ANALISIS PENERAPAN TARGET COSTING DALAM

ANALISIS PENERAPAN TARGET COSTING DALAM
PENETAPAN HARGA
BANDWIDTH DEDICATED UNTUK MENGOPTIMALKAN
PERENCANAAN LABA
(Studi Kasus Pada PT Generasi Indonesia Digital)

Disusun oleh:
1. Siska Desihany

16205220059

2. Mufida Fahmi

16205220047

3. Melda Syovina

16205220045

4. Taufik Hamidi


16205220057

5. Ahmad Fadli

16205220050

6. Fajar Muhammad Charisma

16205220070

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ANDALAS
2016 B

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring meningkatnya kebutuhan perusahaan-perusahaan akan tehnologi informasi,
banyak perusahaan IT yang menawarkan produk untuk pemenuhan kebutuhan tersebut yaitu
semakin banyaknya perusahaan internet yang lazim disebut dengan ISP (Internet Service

Provider) yang memberikan layanan dan menyediakan koneksi internet. Penentuan harga ini
menjadi sangat penting bagi setiap perusahaan Internet atau Internet Service Provider, banyak
cara atau metode untuk melakukan perhitungan harga tersebut tetapi banyak perusahaan Internet
yang melakukan perhitungan berdasarkan hitungan sendiri atau berdasarkan feeling dengan
mengacu pada biaya-biaya yang dikeluarkan.
Perusahaan tidak dapat mengendalikan harga kecuali pasarlah yaitu permintaan dan
penawaran yang menentukan harga, metode target costing dikembangkan berdasarkan observasi
dari dua karakteristik penting pasar dan biaya, proses target costing merupakan sebuah sistem
perencanaan laba dan pengendalian biaya hingga dapat menghasilkan harga yang sesuai dengan
keinginan pasar tanpa merugikan perusahaan artinya target perusahaan tetap dapat tercapai.
Batasan Masalah
Dengan alasan adanya beberapa produk yang ditawarkan oleh PT Generasi Indonesia
Digital, maka dalam penulisan ini akan dibatasi pada satu produk dengan persentase penjualan
paling besar, produk tersebut adalah Bandwidth Dedicated..
Perumusan Masalah
1. Bagaimana penerapan target costing dalam penentuan harga bandwidth dedicated pada PT
Generasi Indonesia Digital?
2. Apakah penerapan target costing dapat mengoptimalkan perencanaan laba pada PT Generasi
Indonesia Digital ?


Tujuan dan Manfaat Penulisan
Adapun tujuan dari analisa ini adalah sebagai berikut, :
1. Untuk mengetahui penerapan target costing dalam penentuan harga bandwidth dedicated
pada PT Generasi Indonesia Digital.
2. Untuk mengetahui apakah penerapan target costing dapat mengoptimalkan perencanaan laba
pada PT Generasi Indonesia Digital.
LANDASAN TEORI
Pengertian Produksi
Kegiatan faktor produksi adalah kegiatan yang melakukan proses, pengolahan, dan
mengubah faktor-faktor produksi dari yang tidak/kurang manfaat/gunanya menjadi memiliki
nilai manfaat yang lebih. Faktor- Faktor produksi yang umumnya digunakan adalah tenaga kerja,
tanah, dan modal. Kelangkaan pada suatu faktor produksi biasanya akan menyebabkan kenaikan
harga faktor produksi tersebut.
Konsep Harga
Persaingan yang semakin ketat dan kompetitif membuat penetapan harga jual produk
bukan hal gampang dan harga merupakan elemen yang akan menghasilkan pendapatan. Selain di
pengaruhi oleh biaya-biaya, harga jual kerap ditentukan oleh pasar, sehingga harga pasar (market
price) digunakan untuk menentukan target biaya.
Pengertian Harga
Harga terbentuk dari hasil kesepakatan antara pembeli dan penjual dalam menilai suatu

produk (barang atau jasa) dan nilai tersebut tercermin dalam harga yang dinyatakan dalam unit
moneter.
Ada beberapa pertimbangan penting dalam penentuan harga jual menurut Boyd dan Walker hal.
45 [ 2], yaitu :
(a) Sifat permintaan pada pasar yang dituju
(b) Strategi bisnis dan pemasaran
(c) Diferensiasi produk

(d) Harga pesaing
(e) Harga barang-barang pengganti
(f) Biaya produk
Dapat disimpulkan bahwa harga adalah sejumlah uang yang harus dibayar untuk
memiliki atau menggunakan suatu produk.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Harga Jual
Dari definisi harga yang dikemukakan diatas, tentunya perlu diketahui beberapa faktor
yang mempengaruhi penetapan harga jual. Soemarso S.R hal.20 [3] mengidentifikasikan faktorfaktor tersebut diantaranya adalah :
(a) Biaya (cost)
Jika harga jual yang ditetapkan dan volume penjualannya ternyata tidak dapat menutupi
biaya yang telah terjadi, maka tentunya perusahaan tidak dapat memperoleh keuntungan yang
diharapkan, bahkan mengalami kerugian.

