MODEL PENINGKATAN KEMAMPUAN BEREMPATI MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL JAWA TENGAH PADA ANAK KETURUNAN ETNIS JAWA-TIONGHOA

1
BAB I
PENDAHULUAN

Keberagaman bukanlah hal yang aneh lagi bagi masyarakat
Indonesia. Dari sejumlah golongan etnis (suku bangsa) yang beragam
secara umum bangsa Indonesia terbagi dalam dua golongan besar yakni
golongan etnis pribumi dan golongan etnis pendatang.
termasuk etnis pendatang yang merupakan

Etnis Cina

etnis minoritas di tengah

kemajemukan etnis di Indonesia. Pada tahun 1961 etnis Cina diperkirakan
ada sekitar 2,45 juta jiwa atau sekitar 2,5 persen dari total penduduk
Indonesia (Coppel, 1983). Namun, menurut Wibowo (2000) jumlah etnis
Cina di Indonesia diperkirakan sekitar 3 persen. Lebih tinggi dari kedua
taksiran tersebut, Taher (1997) menyebut angka 4-5 persen.
Dari segi tempat tinggal etnis Cina, ada perbedaan pola sebaran
antar berbagai pulau di Indonesia. Khusus wilayah Jawa (termasuk

Madura), persentase terbesar (78,4%) bertempat tinggal di wilayah
perkotaan, sedangkan sisanya (21,6%) bertempat tinggal di pedesaan
(Coppel, 1983). Ini menunjukkan bahwa sebagian besar etnis Cina di
Jawa berkegiatan ekonomi pada sektor perdagangan dan industri
perkotaan.
Keberagaman

masyarakat

Indonesia

ini

juga

tergambar

di

Surakarta yang dikenal sebagai kota pluralis, karena masyarakat di

dalamnya

terdiri

atas

kelompok-kelompok

masyarakat

majemuk.

Kemajemukan yang dimaksud bersifat vertikal seperti perbedaan kelas
sosial-ekonomi dan perbedaan porsi kekuasaan, serta kemajemukan
horisontal seperti perbedaan etnis, agama (di dalamnya terdapat
kemajemukan

paham),

pendidikan,


budaya,

orientasi

politik

dan

sebagainya. Mayoritas masyarakat Surakarta beretnis Jawa, selebihnya
etnis Cina, Arab, Madura, Sunda, Banjar, Minang, dan lain sebagainya
(Nurhadiantomo, 2003). Selain dikenal sebagai kota pluralis, di Surakarta
juga terdapat dua kerajaan (Mangkunegaran dan Pakubuwana) yang

2
memiliki sejarah panjang pertikaian. Keduanya hingga kini masih tetap
eksis dan tetap semangat melestarikan budaya-budaya Jawa.
Keberadaan orang-orang Cina di Surakarta ditengarai sejak awal
berdirinya kota Surakarta, dan pada tahun-tahun berikutnya pertumbuhan
mereka cukup signifikan. Pada tahun 1950, orang Cina di Surakarta

berjumlah 23.697 jiwa, tahun 1952 berjumlah 25.836 jiwa, tahun 1969
berjumlah 30.669 jiwa, dan pada tahun 1971 30.949 jiwa. Pada tahun
1996 orang Cina di Surakarta berjumlah 23.610 jiwa, atau sekitar 4,4%
dari seluruh penduduk Surakarta. Dari data di atas terlihat bahwa ada
kecenderungan penurunan jumlah orang Cina di Surakarta pada tahun
1996 dibandingkan tahun 1950-an atau 1970-an1. Hal ini karena
kemungkinan adanya perpindahan tempat tinggal ke daerah-daerah lain di
sekitar Surakarta, seperti perumahan Solo Baru (masuk kabupaten
Sukoharjo) dan Fajar Indah (masuk kabupaten Karanganyar) yang secara
administratif berada di luar wilayah Surakarta.
Menurut Wibowo (2000), minoritas etnis Cina di Indonesia telah
menguasai 70-80 persen perekonomian Indonesia. Begitu penting
persoalan etnis Cina di Indonesia, sehingga memunculkan isu mengenai
‘permasalahan Cina’ (Habib, 2004). Masyarakat Jawa juga menganggap
etnis Cina sebagai permasalahan karena keberadaan dan sikapnya dirasa
mengancam eksistensinya. Anggapan ini dibuktikan oleh terjadinya
serangkaian kekerasan yang melibatkan kedua etnis. Seperti halnya di
Surakarta peristiwa-peristiwa kekerasan antara etnis Jawa-Cina telah
berlangsung begitu lama, yaitu sejak awal berdirinya kota Surakarta
hingga saat ini peristiwa-peristiwa kekerasan masih tetap berlangsung.


