Pertumbuhan dan Produksi Karet Umur 9 Tahun Dengan Penempatan Mulsa Vertikal pada Rorak
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KARET UMUR 9 TAHUN DENGAN PENEMPATAN MULSA VERTIKAL PADA RORAK
SKRIPSI OLEH: JEFRY HUTASOIT 100301221 AGROEKOTEKNOLOGI-BPP
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KARET UMUR 9 TAHUN DENGAN PENEMPATAN MULSA VERTIKAL PADA RORAK
SKRIPSI OLEH: JEFRY HUTASOIT 100301221 AGROEKOTEKNOLOGI-BPP Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015
Judul
Nama NIM Prodi Minat
:.Pertumbuhan dan Produksi Karet Umur 9 Tahun Dengan Penempatan Mulsa Vertikal pada Rorak.
: Jefry Hutasoit : 100301221 : Agroekoteknologi : Budidaya Pertanian dan Perkebunan
Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing
(Dr. Dra. Ir. Chairani Hanum, MS) Ketua
(Dr. Ir. Jonatan Ginting, MS) Anggota
Mengetahui: Ketua Program Studi Agroekoteknologi
(Prof. Ir. T. Sabrina, M. Sc., Ph.D.) Ketua Program Studi Agroekoteknologi
ABSTRAK
JEFRY HUTASOIT: Pertumbuhan dan Produksi Karet Umur 9 Tahun Dengan Penempatan Mulsa Vertikal Pada Rorak, dibimbing oleh Chairani Hanum dan Jonatan Ginting.
Karet membutuhkan air dalam jumlah banyak untuk mencukupi kebutuhan dalam pertumbuhan dan produksi. Salah satu konservasi air yang dapat dilakukan adalah dengan peresapan air hujan yang jatuh ke dalam tanah dengan pembuatan rorak dan tandan kosong kelapa sawit (TKKS) untuk menyerap dan menahan air. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan produksi tanaman karet umur 9 tahun dengan penempatan mulsa vertikal pada rorak. Penelitian ini dilaksanakan di PTPN III Kebun Silau Dunia, Kecamatan Silau Kahean, Kabupaten Simalungun dan Serdang Bedagai, Propinsi Sumatera Utara dengan ketinggian tempat 60-90 meter diatas permukaan laut. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus hingga Desember 2014. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor perlakuan. Faktor pertama panjang rorak dengan 3 taraf yaitu 200, 300, 400 cm dan faktor kedua pemberian TKKS dengan 4 taraf yaitu 0, 200, 250, 300 kg. Peubah amatan yang diukur adalah jumlah klorofil daun, kadar N daun, kadar P daun, N total tanah, P tersedia tanah, kecepatan aliran lateks, indeks produksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa panjang rorak tidak meningkatkan pertumbuhan dan produksi karet, pemberian TKKS meningkatkan kadar P daun dan N total tanah, interaksi keduanya tidak meningkatkan pertumbuhan dan produksi karet.
Kata kunci: rorak, TKKS, tanaman karet.
ABSTRACT
JEFRY HUTASOIT: Growth and Production of rubber was 9 years with the placement of vertical mulch in pit, supervised by Chairani Hanum and Jonatan Ginting.
Rubber need water in large quantities to meet the needs of growth and production. One water conservation that can be done is seepage of rain falls into the ground by made pit and palm oil empty fruit bunches to absorb and hold water. The purpose of the study was to determine Growth and Production of rubber was 9 years with the placement of vertical mulch in pit. The research was conducted at PTPN III Kebun Silau Dunia, Silau Kahean District, simalungun and Serdang Bedagai Regency, North Sumatera with the heigh 60-90 metre above sea levels, began from August until Decembre 2014. The research was arranged with a factorial randomized block design which is consisting of 2 treatment factor. The first factor was pit lenght with 3 levels was 200, 300, 400 cm and second factor was provision of palm oil empty fruit bunches with 4 levels was 0, 200, 250, 300 kg. The variable observation was total chlorophyll leaves, N leaf content, P leaf content, total N soil content, P available soil content, latex flow rate, latex production index. The result showed that pit lenght didn’t increased the growth and production of rubber, provision of palm oil empty fruit bunches increased P leaf content and total N soil, the interaction of these two factors didn’t increased the growth and production of rubber.
Keywords: Pit, palm oil empty fruit bunches, rubber.
RIWAYAT HIDUP JEFRY HUTASOIT, Lahir di Siborongborong, 31 Oktober 1991, anak keempat dari tujuh bersaudara dari Ayah yang bernama Tumpak Parluhutan Hutasoit dan Ibu yang bernama Gerna Sihombing. Pendidikan yang ditempuh penulis adalah sebagai berikut : 1. SD Negeri 173271 di Siborongborong dari tahun 1998 hingga 2004 2. SMP Negeri 1 di Siborongborong dari tahun 2004 hingga 2007 3. SMA Negeri 2 di Balige dari tahun 2007 hingga 2010 4. Terdaftar sebagai mahasiswa di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada Jurusan Budidaya Pertanian dan Perkebunan Program Studi Agroekoteknologi pada tahun 2010 melalui jalur SNMPTN. Penulis pernah bertugas sebagai Anggota Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi (HIMAGROTEK) tahun ajaran 2012/2013 dan asisten di Laboratorium Dasar Agronomi tahun ajaran 2014/2015. Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) selama bulan Juli hingga Agustus di PT. Perkebunan III Kebun Silau Dunia Kabupaten Simalungun dan Serdang Bedagai pada tahun 2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.
Adapun judul dari skripsi ini adalah “Pertumbuhan dan Produksi Karet Umur 9 Tahun Dengan Penempatan Mulsa Vertikal Pada Rorak” yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua T.P. Hutasoit dan G. Sihombing yang telah banyak memberikan dukungan moril dan material kepada penulis dalam penulisan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Dra. Ir. Chairani Hanum, MS. selaku ketua komisi pembimbing dan Dr. Ir. Jonatan Ginting, MS. selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Silau Dunia yang telah memberikan tempat untuk melakukan penelitian.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Maret 2015
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................... i ABSTRACT ....................................................................................................... ii RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... iii KATA PENGANTAR....................................................................................... iv DAFTAR ISI...................................................................................................... v DAFTAR TABEL ............................................................................................. vii DAFTAR GAMBAR......................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... ix
PENDAHULUAN
Latar Belakang .......................................................................................... 1 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4 Hipotesis Penelitian...................................................................................4 Kegunaan Penelitian..................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman ........................................................................................5 Syarat Tumbuh ..........................................................................................6
Iklim .............................................................................................. 6 Tanah ............................................................................................. 7 Konservasi Tanah dan Air......................................................................... 9 Rorak ......................................................................................................... 10 Mulsa Vertikal...........................................................................................12 Tandan Kosong Kelapa sawit.................................................................... 13
BAHAN DAN METODE
Tempat Dan Waktu Penelitian .................................................................. 17 Bahan Dan Alat Penelitian ........................................................................17 Metode Penelitian...................................................................................... 17
PELAKSANAAN PENELITIAN
Persiapan Lahan ........................................................................................ 20 Pembuatan Rorak ......................................................................................20 Persiapan TKKS........................................................................................ 20 Aplikasi TKKS..........................................................................................20 Pengamatan Parameter ..............................................................................20
Analisis Jumlah Klorofil Daun Karet (mg/L) ...............................20 Analisis Kadar N Daun Karet (%) ................................................21 Analisis Kadar P Daun Karet (%) .................................................21 Analisis Kadar N Total Tanah (%)................................................21 Analisis Kadar P Tersedia Tanah (ppm) .......................................22 Kecepatan Aliran lateks (cc/cm/menit).........................................22 Indeks Produksi.............................................................................22
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Jumlah Klorofil Daun Karet (mg/L) ................................................24 Analisis N Daun Karet (%) ..............................................................25 Analisis P Daun Karet(%)................................................................26 Analisis N Total Tanah (%) ............................................................. 28 Analisis P Tersedia Tanah (%).........................................................29 Kecepatan Aliran Lateks (cc/cm/menit)........................................... 30 Indeks Produksi................................................................................ 31
Pembahasan ............................................................................................... 32 Pengaruh pemberian TKKS terhadap pertumbuhan dan produksikaret .................................................................................................. 32 Pengaruh panjang rorak terhadap pertumbuhan dan produksikaret.................................................................................................. 36 Pengaruh interaksi pemberian TKKS dan panjang rorak terhadapPertumbuhan dan produksi karet...................................................... 38
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ...............................................................................................41 Saran.......................................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
No
Keterangan
Halaman
1. Analisis kandungan hara kompos TKKS ............................................. 15
2. Jumlah klorofil daun karet dengan pemberian TKKS dan panjangrorak ................ .................................................................................... 24
3. Kadar N daun karet dengan pemberian TKKS dan panjang rorak....... 25
4. Kadar P daun karet dengan pemberian TKKS dan panjang rorak. ...... 26
5. Kadar N total tanah dengan pemberian TKKS dan panjang rorak....... 28
6.. Kadar P tersedia tanah dengan pemberian TKKS dan panjang rorak.. 29
7.. Kecepatan aliran lateks dengan pemberian TKKS dan panjangrorak ................ .................................................................................... 30
8. Indeks produksi dengan pemberian TKKS dan panjang rorak ............ 31
DAFTAR GAMBAR
No
Keterangan
Halaman
1. Kadar P daun terhadap pemberian tandan kosong kelapa sawit. ......... 27 2. Kadar N total tanah terhadap pemberian tandan kosong kelapa sawit. 29
DAFTAR LAMPIRAN
No
Keterangan
Halaman
1. Jadwal kegiatan penelitian ................................................................... 46
2. Bagan penelitian................................................................................... 47
3. Letak rorak pada lahan penelitian ........................................................ 48
4. Deskripsi tanaman karet (PB 260) ....................................................... 49
5. Tabel data curah hujan Kebun Silau Dunia tahun 2009 - 2014 ........... 51
6. Tabel data produksi tanaman karet (2005) afdeling VII klon PB 260 . 52
7. Peta tanaman afdeling VII kebun Silau Dunia ..................................... 53
8. Dokumentasi penelitian........................................................................ 54
9. Data analisis jumlah klorofil daun karet (mg/L) ................................. 59
10. Sidik ragam analisis jumlah klorofil daun karet (mg/L) ...................... 59
11. Transformasi data √y + 0,5 analisis jumlah klorofil daun karet(mg/L).............. .................................................................................... 60
12. Sidik ragam analisis jumlah klorofil daun karet (mg/L) setelahtranformasi ...... .................................................................................... 60
13. Data analisis kadar N daun karet (%)................................................... 61
14. Sidik ragam analisis kadar N daun karet (%) ....................................... 61
15. Data analisis Kadar P daun karet (%)................................................... 62
16. Sidik ragam analisis kadar P daun karet (%)........................................ 62
17. Data analisis kadar N total tanah (%)................................................... 63
18. Sidik ragam analisis kadar N total tanah (%) ....................................... 63
19. Data analisis kadar P tersedia tanah (ppm) .......................................... 64
20. Sidik ragam analisis kadar P tersedia tanah (ppm).............................. 64
21. Transformasi data √y + 0,5 analisis kadar P tersedia tanah (ppm)....... 65
22. Sidik ragam analisis kadar P tersedia tanah (ppm) setelahtransformasi ..... .................................................................................... 65
23. Data pengamatan kecepatan aliran lateks (cc/cm/menit) ..................... 66
24 Sidik ragam data pengamatan kecepatan aliran lateks (cc/cm/menit) . 66
24. Transformasi data √y + 0,5 pengamatan kecepatan aliran lateks(cc/cm/menit) .. .................................................................................... 67
25. Analisis sidik ragam pengamatan kecepatan aliran lateks(cc/cm/menit) setelah transformasi ...................................................... 67
26. Data pengamatan indeks produksi........................................................ 68
27. Sidik ragam data pengamatan indeks produksi .................................... 68
28. Transformasi data √y + 0,5 pengamatan indeks produksi.................... 69
29. Analisis sidik ragam pengamatan indeks produksi setelahtransformasi ..... .................................................................................... 69
ABSTRAK
JEFRY HUTASOIT: Pertumbuhan dan Produksi Karet Umur 9 Tahun Dengan Penempatan Mulsa Vertikal Pada Rorak, dibimbing oleh Chairani Hanum dan Jonatan Ginting.
