Saran Keterbatasan Peneliti SIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN PENELITI

80

B. Saran

Adapun saran dari kesimpulan diatas adalah sebagai berikut : 1. Dilihat dari hasil kesimpulan diatas untuk infrastruktur jalan memeliki pengaruh yang positif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Sehingga pemerintah maupun swasta melakukan pemerataan pertumbuhan jalan di setiap provinsi di Indonesia. Agar pertumbuhan ekonomi di tiap provinsi terus meningkat mengingat jalan merupakan prasarana yang penting dalam penunjang produksi ekonomi. Serta mengalokasikan anggaran pada proyek-proyek pengembangan infrastruktur seperti jalan. 2. Dilihat dari hasil kesimpulan diatas untuk hasil infrastruktur listrik memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Sehingga pemerintah maupun swasta melakukan pemerataan pertumbuhan produksi listrik di setiap provinsi di Indonesia. Agar pertumbuhan ekonomi di tiap provinsi terus meningkat mengingat listrik merupakan prasarana yang penting dalam penunjang produksi ekonomi yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Serta mengalokasikan anggaran pada proyek-proyek pengembangan infrastruktur seperti listrik dan terus berinovasi dalam pembangkit listrik energi terbarukan. 81 3. Dilihat dari hasil kesimpulan di atas untuk hasil infrastruktur air memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Sehingga pemerintah maupun swasta melakukan peningkatan jumlah produksi air bersih di setiap provinsi di Indonesia. Agar pertumbuhan ekonomi di tiap provinsi terus meningkat mengingat air bersih merupakan factor yang penting dalam penunjang kebutuhan manusia,konsumsi public serta industry dalam aktifitas produksi ekonomi. Serta mengalokasikan anggaran pada proyek-proyek pengembangan infrastruktur seperti produksi air bersih yang terus di kembangkan agar dapat memenuhi kebutuhan air bersih diseluruh provinsi Indonesia .

C. Keterbatasan Peneliti

Penelitian ini masih memilki beberapa keterbatasan yang disebabkan dari kedangkalan pemahaman yang dimilki oleh penulis. Untuk itu, penulis berharap adanya kritik, saran, serta bimbingan. Semoga Allah mengasihi orang yang mendapati kekurangan orang lain dan menutupinya. Keterbatasan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Peneliti ini kurang dengan ketersedian data yang memadai sehingga data yang dianalisis data yang sangat terbatas. Periode waktu penelitian yang digunakan hanya 5 tahun yaitu 2010 sampai dengan 2014, karena ada beberapa varaiabel yang datanya sulit didapatkan. 82 2. Model yang dikembangkan dalam penelitian ini masih terbatas pada pengaruh Panjang Jalan, Listrik, Air bersih terhadap pertumbuhan ekonomi, karena jika dikaji lebih jauh masih terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia. DAFTAR PUSTAKA Abdul, M. 2011. Pengaruh Kondisi Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Barat.Jurnal Fakultas Ekonomi, Universitas Pasundan, Bandung . Bulohlabna, C. 2008. Tipologi dan Pengaruh Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Timur Indonesia. Skripsi Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Fika, N. S. dan Maryati 2013, Pengaruh Pembangunan Infrasruktur Terhadap Perkembangan Wilayah Indonesia Jurnal SAPPK, Institut Teknologi Bandung . Statistik Indonesia 2014, http:bps.go.id . Diakses pada tanggal 02 Maret 2016 pk 13.00 WIB. Ikhsan. 2004. Hubungan antara Infrastruktur dengan Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan . LPEM, Jakarta. Jhingan, M. L. 2008. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Kodatie, R. J. 2003. Manajemen dan Rekayasa Infrastruktur. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Krismanti, T.W 2019. Analisis Pengaruh Infrastruktur Ekonomi dan Sosial Terhadap Produktifitas Ekonomi di Indonesia. Skripsi Ilmu Ekonomi. Mankiw, N. G. 2007. Makroekonomi. Edisi Keenam. Erlangga, Jakarta. Oktavianus, E. 2003. Analisis Keinginan Membayar Penduduk Perkotaan terhadap Pelayanan Air bersih . Tesis Program Pascasarjana IPB, Bogor. Rindang ,B. P. dan Muhammad, F. 2009. Pengaruh Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Indonesia.Jurnal Ekonomi. Sibarani, M. H. M. 2002. Kontribusi Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Tesis Program Pascasarjana Magister Sains Universitas Indonesia. Statistik Indonesia 2015, Badan Pusat Statistik, D.I. Yogyakarta. Sukirno, S. 2004. Makroekonomi Teori Pengantar. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. The World bank. 1994. World Development Report: Infrastructure For Development. Oxford University Press, New York. Todaro, M. P. Dan S. C. Smith. 