1

Monografi Penduduk Dinamis Kecamatan Laweyan, Serengan, Pasar Kliwon, Jebres, dan
Banjarsari tahun 1996.

3
Tabel 1. Catatan Kekerasan antara Etnis Jawa-Cina di Surakarta
No Nama Peristiwa
1. Peristiwa
Menjelang
berdirinya SI
(Syarekat Islam)

2

Legiun
Mangkunegaran
Vs orang Cina


3.

Catatan Residen
Surakarta

4.

Geger Jatinom

5.

Peristiwa Pasca
Pemberontakan
G 30 S/PKI

6.

Perusakan Toko
di Coyudan dan
Nonongan


7.

Anti Cina

8.

Mei Kelabu

Tahun
1911

Peristiwa
Menjelang berdirinya SI di
Surakarta terjadi serangkaian
pemboikotan,
pemogokan,
perkelahian
jalanan,
dan

kerusuhan anti Cina (Larson,
1990).
1912
Menjelang akhir tahun 1912,
Residen Surakarta Van Wijk
pergi ke kampung Cina untuk
menghentikan
90
Legiun
Mangkunegaran yang memukuli
orang-orang Cina (Roll, 1983).
1905Terjadi
615
kali
peristiwa
1913
perampasan dan 4.977 kali
pencurian ternak. Sasaran para
pedagang Cina Klontong dan
Cina Mindring

(Wijk dalam
Nurhadiantomo, 2003).
1947Di Jatinom Klaten, Laskar Rakyat
1948
menyerang orang-orang Cina,
sedikitnya
60
orang
Cina
terbunuh,
selebihnya
menungungsi ke Surakarta dan
kota lainnya (Abdullah, 1994).
Oktober Massa anti komunis melakukan
1965
pembakaran dan pengrusakan
rumah dan toko-toko milik Cina
(Nurhadiantomo, 2003).
6 Nov Massa melakukan perusakan
1966

toko-toko milik orang Cina di
jalan
Coyudan
dan
terus
bergerak ke jalan Nonongan
(Mulyadi & Soedarmono, 1999).
Kerusuhan yang cukup besar
19-20
terjadi di Surakarta. Peristiwa ini
Nov
1980
dipicu oleh serempetan sepeda
siswa SGO dengan pejalan kaki
(Cina). (Yudohusodo, 1986).
14-15
Dalam peristiwa ini terjadi
Mei
perusakan,
pembakaran,

1998
penjarahan,
penganiayaan
hingga
pemerkosaan
(Zaini,
2002).

4
Dalam masyarakat majemuk, adanya batas-batas sukubangsa
yang didasari oleh stereotype dan prasangka menghasilkan penjenjangan
sosial secara primordial yang subjektif. Konflik-konflik antar etnik yang
terjadi, pada dasarnya berintikan pada permasalahan hubungan antar
etnik asli setempat dengan pendatang. Konflik-konflik itu terjadi karena
adanya pengaktifan jati diri etnik untuk solidaritasi memperebutkan
sumberdaya yang ada. Dengan adanya stereotype dan praangka serta
ideologi keetnikan, masyarakat menjadi lebih mudah saling
daripada

saling

mempercayai,

lebih

mudah

bertengkar

curiga
daripada

bersahabat, lebih mudah menerjang daripada memberi jalan dan
seterusnya.
Peristiwa-peristiwa kekerasan antara etnis Cina dan Jawa yang
terjadi di wilayah Surakarta tersebut, bila dilihat dari faktor pemicunya,
maka setiap kejadian kekerasan bisa dipengaruhi oleh hal-hal yang
berbeda. Seperti kasus 13-14 Mei dipicu oleh kenaikan harga, yang
dilanjutkan dengan aksi demonstrasi mahasiswa. Kasus 19-20 November
1980 yang dipicu oleh serempetan sepeda antara siswa SGO dengan
pejalan kaki yang kebetulan orang Cina. Semua itu adalah pemicu yang
secara langsung menghantarkan terjadinya kerusuhan. Sementara kondisi
laten yang melatarbelakangi munculnya faktor pemicu sangat sukar untuk
diungkap. Padahal kondisi-kondisi laten ini suatu saat akan kembali
manifes apabila sejak dini tidak dilakukan upaya-upaya pengungkapan
permasalahan secara mendasar.
Sebenarnya upaya-upaya perbaikan hubungan antara kedua
etnis sudah lama dilakukan, seperti dibentuknya Chuan Min Kung Hui
pada tahun 1932,