(b) Harga barang pesaing (Competitive prices)
Harga barang pesaing ini juga mempengaruhi karena jika kita menghasilkan barang yang
sama dengan pesaing, sedangkan harga jual yang kita tetapkan ternyata lebih mahal, maka
produk kita akan tersisih.
(c) Pasar (Market)
Selain itu pasar juga berpengaruh karena dipasar terjadi interaksi antara permintaan dan
penawaran.
(d) Elastisitas permintaan (elasticity demand)
Elastisitas permintaan yaitu bila penjual ingin menaikan volume penjualannya sedangkan
kurva permintaan untuk produk tersebut adalah elastis, maka cukup menurunkan harga sedikit
dan memperoleh kenaikan volume yang lebih besar.

(e) Reaksi pesaing dan konsumen (competitor and consumer reaction)
Reaksi pesaing juga harus diperhatikan karena jika pesaing menetapkan harga lebih
murah untuk produk yang sejenis, maka konsumen cenderung untuk membeli produknya.
Sedangkan menurut Mulyadi, M.sc hal.347 [4] faktor-faktor yang mempengaruhi harga
jual produk dan jasa adalah ditentukan oleh :
a. Penimbangan permintaan
b. Penawaran di pasar
Dengan demikian biaya bukan merupakan penentuan harga jual, karena permintaan

Menurut Sardjono I.N seperti yang dikutip oleh Soemarso S.R , hal.21 [3] faktor-faktor tersebut
adalah :
1. Penilaian subyektif oleh konsumen atas barang/jasa tersebut
2. Harga pokok dari pada barang/jasa
3. Strategi harga oleh perusahaan-perusahaan pesaing
4. Peraturan pemerintah
Apabila diteliti, faktor-faktor tersebut diatas merupakan akibat tindakan keempat pihak
yang berhubungan dengan masalah penetapan harga. Pihakpihak itu adalah :
1. Konsumen/pembeli
2. Perusahaan itu sendiri
3. Perusahaan Pesaing
4. Pemerintah
Pihak-pihak itu nantinya juga turut berperan dalam kebijaksanaan harga (Pricing Policy).
Menurut Commitee on Price Determination for the Conference on price Research seperti yang di
kutip oleh Soemarso S.R hal.25 [3]. Kebijaksanaan harga (pricing policy) adalah, The general
principles and rules, if any, that are employed by a firm in making price decision, regardless of
whether or not these principles are rationally explicable with reference to a market ebvironment
in which the firm operates.

Perencanaan Laba

Perencanaan laba dilakukan dan dimiliki oleh setiap perusahaan sebagai acuan dalam
kegiatannya untuk mencapai tujuan perusahaan, yang selanjutnya ditujukan untuk sasaran akhir
perusahaan dan bermanfaat sebagai pedoman untuk mempertahankan arah kegiatan yang pasti.
Dalam perencanaan laba, harus mempertimbangkan unsur yang mempengaruhi laba yaitu
pendapatan dan biaya dalam suatu periode. Menurut Ir. Kuswadi, MBA, hal.17 [1] “Secara
sederhana, laba atau rugi adalah pendapatan dikurangi seluruh beban/biaya yang telah
dikeluarkan, sebagaimana terlihat dalam persamaan laba rugi dibawah ini”.

Konsep Biaya
Biaya merupakan unsur utama dalam penelitian ini. Dalam membahas masalah biaya,
dikenal dengan istilah ”Different cost for different purpose” istilah tersebut menjelaskan bahwa
biaya merupakan alat informasi pengelolaan didalam perusahaan yang dijalankan oleh
manajemen, agar pengelolaan perusahaan tersebut berjalan secara efektif. Biaya merupakan salah
satu faktor yang dipertimbangkan oleh perusahaan dalam menetapkan harga jual produknya.
Biaya menjadi batas terendah bagi perusahaan dalam menetapkan harga produknya.
Pengertian Biaya
Menurut Charles T. Horngren hal.73 [6] ”Biaya dapat dirumuskan sebagai suatu
pengorbanan atau penyerahan sumber-sumber daya untuk tujuan tertentu. Biaya seringkali diukur
dengan satuan-satuan moneter (misalnya dollar atau rupiah) yang harus dibayar untuk barang dan
jasa” Biaya adalah suatu nilai tukar, prasyarat atau pengorbanan yang dilakukan guna

mendapatkan manfaat. Dalam akuntansi keuangan, prasyarat atau pengorbanan tersebut pada
tanggal terjadinya dinyatakan dengan pengurangan kas atau harga lainnya pada saat kini atau
dimasa mendatang.