2006. Pembangunan Ekonomi. Edisi Kesembilan. Erlangga, Jakarta. Tri Basuki, A. Dan Yuliadi, I. 2015. Elektronik Data Prosseing SPSS 15 dan Eviews 7 . Danisa Media, Yogyakarta. Tunjung, H. 2011. Pengaruh infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah Indonesia.Skripsi Ekonomi Pembangunan. Anonim, Keuangan umum Infrastruktur dan Pembangunan Ekonomi, http:ww.bppk.kemenkeu.go.id . Diakses tanggal 10 Maret 2016 pk 09.00 WIB. Anonim, Laporan Tahunan Perekonomian, http:www.bi.go.id. Diakses tanggal 05 Maret 2016 pk 21.30 WIB. Anonim, Perkembangan Infrastruktur Indonesia, http:worldbank.org. Diakses tanggal 05 Maret 2016 pk 21.00 WIB. Anonim, Perkembangan Ekonomi Makro dan Realisasi APBN 2014, http:www.kemenkeu.go.id. Diakses tanggal 08 Maret 2016 pk 21.30 WIB. Anonim, Perkembangan Infrastruktur Indonesia, http:worldbank.org. Diakses tanggal 05 Maret 2016 pk 21.00 WIB. LAMPIRAN LAMPIRAN 1 Luas Wilayah 33 Provinsi di Indonesia No Nama Provinsi Luas Wilayahkm2 1 Aceh 58.375,63 2 Sumatra Utara 72.981,23 3 Sumatra Barat 42.297,30 4 Riau 87.023,66 5 Kepulauan Riau 253.420 6 Jambi 53,435,92 7 Sumatra Selatan 87.017,41 8 Bangka Belitung 16.493,54 9 Bengkulu 19.788,70 10 Lampung 35.376,50 11 DKI Jakarta 664,01 12 Jawa Barat 35.377,76 13 Banten 9.662,92 14 Jawa Tengah 32.800,69 15 DI Yogyakarta 3.133,15 16 Jawa Timur 47.799,75 17 Bali 5.780,06 18 Nusa Tenggara Barat 18.572,32 19 Nusa Tenggara Timur 48.718,10 20 Kalimantan Barat 147.307,00 21 Kalimantan Tengah 153.564,50 22 Kalimantan Selatan 38.744,23 23 Kalimantan Timur 129.066,64 24 Sulawesi Utara 13.851,64 25 Sulawesi Barat 16.787,18 26 Sulawesi Tengah 61.841,29 27 Sulawesi Tenggara 38.067,70 28 Sulawesi Selatan 46.717,48 29 Gorontalo 11.257,07 30 Maluku 46.914,03 31 Maluku Utara 31.982,50 32 Papua 319.036,05 32 Papua Barat 99.671,63 Luas Indonesia 2.011.519,35 LAMPIRAN 2 Produk Domestik Bruto Menurut Lapangan Usaha dengan Harga Konstan menurut Provinsi di Indonesia per provinsi tahun 2012-2014 Milliar Rupiah Nama Povinsi Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 Aceh 101545,2 104874,2 108914,9 111992,3 113836 Sumatra Utara 331085,2 353147,6 375924,1 398779,3 419649,3 Sumatra Barat 105017,7 111679,5 118724,4 125874,7 133240,3 Riau 388578,2 410215,8 425626 436206 447616,2 Kepulauan Riau 111223,7 118961,4 128035 137134,9 147167,6 Jambi 90618,4 97740,9 104615,1 112008,7 120696,2 Sumatra Selatan 194013 206360,7 220459,2 232353,6 243228,6 Bangka Belitung 35561,9 38014 40104,9 42198,2 44171,6 Bengkulu 28352,6 30295,1 32363 34329,8 36215,8 Lampung 150560,8 160437,5 170769,2 180636,7 189809,5 DKI Jakarta 1075183,5 1147558,2 1222527,9 1297195,4 1374348,6 Jawa Barat 906685,8 965622,1 1028409,7 1093585,5 1148948,8 Banten 271465,3 290545,8 310385,6 332517,4 350699,7 Jawa Tengah 623224,6 656268,1 691343,1 726899,7 766271,8 DI Yogyakarta 64679 68049,9 71702,4 75637 79557,2 Jawa Timur 990648,8 1054401,8 1124464,6 1192841,9 1262700,2 Bali 93749,3 99991,6 106951,5 114109,3 121777,6 Nusa Tenggara Barat 70122,7 67379,1 66340,8 69755,6 73285,1 Nusa Tenggara Timur 43846,6 46334,1 48863,2 51512,3 54108,5 Kalimantan Barat 86065,9 90797,6 96161,9 101970,5 107092 Kalimantan Tengah 56531 60492,9 64649,2 69421 73734,9 Kalimantan Selatan 85305 91252,1 96697,8 101879,4 106820,7 Kalimantan Timur 418211,6 445264,4 469646,3 482442,1 492177,6 Sulawesi Utara 51721,3 54910,9 58677,6 62422,6 66358,8 Sulawesi Barat 17183,8 19027,5 20786,9 22229,2 24169,3 Sulawesi Tengah 51752,1 56833,8 62249,5 68191,9 71677,7 Sulawesi Tenggara 48401,2 53546,7 59785,4 64273,8 68298,7 Sulawesi Selatan 171740,7 185708,5 202184,6 217618,4 234084 Gorontalo 15475,7 16669,1 17987,1 19369,2 20781,3 Maluku 18428,6 19597,4 21000,1 22104,1 23585,1 Maluku Utara 14983,9 16002,5 17120,1 18211,3 19211,9 Papua 110808,2 106066,7 107890,9 116428,6 120217 Papua Barat 41361,7 42867,2 44423,3 47705,9 50272 Total Indonesia 6864133 7286914,7 7735785,3 8179836,3 8605809,6 LAMPIRAN 3 Panjang Jalan per Provinsi menurut kewenangan Pemerintah km tahun 2010-2014. Nama Povinsi Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 Aceh 21090 22457 22656 23099 23099 Sumatra Utara 34540 36049 36697 36788 36788 Sumatra Barat 20763 22034 22654 22928 22928 Riau 23506 23714 24530 24600 24600 Kepulauan Riau 4400 4514 4780 4954 4954 Jambi 1172 12436 13071 13342 13342 Sumatra Selatan 16615 16362 16911 17140 17140 Bangka Belitung 4717 4916 4913 4864 4864 Bengkulu 7500 7766 8341 8516 8577 Lampung 18520 19541 19439 19684 19684 DKI Jakarta 6743 7094 7094 7094 7094 Jawa Barat 25494 25500 24549 24608 24607 Banten 6456 6456 6506 6845 6845 Jawa Tengah 29203 29110 29342 29703 29703 DI Yogyakarta 4753 4592 4592 4267 4267 Jawa Timur 44044 45589 42512 42555 42555 Bali 7400 7530 7602 7699 7699 Nusa Tenggara Barat 8060 8089 8067 8083 8083 Nusa Tenggara Timur 19464 19464 20264 20508 20508 Kalimantan Barat 15007 14738 14901 15345 15345 Kalimantan Tengah 13765 13765 15176 15253 15253 Kalimantan Selatan 10943 11344 11552 11687 11687 Kalimantan Timur 14229 14767 15154 15661 15661 Sulawesi Utara 7561 8019 8174 