasi dilakukan analisis data menggunakan teknik analisis semiotika
Roland Barthes. Barthes mengembangkan semiotika menjadi dua tingkatan
penandaan, yaitu tingkat denotasi dan konotasi

yang menghasilkan makna

eksplisit untuk memahami makna tanda-tanda dalam film “My Name Is Khan”
mengenai Islam.
Dalam penelitian ini digunakan teknik analisis data yaitu Analisis
semiotik, sebagi sarana komunikasi massa penyampai pesan, dan cerminan
realitas masyarakat, sebuah film dan berbagai unsur di dalamya dapat dikaji salah
satunya dengan analisis semiotika. Semiotika didefinisikan oleh Ferdinand De
Sausure di dalam Course In General Linguistic sebagai “ilmu yang mengkaji
tanda sebagi bagian dari kehidupan sosial”.9 Jadi secara sederhana semiotika dapat
dipahami sebagi ilmu tentang tanda-tanda. Semiotika juga mempelajari aturan
yang membuat suatu tanda tersebut dapat memiliki arti.
G. Sitematika Penulisan
Untuk memudahkan pembatasan skripsi ini, secara sistematis penulisannya
dibagi ke dalam lima bab beserta sub-babnya sebagai berikut:

9

Yasraf Amir Piliang, Hipersemiotika, (Yogyakarta; Jalasutra, 2003) h.256

BAB I

: PENDAHULUAN, Yaitu berupa latar belakang masalah
yang membahas film sebagai media komunikasi, sekilas
tentang film “My Name Is Khan” juga tentang peristiwa
teror 11 september 2001 pengeboman World Trade Center
yang melatar belakangi isu rasial pembutan film tersebut.
kemudian bab ini juga mencakup pembatasan dan rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka,
metodologi penelitian, sistematika penulisan

BAB II

: TINJAUAN TEORITIS, bab ini memuat teori-teori yang
menunjang dan mempunyai hubungan dengan permaslahan
yang diangkat dalam skripsi ini, yaitu; penjelasan mengenai
konsep sebuah film, jenis-jenis film, film sebagai media
komunikasi massa. Bab ini juga menngandung penjelasan
konsep umum semiotika, konsep semiotika roland barthes,
juga teori konstruksi sosial.

BAB III

: GAMBARAN UMUM FILM “My Name Is Khan”, bab ini
menjelaskan secara umum segala sesuatu mengenai film
”My Name Is Khan” jalan cerita dan penokohan dan
pemeran dalam film sinopsis dan tanggapan mengenai film
tersebut.

BAB IV

: ANALISIS DATA, bab ini yaitu berupa analisis semiotik
terhadap data dari film “My Name Is Khan” dan tentang

pengkonstruksian pesan mengenai wajah Islam dalam film
tersebut.
BAB V

: PENUTUP, bab ini berupa simpulan dan saran dari penelitian
yang

telah

pembahasan.

dilakukan

yang

menjadi

penutup

dari

BAB II

Tinjauan Teoritis
A. Teori Konstruksi Sosial
1. Paradigma Konstruktivis
Paradigma dapat didefinisikan berbeda-beda tergantung siapa yang
mendefinisikannya, seperti definisi Ritzer yang di jelaskan oleh Slamet Wiyono.
Apa yang didefinisikan Ritzer tentang paradigma, intinya adalah bahwa suatu
paradigma merupakan “wajah mendasar dari sesuatu yang menjadi perbincangan
(subject matter) di dalam wilayah sains”. Paradigma mengasumsikan,
mendefinisikan dan saling mengaitkan pada contoh, teori, metode, dan instrumeninstrumen yang ada dalam paradigma itu.10
Definisi lain paradigma dikemukakan oleh Hidajat Nataatmaja, dalam
Ilmu Humanika yang juga dijelaskan oleh Drs. Slamet Wiyono. Paradigma sama
dengan “Para Dogma”(yang mendahului dogma), diartikan sama dengan dogma
primer (yang tidak dapat diuraikan lebih lanjut menjadi dogma-dogma yang lebih
sederhana) yang mendahului segala macam dogma, atau seperangkat sistem dsri
dogma-dogma itu (landasan dogmatika).11
Konstruktivisme, gagasan tentangnya telah mulai muncul sejak Socrates
menemukan jiwa dalam tubuh manusia, sejak Plato menemukan akal, budi dan
ide, dan kemudian Aristoteles berkata bahwa manusia adalah mahluk sosial dan
setiap perkataan harus dibuktikan kebenaranya, bahwa kunci pengetahuan adalah

10
11

Wiyono, Slamet. Manajemen Potensi Diri. (Jakarta: Grasindo 2004) h. 15
Ibid h. 16

logika dan dasar pengetahuan adalah fakta. Kemudian aristoteles juga yang
mengucapkan „Cogito, Ergo Sum’ atau “saya berfikir karna itu saya ada” . katakata itu yang kemudian menjadi dasar bagi perkembangan gagasan-gagasan
konstruktivisme.12
Paradigma ini berpendapat bahwa alam semesta ini secara epistemologis
merupakan konstruksi sosial, Menurut paradigma konstruktivis, realitas tidak
muncul begitu saja dalam bentuknya yang asli (apa adanya) tetapi ia harus
diseleksi melalui cara orang itu memandang setiap hal yang ada. 13 Menurut
pandangan konstruktivisme, kebenaran dan pengetahuan objektiv sesungguhnya
merupakan sebuah perspektif tersendiri. Kebenaran dan pengetahuan objektif itu
bukan ditemukan, melainkan diciptakan oleh individu.14 Jadi secara sederhana,
konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan kita merupakan konstruksi
(bentukan) dari yang mengetahui sesuatu.15 Konstruktivisme dibagi menjadi tiga
macam:
a. Konstruktivisme radikal, Konstruktivisme Radikal hanya dapat mengakui
apa yang dibentuk oleh pikiran kita. Bentuk itu tidak selalu representasi dari
dunia nyata. Pengetahuan tidak dianggap sebagai refleksi realitas ontologis
obyektif, tetapi sebagai realitas yang dibentuk oleh pengalaman seseorang.