Menurut Usry Hammer hal. 20-21 [7] :
“Expense may be defined as a measured outflow of goods or services, which is matched
with revenue to determine income or as. The decrease in net assets as a result of the use of
services in the creation of revenue or of the imposition of taxes by government units. Expense is
measured by the amount of the decrease in assets or the increase in aliabilities related to the
decrease in assets goods and the rendering of service. Expense in its broadest sense includes all
expired costs which are deductible from revenues.”
Dari penjelasan yang dikemukakan diatas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Biaya (cost) adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dengan satuan uang yang
dilakukan untuk memperoleh aktiva dan dapat memberikan manfaat ekonomis dimasa yang
mendatang, dan dikelompokan sebagai harta.
2. Beban (expense) adalah pengorbanan sumber ekonomis atau manfaat yang telah diberikan
dan sekarang telah habis yang merupakan pengurangan dari pendapatan.
Klasifikasi Biaya
Biaya diklasifikasikan secara berbeda-beda dan tidak ada yang lebih superior antara
klasifikasi yang satu dengan yang lain, karena semua klasifikasi tersebut penting dan berguna.

Klasifikasi yang memadai tergantung dari lingkungan organisasi, produk perusahaan, tujuan dari
analisa biaya itu sendiri dan kebutuhan manajemen. Hammer et al, hal.28-29 [8]
mengklasifikasikan biaya berdasarkan hubungan biaya dengan beberapa hal dibawah ini, :
1. Produk
2. Volume produksi
3. Departemen pabrikase dan bagian-bagian lainnya
4. Periode akuntansi
5. Tujuan pengendalian
6. Keputusan, tindakan atau evaluasi

Dan pengelompokannya berdasarkan pada beberapa hal, berikut disampaikan pada penjelasan
dibawah ini :
Klasifikasi Biaya Berdasarkan Fungsi Pokok perusahaan, hubungannya dengan produk
Berdasarkan hal ini biaya dibagi menjadi tiga golongan, yaitu : Pertama, biaya pabrikase disebut
juga biaya produksi (biaya manufaktur) atau biaya pabrik (Factory cost), yaitu biaya yang terjadi
sehubungan dengan proses pengolahan bahan baku menjadi barang jadi. Biaya produksi dibagi
menjadi :
(1) Biaya Bahan baku (direct material/DM) yaitu semua bahan/material yang membentuk
bagian-bagian integral, bagian yang melengkapi suatu produk jadi dan dapat dimasukan langsung
dalam kalkulasi biaya produk. Sebaliknya bahan tidak langsung (indirect material) adalah bahanbahan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan produk tersebut namun tidak menjadi bagian dari

produk atau mungkin menjadi bagian dari produk namun tidak dapat ditelusuri secara langsung.
(2) Biaya tenaga kerja langsung (direct labour), yaitu tenaga kerja yang mengubah bahan
langsung menjadi produk jadi dan dapat langsung ditelusuri ke produk-produk tersebut.
(3) Biaya Overhead (factory overhead/manufacturing overhead/FOH), yaitu biaya dari bahan
tidak langsung, tenaga kerja tidak langsung dan semua biaya pabrikasi yang tidak dapat
dibebankan langsung pada produk tertentu.
Kedua, biaya komersial diklasifikasikan menjadi 2 (dua) kelompok besar yaitu,
(1) Biaya Pemasaran (distribusi dan penjualan), yaitu menyangkut semua biaya yang dikeluarkan
mulai pada saat penerimaan pesanan pelanggan sampai saat produk jadi/jasa sampai ke tangan
pelanggan.
(2) Biaya administrasi, meliputi semua biaya yang terjadi dalam mengendalikan perusahaan,
yang tidak termasuk biaya produksi atau pemasaran.
Klasifikasi Biaya Berdasarkan Perilaku Biaya dalam Hubungannya dengan Perubahan
Volume Kegiatan
Berdasarkan hal ini biaya dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :

(1) Biaya variabel, yaitu biaya yang berubah secara sebanding dengan perubahan volume
kegiatan.
(2) Biaya tetap, yaitu biaya yang jumlah totalnya tidak berubah dengan adanya perubahan
volume penjualan.

