ANALISIS PENGARUH INFRASTRUKTUR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 2010-2014

(1)

ANALYSIS OF INFRASTRUCTURE EFFECT ON ECONOMIC GROWTH INDONESIA

IN 2010-2014

Oleh

MUHAMMAD ARIA JUNANDA

20120430243

FAKULTAS EKONOMI

PRODI ILMU EKONOMI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2016


(2)

i

ANALYSIS OF INFRASTRUCTURE EFFECT ON ECONOMIC GROWTH INDONESIA

IN 2010-2014

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Program Studi Ilmu Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh

MUHAMMAD ARIA JUNANDA 20120430243

FAKULTAS EKONOMI

PRODI ILMU EKONOMI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2016


(3)

(4)

v

kembali setiap kali kita jatuh”.(Muhammad Ali)

“ Allah mengingatkan dalam Al-Qur’an kepada manusia yang melampaui batas agar jangan berputus asa dari Rahmat-Nya, karena Allah maha pengampun dan

maha penyayang.” (QS. Az-Zumar 39:53)

“Melakukan hal yang berguna, mengatakan suatu keberanian dan merenungkan suatu keindahan adalah hal yang perlu dilakukan dalam kehidupan

seseorang.“ (TS Eliot)

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada

tuhanmulah engkau berharap.” (QS. Al-Insyirah,6-8)

“Orang yang menginginkan impiannya menjadi kenyataan, harus menjaga diri agar tidak tertidur”. (Richard Wheeler)


(5)

vi

Linda Kristina yang selalu menjadi motivasi bagi semua impianku, Papah yang paling Baik Ns. Jumani S,kep karena dia selalu menjadi penyemangatku.


(6)

ix

dan rahmat dalam penulisan skripsi dengan judul “ANALISIS PENGARUH INFRASTRUKTUR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 2010-2014”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penulis mengambil topik ini dengan harapan dapat memberikan masukan bagi organisasi dalam penggunaan taktik mempengaruhi dalam pengambilan keputusan organisasional dan memberikan ide pengembangan bagi penelitian selanjutnya.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan dukungan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada:

1. Allah SWT atas segala nikmat kesehatan, kelancaran dan kemudahan dari segala urusan dalam menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa penulis haturkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW dan para sahabatnya.

2. Bapak Dr. Nano Prawoto, SE., M.Si sebagai Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan petunjuk, bimbingan dan kemudahan selama penulis menyelesaikan studi.

3. Ahmad Ma’ruf, SE.,M.Si. yang dengan penuh kesabaran dan ketelitian membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 4. Papah Ns. Jumani S,kep dan Mamah Linda Kristina selaku orang tua penulis

yang senantiasa memberikan dukungan baik berupa jasmani, rohani, maupun materi.

5. Abang jagoanku Andhy Prihatmoko dan adik tersayangku Tria Aprininda yang paling ngangenin dan paling cantik senantiasa juga memberikan dukungan baik berupa jasmani, rohani, maupun materi.


(7)

x

dukungan baik jasmani, rohani, maupun materi.

8. Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Yogyakarta,Bank Indonesia(BI),Kementrian Pekerjaan Umum dan Pembangkit Listrik Negara(PLN) yang memberikan dukungan dalam mempermudah pengambilan data untuk skripsi ini.

9. Almamaterku Mahasiswa Ilmu Ekonomi(EKPI) angkatan 2012 yang mendukung terselesainya skripsi ini.

10.Mahasiswa KKN Kelompok 04 huru-hara terimakasih atas pengalaman berharga selama bulan 21 November-22 Desember 2015 di Godegan, Serandakan, Bantul.

11.Teman-teman terbaik yaitu Nurul Hasana, Endah Giantrisna S, Tsamrotul Fuadah, Witri Karisma Wardani, M Raka Bagaskara, Adjie, Febri,Rudy setiawan, Mahdianor,Hasbi dll terimakasih sudah menjadi teman yang membuat saya banyak belajar banyak hal.

12.Terimakasih untuk adik sepupu paling keren Zildjian, Ocha Item dan Tante Yayuk yang selalu memberikan dukungan untuk skripsi ini.

13.Teman-teman terbaikku Rama afriza,Dedy kurniawan, Rendy,Ridwan,Rizal, dan teman-teman GASARLAT yang paling tangguh terimakasih untuk pengalaman nya selama merantau menuntut ilmu di Yogyakarta.

14.Laki-laki nge-roots kost Tiwi alfred,Bob Ryan,Bimo,Akbar,Ilham dan Roland terimakasih untuk gelap terangnya hidup,fight dalam menjalani kehidapan anak rantau.

15.Terimakasih untuk Ibu Tiwi Kost dan bude Tum yang selalu memberikan semangat dalam menuntut ilmu.

16.Teman-teman BAC nando,Reza,Ichan,Dayat,Haris sebagia pencari kesuksesan untuk Lampung Tengah Tercinta terimakasih untuk selalu Memberikan semangat.


(8)

xi

Sebagai kata akhir, tiada gading yang tak retak, penulis meyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, kritik, saran dan pengembangan penelitian selanjutnya sangat diperlukan untuk kedalaman karya tulis dengan topik ini.

Yogyakarta, 03 Mei 2016


(9)

xii

HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

INTISARI ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Batasan Masalah... 10

C. Rumusan Masalah ... 10

D. Tujuan Penelitian ... 11

E. Manfaat Penelitian ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13

A. Landasan Teori ... 13

1. Pertumbuhan Ekonomi ... 13

2. Infrastruktur... 19

B. Hubungan Variabel... 21

1. Infrastruktur Jalan ... 21

2. Infrastruktur Listrik ... 22

3. Infrastruktur Air Bersih ... 23


(10)

xiii BAB III

METODE PENELITIAN ... 30

A. Objek /Subjek Penelitian ... 30

B. Jenis Data ... 30

C. Teknik Pengumpulan Data ... 30

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 31

E. Alat analisis ... 32

F. Metode Penelitian... 32

G. Uji Kualitas Instrumen dan Data ... 33

H. Estimasi Model Regresi Panel ... 35

1. Metode Common Effect ... 35

2. Metode Fixed Effect ... 35

3. Metode Random Effect ... 36

4. Pemilihan Model Estimasi Data Panel ... 37

5. Uji Parameter Model ... 38

BAB IV GAMBARAN UMUM ... 42

A. Kondisi Geografis Negara Indonesia ... 42

B. Kondisi Perekonomian ... 46

1. Infrastruktur Jalan ... 50

2. Infrastruktur Listrik ... 52

3. Infrastruktus Air ... 54

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 58

A. Pemilihan Model ... 58

1. Uji Chow ... 59

2. Uji Hausman ... 60


(11)

xiv BAB VI

SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN ... 78

A. Simpulan ... 78

B. Saran ... 80

C. Keterbatasan Penelitian ... 81 DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR GAMBAR LAMPIRAN


(12)

xv

Air m3/Kapita di Indonesia Periode 2010-2014 ... 3

2.1 Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu ... 26

4.1 Luas Wilayah 33 Provinsi di Indonesia ... 44

4.2 Produksi Domestik Bruto Menurut Lapangan Usaha dengan Harga Konstan menurut Provinsi di Indonesia per provinsi tahun 2012-2014 (Milliar Rupiah) ... 49

4.3 Panjang Jalan per Provinsi Menurut Kewenangan Pemerintah (km) tahun 2010-2014 ... 52

4.4 Kapasitas Terpasang Pembangkit Listrik Menurut Provinsi (Mega Watt), Tahun 2010–2014 ... 54

4.5 Data jumlah Air bersih yang Disalurkan per Provinsi (m3) tahun 2010-2014 ... 57

5.1 Hasil Uji Chow ... 59

5.2 Hasil Uji Hausman ... 60

5.3 Hasil Estimasi ... 61

5.4 Hasil Estimasi Fixed Effect Model ... 62

5.5 Hasil cross section ... 68

5.6 Hasil Uji T ... 69

5.7 Uji Heterokedastisitas Uji Park ... 74


(13)

(14)

xvii

Lampiran 2 Produk Domestik Bruto Menurut Lapangan Usaha dengan Harga Konstan menurut Provinsi di Indonesia per provinsi tahun 2012-2014 (Milliar Rupiah)

Lampiran 3 Panjang Jalan per Provinsi menurut kewenangan Pemerintah (km) tahun 2010-2014.

Lampiran 4 Kapasitas Terpasang Pembangkit Listrik Menurut Provinsi (Mega Watt), Tahun 2010–2014

Lampiran 5 Data jumlah Air bersih yang disalurkan per Provinsi (m3) tahun 2010-201

Lampiran 6 HASIL Uji Chow Lampiran 7 Hasil Uji Hausman

Lampiran 8 Hasil Estimasi Common Effect, Fixed Effect dan Random Effect Lampiran 9 Hasil Estimasi Fixed Effect Model

Lampiran 10 Hasil cross-section Lampiran 11 Hasil Uji T

Lampiran 12 Uji Heterokedastisitas dengan Uji Park Lampiran 13 Hasil Uji Fixed

Lampiran 14 Hasil Uji Heteroskedaastisitas Lampiran 15 Hasil Uji Multikolinearitas


(15)

(16)

(17)

vii

merupakan aspek penting dalam meningkatkan Produk Domestik Bruto(PDB),dengan demikian maka peran pemerintah dalam menentukan kebijakan dalam pembangunan infrastruktur sangat penting untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.Analisis yang dilakukan pada penelitian iniadalah apakah infrastruktur (jalan, listrik, air) mempunyai pengaruh positif dan kontribusi yang signifikan. Output yang diwakili pendapatan perkapita (PDRB). Agar dapat ditentukan dalam penentuan kebijakan pemerintah dalam pengembangan infrastruktur di Indonesia.Data yang digunakan adalah data panel dengan kurun waktu dari 2010 hingga 2014 untuk 33 Provinsi di Indonesia.

Untuk mencari hasil yang BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) maka dilakukan uji untuk panel seperti Chow Test dan Hausman Test sehingga didapatkan model panel data fixed effect untuk menyelesaikan data dengan karakteristik seperti diatas. Kemudian dilakukan uji Asumsi Klasik seperti Multikolonearitas dan Heteroskidastisitas.Hasil akhirnya adalah dari ketiga variable diatas dua variabel bebas diatas mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi yaitu Listrik dan Air.dan satu variabel yaitu Jalan mempunyai pengaruh positif dan tidak signifikan.


(18)

viii

aspect in enhancing the Gross Domestic Product (GDP), thus the government's role in determining policy in infrastructure development is essential to promote economic growth in Indonesia.The analysis conducted on the research iniadalah whether the infrastructure (roads, electricity, water) has a positive impact and significant contributions. Output represented income per capita (GDP). To be determined in the determination of government policy in the development of infrastructure in Indonesia.The data used is data panel with the period from 2010 to 2014 for 33 provinces in Indonesia.

