BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Percut Sei Tuan kabupaten Deli Serdang,
dengan ketinggian tempat 3 m dpl, yang dilaksanakan mulai Januari 2010 hingga
Maret 2010.

Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 20 varietas kedelai,
fungisida Dithane M-45 untuk mengendalikan jamur, insektisida Decis 25 EC
untuk mengendalikan hama, pupuk Urea, KCL dan TSP sebagai pupuk dasar dan
bahan-bahan lain yang mendukung pelaksanaan penelitian.
Alat alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, parang,
meteran, digunakan untuk pengolahan tanah dan pembukaan lahan, gembor untuk
menyiram tanaman, handspryer digunakan untuk mengendalikan hama, timbangan
untuk menimbang kebutuhan pupuk dan produksi tanaman, buku tulis, pulpen,
dan penggaris sebagai alat untuk mengambil data serta alat alat lain yang
mendukung penelitian ini.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) non
faktorial yang terdiri dari 20 varietas :
V1
V2
V3

: Daetam 1
: Detam 2
: Anjasmoro

V11
V12
V13

: Burangrang
: Tanggamus
: Gumitir

Universitas Sumatera Utara


V4
V5
V6
V7
V8
V9
V10

: Cikuray
: Sibayak
: Ratani
: Ijen
: Kaba
: Wilis
: Bromo

Jumlah ulangan (Blok)
Jarak tanam
Jumlah 1 varietas per blok
Jumlah sampel per varietas

Jumlah seluruh sampel
Jarak antara ulangan
Luas lahan seluruhnya

V14
V15
V16
V17
V18
V19
V20

: Argomulyo
: Sinabung
: Panderman
: Malabar
: Grobongan
: Seulawah
: Kawi


: 3 ulangan
: 20cm x 30cm
: 50 tanaman
: 10 tanaman
: 300 tanaman
: 50 cm
: 34 m x 14 m

Data hasil penelitian dianalisis dengan sidik ragam dengan model linier
aditif sebagai berikut :
Yij =μ +άi + βj + εij
I = 1,2,3
j = 1,2,3...20
Dinama :
Yij
: Hasil pengamatan perlakuan ke-i dalam ulangan ke-j
μ
: Nilai rata-rata
ά
: Efek ulangan ke-i

β
: Efek perlakuan ke-j
ε
: Galat dari blok ke-i, varietas ke-j
Data pengamatan dianalisis dengan sidik ragam rancangan acak kelompok
(RAK) non faktorial. Jika efek perlakuan berbeda nyata dilanjutkan dengan uji
beda nyata jujur (BNJ) pada taraf ά = 5% (Bangun, 1991).

Universitas Sumatera Utara

PELAKSANAAN PENELITIAN

Persiapan Areal
Areal penelitian dibersihkan dari gulma dan sampah lainnya. Lahan diukur
dan dilakukan pembuatan blok dengan ukuran 10 x 8,4 cm dengan jarak antar
blok 50 cm. Dilakukan pada 2 minggu sebelum tanam.

Pemupukan Dasar
Pemupukan dilakukan sesuai dengan dosis anjuran, kebutuhan pupuk
kedelai yaitu 100 kg urea/ha (0,3 gr/lubang tanam), 200 kg TSP/ha (0,6 g/lubang

tanam), dan 100 kg KCl/ha (0,3 gr/lubang tanam). Pemupukan dilakuakan sehari
sebelum benih ditanam dan hanya sekali dilakukan.
Penanaman
Penanaman dilakukan langsung ke tanah dengan melubangi tanah sedalam
± 3 cm, kemudian memasukkan 2benih/lobang tanam dan ditutup dengan tanah,
kemudian diberi jarak antara antara tanaman 20 cm x 40 cm. Dilakukan pada
minggu ke 3.
Penjarangan
Penjarangan dilakukan dengan meninggalkan satu tanaman yang
pertumbuhannya paling baik diantara benih yang tumbuh. Dilakukan 1 minggu
setelah tanam (MST).
Pemeliharaan Tanaman
Penyiraman.
Penyiraman dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari atau
disesuaikan dengan kondisi di lapangan.

Universitas Sumatera Utara

Penyulaman
Penyulaman dilakukan untuk menggantikan tanaman yang tidak tumbuh

dengan tanaman cadangan yang masih hidup pada umur yang sama. Dilakukan
pada saat tanaman berumur 2 MST.
Penyiangan
Penyiangan dilakukan secara manual dengan mencabut gulma yang berada
dalam polibag dan menggunakan cangkul untuk gulma yang berada pada plot.
Penyiangan dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dilakukan dengan menyemprotkan insektisida Decis 2
EC dengan dosis 0,5-2 cc/liter air, disemprotkan pada saat tanaman menunjukkan
gejala

serangan.