(3) Biaya semivariabel, yaitu biaya yang jumlah totalnya berubah tidak sebanding dengan
volume penjualan.
Klasifikasi Biaya Berdasarkan Hubungan Antara Biaya dengan Departemen Pabrikase
(Manufacturing Departement)
Pada umumnya, departemen-departemen dalam sebuah pabrik dapat digolongkan ke
dalam dua kategori, yaitu departemen produksi dan departemen jasa. Biaya-biaya yang
dikeluarkan departemen produksi akan dibebankan kepada produk dan biaya-biaya dari
departemen jasa merupakan bagian dari total overhead pabrik, karena itu harus dimasukan dalam
biaya produk.
(a) Beban langsung dan tidak langung bagi sebuah departemen. Suatu biaya yang berasal dari
sebuah departemen yang segera dapat diidentifikasikan pada departemen tersebut dapat dianggap
sebagai biaya departemen langsung. Jika suatu biaya dipikul bersama oleh beberapa departemen
yang mengambil manfaat dari pengeluaran biaya tersebut, maka biaya itu dinamakan biaya tidak
langsung atau biaya bersama (common cost).
(b) Beban bersama dan biaya gabungan/biaya bersama (common cost) adalah biaya yang berasal
dari penggunaan fasilitas atau jasa-jasa oleh dua operasi atau lebih. Biaya gabungan (Koint cost)
terjadi bila produksi suatu jenis barang hanya dapqat dilakukan jika satu jenis barang lain atau
lebih juga di produksi pada saat yang sama.
Metode Target Costing
Pengertian Target Costing
Metode atau sistem pengukuran biaya terus berkembang. Namun sistem pengukuran
tersebut saling melengkapi. Salah satunya adalah target costing. Target costing merupakan suatu
proses manajemen biaya dan perencanaan keuntungan yang dilakukan secara sistematis. Metode
target costing menetapkan biaya target untuk membantu masing-masing fungsi dalam
merencanakan dan merancang konsep yang tepat agar produk yang dihasilkan berhasil di pasar

dan memperoleh laba yang diinginkan. Target costing efektif diterapkan pada tahap perencanaan
sehingga membantu manajemen dalam mengoptimalkan perencanaan laba. Dalam melakukan
target costing ini, ada enam prinsip utama yang harus dilakukan.
(1) Prinsip Pertama, biaya yang mengikuti harga atau priceled costing. Menurut prinsip pertama
ini, harga pasar suatu produk digunakan untuk menentukan target biaya yang terjadi atau biaya
yang akan dikurangi.
(2) Prinsip kedua, fokus pada konsumen. Konsumen tentu menginginkan suatu produk yang
bermutu tinggi, dengan harga yang murah dan waktu pengiriman yang cepat.
(3) Prinsip Ketiga, Fokus pada desain. Pengendalian biaya ditekankan pada tahap desain proses
dan produk.
(4) Prinsip keempat, melibatkan berbagai fungsi atau bidang. Suatu tim yang terdiri dari berbagai
fungsi atau bidang perlu dilibatkan dalam membuat suatu produk.
(5) Prinsip kelima, adalah keterlibatan rantai nilai (value-chain). Semua pihak yang terlibat
dalam rantai nilai, sepertisupplier, distributor, penyedia jasa, dan konsumen harus dilibatkan
dalam proses target costing.
(6) Prinsip keenam yaitu terakhir, adalah melakukan orientasi terhadap siklus hidup produk
(product lifecycle).
Beberapa literatur yang mengemukakan pengertian target costing, yaitu :
1. Menurut Hansen dan Mowen, hal. 509 [9] ”Kalkulasi biaya target (target costing) adalah
suatu metode penentuan biaya produk atau jasa berdasarkan harga (harga target) dimana
pelanggan bersedia membayarnya. Ini juga sering disebut sebagai kalkulasi biaya
berdasarkan harga (price-driven costing).”
2. Menurut Mc Watters, Morse dan Zimmerman hal. 113 & 126 [10]: ”Target costing is a
strategic management prosess for reducing costs at the early stages of product planning and
design. Target costing begins with the identification of a market opportunity and the design
of a product or service to meet the market opportunity and make a profit for the
organization.”