To search results BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) then tested for panels such as Chow and Hausman Test Test so we get the data panel fixed effect models to complete the data with such characteristics above. The results were as Multikolonearitas Classical Assumptions and Heteroskidastisitas.The end result is out of the three variables above two independent variables above have positive and significant impact on economic growth, namely electricity and Air.dan one variable that road has a positive impact and insignificant.


(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan infrasturuktur merupakan salah satu aspek penting dan vital untuk mempercepat proses pembangungan di Indonesia. Infrastruktur juga memegang peranan yang penting sebagai salah satu roda penggerak ekonomi di Indonesia. Ini mengingatkan gerak laju dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari ketersediaan infrastruktur seperti transportasi, telekomunikasi, sanitasi, dan energi. Oleh karena itu pembangunan di sektor ini , menjadi fondasi dari pembangunan infrastruktur di Indonesia.

Pemerintahan Presiden Jokowi melalui draft APBNP-2015 tengah melakukan reformasi kebijakan fiskal di sektor penganggaran pembangunan.Reformasi fiskal dimaksud dapat dicermati dari perubahan gradual dari sisi penganggaran pembangunan, belanja subsidi BBM telah menyusut dari sebelumnya dalam APBN Rp.276 triliun menjadi Rp.81,8 triliun, subsidi LPG turun dari Rp.55,1 triliun menjadi Rp. 28,7 triliun.Sementara ruang fiskal yang didapat dari restrukturisasi belanja subsidi dialihkan antara lain mendukung pembangunan infrastuktur, yang menjadi prioritas utama dengan adanya peningkatan anggaran yang signifikan dari Rp.190 triliun menjadi Rp. 290 triliun.


(20)

2

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kementerian Perhubungan dan Kementerian Pertanian mendapat alokasi anggaran cukup besar (Kemen PUPR angkanya sekitar Rp 33 triliun, kemudian Kementerian Perhubungan Rp 20 triliun dan Kementerian Pertanian Rp 16 triliun).Selain itu, terdapat tambahan dana anggaran prioritas lainnya untuk pembangunan infrastruktur konektivitas Rp.12,9 triliun, alokasi transfer ke daerah Rp.20,5 triliun. untuk tambahan pembangunan infrastruktur pendukung pertumbuhan ekonomi Rp. 49,8 triliun, pemenuhan kewajiban dasar Rp.20,8 triliun dan pengurangan kesenjangan Rp.43,5 triliun.RAPBN-P 2015 menunjukkan komitmen pemerintah untuk mengurangi anggaran yang tidak berhubungan langsung dengan pembangunan kesejahteraan rakyat dan pemerataan dengan menggeser atau merealokasi sebagian anggaran bendahara umum negara ke anggaran infrastruktur.BPPK, Kemenkeu(2015)

Perekonomian Indonesia tahun 2014 diprakirakan tumbuh sebesar 5,1%, melambat dibandingkan dengan 5,8% pada tahun sebelumnya.Sementara itu, kegiatan investasi juga masih tumbuh terbatas. Kinerja pertumbuhan ekonomi yang masih cukup tinggi terutama ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang tetap solid. Pada tahun 2015, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan lebih tinggi, yaitu tumbuh pada kisaran 5,4-5,8%. Berbeda dengan 2014, di samping tetap kuatnya konsumsi rumah tangga, tingginya pertumbuhan ekonomi di 2015 juga akan didukung oleh ekspansi konsumsi dan investasi pemerintah sejalan dengan peningkatan kapasitas fiskal untuk mendukung kegiatan


(21)

3

ekonomi produktif, termasuk pembangunan infrastruktur. Bank Indonesia(2015)

Berdasarkan perjalanan pembangunan ekonomi Indonesia,infrastruktur ditempatkan sebagai sector vital dalam proses untuk mencapai pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tinggi. Untuk mencapai proses itu dibutuhkan kerja keras agar pembangunan infrastruktur selalu meningkat tiap tahunnya. Pada table 1.1 di bawah ini menjelaskan tentang perkembangan PDRB,Jalan,Listrik,Air,Internet di Indonesia periode 2010-2014.

Tabel 1.1

Perkembangan PDRB Miliyar/Kapita, Jalan Km/Kapita, Listrik Megawatt/Kapita,Air m3/Kapita di Indonesia Periode 2010-2014.

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS),2015

Berdasarkan Tabel 1.1, dapat dilihat bahwa PDRB di Indonesia selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya. Pada tahun 2010 PDRB di Indonesia sebesar 28,77 miliyar/kapita dan pada tahun 2014 PDRB di Indonesia mencapai 34,12 miliyar/kapita. Ini dikareanakan terjadi lonjakan pendapatan Nasional di setiap Tahunnya. Karena terjadi kenaikan pada setiap tahunnya maka dapat membantu membuat rencana pelaksanaan program pembangunan berjangka, Tahun

PDRB Jalan Listrik Air

Miliyar / Kapita Km / Kapita Megawatt / Kapita m3 / Kapita

2010 28,77 2,04 0,11 10,22

2011 30,11 2,05 0,14 11,33

2012 31,51 2.04 0,18 12,09

2013 32,87 2,04 0,18 12,96


(22)

4

membantu merumuskan kebijakan pemerintah dan membandingkan keadaan perekonomiaan dari waktu ke waktu antar daerah/provinsi.

PDRB berperan sebagai pengukur tingkat pendapatan Brotu yang berada dalam suatu provinsi. PDRB berpengaruh pada perekonomian dengan cara meredistribusikan pendapatan bruto dan kekayaan serta menambah tingkat output. PDRB yang selalu menurun menybabkan ketidakpastian pembangunan di suatu daerah dan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan di suatu daerah akan menurun jika PDRB selalu menurun tiap tahunnya. Bukan hanya itu kegiatan perekonomian juga akan menurun dan mengakibatkan pendapatan Nasional kemunduran serta pengangguran yang semakin bertambah serta semakin merajanya tingkat kemiskinan. Tingginya tingkat kemiskinan tersebut akan berdampak pada tingginya tingkat kriminalitas dalam daerah.

Penelitian mengenai pengaruh infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi telah banyak dilakukan, namun penelitian ini tetap penting karena pertumbuhan ekonomi (PDRB) perlu di perhatikan mengingat dampaknya sangat luas bagi perekonomian suatu Negara terutama PDRB yang selalu mengalami penurunan tiap tahunnya dan berdampak pada kesejahteraan masyarakat, yaitu pembangunan suatu daerah akan barang dan jasa yang diakibatkan menurunnya pendapatan rill. PDRB harus segera ditingkatkan agar pembangunan daerah dan kesejahteraan masyarakat tercapai.

PDRB tidak dapat terlepas dari peran pembangunan suatu daerah salah satunya infrastruktur. Hal ini dikarenakan infrastruktur merupakan salah satu


(23)

investasi/pendapatan daerah. Pada table 1.1, ditunjukkan bahwa infrastruktur jalan selalu mengalami fluktuasi di setiap tahunnya pada tahun 2012 infrastruktur jalan mengalami penurunan menjadi 2,04 km/kapita. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya (2011). Hal ini terjadi dikarenakan perbaikan jalan yang rusak dan tidak ketersidiaan dana perbaikan serta pelebaran jalan. Kemudian infrastruktur jalan pada tahun 2014 kembali mngalami penurunan sebesar 2,01 km/kapita. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya pada tahun (2012-2013).

Pada table 1.1, menunjukkan bahwa produksi listrik di Indonesia pada setiap tahunnya mengalami selalu mengalami peningkatan. Listrik pada tahun 2011 sebesar 0,14 megawatt/kapita dan 0,18 megawatt/kapita pada tahun 2012. Ini disebabkan karena adanya peningkatan tegangan listrik dan produksi listrik tiap tahunnya. Karena jumlah penduduk Indonesia banyak dan jumlah produksi listrik juga banyak maka setiap penduduk Indonesia mendapatkan produksi listrik yang cukup baik. Pada table 1.1, bahwa air di Indonesia mengalami kenaikan pada tiap tahun 2012 sebesar 12,09 m3/kapita dibandingkan dengan tahun sebelumnya (2011). Kemudian produksi air di Indonesia mengalami kenaikan kembali pada tahun 2014 sebesar 13,38 m3/kapita. Hal ini di sebabkan dikarenakan adanya peningkatan jumlah produksi air di Indonesia. Dengan begitu setiap penduduk Indonesia mendapatkan produksi air yang cukup baik.

Para ahli ekonomi percaya bahwa segala perdebatan merupakan cara terbaik untuk mengejar keterbelakangan ekonomi adalah dengan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi (pertumbuhan produk domestic bruto) setinggi-tingginya sehingga dapat melampaui pertumbuhan penduduk. Dengan cara


(24)

tersebut makan akan secara otomatis akan meningkatkan pendapatan perkapita dan terjadi pula peningkatan kesejahteraan masyarakat. Oleh karenanya sasaran utama dalam pembangunan ekonomi di tekankan pada usaha-usaha pencapaian tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

Simon Kuznet menyatakan bahwa “a caountrys economics growth as a long term rise in capacity to supply increasingly diverse economic godds ti its population, this growing capacity based on advancing technology and the institutional and ideological adjustments that’s it demands” (Todarao,2000:155). Pertumbuhan suatu Negara dipengaruhi oleh akumulasi modal (investasi pada tanah, peralatan, prasarana dan sarana) sumber daya alam, sumber daya manusia baik jumlah maupun tingkat kualitas penduduknya, kemajuan teknologi, akses terhadap invormasi, keinginan untuk melakukan inovasi dan mengembangkan diri serta budaya kerja. (Todaro,2000:37)

Selama ini, pemerintah telah mengeluarkan banyak waktu, tenaga dan dana untuk pembangunan di seluruh wilayah Indonesia. Hasil pembangunan dapat dilihat di seluruh wilayah Indonesia meskipiun dapat dilihat terdapat ketimpangan yang menunjukan adanya perbedaan kecepatan pembangunan antar daerah satu dengan daerah lainnya. Terlihat ketimpangan yang cukup besar anatara Indonesia bagian barat dengan Indonesia bagian timur. Pulau jawa dengan wilayah lainnya kemudian daerah perkotaan dengan daerah pedesaan. Ini terbukti dari ketimpangan nilai investasi dari produk di masing-masing wilayah.


(25)

Lebih dari 50 persen investasi berada di pulau jawa yang hanya mencaku 7 persen wilayah Indonesia. Sedangkan output atau Produk Domestik Regional Brotu (PDRB) di Pulau Jawa menghasilkan lebih dari 60 persen total output Indonesia. Hal ini menunjukan bahwa konsentrasi pembangunan di wilayah Pulau Jawa lebih kuat dari pada pulau lainnya dan menunjukan bahwa ketimpangan pembangunan antar wilayah di Indonesia merupakan ketidak merataan pembangunan di seluruh Indonesia. Ketertinggalan suatu daerah dalam membangun di pengaruhi oleh banyak hal, salah satunya adalah rendahnya daya tarik suatu daerah yang menyebabkan tingkat aktifitas ekonomi yang rendah. Suatu daerah yang tidak memiliki sumber daya ( baik manusia maupun alam ) serta kurangnya insentif yang ditawarkan ( prasarana infrastruktur, perangkat keras dan lunak, keamanan dan sebagainya). Dapat menyebabkan suatu daerah tertinggal dalam pembangunan.