8607 8607 Sulawesi Barat 6819 6819 6915 7039 7039 Sulawesi Tengah 18784 18387 18387 18790 18790 Sulawesi Tenggara 11313 11690 11859 11922 11922 Sulawesi Selatan 32553 32553 32779 32691 32691 Gorontalo 4464 4599 4694 4814 4814 Maluku 7216 7218 7671 7794 7794 Maluku Utara 5348 5348 5750 6200 6200 Papua 16324 16149 8089 8147 8147 Papua Barat 7998 7998 16348 16773 16773 Total Indonesia 476764 496607 501967 508000 508060 LAMPIRAN 4 Kapasitas Terpasang Pembangkit Listrik Menurut Provinsi Mega Watt, Tahun 2010 –2014 Nama Povinsi Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 Aceh 173,97 159,26 156,93 128,54 127,52 Sumatra Utara 2066,97 2181,67 2899,67 3033,32 3066,97 Sumatra Barat 33,47 33,45 32,93 32,91 32,89 Riau 109,92 111,23 157,67 158,98 160,29 Kepulauan Riau 394,19 398,97 371,43 381,21 380,99 Jambi 14,14 12,82 51,38 50,06 48,74 Sumatra Selatan 1849,78 2380,92 2540,13 2767,76 2849,78 Bangka Belitung 88,56 91,78 111,46 106,46 117,91 Bengkulu 22,98 23,24 24,04 24,04 24,57 Lampung 4,30 4,30 124,79 124,79 124,79 DKI Jakarta 455,11 455,11 1448,49 1451,80 1455,11 Jawa Barat 3841,45 2167,00 4208,05 4674,75 4841,45 Banten 10883,54 10422,08 11323,54 11703,54 11883,54 Jawa Tengah 4139,24 4992,38 5168,49 5153,86 5139,24 DI Yogyakarta 0,32 0,32 0,32 0,32 0,32 Jawa Timur 11516,10 9246,12 11595,42 12405,76 12516,10 Bali 3,69 3,84 453,87 454,02 454,17 Nusa Tenggara Barat 121,48 146,00 172,70 196,14 221,75 Nusa Tenggara Timur 140,21 145,75 158,69 160,54 169,78 Kalimantan Barat 227,03 230,51 239,55 243,03 246,51 Kalimantan Tengah 92,06 89,05 79,01 76,00 72,99 Kalimantan Selatan 297,42 306,82 468,92 478,32 487,72 Kalimantan Timur 347,17 412,50 456,10 524,50 586,77 Sulawesi Utara 242,06 202,06 458,32 345,19 378,32 Sulawesi Barat 2,53 6,49 6,39 12,39 14,32 Sulawesi Tengah 165,31 175,73 189,18 198,09 210,03 Sulawesi Tenggara 87,30 91,30 125,24 129,24 133,24 Sulawesi Selatan 215,76 625,96 1295,81 1140,85 1215,76 Gorontalo 33,79 33,20 31,44 31,44 30,27 Maluku 126,15 134,65 135,06 147,61 152,07 Maluku Utara 57,04 62,04 44,60 49,60 54,60 Papua 83,41 91,64 96,25 106,30 112,72 Papua Barat 49,36 55,67 58,67 66,64 71,30 Total Indonesia 37885,75 35493,86 44684,54 46558,00 47382,53 LAMPIRAN 5 Data jumlah Air bersih yang disalurkan per Provinsi m3 tahun 2010-2014 Nama Povinsi Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 Aceh 49379 27222 18456 18752 19049 Sumatra Utara 199545 211151 233677 232517 249583 Sumatra Barat 46147 47851 54306 156128 160207 Riau 16378 12388 14484 15757 14810 Kepulauan Riau 51656 66000 66894 73920 76859 Jambi 22330 23855 26333 23213 25214 Sumatra Selatan 23510 88604 144920 113494 140562 Bangka Belitung 3360 3679 4775 4050 4757 Bengulu 13299 12950 14531 14473 15090 Lampung 13467 14828 16287 14798 16208 DKI Jakarta 417980 596222 627718 625445 645684 Jawa Barat 251548 273701 303721 247968 274055 Banten 179853 152087 151949 206305 192353 Jawa Tengah 238455 248190 266993 283336 297605 DI Yogyakarta 22724 22416 23699 20870 21358 Jawa Timur 368921 377577 398568 435745 450568 Bali 102214 104204 113419 145400 151003 Nusa Tenggara Barat 41990 44270 46160 48020 50105 Nusa Tenggara Timur 22050 22914 25353 27354 29006 Kalimantan Barat 34293 37000 39524 40786 43402 Kalimantan Tengah 21024 23282 24751 26236 28100 Kalimantan Selatan 58781 64191 68231 82114 86839 Kalimantan Timur 89713 102392 107480 106778 109936 Sulawesi Utara 11043 17498 18633 19190 22985 Sulawesi Barat 3986 4578 5356 5250 5934 Sulawesi Tengah 17508 17133 18646 20698 21267 Sulawesi Tenggara 7574 10808 11075 10988 11137 Sulawesi Selatan 72345 72553 76518 86792 88879 Gorontalo 7722 9600 11297 10129 11917 Maluku 5612 7319 7114 7209 7104 Maluku Utara 8363 9551 10303 4784 5755 Papua 12151 12467 13927 14025 14913 Papua Barat 3704 3940 3550 3923 3846 Total Indonesia 2438625 2742421 2968648 3146447 3296090 LAMPIRAN 6 HASIL Uji Chow Redundant Fixed Effects Tests Pool: PANEL Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 332.844688 32,129 0.0000 Cross-section Chi-square 730.230307 32 0.0000 Cross-section fixed effects test equation: Dependent Variable: LOGPDRB? Method: Panel Least Squares Date: 032916 Time: 20:09 Sample: 2010 2014 Included observations: 5 Cross-sections included: 33 Total pool balanced observations: 165 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 2.742200 0.187840 14.59863 0.0000 LOGJ? 0.054421 0.055915 0.973292 0.3319 LOGL? 0.042064 0.024420 1.722528 0.0869 LOGA? 0.298784 0.056724 5.267295 0.0000 R-squared 0.201592 Mean dependent var 3.307866 Adjusted R-squared 0.186715 S.D. dependent var 0.565226 S.E. of regression 0.509733 Akaike info criterion 1.514086 Sum squared resid 41.83233 Schwarz criterion 1.589382 Log likelihood -120.9121 Hannan-Quinn criter. 