12

Bungin, Burhan. Konstruksi Sosial Media Massa. (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group. 2007) h.13
13
Choiri Fauzi, Arifatul. Kabar-Kabar Kekerasan Dari Bali. (Yogyakarta: LkiS 2007)
h.41
14
Ibid h.41
15
Anwar, Yesmil dan Adang. Pengantar Sosiologi Hukum. (Bandung: Grasindo 2008)
h.59-60

b. Realisme hipotesis, dalam pandangan realisme Hipotesis pengetahuan adalah
sebuah hipotesis dari struktur realitas yang mendekati realitas dan menuju
kepada pengetahuan yang hakiki.
c. Konstruktivisme biasa, Konstruktivisme ini mengambil semua konsekuensi
kostruktivisme dan memahami pengetahuan sebagai gambaran dari realitas
tersebut. kemudian pengetahuan individu dianggap sebagai gambaran yang
dibentuk dari realitas objek dalam dirinya sendiri.16
Dari ketiga

macam konstruktivisme tersebut, dapat dilihat adanya

kesamaan dimana konstruktivisme dilihat sebagai sebuah kerja kognitif individu
untuk menafsirkan dunia realitas yang ada karena terjadi relasi sosial antara
individu dengan lingkungan atau orang di sekitarnya. Individu kemudian
membangun sendiri pengetahuan atas realitas yang dilihat itu berdasarkan pada
struktur pengetahuan yang telah ada sebelumnya. Dan konstruksi semacam inilah
yang oleh Berger dan Luckman disebut konstruksi sosial.17

2. Teori Konstruksi atas Realitas Sosial
Berger dan Luckman mulai menjelaskan realitas sosial dengan
memisahkan pemahaman „kenyataan‟ dan „pengetahuan‟. Realitas diartikan
sebagai kualitas yang terdapat di dalam realitas yang diakui sebagai memiliki
keberadaan( being) yang tidak tergantung kepada kehendak kita sendiri.sedangkan

16

Bungin, Burhan. Konstruksi Sosial Media Massa. (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group. 2007) h,14
17
Ibid h,14

pengetahuan didefinisikan sebagai kepastian bahwa realitas-realitas itu nyata
(real) dan memiliki karakteristik yang spesifik.18
Realita sosial yang dimaksud oleh Berger dan luckman terdiri dari:
Realitas obyektif: Realitas obyektif ialah realitas yang terbentuk dari

a.

pengalaman di dunia obyektif yang berada di luar individu, dan realitas ini
dianggap sebagai kenyataan.19
Realitas simbolis: Realitas simbolis merupakan ekspresi simbolis dari

b.

realitas obyektif dalam berbagai bentuk.20 persepsi yang timbul di masyarakat atas
realitas obyektif dan realitas subyektif.
Realitas subyektif: Realitas subyektif ialah realitas yang terbentuk

c.
sebagai

proses penyerapan kembali realitas obyektif dan simbolis kedalam

individu melalui proses internalisasi.21
Konsep mengenai konstruksi pertama kali diperkenalkan oleh Peter L.
Berger, seorang interpretatif. Peter L. Berger bersama-sama dengan Thomas
Luckman mengatakan setiap realitas sosial dibentuk dan dikonstruksi oleh
manusia. Mereka menyebutkan proses terciptanya konstruksi realitas sosial
melalui adanya tiga tahap, yakni eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi.
Secara singkat, penjelasannya adalah sebagai berikut:
1) Eksternalisasi: ialah proses penyesuaian diri dengan dunia
sosiokultural sebagai produk manusia. Dimulai dari interaksi antara

18

Bungin, Burhan. Konstruksi Sosial Media Massa. (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group. 2007) h,14-15
19
Ibid h,24
20
Ibid h,24
21
Ibid h,24

pesan iklan dengan individu pemirsa melalui tayangan televisi.
Tahap pertama ini merupakan bagian yang penting dan mendasar
dalam satu pola interaksi antara individu dengan produk-produk
sosial masyarakatnya. Yang dimaksud dalam proses ini ialah ketika
suatu produk sosial telah menjadi sebuah bagian penting dalam
masyarakat yang setiap saat dibutuhkan oleh individu, maka
produk sosial itu menjadi bagian penting dalam kehidupan
seseorang untuk melihat dunia luar.
2) Objektivasi: ialah tahap dimana. Pada tahap ini, sebuah produk
sosial