Untuk mengejar ketinggalan dari daerah lainnya, terdapat beberapa alternatif pengmbangan suatu daerah. Alternatif tersebut dapat berupa investasi yang langsung diarahkan pada sector produktif atau investasi pada bidang social overhead seperti pembangunan jalan, fasilitas pendidikan dan kesehatan serta prasarana infrastruktur lainnya. Pilihan ditentukan oleh ciri daerah serta masalah institusionalnya. Pada banyak Negara berkembang, investasi pada prasarana infrastruktur menjadi suatu pilihan yang disukai dan mempunyai porsi yang sangat besar dari total pengeluaran pemerintah. Ini menunjukkan besarnya peran pemerintah dalam pengadaan prasarana infrastruktur khususnya sektor transportasi,komunikasi serta energi. Sedangkan pengeluaran pubik lainya seperti


(26)

pada sektor kesehatan dan pendidikan meskipun cendrung diabaikan namun mempunyai tingkat produktifitas yang tinggi karena mempunyai dampak langsung maupun tidak langsung berupa peningkatan produktifitas sumber daya manusia.Pengeluaran pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi merupakan indikator yang komperhensif dari produktifitas pengeluaran publik. Ada dua komponen yang diukur yaitu, kontribusi output sektor publik terhadap pertumbuhan ekonomi dan efisiensi pengeluaran ini terhadap outputnya.

Adam Smith menyatakan bahwa, “ Good roads, canals and navigable rivers, by diminishing the expense of carriage, put the remote parts of the country more nearly upen a level with those in the neighboring town. They are upon that account the greatest of all improvments”. Kodoatie(2003). mendefinisikan infrastruktur sebagai fasilitas-fasilitas fisik yang di kembangkan atau dibutuhkan oleh agen-agen publik untuk fungsi-fungsi pemerintah dalam penyediaan air, tenaga listrik, pembuangan limbah, transportasi dan pelayanan-pelayanan lainnya untuk memfasilitasi tujuan-tujuan ekonomi dan social.Sistem infrastruktur merupakan pendukung utama fungsi-fungsi sosial dan sistem ekonomi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.

Sistem infrastruktur dapat di definisikan sebagai fasilitas-fasilitas atau struktur-struktur dasar,peralatan-peraltan,instalasi-instalasi yang dibangun dan yang dibutuhkan untuk berfungsinya sistem sosial dan sistem ekonomi masyarakat (Kodoatie,2003).


(27)

The World Bank (1994) membagi infrastruktur menjadi tiga yaitu :

1. Infrastruktur ekonomi, merupakan infrastruktur fisik yang diperlukan untuk menunjang aktifitas ekonomi, meliputi public utilities ( tenaga, telekomunikasi, air, sanitasi, gas), public work ( jalan, bendungan, kanal, irigasi, drainase), dan sektor transportasi (jalan, rel, pelabuhan, lapangan terbang, dab sebagainya).

2. Infrastruktur social, meliputi pendidikan, kesehatan, perumahan, dan rekreasi.

3. Infrastruktur administrasi, meliputi penegakan hukum, control administrasi dan koordinasi.

Pemerintah melalui peraturan Presiden Nomer 42 Tahun 2005 tentang komite percepatan penyediaan infrastruktur. Menjelaskan jenis infrastruktur yang penyediaannya diatur oleh pemerintah, yaitu: infrastruktur transportasi, infrastruktur jalan, infrastruktur pengairan, infrastruktur air minum dan sanitasi, infrastruktur telematika, infrastruktur tenaga listrik, dan infrastruktur pengakutan gas dan minyak bumi. Penggolongan infrastruktur diatas dapat dikategorikan sebagai infrastruktur dasar, karena sifatnya yang dibutuhkan masyarakat luas sehingga perlu dia atur oleh pemerintah.

Berdasarkan uraian diatas,infrastruktur jalan merupakan sektor penting dalam distribusi ekonomi penghubung antar wilayah,infrastruktur listrik sebagai penunjang sektor industri dalam kegiatan produksi ekonomi serta infrastruktur air merupakan faktor yang menunjang aktifitas ekonomi karena


(28)

ketiga infrastruktur tersebut dapat meningkatkan pendapatan serta menunjang laju pertumbuhan ekonomi. Untuk mengetahui apakah Infrastruktur Jalan, Listrik dan Air mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan mengambil judul : “PENGARUH INFRASTRUKTUR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA PERIODE TAHUN 2010-2014“.

B. Batasan Masalah

Mengingat begitu banyak permasalahan yang harus dipecahkan agar pembahasan tidak terlalu luas dan tetap mengarah sesuai judul, maka perlu dilakukan pembatasan masalah. Dalam hal ini peneliti berfokus pada pengaruh infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi. Permasalahan yang di bahas peneliti adalah bagaimana infrastruktur seperti Jalan,Listrik,Air dan Internet mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap output yang diwakilkan oleh variabelpendapatan perkapita (PDRB).

Kemudian untuk mengetahui kontribusi prasarana infrastruktur terahadap pertumbuhan perkapita (PDRB) maka dapat diketahui jenis prasaran infrastruktur yang memberikan pengaruh besar terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. Sehingga dapat ditentukan arah kebijakan pemerintah terhadap perkembangan infrastruktur yang sesuai deangan Indonesia.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan dengan latar belakang permasalahan diatas, terlihat bahwa pembangunan infrastruktur prasarana di Indonesia sudah berlangsung cukup


(29)

lama dan investasi yang dikeluarkan sudah cukup sangat besar. Namun masih cukup banyak yang dihadapi negara kita khususnya perencanaan yang lemah,kuantitas yang belum mencukupi kualitas yang rendah dan sebagainya. Kemudian untuk mengetahui sejauh mana pertumbuhan Infrastruktur seperti jalan,listrik,air pada periode tahun 2010-2015 di Negara Indonesia.

Rumusan masalah tersebut dimasukan kedalam pertanyan peneliti. Sebagai berikut:

1. bagaimana pengaruh Infrastruktur Jalan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia?

2. Bagaimana pengaruh Infrastruktur Listrik terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia?

3. Bagaimana pengaruh Infrastruktur Air terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh Infrastruktur Jalan terhadap pertumbuhan ekonomi.

2. Untuk mengetahui pengaruh Infrastruktur Listrik terhadap pertumbuhan ekonomi.

3. Untuk mengetahui pengaruh Infrastruktur Air terhadap pertumbuhan ekonomi.


(30)

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Diharapkan dapat menambah pengetahun dan wawasan terhadap analisis Pengaruh ertumbuhan infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.

2. Bagi Peneliti selanjutnya

Diharapkan dapat meningkatkan motivasi guna memiliki wawasan dan pengetahuan yang lebih luas dan dapat dijadikan bahan referensi bagi mahasiswa yang akan membutuhkannya.

3. Bagi Pemerintah

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pemerintah Indonesia dalam mengambil kebijakan dan langkah-langkah dalam mengambil kebijakan pembangunan infrastruktur di Indonesia.

2) Diharapkan menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan dan kebijakan di masa yang akan datang.


(31)

13 A. Landasan Teori

1. Pertumbuhan Ekonomi

Jhingan (2008). Mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya, yang tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang diperlukannya. Definisi ini memiliki tiga komponen, yaitu: pertama, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa terlihat dari meningkatnya secara terus- menerus persediaan barang; kedua, teknologi maju merupakan faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang menentukan derajat pertumbuhan kemampuan dalam penyediaan aneka macam barang kepada penduduknya; ketiga, penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan adanya penyesuaian di bidang kelembagaan dan ideologi sehingga inovasi yang dihasilkan dapat dimanfaatkan secara tepat.

Sementara itu, Todaro dan Smith (2006). Mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai suatu proses peningkatan kapasitas produktif dalam suatu perekonomian secara terus-menerus atau berkesinambungan sepanjang waktu sehingga menghasilkan tingkat pendapatan dan output nasional yang semakin lama semakin besar. Ada tiga faktor atau komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi, yaitu:


(32)

1. Akumulasi modal, yang meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik, dan modal atau sumber daya manusia.

2. Pertumbuhan penduduk yang pada tahun-tahun berikutnya akan memperbanyak jumlah angkatan kerja.

3. Kemajuan teknologi.Akumulasi modal akan diperoleh bila sebagian dari pendapatan yang

diterima oleh masyarakat tersebut ditabung dan diinvestasikan kembali dengan tujuan meningkatkan output dan pendapatan di masa depan. Akumulasi modal ini dapat dilakukan dengan investasi langsung terhadap stok modal secara fisik (pengadaan pabrik baru, mesin-mesin, peralatan, dan bahan baku) dan dapat juga dilakukan dengan investasi terhadap fasilitas-fasilitas penunjang seperti investasi infrastruktur, ekonomi dan sosial (pembangunan jalan raya, penyediaan listrik, air bersih, dan sebagainya).

Pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja, secara tradisional dianggap sebagai sebagai faktor positif dalam merangsang pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti akan menambah jumlah tenaga kerja produktif, walaupun hal ini tergantung kepada kemampuan sistem perekonomian untuk menyerap dan memekerjakan secara produktif tambahan tenaga kerja tersebut. Selanjutnya, pertumbuhan penduduk yang besar berarti menambah ukuran pasar domestik menjadi lebih besar.


(33)

Komponen kemajuan teknologi merupakan sumber pertumbuhan ekonomi yang paling penting. Perkembangan teknologi merupakan dasar atau prakondisi.bagi berlangsungnya suatu pertumbuhan ekonomi secara berkesinambungan.Dalam bentuk yang paling sederhana, kemajuan teknologi dihasilkan dari pengembangan cara-cara lama atau penemuan metode baru dalam menyelesaikan tugas-tugas tradisional.

a. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

Sebagai suatu perluasan dari teori Keynes, Teori Harrod dan Domar melihat persoalan pertumbuhan dari segi permintaan. Pertumbuhan ekonomi hanya berlaku apabila pengeluaran agregate melalui kenaikan investasi- bertambah terus menerus pada tingkat pertumbuhan yang ditentukan. Teori pertumbuhan neoklasik melihat dari sudut pandang yang berbeda, yaitu dari segi penawaran. Menurut teori ini yang dikembangkan oleh Abramovits Solow pertumbuhan ekonomi tergantung pada perkembangan faktor-faktor produksi. (Sadono Sukirno, 2004) Dalam model pertumbuhan ekonomi Neo Klasik Solow (Solow Neo Classical Growth Model) maka fungsi produksi agregat standar adalah sama seperti yang digunakan dalam persamaan sektor modern Lewis yakni:

Y= Aeµt.K.α.L1-...(1) Y = Produk Domestik Bruto

K = stok modal fisik dan modal manusia L = tenaga kerja non terampil


(34)

A = konstanta yang merefleksikan tingkat teknologi dasar eµt = melambangkan tingkat kemajuan teknologi

α = melambangkan elastisitas output terhadap model, yakni persentase kenaikan PDB yang bersumber dari 1% penambahan modal fisik dan modal manusia.