Sedangkan

pengendalian

penyakit

dilakukan


dengan

menyemprotkan fungisida dengan dosis 1 cc/liter air pada saat tanaman berumur
2 MST. Aplikasi dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan.

Panen
Panen dilakukan setelah tanaman menunjukkan kriteria panen yaitu
ditandai dengan kulit polong sudah berwarna coklat dan daun telah berguguran
tetapi bukan karena adanya serangan hama atau penyakit. Panen dilakukan dengan
cara dipetik satu persatu dengan menggunakan tangan atau membongkar seluruh
tanaman . Panen dilakukan pada 12 MST.

Universitas Sumatera Utara

Pengamatan Parameter

Luas Daun (cm2)
Total luas daun dihitung dengan menggunakan alat Leaf Area Meter.
Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur mulai dari ukuran pasak sampel hingga titik
tumbuh tanaman dengan menggunakan meteran. Pengukuran tinggi tanaman
dilakukan sejak tanaman berumur 2 MST hingga 6 MST. Pengukuran tinggi
tanaman dihitung 1 minggu sekali.

Tebal Kutikula (μm)
Untuk mengukur tebal kutikula diambil dari daun yang segar dengan
mengiris tipis secara melintang dibagian atas dan bawah epidermis lalu diletakkan
diatas objek glass kemudian ditetesi dengan etanol dan sodium hipoklorit. Setelah
itu diwarnai dengan larutan sudan IOV dan ditutup dengan kaca penutup lalu
diamati dengan mikroskop cahaya. Pengamatan dilakukan untuk tanaman sampel
pada mg ke 6 dan 10 mst.

Bobot Kering Tajuk (g)
Bagian tajuk tanaman dipisahkan dari akar dengan cara memotong pada
bagian pangkal batang lalu tajuk tersebut dibersihkan dari kotoran yang ada.
Kemudian diovenkan dengan suhu 1050 C selama 24 jam lalu ditimbang.

Universitas Sumatera Utara


Produksi Biji per Tanaman (g)
Produksi biji per tanaman dihitung dengan menimbang produksi biji
seluruh sampel tanaman kemudian dirata-ratakan. Biji yang ditimbang adalah biji
yang telah dijemur dibawah sinar matahari selama 2 hari.
Bobot Kering Akar (g)
Akar yang diukur adalah akar yang sudah dipisahkan dari tajuk dsan
dibersihkan dari kotoran lalu diovenkan dengan suhu 1050 C selama 24 jam lalu
ditimbang.
Bobot Kering 10 biji (g)
Penimbangan dilakukan dengan menimbang 10 biji kedelai yang telah
dijemur dibawah sinar matahari selama 2 hari dari masing-masing perlakuan.
Untuk memperoleh 100 biji kedelai dilakukan pengambilan biji secara acak.
Jumlah Klorofil (unit/6 mm3)
Jumlah klorofil daun kedelai dihitung dengan menggunakan alat
chloropyll meter. Daun yang dihitung jumlah klorofilnya adalah daun yang paling
tengah. Pengukuran dilakukan pada bagian pangkal, tengah, dan ujung daun lalu
diratakan. Pengukuran dilaksanakan pada saat tanaman mulai berbunga.

Jumlah Stomata (mm2)
Jumlah stomata diamati dengan cara sebagai berikut : Daun difiksasi

dalam alkohol 75%, kemudian larutan fiksatif dibuang diganti dengan aquadest.
Selanjutnya direndam dalam larutan HNO3 25% selama15 – 30 menit untuk

Universitas Sumatera Utara

menghancurkan jaringan mesofil. Sebelum disayat menggunakan silet, daun
tersebut terlebih dahulu dicuci dengan aquadest.
Untuk menghilangkan klorofil dan mesofil yang terikat, sayatan epidermis
direndam dalam larutan bayclin selama 1 – 5 menit kemudian dicuci
menggunakan aquadest. Sayatan epidermis yang telah didapatkan kemudian
diwarnai dengan pewarna safrain selama satu menit kemudian dicuci
menggunakan aquadest. Objek berupa lapisan epidermis dilletakkan di atas objek
kemudian ditetesi gliserin 10% dan ditutup dengan gelas penutup. Paremeter yang
diamati adalah jumlah stomata tiap bidang pandang pada tanaman sampel pada
umur 6 dan 10 mst :
Kerapatan stomata =