berada

proses

institusionalisasi,

sedangkan

individu

memanifestasikan diri dalam produk-produk kegiatan manusia
yang tersedia, baik bagi produsen-produsennya maupun bagi orang
lain sebagai unsur dari dunia bersama. Objektivasi ini bertahan
lama sampai melampaui batas tatap muka di mana mereka bisa
dipahami secara langsung. Dengan demikian, individu melakukan
objektivasi terhadap produk sosial, baik penciptanya maupun
individu lain. Kondisi ini berlangsung tanpa harus mereka saling
bertemu. Artinya, proses ini bisa terjadi melalui penyebaran opini
sebuah produk sosial yang berkembang di masyarakat melalui
diskursus opini masyarakat tentang produk sosial, dan tanpa harus
terjadi tatap muka antarindividu dan pencipta produk sosial.
3) Internalisasi: ialah proses dimana individu mengidentifikasikan
dirinya dengan lembaga-lembaga sosial atau organisasi sosial

tempat individu menjadi anggotanya. Terdapat dua pemahaman
dasar dari proses internalisasi secara umum; pertama, bagi
pemahaman mengenai „sesama saya‟ yaitu pemahaman mengenai
individu dan orang lain; kedua, pemahaman mengenai dunia
sebagai sesuatu yang maknawi dari kenyataan sosial.22

3.

Konsep Semiotika Roland Barthes
Salah satu pengikut Sausure, Roland Barthes, membuat sebuah model

sistematis dalam menganalisis makna dari tanda-tanda. Fokus Barthes lebih
tertuju pada gagasan signifikasi dua tahap. Roland Barthes menggunakan istilah
order of signification. First order of signification adalah denotasi. Sedangkan
konotasi second order of signification.23
Roland Barthes lahir pada tahun 1915 dari keluarga menengah Protestan di
Cherbourg dan dibesarkan di Bayonne, kota kecil dekat pantai Atlantik di sebelah
baratdaya Prancis. Dia dikenal sebagai salah seorang pemikir strukturalis yang
getol mempraktikkan model linguistik dan semiologi sausurean.24 semasa
hidupnya Barthes telah banyak menulis buku, diantaranya adalah . le degree zero
de l’ecriture atau “nol derajat di bidang menulis ”(1953, diterjemahkan kedalam
bahasa inggris, writing degree zero 1977).
Roland Barthes membuat sebuah model sistematis dalam menganalisis
makna dari tanda-tanda. Fokus perhatian Barthes lebih tertuju kepada gagasan

22
23

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung ;Remaja Rosdakarya, 2006), h 110
M. Antonius Birowo, M.A, Metode Penelitian Komunikasi, (Yogyakarta ; Gitanyali

2004), h.45
24

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung ;Remaja Rosdakarya, 2006), h 115

tentang signifikasi dua tahap (two order of signification). Two order of
signification (signifikasi dua tahap atau dua tatanan pertandaan) Barthes terdiri
dari first order of signification yaitu denotasi, dan second order of signification
yaitu konotasi. Tatanan yang pertama mencakup petanda yang berbentuk tanda.
Tanda yang disebut makna denotasi.25

Conotatio
Signifier
Signified

Denotatio

Reality

Myth

Signs

First Order

Culture

Second Order

Sumber : Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar, (Bandung ;Remaja Rosdakarya) h.
127

Dalam gambar diatas

Barthes seperti dikutip Fiske menjelaskan :

signifikasi tahap pertama merupakan hubungan antara signifier dan signified di
dalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal. Barthes menyebutnya sebagai
denotasi, yaitu makna paling nyata dari tanda. Konotasi ialah kata yang digunakan
Barthes untuk menjelaskan signifikasi tahap kedua. Hal ini menggambarkan yang
terjadi ketika gambar bertemu dengan perasaan atau emosi dari pembaca serta
25

2004), h.56

M. Antonius Birowo, M.A, Metode Penelitian Komunikasi, (Yogyakarta ; Gitanyali

nilai-nilai dari kebudayaannya. Konotasi mempunyai nilai subyektif atau paling
tidak intersubyektif. Pemilihan kata-kata kadang merupakn pilihan terhadap
konotasi, misalnya kata “penyuapan” dengan “memberi uang pelicin”. Dengan
kata lain, denotasi adalah apa yang digambarkan tanda terhadap sebuah objek;
sedangkan konotasi adalah bagimana menggambarkannya (Fiske, 1990:88).26
Pada signifikasi tahap kedua yang berhubungan dengan isi, tanda bekerja
melalui mitos (myth). Mitos adalah bagimana kebudayaan menjelaskan atau
memahami beberapa aspek tentang realitas atau gejala alam.27 Dalam gambar di
atas tanda panah pada signified mengarah pada mitos. Ini berarti mitos muncul
pada tataran konsep mental suatu tanda. Mitos dikatakan sebagai ideologi
dominan pada waktu tertentu. Denotasi dan konotasi memiliki potensi untuk
menjadi ideologi yang bisa dikategorikan sebagai third order of signification
(bukan istilah dari Barthes), Barthes menyebut konsep ini sebagi myth (mitos)28.
Kita dapat menemukan ideologi dalam teks dengan jalan meneliti
konotasi-konotasi yang terdapat di dalamnya (Van Zoest,1991:70). Salah satu cara
adalah mencari mitologi dalam teks-teks semacam itu. Ideologi adalah sesuatu
yang abstrak. Mitologi (kesatuan mitos-mitos yang koheren) menyajikan inkarnasi
makna-makna yang memiliki wadah dalam ideologi. Ideologi harus dapat
diceritakan. Cerita itulah mitos.29

26

Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar, ( Bandung ;Remaja
Rosdakarya, 2006) h. 128
27
Ibid h.128
28
M. Antonius Birowo, M.A, Metode Penelitian Komunikasi, (Yogyakarta ;
Gitanyali 2004), h.58-60
29
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar, (Bandung ;Remaja
Rosdakarya, 2006) h. 129

B. Tinjauan Umum tentang Film

1. Konseptualisasi Film

Film (cara pengucapan: [Filêm] atau Félêm) adalah gambar-hidup, juga
sering disebut movie semula pelesetan untuk berpindah gambar. Film, secara
kolektif, sering disebut sinema. Gambar-hidup adalah bentuk seni, bentuk populer
dari hiburan, dan juga bisnis. Film dihasilkan dengan rekaman dari orang dan
benda termasuk fantasi dan figur palsu dengan kamera, dan atau oleh animasi.