Menurut teori pertumbuhan Neo Klasik Tradisional, pertumbuhan output selalu bersumber dari satu atau lebih dari 3 (tiga) faktor yakni kenaikan kualitas dan kuantitas tenaga kerja, penambahan modal (tabungan dan investasi) dan penyempurnaan teknologi (Todaro, 2000)

Sumbangan terpenting dari pertumbuhan ekonomi Neo Klasik bukanlah menunjukkan pada faktor-faktor yang mempengaruhi perumbuhan ekonomi, tetapi dalam sumbangannya untuk menggunakan teori tersebut untuk mengadakan penyelidikan empiris dalam menentukan peranan sebenarnya dari berbagai faktor produksi dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi. Dalam penelitian Abramovits dan Solow menunjukkan pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat terutama disebabkan oleh perkembangan teknologi. Antara 80 sampai dengan 90 persen dari pertumbuhan ekonomi di Amerika disebabkan oleh perkembangan teknologi.


(35)

b. Model Neoklasik Solow

Model pertumbuhan Solow merupakan pilar yang sangat memberi kontribusi terhadap teori pertumbuhan neoklasik. Model ini memungkinkan analisis pertumbuhan ekonomi secara dinamis, menjelaskan mengapa pendapatan nasional tumbuh dan mengapa sebagian perekonomian tumbuh lebih cepat dibandingkan yang lainnya serta menjelaskan perubahan-perubahan dalam perekonomian sepanjang waktu. Secara ekonomi, model pertumbuhan Solow dirancang untuk menunjukkan bagaimana pertumbuhan persediaan modal, pertumbuhan angkatan kerja, dan kemajuan teknologi berinteraksi dalam perekonomian, serta bagaimana pengaruhnya terhadap output barang dan jasa suatu negara secara keseluruhan (Mankiw, 2007).

Pada intinya model ini merupakan pengembangan dari model pertumbuhan Harrod-Domar dengan menambahkan faktor tenaga kerja dan teknologi ke dalam persamaan pertumbuhan (growth equation). Dalam model pertumbuhan Solow, input tenaga kerja dan modal memakai asumsi skala yang terus berkurang (diminishing returns) jika keduanya dianalisis secara terpisah, sedangkan jika keduanya dianalisis secara bersamaan memakai asumsi skala hasil tetap (constant returns to scale). Kemajuan teknologi ditetapkan sebagai faktor residu untuk menjelaskan pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang dan tinggi rendahnya pertumbuhan itu diasumsikan bersifat eksogen atau tidak dipengaruhi oleh


(36)

faktor-faktor lain (Todaro dan Smith, 2006).

Jhingan (2008) mengemukakan asumsi-asumsi dalam model Solow sebagai berikut:

1) Ada satu komoditi gabungan yang diproduksi.

2) Yang dimaksud output ialah output netto yaitu sesudah dikurangi biaya penyusutan modal.

3) Return to scale bersifat konstan (fungsi produksi homogen pada derajat pertama).

4) Dua faktor produksi tenaga kerja dan modal dibayar sesuai dengan produktivitas fisik marjinalnya.

5) Harga dan upah fleksibel.

6) Tenaga kerja terpekerjakan secara penuh.

7) Stok modal yang ada juga terpekerjakan secara penuh.

8) Tenaga kerja dan modal dapat disubstitusikan satu sama lain. 9) Kemajuan teknologi bersifat netral.

Dengan menganggap bahwa fungsi produksi adalah dalam bentuk Cobb- Douglas, maka model pertumbuhan neoklasik Solow dapat ditulis:


(37)

dimana:

Y : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

A : tingkat kemajuan teknologi, yang menentukan produktivitas tenaga kerja dan pertumbuhannya ditentukan oleh variabel eksogen,

K : stok modal fisik dan modal manusia

L : tenaga kerja

α : elastisitas output terhadap modal (persentase kenaikan PDRB yang bersumber dari 1 persen penambahan modal fisik dan modal manusia).

Pertumbuhan ekonomi suatu daerah sangat ditentukan oleh kemampuan daerah tersebut untuk meningkatkan kegiatan produksinya. Berdasarkan model pertumbuhan ini, disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi suatu daerah ditentukan oleh kemajuan teknologi, penambahan modal atau investasi dan tenaga kerja.

2. Infrastruktur

Infrastruktur merupakan prasarana sebagai fasilitas-fasilitas fisik yang di kembangkan atau dibutuhkan oleh agen-agen publik untuk fungsi-fungsi pemerintah dalam penyediaan air, tenaga listrik, pembuangan limbah, transportasi dan pelayanan-pelayanan lainnya untuk memfasilitasi tujuan-tujuan ekonomi dan social.


(38)

Sistem infrastruktur merupakan pendukung utama fungsi-fungsi sosial dan sistem ekonomi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Sistem infrastruktur dapat di definisikan sebagai fasilitas-fasilitas atau struktur-struktur dasar,peralatan-peraltan,instalasi-instalasi yang dibangun dan yang dibutuhkan untuk berfungsinya sistem sosial dan sistem ekonomi masyarakat (Kodoatie,2003).

The World Bank (1994) membagi infrastruktur menjadi tiga yaitu :

1. Infrastruktur ekonomi, merupakan infrastruktur fisik yang diperlukan untuk menunjang aktifitas ekonomi, meliputi public utilities ( tenaga, telekomunikasi, air, sanitasi, gas), public work ( jalan, bendungan, kanal, irigasi, drainase), dan sektor transportasi (jalan, rel, pelabuhan, lapangan terbang, dab sebagainya).

2. Infrastruktur social, meliputi pendidikan, kesehatan, perumahan, dan rekreasi.

3. Infrastruktur administrasi, meliputi penegakan hukum, control administrasi dan koordinasi.

Pemerintah melalui peratutaran Presiden Nomer 42 Tahun 2005 tentang komite percepatan penyediaan infrastruktur. Menjelaskan jenis infrastruktur yang penyediaannya diatur oleh pemerintah, yaitu: infrastruktur transportasi, infrastruktur jalan, infrastruktur pengairan, infrastruktur air minum dan sanitasi, infrastruktur telematika, infrastruktur tenaga listrik, dan infrastruktur pengakutan gas dan minyak bumi. Penggolongan infrastruktur diatas dapat


(39)

dikategorikan sebagai infrastruktur dasar, karena sifatnya yang dibutuhkan masyarakat luas sehingga perlu dia atur oleh pemerintah.

B. Hubungan Variabel

1. Infrastruktur Jalan

Infrastruktur jalan sebagai salah satu infrastruktur pengangkutan berperan dalam merangsang pertumbuhan ekonomi karena ketersediaan jalan akan meminimalkan modal komplementer sehingga proses produksi dan distribusi akan lebih efisien. Pembangunan prasarana jalan turut akan meningkatkan pertumbuhan wilayah-wilayah baru dengan meningkatnya volume lalu lintas. Sebaiknya prasarana jalan yang buruk dan rusak akan menghambat alokasi sumber daya, pengembangan industri, pendistribusian faktor produksi, barang dan jasa, yang pada akhirnya akan memengaruhi pendapatan.

Ikhsan (2004) mengemukakan bahwa jalan raya akan memengaruhi biaya variabel dan biaya tetap. Jika infrastruktur harus dibangun sendiri oleh sektor swasta, maka biaya akan meningkat secara signifikan dan menyebabkan cost of entry untuk suatu kegiatan ekonomi menjadi sangat mahal sehingga kegiatan- kegiatan ekonomi yang sebetulnya secara potensial mempunyai keunggulan komparatif menjadi tidak bisa terealisasikan karena ketiadaan infrastruktur.

Lebih jauh lagi infrastruktur sangat berpengaruh terhadap biaya marketing. Sebagai contoh adanya pembukaan dan peningkatan jalan di Sulawesi tidak


(40)

hanya menurunkan biaya transportasi, namun juga menjadi faktor penting dalam memperkuat bargaining power dari petani coklat. Akibatnya, margin yang diterima petani coklat meningkat dari sekitar 62 persen pada tahun 1980-an menjadi sekitar 90 persen setelah tersedi1980-anya Jal1980-an Tr1980-ans Sulawesi.

Sibarani (2002). Menunjukkan adanya hubungan yang konsisten dan signifikan antara pendapatan dengan panjang jalan. Negara berpenghasilan lebih dari US$ 6.000/kapita mempunyai rasio panjang jalan ± 10.110 km/1 juta penduduk, sedangkan negara berpenghasilan US$ 545 - US$ 6.000/kapita mempunyai rasio panjang jalan ± 1.660 km/1 juta penduduk dan negara berpenghasilan kurang dari US$ 545/kapita mempunyai rasio panjang jalan ± 170 km/1 juta penduduk. Jika data tersebut dibandingkan, negara yang berpenghasilan tinggi mempunyai panjang jalan 59 kali lipat dibandingkan dengan negara berpenghasilan rendah.

2. Infrastruktur Listrik

Dengan semakin majunya suatu wilayah, kebutuhan akan listrik menjadi tuntutan primer yang harus dipenuhi, tidak hanya untuk rumah tangga namun juga untuk kegiatan ekonomi terutama industri. Dalam kehidupan masyarakat yang semakin modern, semakin banyak peralatan rumah tangga, peralatan kantor serta aktivitas-aktivitas masyarakat yang mengandalkan sumber energi dari listrik. Peningkatan kegiatan ekonomi dalam produksi dan investasi juga membutuhkan listrik yang memadai. Oleh karena itu permintaan listrik meningkat dari tahun ke tahun baik dari segi kuantitasnya maupun


(41)

kualitasnya.

Sebagian besar kebutuhan listrik di Indonesia dipenuhi oleh PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero). Sementara sebagian lagi masih disuplai oleh perusahaan- perusahaan non PLN. Sampai dengan tahun 2007, belum semua wilayah di Indonesia telah tersambung dalam jaringan PLN. Oleh karena itu, sebagian masyarakat mengusahakannya secara swasembada yaitu melalui perusahaan non PLN yang dikelola Pemda, koperasi maupun perusahaan swasta lainnya.

