Inventarisasi Gulma Pada Tegakan Eucalyptus spp Umur 2 Bulan

(1)

INVENTARISASI GULMA PADA TEGAKAN

Eucalyptus spp. UMUR 2 BULAN

SKRIPSI

Oleh: Rahmat Faisal

061202009

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2012


(2)

INVENTARISASI GULMA PADA TEGAKAN

Eucalyptus spp. UMUR 2 BULAN

SKRIPSI

Oleh: Rahmat Faisal

061202009/Budidaya Hutan

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2012


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Inventarisasi Gulma pada Tegakan Eucalyptus spp Umur 2 Bulan

Nama : Rahmat Faisal

NIM : 061202009

Departemen : Kehutanan

Program Studi : Budidaya Hutan

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing,

Ketua Anggota

Dr.Ir.Edy Batara Mulya Siregar, MS Nelly Anna,S.Hut,M.Si

NIP.19641228 200012 1 001 NIP.19810610 200801 2 022

Mengetahui,

Ketua Program Studi Kehutanan

Siti Latifah,S.Hut.,M.Si.,Ph.D NIP.19710416 200112 2 001


(4)

ABSTRAK

RAHMAT FAISAL: Inventarisasi Gulma pada Tegakan Eucalyptus spp. Umur 2 bulan. Dibimbing oleh EDY BATARA MULYA SIREGAR dan NELLY ANNA.

Eucalyptus spp. merupakan jenis tanaman cepat tumbuh yang memiliki nilai ekonomi dan multifungsi terutama untuk dikembangkan sebagai bahan baku industri bubur kayu (pulp ) secara luas. Gulma merupakan salah satu faktor yang dapat menghambat pertumbuhan Eucalyptus spp. Penelitian ini bertujuan untuk menginventarisasi jenis-jenis gulma yang terdapat di pertanaman Eucalyptus spp yang berumur 2 bulan dan mengetahui komposisi dan dominansi jenis-jenis gulma yang diperlukan dalam pengelolaan pada hutan tanaman industri Eucalyptus spp. Penelitian ini dilaksanakan di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk sektor Aek Nauli pada Maret-Mei 2011.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keragaman gulma yang terdapat di pertanaman Eucalyptus spp. terdiri dari 15 famili dan 39 jenis relatif sama serta didominasi oleh famili Rubiaceae, Asteraceae, Melastomataceae, dan Poaceae.

Borreria sp, Clidemia hirta, Commelina difusa dan Imperata cylindrica, merupakan gulma penting dan sangat dominan di semua areal pertanaman Eukaliptus yang berumur 2 bulan.


(5)

ABSTRACT

RAHMAT FAISAL: Weed Inventory on Eucalyptus spp. stand Age of 2 months. Under the Supervision of EDY BATARA MULYA SIREGAR and NELLY ANNA.

Eucalyptus spp is a fast-growing plant species that have economic value and multifunction primarily developed as a raw material for the pulp extensively. Weeds is one factor that can inhibit the growth of Eucalyptus spp.This study aims to inventory the types of weeds present in eucalypt plantations aged 2 months and know the composition and dominance of the types of weeds that were needed in the management of industrial plantations of Eucalyptus spp. The research was conducted at PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Aek Nauli sector in March-May 2011.

The results showed that the diversity of weed found in eucalyptus plantation consisted of 15 families and 39 species were relatively similar and were dominated by the family Rubiaceae, Asteraceae, Melastomataceae, and Poaceae. Borreria sp, Clidemia Hirta, Commelina difusa and Imperata cylindrica was an important and very dominant weed in all areas of eucalyptus plantations aged 2 months.


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Matang Glumpang Dua, Aceh Utara pada tanggal 7 Juli 1988 dari ayah Muchtar Alamsyah dan Baniah. Penulis merupakan putra ke-4 dari 5 bersaudara.

Tahun 2006 penulis lulus dari SMU Negeri I Peusangan dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur Pemanduan Minat dan Prestasi (PMP). Penulis memilih Program Studi Budidaya Hutan Departemen Kehutanan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai pengurus Badan Kenaziran Mushollah (BKM) Baytul Asyjaar. Selain itu penulis juga aktif dalam organisasi Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI).

Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di Hak Pengusahaan Hutan (HPH) PT. Berkat Cahaya Timber Sampit, Kalimantan Tengah dari tanggal 27 Juni-27 Juli 2010.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Inventarisasi Gulma pada Tegakan Eucalyptus spp. Umur 2 Bulan. Penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Program Studi Ilmu Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis menghaturkan terim kasih sebesar-besarnya kepada kedua orangtua penulis yang telah membesarkan, memelihara dan mendidik penulis selama ini. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada bapak Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar, MS dan Ibu Nelly Anna, S.Hut,M.Si selaku ketua dan komisi Pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis dari mulai menetapkan judul, melakukan penelitian, sampai pada ujian akhir. Khusus kepada kepala PT. TPL Sektor Aek Nauli, penulis mengucapkan terima kasih atas izin melakukan penelitian dan pengumpulan data.

Di samping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf pengajar dan pengawai di Program Studi Kehutanan, serta semua rekan mahasiswa yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Medan, Juni 2012


(8)

DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRAK ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Kegunaan Penelitian... 3

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Eucalyptus spp ... 4

Penyebaran ... 5

Syarat Tumbuh ... 6

Biologi Gulma ... 6

Gulma Sebagai Pengganggu Tanaman... 9

Pengendalian Gulma ... 11

BAHAN DAN METODE Waktu dan Lokasi ... 14

Kondisi Umum Lokasi Penelitian ... 14

Bahan dan Alat ... 15

Metode Penelitian... 15

Analisis data ... 16

HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Vegetasi Gulma ... 18

Jenis Tanah ... 23

Ketinggian Tempat ... 24


(9)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 27

Saran ... 27

DAFTAR PUSTAKA ... 28


(10)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Klasifikasi kemiringan lapangan sektor Aek Nauli ... 14 2. Jenis vegetasi gulma di tiaga lokasi penelitian TPL sektor Aek Nauli ... 18 3. Jenis-jenis gulma, nilai kerapatan, frekuensi dan indeks nilai penting


(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal.

1. Pohon Eucalyptus ( Eucalyptus grandis) ... 4 2. Penentuan plot secara purposive ... 16 3. Bibit Eucalyptus yang tertekan Borreria spp ... 21


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Jenis vegetasi gulma wilayah 1 ... 30

2. Jenis vegetasi gulma wilayah 2 ... 32

3. Jenis vegetasi gulma wilayah 3 ... 34

4. Jenis vegetasi gulma seluruh wilayah ... 36


(13)

ABSTRAK

RAHMAT FAISAL: Inventarisasi Gulma pada Tegakan Eucalyptus spp. Umur 2 bulan. Dibimbing oleh EDY BATARA MULYA SIREGAR dan NELLY ANNA.

Eucalyptus spp. merupakan jenis tanaman cepat tumbuh yang memiliki nilai ekonomi dan multifungsi terutama untuk dikembangkan sebagai bahan baku industri bubur kayu (pulp ) secara luas. Gulma merupakan salah satu faktor yang dapat menghambat pertumbuhan Eucalyptus spp. Penelitian ini bertujuan untuk menginventarisasi jenis-jenis gulma yang terdapat di pertanaman Eucalyptus spp yang berumur 2 bulan dan mengetahui komposisi dan dominansi jenis-jenis gulma yang diperlukan dalam pengelolaan pada hutan tanaman industri Eucalyptus spp. Penelitian ini dilaksanakan di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk sektor Aek Nauli pada Maret-Mei 2011.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keragaman gulma yang terdapat di pertanaman Eucalyptus spp. terdiri dari 15 famili dan 39 jenis relatif sama serta didominasi oleh famili Rubiaceae, Asteraceae, Melastomataceae, dan Poaceae.

Borreria sp, Clidemia hirta, Commelina difusa dan Imperata cylindrica, merupakan gulma penting dan sangat dominan di semua areal pertanaman Eukaliptus yang berumur 2 bulan.


(14)

ABSTRACT

RAHMAT FAISAL: Weed Inventory on Eucalyptus spp. stand Age of 2 months. Under the Supervision of EDY BATARA MULYA SIREGAR and NELLY ANNA.

Eucalyptus spp is a fast-growing plant species that have economic value and multifunction primarily developed as a raw material for the pulp extensively. Weeds is one factor that can inhibit the growth of Eucalyptus spp.This study aims to inventory the types of weeds present in eucalypt plantations aged 2 months and know the composition and dominance of the types of weeds that were needed in the management of industrial plantations of Eucalyptus spp. The research was conducted at PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Aek Nauli sector in March-May 2011.

The results showed that the diversity of weed found in eucalyptus plantation consisted of 15 families and 39 species were relatively similar and were dominated by the family Rubiaceae, Asteraceae, Melastomataceae, and Poaceae. Borreria sp, Clidemia Hirta, Commelina difusa and Imperata cylindrica was an important and very dominant weed in all areas of eucalyptus plantations aged 2 months.


(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tumbuhan bawah adalah komunitas tumbuhan yang menyusun stratifikasi bawah dekat permukaan tanah. Tumbuhan ini umumnya berupa rumput, herba, semak atau perdu rendah. Jenis-jenis vegetasi ini ada yang bersifat annual, biannual atau perennial dengan bentuk hidup soliter, berumpun, tegak, menjalar atau memanjat. Secara taksonomi vegetasi bawah umumnya anggota dari suku-suku Poaceae, Cyperaceae, Araceae, Asteraceae, paku-pakuan dan lain-lain. Vegetasi ini banyak terdapat di tempat-tempat terbuka, tepi jalan, tebing sungai, lantai hutan, lahan pertanian dan perkebunan (Aththorick, 2005).

Eucalyptus spp seperti jenis Eucalyptus urophyla, E. grandis dan E. pelita

merupakan jenis cepat tumbuh yang dikembangkan sebagai bahan baku industri

pulp secara luas di PT Toba Pulp Lestari dengan daur tebang 7-8 tahun. Selain itu, jenis Eucalyptus hybrid seperti E. urograndis (E. urophylax E. grandis) terseleksi dan telah berhasil dikembangkan secara luas dengan karakter pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan tetuanya. Pengembangan hybrid Eucalyptus di Indonesia masih tertinggal dibanding dengan negara lain seperti China, Congo, Brazil dan Afrika Selatan yang telah mengusahakan hybrid Eucalyptus secara komersil dengan perbanyakan vegetatif (Mindawati et al., 2010).

Salah satu tumbuhan yang menghambat pertumbuhan dan perkembangan

Eucalyptus spp. adalah gulma. Gulma merupakan tumbuhan yang mengganggu atau merugikan kepentingan manusia sehingga manusia berusaha untuk mengendalikanya. Gulma dapat menimbulkan kerugian secara perlahan selama gulma itu berinteraksi dengan tanaman. Kerugian tersebut terjadi melalui proses


(16)

persaingan atau kompetisi antara gulma dan tanaman dalam memperoleh sarana tumbuh seperti hara, air, cahaya, CO2, dan ruang tumbuh. Selain persaingan,

kerugian tanaman dapat juga terjadi melalui proses alelopati, yaitu proses penekanan pertumbuhan akibat senyawa kimia (alelokimia) yang dikeluarkan oleh gulma (Sembodo, 2010)

Tingkat persaingan tergantung pada curah hujan, varietas, kondisi tanah, kerapatan gulma, lamanya tanaman dan gulma bersaing, umur tanaman saat gulma mulai bersaing. Oleh sebab itu, secara ekonomi gulma sangat merugikan usaha pertanian karena diantara komponen produksi, biaya untuk pengendalian gulma cukup besar, sering lebih mahal dari biaya pengendalian hama dan penyakit (Pane dan Jatmiko, 2002). Tanpa program pengendalian gulma yang baik petani mustahil memperoleh hasil panen yang tinggi dan menguntungkan.