Metode target costing memperlakukan biaya sebagai variable dependen, yaitu ditentukan
dari hasil harga target dikurangi laba target. Formula target costing dapat dirumuskan dalam
persamaan sebagai berikut :
Setelah biaya target didapatkan, selanjutnya manajemen mencari cara untuk merekayasa ulang
komponen, memperbaiki rancangan, menemukan cara produksi yang lebih efisien, dan
menurunkan biaya pemasok.
Alasan Penerapan Target Costing
Menurut Garrison, Noreen, [11], metode target costing dikembangkan berdasarkan observasi dari
dua karakteristik penting yaitu pasar dan biaya.
1. Pertama adalah bahwa perusahaan tidak dapat megendalikan harga, kecuali pasarlah
(Permintaan dan Penawaran) yang menentukan harga, dan perusahaan yang berusaha untuk
mengabaikan hal ini, mereka menanggung resikonya sendiri.
2. Kedua adalah bahwa sebagian besar biaya produk ditentukan pada tahap desain.
Karakteristik target Costing
Menurut R.A Supriyono hal 155 [12], karakteristik target costing adalah sebagai berikut :
1. Target costing diterapkan dalam tahap pengembangan dan perencanaan serta costing ini
berbeda dari sistem pengendalian biaya standar yang diterapkan dalam tahap produksi.
2. Target costing bukan merupakan metode manajemen untuk pengendalian biaya dalam
pemikiran tradisional, namun salah satu tujuannya adalah untuk mengurangi biaya.
3. Dalam proses penentuan biaya target, banyak metode ilmu manajemen yang digunakan,
sebab tujuan manajerial penentuan biaya target meliputi teknikteknik pengembangan dan
perancangan produk.
4. Kerjasama banyak departemen diperlukan dalam melaksanakan target costing.
5. Target Costing disesuaikan dengan produk yang akan di produksi.

Tujuan Target Costing
Berdasarkan beberapa teori diatas, maka dapat disimpulkan bahwa target costing mempunyai dua
tujuan, yaitu :
1) Untuk mengurangi biaya produk baru agar tingkat keuntungan yang dikehendaki dapat
tercapai
2) Untuk memotivasi seluruh karyawan perusahaan agar memperoleh laba target pada saat
pengembangan produk baru dengan menjalankan metode target costing di seluruh aktivitas
perusahaan.
Tahap-tahap Pelaksanaan Target Costing
Menurut R.A Supriyono hal 156 [12] proses target costing secara luas dapat dibagi menjadi lima
tahap, yaitu :
1) Perencanaan korporasi. Tahap ini dimulai dengan dilakukannya penelitian pasar untuk
mengetahui kebutuhan/keinginan konsumen, harga yang berlaku dan volume produksi
yang diinginkan.
2) Pengembangan proyek produk baru tertentu. Pada tahap ini, departemen perencanaan
korporasi memberi informasi kepada departemen perencanaan perekayasaan tentang jenis
produk yang ingin dikembangkan dan isi perubahan rancangan model yang didasarkan
atas riset pasar.

3) Penentuan rencana dasar untuk produk baru tertentu. Dalam tahap ini, manajer produk
meminta setiap departemen untuk menelaah : (1) bahan yang diperlukan; (2) Proses
pengolahan; dan (3) Menaksir biaya. Sesuai dengan laporan yang dibuat oleh
departemen-departemen tersebut, dihitunglah biaya taksiran total (drifting cost). Dalam
waktu yang sama, harga target ditentukan oleh divisi pemasaran. Dari harga target dan
laba, selanjutnya dapat dihitung biaya yang diperkenankan (allowable cost) atau biaya
target (target cost) melalui pengurangan dari harga jual target dengan laba target.

4) Rancangan produk. Pada tahap ini, departemen rancangan menyusun draft cetak biru
percoban untuk sekumpulan biaya target setiap komponen. Kegiatan ini memerlukan
informasi dari setiap departemen. Departemen rancangan juga membuat produk
percobaan yang sesungguhnya sesuai dengan cetak biru yang telah dibuat, kemudian
departemen manajemen biaya menaksir biaya tersebut. Drifting cost dihitung sebagai
biaya yang diestimasikan berdasarkan biaya periode yang sedang berjalan (current cost
projection).
5) Rencana pemindahan produksi. Pada tahap ini, kondisi perlengkapan produksi diperiksa
dan departemen manajemen biaya menaksir biaya sesuai dengan draft cetak biru.
Departemen perekayasaan produksi menyusun standar nilai bahan yang akan dikonsumsi,
biaya tenaga kerja langsung, dan sebagainya.