3. Infrastruktur Air Bersih

Air bersih merupakan kebutuhan vital yang mutlak diperlukan dalam kehidupan manusia sehingga pengadaan sumber daya ini termasuk dalam prioritas pembangunan. Pengalokasian air bersih yang efisien harus didasarkan pada sifat zat cair yang mudah mengalir, menguap, meresap dan keluar melalui suatu media tertentu. Karakteristik sumber daya air dikemukakan oleh Oktavianus (2003), yaitu: Mobilitas air, menyebabkan sulitnya penegasan hak-hak (property right) atas sumber daya air secara ekslusif agar dapat menjadi komoditas ekonomi yang dapat dipertukarkan dalam sistem ekonomi pasar.

a. Sifat skala ekonomi yang melekat, menyebabkan penawaran air bersifat monopoli alami (natural monopoly), dimana semakin besar jumlah air yang ditawarkan, maka biaya per satuan yang ditanggung produsennya semakin murah.


(42)

b. Sifat penawaran air dapat berubah-ubah menurut waktu, ruang dan kualitasnya sehingga penyaluran air dalam keadaan kekeringan hebat dan banjir biasanya hanya dapat ditangani oleh pemerintah untuk kepentingan umum.

c. Kapasitas daya asimilasi dari badan air (water bodies) yang dapat melarutkan dan menyerap zat-zat tertentu selama daya dukungnya tidak melampaui, sehingga komoditas air dapat dimasukkan dalam barang umum (public good) dalam upaya mengurangi pencemaran lingkungan atas air bersih.

d. Penggunaan air bisa dilakukan secara beruntun ketika air mengalir dari suatu daerah aliran sungai (DAS) sampai ke laut, yang dapat menyebabkan perubahan kuantitas dan kualitasnya. e. Penggunaan yang serba guna (multiple use).

f. Berbobot besar dan memakan tempat (bulkiness) sehingga biaya transportasinya menjadi mahal.

g. Nilai kultur masyarakat yang menganggap bahwa sumber daya air sebagai anugerah dari Tuhan, dapat menjadi kendala dalam pendistribusiannya secara komersial.

Penggunaan air terbesar berdasarkan sektor kegiatan dapat dibagi ke dalam tiga kelompok besar yaitu kebutuhan domestik, irigasi pertanian dan industri. Kebutuhan domestik untuk masyarakat akan meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk baik di perkotaan maupun pedesaan. Air untuk keperluan irigasi pertanian juga terus meningkat


(43)

dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan penduduk yang terus bertambah. Demikian juga dalam bidang industri, yang kian mengalami peningkatan karena struktur perekonomian yang mengarah pada industrialisasi.

Air harus dipandang sebagai barang ekonomi sehingga untuk mendapatkannya memerlukan pengorbanan baik waktu maupun biaya. Sebagaimana barang ekonomi lainnya, air mempunyai nilai bagi penggunanya, yaitu jumlah maksimum yang bersedia dibayarkan untuk penggunaan sumber daya tersebut, dimana pengguna akan menggunakan air selama manfaat dari tambahan setiap kubik air yang digunakan melebihi biaya yang dikeluarkan (Oktavianus, 2003).

Industrialisasi yang meluas membutuhkan investasi yang besar untuk menjaga tingkat penyediaan air dan mendukung pertumbuhan ekonomi. Di Indonesia, tingkat kebutuhan masyarakat terhadap keberadaan air bersih secara kontinyu terus meningkat dari tahun ke tahun. Infrastruktur air bersih merupakan salah satu bagian penting dalam infrastruktur dasar yang dapat memberi pengaruh bagi pertumbuhan output (Bulohlabna, 2008).

C. Penelitian Terdahulu

Dari latar belakang dan landasan teori yang sudah dijelaskan sebelumnya ditemukan beberapa penelitian terdahulu yang memiliki hubungan dengan penelitian ini. Berikut ini merupakan tabel penelitian terdahulu :


(44)

Tabel 2.1

Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu No Penelitian, tahun dan judul Variabel Metode

Analisis

Hasil 1 Rindang Bangun Prasetyo

dan Muhammad Firdaus

(2009). Pengaruh

Infrastruktur Pada

Pertumbuhan Ekonomi Wiilayah Indonesia.

Variabel Independen : Tenaga kerja, listrik, panjang jalan, air bersih, stok modal, krisis

(dummy) Variabel dependen : Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) Model Data Panel

Pertama : Kegiatan perekonomian di Indonesia masih bersifat padat karya, sehingga kebijakan

yang bersifat

meningkatkan

lapangan pekerjaan untuk menyerap tenaga kerja akan lebih efektif dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi. Kedua : Infrastruktur baik listrik, panjang jalan maupun air bersih mempunyai pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan

perekonomian Indonesia. 2 Fika Novita Sari dan Sri

Maryati (2013). Pengaruh pembangunan infrastruktur terhadap perkembangan wilayah Indonesia.

Variabel Independen : infrastruktur transportasi, infrastruktur energy, infrastruktur telekomunika si. Variabel Independen : PDRB perkapita Pendeka tan fungsi produksi (cobb-daougla ss) Pertumbuhan

infrastruktur jalan nasional sangat mempengaruhi tingkat pendapatan PDRB yang tinggi. Begitu

juga dengan

infrastruktur listrik dan air bersih.


(45)

3 Abdul Maqin (2011).

Pengaruh kondisi

infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat. Variabel Dependen: infrastruktur jalan, infrastruktur kesehatan, infrastruktur pendidikan, listrik, tenaga kerja, dan pngeluaran pembanguna n. Variabel Independen: PDRB Metode Panel Regressi on

Bahwa infrastruktur listrik, tenaga kerja, pengeluaran

pembangunan

meningkat, maka pertumbuhan ekonomi meningkat begitu juga sebaliknya.

4 Tunjung Hapsari (2011). Pengaruh Infrastruktur terhadap Pertumbuhan

Ekonomi Wilayah

Indonesia.

Variabel Dependen: infrastruktur jalan,listrik,te lpon dan air. Variabel Independen: PDRB Metode data Panel

Seluruh variable kebijakan

desentralisasi fiscal berpengaruh signifikan trhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

5 Krismanti Tri Wahyuni (2009). Analisis pengaruh infrastruktur ekonomi dan

sosial terhadap

produktivitas ekonomi di Indonesia.

Variabel Dependen: infrastruktur ekonomi dan infrastruktur social. Variabel Independen : PDRB Metode Data Panel Ketersediaan infrastruktur ekonomi dan sosial yang dikaji dalam penelitian ini semuanya

memengaruhi

produktivitas ekonomi di Indonesia secara signifikan.


(46)

D. Kerangka Berfikir

Berdasaran latar belakang penelitian, tijauan pustaka dan penelitian terdahulu bahwa penulis memiliki skema hubungan antara variabel sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

PDRB

Infrastruktur Jalan

Infrastruktur Listrik

Infrastruktur Air


(47)

D. Penurunan Hipotesa

1. Diduga Infrastruktur Jalan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

2. Diduga Infrastruktur Listrik berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

3. Diduga Infrastruktur air berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.


(48)

A. Obyek/Subyek Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian empiris yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh Infrastruktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia yaitu provinsi Nangroe Aceh Darusalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Kepuluan Bangka Belitung, Lampung. DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Tenggara,Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Utara,Gorontalo, Maluku, Maluku Utara, Papua, Papua Barat. Penelitian ini menggunakan data sekunder selama periode tahun 2010 hingga 2014.

B. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data runtut waktu (time series) dengan rentang waktu 5 tahun. Data yang dipilih adalah data dari tahun 2010 sampai 2014.

C. Teknik Pengumpulan Data

Metode yang dipakai dalam pengumpulan data adalah melalui studi pustaka. Studi pustaka merupakan teknik untuk mendapatkan informasi melalui catatan, literatur, dokumentasi dan lain-lain yang masih relevan


(49)

dengan penelitian ini. Data diperoleh melalui lembaga atau institusi yang terkait, dalam hal ini adalah Badan Pusat Statistik Kementrian Pekerjaan Umum, PLN dan World Bank.

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Pertumbuhan Ekonomi

Untuk melihat kontribusi terhadap kondisi perekonomian, variabel pertumbuhan ekonomi dilihat dengan menggunakan pendekatan nilai PDRB. Dalam penelitian ini, data yang digunakan sebagai ukuran pertumbuhan ekonomi adalah nilai PDRB atas dasar harga konstan tahun 2014 dan 2015, dari tahun 2010-2014.

2. infrastruktur jalan

Data infrastruktur jalan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data panjang jalan menurut provinsi tingkat kewenangan pemerintah (km),tahun 2010-2014.

3. Infrastruktur listrik

Data infrastruktur listrik yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data Kapasitas Terpasang Pembangkit Listrik Menurut Provinsi (Mega Watt), tahun 2010–2014.


(50)

4. Infrastruktur air

Data infrastruktur air yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data Volume Air yang Disalurkan Perusahaan Air Minum Menurut Provinsi (ribu m3), tahun 2010–2014.

E. Alat Analisis

Alat analisis yang digunakan untuk menjawab permasalahan atau hipotesis dalam penelitian ini adalah analisis regresi Data Panel dengan cara menguji secara statistik terhadap variabel-variabel yang telah dikumpulkan dengan menggunakan program EViews7. Hasil analisis diharapkan dapat digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh beberapa variabel bebas terhadap variabel terikat.

F. Metode Penelitian

Model ekonometrik digunakan pada penelitian ini untuk mengetahui hubungan timbal-balik antara formulasi teori, pengujian, dan estimasi empiris. Dalam teori ekonometri, data panel merupakan gabungan antara data silang (cross-section) dan data time series deret waktu (time series). Dengan demikian, jumlah data observasi dalam data panel merupakan hasil kali data observasi time series (t > 1) dengan data observasi cross-section (n > 1). Model dasar yang akan digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.


(51)

Keterangan:

Y = variabel dependen, yaitu PDRB β0, β1, β2, β3 = koefisien

LOG(X1) = variabel Jalan LOG(X2) = variabel Listrik LOG(X3) = variabel Air

i = provinsi

t = tahun

u = error term

G. Uji Kualitas Instrumen dan Data

1. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas atau Kolinearitas Ganda adalah adanya hubungan linier antara peubah bebas X dalam model regresi ganda. Jika hubungan linier antara peubah bebas X dalam model regresi ganda adalah korelasi sempurna maka peubah-peubah tersebut berkolinearitas ganda sempurna (perfect multicollinearity).

Adapun beberapa cara mendeteksi adanya multikolinearitas yaitu :

a. R2 cukup tinggi (0,7 -0,1), tetapi uji-t untuk masing – masing koefisien regresinya tidak signifikan.

b. Tingginya R2 merupakan syarat yang cukup tetapi bukan yang syarat yang perlu untuk terjadinya multikoliniearitas. Sebab pada R2 yang rendah <0,5, bisa juga terjadi multikolinearitas.


(52)

c. Meregresikan variabel independen X dengan variabel-variabel independen yang lain, kemudian menghitung R2 dengan uji F :

Jika F hitung > F tabel berarti Ho di tolak, ada multikolinearitas

Jika F hitung < F tabel berarti Ho di terima, tidak ada multikolinearitas

Ada beberapa cara untuk mengetahui multikolinearitas dalam suatu model. Salah satunya adalah dengan melihat koefisien hasil output dari komputer. Jika terdapat koefisien yang lebih besar dari (0,9), maka terdapat gejala multikoliearitas.