Populasi gulma antara satu daerah dengan daerah lainya berbeda. Pola komunitas gulma yang berubah-ubah sesuai faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dalam prakteknya terutama untuk kepentingan pengelolaan vegetasi, maka jenis-jenis gulma perlu diketahui. Oleh karena itu, perlu dilakukan inventarisasi gulma yang terdapat pada pertanaman Eukaliptus, sehingga dapat ditentukan tindakan atau kebijaksanaan yang akan diterapkan.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menginventarisasi dan mengetahui komposisi serta dominansi jenis-jenis gulma pada tanaman Eucalyptus spp umur 2 bulan.


(17)

Kegunaan Penelitian

1. Tersedianya data dan informasi mengenai gulma penting yang terdapat di Hutan Tanaman Industri Eucalyptus spp

2. Sebagai bahan referensi atau masukan dalam pengelolaan gulma pada tanaman HTI Eucalyptus spp.

3. Sebagai media informasi bagi penelitian-penelitian yang berkaitan dengan gulma.


(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Taksonomi Eucalyptus spp.

Nama Botani dari Eucalyptus grandis adalah Eucalyptus grandis Hill ex Maiden. Eucalyptus grandis adalah nama lain dari Eucalyptus saligna var. pallidivalvis Baker et Smith. Di dunia perdagangan sering disebut Flooded gum, rose gum. Taksonomi dari Eucalyptus grandis sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermathopyta Sub divisio : Angiospermae

Kelas : Dikotyledon

Ordo : Myrtales

Family : Myrtaceae

Genus : Eucalyptus

Spesies : Eucalyptus grandis (Ayensu, 1980).


(19)

Eucalyptus spp. termasuk famili Myrtaceae, terdiri dari kurang lebih 700 jenis. Jenis Eucalyptus dapat berupa semak atau perdu sampai mencapai ketinggian 100 meter umumnya berbatang bulat, lurus, tidak berbanir dan sedikit bercabang. Pohon pada umumnya bertajuk sedikit ramping, ringan dan banyak meloloskan sinar matahari. Percabangannya lebih banyak membuat sudut ke atas, jarang-jarang dan daunnya tidak begitu lebat. Daunnya berbentuk lanset hingga bulat telur memanjang dan bagian ujungnya runcing membentuk kait. Pada pohon yang masih muda letak daunya berhadapan bentuk dan ukurannya sering berbeda dan lebih besar daripada pohon tua. Pada umur tua, letak daun berselang-seling.

Ciri khas lainnya adalah sebagian atau seluruh kulitnya mengelupas dengan bentuk kulit bermacam-macam mulai dari kasar dan berserabut, halus bersisik, tebal bergaris-garis atau berlekuk-lekuk. Warna kulit mulai dari putih kelabu, abu-abu muda, hijau kelabu sampai coklat, merah, sawo matang sampai coklat (Irwanto, 2007).

Penyebaran Eucalyptus spp.

Marga Eucalyptus terdiri atas 500 jenis yang kebanyakan endemik di Australia. Hanya 2 jenis tersebar di wilayah Malesia (Maluku, Sulawesi, Nusa Tenggara dan Filiphina) yaitu Eucalyptus urophylus dan Eucalyptus deglupta. Beberapa jenis menyebar dari Australia bagian utara menuju Malesia bagian timur. Keragaman terbesar di daerah-daerah pantai New South Wales dan Australia bagian Barat daya. Pada saat ini beberapa jenis ditanam di luar daerah penyebaran alami, misalnya di kawasan Malesia, juga di Benua Asia, Afrika bagian Tropika dan Subtropika, Eropa bagian Selatan, Amerika Selatan dan Amerika Tengah.


(20)

Hampir semua jenis Eucalyptus berdaptasi dengan iklim muson. Beberapa jenis bahkan dapat bertahan hidup di musim yang sangat kering, misalnya jenis- jenis yang telah dibudidayakan yaitu Eucalyptus alba, Eucalyptus camaldulensis,

Eucalyptus citriodora. Eucalyptus deglupta adalah jenis yang beradaptasi pada habitat hutan hujan dataran rendah dan hutan pegunungan rendah, pada ketinggian hingga 1800 meter dari permukaan laut, dengan curah hujan tahunan 2500-5000 mm, suhu minimum rata-rata 230 dan maksimum 310 di dataran rendah, dan suhu minimum rata-rata 130 dan maksimum 290 di pegunungan (Latifah, 2004).

Syarat Tumbuh Eucalyptus spp.

Jenis-jenis Eucalyptus terutama menghendaki iklim bermusim (daerah arid) dan daerah yang beriklim basah dari tipe hujan tropis. Jenis Eucalyptus tidak menuntut persyaratan yang tinggi terhadap tempat tumbuhnya. Eucalyptus spp dapat tumbuh pada tanah yang dangkal, berbatu-batu, lembab, berawa-rawa, secara periodik digenangi air, dengan variasi kesuburan tanah mulai dari tanah-tanah kurus gersang sampai pada tanah-tanah yang baik dan subur. Jenis Eucalyptus

dapat tumbuh di daerah beriklim A sampai C dan dapat dikembangkan mulai dari dataran rendah sampai daerah pegunungan yang tingginya per tahun yang sesuai bagi pertumbuhannya antara 0 - 1 bulan dan suhu rata-rata per tahun 20° - 32°C (Irwanto, 2007).

Biologi Gulma

Gulma adalah tumbuh-tumbuhan yang tumbuh pada tempat yang tidak diinginkan sehingga menimbulkan kerugian bagi tujuan manusia. Tumbuhan yang lebih lazim sebagai gulma mempunyai sifat-sifat atau ciri khas tertentu yang


(21)

memungkinkan untuk mudah tersebar luas dan mampu menimbulkan kerugian. Tumbuhan yang biasa menjadi gulma mempunyai beberapa ciri khas yaitu: pertumbuhanya cepat, mempunyai daya bersaing yang kuat dalam perebutan faktor-faktor kebutuhan hidup, mempunyai toleransi yang besar terhadap suasana lingkungan yang ekstrim, mempunyai daya berkembang biak yang besar baik secara generatif atau vegetatif maupun kedua-duanya, alat perkembangbiakanya mudah tersebar melalui angin, air maupun binatang dan bijinya mempunyai sifat dormansi yang memungkinkan untuk bertahan hidup dalam kondisi yang tidak menguntungkan (Nasution, 1986).

Gulma berkembang biak secara generatif (biji) maupun vegetatif. Secara umum gulma semusim berkembang biak melalui biji. Biasanya produksi biji sangat banyak, bahkan dapt menghasilkan 40.000 biji dalam satu musim, misalnya jajagoan (Echinochloa crusgalli). Gulma tahunan lebih efisien perkembangbiakanya dari gulma semusim, karena gulma ini dapat tumbuh dengan biji atatu hanya secara vegetatif. Contoh teki dan alang-alang, kedua spesies gulma ini produksi bijinya tidak banyak, tetapi dapat tumbuh cepat melalui umbi dan rhizona (Sukman dan Yakup, 2002).

Klasifikasi atau penggolongan gulma diperlukan untuk memudahkan dalam mengenali atau mengidentifikasi gulma. Penggolongan gulma menurut kesamaan responya terhadap herbisida paling banyak digunakan bila dikaitkan dengan pengendalian gulma. Kesamaan respon terhadap herbisida adalah sifat atau gejala umum yang ditunjukkan gulma tersebut apabila dikenai suatu herbisida. Pada kenyataanya di lapangan, gulma dari spesies yang samapun memberikan respon yang berbeda terhadap herbisida tertentu (Sembodo, 2010).


(22)

Pengelompokan gulma diperlukan untuk memudahkan pengendalian, pengelompokan dapat dilakukan berdasarkan daur hidup, habitat, ekologi, klasifikasi taksonomi, dan tanggapan terhadap herbisida. Berdasarkan daur hidup dikenal gulma setahun (annual) yang hidupnya kurang dari setahun dan gulma tahunan (perennial) yang siklus hidupnya lebih dari satu tahun. Berdasarkan habitatnya dikenal gulma daratan (terrestrial) dan gulma air (aquatic) yang terbagi lagi atas gulma mengapung (floating), gulma tenggelam (submergent), dan gulma sebagian mengapung dan sebagian tenggelam (emergent). Berdasarkan ekologi dikenal gulma sawah, gulma lahan kering, gulma perkebunan, dan gulma rawa atau waduk. Berdasarkan klasifikasi taksonomi dikenal gulma monokotil, gulma dikotil, dan gulma paku-pakuan. Berdasarkan tanggapan pada herbisida, gulma dikelompokkan atas gulma berdaun lebar (broad leaves), gulma rumputan (grasses), dan gulma teki (sedges) (Fadhly dan Tabri, 2008) . Pengelompokan yang terakhir ini banyak digunakan dalam pengendalian secara kimiawi menggunakan herbisida.

Gulma mempunyai perakaran serabut bagi gulma berdaun sempit (monokotil) atau berakar tunggang untuk gulma berdaun lebar (dikotil). Gulma mempunyai perakaran yang cukup luas dan dalam. Tanda-tanda seperti inilah yang menyebabkan gulma dapat bertahan dalam keadaan yang tidak menguntungkan untuk tanaman dan bahkan sebagai pertanda kuatnya saingan bersaing dengan tanaman yang ada di sekitarnya (Moenandir, 1993).


(23)

Gulma Sebagai Pengganggu Tanaman

Secara umum, faktor-faktor fisiologi yang berpengaruh dalam efek persaingan suatu gulma adalah: saat perkecambahan, luasnya area fotosintesis pada awal pertumbuhan, tingkat asimilasi netto, tingkat produksi daun susunan daun, sistem perakaran yang cepat dibentuk, luasnya penguasaan sistem perakaran, letak sistem perakaran, tingkat pengambilan unsur hara, air dan nitrogen, toleransi terhadap kekeringan, efisiensi penggunaan mineral, dan zat alelopati (Nasution, 1986).

Kompetisi berasal dari kata competere yang berarti mencari atau mengejar sesuatu yang secara bersamaan diperlukan oleh lebih dari satu pencari. Clement et al. (1929) mengutarakan bahwa kompetisi adalah proses fisika murni. Persaingan timbul dari reaksi 3 tanaman pada faktor fisik dan pengaruh faktor yang dimodifikasikan pada pesaing-pesaingnya. Dua tanaman meskipun tumbuh berdekatan, tidak akan bersaing bila bahan yang diperebutkan jumlahnya berlebihan. Bila salah satu bahan itu berkurang maka persaingan akan timbul (Triharso, 2004).

Persaingan untuk nutrisi yang terjadi antara tanaman budidaya dan gulma, nampaknya sulit diinterpretasikan secara teliti sebab pengaruh pemupukan dalam suatu pertanaman budidaya akan selalu ada dan adanya mikro organisme. Dalam tanah yang kaya nutrisi kehilangan hasil akibat adanya gulma cukup tinggi. Gulma pada hakikatnya juga membutuhkan nutrisi yang banyak, dan penyerapan pupuk bila ada juga lebih cepat. Persaingan untuk nutrisi, antara tanaman dan gulma tergantung pada kadar nutrisi yang terkandung dalam tanah dan tersedia


(24)

bagi keduanya, dan tergantung pula pada kemampuan ke dua tanaman dan gulma menarik masuk ion-ion nutrisi tersebut (Moenandir, 1993).

Kompetisi gulma-tanaman pada sistem produksi tanaman dikaitkan dengan ketersediaan sarana tumbuh yang terbatas jumlahnya, seperti air, cahaya, unsur hara, CO2 dan ruang tumbuh. Kompetisi untuk memperebutkan sarana tumbuh ini disebut kompetisi langsung. Kompetisi tidak langsung terjadi melalui proses penghambatan pertumbuhan akibat adanya senyawa kimia (alelokimia) yang dikeluarkan tumbuhan yang berada di dekatnya. Beberapa faktor yang menentukan derajat atau tingkat kompetisi antara gulma dengan tanaman adalah jenis, kerapatan, distribusi, waktu kehadiran gulma, kultur teknis yang diterapkan dan allelopati (Sembodo, 2010).

