Keterbatasan Traditional Costing Traditional Costing

22 langsung ke produk adalah biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung, sedangkan biaya overhead pabrik biaya tidak langsung dibebankan ke produk dengan menggunakan tarif beban agregatif dan kuantitas pengganti, misalnya berdasarkan jam mesin atau jam kerja langsung. Pembebanan semacam ini merupakan pendekatan pada awal abad ke-20, yang pada waktu itu biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung merupakan porsi terbesar dalam biaya produk.

2.4.2. Keterbatasan Traditional Costing

Biasanya perusahaan yang menggunakan traditional costing membebankan indirect cost dengan satu cost rate sehingga dapat menyebabkan terjadinya undercosting dan overcosting serta product-cost cross subsidization. Penjelasan dari undercosting dan overcosting serta product-cost cross subsidization menurut Horngren, Datar dan Foster 2003:136 adalah : Undercosting and overcosting Cost smoothing can lead to undercosting or overcosting of product or services: - Product undercosting-a product consumes a hingh level of resources but is reported to have a low cost per unit. - Product overcosting-a product consumes a low level of resources but is reported to have a high cost per unit. Product-cost cross-subsidization Product-cost cross subsidization means that if a company undercosts one of its product, then it will overcost at least one of its other products. Similarly, if a company over cost one of its products, it will undercost at least one of its other products. Product-cost cross subsidization occurs when a cost is uniformly spread-meaning it is broadly averaged-a cross multiple products without recognizing which product require what resources in what amounts. Sedangkan menurut Cooper Kaplan 1999:65-66, traditional cost systems juga memiliki keterbatasan untuk digunakan sebagai feedback dan learning karena 23 traditional financial system menghasilkan rangkuman dari financial feedback sesuai dengan siklus laporan keuangan, tetapi pada banyak perusahaan laporan keuangan selalu terlambat. Biasanya laporan keuangan baru dihasilkan beberapa hari, beberapa minggu atau bahakan beberapa bulan setelah periode laporan keuangan berakhir sehingga informasi yang diharapkan dapat secepatnya memberikan feedback kepada manajer tidak dapat dipenuhi oleh traditional financial system. Secara tradisional, sistem biaya digunakan untuk merealisasikan hubungan antara pendapatan yang diperoleh dengan beban-beban untuk menghasilkan produk. Namun ternyata sistem biaya ini telah gagal untuk mengejar perubahan besar dalam proses produksi serta bauran pemasaran perusahaan. Apabila manajemen kurang respon terhadap perubahan informasi dan teknologi, dapat saja terjadi suatu organisasi besar masih menggunakan sistem akuntansi biaya yang telah usang dalam menghadapi persaingan global. Menurut Sprow dalam Supriyono, 1999 :98 akibat yang terjadi adalah informasi yang dihasilkan oleh sistem akuntansi biaya terdistorsi dan tidak menghasilkan informasi yang kuat untuk pengambilan keputusan. Bagi organisasi besar yang masih menggunakan akuntansi biaya tradisional yang menggunakan metode job order costing atau process costing akan menghadapi masalah dalam pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk. Informasi akuntansi biaya untuk pembebanan biaya overhead pabrik dengan menggunakan akuntansi biaya tradisional mengalami distorsi karena sistem akuntansi biaya tradisional menggunakan dasar pembebanan tarif tunggal biaya overhead pabrik cost driver dapat timbul oleh lebih dari satu jenis cost driver. 24

2.5. Target Costing