jumlah stomata
Satu luas bidang pandang

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Hasil pengamatan sidik ragam menunjukan bahwa, varietas berpengaruh
nyata terhadap cekaman salinitas pada parameter tinggi tanaman pada 2 MST – 6
MST, luas daun, tebal kutikula, jumlah klorofil, bobot kering tajuk pada umur 3
MST dan 6 MST, bobot kering akar mulai umur 3 MST – 6 MST dan produksi
pertanaman, bobot 10 biji.
Luas daun
Hasil pengamatan dan sidik ragam (lampiran hal 41) menunjukan bahwa
varietas berpengaruh nyata terhadap cekaman salinitas pada parameter rataan luas
daun. Luas daun tanaman kedelai dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Luas daun kedelai
Varietas

Luas Daun

V1 = Detam 1
73.50 bcd
V2 = Detam 2
71.01 cd
V3 = Anjasmoro
65.53 d
V4 = Cikuray
77.31 bcd
V5 = Sibayak
87.26 abc
V6 = Ratai
81.82 abcd
V7 = Ijen
90.12 abc
V8 = Kaba
91.94 abc
V9 = Wilis
89.78 abc
V10 = Bromo
71.26 cd
V11 = Burangrang
93.91 ab
V12 = Tanggamus
96.63 a
V13 = Gumitir
83.86 abcd
V14 = Argomulyo
83.45 abcd
V15 = Sinabung
91.98 abcd
V16 = Panderman
78.59 bcd
V17 = Malabar
74.42 bcd
V18 = Grobogan
65.39 d
V19 = Seulawah
82.86 abcd
V20 = Kawi
79.71 bcd
Keterangan : huruf yang sama menunjukkan angka tersebut tidak berbeda nyata pada taraf α =
0,05 (atau 5%) dengan uji lanjutan BNJ.

Universitas Sumatera Utara

Luas. Dari table 2 dapat kita lihat bawwa rataan luas daun terluas terdapat
pada varietas Tanggamus 96,63 terendah terdapat pada varietas Grobongan 65,39.
Tinggi tanaman
Hasil pengamatan dan sidik ragam (lampiran hal 35 - 39) menunjukan
bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap cekaman salinitas pada parameter
tinggi tanaman. Tinggi tanaman kedelai dapat dilihat pada table 1.
table 1. Tinggi tanaman
Varietas
V1 = Detam 1
V2 = Detam 2
V3 = Anjasmoro
V4 = Cikuray
V5 = Sibayak
V6 = Ratai
V7 = Ijen
V8 = Kaba
V9 = Wilis
V10 = Bromo
V11 = Burangrang
V12 = Tanggamus
V13 = Gumitir
V14 = Argomulyo
V15 = Sinabung
V16 = Panderman
V17 = Malabar
V18 = Grobogan
V19 = Seulawah
V20 = Kawi

2
7.74b
7.85abc
8.20 a
7.84abc
7.28 fgh
7.35 efg
7.48 def
7.21 hi
7.30 fgh
7.86 abc
7.24 gh
7.66cd
7.45 def
7.29 fgh
7.65 cd
7.24 gh
7.30 fgh
8.03ab
7.15 i
7.13 i

Minggu Setelah Tanam (MST)
3
4
5
9.82 bc
21.81fgh
33.56def
10.02 ab
23.48 bcd 35.89 abc
10.60 a
25.86 ab
37.89 ab
9.66 bcd
23.71 bcd 35.41 bcd
8.42 i
22.93cde 34.71 cde
8.92 efg
21.95fgh
30.82 i
8.90 efg
21.46 gh
33.52 def
9.07 cde
21.85 fgh 32.44 efg
8.84 fgh
22.26 def 30.73 i
10.04 abc
24.30 bc
36.47 abc
9.45 cd
22.62 cde 30.79 i
9.07 cde
22.34 def 32.41efg
9.00 de
22.05 efg 31.09 hi
9.00 de
22.28 def 31.42 gh
8.72 gh
22.27 def 31.48 gh
8.67hi
22.35 def 32.61 fgh
9.04 cde
22.75 cde 31.74 fgh
10.44ab
26.39 a
38.28 a
8.98 def
22.13 efg 31.08 hi
8.97 def
22.16 efg 31.20 ghi

6
41.72 cde
43.13 abc
45.96 ab
42.40 bcd
41.76 cde
40.18 gh
41.33 def
41.12 fgh
41.58 def
43.09 abc
39.58 i
41.35 def
40.22 efg
41.27 efg
41.09 ghi
41.84 cde
40.69 hi
47.08 a
40.40 hi
40.02hij

Keterangan : huruf yang sama menunjukkan angka tersebut tidak berbeda nyata pada taraf α =
0,05 (atau 5%) dengan uji lanjutan BNJ.