Kelembaban atau kerapatan populasi gulma menentukan persaingan dan makin besar pula penurunan produksi tanaman. Gulma yang muncul atau berkembang lebih dulu atau bersamaan dengan tanaman yang dikelola, berakibat besar terhadap pertumbuhan dan hasil panen tanaman. Persaingan gulma pada awal pertumbuhan akan mengurangi kuantitas hasil, sedangkan persaingan dan gangguan gulma menjelang panen berpengaruh besar terhadap kualitas hasil. Perbedaaan cara penanaman, laju pertumbuhan dan umur varietas yang ditanam, dan tingkat ketersediaan unsur hara juga akan menentukan besarnya persaingan gulma dengan tanaman (Sukman dan Yakup, 2002).

Gulma merupakan penyebab utama kehilangan hasil tanaman budidaya lewat persaingan untuk cahaya, air, nutrisi, ruang dan lainya. Mungkin dengan adanya pengendalian yang terus menerus dapat merusak tanaman karena sentuhan mekanik dan dengan sendirinya akan dapat mengurangi hasil dan demikian


(25)

seterusnya. Kehilangan hasil tersebut dapat pula didekati dengan membandingkan hasil dari lahan bergulma dan bebas gulma (Moenandir, 1993).

Alelopati diartikan sebagai pengaruh negatif satu jenis tumbuhan tingkat tinggi terhadap perkecambahan, pertumbuhan dan pembuahan jenis-jenis tumbuhan lainya. Terdapat dua jenis alelopati yang terdapat di alam yaitu (1) alelopati yang sebenarnya dan (2) alelopati yang fungsional. Alelopati yang sebenarnya adalah pelepasan senyawa beracun dari tumbuhan ke lingkungan sekitarnya dalam bentuk senyawa beracun aslinya yang dihasilkan. Sedangkan alelopati yang fungsional ialah pelepasan senyawa kimia oleh tumbuh-tumbuhan ke lingkungan sekitarnya yang kemudian bersifat sebagai racun setelah mengalami perubahan yang disebabkan mikroba tanah (Sastroutomo, 1990).

Pengendalian Gulma

Metode pengendalian gulma berbeda dengan pengendalian hama dan penyakit tanaman karena komunitas gulma lebih beragam, merugikan tanaman sejak awal sampai panen, gulma berasosiasi dengan hama, patogen dan musuh alami, serta gulma tumbuh berasosiasi dengan tanaman. Oleh sebab itu pengendalian gulma bertujuan untuk: (1) membentuk gulma yang kaya spesies tetapi miskin populasi sehingga pengendalian cara mekanis maupun dengan cara pergiliran tanaman lebih mudah, dan (2) eradikasi total diarahkan pada gulma jahat. Memfasilitasi adanya interaksi antara faktor biologi, faktor lingkungan, dan cara pengendalian sedemikian rupa agar lingkungan tumbuh lebih menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman dibandingkan pertumbuhan gulma (Pane dan Jatmiko, 2002).


(26)

Pengendalian gulma dilakukan bila gulma tersebut sudah memasuki periode kritis dan harus diberantas. Ada enam metode pengendalian gulma yaitu: (1) preventif atau pencegahan yang bertujuan mengurangi pertumbuhan dan penyebaran gulma agar pengendalian dapat dikurangi atau ditiadakan, (2) mekanik/fisik dilakukan secara manual atau menggunakan alat bantu, (3) kultur teknik bertujuan untuk memanipulasi lingkungan sehingga pertumbuhan gulma tertekan, (4) biologi (hayati) bertujuan untuk menekan populasi gulma dengan menggunakan organisme seperti serangga dan mikroba, (5) kimia dengan menggunakan herbisida, dan (7)terpadu dengan cara menggabungkan beberapa metode pengendalian gulma sehingga secara ekonomi menguntungkan dan secara ekologi dapat dipertanggungjawabkan (Sembodo, 2010).

Pengendalian secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan senyawa kimia (herbisida) untuk menghambat atau menghentikan pertumbuhan gulma. Selain herbisida membunuh gulma, juga dapat membunuh organisme lain, sehingga penggunaanya harus selektif dan menjadi alternatif terakhir. Keuntungan penggunaan herbisida antara lain hasilnya cepat terlihat, biaya aplikasi pada lahan yang luas murah, waktu aplikasinya singkat dan cepat serta tenaga kerja (aplikator) yang dibutuhkan relatif sedikit (Rukmana dan Saputra, 1999).

Pencampuran herbisida telah digunakan untuk meningkatkan spektrum pengendalian gulma yang lebih tinggi ketika masing-masing herbisida diaplikasikan sendiri. Pencampuran herbisida menghasilkan tiga bentuk interaksi yaitu antagonist, sinergist, dan additive. Jika respon yang diamati lebih besar dari respon yang diharapkan , maka interaksi tersebut adalah sinergis. Jika respon yang diamati lebih kecil dari respon yang diharapkan , maka interaksi tersebut adalah


(27)

antagonist. Jika respon yang diamati tidak berbeda dengan respon yang diharapkan, maka interaksi tersebut adalah additive (Flint and Barret, 1989).

Glifosat termasuk herbisida purna tumbuh yang berspektrum luas dan sangat efektif untuk mengendalikan rumput tahunan, gulma berdaun lebar dan gulma yang memiliki perakaran dalam (Sutikno, 1992; Sumintapura, 1980). Dari hasil penelitian girsang menunjukkan bahwa Isopropilamina glifosat efektif mengendalikan gulma Kretekan (Cyrtococcum acrescens) dan Alang-alang (Imperata cylindrica), tetapi tidak efektif untuk mengendalikan gulma jenis

Nephrolepis biserrata (Paku-pakuan) pada karet umur 2 tahun. Cara kerja herbisida Isopropilamina glifosat bersifat sistemik, sehingga dapat mematikan seluruh bagian gulma termasuk akar dan bagian vegetatif di dalam tanah. Hal ini terjadi, karena partikel herbisida yang bersifat racun ditranslokasikan dari daun sampai ke bagian akar di dalam tanah. Kelemahan pestisida ini adalah tidak bersifat selektif sehingga bila terkena dapat mematikan tanaman utama.

Penelitian Nurjanah (2002), menyatakan bahwa dari hasil analisis gulma sebelum aplikasi herbisida glifosat dijumpai 12 spesies gulma, 7 jenis berdaun sempit, 3 jenis berdaun lebar dan 2 jenis teki. Berdasarkan nilai SDR diketahui bahwa 3 jenis gulma yang dominan adalah Digitaria cillaris, Isohaeu t.morensis

dan Fimbristylis littolaris. Terjadi pergeseran vegetasi gulma setelah penyemprotan herbisida.


(28)

TINJAUAN PUSTAKA

Taksonomi Eucalyptus spp.

Nama Botani dari Eucalyptus grandis adalah Eucalyptus grandis Hill ex Maiden. Eucalyptus grandis adalah nama lain dari Eucalyptus saligna var. pallidivalvis Baker et Smith. Di dunia perdagangan sering disebut Flooded gum, rose gum. Taksonomi dari Eucalyptus grandis sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermathopyta Sub divisio : Angiospermae

Kelas : Dikotyledon

Ordo : Myrtales

Family : Myrtaceae

Genus : Eucalyptus

Spesies : Eucalyptus grandis (Ayensu, 1980).


(29)

Eucalyptus spp. termasuk famili Myrtaceae, terdiri dari kurang lebih 700 jenis. Jenis Eucalyptus dapat berupa semak atau perdu sampai mencapai ketinggian 100 meter umumnya berbatang bulat, lurus, tidak berbanir dan sedikit bercabang. Pohon pada umumnya bertajuk sedikit ramping, ringan dan banyak meloloskan sinar matahari. Percabangannya lebih banyak membuat sudut ke atas, jarang-jarang dan daunnya tidak begitu lebat. Daunnya berbentuk lanset hingga bulat telur memanjang dan bagian ujungnya runcing membentuk kait. Pada pohon yang masih muda letak daunya berhadapan bentuk dan ukurannya sering berbeda dan lebih besar daripada pohon tua. Pada umur tua, letak daun berselang-seling.

Ciri khas lainnya adalah sebagian atau seluruh kulitnya mengelupas dengan bentuk kulit bermacam-macam mulai dari kasar dan berserabut, halus bersisik, tebal bergaris-garis atau berlekuk-lekuk. Warna kulit mulai dari putih kelabu, abu-abu muda, hijau kelabu sampai coklat, merah, sawo matang sampai coklat (Irwanto, 2007).

Penyebaran Eucalyptus spp.

Marga Eucalyptus terdiri atas 500 jenis yang kebanyakan endemik di Australia. Hanya 2 jenis tersebar di wilayah Malesia (Maluku, Sulawesi, Nusa Tenggara dan Filiphina) yaitu Eucalyptus urophylus dan Eucalyptus deglupta. Beberapa jenis menyebar dari Australia bagian utara menuju Malesia bagian timur. Keragaman terbesar di daerah-daerah pantai New South Wales dan Australia bagian Barat daya. Pada saat ini beberapa jenis ditanam di luar daerah penyebaran alami, misalnya di kawasan Malesia, juga di Benua Asia, Afrika bagian Tropika dan Subtropika, Eropa bagian Selatan, Amerika Selatan dan Amerika Tengah.


(30)

Hampir semua jenis Eucalyptus berdaptasi dengan iklim muson. Beberapa jenis bahkan dapat bertahan hidup di musim yang sangat kering, misalnya jenis- jenis yang telah dibudidayakan yaitu Eucalyptus alba, Eucalyptus camaldulensis,

Eucalyptus citriodora. Eucalyptus deglupta adalah jenis yang beradaptasi pada habitat hutan hujan dataran rendah dan hutan pegunungan rendah, pada ketinggian hingga 1800 meter dari permukaan laut, dengan curah hujan tahunan 2500-5000 mm, suhu minimum rata-rata 230 dan maksimum 310 di dataran rendah, dan suhu minimum rata-rata 130 dan maksimum 290 di pegunungan (Latifah, 2004).

Syarat Tumbuh Eucalyptus spp.

Jenis-jenis Eucalyptus terutama menghendaki iklim bermusim (daerah arid) dan daerah yang beriklim basah dari tipe hujan tropis. Jenis Eucalyptus tidak menuntut persyaratan yang tinggi terhadap tempat tumbuhnya. Eucalyptus spp dapat tumbuh pada tanah yang dangkal, berbatu-batu, lembab, berawa-rawa, secara periodik digenangi air, dengan variasi kesuburan tanah mulai dari tanah-tanah kurus gersang sampai pada tanah-tanah yang baik dan subur. Jenis Eucalyptus

dapat tumbuh di daerah beriklim A sampai C dan dapat dikembangkan mulai dari dataran rendah sampai daerah pegunungan yang tingginya per tahun yang sesuai bagi pertumbuhannya antara 0 - 1 bulan dan suhu rata-rata per tahun 20° - 32°C (Irwanto, 2007).

Biologi Gulma

Gulma adalah tumbuh-tumbuhan yang tumbuh pada tempat yang tidak diinginkan sehingga menimbulkan kerugian bagi tujuan manusia. Tumbuhan yang lebih lazim sebagai gulma mempunyai sifat-sifat atau ciri khas tertentu yang


(31)

memungkinkan untuk mudah tersebar luas dan mampu menimbulkan kerugian. Tumbuhan yang biasa menjadi gulma mempunyai beberapa ciri khas yaitu: pertumbuhanya cepat, mempunyai daya bersaing yang kuat dalam perebutan faktor-faktor kebutuhan hidup, mempunyai toleransi yang besar terhadap suasana lingkungan yang ekstrim, mempunyai daya berkembang biak yang besar baik secara generatif atau vegetatif maupun kedua-duanya, alat perkembangbiakanya mudah tersebar melalui angin, air maupun binatang dan bijinya mempunyai sifat dormansi yang memungkinkan untuk bertahan hidup dalam kondisi yang tidak menguntungkan (Nasution, 1986).