Film memiliki banyak pengertian yang dapat dijabarkan secara luas. Film
merupakan media komunikasi sosial yang terbentuk dari penggabungan dua indra,
penglihatan dan pendengaran, yang mempunyai inti atau tema untuk
mengungapkan realita sosial yang terjadi di sekitar lingkungan tempat dimana
film itu sendiri tumbuh. Film sendiri dapat juga berarti sebuah industri yang
mengutamakan eksistensi dan ketertarikan cerita yang dapat mengajak banyak
orang terlibat. Asas sinematografi tidak dapat digabungkan dengan asas-asas
lainnya karena asas ini berkaitan dengan pembuatan film. Asas sinematografi
berisikan bagaimana tata letak kamera sebagai alat pengambilan gambar,
bagaimana tata letak properti dalam film, tata artistik, dan berbagai pengaturan
pembuatan film lainnya.

2. Film Sebagai Media Komunikasi Massa
Komunikasi Massa pada dasarnya merupakan suatu bentuk komunikasi
dengan melibatkan khalayak luas yang biasanya menggunakan teknologi media

massa.30 Sedangkan Littlejhon the process wherby media organizations produce
and transmit messages to large publics and the process by which those messages
are sought used, understood, and influenced by audiences (proses di mana
organisasi-organisasi media memproduksi dan menyampaikan pesan-pesan
kepada khalayak luas dan proses di mana pesan-pesan dicari, digunakan,
dipahami, dan di pengaruhi oleh khalayak).31
Sehingga bisa di pahami bahwa Komunikasi Massa merupakan suatu tipe
komunikasi dimana seorang komunikator dapat menjangkau ribuan atau lebih
khalayak yang dilakukan melaluai medium media massa. Komunikasi massa
merupakan suatu tipe komunikasi manusia (human communication) yang lahir
bersamaan dengan mulai digunakannya alat-alat mekanik

yang mampu

melipatgandakan pesan-pesan komunikasi.32
Komunikasi massa hampir selalu dilakukan melalui media yang mampu
menjangkau khalayak luas seperti, koran, televisi, radio, film, dan juga internet.
Komunikator massa dalam menyampaikan pesan-pesan komunikasi massa selalu
menggunakan media atau sarana yang dapat menjangkau banyak khalayak
sekaligus. Komunikasi massa diadopsi dari istilah bahasa inggris mass
communication sebagai kependekan dari mass media communication (komunikasi
media massa) artinya komunikasi yang menggunakan media massa atau
komunikasi yang mass mediated.33

30

Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif (Yogyakarta LKIS 2007 ) h.16
Ibid h.16
32
Wiryanto, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta Grasindo 2000) h 1
33
Ibid h. 69

31

Orang terpesona pada film sejak awal penciptaan teknologi film tersebut,
meski gambar pada saat itu tak lebih dari gambar putus-putus dan bergoyanggoyang di tembok putih.34 Film seolah memiliki kekuatan magis yang mampu
menarik perhatian dari khalayak untuk menontonnya sehingga mereka mau
meluangkan waktunya tanpa terpaksa untuk menonton sebuah film. Dengan
begitu film memiliki potensi sebagai salah satu media komunikasi massa yang
dapat menjangkau khalayak luas, sekaligus menghibur.
Film merupakan salah satu bentuk media komunikasi massa dari berbagai
teknologi dan unsur-unsur kesenian. Sebagai seni ketujuh, film sangat berbeda
dengan seni sastra, teater, seni rupa, senisuara, musik, dan arsitektur yang muncul
sebelumnya. Seni film sangat mengandalkan teknologi sebagai bahan baku
produksi maupun dalam hal eksibisi ke hadapan penontonya.35 Unlike the stage
play film can produce a continuous, unbroken flow, which blurs and minimizes
transitions without comprimising the story’s unity.36
Hal tersebut berarti bahwa sebagi salah satu bentuk media komunikasi
massa film adalah sarana penyampaian pesan. Film dapat digunakan sebagai
media penyampaian pesan moral, keagamaan dan juga kritik sosial, atau dalam
beberapa kasus film juga dapat jadi media propaganda. Dengan menyisipkan
materi berupa pesan-pesan di dalam adegan film baik dalam bentuk visual, audio
maupun textual film dapat menjadi sarana penyampaian pesan.
34

John, vivian Teori Komunikasi Massa, edisi kedua, (terj.) olehTri Wibowo B.S

(Jakarta; Kencana Prenada Media,2008) h. 160
35

Dennis Mcquail, Teori Komunikasi Massa,(Jakarta; Erlangga, 1996). h. 3

36

Joseph M, Boggs, The Art Of Watching Film, (Mayfield Publishing Company 1979

Ed 2000). h. 2

Kemampuan film-film dalam menjangkau banyak segmen sosial , lantas
membuat para ahli bahwa film memiliki potensial untuk mempengaruhui
khalayaknya.37