Karet membutuhkan air dalam jumlah banyak untuk mencukupi kebutuhan dalam pertumbuhan dan produksi. Salah satu konservasi air yang dapat dilakukan adalah dengan peresapan air hujan yang jatuh ke dalam tanah dengan pembuatan rorak dan tandan kosong kelapa sawit (TKKS) untuk menyerap dan menahan air. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan produksi tanaman karet umur 9 tahun dengan penempatan mulsa vertikal pada rorak. Penelitian ini dilaksanakan di PTPN III Kebun Silau Dunia, Kecamatan Silau Kahean, Kabupaten Simalungun dan Serdang Bedagai, Propinsi Sumatera Utara dengan ketinggian tempat 60-90 meter diatas permukaan laut. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus hingga Desember 2014. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor perlakuan. Faktor pertama panjang rorak dengan 3 taraf yaitu 200, 300, 400 cm dan faktor kedua pemberian TKKS dengan 4 taraf yaitu 0, 200, 250, 300 kg. Peubah amatan yang diukur adalah jumlah klorofil daun, kadar N daun, kadar P daun, N total tanah, P tersedia tanah, kecepatan aliran lateks, indeks produksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa panjang rorak tidak meningkatkan pertumbuhan dan produksi karet, pemberian TKKS meningkatkan kadar P daun dan N total tanah, interaksi keduanya tidak meningkatkan pertumbuhan dan produksi karet.
Kata kunci: rorak, TKKS, tanaman karet.
ABSTRACT
JEFRY HUTASOIT: Growth and Production of rubber was 9 years with the placement of vertical mulch in pit, supervised by Chairani Hanum and Jonatan Ginting.
Rubber need water in large quantities to meet the needs of growth and production. One water conservation that can be done is seepage of rain falls into the ground by made pit and palm oil empty fruit bunches to absorb and hold water. The purpose of the study was to determine Growth and Production of rubber was 9 years with the placement of vertical mulch in pit. The research was conducted at PTPN III Kebun Silau Dunia, Silau Kahean District, simalungun and Serdang Bedagai Regency, North Sumatera with the heigh 60-90 metre above sea levels, began from August until Decembre 2014. The research was arranged with a factorial randomized block design which is consisting of 2 treatment factor. The first factor was pit lenght with 3 levels was 200, 300, 400 cm and second factor was provision of palm oil empty fruit bunches with 4 levels was 0, 200, 250, 300 kg. The variable observation was total chlorophyll leaves, N leaf content, P leaf content, total N soil content, P available soil content, latex flow rate, latex production index. The result showed that pit lenght didn’t increased the growth and production of rubber, provision of palm oil empty fruit bunches increased P leaf content and total N soil, the interaction of these two factors didn’t increased the growth and production of rubber.
Keywords: Pit, palm oil empty fruit bunches, rubber.
PENDAHULUAN Latar Belakang
Pengembangan karet Indonesia dalam kurun waktu 3 dekade mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, peningkatan ekspor karet cukup signifikan, dari volume ekspor tahun 2002 sebesar 1.496 ribu ton senilai US$ 1.038 juta meningkat menjadi 2.100 ribu ton pada tahun 2009 Sedangkan dari aspek penyerapan tenaga kerja, pertanaman karet mampu menyerap lebih dari 2 juta tenaga kerja, belum termasuk tenaga kerja yang terserap dalam berbagai sub sistem lainnya (Kementerian Pertanian, 2012).
Produk - produk karet pada umunya diekspor. Ekspor karet indonesia dalam berbagai bentuk bahan baku industri seperti sheet, crumb rubber, SIR dan produk turunan seperti ban, komponen dan sebagainya (Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2008).
Kendala-kendala pada lahan kebun karet menghasilkan pada umumnya adalah permukaan tanah yang padat mengakibatkan kecilnya resapan air hujan yang jatuh ke dalam tanah, hal ini akan menyebabkan laju run off yang tinggi terutama pada saat curah hujan melebihi laju infiltrasi. Laju run off yang tinggi dapat mengikis bagian permukaan tanah serta meningkatkan proses pencucian.
Menurut BMKG tentang prakiraan curah hujan 2013/2014 di indonesia menyebutkan bahwa awal musim hujan di Sumatera Utara adalah agustus 2014. Hal ini mengakibatkan pada musim hujan lahan kebun karet akan mengalami kelebihan air terutama pada saat curah hujan tinggi. Tanaman karet membutuhkan air dalam jumlah yang banyak untuk mencukupi pertumbuhan dan produksi. Dalam Setiawan (2000) menyatakan bahwa apabila dalam jangka waktu panjang
suhu harian rata-rata kurang dari 20°C maka tanaman karet tidak cocok ditanam di daerah tersebut. Curah hujan yang cukup tinggi antara 2000-2500 mm akan lebih baik lagi apabila curah hujan itu merata sepanjang tahun. Oleh karena itu, pengelolaan air diperkebunan karet pada musim kering sangat penting untuk diterapkan.
Upaya pengendalian yang dapat dilakukan untuk meningkatkan resapan air hujan kedalam tanah adalah pembuatan rorak. Rorak merupakan lubang atau penampang yang dibuat memotong lereng yang berfungsi untuk menampung dan meresapkan aliran permukaan. Rorak dapat berfungsi untuk : (1) memperbesar peresapan air ke dalam tanah, (2) sebagai pengumpul tanah yang tererosi sehingga sedimen tanah lebih mudah dikembalikan ke bidang olah. Noeralam, et al. (2003) melaporkan bahwa air hujan yang tertampung pada rorak dapat menimbulkan aliran lateral (seepage) dan infiltrasi yang tertunda, sehingga ketersediaan air dapat bertahan lama. Diharapkan dapat menjadi cadangan air bagi tanaman karet saat tidak terjadi hujan atau pada musim kemarau juga mampu meningkatkan produksi lateks karet.
Brata (1995) menjelaskan bahwa Mulsa yang ditempatkan di dalam saluran-saluran dapat berfungsi untuk menyimpan air dan memberikannya ke tanaman yang diusahakan. Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan serat organik yang mampu menahan air disekitarnya. Secara fisik struktur tandan kosong kelapa sawit mengalami proses dekomposisi akan berubah struktur menjadi serasah. Dalam penelitian Muslim (2008) menyatakan bahwa lubang yang digali kemudian diisi oleh serasah atau sisa-sisa tanaman yang ada di sekitarnya. Hal ini berfungsi untuk menampung aliran permukaan dan serasah
atau sisa-sisa tanaman dapat menahan partikel tanah pada dinding rorak serta sebagai bahan organik yang merupakan sumber makanan bagi organisme tanah.
Limbah kelapa sawit kaya akan selulosa dan hemiselulosa. TKKS mengandung 45% selulosan dan 26% hemiselulosa. Tingginya kadar selulosa pada polisakarida itu dapat dihidrolisi menjadi gula sederhana dan selanjutnya difermentasikan menjadi etanol. Sebuah pabrik kelapa sawit dengan apasitas 60 ton/jam dapat menghasilkan limbah kira-kira 100ton/hari. Produksi limbah dapat berkurang ataupun meningkat atau berkurang tergantung pada TBS (Tandan Buah Segar) yang diolah. Jika seluruh TKKS ini diolah menjadi etanol (fuel grade ethanol) maka potensinya diperkirakan sebesar 8,245 liter/hari (Isroi, 2009).
Tandan kosong kelapa sawit sebagai sumber nutrisi bagi tanaman dan sebagai sumber makanan bagi mikroorganisme dalam tanah. Salah satu aspek fisik penting adalah kemampuan tandan kosong kelapa sawit untuk menyerap dan menahan air. Deptan (2006) menyatakan bahwa TKKS meningkatkan kandungan bahan organik tanah yang sangat diperlukan bagi perbaikan sifat fisik tanah. Dengan meningkatnya bahan organik tanah maka struktur tanah semakin mantap dan kemampuan tanah menahan air bertambah baik, perbaikan sifat fisik tanah tersebut berdampak positif terhadap pertumbuhan akar dan penyerapan unsur hara.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan pemanfaatan TKKS sebagai mulsa vertikal pada pembuatan rorak sekaligus untuk konservasi tanah dan air di perkebunan karet menghasilkan.