Gulma berkembang biak secara generatif (biji) maupun vegetatif. Secara umum gulma semusim berkembang biak melalui biji. Biasanya produksi biji sangat banyak, bahkan dapt menghasilkan 40.000 biji dalam satu musim, misalnya jajagoan (Echinochloa crusgalli). Gulma tahunan lebih efisien perkembangbiakanya dari gulma semusim, karena gulma ini dapat tumbuh dengan biji atatu hanya secara vegetatif. Contoh teki dan alang-alang, kedua spesies gulma ini produksi bijinya tidak banyak, tetapi dapat tumbuh cepat melalui umbi dan rhizona (Sukman dan Yakup, 2002).

Klasifikasi atau penggolongan gulma diperlukan untuk memudahkan dalam mengenali atau mengidentifikasi gulma. Penggolongan gulma menurut kesamaan responya terhadap herbisida paling banyak digunakan bila dikaitkan dengan pengendalian gulma. Kesamaan respon terhadap herbisida adalah sifat atau gejala umum yang ditunjukkan gulma tersebut apabila dikenai suatu herbisida. Pada kenyataanya di lapangan, gulma dari spesies yang samapun memberikan respon yang berbeda terhadap herbisida tertentu (Sembodo, 2010).


(32)

Pengelompokan gulma diperlukan untuk memudahkan pengendalian, pengelompokan dapat dilakukan berdasarkan daur hidup, habitat, ekologi, klasifikasi taksonomi, dan tanggapan terhadap herbisida. Berdasarkan daur hidup dikenal gulma setahun (annual) yang hidupnya kurang dari setahun dan gulma tahunan (perennial) yang siklus hidupnya lebih dari satu tahun. Berdasarkan habitatnya dikenal gulma daratan (terrestrial) dan gulma air (aquatic) yang terbagi lagi atas gulma mengapung (floating), gulma tenggelam (submergent), dan gulma sebagian mengapung dan sebagian tenggelam (emergent). Berdasarkan ekologi dikenal gulma sawah, gulma lahan kering, gulma perkebunan, dan gulma rawa atau waduk. Berdasarkan klasifikasi taksonomi dikenal gulma monokotil, gulma dikotil, dan gulma paku-pakuan. Berdasarkan tanggapan pada herbisida, gulma dikelompokkan atas gulma berdaun lebar (broad leaves), gulma rumputan (grasses), dan gulma teki (sedges) (Fadhly dan Tabri, 2008) . Pengelompokan yang terakhir ini banyak digunakan dalam pengendalian secara kimiawi menggunakan herbisida.

Gulma mempunyai perakaran serabut bagi gulma berdaun sempit (monokotil) atau berakar tunggang untuk gulma berdaun lebar (dikotil). Gulma mempunyai perakaran yang cukup luas dan dalam. Tanda-tanda seperti inilah yang menyebabkan gulma dapat bertahan dalam keadaan yang tidak menguntungkan untuk tanaman dan bahkan sebagai pertanda kuatnya saingan bersaing dengan tanaman yang ada di sekitarnya (Moenandir, 1993).


(33)

Gulma Sebagai Pengganggu Tanaman

Secara umum, faktor-faktor fisiologi yang berpengaruh dalam efek persaingan suatu gulma adalah: saat perkecambahan, luasnya area fotosintesis pada awal pertumbuhan, tingkat asimilasi netto, tingkat produksi daun susunan daun, sistem perakaran yang cepat dibentuk, luasnya penguasaan sistem perakaran, letak sistem perakaran, tingkat pengambilan unsur hara, air dan nitrogen, toleransi terhadap kekeringan, efisiensi penggunaan mineral, dan zat alelopati (Nasution, 1986).

Kompetisi berasal dari kata competere yang berarti mencari atau mengejar sesuatu yang secara bersamaan diperlukan oleh lebih dari satu pencari. Clement et al. (1929) mengutarakan bahwa kompetisi adalah proses fisika murni. Persaingan timbul dari reaksi 3 tanaman pada faktor fisik dan pengaruh faktor yang dimodifikasikan pada pesaing-pesaingnya. Dua tanaman meskipun tumbuh berdekatan, tidak akan bersaing bila bahan yang diperebutkan jumlahnya berlebihan. Bila salah satu bahan itu berkurang maka persaingan akan timbul (Triharso, 2004).

Persaingan untuk nutrisi yang terjadi antara tanaman budidaya dan gulma, nampaknya sulit diinterpretasikan secara teliti sebab pengaruh pemupukan dalam suatu pertanaman budidaya akan selalu ada dan adanya mikro organisme. Dalam tanah yang kaya nutrisi kehilangan hasil akibat adanya gulma cukup tinggi. Gulma pada hakikatnya juga membutuhkan nutrisi yang banyak, dan penyerapan pupuk bila ada juga lebih cepat. Persaingan untuk nutrisi, antara tanaman dan gulma tergantung pada kadar nutrisi yang terkandung dalam tanah dan tersedia


(34)

bagi keduanya, dan tergantung pula pada kemampuan ke dua tanaman dan gulma menarik masuk ion-ion nutrisi tersebut (Moenandir, 1993).

Kompetisi gulma-tanaman pada sistem produksi tanaman dikaitkan dengan ketersediaan sarana tumbuh yang terbatas jumlahnya, seperti air, cahaya, unsur hara, CO2 dan ruang tumbuh. Kompetisi untuk memperebutkan sarana tumbuh ini disebut kompetisi langsung. Kompetisi tidak langsung terjadi melalui proses penghambatan pertumbuhan akibat adanya senyawa kimia (alelokimia) yang dikeluarkan tumbuhan yang berada di dekatnya. Beberapa faktor yang menentukan derajat atau tingkat kompetisi antara gulma dengan tanaman adalah jenis, kerapatan, distribusi, waktu kehadiran gulma, kultur teknis yang diterapkan dan allelopati (Sembodo, 2010).

Kelembaban atau kerapatan populasi gulma menentukan persaingan dan makin besar pula penurunan produksi tanaman. Gulma yang muncul atau berkembang lebih dulu atau bersamaan dengan tanaman yang dikelola, berakibat besar terhadap pertumbuhan dan hasil panen tanaman. Persaingan gulma pada awal pertumbuhan akan mengurangi kuantitas hasil, sedangkan persaingan dan gangguan gulma menjelang panen berpengaruh besar terhadap kualitas hasil. Perbedaaan cara penanaman, laju pertumbuhan dan umur varietas yang ditanam, dan tingkat ketersediaan unsur hara juga akan menentukan besarnya persaingan gulma dengan tanaman (Sukman dan Yakup, 2002).

Gulma merupakan penyebab utama kehilangan hasil tanaman budidaya lewat persaingan untuk cahaya, air, nutrisi, ruang dan lainya. Mungkin dengan adanya pengendalian yang terus menerus dapat merusak tanaman karena sentuhan mekanik dan dengan sendirinya akan dapat mengurangi hasil dan demikian


(35)

seterusnya. Kehilangan hasil tersebut dapat pula didekati dengan membandingkan hasil dari lahan bergulma dan bebas gulma (Moenandir, 1993).

Alelopati diartikan sebagai pengaruh negatif satu jenis tumbuhan tingkat tinggi terhadap perkecambahan, pertumbuhan dan pembuahan jenis-jenis tumbuhan lainya. Terdapat dua jenis alelopati yang terdapat di alam yaitu (1) alelopati yang sebenarnya dan (2) alelopati yang fungsional. Alelopati yang sebenarnya adalah pelepasan senyawa beracun dari tumbuhan ke lingkungan sekitarnya dalam bentuk senyawa beracun aslinya yang dihasilkan. Sedangkan alelopati yang fungsional ialah pelepasan senyawa kimia oleh tumbuh-tumbuhan ke lingkungan sekitarnya yang kemudian bersifat sebagai racun setelah mengalami perubahan yang disebabkan mikroba tanah (Sastroutomo, 1990).

Pengendalian Gulma

Metode pengendalian gulma berbeda dengan pengendalian hama dan penyakit tanaman karena komunitas gulma lebih beragam, merugikan tanaman sejak awal sampai panen, gulma berasosiasi dengan hama, patogen dan musuh alami, serta gulma tumbuh berasosiasi dengan tanaman. Oleh sebab itu pengendalian gulma bertujuan untuk: (1) membentuk gulma yang kaya spesies tetapi miskin populasi sehingga pengendalian cara mekanis maupun dengan cara pergiliran tanaman lebih mudah, dan (2) eradikasi total diarahkan pada gulma jahat. Memfasilitasi adanya interaksi antara faktor biologi, faktor lingkungan, dan cara pengendalian sedemikian rupa agar lingkungan tumbuh lebih menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman dibandingkan pertumbuhan gulma (Pane dan Jatmiko, 2002).


(36)

Pengendalian gulma dilakukan bila gulma tersebut sudah memasuki periode kritis dan harus diberantas. Ada enam metode pengendalian gulma yaitu: (1) preventif atau pencegahan yang bertujuan mengurangi pertumbuhan dan penyebaran gulma agar pengendalian dapat dikurangi atau ditiadakan, (2) mekanik/fisik dilakukan secara manual atau menggunakan alat bantu, (3) kultur teknik bertujuan untuk memanipulasi lingkungan sehingga pertumbuhan gulma tertekan, (4) biologi (hayati) bertujuan untuk menekan populasi gulma dengan menggunakan organisme seperti serangga dan mikroba, (5) kimia dengan menggunakan herbisida, dan (7)terpadu dengan cara menggabungkan beberapa metode pengendalian gulma sehingga secara ekonomi menguntungkan dan secara ekologi dapat dipertanggungjawabkan (Sembodo, 2010).

Pengendalian secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan senyawa kimia (herbisida) untuk menghambat atau menghentikan pertumbuhan gulma. Selain herbisida membunuh gulma, juga dapat membunuh organisme lain, sehingga penggunaanya harus selektif dan menjadi alternatif terakhir. Keuntungan penggunaan herbisida antara lain hasilnya cepat terlihat, biaya aplikasi pada lahan yang luas murah, waktu aplikasinya singkat dan cepat serta tenaga kerja (aplikator) yang dibutuhkan relatif sedikit (Rukmana dan Saputra, 1999).

Pencampuran herbisida telah digunakan untuk meningkatkan spektrum pengendalian gulma yang lebih tinggi ketika masing-masing herbisida diaplikasikan sendiri. Pencampuran herbisida menghasilkan tiga bentuk interaksi yaitu antagonist, sinergist, dan additive. Jika respon yang diamati lebih besar dari respon yang diharapkan , maka interaksi tersebut adalah sinergis. Jika respon yang diamati lebih kecil dari respon yang diharapkan , maka interaksi tersebut adalah


(37)

antagonist. Jika respon yang diamati tidak berbeda dengan respon yang diharapkan, maka interaksi tersebut adalah additive (Flint and Barret, 1989).

Glifosat termasuk herbisida purna tumbuh yang berspektrum luas dan sangat efektif untuk mengendalikan rumput tahunan, gulma berdaun lebar dan gulma yang memiliki perakaran dalam (Sutikno, 1992; Sumintapura, 1980). Dari hasil penelitian girsang menunjukkan bahwa Isopropilamina glifosat efektif mengendalikan gulma Kretekan (Cyrtococcum acrescens) dan Alang-alang (Imperata cylindrica), tetapi tidak efektif untuk mengendalikan gulma jenis

Nephrolepis biserrata (Paku-pakuan) pada karet umur 2 tahun. Cara kerja herbisida Isopropilamina glifosat bersifat sistemik, sehingga dapat mematikan seluruh bagian gulma termasuk akar dan bagian vegetatif di dalam tanah. Hal ini terjadi, karena partikel herbisida yang bersifat racun ditranslokasikan dari daun sampai ke bagian akar di dalam tanah. Kelemahan pestisida ini adalah tidak bersifat selektif sehingga bila terkena dapat mematikan tanaman utama.