Untuk mengatasi masalah multikolinearitas, satu variabel independen yang memiliki korelasi dengan variabel independen lain harus dihapus. Dalam ini model fixed effect yang ditransformasikan ke dalam model GLS, model ini sudah diantisipasi dari terjadinya multikolinearitas.

2. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas adalah adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Uji Heteroskedastisitas berguna untuk mengetahui adanya penyimpangan dari syarat-syarat asumsi klasik pada model regresi, dimana dalam model regresi harus dipenuhi syarat tidak adanya heteroskedastisitas. Homoskedastisitas terjadi bila distribusi probabilitas tetap sama dalam semua observasi x, dan varians setiap residual adalah sama untuk semua nilai variabel penjelas.


(53)

H. Estimasi Model Regresi Panel

Dalam metode estimasi regresi dengan menggunakan data panel dapat dibedakan melalui tiga pendekatan, antara lain:

1. Metode Common Effect

Estimasi Common Effect merupakan model data panel yang paling sederhana karena hanya mengkombinasikan data time series dan cross action. Pada model ini tidak diperhatiakan dimensi waktu maupun individu, sehingga diasumsikan bahwa perilaku antar individu sama dalam berbagai kurun waktu. Metode ini bisa menggunakan pendekatan Ordinary Least Square (OLS) atau teknik kuadrat terkecil untuk mengestimasi model data panel. Adapun persamaan regresi dalam model Common Effect dapat ditulis sebagai berikut :

Yit = α + Xitβ + ɛ it

Dimana : i = menunjukkan cross section (individu)

t = menunjukkan periode waktunya

Dengan asumsi komponen error dalam pengolahan kuadrat terkecil biasa, proses estimasi secara terpisah untuk setiap unit cross section dapat dilakukan.

2. Metode Fixed Effect

Estimasi Fixed Effect mengasumsikan bahwa perbedaan antar individu dapat diakomodasi dari perbedaan intersepnya. Untuk mengestimasi data panel model ini menggunakan teknik variable dummy untuk menangkap perbedaan intersep antar objek yang satu dengan objek yang lainnya. Model


(54)

estimasi ini sering disebut dengan teknik Error Component Model Least Squares Dummy Variable (LSDV). Adapun persamaan regresi dalam model Fixed Effect dapat ditulis sebagai berikut :

Yit = α + iαit+ X’itβ + ɛ it

3. Metode Random Effect

Estimasi Random Effect Model akan mengestimasi data panel dimaana variabel gangguan mungkin saling berhubungan antar waktu dan individu. Pada model model Rndom Effect perbedaan intersep diakomodasikan oleh error terms dari masing-masing objek. Keuntungan menggunakan dengan metode ini yaitu dapat menghilangkan heteroskedastisitas. Model ini juga disebut dengan Error Compoen model (ECM) Aatau teknik Generalized Least Square (GLS). Dengan demikian persamaan modelnya dapat ditulis sebagai berikut :

Yit = α + X’itβ + wit

Dimana : wit = ɛ it + u1 ; E(wit) = 0 ; E(wit2) = α2+ αu2 ;

E(wit, wjt-1) = 0; i ǂ j; E(ui,ɛ it) = 0;

E(ɛ i,ɛ is) = E(ɛ it,ɛ jt) = E(ɛ jt,ɛ js)

Meskipun komponen error wt bersifat homoskedastik, nyatanya

terdapat korelasi antara wt dan wit-s (equicorrelation), yakni :


(55)

4. Pemilihan Model Estimasi Data Panel

Untuk memilih model estimasi yang dianggap paling tepat diantara ketiga jenis model, maka perlu dilakukan serangkaian uji, diantaranya adalah:

a. Uji Chow

Chow test yakni pengujian untuk menentukan model Fixed Effect Model atau Random Effect yang paling tepat digunakan mengestimasi data panel. Untuk mengetahuinya digunakan rumus sebagai berikut :

Chow =

Keterangan :

RRS : Restricted Residual Sum Square (Sum of Square Residual yang diperoleh dari model PLS (Pooled Least Square))

URSS : Unrestriced Residual Sum Square (Sum of Square Residual yang diperoleh dari model FEM)

n : jumlah data cross section

T : jumlah data time series


(56)

Pengujian ini menggunakan distribusi F statistik. Jika nilai F stat > F tabel maka model yang akan digunakan adalah model FEM. Sedangkan apabila F stat < F tabel maka model PLS yang akan digunakan.

b. Uji Hausman

Hausman test adalah pengujian statistik untuk memilih apakah model Fixed Effect atau Random Effect yang paling tepat digunakan. Uji ini didasarkan bahwa kedua metode OLS dan GLS konsisten tetapi OLS tidak efisien dalam H0. Mengikuti kriteria

Wald, uji Hausman ini akan mengikuti distribusi chi-squares sebagai berikut.

m = ’ var ( )-1

dimana = [ OLS- GLS]

dan var ( ) = var ( OLS)- var ( 0-GLS)

Statistik ini mengikuti distribusi statistik chi squares dengan df sebanyak k, dimana k merupakan jumlah variabel independen. Jika nilai stat Hausman > nilai kritisnya maka model yang tepat adalah model FEM, dan sebaliknya.

5. Uji Parameter Model

Uji signifikasi merupakan prosedur yang digunakan untuk menguji kesalahan kebenaran hasil dari hipotesis nol dari sampel.


(57)

a. Uji koefisien Determinasi

Suatu model mempunyai kebaikan dan kelemahan jika diterapkan dalam masalah yang berbeda. Untuk mengukur kebaikan suatu model (goodnes of fit) digunakan koefisien determinasi (R2). Nilai koefisien determinasi merupakan suatu ukuran yang menunjukkan besar sumbangan dari variabel independen terhadap variabel dependen, atau dengan kata lain koefisien determinasi menunjukkan variasi turunnya Y yang diterangkan oleh pengaruh linier X.

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerengkan variasi dependen. Nilai koefisien determinasi adalah 0 dan 1. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati 1 (Satu) berarti kemampuan variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memperediksi variasi variabel dependen.

b. Uji F-Statistik

Uji F-Statistik ini dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel independen (bebas) secara keseluruhan terhadap variabel variabel dependen (terkait). Adapun langkah-langkahnya yang dapat dilakukan dalam uji ini adalah sebagai berikut:


(58)

1) Perumusan Hipotesa.

Ho: β1 = β2 = 0, artinya secara bersama-sama tidak ada pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen

H1: β1 ≠ β2 ≠ 0, artinya secara bersama-sama ada pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen

2) Pengambilan Keputusan.

Pengambilan dalam pengujian uji F ini adalah dengan cara membandingkan probobilitas pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen dengan nilai α yang digunakan dalam penelitian ini penulis menggunakan α = 0,05.

Jika probabilitas variabel independen > 0,05 maka hipotesa Ho diterima, artinya variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh secara nyata terhadap variabel dependen.

Jika probobilitas variabel independen < 0,05, maka hipotesa H1 ditolak, artinya variabel independen secara bersama-sama berpengaruh secara nyata terhadap variabel dependen.

3) Uji Parsial (T-Statistik).

Uji statistik (parsial) merupakan pengujian terhadap tingkat signifikan setiap variabel independen secara individual terhadap variabel dependen dalam suatu model regresi.

4) Merumuskan Hipotesa.

Ho: β1 = β2 = 0 artinya tidak ada pengaruh secara individu masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen.


(59)

H1: β1 ≠ β2 ≠ 0 artinya ada pengaruh secara individu masing -masing variabel independen terhadap variabel dependen.

5) Pengambilan Keputusan .

Dalam penelitian ini penulis menggunakan α = 0,05.

Jika probobilitas variabel independen > 0,05 maka hipotesa Ho diterima, artinya variabel independen secara partial tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

Jika probobilitas variabel independen < 0,05, maka hipotesa H1 ditolak, artinya variabel independen secara partial berpengaruh terhadap variabel dependen.


(60)

42

Pada bab IV ini penulis akan menyajikan gambaran umum obyek/subyek yang meliputi kondisi Geografis, kondisi ekonomi, kondisi prasarana infrastruktur seperti jalan,listrik dan air di 33 provinsi di Indonesia.

A. Kondisi Geografis Negara Indonesia

Sumber : www.wikimedia.com

Gambar 4.1

Peta 33 Provinsi di Negara Indonesia

Negara Indonesia terletak pada Letak geografis ditentukan berdasarkan posisi nyata dibanding posisi daerah lain. Indonesia terletak diantara Benua Asia dan Benua Australia, serta Samudera Hindia dan


(61)

Samudera Pasifik. Posisi Indonesia sangat setrategis dan penting dalam kaitannya dengan perekonomian. Indonesia berada persimpangan lalu lintas dunia.Letak geografis merupakan salah satu determinan yang menentukan masa depan dari suatu negara dalam melakukan hubungan internasional.

Negara Indonesia berada di 6o LU (Lintang Utara) - 11o LS (Lintang Selatan) dan antara 95o BT (Bujur Timur) - 141o BT (Bujur Timur). Jika dilihat dari posisi astronomis Indonesia terletak di kawasan iklim tropis dan berada di belahan timur bumi. Indonesia berada di kawasan tropis, hal ini membuat Indonesia selalu disinari matahari sepanjang tahun. Di Indonesia hanya terjadi dua kali pergantian musim dalam setahun yaitu musim kemarau dan hujan. Negara-negara yang memiliki iklim tropis pada umumnya dilimpahi alam yang luar biasa. Curah hujan tinggi akan membuat tanah menjadi subur. Flora dan fauna juga sangat beraneka ragam.Sedangkan pengaruh dari letak dilihat dari garis bujur, maka Indonesia memiliki perbedaan waktu yang dibagi menjadi tida daerah waktu yaitu Indonesia bagian timur (WIT), Indonesia bagian tengah(WITA), dan Indonesia bagian barat(WIB).Total luas wilayah indonesia adalah 7.9 juta km² yang terdiri dari 1.8 juta km² wilayah daratan dan 3.2 juta km² wilayah laut teritorial serta 2.9 juta km² laut perairan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE). Terdiri dari ;


(62)

Tabel 4.1

Luas Wilayah 33 Provinsi di Indonesia

No Nama Provinsi Luas Wilayah(km2)