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan dan produksi
tanaman karet umur 9 tahun dengan penempatan mulsa vertikal pada rorak. Hipotesis Penelitian
Adanya pengaruh pemberian TKKS, panjang rorak serta interaksi keduanya terhadap peningkatan pertumbuhan dan produksi kebun karet umur 9 tahun. Kegunaan Penelitian
Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai bahan informasi tambahan yang dapat digunakan bagi pihak yang membutuhkan dalam pengelolahan kebun karet.
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Karet
Tanaman karet memiliki akar tunggang, akar lateral menempel pada akar tunggang. Akar lateral berfungsi untuk menyerap air dan unsur hara dari tanah. Pada tanah yang subur akar serabut masih dijumpai sampai kedalaman 45 cm. Akar serabut akan mencapai jumlah yang maksimum pada musim semi dan pada musim gugur mencapai jumlah minimum (Basuki dan Tjasadihardja, 1995).
Daun karet berselang-seling, tangkai daunnya panjang dan terdiri dari 3 anak daun yang licin berkilat. Petiola tipis, hijau, berpanjang 3,5-30 cm. Helaian anak daun bertangkai pendek dan berbentuk lonjong oblong atau oblong-obovate, pangkal sempit dan tegang, ujung runcing, sisi atas daun hijau tua dan sisi bawah agak cerah, panjangnya 5-35 cm dan lebar 2,5-12,5 cm (Sianturi, 2001).
Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 m. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi di atas. Di beberapa kebun karet ada kecondongan arah tumbuh tanaman agak miring kearah utara. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks (Tim Penulis PS, 2004).
Bunga karet terdiri dari bunga jantan dan bunga betina yang terdapat dalam malai payung tambahan yang jarang, pangkal bunga tenda berbentuk lonceng. Umumnya terdapat lima tajuk yang sempit. Panjang tenda bunga antara 4-8 mm. bunga betina berambut vilt. Ukurannya lebih besar sedikit dari yang jantan dan mengandung bakal buah yang beruang tiga. Kepala putik yang akan dibuahi dalam pisisi duduk juga berjumlah tiga buah. Bunga jantan mempunyai 10
buah benang sari yang tersusun menjadi satu tiang. Kepala sari terbagi dalam dua rangkaian, tersusun satu lebih tinggi dari yang lain. Paling ujung adalah suatu bakal buah yang tidak tumbuh sempurna. Buah karet memiliki pembagian ruang yang jelas, masing-masing ruang membentuk setengah bola. Jumlah ruang biasanya tiga, kadang-kadang sampai dengan enam. Garis tengah buah 3-5 cm. bila buah sudah masak, maka akan pecah dengan sendirinya. Pemecahan terjadi dengan kuat menurut ruang-ruangnya. Pemecahan biji ini berhubungan dengan pengembangbiakan tanaman karet secara alami. Biji-biji yang terlontar, kadangkadang sampai jauh akan tumbuh dalam lingkungan yang mendukung (Tim Penulis PS, 1993).
Dalam satu kapsul buah biasanya terdapat tiga butir biji muda terhadap bertambah besar selang 4 minggu pertama dari sejak penyerbukan dan buah mencapai ukuran maksimum pada umur 3 bulan setelah penyerbukan bunga (Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2009). Syarat Tumbuh Iklim
Daerah yang cocok untuk persyaratan tumbuh tanaman karet adalah zona antara 15° LS dan 15° LU dengan suhu harian 25-30° C. Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2000-2500 mm/tahun dengan hari hujan berkisar 100-150 hari/tahun. Lebih baik lagi jika curah hujan merata disepanjang tahun. Sebagai tanaman tropis, karet sinar matahari sepanjang hari, minimum 5-7 jam perhari ( Damanik, et al., 2010).
Budidaya tanaman karet harus dilakukan ditempat dengan kondisi agroklimat yang tepat agar tanaman dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik.
Agar diperoleh pertumbuhan dan produksi yang baik, tanaman karet memerlukan persyaratan tumbuh seperti garis lintang 15° LU dan 10° LS, curah hujan antara 1500 sampai dengan 3000 mm/tahun, bulan kering kurang dari 3 bulan dan kecepatan angin maksimum kurang atau sama dengan 30 km/jam (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2009).
Sesuai dengan habitatnya di Amerika Selatan terutama Brazil yang beriklim tropis, maka karet juga cocok untuk ditanam di daerah-daerah tropis lainnya. Daerah topis yang baik untuk ditanami karet mencakup luasan antara 15° LU dan 10° LS. Walaupun daerah itu panas, sebaiknya tetap menyimpan kelembaban yang cukup. Suhu harian yang diinginkan tanaman karet rata-rata 25-30° C. apabila dalam jangka waktu panjang suhu harian rata-rata kurang dari 20° C maka tanaman karet tidak cocok untuk ditanam didaerah tersebut. Walaupun demikian, didaerah yang suhunya terlalu tinggi tanaman karet juga malas hidup (Tim Penulis PS, 1993).
Tanaman karet dapat tumbuh baik dan berproduksi yang tinggi pada kondisi iklim sebagai berikut: (1) Pada dataran rendah dengan suhu optimalnya adalah 28°C. (2) Curah hujan antara 2000-4000 mm/tahun dengan jumlah hari hujan 100-150 hari dan (3) Sinar matahari panjang minimal 5-7 jam per hari (Hanum, 2008). Tanah
Tanaman karet dapat tumbuh pada ketinggian antara 1-600 meter diatas permukaan laut. Biasanya dikatakan Indonesia tidak mengalami kesulitan mengenai areal yang dapat dibuka untuk ditanami tanaman karet. Hampir seluruh daerah di Indonesia dapat ditanamani karet dan subur, curah hujan yang cukup
tinggi antara 2000-2500 mm setahun disukai tanaman karet. Akan lebih baik lagi jika curah hujan itu merata disepanjang tahun (Tim Penulis PS, 1993).
Tanaman dapat tumbuh dari berbagai jenis tanah berpasir hingga laterit merah dan podsolik kuning. Tanah abu atau gunung, tanah berliat serta tanah yang mengandung peat. Tampaknya tanaman karet tidak memerlukan kesuburan yang khusus ataupun topografi tertentu. Dimalaysia barat, perkebunan karet diklasifikasikan berdasarkan tanah, angin kencang, serangan penyakit dan topografi. dengan demikian, sifat kimia tanah yang merupakan hal yang mutlak utuk pertumbuhannya (Syamsulbahri, 1996).
Reaksi tanah yang umum untuk ditanamai karet mempunyai pH antara 3.0-8.0, pH tanah dibawah 3.0 dan diatas 8.0 dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat. Sifat-sifat tanah yang cocok untuk ditanami tanaman karet adalah sebagai berikut (1) Solum cukup dalam sampai 100 cm atau lebih dan tidak terdapat bebatuan (2) Aerasi dan drainase baik (3) Remah, porus dan dapat menahan air (4) Tekstur terdiri atas 35% liat dan 30% pasir (5) Tidak bergambut, jika ada atau tidak lebih dari 20 cm (6) Kandungan unsure hara N,P dan K cukup dan tidak kekurangan unsure hara mikro (7) pH antara 4,5-6,5 (8) Kemiringan tidak lebih dari 16% (9) Permukaan air tanah tidak kurang dari 10 cm (Setyamidjaja, 1993).
Syarat-syarat tumbuh tanaman karet adalah tanah yang tidak berbatu dan tidak bercadas serta gembur, penggemburan dilakukan dengan pengolahan lahan sebelum tanaman karet ditanam, 3,5 – 7,0 adalah keasaman tanah yang baik, ketinggian lahan antara 0 – 400 meter diatas permukaan laut (dpl) dan yang paling baik berada pada ketinggian 0 – 200 meter. Biasanya pada kenaikan 200 meter dpl
kematangan batang sadap dapat
terlambat hingga 6 bulan
(Direktorat Jendral Planologi Kementerian Kehutanan, 2012).
Konservasi Tanah dan Air
Konservasi tanah merupakan penempatan setiap bidang tanah pada cara
penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan
memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi
kerusakan tanah. Upaya konservasi tanah ditujukan untuk (1) Mencegah erosi
(2) Memperbaiki tanah yang rusak dan (3) Memelihara serta meningkatkan
produktivitas tanah agar tanah dapat digunakan secara berkelanjutan. Konservasi
air adalah penggunaan air hujan yang jatuh ke tanah dan mengatur waktu aliran air
agar tidak terjadi banjir yang merusak dan terdapat cukup air pada waktu musim
kemarau (Arsyad, 2006 dalam Simangunsong, 2011).
Konservasi air merupakan tindakan pemanfaatan air seefisien mungkin
agar tetap tersedia di musim kemarau dan tidak terbuang di musim hujan. Pada
dasarnya tindakan konservasi tanah merupakan bagian dari tindakan konservasi
air (Atmaja, 2007).
Metode konservasi tanah dan air dapat digolongkan ke dalam tiga
golongan utama, yaitu metode vegetatif, metode mekanik dan metode kimia
(Arsyad, 2006). Metode vegetatif adalah penggunaan tanaman dan tumbuhan, atau
bagian-bagian tumbuhan atau sisa-sisanya untuk mengurangi daya tumbuk butiran
hujan yang jatuh, mengurangi jumlah dan kecepatan aliran permukaan yang pada
akhirnya mengurangi erosi. Metode mekanik adalah semua perlakuan fisik
mekanik yang diberikan terhadap tanah dan pembuatan bangunan untuk
mengurangi aliran permukaan dan erosi. Fungsi dari metode mekanik adalah
memperlambat aliran permukaan, menampung dan menyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan yang tidak merusak, memperbaiki atau memperbesar infiltrasi air ke dalam tanah dan memperbaiki aerasi tanah dan penyediaan air bagi tanaman (Muslim, 2008).