Penelitian Nurjanah (2002), menyatakan bahwa dari hasil analisis gulma sebelum aplikasi herbisida glifosat dijumpai 12 spesies gulma, 7 jenis berdaun sempit, 3 jenis berdaun lebar dan 2 jenis teki. Berdasarkan nilai SDR diketahui bahwa 3 jenis gulma yang dominan adalah Digitaria cillaris, Isohaeu t.morensis

dan Fimbristylis littolaris. Terjadi pergeseran vegetasi gulma setelah penyemprotan herbisida.


(38)

BAHAN DAN METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PT. Toba Pulp Lestari Tbk, Sektor Aek Nauli, kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun Sumatera Utara dari bulan Maret sampai April 2011.

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Sektor Aek Nauli secara geografis terletak pada koordinat 430 25’BT dan 40 89’LU berada pada ketinggian 1200 – 1400 m dpl. Aksesibilitas ke lokasi sangat tinggi karena terletak diantara kota parapat dan pematang siantar melalui jalur lintas sumatera. Keadaan topografi secara umum dapat diklasifikasikan atas areal datar, bergelombang dan berbukit seperti terlihat pada tabel 1.

Tabel 1. Klasifikasi kemiringan Lapangan Sektor Aek Nauli Kelas kemiringan

lahan Kelerengan (%) Luas (Ha) Luas (%)

Datar 0-8 5964 32,60

landai 8-15 5458 29,9

Sedang 15-25 4401 24,1

Curam 25-40 1880 10,3

Sangat curam ≥40 572 3,1

Sumber: Environment PT.TPL,Tbk,2005

Jenis-jenis tanah yang terdapat disini adalah podosik cokelat, podsolik coklat kuning, podsolik cokelat kelabu yang dihasilkan bahan tuff dan umumnya masam. Juga terdapat jenis litosol dan regosol yang dihasilkan dari bahan induk

tuff intermedier dan ditemukan di areal metamorfik.

Sektor Aek Nauli memiliki curah hujan rata-rata 2340 mm/th termasuk ke dalam tipe A (sangat basah) menurut klasifikasi Smith dan Ferguson dimana bulan tertinggi adalah Desember dan bulan terendah adalah Juni. Suhu udara


(39)

rata-rata adalah 23-24 oC. Kelembaban relatif berkisar antara 49,6% - 75,8% dengan rata-rata 62,7%.

Jenis tanaman yang terdapat pada sektor Aek Nauli adalah Eucalyptus grandis, Eucalyptus urophylla, Eucalyptus hybrid dan Eucalyptus pellita, dan tanaman yang paling banyak terdapat di sektor Aek Nauli adalah Eucalyptus hybrid (Environmet PT.TPL,Tbk, 2005). Eukaliptus merupakan salah satu jenis tanaman hutan yang diprioritaskan untuk dikembangkan dalam program HTI, karena jenis ini adalah fast growing dan kegunaannya sebagai bahan baku pulp dan kertas yang baik. Sutisna dkk (1998) mengemukakan bahwa tanaman Eukaliptus banyak dikembangkan karena memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap iklim dan tempat tumbuh, sifat kayu yang cukup baik, dan memliki daur hidup yang cepat/pendek (5-6 tahun).

Bahan dan Alat

Bahan yang diperlukan adalah tegakan Eucalyptus spp klon IR 46

Eucalyptus Urograndis (E. Urophylla x E. grandis) umur 2 bulan. Alat yang digunakan adalah pita ukur, kamera digital, kalkulator, alat tulis dan buku determinasi gulma.

Metode Penelitian

Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive sampling

berdasarkan keberadaan gulma di lapangan. Pengamatan dan pengambilan data gulma di lapangan pada 3 lokasi penelitian seluas 7,4 ha menggunakan metode kuadrat. Pada lokasi penelitian dibuat plot berukuran 2x2 sebanyak 50 plot untuk 3 lokasi pertanaman Eukaliptus umur 2 bulan. Dalam setiap plot dicatat setiap


(40)

nama, jumlah jenis dan jumlah individu gulma yang dijumpai yang selanjutnya diidentifikasi. Sebagai ilustrasi, pada Gambar 1. dapat dilihat peletakan plot contoh secara purposive.

Gambar 1. Penentuan plot secara purposive

Analisis Data

Untuk mengetahui sruktur komposisi jenis gulma yang terdapat di bawah tegakan Eucalyptus spp, maka perlu dihitung kerapatan (K), Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi (F), Frekuensi Relatif (FR), dan Indeks Nilai Penting (INP) (Odum, 1993) dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

a. Kerapatan Jenis

Kerapatan adalah jumlah individu suatu jenis pada suatu lokasi tertentu, dirumuskan :

Ki =

contoh plot

luas

species individu

Σ

b. Kerapatan Relatif

Kerapatan relatif adalah persentase kerapatan jenis terhadap kerpatan dari seluruh jenis, dirumuskan :

KR = x100%

species seluruh

total K

i species


(41)

c. Frekuensi

Frekuensi adalah perbandingan banyaknya plot contoh yang ditemui suatu jenis terhadap plot contoh yang dibuat, dirumuskan :

F =

contoh petak

sub seluruh

i species ditemukan

petak sub

Σ

− Σ

d. Frekuensi Relatif

Frekuensi relatif adalah persentase frekuensi suatu jenis terhadap frekuensi seluruh jenis, dirumuskan :

FR = x100%

species seluruh

total F

i species

F

e. Indeks Nilai Penting (INP)

Nilai ini menunjukkan dominansi suatu jenis dalam suatu tegakan atau areal tertentu, dirumuskan :


(42)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jenis Vegetasi Gulma

Inventarisasi gulma di bawah tegakan Eukaliptus yang berumur 2 bulan ditemukan kesuluruhan gulma berjumlah 39 jenis dari 15 famili. Famili tumbuhan yang mendominasi komunitas gulma tersebut adalah dari famili Poaceae yang berdaun sempit (rumput-rumputan) dan Asteraceae yang berdaun lebar. Adapun beberapa jenis gulma yang ditemukan di lokasi merupakan gulma yang umumnya dijumpai di semua tempat, hanya beberapa jenis diantaranya mengandung zat alelopati. Jenis vegetasi gulma dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jenis vegetasi gulma di tiga lokasi penelitian TPL Sektor Aek Nauli

No Famili Jumlah

Jenis Jenis Vegetasi

1 Asteraceae 8 Mikania micrantha, Ageratum conyzoides, Chromolaena odorata, Erechtites valerianifolia, Galinsoga parviflora, Sonchus arvensis, Emilia sonchifolia, Erigeron sumatrensis.

2 Commelinaceae 1 Commelina difusa

3 Cyperaceae 2 Cyperus kylingia, Cyperus rotundus

4 Dennsteadtiaceae 1 Nephrolepis biserrata

5 Euphorbiaceae 3 Euphorbia prunifolia, Phyllanthus urinaria, Euphorbia hirta

6 Labiatae 1 Hyptis rhomboidea

7 Mackinlayaceae 1 Centella asiatica

8 Malvaceae 2 Sida rhombifolia, Urena lobata

9 Melastomaceae 1 Clidemia hirta

10 Mimosaceae 1 Mimosa pudica

11 Poaceae 12 Imperata cylindrica, echinochloa colona, Paspalum commersonii, Paspalum conjugatum, Dactyloctenium aegyptium, Oplismenus compositus, Brachiaria distacyha, Brachiaria mutica, Echinochloa crusgalli, Cynodon dactylon, Sporobolus diander, Eleusine indica.

12 Rubiaceae 3 Borreria latifolia, Borreria laevis, Borreria repens

13 Thelypteridaceae 1 Cyclosorus aridus

14 Verbenaceae 1 Stachytarpheta indica

15 Zingiberacea 1 Curcuma heyneana

Dari Tabel 2. diketahui bahwa ada 2 famili gulma dengan jenis terbanyak yang mendominasi pada 3 lokasi yaitu famili Poaceae sebanyak 12 jenis diikuti oleh Asteraceae sebanyak 8 jenis. Dari famili Poaceae gulma yang mendominasi yaitu Alang-alang (Imperata cylindrica). Gulma ini merupakan rumput tahunan yang sangat tangguh, toleran terhadap panas, kekeringan dan tanah miskin unsur


(43)

hara. Selain itu juga mengeluarkan zat alelopati berupa senyawa fenol yang bersifat racun terhadap tumbuhan lainya. Dari famili Asteraceae gulma yang mendominasi yaitu Sembung rambat (Mikania micrantha). Mikania micrantha

mengeluarkan zat ekskresi yang mengandung phenol dan flavon yang bisa menekan pertumbuhan tanaman. Gulma ini disamping mengandung zat alelopati juga sifatnya yang merambat dan membelit bibit Eukaliptus sehingga dapat menghambat pertumbuhanya. Gulma penting lainya yang juga mengandung zat alelopati dari famili Cyperaceae yaitu Teki (Cyperus rotundus) yang bersaing dalam hal air dan unsur hara terutama nitrogen.

Indeks Nilai Penting (INP) adalah parameter kuantitatif yang dapat dipakai untuk menyatakan tingkat dominansi (tingkat penguasaan) spesies-spesies dalam suatu komunitas tumbuhan. Spesies yang dominan (yang berkuasa) dalam suatu komunitas tumbuhan akan memiliki indeks nilai penting yang tinggi (Indriyanto, 2006). Adapun Indeks Nilai Penting (INP) untuk semua jenis vegetasi gulma dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jenis-jenis gulma, nilai kerapatan, frekuensi dan indeks nilai penting gulma di bawah tegakan Eukaliptus umur 2 bulan.

No. Nama Latin Nama Lokal KR (%) FR (%) INP

1 Clidemia hirta Akar kala 3.02 15.06 18.07 2 Imperata cylindrica Alang-alang 1.12 2.07 3.19 3 Borreria latifolia Kentangan 66.45 17.54 83.99 4 Borreria laevis Rumput kancing ungu 15.21 14.92 30.13 5 Euphorbia prunifolia Patikan emas 0.09 0.83 0.92

6 Commelina difusa Aur-aur 2.76 7.32 10.08

7 Mikania micrantha Sembung rambat 1.38 6.22 7.59 8 Echinochloa colona Rumput kusa-kusa 0.60 1.66 2.26 9 Paspalum commersonii Rumput gegenjuran 0.21 0.55 0.76 10 Nephrolepis biserrata Paku harupat 0.58 3.31 3.89 11 Sida rhombifolia Sidaguri 0.04 0.41 0.45 12 Paspalum conjugatum Rumput pait 0.08 0.41 0.49 13 Borreria repens Teki gedeh 0.08 0.41 0.49 14 Hyptis rhomboidea Udel-udelan 0.22 1.24 1.46


(44)

15 Ageratum conyzoides Wedusan 0.26 1.66 1.92 16 Dactyloctenium aegyptium Tapak jalak 0.84 1.52 2.36 17 Oplismenus compositus Temblekan 0.70 2.35 3.05 18 Chromolaena odorata Kirinyuh 0.40 1.80 2.20 19 Brachiaria distacyha Gajihar 0.14 0.28 0.42 20 Brachiaria mutica Rumput malela 0.08 0.55 0.63 21 Echinochloa crusgalli Jajagoan 0.24 0.69 0.93 22 Cyperus kylingia Teki rawa 1.23 2.62 3.86 23 Stachytarpheta indica Jarong lalaki 0.01 0.28 0.29 24 Erechtites valerianifolia Sintrong 0.44 2.49 2.92