Pada umur 2 MST rata-rata varietas tertinggi terdapat pada V3 Anjasmoro
yaitu 8,20 dan rata-rata varietas yang terendah terdapat pada V20 Kawi yaitu
7,13. Pada 3 MST varietas tertinggi terdapat pada varietas V3 Anjasmoro yaitu
10,60 dan rata-rata varietas yang terendah terdapat pada V5 Sibayak yaitu 8,42.
Pada 4 MST rata-rata varietas teringgi terdapat pada V18 Grobongan yaitu 26,39
dan rata-rata varietas terendah terdapat pada V7 Ijen yaitu 21,46. Pada 5 MST

Universitas Sumatera Utara

rata-rata varietas tertinggi terdapat pada varietas V18 Grobongan yaitu 38,28 dan
yang rata-rata yang terendah terdapat pada V9 Wilis yaitu 30,73. Pada 6 MST
rata-rata varietas tertinggi terdapat pada V18 Grobongan yaitu 47,08 dan rata-rata
yang terendah terdapat pada V20 Kawi yaitu 40.02.

Tebal kutikula
Hasil pengamatan dan sidik ragam (lampiran hal 52) menunjukan bahwa
varietas berpengaruh nyata terhadap cekaman salinitas pada parameter rataan tebal
kutikula. Tebal \kutikula dapat dilihat pada Table 4.
Table 4. tebal kutikula
Varietas
Tebal Kutikula
V1 = Detam 1
2.73 bc
V2 = Detam 2
2.90 abc
V3 = Anjasmoro
2.99 ab
V4 = Cikuray
2.96 abc
V5 = Sibayak
2.34 d
V6 = Ratai
2.25 d
V7 = Ijen
2.27 d
V8 = Kaba
2.24 d
V9 = Wilis
2.32 d
V10 = Bromo
2.97 ab
V11 = Burangrang
2.00 d
V12 =Tanggamus
2.31 d
V13 = Gumitir
2.65 c
V14 = Argomulyo
2.31 d
V15 = Sinabung
2.30 d
V16 = Panderman
2.28 d
V17 = Malabar
2.24 d
V18 = Grobogan
3.18 a
V19 = Seulawah
2.30 d
V20 = Kawi
2.20 d
Keterangan : huruf yang sama menunjukkan angka tersebut tidak berbeda nyata pada taraf α =
0,05 (atau 5%) dengan uji lanjutan BNJ.

Dari table 4 dapat dilihat bahwa kutikula yang tebal terdapat pada varietas
grobongan 3,18 dan tertipis terdapat pada varietas Burangrang 2,00.

Universitas Sumatera Utara

Bobot kering tajuk
Hasil pengamatan dan sidik ragam (lampiran hal 42 - 45) menunjukan
bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap cekaman salinitas pada parameter
rataan bobot kering tajuk pada umur 3 MST dan 6 MST, sedangkan pada 4 MST
dan 5 MST tidak berpengaruh nyata. Bobot kering tajuk dapat dilihat pada Table
5.
Table 5. bobot kering tajuk
Varietas

Minggu Setelah Tanam (MST)
3
4
5
6
V1=Detam 1
0.18 abc
0.24
0.28
0.37 abc
V2=Detam 2
0.24 ab
0.30
0.34
0.39 ab
V3=Anjasmoro
0.26 a
0.32
0.37
0.42 a
V4=Cikuray
0.24 ab
0.29
0.33
0.37 abc
V5=Sibayak
0.20 abc
0.27
0.32
0.36 abc
V6=Ratai
0.17 bc
0.21
0.21
0.27 cd
V7=Ijen
0.21 abc
0.27
0.32
0.34 abcd
V8=Kaba
0.20 abc
0.25
0.31
0.31 bcd
V9=Wilis
0.18 abc
0.24
0.29
0.31 bcd
V10=Bromo
0.24 ab
0.31
0.36
0.38 abc
V11=Burangrang
0.14 c
0.16
0.20
0.25 d
V12=Tanggamus
0.20 abc
0.26
0.31
0.33 abcd
V13=Gumitir
0.17 bc
0.22
0.25
0.28 cd
V14=Argomulyo
0.15 c
0.22
0.25
0.30 bcd
V15=Sinabung
0.14 c
0.20
0.23
0.27 cd
V16=Panderman
0.20 abc
0.24
0.30
0.33 cd
V17=Malabar
0.20 abc
0.25
0.30
0.30 abcd
V18=Grobogan
0.25 a
0.32
0.35
0.43 a
V19=Seulawah
0.18 abc
0.22
0.26
0.26 d
V20=Kawi
0.17 b
0.22
0.27
0.27 cd
Keterangan : huruf yang sama menunjukkan angka tersebut tidak berbeda nyata pada taraf α =
0,05 (atau 5%) dengan uji lanjutan BNJ.