1.544651 F-statistic 13.55047 Durbin-Watson stat 0.025455 ProbF-statistic 0.000000 LAMPIRAN 7 Hasil Uji Hausman Test cross-section random effects Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob. Cross-section random 3.805124 3 0.2833 Cross-section random effects test comparisons: Variable Fixed Random VarDiff. Prob. LOGJ? 0.032695 0.030274 0.000028 0.6471 LOGL? 0.043312 0.043675 0.000002 0.7874 LOGA? 0.066228 0.073432 0.000014 0.0538 Cross-section random effects test equation: Dependent Variable: LOGPDRB? Method: Panel Least Squares Date: 032916 Time: 20:11 Sample: 2010 2014 Included observations: 5 Cross-sections included: 33 Total pool balanced observations: 165 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 3.266076 0.067080 48.68918 0.0000 LOGJ? 0.032695 0.026106 1.252414 0.2127 LOGL? 0.043312 0.008947 4.841013 0.0000 LOGA? 0.066228 0.022267 2.974238 0.0035 Effects Specification Cross-section fixed dummy variables R-squared 0.990446 Mean dependent var 3.307866 Adjusted R-squared 0.987854 S.D. dependent var 0.565226 S.E. of regression 0.062294 Akaike info criterion -2.523673 Sum squared resid 0.500590 Schwarz criterion -1.846013 Log likelihood 244.2031 Hannan-Quinn criter. -2.248587 F-statistic 382.0833 Durbin-Watson stat 0.700508 ProbF-statistic 0.000000 LAMPIRAN 8 Hasil Estimasi Common Effect, Fixed Effect dan Random Effect Variabel Dependent : PDRB Model Common Fixed Random Kontanta C 2.742200 3.266076 3.254416 Standar error 0.187840 0.067080 0.113625 Probabilitas 0.0000 0.0000 0.0000 t-Statistik 14.59863 48.68918 28.63481 Jalan X1 0.054421 0.032695 0.030274 Standar error 0.055915 0.026106 0.025565 Probabilitas 0.3319 0.2127 0.2381 t-Statistik 0.973292 1.252414 1.184230 Listrik X2 0.042064 0.043312 0.043675 Standar error 0.024420 0.008947 0.008845 Probabilitas 0.0869 0.0000 0.0000 t-Statistik 1.722528 4.841013 4.937824 Air X3 0.298784 0.066228 0.073432 Standar error 0.056724 0.022267 0.021952 Probabilitas 0.0000 0.0035 0.0010 t-Statistik 5.267295 2.974238 3.345178 R 2 0.201592 0.990446 0.217132 F-Statistik 13.55047 382.0833 14.88473 ProbF-Stat 0.000000 0.000000 0.000000 Durbin-Watson Stat 0.025455 0.700508 0.568753 LAMPIRAN 9 Hasil Estimasi Fixed Effect Model Variabel Dependent : PDRB Fixed Effect Model Kontanta C 3.266076 Standar error 0.067080 Probabilitas 0.0000 t-Statistik 48.68918 Jalan X1 0.032695 Standar error 0.026106 Probabilitas 0.2127 t-Statistik 1.252414 Listrik X2 0.043312 Standar error 0.008947 Probabilitas 0.0000 t-Statistik 4.841013 Air X3 0.066228 Standar error 0.022267 Probabilitas 0.0035 t-Statistik 2.974238 R 2 0.990446 F-Statistik 382.0833 ProbF-Stat 0.000000 Durbin-Watson Stat 0.700508 LAMPIRAN 10 Hasil c ross-section Nama Provinsi Nilai Keofisien Aceh -0,143422967 Sumatra Utara -0,063989558 Sumatra Barat -0,114426067 Riau 1,061616025 Kepulauan Riau 0,79187554 Jambi 0,252999906 Sumatra Selatan -0,05753083 Bangka Belitung 0,158050426 Bengkulu -0,372043525 Lampung -0,02458062 DKI Jakarta 1,395971782 Jawa Barat -0,125329745 Banten -0,110400136 Jawa Tengah -0,276068592 DI Yogyakarta 0,013799344 Jawa Timur 0,007129771 Bali -0,051930975 Nusa Tenggara Barat -0,967171924 Nusa Tenggara Timur -0,2713722 Kalimantan Barat -0,012900605 Kalimantan Tengah -0,164275106 Kalimantan Selatan 1,366659376 Kalimantan Timur -0,129342862 Sulawesi Utara -0,363346058 Sulawesi Barat -0,22557973 Sulawesi Tengah -0,068752435 Sulawesi Tenggara -0,163466016 Sulawesi Selatan -0,498006061 Gorontalo -0,738510042 Maluku -0,56791411 Maluku Utara 0,37041731 Papua 0,680903489 Papua Barat 0,481702266 LAMPIRAN 11 Hasil Uji T Variabel Koefisien Regresi T-statistik Prob Standar Prob Jalan 0.032695 1.252414 0.2127 5 Listrik 0.043312 4.841013 0.0000 5 Air 0.066228 2.974238 0.0035 5 LAMPIRAN 12 Uji Heterokedastisitas dengan Uji Park Variabel Prob. C 0.7485 LOGJ X1? 0.4720 LOGL X2? 0.1236 LOGA X3? 0.1564 LAMPIRAN 13 Hasil Uji Fixed Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 3.266076 0.067080 48.68918 0.0000 LOGJ? 0.032695 0.026106 1.252414 0.2127 LOGL? 0.043312 0.008947 4.841013 0.0000 LOGA? 0.066228 0.022267 2.974238 0.0035 Effects Specification Cross-section fixed dummy variables R-squared 0.990446 Mean dependent var 3.307866 Adjusted R-squared 0.987854 S.D. dependent var 0.565226 S.E. of regression 0.062294 Akaike info criterion -2.523673 Sum squared resid 0.500590 Schwarz criterion -1.846013 Log likelihood 244.2031 Hannan-Quinn criter. -2.248587 F-statistic 382.0833 Durbin-Watson stat 0.700508 ProbF-statistic 0.000000 LAMPIRAN 14 Hasil Uji Heteroskedaastisitas Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -2.793541 8.565069 -0.326155 0.7485 LOGJ -5.938458 8.062315 -0.736570 0.4720 LOGL -2.303403 1.417001 -1.625548 0.1236 LOGA -1.739739 1.169757 -1.487265 0.1564 R-squared 0.273740 Mean dependent var - 6.323990 Adjusted R-squared 0.137567 S.D. dependent var 4.275765 S.E. of regression 3.970787 Akaike info criterion 5.772662 Sum squared resid 252.2744 Schwarz criterion 5.971809 Log likelihood -53.72662 Hannan-Quinn criter. 