25 Cyperus rotundus Teki 1.39 2.62 4.02

26 Galinsoga parviflora Kuningan 0.41 1.93 2.35 27 Phyllanthus urinaria Meniran 0.06 0.41 0.47 28 Sonchus arvensis Tempuyung 0.01 0.14 0.15 29 Cynodon dactylon Grintingan 1.08 1.66 2.74 30 Sporobolus diander Lancuran 0.35 1.66 2.01 31 Emilia sonchifolia Komondelan 0.03 0.55 0.59 32 Erigeron sumatrensis Jabung 0.02 0.28 0.30 33 Centella asiatica Pegagan 0.02 0.28 0.30

34 Urena lobata Pulutan 0.01 0.14 0.15

35 Euphorbia hirta patikan 0.15 1.24 1.40

36 Curcuma heyneana Temu kunci 0.00 0.14 0.14 37 Eleusine indica Rumput belulang 0.09 1.24 1.33 38 Cyclosorus aridus Pakis kadal 0.16 1.24 1.41 39 Mimosa pudica Putri malu 0.01 0.28 0.29

Total 100 100 200

Pembahasan

Dari Hasil inventarisasi gulma terdapat 39 jenis gulma dari 15 famili yaitu Asteraceae, Commelinaceae, Cyperaceae, Dennsteadtiaceae, Euphorbiaceae, Labiatae, Mackinlayaceae, Malvaceae, Melastomaceae, Mimosaceae, Poaceae, Rubiaceae, Thelypteridaceae, Verbenaceae, dan Zingiberacea menunjukkan bahwa gulma dari golongan famili Rubiaceae yaitu jenis borreria spp. menempati urutan pertama dalam hal jumlah, sebaran, dan dominansi dalam setiap plot. Jenis lainya yang mendominasi yaitu Akar kala (Clidemia hirta) dan Aur-aur (Commelina difusa).Semua jenis gulma yang tumbuh berada pada lokasi terbuka,


(45)

sehingga gulma tersebut merupakan jenis-jenis gulma yang pertama tumbuh (pioner) pada tanaman Eukaliptus umur 2 bulan sebagai bagian dari suksesi sekunder. Menurut Sastroutomo (1990) suksesi sekunder sering terjadi akibat adanya persaingan antarjenis di mana jenis-jenis pionir akan masuk, tumbuh, dan menertap di suatu habitat terbuka dan saling berkompetisi. Jenis-jenis tersebut umumnya adalah gulma yang tumbuh pada lahan terbuka, tidak ternaung dan mendapat cahaya matahari penuh.

Gambar 2. Bibit Eukaliptus yang tertekan Borreria spp.

Berdasarkan hasil pada Tabel 3. jenis gulma yang memiliki Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi yaitu kentangan (Borreria latifolia) dari famili Rubiaceae dengan INP=83,99% dan yang terendah yaitu temu kunci (Curcuma heyneana) dengan INP=0,14%. Dominansi Borreria latifolia terdapat pada ketiga lokasi yang diteli. Hal ini dikarenakan Borreria latifolia merupakan gulma berdaun lebar yang dominan tumbuh pada masa pembibitan, tumbuh pada tanah kering atau lembab di daerah terbuka atau ternaung, berbunga sepanjang tahun, penyebaranya meliputi 20-1600 mdpl. Kentangan (Borreria latifolia) termasuk gulma penting karena efek persaingan yang ditimbulkanya cukup besar dalam menekan pertumbuhan bibit Eukaliptus.


(46)

Dari Rubiaceae, selain Borreria latifolia, ada juga rumput kancing ungu (Borreria laevis) menempati urutan kedua dengan INP =30,13%. Sama seperti

Borreria latifolia, kecuali Borreria laevis tumbuh jarang-jarang pada areal pembibitan, areal belum menghasilkan dan areal menghasilkan. Dari famili Poaceae, INP paling tinggi terdapat pada Alang-alang (Imperata cylindrica) sebesar 3,19%. Sedangkan dari Asteraceae, Mikania micrantha mempunyai INP paling tinggi sebesar 7,59%.

Akar kala (Clidemia hirta)yang juga mendominasi pertanaman Eukaliptus dengan INP=18,07 menempati urutan ketiga di bawah Borreria sp. Clidemia hirta

merupakan tumbuhan perdu tahunan, gulma yang tangguh, perakaran kuat, batangnya keras dan bila ditebas akan tumbuh tunas-tunas baru. Gulma ini tumbuh pada tanah yang lembab atau agak kering, lokasi terbuka atau ternaung, berbunga sepanjang tahun dan penyebaranya meliputi 5-1.350 mdpl.

Famili Poaceae memiliki jumlah jenis tertinggi pada lokasi penelitian karena semua anggota famili ini merupakan tumbuhan sederhana, memiliki alat perkembangbiakan yang ringan sehingga mudah dipencar serta mudah hidup pada berbagai tipe habitat. Sifat-sifat ini dimiliki pula oleh suku Asteraceae yang memiliki jumlah jenis tertinggi kedua. Holm (1978) dalam Sastroutomo (1990) menyatakan dari 250 jenis tumbuhan bawah yang tumbuh di antara tanaman pokoknya 40% diantaranya termasuk ke dalam suku Poaceae dan Asteraceae. Cyperaceae memiliki sifat ekologi yang hampir sama dengan Poaceae tetapi karena sifat hidupnya yang berumpun menyebabkan penyebarannya tidak merata. Suku Poaceae dan Cyperaceae mamiliki daya adaptasi yang tinggi, distribusi luas,


(47)

dan mampu tumbuh pada lahan kering maupun tergenang (Rukmana & Saputra, 1999).

Keragaman gulma yang terdapat di tiga lokasi pertanaman Eukaliptus umur 2 bulan hampir sama, hanya ada beberapa jenis gulma pada setiap wilayah yang berbeda. Hal ini diperkuat oleh Utami, et al (2006) yang meneliti keragaman gulma di bawah tegakan Pulai darat (Alstonia angustiloba) umur 1-4 tahun relatif sama. Pada lokasi I terdapat Sonchus arvensis dan Erigeron sumatrensis,lokasi II terdapat Curcuma heyneana, serta lokasi III terdapat Centella asiatica dan Urena lobata. Sedikitnya gulma yang dijumpai di setiap lokasi disebabkan oleh penyemprotan herbisida yang dilakukan sebelum penanaman Eukaliptus sewaktu penyiapan lahan, sehingga gulma yang tumbuh baru beberapa jenis saja.

Perbedaan keragaman gulma yang dijumpai di satu lokasi berbeda dengan lokasi lainya.hal ini disebabkan oleh berbagai macam faktor. Di antara faktor-faktor tersebut yang paling berpengaruh yaitu jenis tanah, ketinggian tempat, pola kultur tenis.

Jenis Tanah

Komposisi gulma dan penutupannya pada pertanaman yang berbeda jenis tanahnya di suatu daerah ekologi tertentu menunjukkan perbedaan yang besar. Pada tanah Alluvial atau hidromorfik dijumpai gulma golongan teki-tekian lebih banyak jenisnya dan lebih dominan dibanding dengan yang dijumpai pada tanah Podsolik. Sedangkan gulma berdaun lebar dijumpai lebih dominan pada pertanaman yang jenis tanahnya Podsolik (Nasution, 1981). Percobaan menunjukkan bahwa jenis tanah sektor Aek Nauli lebih cepat pertumbuhan gulmanya dibandingkan dengan sektor-sektor lainya. Jenis tanah yang terdapat


(48)

pada lokasi penelitian adalah asosiasi Podsolik, podsolik coklat, Podsolik Coklat Kekuningan, dan podsolik coklat kelabu. Dengan tipe tanah seperti itu, pada pertanaman Eukaliptus dominan dijumpai gulma berdaun lebar dengan jenis yang beragam dan sedikit teki-tekian.

Produksi biji gulma pada suatu habitat akan menjadi lebih tinggi jika habitat itu subur artinya mempunyai unsur hara dan kelembaban yang cukup. Pada lokasi penelitian, unsur hara diberikan secara intensif pada masa pembibitan Eukaliptus di lapangan sehingga tanah menjadi subur. Hal ini mendorong pertumbuhan gulma-gulma pioner tumbuh secara melimpah dibandingkan dengan kondisi pada umur tiang atau pohon yang pertumbuhan gulmanya tidak begitu signifikan. Penelitian menunjukkan bahwa gulma menyerap lebih banyak unsur hara dibandingkan tanaman. Menurut Sukman (2002), nitrogen merupakan unsur yang paling banyak diperebutkan antara tanaman dan gulma. Pada bobot kering yang sama, gulma mengandung kadar N dua kali lebih banyak dibandingkan jagung.

Ketinggian Tempat

Faktor lain yang mempengaruhi keragaman gulma yaitu ketinggian dari permukaan laut. Menurut Amperawati dan Basuki (1999) dalam penelitianya di kawasan Aek Nauli pada ketinggian 950-1575 m dpl dijumpai lebih banyak jenis tumbuhan bawah berdaun lebar dan sedikit jenis rerumputan. Ketinggian rata-rata lokasi penelitian 1200 m dpl dengan keadaan topografi sebagiam besar relatif bergelombang dengan kelerengan antara 2-15% dan suhu udara rata-rata 240C. Dengan ketinggian tempat dan iklim tersebut, gulma yang dominan pada tegakan


(49)

Eukaliptus umur 2 bulan yaitu gulma berdaun lebar seperti Kentangan (Borreria latifolia), rumput kancing ungu (Borreria laevis) dan Akar kala (Clidemia hirta).

Menurut Sastroutomo (1990) pada keadaan suhu yang tetap , hampir semua biji gulma yang tidak berada dalam keadaan dorman mempunyai satu suhu optimum saja untuk perkecambahanya. Meskipun demikian, beberapa jenis gulma dapat juga mempunyai dua suhu optimumnya. Besarnya fluktuasi suhu malam hari lebih memegang peranan penting dibandingkan dengan cahaya. Perubahan musiman pada suhu tanah dan kisaranya akan mempengaruhi kebutuhan akan suhu yang diperlukan untuk perkecambahan biji-biji gulma.

Cahaya merupakan faktor penentu dalam dominansi suatu gulma. Pada lokasi penelitian cahaya matahari mudah masuk karena tanah di lokasi tersebut lapang sehingga biji-biji gulma yang merupakan gulma pioner dengan mudah tumbuh dengan intensitas cahaya yang melimpah. Semua jenis tanah akan memantulkan cahaya secara sempurna dan kondisi cahaya yang cukup untuk perkecambahan hanya terdapat pada permukaan tanah atau pada kedalaman beberapa mm saja. Tiga faktor dalam kualitas cahaya yang sebenarnya memegang peranan penting pada perkecambahan yaitu (1) intensitasnya, (2) komposisi spektrumnya dan (3) lamanya penyinaran.

Pola Kultur Teknis

Pola kultur teknis juga mempengaruhi keragaman komunitas gulma pada pertanaman Eukaliptus. Faktor-faktor kultur teknis yang mempengaruhi sifat komunitas gulma adalah adanya vegetasi penutup tanah (kacang-kacangan), cara pengendalian gulma, pemupukan, drainase, intensitas naungan (yang erat


(50)

hubungannya dengan bentuk dan kepadatan tajuk tanaman dan jarak tanam), dan lain-lain. Di lokasi penelitian tidak dilakukan penanaman tumbuhan kacang-kacangan penutup tanah. Efek yang ditimbulkan oleh tumbuhan tersebut bisa menguntungkan dan merugikan, tetapi kerugian yang ditimbulkan lebih besar dibandingkan dengan keuntungannya. Penyemprotan herbisida merupakan cara yang tepat dalam mengendalikan gulma, terutama gulma berbatang keras.

Pengendalian gulma dengan menggunakan herbisida merupakan cara yang utama dalam mengendalikan gulma di pertanaman eukaliptus dikarenakan efektifitas dan efesiensi bahan tersebut. Umumnya herbisida yang digunakan adalah herbisida campuran bersifat sistemik contohnya glifosat yang ampuh terhadap Clidemia hirta yang merupakan gulma utama diberantas di pertanaman Eukaliptus karena perakaranya dalam dan berbatang keras. Menurut Sastroutomo (1990), glifosat sangat efektif untuk mengendalikan rumput tahunan, berdaun lebar dan mempunyai perakaran yang dalam. Pengaruh penyemprotan akan tampak pada 2-4 hari pada gulma semusim, 7-10 hari pada gulma menahun. Cara kerjanya mempengaruhi asam nukleat dan sintesa protein.