Alternatif pengolahan tanah dengan prinsip konservasi yang lebih menekankan aspek perbaikan kesuburan tanah dan penyimpanan air adalah pemanfaatan mulsa. Pemulsaan (mulching) bertujuan menghambat perambatan panas secara konduksi yang dapat mengakibatkan kerak pada permukaan tanah, menghambat penguapan air dari permukaan tanah (evaporasi) dan meningkatkan daya infiltrasi tanah serta dampak biologis tanah (Arianti, 2011).
Tujuan dari konservasi tanah dan air adalah untuk mencegah terjadinya kerusakan tanah, memperbaiki tanah-tanah yang sudah rusak, menetapkan kelas kemampuan lahan dan tindakan-tindakan yang diperlukan agar lahan tersebut dapat digunakan dalam waktu yang tidak terbatas. Selain itu, Sinukaban (1989) menyatakan bahwa pada umumnya, pengelolaan tanah dan penanaman mengikuti kontur dapat mengurangi aliran permukaan dan erosi (Muslim, 2008). Rorak
Rorak adalah lubang atau penampang yang dibuat memotong lereng yang berfungsi untuk menampung dan meresapkan air aliran permukaan sehingga memungkinkan air masuk ke dalam tanah dan mengurangi erosi dari lahan. Rorak merupakan lubang yang digali ke dalam tanah dengan ukuran kedalaman 60 cm, lebar 50 cm dengan panjang berisar dari 1 sampai 5 meter (Arsyad, 2006 dalam Muslim, 2008).
Penelitian yang dilakukan oleh Noeralam, et al,. (2003) menyatakan bahwa teknik pengendalian aliran permukaan dengan rorak paling efektif mengurangi aliran permukaan yaitu 88 % dari aliran permukaan pada lahan terbuka tanpa teknik pengendalian aliran permukaan dan tanpa tumbuhan. Adanya rorak menyebabkan aliran permukaan tertampung di dalam rorak kemudian terinfiltrasi secara perlahan dan dapat dimanfaatkan oleh vegetasi sehingga tidak semua aliran permukaan sampai ke titik pembuangan (outlet).
Rorak dibuat untuk menangkap air dan tanah tererosi, sehingga memungkinkan air masuk ke dalam tanah dan mengurangi erosi. Rorak merupakan lubang yang digali dengan ukuran dalam 60 cm, lebar 50 cm dengan panjang sekitar empat sampai lima meter. Panjang rorak dibuat sejajar kontur atau memotong lereng. Jarak antar rorak tergantung kemiringan lahan, semakin curam suatu hamparan lahan, semakin banyak rorak yang diperlukan. Perbaikan air dengan cara pembuatan rorak yang diberi mulsa vertikal pada areal suatu usaha tani lahan kering berlereng dapat memperbaiki beberapa sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, serta menurunkan aliran permukaan dan meningkatkan kadar air tanah. Pemberian mulsa pada rorak dapat menampung aliran permukaan dan mulsa menahan partikel tanah pada dinding rorak. Pemberian mulsa dari sisa tanaman pada permukaan tanah dapat meningkatkan laju permeabilitas 3-4 kali terhadap permeabilitas pada tanah tanpa mulsa (Marni, 2009).
Menurut Firman (2005) menyatakan bahwa Pengamatan secara visual pada keragaan tanaman juga memperlihatkan adanya perbedaan antara tanaman jambu mete tanpa rorak dengan yang diberi rorak. Perbedaan terlihat antara lain pada saat menjelang berbunga. Pada tanaman jambu mete yang diberi rorak,
tunas-tunas muda muncul serempak dan menyeluruh pada permukaan tajuk, sedangkan pada tanaman jambu mete tanpa rorak, tunas-tunas muda muncul tidak serempak terutama pada bagian atas. Pembuatan rorak pada pertanaman jambu mete di daerah dengan musim hujan relatif singkat (3-4 bulan) memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan pada fase vegetatif maupun generatif. Pembuatan rorak dilakukan pada akhir musim kemarau, yaitu pada bulan September. Teknologi pembuatan rorak pada pertanaman jambu mete di lahan kering dapat menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan produktivitas tanaman.
Aplikasi guludan dan rorak yang dilengkapi dengan mulsa vertikal memberikan pengaruh yang positif terhadap jumlah pelepah daun, jumlah tandan, rataan berat tandan, dan produksi tandan buah segar kelapa sawit. Kedua konservasi tanah dan air tersebut dapat meningkatkan cadangan air tanah untuk pemenuhan kebutuhan air oleh tanaman saat musim kemarau sehingga produksi kelapa sawit tetap dapat dipertahankan (Murtilaksono, et al., 2007). Mulsa Vertikal
Pemanfaatan sisa tanaman sebagai mulsa vertikal pertama kali diperkenalkan oleh Spain dan Mc Cune (1956) dalam Brata (1998). Mulsa vertikal adalah penggunaan sisa tanaman (mulsa) untuk tindakan konservasi tanah melalui penimbunan sisa tanaman pada rorak, teras gulud, parit-parit teras atau parit yang dirancang mengikuti kontur yang berfungsi untuk mengendalikan laju erosi dan aliran permukaan (Muslim, 2008).
Penggunaan mulsa vertikal merupakan salah satu tindakan konservasi yang tepat guna dalam mengurangi aliran permukaan dan erosi dibandingkan
dengan mulsa konvensional. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Brata (1995) didapat bahwa penggunaan mulsa vertikal mampu mengurangi aliran permukaan 67-82 % dibandingkan dengan mulsa konvensional. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lal et al. (1980 dalam Noeralam, et al., 2003) menyatakan bahwa pemberian mulsa dari sisa tanaman pada permukaan tanah dapat meningkatkan kapasitas infiltrasi 3-4 kali terhadap kapasitas infiltrasi pada tanah tanpa mulsa.
Beberapa keuntungan penggunaan mulsa sebagai salah satu teknik penerapan konservasi air diantaranya adalah : (1) Memberi perlindungan terhadap permukaan tanah dari hantaman air hujan sehingga tidak merusak struktur tanah., (2) Menghambat kecepatan dan volume aliran permukaan, (3) Mengurangi terjadinya erosi, karena air hujan yang jatuh tidak langsung mengenai butir-butir tanah, (4) Mengatur suhu dan temperatur tanah, (5) Meningkatkan kandungan bahan organik, dan (6) Mengendalikan tanaman pengganggu (Atmaja, 2007).
Brata (1995) menjelaskan bahwa sebelum sisa tanaman yang digunakan sebagai mulsa melapuk, maka sisa tanaman tersebut dapat berfungsi untuk melindungi dinding resapan saluran dari penyumbatan oleh partikel-partikel halus yang terbawa oleh aliran permukaan dan dapat mencegah runtuhnya dinding saluran oleh pukulan butir hujan. Mulsa yang ditempatkan di dalam saluran-saluran dapat berfungsi untuk menyimpan air dan memberikannya ke tanaman yang diusahakan. Tandan Kosong Kelapa Sawit
Pada saat ini Tandan kosong Kelapa Sawit digunakan sebagai bahan organik bagi tanaman kelapa sawit secara langsung maupun tidak langsung.
Pemanfaatan secara langsung ialah dengan menjadikan TKKS sebagai mulsa sedangkan secara tidak langsung dengan mengomposkan terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai pupuk organik. Pengembalian bahan organik ke tanah akan menjaga pelestarian kandungan bahan organik lahan kelapa sawit demikian pula hara tanah. Selain itu, pengembalian bahan organik ke tanah akan mempengaruhi populasi mikroba tanah yang secara langsung dan tidak langsung akan mempengaruhi kesehatan dan kualitas tanah (Barea, dkk., 2005 dalam Ningtyas dan Astuti, 2010).
Keunggulan kompos TKKS yaitu mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman antara lain K, P, Ca, Mg, C dan N. Kompos TKKS dapat memperkaya unsur hara yang ada di dalam tanah, dan mampu memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Selain itu kompos TKKS memiliki beberapa sifat yang menguntungkan antara lain membantu kelarutan unsur-unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman, bersifat homogen dan mengurangi resiko sebagai pembawa hama tanaman, merupakan pupuk yang tidak mudah tercuci oleh air yang meresap dalam tanah dan dapat diaplikasikan pada sembarang musim (Iwan, 2012 dalam Eleni, 2013).
Menurut Winarma, et al,. (2002), aplikasi kompos TKKS di pembibitan kelapa sawit memberikan pengaruh yang nyata lebih baik terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit dibanding dengan perlakuan standar (tanpa kompos TKKS). Disamping itu, pemanfaatan kompos TKKS untuk tanaman hortikultura juga dapat meningkatkan produksi tanaman jeruk, tomat dan cabai (Darmosarkoro, et al., 2000).
Pemberian bahan organik berupa kompos tandan kosong sawit mampu
memberikan lingkungan yang paling baik bagi pertumbuhan tanaman yang
kemudian berdampak pada hasil (berat segar tanaman). Sesuai dengan pendapat
Sutanto (2002) bahwa pemberian bahan organik dapat memperbaiki sifat fisik,
kimia, dan biologi tanah. Pemberian bahan organik membuat tanah menjadi
gembur dan lepas-lepas, sehingga aerasi dan sifat tanah menjadi lebih baik serta
lebih mudah ditembus perakaran tanaman. Pada tanah yang bertekstur pasiran,
bahan organik yang berupa kompos akan meningkatkan pengikatan antar partikel
dan meningkatkan kapasitas mengikat air, kapasitas tukar kation dan ketersediaan
unsur hara (Hastuti, 2009).
Berikut ini adalah analisis kandungan hara tandan kosong kelapa sawit
(TKKS).