5.811538 F-statistic 2.010230 Durbin-Watson stat 2.541732 ProbF-statistic 0.153113 LAMPIRAN 15 Hasil Uji Multikolinearitas P L J A P 1.000000 -0.208944 -0.014554 -0.478423 L -0.208944 1.000000 -0.918428 0.164109 J -0.014554 -0.918428 1.000000 -0.185879 A -0.478423 0.164109 -0.185879 1.000000 ANALISIS PENGARUH INFRASTRUKTUR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 2010-2014 Muhammad Aria Junanda Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Email: aria.junanda.1892gmail.com Salah satu upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia yaitu dengan meningkatkan Pendapatan Domestik Bruto PDB. Infrastruktur merupakan aspek penting dalam meningkatkan Produk Domestik BrutoPDB,dengan demikian maka peran pemerintah dalam menentukan kebijakan dalam pembangunan infrastruktur sangat penting untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.Analisis yang dilakukan pada penelitian iniadalah apakah infrastruktur jalan, listrik, air mempunyai pengaruh positif dan kontribusi yang signifikan. Output yang diwakili pendapatan perkapita PDRB. Agar dapat ditentukan dalam penentuan kebijakan pemerintah dalam pengembangan infrastruktur di Indonesia.Data yang digunakan adalah data panel dengan kurun waktu dari 2010 hingga 2014 untuk 33 Provinsi di Indonesia. Untuk mencari hasil yang BLUE Best Linear Unbiased Estimator maka dilakukan uji untuk panel seperti Chow Test dan Hausman Test sehingga didapatkan model panel data fixed effect untuk menyelesaikan data dengan karakteristik seperti diatas. Kemudian dilakukan uji Asumsi Klasik seperti Multikolonearitas dan Heteroskidastisitas.Hasil akhirnya adalah dari ketiga variable diatas dua variabel bebas diatas mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi yaitu Listrik dan Air.dan satu variabel yaitu Jalan mempunyai pengaruh positif dan tidak signifikan. Kata Kunci : Infrastruktur,Pertumbuhan Ekonomi,Panel Data, Indonesia ABSTRACT One of the struggle to increase economic growth in Indonesia is to increase the Gross Domestic Product GDP. Infrastructure is an important aspect in enhancing the Gross Domestic Product GDP, thus the governments role in determining policy in infrastructure development is essential to promote economic growth in Indonesia.The analysis conducted on the research iniadalah whether the infrastructure roads, electricity, water has a positive impact and significant contributions. Output represented income per capita GDP. To be determined in the determination of government policy in the development of infrastructure in Indonesia.The data used is data panel with the period from 2010 to 2014 for 33 provinces in Indonesia. To search results BLUE Best Linear Unbiased Estimator then tested for panels such as Chow and Hausman Test Test so we get the data panel fixed effect models to complete the data with such characteristics above. The results were as Multikolonearitas Classical Assumptions and Heteroskidastisitas.The end result is out of the three variables above two independent variables above have positive and significant impact on economic growth, namely electricity and Air.dan one variable that road has a positive impact and insignificant. Keywords: Infrastructure, Economic Growth, Panel Data, Indonesia . PENDAHULUAN Salah satu tujuan penting pembangunan ekonomi adalah penyediaan lapangan kerja yang cukup untuk mengejar pertumbuhan angkatan kerja, yang pertumbuhannya lebih cepat dari pertumbuhan kesempatan kerja . Hal ini disebabkan karena peningkatan jumlah penduduk membawa konsekuensi pertambahan jumlah angkaran kerja, angkatan kerja yang tumbuh lebih cepat daripada kesempatan kerja akan memperbesar jumlah pengangguran. Sehingga kegiatan ekonomi harus tumbuh dan berkembang lebih cepat dari pertambahan jumlah orang yang mencari pekerjaan . Keadaan ini sangat diperlukan untuk memperkecil tingkat pengangguran terbuka . Perluasan penyerapan tenaga kerja diperlukan untuk mengimbangi laju pertumbuhan penduduk usia muda yang masuk ke pasar tenaga kerja, karena ketidakseimbangan anatara pertumbuhan angkatan kerja dan penciptaan lapangan kerja akan menyebabkan tingginya pengangguran . Selama lima tahun terakhir Provinsi Jawa Barat menjadi penyumbang ekonomi terbesar ketiga setelah provinsi DKI Jakarta dan Jawa Timur . Pada tahun 2014 Provinsi Jawa Barat berada di posisi ketiga sebagai penyumbang ekonomi terbesar dengan presentase sebesar 14,40 persen . Sedangkan posisi pertama dan kedua ditempati DKI Jakarta dan Jawa Timur dengan presentase sebesar 16,46 persen dan 14,40 persen . Kontribusi terbesar dalam pembangunan ekonomi di Jawa Barat secara makro di dominasi oleh sektor industri pengolahan . Terlihat dari kontribusi setiap sektor usaha pada PDRB Jawa Barat