Dari table 5 dapat dilihat bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap
bobot kering tajuk pada umur 3MST dan 6 MST, sedangkan pada 4 MST dan 5
MST tidak berpengaruh nyata. Pada umur 3 MST berat kering tajuk tertinggi
terdapat pada varietas anjasmoro yaitu 0,26 dan yang terendah terdapat pada
varietas burangrang dan sinubung yaitu 0,14. Pada umur 4 MST berat kering
tajuk tertinggi terdapat pada varietas anjasmoro dan gerobongan yaitu 3,32
terendah terdapat pada varietas Burangrang yaitu 0,16. Pada umur 5 MST berat

Universitas Sumatera Utara

kering tajuk tertinggi terdapat pada varietas anjasmoro 0,37terendah terdapat pada
varietas burangrang 0,20. Pada umur 6 MST berat kering tajuk tertinggi terdapat
pada varietas grobongan 0,43 dan terendah terdapat pada varietas burangrang
0,25.

Produksi pertanaman
Dari hasil pengamatan dan sidik ragam (lampiran hal 40) menunjukan
bahwa, varietas berpengaruh nyata terhadap cekaman salinitas pada parameter
rataan produksi pertanaman. Rataan produksi pertanaman dapat dilihat pada table
Table 7. produksi pertanaman
Varietas
Produksi/tanaman
V1=Detam 1
0c
V2=Detam 2
0c
V3=Anjasmoro
1.21 b
V4=Cikuray
0c
V5=Sibayak
0c
V6=Ratai
0c
V7=Ijen
0c
V8=Kaba
0c
V9=Wilis
0c
V10=Bromo
1.18 b
V11=Burangrang
0c
V12=Tanggamus
0c
V13=Gumitir
0c
V14=Argomulyo
0c
V15=Sinabung
0c
V16=Panderman
0c
V17=Malabar
0
V18=Grobogan
1.98 a
V19=Seulawah
0c
V20=Kawi
0c
Keterangan : huruf yang sama menunjukkan angka tersebut tidak berbeda nyata pada taraf α =
0,05 (atau 5%) dengan uji lanjutan BNJ.

Dari table 7 dapat di lihat bahwa produksi tertinggi terdapat pada varietas
grobongan yaitu 1,98 dan yang terendah terdapat pada varietas bromo yaitu 1,18.

Bobot kering akar
Hasil pengamatan dan sidik ragam (lampiran 46 - 49) menunjukan bahwa,
varietas berpengaruh nyata terhadap cekaman salinitas pada parameter rataan

Universitas Sumatera Utara

bobot kering akar 3 MST-6MST. Bobot kering akar kedelai pada masing-masing
varietas dapat dilihat pada table 6.
Table 6. bobot kering akar
Varietas

Minggu Setelah Tanam (MST)
4
5
6
V1=Detam 1
0.05 cd
0.08 bcd
0.12 bcd
0.14 bc
V2=Detam 2
0.05 cd
0.10 ab
0.14 ab
0.17 b
V3=Anjasmoro
0.07 ab
0.12 a
0.16 ab
0.20 a
V4=Cikuray
0.05 cd
0.09 bc
0.13 bc
0.16 b
V5=Sibayak
0.04 de
0.09 bc
0.12 bcd
0.14 bc
V6=Ratai
0.03 ef
0.05 de
0.07 ef
0.09 de
V7=Ijen
0.03 ef
0.05 de
0.06 f
0.09 de
V8=Kaba
0.03 ef
0.05 de
0.07 ef
0.09 de
V9=Wilis
0.02 f
0.04 e
0.06 f
0.08 e
V10=Bromo
0.06 bc
0.10 ab
0.14 ab
0.16 b
V11=Burangrang
0.02 f
0.05 de
0.07 bcd
0.09 de
V12=Tanggamus
0.03 ef
0.06 cde
0.09 def
0.12 cd
V13=Gumitir
0.03 ef
0.06 cde
0.09 def
0.11 de
V14=Argomulyo
0.04 de
0.08 bcd
0.08 ef
0.08 e
V15=Sinabung
0.03 ef
0.07 bcde
0.10 cde
0.12 cd
V16=Panderman
0.04 de
0.08 bcd
0.12 bcd
0.12 cd
V17=Malabar
0.07 ab
0.07 bcde
0.10 cde
0.11 de
V18=Grobogan
0.08 a
0.13 a
0.17 a
0.21 a
V19=Seulawah
0.03 ef
0.07 bcde
0.09 def
0.10 de
V20=Kawi
0.02 f
0.06 cde
0.10 cde
0.11 de
Keterangan : huruf yang sama menunjukkan angka tersebut tidak berbeda nyata pada taraf α =
0,05 (atau 5%) dengan uji lanjutan BNJ.
3