yang selanjutnya pada tahun 1959 menjadi

Perkumpulan Masyarakat Surakarta (PMS) yang anggotanya meliputi
etnis Cina dan Jawa di Surakarta. Di perkumpulan ini mereka melakukan
aktivitas (kegiatan) secara bersama-sama. Selain itu proses asimilasi baik
yang dilakukan secara mandiri maupun melalui peran lembaga juga sudah
lama berlangsung. Mulai dari asimilasi dalam pernikahan, pemakaian

5
nama-nama Jawa atau Nasional pada orang-orang Cina, dan banyak
ditemukannya orang Cina yang pindah agama Islam (sebagian besar
dianut masyarakat Jawa) juga orang Jawa yang menganut agama Kristen
(Taufik, 2006).
Permasalahan mendasar dari penelitian ini adalah bahwa telah
lamanya kedua pihak (etnis Jawa-Cina) hidup bertetangga (1740sekarang) semestinya telah terjalin suatu pola hubungan yang eklektif dan
kondusif, namun sebagaimana diketahui serangkaian konflik kekerasan
kembali berulang. Berbagai upaya harmonisasi hubungan yang telah
dilakukan sebelumnya pun seakan tidak memiliki kontribusi apa-apa. Titiktitik persamaan yang sesungguhnya bisa merajut persatuan tidak dapat
menahan berulangnya konflik. Ini menunjukkan perlunya meninjau ulang
berbagai upaya yang selama ini telah dilakukan atau perlunya melakukan
kajian menyeluruh (holistik)

tentang intensitas dan kualitas hubungan

antara kedua pihak. Di mana letak akar permasalahan kekerasan antar
etnis ini terjadi?

43
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, I. 1994. Muslim Businessman of Jatinom: Religion Reform and
Economic Modernization in a Central Javanes Town. Netherland:
Universiteit von Amsterdam.
Bakker, Chris. 2000. Cultural Studies. Teori & Praktek. Penerjemah:
Nurdadi. Yogyakarta: Kreasi Wacana
Baron, R.A. & Byrne. D. 2005. Psikologi Sosial, jilid 2 Edisi kesepuluh. Alih
bahasa: dra Ratna Djuwita Dipl. Psychl, dkk Editor: Wisnu C.
Kristiaji, Ratri Medy. Jakarta: Penerbit Erlangga
Berkowitz, L. 2003. Emotional Behavior. Jakarta: Penerbit PPM
Berry, JW., Poortinga, Y.H., Segall, M.H. & Dasen, P.R. 1999. Psikologi
Lintas Budaya: Riset dan Aplikasi. Jakarta: PT Gramedia.
Brannen, J. 1997. Memadu Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif.
Yogyakarta : Pustaka pelajar.
Coppel, C.A. 1983. Indonesian Chinese in Crisis. Oxford: Oxford
University Press.
Faruk. 1999. Pengalaman, Kesaksian dan Refleksi Kehidupan Mahasiswa
di Yogyakarta. Jakarta: LP3ES dan Interfidei.
Habib, A. 2004. Konflik Antaretnis Di Pedesaan: Pasang Surut Hubungan
Tionghoa-Jawa. Yogyakarta: LKIS.
Hadi, S. 2005. Metode Research. Yogyakarta: Andi
Hariyono, P. 1994. Kultur Cina dan Jawa. Pemahaman menuju asimilasi
Kultural. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Haryono, P 2006. Menggali latar belakang stereotip dan persoalan etnis
Cina di Jawa. Semarang: Penerbit Mutiara Wacana
Larson, G.D. 1990. Masa Menjelang Revolusi Keraton dan Kehidupan
Politik di Surakarta (1912-1942). Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.