Film

selalu

mempengaruhi

dan

membentuk

masyarakat

berdasarkan muatan pesan dibaliknya, tanpa pernah berlaku sebaliknya. Kritik
yang muncul terhadap perspektif ini didasarkan atas argumen bahwa film adalah
potret dari masyarakt dimana film itu dibuat. Film selalu merekam realitas yang
tumbuh dan berkembang dalam mayarakat, dan kemudian memproyeksikannya
keatas layar.38
Film tidak hanya berfungsi menyampaikan pesan kepada khalayak
penontonnya tetapi secara aktif mengkonstruksi persepsi khalayak penontonya
berdasarkan muatan pesan yang dikandungnya. Sekaligus film adalah cerminan
masyarakat dimana film tersebut dibuat. Contohnya film yang dibuat di Amerika
secara tidak langsung, sengaja atau tidak akan menggambarkan bagaimana
kebudayaan di negara Amerika melalui pengambilan gambar di negara tersebut,
dalam hal pemilihan alur cerita, cara bicara tokoh dalam film sampai pada lelucon
atau gurauan yang digunakan sebagai penyegar di dalam film akan secara
langsung mengadopsi sesuai kebudayaan di Amerika.
Film “My Name Is Khan” termasuk ke dalam insdustri Film Bollywood.
Nama "Bollywood" berasal dari gabungan Bombay (nama lama untuk Mumbai)
dan Hollywood. Bollywood adalah produsen film terbesar di India sekaligus salah
satu produsen film terbesar di dunia.

37

Alex sobur, Semiotika komunikasi,(Bandung; Remaja Rosdakarya, 2006). h. 127

38

Ibid h. 127

Film-film Bollywood secara resmi disebut sinema Hindi. Meskipun
demikian, film Bollywood juga dibuat dengan berbahasa Urdu. Ada pula film-film
yang memasukkan percakapan dan lagu-lagu dalam bahasa Inggris India. Bukan
hal yang aneh bila menonton film India yang berisi dialog bercampur kata-kata
bahasa Inggris, atau bahkan kalimat berbahasa Inggris.39

3. Jenis dan Klasifikasi Film
Pada dasarnya film terbagi menjadi beberapa jenis. Karakter-karakter
yang ditampilkan mengakibatkan munculnya pengelompokan tersebut. Beberapa
jenis film menurut penelitian Askurifai Baksin40 yaitu sebagai berikut:
1. Action
Istilah ini selalu berkaitan dengan adegan berkelahi, kebut-kebutan,
tembak-menembak sehingga tema ini dengan sederhana bisa dikatakan
sebagai film yang berisi “pertarungan” secara fisik antara protagonis
dengan antagonis.
2. Drama
Tema ini mengetengahkan aspek-aspek human interest sehingga yang
dituju adalah perasaan penonton untuk meresapi kejadian yang menimpa
tokohnya. Tema ini juga dikaitkan dengan latar belakang kejadiannya. Jika
kejadiannya disekitar keluarga, disebut drama keluarga.

39
40

www.cinemaofmalayalam.net diakses pada tanggal 5 Oktober pukul 08.35 WIB
Askurifai, Baksin Membuat Film Indie Itu Gampang, (Bandung; Katarsis 2003) h. 93-95

3. Komedi
Tema ini baiknya dibedakan dengan lawakan sebab jika dalam
lawakan biasanya yang berperan adalah para pelawak. Film komedi tidak
harus dilakonkan oleh pelawak, tetapi pemain film bisa. Intinya, tema
komedi selalu menawarkan sesuatu yang membuat penontonnya
tersenyum bahkan tertawa terbahak-bahak. Biasanya adegan dalam film
komedi juga merupakan sindiran dari suatu kejadian atau fenomena yang
sedang terjadi.
Dalam konteks ini, ada dua jenis drama komedi yaitu slapstik dan
situation comedy. Slapstik adalah komedi yang memperagakan adegan
konyol seperti sengaja jatuh atau dilempar kue dan lainnya. Sedangkan
komedi situasi adalah adegan lucu yang muncul dari situasi yang dibentuk
dalam alur dan irama film.
4. Tragedi
Tema ini menitikberatkan pada nasib manusia. Sebuah film dengan
akhir cerita sang tokoh selamat dari kekerasan, perampokan, bencana alam
dan lainnya bisa disebut film tragedi.
5. Horor
Jika sebuah film menawarkan suasana menakutkan dan menyeramkan
membuat penontonnya merinding, itulah yang disebut film horror. Suasana
horor dalam sebuah film bisa dibuat dengan cara animasi, special effect
atau langsung oleh tokoh-tokoh dalam film tersebut.