setiap tahunnya yang menunjukan sektor industri pengolahan menjadi penyumbang yang terbesar bagi PDRB Jawa Barat, seperti terlihat pada Tabel berikut: Tabel 1 Distribusi Persentase Domestik Regional Bruto Provinsi Jawa Barat Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Dengan Minyak dan Gas Bumi Dalam Persen No Lapangan Usaha Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 1. Pertanian 13,63 13,08 12,27 11,46 11,19 2. Pertambangan 2,45 2,32 2,06 1,80 1,69 3. Industri Pengolahan 43,43 42,08 41,97 41,04 40,75 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 2,33 2,27 2,16 2,22 2,25 5. BangunanKontruksi 3,40 3,67 3,93 4,20 4,29 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 20,72 21,75 22,08 23,24 23,57 7. Pengangkutan dan Komunikasi 4,36 4,76 5,14 5,42 5,60 8. Keuangan Persewaan dan Jasa 3,18 3,28 3,49 3,62 3,70 9. Jasa-Jasa 6,50 6,80 6,88 7,00 6,96 PDRB dengan Minyak dan Gas Bumi 100 100 100 100 100 Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat 2010, 2012, 2013, 2014 Bahkan sektor industri pengolahan merupakan lapangan usaha yang terbesar kedua menyerap tenaga kerja setelah sektor perdagangan. Penyerapan tenaga kerja di Jawa Barat dapat dilihat dari presentasi penduduk bekerja di berbagai lapangan pekerjaan utama . Di Jawa Barat sektor perdagangan merupakan lapangan usaha yang mampu menyerap tenaga kerja paling besar dibandingkan dengan sektor lainnya dengan persentase sebesar 26,84 persen. Sektor penyerap tenga kerja kedua adalah sektor industri pengolahan 22,65 persen, kemudian diikuti dengan penyerapan tenaga kerja sekor lain sebesar 19,17 persen, jasa kemasyarakatan 18,15 persen, dan pertanian sebesar 13,19 persen . Banyaknya tenaga kerja yang terserap oleh suatu sektor perekonomian, dapat digunakan untuk menggambarkan daya serap sektor perekonomian tersebut terhadap angkatan kerja . Masih tercatatnya jumlah pengangguran di Jawa Barat menunjukan bahwa angkatan kerja belum mampu diperdayakan secara optimal oleh berbagai kegiatan ekonomi yang ada. Kontribusi sektor industri yang besar terhadap perekonomian Jawa Barat belum mampu menyerap tenaga kerja yang tersedia di pasar kerja lebih banyak lagi . Karena penyerapan tenaga kerja paling besar adalah dari sektor perdagangan . TUJUAN PENELITIAN Tujuan yang ingin dicapai dengan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui pengaruh variabel Upah Minimum UMK terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri Jawa Barat. 2. Mengetahui pengaruh variabel produktivitas tenaga kerja sektor industri terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri Jawa Barat. 3. Mengetahui pengaruh variabel investasi sektor industri terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri Jawa Barat. TINJAUAN PUSTAKA Tenaga Kerja Tenaga kerja adalah penduduk yang telah memasuki usia kerja berusia 15-64 tahun dan memiliki pekerjaan atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara yang dapat memprodusi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga mereka, dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut . Menurut UU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang danatau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk kebutuhan masyarakat . Kesempatan kerja adalah banyaknya orang yang yang dapat tertampung untuk bekerja pada suatu unit usaha atau lapangan pekerjaan . Kesempatan kerja ini akan menampung semua tenaga kerja apabila unit usaha atau lapangan pekerjaan yang tersedia mencukupi atau seimbang dengan banyaknya tenaga kerja yang ada . Adapun lapangan pekerjaan adalah bidang kegiatan usaha atau instansi dimana seseorang bekerja atau pernah bekerja . Jumlah penyerapan atau permintaan tenaga kerja dipengaruhi oleh upah, output PDRB, net migration dengan motivasi ekonomi, dan populasi. Permintaan tenaga kerja berkaitan dengan perencanaan tenaga kerja merupakan suatu rencana yang memuat pendayagunaan tenaga kerja yang optimum, efisien dan produktif guna pertumbuhan ekonomi secara nasional, sektoral dan regional yang bertujuan untuk mengurangi pengangguran dan meningkatkan kesejahteraan pekerja . Penduduk yang terserap, tersebar di berbagai sektor yang memperkejakan banyak orang umumnya menghasilkan barang dan jasa yang relatif besar. Setiap sektor mengalami laju pertumbuhan yang berbeda. Demikian pula dengan kemampuan setiap sektor dalam menyerap tenaga kerja . Pertama, terdapat perbedaan laju penngkatan produktivitas kerja di masing-masing sektor. Kedua, secara berangsur-angsur terjadi perubahan sektoral, baik dalam penyerapan tenaga kerja maupun kontribusinya dalam pendapatan nasional Payaman Simanjuntak, 1998. Permintaan perusahaan terhadap tenaga kerja berbeda dengan permintaan konsumen terhadap barang dan jasa . Orang membeli barang karena barang itu memberikan nikmat utility kepada si pembeli. Sementara