Tabel 1. Analisis Kandungan Hara Kompos TKKS
No Parameter Satuan
Kandungan
SK Mentan Feb 2006
1. C-organik
%
2. N
%
3. Rasio C/N
%
4. Kadar Air
%
5. pH
%
6. P2O5 total
%
7. K2O total
%
8. Zn
%
9. Cu
%
10. Mn
%
11. B
%
12. Fe
%
13. T. harzianum
Cfu
14. Mikroba Pelarut P Cfu
25-3020 1,0-1,5 18-22 20 6-7 0,65 3,9 0,0087 0,0046 0,0115 0,0084 0,357 106 106
>12%N ND 10-25 13-20 4-8
SKRIPSI OLEH: JEFRY HUTASOIT 100301221 AGROEKOTEKNOLOGI-BPP
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KARET UMUR 9 TAHUN DENGAN PENEMPATAN MULSA VERTIKAL PADA RORAK
SKRIPSI OLEH: JEFRY HUTASOIT 100301221 AGROEKOTEKNOLOGI-BPP Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015
Judul
Nama NIM Prodi Minat
:.Pertumbuhan dan Produksi Karet Umur 9 Tahun Dengan Penempatan Mulsa Vertikal pada Rorak.
: Jefry Hutasoit : 100301221 : Agroekoteknologi : Budidaya Pertanian dan Perkebunan
Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing
(Dr. Dra. Ir. Chairani Hanum, MS) Ketua
(Dr. Ir. Jonatan Ginting, MS) Anggota
Mengetahui: Ketua Program Studi Agroekoteknologi
(Prof. Ir. T. Sabrina, M. Sc., Ph.D.) Ketua Program Studi Agroekoteknologi
ABSTRAK
JEFRY HUTASOIT: Pertumbuhan dan Produksi Karet Umur 9 Tahun Dengan Penempatan Mulsa Vertikal Pada Rorak, dibimbing oleh Chairani Hanum dan Jonatan Ginting.
Karet membutuhkan air dalam jumlah banyak untuk mencukupi kebutuhan dalam pertumbuhan dan produksi. Salah satu konservasi air yang dapat dilakukan adalah dengan peresapan air hujan yang jatuh ke dalam tanah dengan pembuatan rorak dan tandan kosong kelapa sawit (TKKS) untuk menyerap dan menahan air. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan produksi tanaman karet umur 9 tahun dengan penempatan mulsa vertikal pada rorak. Penelitian ini dilaksanakan di PTPN III Kebun Silau Dunia, Kecamatan Silau Kahean, Kabupaten Simalungun dan Serdang Bedagai, Propinsi Sumatera Utara dengan ketinggian tempat 60-90 meter diatas permukaan laut. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus hingga Desember 2014. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor perlakuan. Faktor pertama panjang rorak dengan 3 taraf yaitu 200, 300, 400 cm dan faktor kedua pemberian TKKS dengan 4 taraf yaitu 0, 200, 250, 300 kg. Peubah amatan yang diukur adalah jumlah klorofil daun, kadar N daun, kadar P daun, N total tanah, P tersedia tanah, kecepatan aliran lateks, indeks produksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa panjang rorak tidak meningkatkan pertumbuhan dan produksi karet, pemberian TKKS meningkatkan kadar P daun dan N total tanah, interaksi keduanya tidak meningkatkan pertumbuhan dan produksi karet.
Kata kunci: rorak, TKKS, tanaman karet.
ABSTRACT
JEFRY HUTASOIT: Growth and Production of rubber was 9 years with the placement of vertical mulch in pit, supervised by Chairani Hanum and Jonatan Ginting.
Rubber need water in large quantities to meet the needs of growth and production. One water conservation that can be done is seepage of rain falls into the ground by made pit and palm oil empty fruit bunches to absorb and hold water. The purpose of the study was to determine Growth and Production of rubber was 9 years with the placement of vertical mulch in pit. The research was conducted at PTPN III Kebun Silau Dunia, Silau Kahean District, simalungun and Serdang Bedagai Regency, North Sumatera with the heigh 60-90 metre above sea levels, began from August until Decembre 2014. The research was arranged with a factorial randomized block design which is consisting of 2 treatment factor. The first factor was pit lenght with 3 levels was 200, 300, 400 cm and second factor was provision of palm oil empty fruit bunches with 4 levels was 0, 200, 250, 300 kg. The variable observation was total chlorophyll leaves, N leaf content, P leaf content, total N soil content, P available soil content, latex flow rate, latex production index. The result showed that pit lenght didn’t increased the growth and production of rubber, provision of palm oil empty fruit bunches increased P leaf content and total N soil, the interaction of these two factors didn’t increased the growth and production of rubber.
Keywords: Pit, palm oil empty fruit bunches, rubber.
RIWAYAT HIDUP JEFRY HUTASOIT, Lahir di Siborongborong, 31 Oktober 1991, anak keempat dari tujuh bersaudara dari Ayah yang bernama Tumpak Parluhutan Hutasoit dan Ibu yang bernama Gerna Sihombing. Pendidikan yang ditempuh penulis adalah sebagai berikut : 1. SD Negeri 173271 di Siborongborong dari tahun 1998 hingga 2004 2. SMP Negeri 1 di Siborongborong dari tahun 2004 hingga 2007 3. SMA Negeri 2 di Balige dari tahun 2007 hingga 2010 4. Terdaftar sebagai mahasiswa di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada Jurusan Budidaya Pertanian dan Perkebunan Program Studi Agroekoteknologi pada tahun 2010 melalui jalur SNMPTN. Penulis pernah bertugas sebagai Anggota Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi (HIMAGROTEK) tahun ajaran 2012/2013 dan asisten di Laboratorium Dasar Agronomi tahun ajaran 2014/2015. Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) selama bulan Juli hingga Agustus di PT. Perkebunan III Kebun Silau Dunia Kabupaten Simalungun dan Serdang Bedagai pada tahun 2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.
Adapun judul dari skripsi ini adalah “Pertumbuhan dan Produksi Karet Umur 9 Tahun Dengan Penempatan Mulsa Vertikal Pada Rorak” yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua T.P. Hutasoit dan G. Sihombing yang telah banyak memberikan dukungan moril dan material kepada penulis dalam penulisan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Dra. Ir. Chairani Hanum, MS. selaku ketua komisi pembimbing dan Dr. Ir. Jonatan Ginting, MS. selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Silau Dunia yang telah memberikan tempat untuk melakukan penelitian.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Maret 2015
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................... i ABSTRACT ....................................................................................................... ii RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... iii KATA PENGANTAR....................................................................................... iv DAFTAR ISI...................................................................................................... v DAFTAR TABEL ............................................................................................. vii DAFTAR GAMBAR......................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... ix
PENDAHULUAN
Latar Belakang .......................................................................................... 1 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4 Hipotesis Penelitian...................................................................................4 Kegunaan Penelitian..................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman ........................................................................................5 Syarat Tumbuh ..........................................................................................6
Iklim .............................................................................................. 6 Tanah ............................................................................................. 7 Konservasi Tanah dan Air......................................................................... 9 Rorak ......................................................................................................... 10 Mulsa Vertikal...........................................................................................12 Tandan Kosong Kelapa sawit.................................................................... 13
BAHAN DAN METODE
Tempat Dan Waktu Penelitian .................................................................. 17 Bahan Dan Alat Penelitian ........................................................................17 Metode Penelitian...................................................................................... 17
PELAKSANAAN PENELITIAN
Persiapan Lahan ........................................................................................ 20 Pembuatan Rorak ......................................................................................20 Persiapan TKKS........................................................................................ 20 Aplikasi TKKS..........................................................................................20 Pengamatan Parameter ..............................................................................20
Analisis Jumlah Klorofil Daun Karet (mg/L) ...............................20 Analisis Kadar N Daun Karet (%) ................................................21 Analisis Kadar P Daun Karet (%) .................................................21 Analisis Kadar N Total Tanah (%)................................................21 Analisis Kadar P Tersedia Tanah (ppm) .......................................22 Kecepatan Aliran lateks (cc/cm/menit).........................................22 Indeks Produksi.............................................................................22
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Jumlah Klorofil Daun Karet (mg/L) ................................................24 Analisis N Daun Karet (%) ..............................................................25 Analisis P Daun Karet(%)................................................................26 Analisis N Total Tanah (%) ............................................................. 28 Analisis P Tersedia Tanah (%).........................................................29 Kecepatan Aliran Lateks (cc/cm/menit)........................................... 30 Indeks Produksi................................................................................ 31
Pembahasan ............................................................................................... 32 Pengaruh pemberian TKKS terhadap pertumbuhan dan produksikaret .................................................................................................. 32 Pengaruh panjang rorak terhadap pertumbuhan dan produksikaret.................................................................................................. 36 Pengaruh interaksi pemberian TKKS dan panjang rorak terhadapPertumbuhan dan produksi karet...................................................... 38
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ...............................................................................................41 Saran.......................................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
No
Keterangan
Halaman
1. Analisis kandungan hara kompos TKKS ............................................. 15
2. Jumlah klorofil daun karet dengan pemberian TKKS dan panjangrorak ................ .................................................................................... 24
3. Kadar N daun karet dengan pemberian TKKS dan panjang rorak....... 25
4. Kadar P daun karet dengan pemberian TKKS dan panjang rorak. ...... 26
5. Kadar N total tanah dengan pemberian TKKS dan panjang rorak....... 28
6.. Kadar P tersedia tanah dengan pemberian TKKS dan panjang rorak.. 29
7.. Kecepatan aliran lateks dengan pemberian TKKS dan panjangrorak ................ .................................................................................... 30
8. Indeks produksi dengan pemberian TKKS dan panjang rorak ............ 31
DAFTAR GAMBAR
No
Keterangan
Halaman
1. Kadar P daun terhadap pemberian tandan kosong kelapa sawit. ......... 27 2. Kadar N total tanah terhadap pemberian tandan kosong kelapa sawit. 29
DAFTAR LAMPIRAN
No
Keterangan
Halaman
1. Jadwal kegiatan penelitian ................................................................... 46
2. Bagan penelitian................................................................................... 47
3. Letak rorak pada lahan penelitian ........................................................ 48
4. Deskripsi tanaman karet (PB 260) ....................................................... 49
5. Tabel data curah hujan Kebun Silau Dunia tahun 2009 - 2014 ........... 51
6. Tabel data produksi tanaman karet (2005) afdeling VII klon PB 260 . 52
7. Peta tanaman afdeling VII kebun Silau Dunia ..................................... 53
8. Dokumentasi penelitian........................................................................ 54
9. Data analisis jumlah klorofil daun karet (mg/L) ................................. 59
10. Sidik ragam analisis jumlah klorofil daun karet (mg/L) ...................... 59
11. Transformasi data √y + 0,5 analisis jumlah klorofil daun karet(mg/L).............. .................................................................................... 60
12. Sidik ragam analisis jumlah klorofil daun karet (mg/L) setelahtranformasi ...... .................................................................................... 60
13. Data analisis kadar N daun karet (%)................................................... 61
14. Sidik ragam analisis kadar N daun karet (%) ....................................... 61
15. Data analisis Kadar P daun karet (%)................................................... 62
16. Sidik ragam analisis kadar P daun karet (%)........................................ 62
17. Data analisis kadar N total tanah (%)................................................... 63
18. Sidik ragam analisis kadar N total tanah (%) ....................................... 63
19. Data analisis kadar P tersedia tanah (ppm) .......................................... 64
20. Sidik ragam analisis kadar P tersedia tanah (ppm).............................. 64
21. Transformasi data √y + 0,5 analisis kadar P tersedia tanah (ppm)....... 65
22. Sidik ragam analisis kadar P tersedia tanah (ppm) setelahtransformasi ..... .................................................................................... 65
23. Data pengamatan kecepatan aliran lateks (cc/cm/menit) ..................... 66
24 Sidik ragam data pengamatan kecepatan aliran lateks (cc/cm/menit) . 66
24. Transformasi data √y + 0,5 pengamatan kecepatan aliran lateks(cc/cm/menit) .. .................................................................................... 67
25. Analisis sidik ragam pengamatan kecepatan aliran lateks(cc/cm/menit) setelah transformasi ...................................................... 67
26. Data pengamatan indeks produksi........................................................ 68
27. Sidik ragam data pengamatan indeks produksi .................................... 68
28. Transformasi data √y + 0,5 pengamatan indeks produksi.................... 69
29. Analisis sidik ragam pengamatan indeks produksi setelahtransformasi ..... .................................................................................... 69
ABSTRAK
JEFRY HUTASOIT: Pertumbuhan dan Produksi Karet Umur 9 Tahun Dengan Penempatan Mulsa Vertikal Pada Rorak, dibimbing oleh Chairani Hanum dan Jonatan Ginting.