1 Aceh 58.375,63

2 Sumatra Utara 72.981,23

3 Sumatra Barat 42.297,30

4 Riau 87.023,66

5 Kepulauan Riau 253.420

6 Jambi 53,435,92

7 Sumatra Selatan 87.017,41

8 Bangka Belitung 16.493,54

9 Bengkulu 19.788,70

10 Lampung 35.376,50

11 DKI Jakarta 664,01

12 Jawa Barat 35.377,76

13 Banten 9.662,92

14 Jawa Tengah 32.800,69

15 DI Yogyakarta 3.133,15

16 Jawa Timur 47.799,75

17 Bali 5.780,06

18 Nusa Tenggara Barat 18.572,32

19 Nusa Tenggara Timur 48.718,10

20 Kalimantan Barat 147.307,00

21 Kalimantan Tengah 153.564,50

22 Kalimantan Selatan 38.744,23

23 Kalimantan Timur 129.066,64

24 Sulawesi Utara 13.851,64

25 Sulawesi Barat 16.787,18

26 Sulawesi Tengah 61.841,29

27 Sulawesi Tenggara 38.067,70

28 Sulawesi Selatan 46.717,48

29 Gorontalo 11.257,07

30 Maluku 46.914,03

31 Maluku Utara 31.982,50

32 Papua 319.036,05

32 Papua Barat 99.671,63

Luas Indonesia 2.011.519,35


(63)

Kondisi Infrastruktur Indonesia Berdasarkan The Global Competitiveness Report (2013/2014) yang dibuat oleh World Economic Forum (WEF), daya saing Indonesia (Global Competitiveness Index-GCI) berada pada peringkat ke-38 dunia. Sementara itu kualitas infrastruktur Indonesia menempati peringkat ke-61 dari 148 negara dunia yang disurvei atau berada pada peringkat ke-5 diantara negara-negara inti ASEAN. Daya saing global Indonesia periode 2014-2015 meningkat empat peringkat dari sebelumnya 38 menjadi 34. Sedangkan dari segi infrastruktur dan konektivitas, ranking Indonesia meningkat dari ranking ke-61 menjadi ranking ke-56. Hal ini berarti menunjukkan peningkatan lima angka dari tahun kemarinatau dua puluh angka sejak 2011(Bank Indonesia.2015)

Salah satu ketersediaan infrastruktur yang dianggap masih kurang seperti pelabuhan mengingat Indonesia adalah negara kepulauan dengan wilayah yang luas. Masih kurangnyainfrastruktur pada pelabuhan ini membuat biaya logistik di Indonesia lebih tinggi dibanding negara lain. Proses arus barang yang masuk dan keluar dari dalam negeri ke luar negeri, ataupun antar pulau menjadi terhambat dan biaya logistik semakin membengkak. Jika hal semacam ini tidak segera diatasi, maka investor yang ingin menanamkan modalnya di Indonesia akan memilih untuk negara seperti Singapura, Malaysia, Thailand dan Brunei Darussalam dengan fasilitas infrastruktur dan kawasan industri yang lebih memadai.


(64)

Bagaimana dengan infrastruktur jalan? Saat ini di Indonesia problematika kemacetan sudah biasa dan menjadi makanan sehari-hari di kota-kota besar. Hal ini mengakibatkan ketidakefisienan yang sangat besar karena banyak waktu terbuang di jalan, begitu pula BBM. Begitu pula dengan problematika banjir. Hampir setiap musim hujan, kota-kota besar di Indonesia langganan banjir. Demikian pula dengan kota-kota di dataran rendah atau di daerah aliran sungai besar seperti di pinggir Bengawan Solo.

B. Kondisi Perekonomian

Pertumbuhan ekonomi sebesar 5,1 persen pada tahun 2014 tersebut lebih rendah dari asumsi pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan dalam APBNP Tahun 2014 sebesar 5,5 persen. Hal tersebut terutama disebabkan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi pada November 2014 beserta dampak ikutannya terhadap harga komoditas di dalam negeri dan peningkatan harga barang impor akibat pelemahan nilai tukar Rupiah menyebabkan tingkat inflasi sepanjang tahun 2014 mencapai sebesar 8,36 persen, atau lebih tinggi dari target inflasi dalam APBNP Tahun 2014 sebesar 5,3 persen. Berdasarkan perkembangan indikator ekonomi makro tahun 2014 tersebut di atas, serta langkah-langkah kebijakan fiskal yang ditempuh selama tahun 2014, kinerja realisasi APBNP Tahun 2014 dapat tetap dijaga pada tingkat yang aman(Kemenkeu,2014)


(65)

Realisasi pendapatan negara mencapai Rp1.537,2 Triliun, atau mencapai 94,0 persen dari rencana dalam APBNP Tahun 2014 sebesar Rp1.635,4 Triliun. Dari jumlah realisasi pendapatan negara tersebut, realisasi penerimaan perpajakan mencapai Rp1.143,3 Triliun, atau 91,7 persen dari target yang ditetapkan sebesar Rp1.246,1 Triliun. Pencapaian penerimaan perpajakan tersebut dipengaruhi oleh melambatnya pertumbuhan ekonomi pada sektor industri pengolahan dan sektor pertambangan, pelemahan impor, dan penurunan harga CPO di pasar internasional. Di sisi lain, kinerja penerimaan negara bukan pajak (PNBP) menunjukkan capaian yang baik dengan realisasi Rp390,7 Triliun, atau 101,0 persen dari target dalam APBNP Tahun 2014 sebesar Rp386,9 Triliun. Lebih tingginya realisasi tersebut terutama bersumber dari penerimaan PNBP sumberdaya alam (SDA) minyak dan gas. Seluruh target PNBP dalam APBNP Tahun 2014 terlampaui kecuali penerimaan SDA non migas yang berasal dari mineral dan batubara (minerba) serta kehutanan(BPPK.Kemenkeu,2014)

Salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi yang diperlukan untuk evaluasi dan perencanaan ekonomi makro, biasanya dilihat dari pertumbuhan angka Produk Domestik Bruto (PDRB), baik atas harga berlaku maupun berdasarkan atas harga konstan. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan nilai tambah bruto seluruh barang dan jasa yang tercipta atau dihasilkan di wilayah domestik suatu negara yang timbul akibat berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu periode tertentu tanpa memperhatikan apakah faktor produksi yang dimiliki residen atau non-residen.


(66)

Adapun kegunaan dari PDRB harga konstan (riil) adalah untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap kategori dari tahun ke tahun. Badan Pusat Statistik (BPS) telah melakukan perubahan tahun dasar secara berkala sebanyak 5 (lima) kali yaitu pada tahun 1960, 1973, 1983, 1993, dan 2000. Tahun 2010 dipilih sebagai tahun dasar baru menggantikan tahun dasar 2000 disebabkan karena perekonomian Indonesia tahun 2010 relatif stabil, tersedianya sumber data baru untuk perbaikan PDRB seperti data Sensus Penduduk 2010 dan Indeks harga produsen, kemudian juga adanya pembaharuan konsep, definisi, klasifikasi, cakupan, sumber data dan metodologi sesuai rekomendasi dalam SNA 2008.

Salah satu bentuk adaptasi pencatatan statistik nasional adalah melakukan perubahan tahun dasar PDB Indonesia dari tahun 2000 ke 2010. Perubahan tahun dasar PDB dilakukan seiring dengan mengadopsi rekomendasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang tertuang dalam 2008 System of National Accounts (standar rekomendasi internasional tentang cara mengukur aktivitas ekonomi yang sesuai dengan penghitungan konvensional berdasarkan prinsip-prinsip ekonomi) melalui penyusunan kerangka Supply and Use Tables (SUT). Perubahan tahun dasar PDB dilakukan secara bersamaan dengan penghitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi untuk menjaga konsistensi hasil penghitungan (BPS, 2015).


(67)

Tabel 4.2

Produk Domestik Bruto Menurut Lapangan Usaha dengan Harga Konstan menurut Provinsi di Indonesia per provinsi tahun 2012-2014 (Milliar Rupiah)

Nama Povinsi

Tahun

2010 2011 2012 2013 2014

Aceh 101545,2 104874,2 108914,9 111992,3 113836

Sumatra Utara 331085,2 353147,6 375924,1 398779,3 419649,3

Sumatra Barat 105017,7 111679,5 118724,4 125874,7 133240,3

Riau 388578,2 410215,8 425626 436206 447616,2

Kepulauan Riau 111223,7 118961,4 128035 137134,9 147167,6

Jambi 90618,4 97740,9 104615,1 112008,7 120696,2

Sumatra Selatan 194013 206360,7 220459,2 232353,6 243228,6

Bangka Belitung 35561,9 38014 40104,9 42198,2 44171,6

Bengkulu 28352,6 30295,1 32363 34329,8 36215,8

Lampung 150560,8 160437,5 170769,2 180636,7 189809,5

DKI Jakarta 1075183,5 1147558,2 1222527,9 1297195,4 1374348,6

Jawa Barat 906685,8 965622,1 1028409,7 1093585,5 1148948,8

Banten 271465,3 290545,8 310385,6 332517,4 350699,7

Jawa Tengah 623224,6 656268,1 691343,1 726899,7 766271,8

DI Yogyakarta 64679 68049,9 71702,4 75637 79557,2

Jawa Timur 990648,8 1054401,8 1124464,6 1192841,9 1262700,2

Bali 93749,3 99991,6 106951,5 114109,3 121777,6

Nusa Tenggara Barat 70122,7 67379,1 66340,8 69755,6 73285,1 Nusa Tenggara Timur 43846,6 46334,1 48863,2 51512,3 54108,5

Kalimantan Barat 86065,9 90797,6 96161,9 101970,5 107092

Kalimantan Tengah 56531 60492,9 64649,2 69421 73734,9

Kalimantan Selatan 85305 91252,1 96697,8 101879,4 106820,7

Kalimantan Timur 418211,6 445264,4 469646,3 482442,1 492177,6

Sulawesi Utara 51721,3 54910,9 58677,6 62422,6 66358,8

Sulawesi Barat 17183,8 19027,5 20786,9 22229,2 24169,3

Sulawesi Tengah 51752,1 56833,8 62249,5 68191,9 71677,7

Sulawesi Tenggara 48401,2 53546,7 59785,4 64273,8 68298,7

Sulawesi Selatan 171740,7 185708,5 202184,6 217618,4 234084

Gorontalo 15475,7 16669,1 17987,1 19369,2 20781,3

Maluku 18428,6 19597,4 21000,1 22104,1 23585,1

Maluku Utara 14983,9 16002,5 17120,1 18211,3 19211,9

Papua 110808,2 106066,7 107890,9 116428,6 120217

Papua Barat 41361,7 42867,2 44423,3 47705,9 50272

Total Indonesia 6864133

7286914,7 7735785,3 8179836,3 8605809,6 Sumber : Badan Pusat Statistik.(2015)


(1)

Berdasarkan uji analisis model yang telah dilakukan menggunakan uji Chow dan Hausman test keduanya menyarankan untuk menggunakan fixed effect model.