6. Drama Action
Tema ini merupakan gabungan dari dua tema, drama dan action. Tema
drama action ini menyuguhkan suasana drama dan juga adegan-adegan
“pertengkaran fisik”. Untuk menandainya, dapat dilihat dengan cara
melihat alur cerita film. Biasanya film dimulai dengan suasana drama,
setelah itu alur meluncur dengan menyuguhkan suasana tegang berupa
pertengkaran-pertengkaran.
7. Komedi tragis
Suasana komedi ditonjolkan terlebih dahulu kemudian disusul dengan
adegan-adegan tragis. Suasana yang dibangun memang getir sehingga
penonton terbawa emosinya dalam suasana tragis tetapi terbungkus dalam
suasana komedi.
8. Komedi horor
Sama dengan komeditragi, suasana komedi horor juga merupakan
gabungan antara tema komedi dan horor. Biasanya film dengan tema ini
menampilkan film horor yang berkembang, kemudian diplesetkan menjadi
komedi.
9. Parodi
Tema parodi merupakan duplikasi dari tema film tertentu, tetapi
diplesetkan, sehingga ketika film parodi ditayangkan para penonton akan
melihat satu adegan film tersebut dengan tersenyum dan tertawa. Penonton
berbuat demikian tidak sekedar karena film lucu, tetapi karena adegan

yang ditonton pernah muncul di film-film sebelumnya. Tentunya para
penikmat film parodi akan paham kalu sering menonton film, sebab parodi
selalu mengulang adegan film yang lain dengan pendekatan komedi. Jadi,
tema parodi berdimensi duplikasi film yang sudah ada kemudian
dikomedikan.

BAB III
Gambaran Umum Film “My Name Is Khan”

A. Produksi Film “My Name Is Khan”
1. Sekilas Film “My Name Is Khan”
“My Name is Khan” film ini diproduksi oleh Dharma Productions,
bekerjasama dengan Red Chillies Entertainment dan didistribusikan oleh Fox
STAR Studios. Film ini dirilis pada tanggal 12 Februari 2010. Film “My Name is
Khan” di produseri oleh produser Yash Johar, yang mendirikan Dharma
Productions pada tahun 1976. Yash Johar juga pernah memproduseri film-film
India lainnya diantaranya Dostana (1980) Kuch Kuch Hota Hai (1998). Lalu,
disusul dengan Kabhi Khushi Kabhi Gham (2001), Kaal Ho Na Ho (2003), dan
Kabhi Alvida Na Kehna (2006).
Film “My Name is Khan” disutradarai oleh Karan Johar yang sebelumnya
pernah sukses menggarap film box office India “Kuch Kuch Hota Hai” yang
kembali bekerja sama dengan Shahrukh Khan sebagai bintang utama film tersebut
yang memerankan Rizwan khan, seorang muslim penderita autisme yang tinggal
di Amerika Serikat.
Film “My Name Is Khan” mengangkat isu rasial dan keagamaan paska
peristiwa 9\11, dimana paska pengeboman World Trade Center (WTC), terjadi
diskrimainasi dan penyerangan-penyerangan terhadap muslim di Amerika Serikat.
Dalam film ini digambarkan masyarakat Amerika Serikat yang seolah
menyalahkan warga muslim atas peristiwa 9\11. “My Name Is Khan” dirilis

pertama kali di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, 10 Februari lalu. Dua hari
kemudian, barulah film ini beredar di Eropa, Amerika Serikat, Kanada, Australia,
dan bagian dunia lainnya. Di berbagai tempat film ini dikabarkan memecahkan
rekor penonton film India, seperti di Inggris, Australia, dan Amerika Serikat.

2. Pemeran-Pemeran dalam Film “My Name Is Khan”
a. Sahrukh Khan
Di dalam film ini Sahrukh Khan berperan sebagai Rizwan Khan, tokoh
utama dalam film ini. Sahrukh Khan telah Dua dekade berada di industri dunia
hiburan India, dia pernah menjadi aktor televiaisi sampai bintang Bollywood dan
produser. Ketika ia memutuskan kembali ke televisi pada tahun 2007 ia menjadi
pembawa acara Kaun Banega Crorepati, salah satu acara televisi paling populer
sepanjang masa. Mendapatkan penghargaan, pengakuan dan popularitasnya yang
tidak perlu dipertanyakan.
ShahRukh Khan lahir di Delhi pada 2 November 1965, anak dari Taj
Mohammed Khan, seorang pejuang kemerdekaan dari Peshawar dan Lateefa
Mohammed dari Rawalpindi seorang anak angkat dari Mayor Jenderal Shah
Nawaz Khan. Debutnya sebagai seorang aktor bermula pada tahun 1988, pada
serial teleisi berjudul Fauji, yang bercerita tentang kehidupan tentara india.
Kemudian debutnya pada layar lebar adalah pada film Deewana, pada tahun
1992.41

41

www.chakpak.com diakses pada tanggal 5 Agustus pukul 08.35 WIB

b. Kajol Devgan Mukherjee
Kajol lahir dari aktris dan produser film Tanuja Shomu Mukherjee pada
tanggal 5 Agustus 1975. Dia dilahirkan dalam sebuah keluarga Bengali-Marathi.
Dia bersekolah di St.Joseph di Panchgani sampai berusia tujuh belas tahun, ia
berhenti bersekolah untuk menjadi seorang aktris. Dia menikah dengan Ajay
Devgan pada tahun 1999 dan mempunyai seorang anak bernama Nysa. Dia
mengambial cuti dari film pada tahun 2003 lalu kembali pada tahun 2006.
Film pertama Kajol adalah Bekhudi pada tahun 1992. Pada tahun 1995
film-filmnya tidak ada yang menjadi hits. Pada tahun 1997 dengan filmnya Gupt
ia memenangkan penjahat terbaik pada penghargaan Filmfare. Pada tahun 1998
semua filmya menjadi hits. 42
c. Jimmy Shergill
Jasjit Shergill lahir pada tanggal 3 Desember 1970 di Punjab India. Dia
belajar di Hindu College, New Delhi. Ia menikah dengan Priyanka Puri dan
memilki anak, Vir. Jimmy memulai debutnya di film GIulzar’s Maachis (1996)
sebagai Jimmy. Dalam Mohabattein (2000), ia bermain sebagai Karan seorang
mahasiswa. Pada film My Name Is Khan ia berperan sebagai adik Shah Rukh
Khan.43
d. Zarina Wahab
Zarina lahir di Vishakhapatnam. Dia telah melatih di Institute Film dan
Televisi bergengsi India, Pune. Dia menikah dengan aktor Bollywood Aditya
Pancholi pada tahun 1986, dan memiliki 2 anak, seorang putri dan seorang putra
42
43