44
Mulyadi, H., & Soedarmono. 1999. Runtuhnya kekuasaan Keraton alit:
Studi Radikalisme social “Wong Solo” dan Kerusuhan Mei 1998 di
Surakarta. Surakarta: Lembaga Pengembangan Teknologi
Pedesaan (LPTP).
Meinarno, E. A. 2001. Sikap Pribumi terhadap Etnis Cina.
http://ccm.um.edu.my/umweb/fsss/images/persidangan/kertas
keraj/eko/meinarno/sikap.doc
Nurhadiantomo. 2004. Hukum Reintegrasi Sosial: Konflik-konflik Sosial
Pri-Non-Pri
dan
Hukum
Keadilan
Sosial.
Surakarta:
Muhammadiyah University Press.
Pattiradjawane, R.L. 2000. Peristiwa Mei 1998 di Jakarta: Titik Terendah
Sejarah Etnis Tionghoa di Indonesia, dalam I. Wibowo, Harga
yang Harus Dibayar: Sketsa Pergulatan Etnis Tionghoa di
Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama dan Pustaka Studi
Tionghoa.
Rahardjo, T. 2005. Menghargai perbedaan Kultural, mindfullnes dalam
komunikasi antar etnis. Yogyakarta: Pustaka pelajar.
Roll, W. 1983. Struktur Pemilikan Tanah di Indonesia: Studi Kasus di
Daerah Surakarta (Terjemahan). Jakarta: Rajawali Press.
Sumarta, I.K. 2000. “Pendidikan yang Memekarkan Rasa”, dalam
Membuka Masa Depan anak-anak kita: mencari kurikulum
pendidikan abad XXI. Sindhunata (Ed) Yogyakarta: Penerbit
Kanisius.
Taher, T. 1997. Masyarakat Tionghoa, Ketahanan Nasional dan Integrasi
Bangsa di Indonesia. Jakarta: PPIM.
Taufik. 2004¹. Ketika Mandau dan Celurit Beradu: Fenomenologi Konflik
Kekerasan Antar Etnis di Kalimantan. Jurnal Tabularasa. Vol. 2,
No.3, November.
_____. 2004². Dinamika Prasangka Etnis Madura terhadap Etnis Dayak
Pasca Konflik. Jurnal Anima.Vol. 19, No. 4, Juli.
_____. 2005. Denyut Nadi Kekerasan di Pulau Garam: Fenomenologi
Kekerasan dalam Budaya Perspektif Teori Belajar. Jurnal SosioReligia. Vol. 5 No. 2, Februari 2006, Hal: 281-301.
_____. 2006. Problem Sosial Hubungan antar Etnis pada Masyarakat
Pluralis. Laporan Penelitian Dosen Muda. LP2M UMS.

45

Warnaen, S. 2002. Stereotip Etnis dalam Masyarakat Multi Etnis. Jakarta:
Mata Bangsa.
Wibowo, I. 2000. Pendahuluan, dalam I. Wibowo, Harga yang Harus
Dibayar: Sketsa Pergulatan Etnis Tionghoa di Indonesia. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama dan Pustaka Studi Tionghoa.
Witanto, E.P. 2000. Mengapa Pemukiman Mereka Dijarah: Kajian Historis
Pemukiman Etnis Tionghoa di Indonesia, dalam I. Wibowo, Harga
yang Harus Dibayar: Sketsa Pergulatan Etnis Tionghoa di
Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama dan Pustaka Studi
Tionghoa.
Yudohusodo, S. 1985. Warga Baru: Kasus Tionghoa di Indonesia.
Jakarta: Lembaga Penerbitan Yayasan Padamu Negeri.
Zaini, A. 2002. Kekerasan Etnis Mei 1998: Studi Mengenai Prasangka dan
Agresi.
Laporan
Penelitian.
Surakarta:
Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Zein, Abdul Baqir. 2000 Etnis Cina dalam potret pembauran di Indoneisa.
Jakarta: prestasi Insan Indonesia.

LAPORAN PEN ELI TI AN
H I BAH BERSAI N G

M OD EL PEN I N GKATAN KEM AM PUAN BEREM PATI
M ELALUI PERM AI N AN TRAD I SI ON AL JAW A TEN GAH
PAD A AN AK KETURUN AN ETN I S JAW A- TI ON GH OA

Oleh:
Ta ufik , S.Psi., M .Si.
D r . N a n ik Pr ih a r t a n t i, M .Si.
Eny Purw andari, S.Psi., M.Si.