Prosedur Penerapan Target Costing
Menurut Amin Wijaya Tunggal hal 200-206 [13], penetapan target cost dapat menggunakan
berbagai macam metode yang disesuaikan dengan kondisi yang ada pada tiap perusahaan namun
umumnya ada tiga tahap prosedur penetapan target costing yaitu :
(1) Perencanaan dan desain produk yang berkualitas tinggi yang dapat sangat memenuhi
kebutuhan pelanggan.
(2) Menentukan target cost untuk produk dan kemudian membuat target dengan menerapkan
perekayasaan nilai (Value Engineering).
Secara singkat allowable cost ditentukan dengan cara sebagai berikut:
a. Suatu

kemampulabaan

(profitability)

produk

diperkirakan

berdasarkan

indeks

kemampulabaan target (target profitability indeks) yaitu rasio laba terhadap modal sendiri
yang menentukan rencana jangka panjang.
b. Harga produk dan biaya ditentukan untuk mencapai laba yang ditargetkan. Biaya yang
ditargetkan dihitung berdasarkan allowable cost method, menurut Amin Wijaya Tunggal hal
200-206 [13] adalah sebagai berikut :

Drifting cost dihitung sebagai biaya yang diestimasikan berdasarkan biaya produk yang sedang
berjalan (current cost projection). Perhitungan ini dilakukan oleh departemen suatu perusahaan.
(3) Mendapat Target Cost pada tahap produksi, dengan menggunakan metode biaya standar
(Standar costing)
Pada tahap ini, pekerja pabrik bertangung jawab menspesifikasikanaktivitas aktual
setelah mengadakan target cost. Secara umum dapat dikatakan target cost digunakan menetapkan
biaya standar. Biaya standar merupakan biaya yang direncanakan untuk suatu produk, baik dalam
kondisi operasi berjalan maupun yang diantisipasi.
Target Costing (biaya target) versus Standard Cost (Biaya standar)
Perbedaan Standard Cost dengan Target Cost

Biaya standar merupakan biaya yang direncanakan untuk produk, baik dalam kondisi
operasi maupun yang diantisipasikan. Biaya standar memiliki dua komponen yaitu :
Standar fisik, merupakan kuantitas standar masukan-keluaran. Penetapan biaya standar yang
didasarkan pada standar fisis dibagi menjadi
(4) Standar dasar (basic standar)
Adalah tolak ukur yang digunakan sebagai patokan pembanding untuk prestasi kerja yang
diharapkan dan yang sesungguhnya.
(5) Standar yang berlaku (current standard)
a. Standar aktual yang diharapkan. Adalah standar yang ditetapkan untuk suatu tingkat
operasi dan efisiensi yang diharapkan akan terjadi. Standar ini merupakan estisasi yang
cukup wajar atas hasil aktual.
b. Standar normal. Adalah standar yang ditetapkan untuk suatu tingkat operasi dan efisiensi
yang normal.
c. Standar teoritis. Adalah standar yang ditetapkan untuk suatu tingkat operasi dan efisiensi
yang ideal atau maksimum.
Standar harga, merupakan biaya standar atau tarif per unit masukan atau input.
Keberhasilan metode penetapan biaya standar ini sangat tergantung pada keandalan, ketepatan
dan sikap menerima perusahaan terhadap standar tersebut, kecermatan juga diperlukan sekali
untuk meyakinkan bahwa faktor telah dipertimbangkan dalam menetapkan standar.
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
Penentuan dan Perencanaan Target
Sebagaimana diketahui bahwa target costing merupakan system perencanaan laba jangka
panjang dan pengendalian biaya yang berorientasi pada kebutuhan dan kemampuan konsumen
untuk membayar produk atau jasa yang ditawarkan serta efisiensi biaya produk. Analisa dan
pembahasan dilakukan penulis dengan menelusuri tahapan untuk mencapai tujuan dalam
penerapan metode target costing, mulai dari menganalisa proses produksi, analisa harga pasar,

penghitungan laba target, target costing, drifting costing, melakukan efisiensi biaya sehingga
mendapatkan kesimpulan pencapaian optimalisasi perencanaan laba perusahaan.
Analisa Proses Produksi
Analisa proses produksi dilakukan untuk memahami lebih dalam akan produk yang
dihasilkan, dan juga dapat mempermudah penulis dalam melakukan tahap selanjutnya menuju
target costing. Proses produksi yang ditampilkan ini adalah proses produksi secara spesifik
menyangkut produk yang akan di jadikan objek penelitian dalam penulisan skripsi ini, yaitu
Bandwidth Dedicated, gambar dibawah ini merupakan proses pengiriman bandwidth dedicated
dari GEN-ID sampai kepelanggan dengan teknologi leased line.