Dari table 6 dapat dilihat bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap
cekaman salinitas pada parameter rataan bobot kering akar pada umur 3 MST – 6
MST. Pada umur 3 MST bobot kering akar yang tertinggi grobongan yaitu 0,8 dan
terandah terdapat pada varietas wilis, burangrang dan kawi yaitu 0,02, dan. Pada
umur 4 MST bobot kering akar yang tertinggi terdapat pada varietas anjasmoro
yaitu 0,12, terendah terdapat pada varietas wilis yaitu 0,4

Pada 5 MST bobot

kering akar yang tertinggi terdapat pada varietas anjasmoro

0,16 dan yang

terendah terdapat pada varietas wilis dan ijen 0,6 dan. Pada umur 6 MST bobot
kering akar yang tertinggi terdapat pada varietas grobongan yaitu 0,21 dan
terendah terdapat pada varietas wilis dan agromulyo yaitu o,8.

Universitas Sumatera Utara

Bobot10 biji
Dari hasil pengamatan dan sidik ragam (lampiran 55) menunjukan bahwa,
varietas berpengaruh nyata terhadap cekaman salinitas pada parameter rataan
bobot 10 biji. Bobot 10 biji dapat dapat dilihat pada table 8.
Table 8. bobot 10 biji
Varietas
Bobot 10 biji
V1 =Detam 1
0c
V2 =Detam 2
0c
V3 =Anjasmoro
1.0167 b
V4 =Cikuray
0c
V5 =Sibayak
0c
V6 =Ratai
0c
V7 =Ijen
0c
V8 =Kaba
0c
V9 =Wilis
0c
V10 =Bromo
0.9967 b
V11 =Burangrang
0c
V12 =Tanggamus
0c
V13 =Gumitir
0c
V14 =Argomulyo
0c
V15 =Sinabung
0c
V16 =Panderman
0c
V17 =Malabar
0c
V18 =Grobogan
1.0967 a
V19 =Seulawah
0c
V20 =Kawi
0c
Keterangan : huruf yang sama menunjukkan angka tersebut tidak berbeda nyata pada taraf α =
0,05 (atau 5%) dengan uji lanjutan BNJ.

Dari table 8 dapat dilihat bahwa bobot 10 biji ter besar terdapat pada
varietas grobongan yaitu 1,0967 dan yang terendah terdapat pada varietas bromo
yaitu 0,9967.

Universitas Sumatera Utara

jumlah klorofil

Dari hasil pengamatan dan sidik ragam (lempira hal 50) menunjukan
bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap cekaman salinitas pada parameter
jumlah klorofil dapat dilihat pada table 9
Table 9. jumlah klorofil
Varietas
Jumlah Klorofil
V1 = Detam 1
36.58 f
V2 = Detam 2
38.35 d
V3 = Anjasmoro
40.48 b
V4 = Cikuray
36.86 e
V5 = Sibayak
33.27 g
V6 = Ratai
31.47 j
V7 = Ijen
31.88 h
V8 = Kaba
31.25 l
V9 = Wilis
31.93 h
V10 = Bromo
40.16 c
V11 = Burangrang
30.70 n
V12 = Tanggamus
31.35 jk
V13 = Gumitir
31.86 h
V14 = Argomulyo
30.90 m
V15 = Sinabung
31.44 jk
V16 = Panderman
31.14 lm
V17 = Malabar
31.28 kl
V18 = Grobogan
42.48 a
V19 = Seulawah
31.62 i
V20 = Kawi
31.00 m
Keterangan : huruf yang sama menunjukkan angka tersebut tidak berbeda nyata pada taraf α =
0,05 (atau 5%) dengan uji lanjutan BNJ.

Dari table 9.dapat dilihat bahwa jumlah klorofil terbesar terdapat pada
varietas grobogan yaitu 42,48 dan yang terendah terdapat pada varietas
burangrang yaitu 30,70.