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SEPTEMBER, 2008

Abstract
The Model of Increasing Empathy
by Javanese Traditional Games at Javanese and Chinese Children
Taufik, Nanik Prihartanti, dan Eny Purwandarie
Faculty of Psychology, Muhammadiyah University of Surakarta

The research purposed to describe the relationship patterns
between Javanese and Chinese; To identified viewpoint and
attitude toward other ethnics, especially that is received from their
parents; and to describe social interaction patterns in school
environtment, between children of Javanese and Chinese. Research
subject are Javanese and Chinese in Sudiroprajan village,
Surakarta town. Result of research consists: 1) the relationship
patterns between Javanese and Chinese in Sudiroprajan hold
mindfully and it is run naturally; 2) Teach of positive attitude from
their parents can build attitude when they do interaction together
with friends from other ethnic. The negative attitude that
transfered from their parents cause conflict between them.; and 3)
Cooperation in school environment between Javanese and Chinese
generally have not good run as showed by their parents.
Key Word: Empathy, Social Interaction, Javanese and Chinese
Children

RINGKASAN
Model Peningkatan Kemampuan Berempati
Melalui Permainan Tradisional Jawa Tengah Pada Anak
Keturunan Etnis Jawa-Tionghoa
Taufik, Nanik Prihartanti, dan Eny Purwandarie
Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Surakarta
ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi pola hubungan antar etnis
Jawa-Tionghoa; mengidentifikasi pandangan dan sikap masing-masing etnis
terhadap etnis lain, terutama yang diterima oleh anak-anak dari para orang tua;
dan mendeskripsikan pola-pola kerja sama di lingkungan sekolah, antara siswa
etnis Jawa dan Tionghoa. Subjek penelitian adalah etnis Jawa-Tionghoa di
kelurahan Sudiroprajan, Surakarta. Hasil penelitian dengan pendekatan
kualitatif ini antara lain: 1) Pola hubungan antar etnis Jawa dan Tionghoa di
kelurahan Sudiriprajan berlangsung secara harmonis (mindful) dengan proses
perjalanan yang natural, yang ditandai dengan munculnya sikap untuk tidak
membawa persoalan pribadi (individu sebagai bagian dari kelompok etnis) ke
dalam persoalan kelompoknya; 2) Penanaman sikap positif orang tua terhadap
anak-anaknya sangat berperan dalam pembangunan sikap dalam berinteraksi
dengan kawan-kawan dari kelompok etnis lainnya. Sikap negatif yang secara
tidak sengaja ditanamkan oleh para orang tua berimbas kepada kualitas
interaksi anak-anak antar etnis; dan 3) Kerja sama di lingkungan sekolah
antara siswa etnis Jawa dan Tionghoa secara umum belum berjalan
sebagaimana kerjasama yang ditunjukkan oleh sebagian besar orang dewasa di
Sudiroprajan. Perbedaan penggunaan bahasa di rasakan sebagai faktor utama
yang menghambat proses kerja sama.
Kata Kunci: Empati, Interaksi Sosial, Etnis Jawa-Tionghoa.

Secara umum penelitian yang dilakukan ini adalah untuk mengembangkan
model peningkatan kemampuan berempati pada anak-anak etnis Jawa dan
Tionghoa di Surakarta. Tujuan umum ini akan dicapai melalui serangkaian
penelitian yang terdiri dari tiga tahapan penelitian. Sebagai tahapan penelitian
pertama, secara khusus penelitian ini bertujuan: Memperoleh deskripsi pola
hubungan antar etnis Jawa-Tionghoa; Mengidentifikasi pandangan dan sikap
masing-masing etnis terhadap etnis lain, terutama yang diterima oleh anak-anak