Karet membutuhkan air dalam jumlah banyak untuk mencukupi kebutuhan dalam pertumbuhan dan produksi. Salah satu konservasi air yang dapat dilakukan adalah dengan peresapan air hujan yang jatuh ke dalam tanah dengan pembuatan rorak dan tandan kosong kelapa sawit (TKKS) untuk menyerap dan menahan air. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan produksi tanaman karet umur 9 tahun dengan penempatan mulsa vertikal pada rorak. Penelitian ini dilaksanakan di PTPN III Kebun Silau Dunia, Kecamatan Silau Kahean, Kabupaten Simalungun dan Serdang Bedagai, Propinsi Sumatera Utara dengan ketinggian tempat 60-90 meter diatas permukaan laut. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus hingga Desember 2014. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor perlakuan. Faktor pertama panjang rorak dengan 3 taraf yaitu 200, 300, 400 cm dan faktor kedua pemberian TKKS dengan 4 taraf yaitu 0, 200, 250, 300 kg. Peubah amatan yang diukur adalah jumlah klorofil daun, kadar N daun, kadar P daun, N total tanah, P tersedia tanah, kecepatan aliran lateks, indeks produksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa panjang rorak tidak meningkatkan pertumbuhan dan produksi karet, pemberian TKKS meningkatkan kadar P daun dan N total tanah, interaksi keduanya tidak meningkatkan pertumbuhan dan produksi karet.
Kata kunci: rorak, TKKS, tanaman karet.
ABSTRACT
JEFRY HUTASOIT: Growth and Production of rubber was 9 years with the placement of vertical mulch in pit, supervised by Chairani Hanum and Jonatan Ginting.
Rubber need water in large quantities to meet the needs of growth and production. One water conservation that can be done is seepage of rain falls into the ground by made pit and palm oil empty fruit bunches to absorb and hold water. The purpose of the study was to determine Growth and Production of rubber was 9 years with the placement of vertical mulch in pit. The research was conducted at PTPN III Kebun Silau Dunia, Silau Kahean District, simalungun and Serdang Bedagai Regency, North Sumatera with the heigh 60-90 metre above sea levels, began from August until Decembre 2014. The research was arranged with a factorial randomized block design which is consisting of 2 treatment factor. The first factor was pit lenght with 3 levels was 200, 300, 400 cm and second factor was provision of palm oil empty fruit bunches with 4 levels was 0, 200, 250, 300 kg. The variable observation was total chlorophyll leaves, N leaf content, P leaf content, total N soil content, P available soil content, latex flow rate, latex production index. The result showed that pit lenght didn’t increased the growth and production of rubber, provision of palm oil empty fruit bunches increased P leaf content and total N soil, the interaction of these two factors didn’t increased the growth and production of rubber.
Keywords: Pit, palm oil empty fruit bunches, rubber.
PENDAHULUAN Latar Belakang
Pengembangan karet Indonesia dalam kurun waktu 3 dekade mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, peningkatan ekspor karet cukup signifikan, dari volume ekspor tahun 2002 sebesar 1.496 ribu ton senilai US$ 1.038 juta meningkat menjadi 2.100 ribu ton pada tahun 2009 Sedangkan dari aspek penyerapan tenaga kerja, pertanaman karet mampu menyerap lebih dari 2 juta tenaga kerja, belum termasuk tenaga kerja yang terserap dalam berbagai sub sistem lainnya (Kementerian Pertanian, 2012).
Produk - produk karet pada umunya diekspor. Ekspor karet indonesia dalam berbagai bentuk bahan baku industri seperti sheet, crumb rubber, SIR dan produk turunan seperti ban, komponen dan sebagainya (Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2008).
Kendala-kendala pada lahan kebun karet menghasilkan pada umumnya adalah permukaan tanah yang padat mengakibatkan kecilnya resapan air hujan yang jatuh ke dalam tanah, hal ini akan menyebabkan laju run off yang tinggi terutama pada saat curah hujan melebihi laju infiltrasi. Laju run off yang tinggi dapat mengikis bagian permukaan tanah serta meningkatkan proses pencucian.
Menurut BMKG tentang prakiraan curah hujan 2013/2014 di indonesia menyebutkan bahwa awal musim hujan di Sumatera Utara adalah agustus 2014. Hal ini mengakibatkan pada musim hujan lahan kebun karet akan mengalami kelebihan air terutama pada saat curah hujan tinggi. Tanaman karet membutuhkan air dalam jumlah yang banyak untuk mencukupi pertumbuhan dan produksi. Dalam Setiawan (2000) menyatakan bahwa apabila dalam jangka waktu panjang
suhu harian rata-rata kurang dari 20°C maka tanaman karet tidak cocok ditanam di daerah tersebut. Curah hujan yang cukup tinggi antara 2000-2500 mm akan lebih baik lagi apabila curah hujan itu merata sepanjang tahun. Oleh karena itu, pengelolaan air diperkebunan karet pada musim kering sangat penting untuk diterapkan.
Upaya pengendalian yang dapat dilakukan untuk meningkatkan resapan air hujan kedalam tanah adalah pembuatan rorak. Rorak merupakan lubang atau penampang yang dibuat memotong lereng yang berfungsi untuk menampung dan meresapkan aliran permukaan. Rorak dapat berfungsi untuk : (1) memperbesar peresapan air ke dalam tanah, (2) sebagai pengumpul tanah yang tererosi sehingga sedimen tanah lebih mudah dikembalikan ke bidang olah. Noeralam, et al. (2003) melaporkan bahwa air hujan yang tertampung pada rorak dapat menimbulkan aliran lateral (seepage) dan infiltrasi yang tertunda, sehingga ketersediaan air dapat bertahan lama. Diharapkan dapat menjadi cadangan air bagi tanaman karet saat tidak terjadi hujan atau pada musim kemarau juga mampu meningkatkan produksi lateks karet.
Brata (1995) menjelaskan bahwa Mulsa yang ditempatkan di dalam saluran-saluran dapat berfungsi untuk menyimpan air dan memberikannya ke tanaman yang diusahakan. Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan serat organik yang mampu menahan air disekitarnya. Secara fisik struktur tandan kosong kelapa sawit mengalami proses dekomposisi akan berubah struktur menjadi serasah. Dalam penelitian Muslim (2008) menyatakan bahwa lubang yang digali kemudian diisi oleh serasah atau sisa-sisa tanaman yang ada di sekitarnya. Hal ini berfungsi untuk menampung aliran permukaan dan serasah
atau sisa-sisa tanaman dapat menahan partikel tanah pada dinding rorak serta sebagai bahan organik yang merupakan sumber makanan bagi organisme tanah.
Limbah kelapa sawit kaya akan selulosa dan hemiselulosa. TKKS mengandung 45% selulosan dan 26% hemiselulosa. Tingginya kadar selulosa pada polisakarida itu dapat dihidrolisi menjadi gula sederhana dan selanjutnya difermentasikan menjadi etanol. Sebuah pabrik kelapa sawit dengan apasitas 60 ton/jam dapat menghasilkan limbah kira-kira 100ton/hari. Produksi limbah dapat berkurang ataupun meningkat atau berkurang tergantung pada TBS (Tandan Buah Segar) yang diolah. Jika seluruh TKKS ini diolah menjadi etanol (fuel grade ethanol) maka potensinya diperkirakan sebesar 8,245 liter/hari (Isroi, 2009).
Tandan kosong kelapa sawit sebagai sumber nutrisi bagi tanaman dan sebagai sumber makanan bagi mikroorganisme dalam tanah. Salah satu aspek fisik penting adalah kemampuan tandan kosong kelapa sawit untuk menyerap dan menahan air. Deptan (2006) menyatakan bahwa TKKS meningkatkan kandungan bahan organik tanah yang sangat diperlukan bagi perbaikan sifat fisik tanah. Dengan meningkatnya bahan organik tanah maka struktur tanah semakin mantap dan kemampuan tanah menahan air bertambah baik, perbaikan sifat fisik tanah tersebut berdampak positif terhadap pertumbuhan akar dan penyerapan unsur hara.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan pemanfaatan TKKS sebagai mulsa vertikal pada pembuatan rorak sekaligus untuk konservasi tanah dan air di perkebunan karet menghasilkan.