www.chakpak.com diakses pada tanggal 5 Agustus pukul 08.35 WIB
www.chakpak.com diakses pada tanggal 5 Agustus pukul 08.35 WIB

Sana Suraj. Film pertama Zarina adalah Ishq Ishq (1974).Disutradarai oleh Dev
Anand. Dia memerankan ibu Shahrukh Khan pada film My Name Is Khan.44

B. Sinopsis Film “My Name Is Khan”
Film dimulai saat seorang anak, Rizwan Khan, seorang muslim yang
menderita Asperger’s syndrome, Rizwan hidup bersama ibunya, kelainan yang
membuatnya jadi sulit berinteraksi dengan kebanyakan orang. Sepeninggal
ibunya, Rizwan kemudian memutuskan untuk pindah ke Amerika Serikat. Tinggal
bersama adiknya di kota San Fransisco. Atas bantuan Zakir adiknya, Rizwan
bekerja sebagai pramuniaga produk kecantikan yang terbuat dari herbal. Semua
tampak berjalan lancar. Rizwan, Zakir dan istrinya, Haseena, seorang psikolog
yang memakai jilbab, tampak hidup rukun. Mereka taat beribadah.
Ketika sedang menawarkan produk kosmetik yang dijualnya Rizwan
berkenalan dengan seorang perawat kecantikan, Mandira yang diperankan Kajol
Devgan. Mandira, menjalani hidup sebagai janda dengan satu anak, Sameer alias
Sam. Rizwan dan Mandira Meski mendapat tentangan dari kedua belah pihak
keluarga, mereka tetap memutuskan untuk menikah dan menetap di luar San
Francisco, di mana mereka membuka sebuah salon kecantikan kecil. Mandira
maupun Sameer menambahkan Khan di belakang nama mereka. Keluarga ini
akrab dengan tetangganya, Mark, seorang wartawan istrinya Sarah dan seorang
anak Reese yang menjadi teman sam.

44

www.chakpak.com diakses pada tanggal 5 Agustus pukul 08.35 WIB

Tapi kemudian datanglah peristiwa 11 September. Penduduk Muslim
Amerika kemudian mengalami diskriminasi, toko dirusak, rumah dilempari batu,
atau mengalami penyerangan-penyerangan. Malah tak sedikit orang India
penganut Sikh memakai serban di kepala turut jadi korban karena disangka orang
Afghanistan yang Muslim. Nasib Haseena lebih parah. Dia dikeroyok sejumlah
lelaki di jalan hanya karena memakai jilbab.
Mark, tetangga mereka yang seorang wartawan, ditugaskan meliput perang
di Afghanistan, dan terbunuh di sana. Sejak itu, sang anak, Reese, teman akrab
Sameer, berubah menjadi musuh. Karena nama Khan di belakang namanya,
Sameer dianggap Reese sebagai orang Afghanistan. Orang-orang lain pun
memusuhi mereka.
Nasib paling parah diterima Sameer. Diawali pertengkaran dengan Reese,
Sameer dikeroyok sejumlah remaja bule hanya karena kulitnya hitam. Sebenarnya
Reese mencoba menyelamatkan Sameer, tapi tak berhasil. Sameer yang sekarat
sempat dibawa ke rumah sakit namun nyawanya tak tertolong.
Rizwan sedih sekali karena ia sangat akrab dengan putra tirinya itu. Tapi
yang terguncang adalah sang ibu, Mandira. Ia anggap „‟bencana‟‟ yang menimpa
mereka karena nama Khan di belakang namanya dan Sameer. Maka Rizwan
sebagai biang bencana ia usir. Ia perintahkan Rizwan mengatakan kepada orang
Amerika, termasuk Presiden Amerika Serikat: bahwa namanya Khan, tapi ia
bukan teroris (My name is Khan, and I am not a terrorist).
Rizwan pun dengan ikhlas melakukan pekerjaan itu. Ia mengembara
seorang diri. Dalam pengembaraan, ia sempat menghadiri sebuah acara terbuka