dari para orang tua; dan mendeskripsikan pola-pola kerja sama di lingkungan
sekolah, antara siswa etnis Jawa dan Tionghoa.
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi: metode
wawancara mendalam (in-depth interview), pengamatan terlibat (participant
observation), dan dokumentasi. Pemilihan informan dilakukan secara purposif.
Pemilihan informan berikutnya dilakukan dengan prinsip bola salju (snow ball).
Jumlah informan ditentukan oleh ketersediaan subjek penelitian dengan
mempertimbangkan keragaman (diversity) data yang diperlukan. Penelitian
dilakukan di kelurahan Sudiroprajan, kecamatan Jebres, Surakarta. Teknik analisis
data yang digunakan adalah teknik verstehen, yaitu memahami makna konsep dan
tindakan subjek penelitian berdasarkan pandangan pelakunya sendiri dalam
rangka memahami sistem nilai yang mendasarinya.
Hasil Penelitian ini antara lain: 1) Secara umum dapat dikatakan bahwa
pola hubungan antar etnis Jawa dan Tionghoa di kelurahan Sudiriprajan
berlangsung secara harmonis (mindful) dengan proses perjalanan yang natural.
Kondisi mindful ini ditandai dengan munculnya sikap untuk tidak membawa
persoalan pribadi (individu sebagai bagian dari kelompok etnis) ke dalam
persoalan kelompoknya. Selain itu pola-pola hubungan yang lainnya ditunjukkan
dengan interaksi melalui jalur kesenian, interaksi pelepas lelah, organisasi
kemasyarakatan dan perdagangan; 2) Penanaman sikap positif orang tua terhadap
anak-anaknya sangat berperan dalam pembangunan sikap anak-anak mereka
dalam berinteraksi dengan kawan-kawan dari kelompok etnis lainnya. Sikap
negatif yang secara tidak sengaja ditanamkan oleh para orang tua berimbas kepada
kualitas interaksi, khususnya ketika awal mereka bertemu. Selain itu juga
berpengaruh pada pemaknaan hubungan selanjutnya. Sikap positif antar siswa di
sekolah kebanyakan terjalin setelah mereka berinteraksi cukup lama. Interaksi
yang efektif dipandang mampu meruntuhkan sekat-sekat prasangka; dan 3)
Meskipun ada sikap-sikap positif (disamping sikap-sikap negatif lainnya) yang
terbangun seiring dengan berjalannya interaksi antara siswa etnis Jawa dan
Tionghoa, namun kerja sama di lingkungan sekolah antara siswa etnis Jawa dan
Tionghoa secara umum belum berjalan sebagaimana kerjasama yang mindful

yang ditunjukkan oleh sebagian besar orang dewasa di Sudiroprajan. Perbedaan
penggunaan bahasa di rasakan sebagai faktor utama. Dimana anak-anak Tionghoa
tidak mencoba untuk berkomunikasi dengan bahasa Jawa sementara anak-anak
Jawa tetap bersikukuh dengan bahasa Jawa nya.

PRAKATA
Peneliti mengucapkan Alhamdulillahirabbil’alamin atas selesainya
laporan penelitian ini, namun demikian selesainya laporan ini tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
Istriku yang tidak pernah lupa menemani dan menyediakan teh manis di
sela-sela penyelesaian laporan penelitian. Anak-anakku Faza Izzuddinnuha,
Hilwamadda Arrumaisha dan Nadia Insani Kamila yang selalu memberikan
ketenangan, jazaakumullah khairan katsiraa ya aulaadii.
Kepada para responden yang telah berkenan meluangkan waktu dan
bekerja sama dengan baik.
Kepada DP2M Ditjen Dikti dan LP2M UMS yang berkenan meloloskan
penelitian dosen muda ini
Akhirnya penulis berharap kiranya laporan penelitian ini dapat bermanfaat.

Surakarta, Oktober 2008

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan
Ringkasan dan Summary
Prakata
Daftar Isi
Daftar Tabel
BAB I
PENDAHULUAN

Hal
i
ii
iv
v
vi
1

BAB II

STUDI PUSTAKA
A. Etnisitas dan Relasi antar Etnis
B. Kekerasan Etnis Di Surakarta
C. Kemampuan Berempati
D. Permainan Tradisional Jawa Tengah

6
6
9
14
16

BAB III

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

25

A. Tujuan
B. Manfaat

25
25

BAB IV

METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
B. Sumber Data
C. Metode Pengumpulan Data
D. Teknik Pemilihan Informan
E. Teknik Analisis Data

26
26
26
26
27
29

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pola Hubungan Etnis Jawa dan Tionghoa
B. Pandangan dan Sikap yang Diterima Masing-masing Etnis
Terhadap Etnis Lain, Terutama yang Diterima oleh Anakanak dari Orangtuanya
C. Pola-pola Kerja Sama di Lingkungan Sekolah antara Siswa
Etnis Jawa dan Tionghoa

30
30

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

36
40
45
47
48

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Pertikaian antar Etnis yang Melibatkan Etnis Tionghoa

1

Tabel 2. Garis Besar Catatan Kekerasan antar Etnis Jawa-Tionghoa
di Surakarta

10

Tabel 3. Karakteristik Subjek Penelitian (Siswa-Siswi SD)

2

Tabel 4. Karakteristik Subjek Penelitian (Tokoh Etnis)

5