Disamping itu, jarak tanam juga merupakan hal yang harus diperhatikan dalam pengelolaan gulma. Penanaman dengan jarak tanam yang sangat jarang memberikan kesempatan pada gulma untuk tumbuh leluasa. Peningkatan kepadatan tanaman meningkatkan efek naungan terhadap gulma sehingga mengurangi pertumbuhan dan reproduksinya. Meskipun demikian pada jarak tanam yang sempit mungkin tanaman budidaya memberikan hasil relatif kurang. Oleh karena itu sebaiknya penanaman dilakukan pada jarak yang optimal.


(51)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Komposisi vegetasi gulma yang ditemukan pada tiga lokasi penelitian yaitu 39 jenis termasuk dalam 15 famili. Keragaman gulma relatif sama pada ke tiga lokasi yang didominasi oleh famili Poaceae dan Asteraceae.

2. Jenis gulma yang mendominasi pada pertanaman Eukaliptus umur 2 bulan yaitu Kentangan (Borreria latifolia) (INP=83,99%) dalam hal jumlah, sebaran, dan dominansi pada setiap plot. Sedangkan INP terendah terdapat pada temu kunci (Curcuma heyneana) (INP=0,14%).

3. Faktor jenis tanah, ketinggian tempat dan kultur teknis berperan dalam menentukan sruktur komunitas gulma di suatu lokasi.

Saran

Diperlukan penelitian lebih lanjut pada pertanaman Eukaliptus umur 1 sampai 4 tahun untuk mengetahui perbedaan jenis-jenis gulma yang terdapat pada sektor Aek Nauli.


(52)

DAFTAR PUSTAKA

Amperawati, T. dan T.M. Basuki. 1999. Prosiding. Seminar Hasil-Hasil Penelitian Badan Penelitian Kehutanan Pematang Siantar. 4 Maret 2000. Parapat. Hal.88-97

Aththorick, T.A. 2005. Kemiripan Komunitas Tumbuhan Bawah Pada Beberapa

Ekosistem Perkebunan di Kabupaten Labuhan Batu. Komunikasi

Penelitian 17:42-48

Ayensu. 1980. Eucalyptus urophylla. National Academy of Sciences.

Washington. D.C

Darwo. 1997. Evaluasi hasil inventarisasi tegakan Eucalyptus urophylla di HTI PT Inti Indo Rayon Utama, Sumatera Utara. Konifera 1:21-25

Fadhly, A.F. dan F. Tabri. 2008. Pengendalian Gulma pada Pertanaman Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros.

Flint, J.R., and M. Barret. 1989. Effect of Glyphosate Combination with 2,4-D or Dicamba on Field Bindweed (Convolvulus arvensis). Weed Science 37:12

Girsang, W. 2005. Pengaruh Tingkat Dosis Herbisida Isopropilamina glifosat dan Selang Waktu Terjadinya Pencucian Setelah Aplikasi Terhadap Efektivitas Pengendalian Gulma Pada Perkebunan Karet (Hevea brasiliensis) TBM.

Bidang Ilmu Pertanian 3:31-36

Indriyanto. 2005. Ekologi Hutan. Bumi Aksara. Jakarta

Irwanto. 2007. Budidaya Tanaman Kehutanan.http://www.irwantoshut.com [12 februari 2011]

Latifah, S. 2004. Pertumbuhan dan Hasil Tegakan Eucalyptus grandis di Hutan

Tanaman Industri

Nasution, U. 1986. Gulma dan Pengendalianya di Perkebunan Karet Sumatera Utara dan Aceh. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Tanjung Morawa (P4TM). Medan

Mindawati, N., A. Indrawan, I. Mansur, dan O. Rusdiana. 2010. Kajian Pertumbuhan Hybrid Eucalyptus urograndis di Sumatera Utara. Pusat Litbang Hutan Tanaman. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Moenandir, J.1993. Ilmu Gulma Dalam Sistem Pertanian. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta


(53)

Moenandir, 1993. Persaingan Tanaman Budidaya dengan Gulma. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta

Odum, E.P. 1993. Fundamental Ecology 3rd. W.B. Sauders Co. Philadelphia Pane, H dan S.Y. Jatmiko. 2002. Balai Penelitian Lingkungan Pertanian. Balai

Penelitian Tanaman Padi. Sukamandi

Rukmana, H.R. dan U.S. Saputra. 1999. Gulma dan Tehnik Pengendalian. Kanisius. Jakarta

Sastroutomo, S.S. 1990. Ekologi Gulma. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Sembodo, D.R.J. 2010. Gulma dan Pengelolaanya. Graha Ilmu. Yogyakarta. Sukman, Y., dan Yakup. 2002. Gulma dan Tehnik Pengendalianya. PT Raja

Grafindo Persada. Jakarta

Sutisna, U.T, Kalima dan Purnadjaja. 1998. Pedoman Pengenalan Pohon Hutan di Indonesia. Disunting oleh Soetjipto, N.W dan Soekotjo. Yayasan PROSEA Bogor dan Pusat diklat Pegawai & SDM Kehutanan. Bogor

Sutikno S. 1992. Pestisida Dasar-Dasar dan Dampak Penggunaannya. Gramedia, Pustaka Utama Jakarta.

Triharso. 2004. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Universitas Gadjah Mada Press. Yogyakarta.

Utami, S., Asmaliyah dan A. Fatahul. 2006. Prosiding. Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. 20 September 2006. Padang. Hal.135-144


(54)

Lampiran 1. Jenis vegetasi gulma wilayah 1

No. Nama Latin Nama Lokal K

(individu/plot) KR (%) F FR (%) INP

1 Clidemia hirta Akar kala 57.25 3.177907299 0.64 13.73390558 16.91181288 2 Imperata cylindrica Alang-alang 21.5 1.193449903 0.1 2.145922747 3.33937265 3 Borreria latifolia Kentangan 1187.5 65.91729115 0.86 18.45493562 84.37222677 4 Borreria laevis Rumput kancing ungu 261 14.48792673 0.7 15.02145923 29.50938596 5 Euphorbia prunifolia Patikan emas 1.25 0.069386622 0.02 0.429184549 0.498571172 6 Commelina difusa Aur-aur 58.25 3.233416597 0.42 9.012875536 12.24629213 7 Mikania micrantha Sembung rambat 23.75 1.318345823 0.32 6.86695279 8.185298613 8 echinochloa colona Rumput kusa-kusa 10.25 0.568970303 0.08 1.716738197 2.2857085 9 Paspalum commersonii Rumput gegenjuran 7.5 0.416319734 0.02 0.429184549 0.845504283 10 Nephrolepis biserrata Paku harupat 10.25 0.568970303 0.14 3.004291845 3.573262148 11 Sida rhombifolia Sidaguri 0.75 0.041631973 0.02 0.429184549 0.470816523 12 Paspalum conjugatum Rumput pait 1.75 0.097141271 0.02 0.429184549 0.526325821 13 Borreria repens Teki gedeh 4 0.222037191 0.06 1.287553648 1.509590839 14 Hyptis rhomboidea Udel-udelan 4.5 0.24979184 0.06 1.287553648 1.537345488 15 Ageratum conyzoides Wedusan 3.75 0.208159867 0.06 1.287553648 1.495713515 16 Dactyloctenium aegyptium Tapak jalak 17.75 0.985290036 0.06 1.287553648 2.272843684 17 Oplismenus compositus Temblekan 14.25 0.791007494 0.1 2.145922747 2.936930241 18 Chromolaena odorata Kirinyuh 6.75 0.37468776 0.1 2.145922747 2.520610507 19 Brachiaria distacyha Gajihar 4 0.222037191 0.02 0.429184549 0.651221741 20 Brachiaria mutica Rumput malela 1.5 0.083263947 0.02 0.429184549 0.512448496 21 Echinochloa crusgalli Jajagoan 7.75 0.430197058 0.04 0.858369099 1.288566157 22 Cyperus kylingia Teki rawa 20.75 1.15181793 0.12 2.575107296 3.726925226 23 Stachytarpheta indica Jarong lalaki 0.5 0.027754649 0.02 0.429184549 0.456939198


(55)

Lampiran 2. (lanjutan)

No. Nama Latin Nama Lokal K

(individu/plot) KR (%) F FR (%) INP

24 Erechtites valerianifolia Sintrong 7.75 0.430197058 0.14 3.004291845 3.434488904 25 Cyperus rotundus Teki 28.75 1.595892312 0.18 3.862660944 5.458553256 26 Galinsoga parviflora Kuningan 6 0.333055787 0.08 1.716738197 2.049793984 27 Phyllanthus urinaria Meniran 1.75 0.097141271 0.02 0.429184549 0.526325821 28 Sonchus arvensis Tempuyung 0.5 0.027754649 0.02 0.429184549 0.456939198 29 Cynodon dactylon Grintingan 19.75 1.096308632 0.08 1.716738197 2.813046829 31 Sporobolus diander Lancuran 8.25 0.457951707 0.08 1.716738197 2.174689904 32 Emilia sonchifolia Komondelan 1 0.055509298 0.02 0.429184549 0.484693847 33 Erigeron sumatrensis Jabung 1.25 0.069386622 0.04 0.858369099 0.927755721


(56)

Lampiran 3. Jenis vegetasi gulma wilayah 2

No. Nama Latin Nama Lokal K

(individu/plot) KR (%) F FR (%) INP

1 Clidemia hirta Akar kala 52.25 3.196207371 0.58 12.71929825 15.91550562 2 Imperata cylindrica Alang-alang 17.75 1.085792935 0.12 2.631578947 3.717371882 3 Borreria latifolia Kentangan 1080 66.06514758 0.82 17.98245614 84.04760372 4 Borreria laevis Rumput kancing ungu 257.5 15.75164398 0.76 16.66666667 32.41831065 5 Euphorbia prunifolia Patikan emas 1.5 0.091757149 0.04 0.877192982 0.968950132 6 Commelina difusa Aur-aur 46.75 2.85976449 0.36 7.894736842 10.75450133 7 Mikania micrantha Sembung rambat 21.75 1.330478666 0.28 6.140350877 7.470829544 8 echinochloa colona Rumput kusa-kusa 8 0.489371464 0.06 1.315789474 1.805160937 9 Euphorbia hirta patikan 4 0.244685732 0.08 1.754385965 1.999071697 10 Nephrolepis biserrata Paku harupat 7 0.428200031 0.18 3.947368421 4.375568452 11 Sida rhombifolia Sidaguri 1.25 0.076464291 0.04 0.877192982 0.953657274 12 Paspalum conjugatum Rumput pait 2.25 0.137635724 0.06 1.315789474 1.453425198 13 Cyclosorus aridus Pakis kadal 3.25 0.198807157 0.08 1.754385965 1.953193122 14 Hyptis rhomboidea Udel-udelan 5 0.305857165 0.08 1.754385965 2.06024313 15 Ageratum conyzoides Wedusan 4.5 0.275271448 0.1 2.192982456 2.468253904 16 Dactyloctenium aegyptium Tapak jalak 15.75 0.963450069 0.06 1.315789474 2.279239543 17 Oplismenus compositus Temblekan 10.5 0.642300046 0.12 2.631578947 3.273878993 18 Chromolaena odorata Kirinyuh 5.25 0.321150023 0.08 1.754385965 2.075535988 19 Brachiaria distacyha Gajihar 3.25 0.198807157 0.02 0.438596491 0.637403648 20 Mimosa pudica Putri malu 0.75 0.045878575 0.04 0.877192982 0.923071557 21 Curcuma heyneana Temu kunci 0.25 0.015292858 0.02 0.438596491 0.453889349 22 Cyperus kylingia Teki rawa 19 1.162257226 0.1 2.192982456 3.355239682 23 Stachytarpheta indica Jarong lalaki 0.25 0.015292858 0.02 0.438596491 0.453889349