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan dan produksi
tanaman karet umur 9 tahun dengan penempatan mulsa vertikal pada rorak. Hipotesis Penelitian
Adanya pengaruh pemberian TKKS, panjang rorak serta interaksi keduanya terhadap peningkatan pertumbuhan dan produksi kebun karet umur 9 tahun. Kegunaan Penelitian
Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai bahan informasi tambahan yang dapat digunakan bagi pihak yang membutuhkan dalam pengelolahan kebun karet.
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Karet
Tanaman karet memiliki akar tunggang, akar lateral menempel pada akar tunggang. Akar lateral berfungsi untuk menyerap air dan unsur hara dari tanah. Pada tanah yang subur akar serabut masih dijumpai sampai kedalaman 45 cm. Akar serabut akan mencapai jumlah yang maksimum pada musim semi dan pada musim gugur mencapai jumlah minimum (Basuki dan Tjasadihardja, 1995).
Daun karet berselang-seling, tangkai daunnya panjang dan terdiri dari 3 anak daun yang licin berkilat. Petiola tipis, hijau, berpanjang 3,5-30 cm. Helaian anak daun bertangkai pendek dan berbentuk lonjong oblong atau oblong-obovate, pangkal sempit dan tegang, ujung runcing, sisi atas daun hijau tua dan sisi bawah agak cerah, panjangnya 5-35 cm dan lebar 2,5-12,5 cm (Sianturi, 2001).
Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 m. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi di atas. Di beberapa kebun karet ada kecondongan arah tumbuh tanaman agak miring kearah utara. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks (Tim Penulis PS, 2004).
Bunga karet terdiri dari bunga jantan dan bunga betina yang terdapat dalam malai payung tambahan yang jarang, pangkal bunga tenda berbentuk lonceng. Umumnya terdapat lima tajuk yang sempit. Panjang tenda bunga antara 4-8 mm. bunga betina berambut vilt. Ukurannya lebih besar sedikit dari yang jantan dan mengandung bakal buah yang beruang tiga. Kepala putik yang akan dibuahi dalam pisisi duduk juga berjumlah tiga buah. Bunga jantan mempunyai 10
buah benang sari yang tersusun menjadi satu tiang. Kepala sari terbagi dalam dua rangkaian, tersusun satu lebih tinggi dari yang lain. Paling ujung adalah suatu bakal buah yang tidak tumbuh sempurna. Buah karet memiliki pembagian ruang yang jelas, masing-masing ruang membentuk setengah bola. Jumlah ruang biasanya tiga, kadang-kadang sampai dengan enam. Garis tengah buah 3-5 cm. bila buah sudah masak, maka akan pecah dengan sendirinya. Pemecahan terjadi dengan kuat menurut ruang-ruangnya. Pemecahan biji ini berhubungan dengan pengembangbiakan tanaman karet secara alami. Biji-biji yang terlontar, kadangkadang sampai jauh akan tumbuh dalam lingkungan yang mendukung (Tim Penulis PS, 1993).
Dalam satu kapsul buah biasanya terdapat tiga butir biji muda terhadap bertambah besar selang 4 minggu pertama dari sejak penyerbukan dan buah mencapai ukuran maksimum pada umur 3 bulan setelah penyerbukan bunga (Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2009). Syarat Tumbuh Iklim
Daerah yang cocok untuk persyaratan tumbuh tanaman karet adalah zona antara 15° LS dan 15° LU dengan suhu harian 25-30° C. Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2000-2500 mm/tahun dengan hari hujan berkisar 100-150 hari/tahun. Lebih baik lagi jika curah hujan merata disepanjang tahun. Sebagai tanaman tropis, karet sinar matahari sepanjang hari, minimum 5-7 jam perhari ( Damanik, et al., 2010).
Budidaya tanaman karet harus dilakukan ditempat dengan kondisi agroklimat yang tepat agar tanaman dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik.
Agar diperoleh pertumbuhan dan produksi yang baik, tanaman karet memerlukan persyaratan tumbuh seperti garis lintang 15° LU dan 10° LS, curah hujan antara 1500 sampai dengan 3000 mm/tahun, bulan kering kurang dari 3 bulan dan kecepatan angin maksimum kurang atau sama dengan 30 km/jam (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2009).
Sesuai dengan habitatnya di Amerika Selatan terutama Brazil yang beriklim tropis, maka karet juga cocok untuk ditanam di daerah-daerah tropis lainnya. Daerah topis yang baik untuk ditanami karet mencakup luasan antara 15° LU dan 10° LS. Walaupun daerah itu panas, sebaiknya tetap menyimpan kelembaban yang cukup. Suhu harian yang diinginkan tanaman karet rata-rata 25-30° C. apabila dalam jangka waktu panjang suhu harian rata-rata kurang dari 20° C maka tanaman karet tidak cocok untuk ditanam didaerah tersebut. Walaupun demikian, didaerah yang suhunya terlalu tinggi tanaman karet juga malas hidup (Tim Penulis PS, 1993).
Tanaman karet dapat tumbuh baik dan berproduksi yang tinggi pada kondisi iklim sebagai berikut: (1) Pada dataran rendah dengan suhu optimalnya adalah 28°C. (2) Curah hujan antara 2000-4000 mm/tahun dengan jumlah hari hujan 100-150 hari dan (3) Sinar matahari panjang minimal 5-7 jam per hari (Hanum, 2008). Tanah
Tanaman karet dapat tumbuh pada ketinggian antara 1-600 meter diatas permukaan laut. Biasanya dikatakan Indonesia tidak mengalami kesulitan mengenai areal yang dapat dibuka untuk ditanami tanaman karet. Hampir seluruh daerah di Indonesia dapat ditanamani karet dan subur, curah hujan yang cukup
tinggi antara 2000-2500 mm setahun disukai tanaman karet. Akan lebih baik lagi jika curah hujan itu merata disepanjang tahun (Tim Penulis PS, 1993).
Tanaman dapat tumbuh dari berbagai jenis tanah berpasir hingga laterit merah dan podsolik kuning. Tanah abu atau gunung, tanah berliat serta tanah yang mengandung peat. Tampaknya tanaman karet tidak memerlukan kesuburan yang khusus ataupun topografi tertentu. Dimalaysia barat, perkebunan karet diklasifikasikan berdasarkan tanah, angin kencang, serangan penyakit dan topografi. dengan demikian, sifat kimia tanah yang merupakan hal yang mutlak utuk pertumbuhannya (Syamsulbahri, 1996).
Reaksi tanah yang umum untuk ditanamai karet mempunyai pH antara 3.0-8.0, pH tanah dibawah 3.0 dan diatas 8.0 dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat. Sifat-sifat tanah yang cocok untuk ditanami tanaman karet adalah sebagai berikut (1) Solum cukup dalam sampai 100 cm atau lebih dan tidak terdapat bebatuan (2) Aerasi dan drainase baik (3) Remah, porus dan dapat menahan air (4) Tekstur terdiri atas 35% liat dan 30% pasir (5) Tidak bergambut, jika ada atau tidak lebih dari 20 cm (6) Kandungan unsure hara N,P dan K cukup dan tidak kekurangan unsure hara mikro (7) pH antara 4,5-6,5 (8) Kemiringan tidak lebih dari 16% (9) Permukaan air tanah tidak kurang dari 10 cm (Setyamidjaja, 1993).
Syarat-syarat tumbuh tanaman karet adalah tanah yang tidak berbatu dan tidak bercadas serta gembur, penggemburan dilakukan dengan pengolahan lahan sebelum tanaman karet ditanam, 3,5 – 7,0 adalah keasaman tanah yang baik, ketinggian lahan antara 0 – 400 meter diatas permukaan laut (dpl) dan yang paling baik berada pada ketinggian 0 – 200 meter. Biasanya pada kenaikan 200 meter dpl
kematangan batang sadap dapat
terlambat hingga 6 bulan
(Direktorat Jendral Planologi Kementerian Kehutanan, 2012).
Konservasi Tanah dan Air
Konservasi tanah merupakan penempatan setiap bidang tanah pada cara
penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan
memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi
kerusakan tanah. Upaya konservasi tanah ditujukan untuk (1) Mencegah erosi
(2) Memperbaiki tanah yang rusak dan (3) Memelihara serta meningkatkan
produktivitas tanah agar tanah dapat digunakan secara berkelanjutan. Konservasi
air adalah penggunaan air hujan yang jatuh ke tanah dan mengatur waktu aliran air
agar tidak terjadi banjir yang merusak dan terdapat cukup air pada waktu musim
kemarau (Arsyad, 2006 dalam Simangunsong, 2011).
Konservasi air merupakan tindakan pemanfaatan air seefisien mungkin
agar tetap tersedia di musim kemarau dan tidak terbuang di musim hujan. Pada
dasarnya tindakan konservasi tanah merupakan bagian dari tindakan konservasi
air (Atmaja, 2007).
Metode konservasi tanah dan air dapat digolongkan ke dalam tiga
golongan utama, yaitu metode vegetatif, metode mekanik dan metode kimia
(Arsyad, 2006). Metode vegetatif adalah penggunaan tanaman dan tumbuhan, atau
bagian-bagian tumbuhan atau sisa-sisanya untuk mengurangi daya tumbuk butiran
hujan yang jatuh, mengurangi jumlah dan kecepatan aliran permukaan yang pada
akhirnya mengurangi erosi. Metode mekanik adalah semua perlakuan fisik
mekanik yang diberikan terhadap tanah dan pembuatan bangunan untuk
mengurangi aliran permukaan dan erosi. Fungsi dari metode mekanik adalah
memperlambat aliran permukaan, menampung dan menyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan yang tidak merusak, memperbaiki atau memperbesar infiltrasi air ke dalam tanah dan memperbaiki aerasi tanah dan penyediaan air bagi tanaman (Muslim, 2008).