Jumlah stomata
Hasil pengamatan dan sidik ragam (lampiran hal 51n ) menunjukan bahwa
varietas tidak berpengaruh nyata terhadap cekaman salinitas pada parameter
rataan jumlah stomata. Jumlah stomata pada masung-masing varietas
dapat dilihat pada table 3.

Universitas Sumatera Utara

Table 3. jumlah stomata
Varietas
Jumlah Stomata
V1 = Detam 1
262.00
V2 = Detam 2
258.00
V3 = Anjasmoro
244.00
V4 = Cikuray
275.67
V5 = Sibayak
274.33
V6 = Ratai
274.33
V7 = Ijen
275.67
V8 = Kaba
283.00
V9 = Wilis
279.33
V10 = Bromo
258.00
V11 = Burangrang
294.67
V12 = Tanggamus
283.67
V13 = Gumitir
273.33
V14 = Argomulyo
291.33
V15 = Sinabung
280.67
V16 = Panderman
283.67
V17 = Malabar
279.33
V18 = Grobogan
251.33
V19 = Seulawah
279.67
V20 = Kawi
267.00
Keterangan : huruf yang sama menunjukkan angka tersebut tidak berbeda nyata pada taraf α =
0,05 (atau 5%).

Dari table 3 dapat dilihat bahwa perlakuan varietas tidak tidak tidak
berpengaruh nyata terhadap rataan jumlah stomata. Dari table 2 dapat kita lihat
bahwa jumlah stomata terendah terdapat pada varietas Anjasmoro 244,00 dan
tinggi terdapat pada varietas Burangrang 294,67.

Universitas Sumatera Utara

Pembahasan
Hasil pengamatan dan sidik ragam menunjukan bahwa varietas
berpengaruh nyata terhadap cekaman salinitas pada parameter tinggi tanaman 2
MST – 6 MST, luas daun, tebal kutikula, jumlah klorofil, bobot kering tajuk pada
umur 3 MST dan 6 MST, bobot kering akar mulai umur 3 MST – 6 MST,
produksi pertanaman dan bobot 10 biji. Hal ini dipengaruhi oleh lahan salin yang
memiliki kandungan Na+ dan Cl- yang membawa efek negatif bagi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman seperti yang di kemukakan Sipayung
(2003) Persoalan lahan salin yang utama adalah tingginya kandungan Na+
dan Cl- dari medium perakaran tanaman sehingga tekanan osmotik larutan
tanah naik. Hal tersebut mengakibatkan gangguan terhadap penyerapan air
dan unsur hara yang dapat cepat menurunkan laju pertumbuhan tanaman.
Pertumbuhan akar, batang dan luas daun berkurang karena cekaman garam, yaitu
ketidakseimbangan metabolik yang disebabkan oleh keracunan ion, cekaman
osmotik dan kekurangan hara.
Dari hasil pengamatan yang di lakukan dapat diketahui bahwa varietas
berpengaruh nyata terhadap cekaman salinitas pada parameter luas daun. Hal ini
di pengaruhi oleh lahan salin yang mengakibatkan tanaman mengalami kesulitan
dalam penyerapan air dan unsure hara, sehingga memeksa tanaman untuk
beradaptasi dengan lingkungan hal ini sesuai dengan pendapat Nguyen et al
(1997) mekanisme toleransi pada tanaman sebagai respon adanya cekaman
kekeringan meliputi kemampuan tanaman tetap tumbuh pada kondisi kekurangan
air yaitu dengan menurunkan luas daun dan memperpendek siklus tumbuh.

Universitas Sumatera Utara

Dari hasil sidik ragam dan pengamatan yang dilakukan dapat di simpulkan
bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap cekaman salinitas pada parameter
bobot 10 biji. Seperti yang di ketahui bahwa air memiliki peranan penting dalam
proses produksi. Dengan dipengaruhi oleh faktor salin maka tanaman mengalami
kesulitan dalam memenuhi kebutahan air untuk pertumbuhan dan perkembangan
tanaman tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Scoot at al (1987) yang
menyatakan bahwa cekaman kekeringan yang terjadi pada saat pertumbuhan
generatif, misalnya saat pengisian polong akan menurunkan produksi. Kekeringan
dapat juga menurunkan bobot biji, sebab bobot biji sangan di pengaruhi oleh
jumlah air yang diberikan dalam musim tanam. Balittan Malang melaporkan
bahwa pemberian air yang intensif akan berpengaruh terhadab hasil produksi biji
kedelai.
Dari data pengamatan dapat di lihat pada parameter produksi banyak
tanaman yang tidak sampai panen, hal ini mungkin di pengaruhi oleh faktor
salinitas yang tinggi yang mengakibatkan akar tidak mampu menyerap air dari
dalam tanah. Hal ini di dukung oleh pendapat dari Sutoro dkk (1998) yang
menyatakan bahwa air merupakan faktor yang penting bagi tanaman, karna
berfungsi sebagai pelarut hara, berperan dalam translokasi hara dan fotosintesis.
Pada periode kekeringan tanaman sering mendapatkan cekaman kekeringan, karna
kurang nya suplay air di daerah perakaran atau laju transpirasi melebihi laju
absorbsi air oleh tanaman. Apabila cekaman kekeringan berkepanjangan maka
tanaman akan mati.
Dilihat data hasil pengamatan dan sidik ragam maka di ketahui bahwa
varietas berpengaruh nyata terhadap cekaman salinitas pada parameter bobot