D.Hasil Estimasi Data Panel

Tabel 7 : Hasil Estimasi Fixed Effect

Ket: ( ) = Menunjukan standar eror ***=Signifikan 1%

**=Signifikan 5% *=Signifikan 10%

Dari hasil regresi pada tabel diatas, maka dapat disimpulkan Log(TK) = f(Log(UMK), PROD, Log(INV)) diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:

Log(TK)it = 11,29041 + 0,049091 Log(UMK)it – 0,453964 PRODit – 0,001898 Log(INV)it + et

Dimana :

Log(TK) = Tenaga Kerja Industri

Log(UMK) = Upah Minimun Kabupaten/Kota PROD = Produktivitas Tenaga Kerja Industri Log(INV) = Investasi Industri

β0 = Konstanta

β1- β3 = Koefisien Parameter et = Disturbance error E.Uji Statistik

1. Koefisien Determinan (R2)

Dari hasil pengujian data Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK), produktivitas tenaga kerja industri, dan investasi industri terhadap tenaga kerja sektor industri di Kabupaten dan Kota Jawa Barat periode 2010-2014 diperoleh nilai R2 sebesar 0,99. Hal ini menunjukan bahwa secara statistik 99% penyerapan tenaga kerja sektor industri dipengaruhi oleh Upah Minimum Kabupaten/Kota, Produktivitas Tenaga Kerja Industri, dan Investasi Sektor Industri. Sedangkan sisanya 1% dipengaruhi oleh variabel diluar penelitian.

Variabel Dependen: Tenaga Kerja Industri

Model Fixed Effect

Konstanta 11.29041***

(0.100397)

LOG(UMK) 0.049091***

(0.007768)

PROD -0.453964***

(0.012164)

LOG(INV) -0.001898*

(0.001089)

R2 0.999359

F-statistik 5621.490


(2)

2. Uji Statistik F

Dari hasil pengujian data diketahui nilai probabilitas F-statistik sebesar 0.0000

(signifikan pada α 1%), artinya variabel independen secara bersama-sama berpengaruh

terhadap variabel dependen. 3. Uji Statistik T

Tabel 8 : Uji T

Variabel Koefisien

Regresi t-statistik Prob. Upah Minimum

Kabupaten/Kota (UMK)

0,049091 6,319955 0,0000 Produktivitas Tenaga Kerja

Industri

-0,453964 -37,32003 0,0000 Investasi Sektor Industri -0,001898 -1,742551 0,0845

Berdasarkan tebel diatas dapat diketahui nilai koefisien untuk variabel Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) sebesar 0,049091 dengan probabilitas 0,0000

signifikan pada α = 1%. Jadi dapat diketahui bahwa upah minimum Kabupaten/Kota

berpengaruh positif dan signifikan terhadap tenaga kerja sektor industri di Jawa Barat. Variabel produktivitas tenaga kerja sektor industri mempunyai nilai koefisien sebesar

-0,453964 dengan probabilitas 0,0000 signifikan pada α = 1%. Jadi dapat diartikan

bahwa variabel produktivitas tenaga kerja industri berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tenaga kerja sektor industri di Jawa Barat. Sedangkan variabel investasi industri mempunyai t hitung sebesar -0,001898 dengan probabilitas 0,0845 yang

hanya signifikan pada α = 10%. Jadi dapat disimpulkan bahwa variabel investasi

industri berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tenaga kerja sektor industri di Jawa Barat.

F. Pembahasan

a. Upah Minimum Kabupaten/Kota di Jawa Barat

Nilai koefisien Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) sebesar 0,049091 dengan probabilitas 0,0000. Ini berarti bila terjadi kenaikan upah minimum (UMK) 1% maka akan diikuti dengan kenaikan penyerapan tenaga kerja sektor industri sebesar 0,04%. Hal ini menunjukan bahwa hipotesis adanya pengaruh negatif dan signifikan variabel upah minimum Kabupaten/Kota terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri tidak terbukti.

Hal ini bisa terjadi dikarenakan setiap tahunnya di Jawa Barat selalu ada lapangan pekerjaan di sektor industri baik itu berupa proyek baru atau pengembangan dari perusahaan yang mana membutuhkan tenaga kerja. Berdasarkan data dari BPS terdapat kenaikan jumlah lowongan kerja di sektor industri, pada tahun 2013 hanya terdapat sebanyak 6.195 dan pada tahun 2014 lowongan tenaga kerja sektor industri menjadi sebanyak 88.426.

b. Produktivitas Tenaga Kerja Sektor Industri di Jawa Barat

Nilai koefisien produktivitas tenaga kerja industri adalah -0,453964 dengan probabilitas 0,0000. Hal ini berarti bila terjadi kenaikan produktivitas tenaga kerja industri sebesar 1% maka akan diikuti dengan penurunan penyerapan tenaga kerja industri sebesar 0,45%. Hal ini menunjukan bahwa hipotesis adanya pengaruh yang negatif dari produktivitas tenaga kerja industri terhadap penyerapan tenaga kerja industri terbukti.

Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Mulyadi (2003) dalam bukunya, bahwa semakin tinggi produktivitas tenaga kerja, maka akan semakin


(3)

rendah penyerapan tenaga kerja yang tercipta. Sebaliknya, semakin rendah produktivitas tenaga kerja, maka penyerapan tenaga kerja akan meningkat.

c. Investasi Industri di Jawa Barat

Nilai koefisien investasi industri adalah -0.001898 dengan nilai probabilitas

0,0845 yang berarti signifikan pada α = 10%. Hal ini menunjukan bahwa hipotesis

adanya pengaruh positif dan signifikan variabel investasi industri terhadap penyerapan tenaga kerja industri tidak terbukti.

Hasil penelitian yang menunjukan bahwa investasi industri berpengaruh negatif (-0.001898) terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri di Jawa Barat, yang berati jika investasi naik 1% maka tingkat penyerapan tenaga kerja sektor industri akan turun sebesar 0,001%. Berdasarkan hasil liaison pada triwulan III 2014 yang dilansir oleh BI, menunjukan bahwa capital expenditure yang dikeluarkan oleh perusahaan manufaktur di Jawa Barat sebagian besar digunakan untuk investasi rutin tahunan berupa pemeliharaan mesin dan peralatan. Namun ada juga sejumlah industri yang melakukan pembelian mesin-mesin produksi baru untuk menambah kapasitas produksi.


(4)

KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN Kesimpulan

Berdasarkan regresi data panel mengenai pengaruh upah minimum, produktivitas tenaga kerja, dan investasi terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri di Kabupaten dan Kota Jawa Barat. Maka dapat dihasilkan kesimpulan bahwa upah minimum berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri, sedangkan produktivitas tenaga kerja dan investasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang didapat, maka saran yang dapat diberikan oleh peneliti yaitu sebagai berikut:

1. Diharapkan pemerintah Provinsi Jawa Barat dapat menetapkan kebijakan upah minimum secara tepat. Karena kebijakan penetapan upah minimum merupakan salah satu kebijakan pemerintah untuk intervensi di pasar tenaga kerja yang tujuannya untuk terciptanya pasar tenaga kerja. Kebijakan upah yang tepat diperlukan tidak hanya untuk meningkatkan kehidupan yang layak bagi para pekerja, tetapi juga tanpa merugikan kelangsungan hidup perusahaan.

2. Diharapkan pemerintah lebih menggalakan investasi yang bersifat padat karya daripada yang bersifat padat modal yang nantinya akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja. Salah satu caranya ialah dengan lebih selektif dalam memberikan ijin bagi investor terkait dengan dengan kebutuhan penyerapan tenaga kerja.

Keterbatasan

Dalam melakukan penelitian ini tentu penulis memiliki beberapa keterbatasan. Disarankan bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti dengan tema penyerapan tenaga kerja untuk menambah atau menggunakan variabel lain guna mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja. Dan sebaiknya menambah periode penilitian sehingga hasil penelitian bisa lebih berkembang dan bermanfaat.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul, M. (2011). Pengaruh Kondisi Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Barat.(Jurnal Fakultas Ekonomi, Universitas Pasundan, Bandung).

Bulohlabna, C. (2008). Tipologi dan Pengaruh Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Timur Indonesia. (Skripsi Fakultas Ekonomi dan Manajemen).

Fika, N. S. dan Maryati (2013), Pengaruh Pembangunan Infrasruktur Terhadap Perkembangan Wilayah Indonesia (Jurnal SAPPK, Institut Teknologi Bandung).

Statistik Indonesia 2014, http://bps.go.id/ . Diakses pada tanggal 02 Maret 2016 pk 13.00 WIB.

Ikhsan. (2004). Hubungan antara Infrastruktur dengan Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan. LPEM, Jakarta.

Jhingan, M. L. (2008). Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Kodatie, R. J. (2003). Manajemen dan Rekayasa Infrastruktur. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Krismanti, T.W (2019). Analisis Pengaruh Infrastruktur Ekonomi dan Sosial Terhadap Produktifitas Ekonomi di Indonesia. (Skripsi Ilmu Ekonomi). Mankiw, N. G. (2007). Makroekonomi. Edisi Keenam. Erlangga, Jakarta.

Oktavianus, E. (2003). Analisis Keinginan Membayar Penduduk Perkotaan terhadap Pelayanan Air bersih. (Tesis Program Pascasarjana IPB), Bogor. Rindang ,B. P. dan Muhammad, F. (2009). Pengaruh Infrastruktur Terhadap

Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Indonesia.(Jurnal Ekonomi).

Sibarani, M. H. M. (2002). Kontribusi Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. (Tesis Program Pascasarjana Magister Sains Universitas Indonesia).

Statistik Indonesia 2015, Badan Pusat Statistik, D.I. Yogyakarta.

Sukirno, S. (2004). Makroekonomi Teori Pengantar. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

The World bank. (1994). World Development Report: Infrastructure For Development. Oxford University Press, New York.

Todaro, M. P. Dan S. C. Smith. (2006). Pembangunan Ekonomi. Edisi Kesembilan. Erlangga, Jakarta.


(6)

Tri Basuki, A. Dan Yuliadi, I. (2015). Elektronik Data Prosseing (SPSS 15 dan Eviews 7). Danisa Media, Yogyakarta.

Tunjung, H. (2011). Pengaruh infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah Indonesia.(Skripsi Ekonomi Pembangunan).

Anonim, Keuangan umum Infrastruktur dan Pembangunan Ekonomi,

http://ww.bppk.kemenkeu.go.id/. Diakses tanggal 10 Maret 2016 pk 09.00

WIB.

Anonim, Laporan Tahunan Perekonomian, http://www.bi.go.id/. Diakses tanggal 05 Maret 2016 pk 21.30 WIB.

Anonim, Perkembangan Infrastruktur Indonesia, http://worldbank.org/. Diakses tanggal 05 Maret 2016 pk 21.00 WIB.

Anonim, Perkembangan Ekonomi Makro dan Realisasi APBN 2014,

http://www.kemenkeu.go.id/.Diakses tanggal 08 Maret 2016 pk 21.30

WIB.

Anonim, Perkembangan Infrastruktur Indonesia, http://worldbank.org/. Diakses tanggal 05 Maret 2016 pk 21.00 WIB.