Alternatif pengolahan tanah dengan prinsip konservasi yang lebih menekankan aspek perbaikan kesuburan tanah dan penyimpanan air adalah pemanfaatan mulsa. Pemulsaan (mulching) bertujuan menghambat perambatan panas secara konduksi yang dapat mengakibatkan kerak pada permukaan tanah, menghambat penguapan air dari permukaan tanah (evaporasi) dan meningkatkan daya infiltrasi tanah serta dampak biologis tanah (Arianti, 2011).
Tujuan dari konservasi tanah dan air adalah untuk mencegah terjadinya kerusakan tanah, memperbaiki tanah-tanah yang sudah rusak, menetapkan kelas kemampuan lahan dan tindakan-tindakan yang diperlukan agar lahan tersebut dapat digunakan dalam waktu yang tidak terbatas. Selain itu, Sinukaban (1989) menyatakan bahwa pada umumnya, pengelolaan tanah dan penanaman mengikuti kontur dapat mengurangi aliran permukaan dan erosi (Muslim, 2008). Rorak
Rorak adalah lubang atau penampang yang dibuat memotong lereng yang berfungsi untuk menampung dan meresapkan air aliran permukaan sehingga memungkinkan air masuk ke dalam tanah dan mengurangi erosi dari lahan. Rorak merupakan lubang yang digali ke dalam tanah dengan ukuran kedalaman 60 cm, lebar 50 cm dengan panjang berisar dari 1 sampai 5 meter (Arsyad, 2006 dalam Muslim, 2008).
Penelitian yang dilakukan oleh Noeralam, et al,. (2003) menyatakan bahwa teknik pengendalian aliran permukaan dengan rorak paling efektif mengurangi aliran permukaan yaitu 88 % dari aliran permukaan pada lahan terbuka tanpa teknik pengendalian aliran permukaan dan tanpa tumbuhan. Adanya rorak menyebabkan aliran permukaan tertampung di dalam rorak kemudian terinfiltrasi secara perlahan dan dapat dimanfaatkan oleh vegetasi sehingga tidak semua aliran permukaan sampai ke titik pembuangan (outlet).
Rorak dibuat untuk menangkap air dan tanah tererosi, sehingga memungkinkan air masuk ke dalam tanah dan mengurangi erosi. Rorak merupakan lubang yang digali dengan ukuran dalam 60 cm, lebar 50 cm dengan panjang sekitar empat sampai lima meter. Panjang rorak dibuat sejajar kontur atau memotong lereng. Jarak antar rorak tergantung kemiringan lahan, semakin curam suatu hamparan lahan, semakin banyak rorak yang diperlukan. Perbaikan air dengan cara pembuatan rorak yang diberi mulsa vertikal pada areal suatu usaha tani lahan kering berlereng dapat memperbaiki beberapa sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, serta menurunkan aliran permukaan dan meningkatkan kadar air tanah. Pemberian mulsa pada rorak dapat menampung aliran permukaan dan mulsa menahan partikel tanah pada dinding rorak. Pemberian mulsa dari sisa tanaman pada permukaan tanah dapat meningkatkan laju permeabilitas 3-4 kali terhadap permeabilitas pada tanah tanpa mulsa (Marni, 2009).
Menurut Firman (2005) menyatakan bahwa Pengamatan secara visual pada keragaan tanaman juga memperlihatkan adanya perbedaan antara tanaman jambu mete tanpa rorak dengan yang diberi rorak. Perbedaan terlihat antara lain pada saat menjelang berbunga. Pada tanaman jambu mete yang diberi rorak,
tunas-tunas muda muncul serempak dan menyeluruh pada permukaan tajuk, sedangkan pada tanaman jambu mete tanpa rorak, tunas-tunas muda muncul tidak serempak terutama pada bagian atas. Pembuatan rorak pada pertanaman jambu mete di daerah dengan musim hujan relatif singkat (3-4 bulan) memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan pada fase vegetatif maupun generatif. Pembuatan rorak dilakukan pada akhir musim kemarau, yaitu pada bulan September. Teknologi pembuatan rorak pada pertanaman jambu mete di lahan kering dapat menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan produktivitas tanaman.
Aplikasi guludan dan rorak yang dilengkapi dengan mulsa vertikal memberikan pengaruh yang positif terhadap jumlah pelepah daun, jumlah tandan, rataan berat tandan, dan produksi tandan buah segar kelapa sawit. Kedua konservasi tanah dan air tersebut dapat meningkatkan cadangan air tanah untuk pemenuhan kebutuhan air oleh tanaman saat musim kemarau sehingga produksi kelapa sawit tetap dapat dipertahankan (Murtilaksono, et al., 2007). Mulsa Vertikal
Pemanfaatan sisa tanaman sebagai mulsa vertikal pertama kali diperkenalkan oleh Spain dan Mc Cune (1956) dalam Brata (1998). Mulsa vertikal adalah penggunaan sisa tanaman (mulsa) untuk tindakan konservasi tanah melalui penimbunan sisa tanaman pada rorak, teras gulud, parit-parit teras atau parit yang dirancang mengikuti kontur yang berfungsi untuk mengendalikan laju erosi dan aliran permukaan (Muslim, 2008).
Penggunaan mulsa vertikal merupakan salah satu tindakan konservasi yang tepat guna dalam mengurangi aliran permukaan dan erosi dibandingkan
dengan mulsa konvensional. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Brata (1995) didapat bahwa penggunaan mulsa vertikal mampu mengurangi aliran permukaan 67-82 % dibandingkan dengan mulsa konvensional. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lal et al. (1980 dalam Noeralam, et al., 2003) menyatakan bahwa pemberian mulsa dari sisa tanaman pada permukaan tanah dapat meningkatkan kapasitas infiltrasi 3-4 kali terhadap kapasitas infiltrasi pada tanah tanpa mulsa.
Beberapa keuntungan penggunaan mulsa sebagai salah satu teknik penerapan konservasi air diantaranya adalah : (1) Memberi perlindungan terhadap permukaan tanah dari hantaman air hujan sehingga tidak merusak struktur tanah., (2) Menghambat kecepatan dan volume aliran permukaan, (3) Mengurangi terjadinya erosi, karena air hujan yang jatuh tidak langsung mengenai butir-butir tanah, (4) Mengatur suhu dan temperatur tanah, (5) Meningkatkan kandungan bahan organik, dan (6) Mengendalikan tanaman pengganggu (Atmaja, 2007).
Brata (1995) menjelaskan bahwa sebelum sisa tanaman yang digunakan sebagai mulsa melapuk, maka sisa tanaman tersebut dapat berfungsi untuk melindungi dinding resapan saluran dari penyumbatan oleh partikel-partikel halus yang terbawa oleh aliran permukaan dan dapat mencegah runtuhnya dinding saluran oleh pukulan butir hujan. Mulsa yang ditempatkan di dalam saluran-saluran dapat berfungsi untuk menyimpan air dan memberikannya ke tanaman yang diusahakan. Tandan Kosong Kelapa Sawit
Pada saat ini Tandan kosong Kelapa Sawit digunakan sebagai bahan organik bagi tanaman kelapa sawit secara langsung maupun tidak langsung.
Pemanfaatan secara langsung ialah dengan menjadikan TKKS sebagai mulsa sedangkan secara tidak langsung dengan mengomposkan terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai pupuk organik. Pengembalian bahan organik ke tanah akan menjaga pelestarian kandungan bahan organik lahan kelapa sawit demikian pula hara tanah. Selain itu, pengembalian bahan organik ke tanah akan mempengaruhi populasi mikroba tanah yang secara langsung dan tidak langsung akan mempengaruhi kesehatan dan kualitas tanah (Barea, dkk., 2005 dalam Ningtyas dan Astuti, 2010).
Keunggulan kompos TKKS yaitu mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman antara lain K, P, Ca, Mg, C dan N. Kompos TKKS dapat memperkaya unsur hara yang ada di dalam tanah, dan mampu memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Selain itu kompos TKKS memiliki beberapa sifat yang menguntungkan antara lain membantu kelarutan unsur-unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman, bersifat homogen dan mengurangi resiko sebagai pembawa hama tanaman, merupakan pupuk yang tidak mudah tercuci oleh air yang meresap dalam tanah dan dapat diaplikasikan pada sembarang musim (Iwan, 2012 dalam Eleni, 2013).
Menurut Winarma, et al,. (2002), aplikasi kompos TKKS di pembibitan kelapa sawit memberikan pengaruh yang nyata lebih baik terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit dibanding dengan perlakuan standar (tanpa kompos TKKS). Disamping itu, pemanfaatan kompos TKKS untuk tanaman hortikultura juga dapat meningkatkan produksi tanaman jeruk, tomat dan cabai (Darmosarkoro, et al., 2000).
Pemberian bahan organik berupa kompos tandan kosong sawit mampu
memberikan lingkungan yang paling baik bagi pertumbuhan tanaman yang
kemudian berdampak pada hasil (berat segar tanaman). Sesuai dengan pendapat
Sutanto (2002) bahwa pemberian bahan organik dapat memperbaiki sifat fisik,
kimia, dan biologi tanah. Pemberian bahan organik membuat tanah menjadi
gembur dan lepas-lepas, sehingga aerasi dan sifat tanah menjadi lebih baik serta
lebih mudah ditembus perakaran tanaman. Pada tanah yang bertekstur pasiran,
bahan organik yang berupa kompos akan meningkatkan pengikatan antar partikel
dan meningkatkan kapasitas mengikat air, kapasitas tukar kation dan ketersediaan
unsur hara (Hastuti, 2009).
Berikut ini adalah analisis kandungan hara tandan kosong kelapa sawit
(TKKS).
Tabel 1. Analisis Kandungan Hara Kompos TKKS
No Parameter Satuan
Kandungan
SK Mentan Feb 2006
1. C-organik
%
2. N
%
3. Rasio C/N
%
4. Kadar Air
%
5. pH
%
6. P2O5 total
%
7. K2O total
%
8. Zn
%
9. Cu
%
10. Mn
%
11. B
%
12. Fe
%
13. T. harzianum
Cfu
14. Mikroba Pelarut P Cfu
25-3020 1,0-1,5 18-22 20 6-7 0,65 3,9 0,0087 0,0046 0,0115 0,0084 0,357 106 106
>12%N ND 10-25 13-20 4-8