pengusaha mempekerjakan seseorang karena membantu memproduksikan barang atau jasa untuk dijual kepada konsumen. Oleh karena itu, kenaikan permintaan perusahaan terhadap tenaga kerja tergantung dari kenaikan permintaan masyarakat akan barang yang diproduksikannya . Permintaan akan tenaga kerja yang seperti itu disebut derived demand Payaman Simanjuntak, 1998. Permintaan tenaga kerja berkaitan dengan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan atau instansi tertentu, dimana keuntungan usaha yang didapat akan memberikan hasil yang maksimum . Secara umum permintaan tenaga kerja dipengaruhi oleh perubahan tingkat upah, perubahan permintaan hasil produksi oleh konsumen, dan harga barang modal yang turun. Menurut Simanjuntak 1998, pasar tenaga kerja adalah seluruh aktivitas dan pelaku- pelaku yang mempertemukan pencari kerja dan lowongan kerja . Pasar tenaga kerja dibutuhkan karena dalam kenyataannnya terdapat banyak perbedaan-perbedaan di kalangan pencari kerja dan di antara lowongan kerja . Perbedaan-perbedaan tersebut antara lain: a. Pencari kerja mempunyai tingkat pendidikan, keterampilan, kemampuan dan sikap pribadi yang berbeda. b. Setiap perusahaan menghadapi lingkungan yang berbeda: luaran output, masukan input, manajemen, teknologi, lokasi, pasar, dll, sehingga mempunyai kemampuan yang berbeda dalam memberikan tingkat upah, jaminan sosial dan lingkungan. c. Baik pengusaha maupunpencari kerja sama-sama mempunyai informasi yang terbatas mengenai hal-hal yang dikemukakan dalam poin a dan b. Keseimbangan antara permintaan dan penawaran tenaga kerja akan terjadi apabila pencari kerja menerima pekerjaan yang ditawarkan pada tingkat upah tertentu dan perusahaan bersedia mempekerjakan tenaga kerja pada tingkat upah tertentu pula. Pada titik keseimbangan, kedua pihak pencari kerja dan perusahaan memiliki nilai kepuasan yang sama . Titik keseimbangan akan berubah apabila terjadi gangguan dipasar tenaga kerja sehingga mempengaruhi pergeseran kurva permintaan atau penawaran tenaga kerja . Biasanya kekuatan mekanisme pasar akan membentuk sendirinya titik keseimbangan yang baru. Gambar 1. Keseimbangan Pasar Tenaga Kerja Ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran tenaga kerja pada suatu tingkat upah tertentu mungkin saja dapat terjadi dalam pasar tenaga kerja . Ketidakseimbangan ini berupa lebih besarnya penawaran dibanding permintaan tenaga kerja adanya excess supply of labor atau lebih besarnya permintaan dibandingkan penawaran tenaga kerja adanya excess demand of labor . Hubungan Antara Upah dan Penyerapan Tenaga Kerja Upah dibayarkan oleh perusahaan kepada pekerja berdasarkan tambahan output sehubungan dengan penambahan seorang karyawan atau disebut VMPP L Value Marginal Physical of Labor . Persamaannya dapat ditulis sebagai berikut Simanjuntak, 1998: VMPP L = P x MPP L = Upah ...................................................... 2.1 Tingkat upah memiliki hubungan negatif dengan penyerapan tenaga kerja . Menurut Simanjuntak 1998, upah dipandang sebagai beban oleh perusahaan karena semakin besar tingkat upah akan semakin kecil proporsi keuntungan yang dinikmati oleh perusahaan . Oleh karena itu, kenaikan tingkat upah direspon oleh perusahaan dengan menurunkan jumlah tenaga kerja . Hubungan Antara Produktivitas Tenaga Kerja dan Penyerapan Tenaga Kerja Produktivitas tenaga kerja dapat mempengaruhi permintaan tenaga kerja melalui tiga cara. Pertama, apabila produktivitas tenaga kerja meningkat, maka dalam memproduksi hasil dengan jumlah yang sama diperlukan pekerja lebih sedikit . Kedua, peningkatan produktivitas dapat menurunkan biaya produksi per unit barang. Dengan turunnya biaya produksi per unit, pengusaha dapat menurunkan harga jual. maka permintaan masyarakat akan barang tersebut bertambah . Pertambahan permintaan akan barang mendorong pertambahan produksi dan selanjutnya menambah permintaan tenaga kerja. Ketiga, pengusaha dapat memilih menaikan upah pekerja sehubungan dengan peningkatan prduktivitas tenaga kerja . Meningkatnya pendapatan pekerja akan menambah daya beli mereka, sehingga permintaan mereka akan konsumsi hasil produksi bertambah juga . Selanjutnya, pertambahan permintaan akan hasil produksi tersebut menaikan permintaan tenaga kerja. Menurut Mulyadi 2003, tingkat produktivitas tenaga kerja digambarkan dari rasio PDRB terhadap jumlah tenaga kerja yang digunakan . Semakin tinggi produktivitas tenaga kerja, maka akan semakin rendah penyerapan tenaga kerja yang tercipta. Sebaliknya, semakin rendah produktivitas tenaga kerja, maka penyerapan tenaga kerja akan meningkat . Hubungan Antara Investasi dan Penyerapan Tenaga Kerja Investasi adalah pengeluaran atau penanaman modal suatu perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan untuk menambah kemampuan memproduksi