Universitas Sumatera Utara

kering akar. Dengan dipengaruhi oleh faktor salinitas maka mengakibatkan
menurunnya kemanpuan akar dalam menyerap air dalam tanah sehingga
mengakibatkan pertumbukan akar tergangu. Hal ini sesuai dengan pendapat
Santosa (1995) yang menyatakan bahwa rendahnyha jumlah air

akan

menyebabkan terbatasnya pperkembangan akar sehingga mengangu penyerapan
unsur hara oleh akar tanaman.
Dilihat data hasil pengamatan dan sidik ragam maka di ketahui bahwa
varietas berpengaruh nyata terhadap cekaman salinitas pada parameter tebal
kutikula. Seperti di ketahui bahwa tebal tipisnya lapisan kutikula berpengaruh
dalam peroses penguapan pada tanaman, sehingga pada tanaman yang kekurangan
air akan melakukan adaptasi fisiologi yaitu dgn mempertebal lapisan kutikula. Hal
ini sesuai dengan pendapat Courtois dan Lafitte (1999) yang menyatakan bahwa
tanaman yang tahan kekringan mengembangkan sejumlah strategi yang
berhubungan dengan proses fisiologi. Mekanisme ketahanan kekeringan tersebut
di bagi menjadi tiga katagori yaitu escape, avoidan dan toleran. Yang termasuk
dalam escape yaitu meliputi perkembangan daun menjadi lebih sempit dan
mempunyai lapisan kutikula yang tebal dan kemampuan stomata menutup dengan
cepat.
Dari data dan sidik ragam yang diamati varietas berpengaruh nyata
terhadap cekaman salinitas pada parameter produksi pertanaman. Hal ini terjadi
karna salinitas menyebabkan tanaman mengalami kesulitan dalam melakuan
pernyerapan air dan unsur hara yang di butuhkan tanaman untuk perkembangan
generative maupun vegetative sehingga mengakibatkan tidak maksimaknya
produksi suatu tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Santosa (1995) yang

Universitas Sumatera Utara

menyatakan bahwa air yang cukup akan mendukung peningkatan luas daun
sehingga berhubungan dengan tingkat produksi tanaman. Rendahnya jumlah air
akan menyebabkan terbatasnya perkembangan akar, sehingga menganggu
penyerapan unsure hara oleh akar tanaman.
Dalam kondisi cekaman kekeringan tanaman mengalami kesulitan untuk
melakukan penyerapa air hal ini mungkin mempengaruhi proses membuka dan
menutup stomata atau jumlah stomata maupun besar kecilnya stomata. Hal ini
sesui dengan pendapat Biswal & Biswal (1999) yang menyataan bahwa Stress air
dapat menghambat membukanya stomata. Stress air yang ringan kecil
pengaruhnya terhadap menutupnya stomata. Bila stress air ini berlangsung lebih
hebat akan mengurangi penyerapan CO2, lebih dari itu fotofosforilasi dan fotolisis
air juga akan terganggu.

Universitas Sumatera Utara

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1. Varietas berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman kedelai yaitu
pada parameter tinggi tanaman, luas daun, tebal kutikula, jumlah klorofil,
bobot kering tajuk pada 3 MST dan 6 MST dan berat kering akar.
2. Salinitas sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi beberapa
varietas kedelai
3. Varietas yang mampu mencapai masa vegetatif sampai minggu ke 6
sebanyak 17 varietas tetapi 17 varietas tidak mampu mencapai masa
generatif.
4. Varietas yang mampu mencapai masa generatif sebanyak 3 varietas yaitu
V3 : anjasmoro, V9 : wilis dan V17 : Grobongan

Saran
Ada 3 vartietas yang dapat dilanjutkan untuk seleksi berikutnya pada lahan
tersebut dan disarankan penelitian berikutnya di lakukan pada musim penghujan.

Universitas Sumatera Utara