Analisa Harga
Analisa harga dilakukan untuk menambah informasi pada tahap selanjutnya, harga bandwidth
dedicated suatu perusahaan internet service provider dengan perusahaan lain yang sejenis
(competitor) tidak mempunyai perbedaan yang signifikan, perbedaan diantaranya hanya berkisar
2,5% sampai dengan 15% dari prise list.

Untuk menghindari ketidakfokusan pada masalah,maka hanya penampilan harga competitor
untuk harga produk yang akan di analisa. Daftar harga untuk produk bandwidth dedicated di
GEN-ID, adalah sebagai berikut :

Setelah mendapatkan komponen harga diatas yaitu harga bandwidth dedicated dan harga leased
line, maka total biaya yang harus di bayar oleh pelanggan adalah sebagai berikut :

Hasil analisa dan perbandingan harga GEN-ID dengan harga pesaing yaitu INDONET, CBN,
RadNet dan INDOSAT terlihat adanya perbedaan. Jika dibandingkan dengan CBN dan
INDOSAT, GEN-ID memiliki harga yang lebih baik dan memungkinkan bersaing, namun jika
dibandingkan dengan INDONET dan RadNet, harga GEN-ID masih lebih tinggi. Berdasarkan
pengamatan penulis bahwa kemampuan pasar cenderung menginginkan harga murah dengan
kualitas bandwidth dedicated yang baik. Kelompok mencoba menyimpulkan bahwa dengan
situasi harga pasar tersebut diatas, GENID mempunyai pilihan antara menurunkan harga atau
tetap bertahan dengan harga yang ada saat ini.

Laba Target
Penulis melakukan perhitungan laba target berdasarkan historical data yang ada
di perusahaan, sebagai bahan acuan perhitungan adalah laporan laba/rugi perusahaan tahun 2015.
Perhitungan laba target di lakukan untuk mendapatkan persentase laba/profit perusahaan yang
kemudian nilai tersebut akan digunakan dalam perhitungan target costing.
Rumus yang di gunakan untuk menghitung laba target adalah

Diketahui :
Net Income 2015 = Rp. 271.597.684,Penjualan 2015 = Rp. 4.162.675.765,-

Dari hasil perhitungan dengan rumus diatas, maka dihasilkan target profit sebesar 7% artinya
perusahaan mempunyai net profit sebesar 7% dari total pendapatan perusahaan selama tahun
2015.
Target Costing
Target costing dihitung dengan menggunakan informasi tentang harga jual atau penjualan
dan target profit untuk produk. Penjualan ditentukan berdasarkan informasi dari laporan
laba/rugi perusahaan tahun 2015, dan target profit ditentukan berdasarkan hasil perhitungan
dengan rumus net income/laba target dibagi penjualan dari informasi laba/rugi perusahaan tahun
yang sama yaitu 2015.

Total penjualan untuk bandwidth dedicated tahun 2015 adalah Rp.2.036.312.461,- setelah
dilakukan perhitungan guna mencapai tujuan yaitu efisiensi biaya dengan metode target costing
maka mendapatkan hasil Rp. 1.893.770.589,-. Artinya untuk mencapai laba yang diharapkan
perusahaan, tidak boleh melebihi target cost sejumlah Rp. 1.893.770.589,-. Jika hal ini terjadi
maka harus dilakukan penekanan atau efisiensi biaya.
Drifting Cost
Drifting Cost adalah biaya taksiran, perhitungan drifting cost dilakukan dengan
menjumlahkan biaya produksi dan biaya non produksi. Setelah seluruh biaya dijumlahkan, akan
dikalikan dengan alokasi biaya produk. Pada tahap ini untuk melakukan drifting cost, sebelum
menjumlahkan seluruh biaya, penulis melakukan perhitungan alokasi untuk pembebanan biaya
pada produk.
Menghitung Alokasi untuk Pembebanan Biaya pada Produk
Pada tahap ini penulis menentukan alokasi untuk pembebanan biaya produk, menghitung
persentase dengan sumber informasi mengacu pada hasil penjualan perusahaan tahun 2015.
Berikut ditampilkan alokasi setiap produk, adalah sebagai berikut :

Dari hasil yang ditampilkan pada table diatas, mempunyai arti bahwa penjualan untuk produk
bandwidth dedicated dengan jumlah Rp. 2.036.312.461,- mempunyai alokasi biaya sebesar 49%
dari total biaya yang digunakan perusahaan.
Pengumpulan Komponen Biaya
Pada tahap ini penulis melakukan pengumpulan biaya yang timbul pada proses produksi,
biaya diambil dari laporan laba/rugi perusahaan tahun 2015. Setelah melakukan analisa ulang
maka dipisahkan antara biaya yang berhubungan langsung dengan produk (biaya pabrikasi)
dengan biaya administrasi umum dan biaya pemasaran.
Berikut tampilkan daftar komponen biaya yang telah di kelompokan dan dihitung
alokasinya untuk produk bandwidth dedicated:

Rp

4,154,514,079

Rp

2,035,711,899

Setelah mengalokasikan biaya untuk produk bandwidth dedicated yaitu 49% dari total biaya, di
dapat hasil dengan nilai Rp. 2.035.711.899,- yang artinya bahwa biaya taksiran untuk produk
bandwidth dedicated adalah senilai Rp. 2.035.711.899,Setelah penulis melakukan perhitungan target costing dan juga drifting cost, maka di dapatkan
hasil dari masing-masing perhitungan yaitu dengan target costing Rp. 1.893.770.589,- sedangkan
perhitungan dengan drifting cost Rp. 2.035.711.899,-.
Dapat kita lihat bahwa ada selisih diantara keduanya, selisihnya adalah :
(Rp. 2.035.711.899 – Rp. 1.893.770.589 = Rp. 141.941.310 )
Artinya dengan penerapan metode target costing perusahaan dapat melakukan optimalisasi biaya
mencapai RP. 141.941.310,- sehingga optimalisasi perencanaan laba perusahaan dapat tercapai.
Analisa Optimalisasi Laba
Untuk menganalisa apakah dengan metode target costing harapan perusahaan dalam
mengefisiensikan biaya dapat tercapai sehingga perencanaan laba akan tercapai dengan optimal,
berikut dibawah ini penulis menampilkan proyeksi laba/rugi dilanjutkan dengan perhitungan
ROS untuk produk bandwidth dedicated dengan drifting cost dan proyeksi laba/rugi setelah
menggunakan target costing.
Proyeksi Laba Rugi dengan Drifting Cost
Penjualan

Rp 2,036,312,461.00

(Penjualan thn 2015)
Biaya Produksi :

Rp 807,131,211.46

Bahan Baku Langsung

Rp 55,436,767.89

Tenaga Kerja Langsung

Rp 742,173,470.15

Overhead
Total Biaya Produksi
Biaya Non Produksi :

Rp 1,604,741,449.50

Biaya Administrasi dan

Rp 386,561,976.57

Umum

Rp 44,408,472.64

Biaya Pemasaran

Rp 430,970,449.21

Total Biaya Non Produksi

RP 600,562.29

Laba Operasi

Tabel diatas memberikan informasi bahwa laba target yang diproyeksikan untuk bandwidth
dedicated dengan asumsi nilai penjualan tahun 2015, adalah sebesar Rp. 600.562,29 pembulan
menjadi Rp. 600.562,-.Persentase laba untuk produk bandwidth dedicated setelah proses efisiensi
biaya dengan menggunakan rumus ROS sebagai berikut :
Laba Target
ROS = --------------------------- x 100%
Penjualan Bandwidth
Rp. 600.562,= ---------------------- x 100%
Rp 2.036.312.461,= 0.03 %

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis, penelitian dan pembahasan penulis mengenai penerapan target
costing produk bandwidth dedicated untuk mengoptimalkan laba pada perusahaan PT Generasi
Indonesia Digital, maka dapat di simpulkan bahwa :
1. Penerapan metode target costing melalui proses efisiensi biaya untuk produk bandwidth
dedicated pada PT Generasi Indonesia Digital dapat dilakukan. Mulai dari menganalisa
proses produksi, dilanjutkan dengan menganalisa harga pasar, pada tahapan ini dilakukan
perbandingan antara harga GENID dengan harga pesaing, perbedaan harga berkisar antara
2,5% sampai 15%, harga yang dimiliki GENID ada pada rata-rata.

Sebelum penerapan target costing dilakukan perhitungan laba target dan menghasilkan target
profit sebesar 7%, dari angka tersebut dilanjutkan dengan menghitung target costing dilanjutkan
dengan perhitungan drifting cost, terdapat selisih antara keduanya sebesar Rp. 141.941.310,artinya perusahaan masih dapat melakukan efisiensi biaya.

Saran
Berdasarkan kesimpulan yang didapat , maka ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh
PT Generasi Indonesia Digital untuk dapat mengendalikan biaya produksinya dan
mengoptimalkan laba perusahaan, adalah sebagai berikut :
1. Perusahaan perlu melakukan analisa secara selektif terhadap biaya-biaya yang muncul dalam

proses produksi, sehingga dapat membedakan biaya mana yang dapat di hindari atau di
efisiensikan dan biaya yang tidak berpengaruh terhadap kualitas produk dan atau jasa.