barang- barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian, pertambahan jumlah barang modal ini memungkinkan perekonomian tersebut menghasilkan lebih banyak barang dan jasa dimasa yang akan datang . Menurut Sadono Sukirno 2000 kegiatan investasi memungkinkan suatu masyarakat terus menerus meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan nasional dan meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat. Peranan ini bersumber dari tiga fungsi penting dari kegiatan investasi, yakni: Pertama, investasi merupakan salah satu komponen dari pengeluaran agregat, sehingga kenaikan investasi akan meningkatkan permintaan agregat, pendapatan nasional, dan kesempatan kerja . Kedua, pertambahan barang modal sebagai akibat investasi akan menambahkan kapasitas produksi. Ketiga, investasi selalu diikuti oleh perkembangan teknologi . KERANGKA TEORI Berdasarkan landasan teori pada tinjauan pustaka diatas, maka secara skema kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 1. Kerangka Teori METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder . Data sekunder merupakan data yang di dapat dari buku-buku atau literature pada instansi atau lembaga yang berkaitan dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini data-data diperoleh dari Badan Pusat Statistik Jawa Barat, meliputi tenaga kerja sektor industri, upah minimun KabupatenKota, produktivitas tenaga kerja sektor industri, dan investasi sektor industri. Data berupa time series dari tahun 20010-2014 dan cross section dari 26 KecamatanKota yang ada di Provinsi Jawa Barat . Definisi Operasional Variabel Untuk memperjelas dan mempermudah pemahaman terhadap variabel-variabel yang akan dianalisis dalam penelitian ini, maka perlu dirumuskan definisi operasional sebagai berikut: 1. Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Jumlah orang yang bekerja di KabupatenKota Provinsi Jawa Barat yang terserap dalam pasar tenaga kerja sektor industri pada berbagai tingkat upah. Dalam hal ini adalah penduduk yang berusia 15 tahun ke atas yang bekerja menurut lapangan pekerjaan utama sebagai tenaga kerja industri . 2. Upah Minimum KabupatenKota UMK Upah Minimun KabupatenKota merupakan suatu standar minimum yang digunakan oleh para pengusaha atau pelaku industri untuk memberikan upah kepada karyawan atau buruh yang berada di dalam lingkungan usaha atau kerjanya . 3. Produktivitas Tenaga Kerja Industri Produktivitas tenaga kerja adalah gambaran kemampuan pekerja dalam menghasilkan output. Dalam penelitian ini data produktivitas tenaga kerja diperoleh dengan membagi PDRB sektor industri dengan jumlah penduduk bekerja di sektor industri . 4. Investasi Sektor Industri + - - Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Investasi Sektor Industri Th. 2010-2014 Produktivitas Tenaga Kerja Sektor Industri Th. 2010-2014 UMK Th. 2010-2014 Investasi sektor industri adalah banyaknya nilai investasi yang masuk ke sektor industri. Investasi sektor industri dinyatakan dalam juta rupiah. Metode Penelitian Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah model analisis regresi panel data. Data panel merupakan gabungan antara data berkala time series dan data individual cross section . Permodelan dengan menggunakan teknik regresi data panel dapat dilakukan dengan tiga pendekatan alternatif metode pengolahannya yaitu, Common Effect Model, Fixed Effect Model, dan Fixed Effect Model. Adapun model regresi data panel sebagai berikut : TK it = β0 + β1UMK it + β2PROD it + β3INVES it + e t Keterangan : TK : Tenaga kerja sektor industri UMK : Upah Minimum KabupatenKota PROD : Produktivitas tenaga kerja industri INVES : Investasi sektor industri β 0 : Konstanta β1,... β3 : Koefisien regresi e : error i : KabupatenKota t : Tahun HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Asumsi Klasik 1. Heteroskedastisitas Pengujikan heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan Uji Park Tabel 2 : Hasil Uji Park Variabel Prob C 0,1556 LOGUMK 0,1473 PROD 0,4573 LOGINV 0.3862 Dari tabel diatas, maka dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan sebagai variabel independen dalam penelitian ini terbebas dari masalah heteroskedastisitas. 2. Multikolinearitas Deteksi adanya multikolinearitas dilakukan dengan menggunakan uji korelasi parsial antar variabel independen, yaitu dengan menguji koefisien korelasi antar variabel independen. Suatu model yang baik adalah tidak terjadi multikolinearitas antar variabel independen dengan dependennya Gujarati, 2007:67. Tabel 3 : Uji Korelasi LOGTK LOGUMK PROD LOGINV LOGTK 1.000000 0.002747 -0.887796 -0.006851 LOGUMK 0.002747 1.000000 0.158596 0.551302 PROD -0.887796 0.158596 1.000000 0.132600 LOGINV -0.006851 0.551302 0.132600 1.000000 Dari tabel diatas, maka dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini terbebas dari masalah multikolinearitas.

B. Analisis Model