yang dihadiri Presiden George W.Bush. Ia mendekati Presiden sembari terus
berteriak: “My name is Khan, I am not a terrorist”. Belum sempat teriakan itu
didengar Bush, para pengawal meringkusnya karena dicurigai sebagai teroris. Apa
yang ia alami, sungguh menyakitkan: ia dimasukkan ke ruangan dengan suhu
yang panas, lalu dipindah ke ruangan yang amat dingin. Berbagai siksaan lainya
harus ia terima. Toh akhirnya ia harus dibebaskan karena tak terbukti sebagai
teroris. Itu juga berkat bantuan tiga wartawan asal India.
Nama Rizwan kemudian melambung menjadi pahlawan di televisi, karena
menolong penduduk sebuah desa di Georgia yang diterjang banjir. Mayoritas
korban banjir ini adalah kaum kulit hitam dan berhari-hari tidak mendapat bantuan
dari pemerintah. Peristiwa ini menyebabkan Presiden Bush diterpa kecaman keras
terutama dari masyarakat kulit berwarna Amerika Serikat. Setelah ramai
diberitakan di televisi, bantuan datang dari orang-orang Muslim yang
dikoordinasikan Haseena dan suaminya, Zakir.
Saat sedang berada di camp pengungsian korban banjir Rizwan diserang
oleh sesama muslim yang tidak sepaham dengan Rizwan dan menganggap
tindakan Rizwan membantu korban banjir merusak perjuangan umat Islam dalam
melawan Amerika. Setelah melewati masa perawatan Rizwan selamat dan
impiannya bertemu presiden Amerika Serikat baru terwujud ketika masa
pemerintahan Obama.

C. Tanggapan Terhadap Film “My Name Is Khan”
Film “My Name Is Khan” mendapat berbagai tanggapan dari khalayak
baik positif maupun negatif. Di negara India sendiri ada seruan boikot terhadap
film tersebut oleh kelompok hindu militan, bukan hanya karena adanya unsur sara
di dalam film tersebut, tetapi lebih karena Shahrukh Khan yang memiliki tim Liga
Utama Kriket di India, pernah menyatakan ingin mengikutsertakan pemain kriket
Pakistan terkenal Abdul Razak dalam timnya.
Sejumlah gedung bioskop tak berani memutar “My Name Is Khan”.
Ketika film ini dirilis di Mumbai, kota utama dan pusat perfilman India, 12
Februari lalu, ribuan polisi terpaksa dikerahkan mengawal gedung bioskop dari
aksi Shiv Sena. Kelompok itu sempat menurunkan pamplet dan poster film dari
berbagai gedung bioskop. Guna mengamankan pemutaran film sekitar dua ribu
pendukung partai radikal itu terpaksa diamankan polisi.
Begitu pula di Amerika Serikat sebagai setting lokasi kejadian cerita di
film ini, “My Name Is Khan” mendapat berbagai sambutan dari sejumlah media
massa Amerika Serikat. Seperti di kutip mediaindonesia.com:
"Yang terbaik dari “My Name Is Khan”, terutama untuk Amerika, adalah
sebuah cerita tentang risiko kebaikan," tulis The New York Times. Sebagai arus
utama pers AS, koran ini juga mencatat badai yang mengepung rilis film itu pada
Jumat (12/2) di India.
"Khan salah satu dari beberapa film Hindi (New York, Kurbaan) tentang
orang India yang paranoid setelah peristiwa 9/11 di Amerika. Ada sesuatu yang

menarik tentang melihat negara ini melalui kaca mata Bollywood, bahkan ketika
ceritanya semacam dongeng," kata US Daily, Sabtu (13/2).
"Perjuangan atas film dan politik dari sang bintang serta membuat marah
kaum Hindu atas komentarnya mengenai pemain Pakistan bermain di tim kriket
India adalah sekilas tentang politik sempit yang masih membagi India," kata
Times.
"Film itu menampilkan kehidupan seorang lelaki muslim dari India,
tinggal di San Francisco, yang melalui perjalanan luar biasa di Amerika Serikat,
menginspirasi orang yang mengundang perdebatan dan menciptakan sebuah
revolusi spontan," kata The Washington Post. (IANS/OL-04)45
Racheal Saltz dari The New York Times mengungkapkan, ''Film ini
bercerita tentang kehidupan warga India yang hidup dalam ketakutan pasca 9/11.
Ada sesuatu yang menarik disimak untuk melihat negara ini (Amerika) dari
kacamata Bollywood kendati ceritanya mirip dongeng. Yang paling menarik
adalah hubungan yang terjalin antara warga kulit hitam Amerika dan India,
terutama Muslim. Khan mampu menyentuh seraya mengajarkan tentang Islam dan
toleransi.''
Produser Raam Punjabi mengomentari film ini yang dikutip oleh
tempointeraktif.com My Name Is Khan yang diputar di jaringan 21 dan 3 Idiots
bisa bertahan lebih dari tiga bulan. Sejak pemutaran perdananya tanggal 25
Desember, film 3 Idiots masih tayang. Di Jakarta film ini hanya diputar di Blitz,
tapi di luar Jakarta film ini diputar jaringan bioskop 21. Pendapatan penonton,

45

www.mediaindonesia.com /My Name Is Khan Minggu, 14 Februari 2010 17:45 WIB

awalnya masuk satu kopi, dengan performa 150 ribu penonton di Jakarta,
Bandung, Makassar, dan Palembang. Sekarang sudah tujuh kopi. Itu semua juga
masih perhitungan kasar. Berikutnya film ini bakal diputar di Jambi dan
Lampung. Film My Name Is Khan, punya unsur daya tarik yang universal, yang
tidak dimiliki semua film india. Temanya yang mengena di hati, memberi kesan
positif di benak penonton. Selain itu, penyajiannya juga menarik.46
Selain berbagai tanggapan dari media film ini juga mencatat beberapa
pencapaian yang cukup baik menembus box office Inggris dalam posisi ke enam,
dan pada awal minggu pemutaran di Inggris (12 feb 2010) film ini meraup
keuntungan US$ 1,4 Juta. Kemudian di Amerika sendiri hingga 17 februari 2010,
My Name is Khan memperoleh keuntungan hingga 20 milliar. Kemudian di
Be