(57)

Lampiran 4. (lanjutan)

No. Nama Latin Nama Lokal K

(individu/plot) KR (%) F FR (%) INP

24 Erechtites valerianifolia Sintrong 6.25 0.382321456 0.1 2.192982456 2.575303912 25 Cyperus rotundus Teki 22.75 1.391650099 0.06 1.315789474 2.707439573 26 Galinsoga parviflora Kuningan 7.75 0.474078605 0.1 2.192982456 2.667061061 27 Phyllanthus urinaria Meniran 1.25 0.076464291 0.04 0.877192982 0.953657274 28 Cynodon dactylon Grintingan 23 1.406942958 0.1 2.192982456 3.599925414 29 Sporobolus diander Lancuran 6 0.367028598 0.06 1.315789474 1.682818071


(58)

Lampiran 5. Jenis vegetasi gulma wilayah 3

No Nama Latin Nama Lokal K

(individu/plot) KR (%) F FR (%) INP

1 Clidemia hirta Akar kala 48 2.681938818 0.7 13.94422311 16.62616193 2 Imperata cylindrica Alang-alang 19.25 1.075569214 0.08 1.593625498 2.669194712 3 Borreria latifolia Kentangan 1200.5 67.07640732 0.86 17.1314741 84.20788142 4 Borreria laevis Rumput kancing ungu 275.25 15.37924291 0.7 13.94422311 29.32346602 5 Euphorbia prunifolia Patikan emas 2 0.111747451 0.06 1.195219124 1.306966574 6 Commelina difusa Aur-aur 39 2.17907529 0.28 5.577689243 7.756764533 7 Mikania micrantha Sembung rambat 26.5 1.480653723 0.3 5.976095618 7.45674934 8 echinochloa colona Rumput kusa-kusa 13 0.72635843 0.1 1.992031873 2.718390302 9 Paspalum commersonii Rumput gegenjuran 3.5 0.195558039 0.06 1.195219124 1.390777162 10 Nephrolepis biserrata Paku harupat 13 0.72635843 0.16 3.187250996 3.913609426 11 Eleusine indica Sidaguri 4.75 0.265400196 0.18 3.585657371 3.851057566 12 Mimosa pudica Putri malu 0.75 0.041905294 0.04 0.796812749 0.838718043 13 Hyptis rhomboidea Udel-udelan 2 0.111747451 0.04 0.796812749 0.9085602 14 Ageratum conyzoides Wedusan 5.25 0.293337058 0.08 1.593625498 1.886962556 15 Dactyloctenium aegyptium Tapak jalak 10.5 0.586674116 0.1 1.992031873 2.578705989 16 Oplismenus compositus Temblekan 12 0.670484705 0.12 2.390438247 3.060922952 17 Chromolaena odorata Kirinyuh 9 0.502863528 0.08 1.593625498 2.096489026 18 Euphorbia hirta patikan 4 0.223494902 0.1 1.992031873 2.215526774 19 Brachiaria mutica Rumput malela 2.5 0.139684313 0.06 1.195219124 1.334903437 20 Echinochloa crusgalli Jajagoan 4.75 0.265400196 0.06 1.195219124 1.460619319 21 Cyperus kylingia Teki rawa 24.5 1.368906272 0.16 3.187250996 4.556157268 22 Urena lobata Pulutan 0.75 0.041905294 0.02 0.398406375 0.440311669 23 Erechtites valerianifolia Sintrong 8.75 0.488895097 0.12 2.390438247 2.879333344


(59)

Lampiran 6. (lanjutan)

No. Nama Latin Nama Lokal K

(individu/plot) KR (%) F FR (%) INP

24 Cyperus rotundus Teki 21.25 1.187316664 0.14 2.788844622 3.976161286 25 Galinsoga parviflora Kuningan 7.75 0.433021372 0.1 1.992031873 2.425053244 26 Centella asiatica Pegagan 1.25 0.069842157 0.04 0.796812749 0.866654906 27 Cynodon dactylon Grintingan 13.75 0.768263724 0.06 1.195219124 1.963482847 28 Sporobolus diander Lancuran 10.25 0.572705685 0.1 1.992031873 2.564737558 29 Emilia sonchifolia Komondelan 0.75 0.041905294 0.02 0.398406375 0.440311669 31 Cyclosorus aridus Pakis kadal 5.25 0.293337058 0.1 1.992031873 2.285368931


(1)

1 Clidemia hirta Akar kala 48 2.681938818 0.7 13.94422311 16.62616193 2 Imperata cylindrica Alang-alang 19.25 1.075569214 0.08 1.593625498 2.669194712 3 Borreria latifolia Kentangan 1200.5 67.07640732 0.86 17.1314741 84.20788142 4 Borreria laevis Rumput kancing ungu 275.25 15.37924291 0.7 13.94422311 29.32346602 5 Euphorbia prunifolia Patikan emas 2 0.111747451 0.06 1.195219124 1.306966574

6 Commelina difusa Aur-aur 39 2.17907529 0.28 5.577689243 7.756764533

7 Mikania micrantha Sembung rambat 26.5 1.480653723 0.3 5.976095618 7.45674934 8 echinochloa colona Rumput kusa-kusa 13 0.72635843 0.1 1.992031873 2.718390302 9 Paspalum commersonii Rumput gegenjuran 3.5 0.195558039 0.06 1.195219124 1.390777162 10 Nephrolepis biserrata Paku harupat 13 0.72635843 0.16 3.187250996 3.913609426

11 Eleusine indica Sidaguri 4.75 0.265400196 0.18 3.585657371 3.851057566

12 Mimosa pudica Putri malu 0.75 0.041905294 0.04 0.796812749 0.838718043

13 Hyptis rhomboidea Udel-udelan 2 0.111747451 0.04 0.796812749 0.9085602 14 Ageratum conyzoides Wedusan 5.25 0.293337058 0.08 1.593625498 1.886962556 15 Dactyloctenium aegyptium Tapak jalak 10.5 0.586674116 0.1 1.992031873 2.578705989 16 Oplismenus compositus Temblekan 12 0.670484705 0.12 2.390438247 3.060922952 17 Chromolaena odorata Kirinyuh 9 0.502863528 0.08 1.593625498 2.096489026

18 Euphorbia hirta patikan 4 0.223494902 0.1 1.992031873 2.215526774

19 Brachiaria mutica Rumput malela 2.5 0.139684313 0.06 1.195219124 1.334903437 20 Echinochloa crusgalli Jajagoan 4.75 0.265400196 0.06 1.195219124 1.460619319 21 Cyperus kylingia Teki rawa 24.5 1.368906272 0.16 3.187250996 4.556157268

22 Urena lobata Pulutan 0.75 0.041905294 0.02 0.398406375 0.440311669


(2)

Lampiran 6. (lanjutan)

No. Nama Latin Nama Lokal K

(individu/plot) KR (%) F FR (%) INP

24 Cyperus rotundus Teki 21.25 1.187316664 0.14 2.788844622 3.976161286

25 Galinsoga parviflora Kuningan 7.75 0.433021372 0.1 1.992031873 2.425053244 26 Centella asiatica Pegagan 1.25 0.069842157 0.04 0.796812749 0.866654906 27 Cynodon dactylon Grintingan 13.75 0.768263724 0.06 1.195219124 1.963482847 28 Sporobolus diander Lancuran 10.25 0.572705685 0.1 1.992031873 2.564737558 29 Emilia sonchifolia Komondelan 0.75 0.041905294 0.02 0.398406375 0.440311669 31 Cyclosorus aridus Pakis kadal 5.25 0.293337058 0.1 1.992031873 2.285368931


(3)

1 Clidemia hirta Akar kala 1.05 3.017674953 0.726666667 15.05524862 18.07292357 2 Imperata cylindrica Alang-alang 0.39 1.120850697 0.1 2.071823204 3.192673901 3 Borreria latifolia Kentangan 23.12 66.4463285 0.846666667 17.54143646 83.98776496 4 Borreria laevis Rumput kancing ungu 5.291666667 15.20812377 0.72 14.91712707 30.12525084 5 Euphorbia prunifolia Patikan emas 0.031666667 0.091009245 0.04 0.828729282 0.919738526 6 Commelina difusa Aur-aur 0.96 2.7590171 0.353333333 7.320441989 10.07945909 7 Mikania micrantha Sembung rambat 0.48 1.37950855 0.3 6.215469613 7.594978163 8 echinochloa colona Rumput kusa-kusa 0.208333333 0.59874503 0.08 1.657458564 2.256203594 9 Paspalum commersonii Rumput gegenjuran 0.073333333 0.210758251 0.026666667 0.552486188 0.763244439 10 Nephrolepis biserrata Paku harupat 0.201666667 0.579585189 0.16 3.314917127 3.894502317 11 Sida rhombifolia Sidaguri 0.013333333 0.038319682 0.02 0.414364641 0.452684323 12 Paspalum conjugatum Rumput pait 0.026666667 0.076639364 0.02 0.414364641 0.491004005 13 Borreria repens Teki gedeh 0.026666667 0.076639364 0.02 0.414364641 0.491004005 14 Hyptis rhomboidea Udel-udelan 0.076666667 0.220338171 0.06 1.243093923 1.463432094 15 Ageratum conyzoides Wedusan 0.09 0.258657853 0.08 1.657458564 1.916116417 16 Dactyloctenium aegyptium Tapak jalak 0.293333333 0.843033003 0.073333333 1.519337017 2.362370019 17 Oplismenus compositus Temblekan 0.245 0.704124156 0.113333333 2.348066298 3.052190454 18 Chromolaena odorata Kirinyuh 0.14 0.40235666 0.086666667 1.79558011 2.197936771 19 Brachiaria distacyha Gajihar 0.048333333 0.138908847 0.013333333 0.276243094 0.415151941 20 Brachiaria mutica Rumput malela 0.026666667 0.076639364 0.026666667 0.552486188 0.629125552 21 Echinochloa crusgalli Jajagoan 0.083333333 0.239498012 0.033333333 0.690607735 0.930105747 22 Cyperus kylingia Teki rawa 0.428333333 1.231019783 0.126666667 2.624309392 3.855329175 23 Stachytarpheta indica Jarong lalaki 0.005 0.014369881 0.013333333 0.276243094 0.290612975


(4)

Lampiran 8. (lanjutan)

No. Nama Latin Nama Lokal K

(individu/plot) KR (%) F FR (%) INP

24 Erechtites valerianifolia Sintrong 0.151666667 0.435886382 0.12 2.486187845 2.922074227 25 Cyperus rotundus Teki 0.485 1.393878431 0.126666667 2.624309392 4.018187823 26 Galinsoga parviflora Kuningan 0.143333333 0.411936581 0.093333333 1.933701657 2.345638238 27 Phyllanthus urinaria Meniran 0.02 0.057479523 0.02 0.414364641 0.471844164 28 Sonchus arvensis Tempuyung 0.003333333 0.00957992 0.006666667 0.138121547 0.147701467 29 Cynodon dactylon Grintingan 0.376666667 1.082531015 0.08 1.657458564 2.739989579 30 Sporobolus diander Lancuran 0.123333333 0.354457058 0.08 1.657458564 2.011915622 31 Emilia sonchifolia Komondelan 0.011666667 0.033529722 0.026666667 0.552486188 0.58601591 32 Erigeron sumatrensis Jabung 0.008333333 0.023949801 0.013333333 0.276243094 0.300192895 33 Centella asiatica Pegagan 0.008333333 0.023949801 0.013333333 0.276243094 0.300192895 34 Urena lobata Pulutan 0.005 0.014369881 0.006666667 0.138121547 0.152491428 35 Euphorbia hirta patikan 0.053333333 0.153278728 0.06 1.243093923 1.39637265 36 Curcuma heyneana Temu kunci 0.001666667 0.00478996 0.006666667 0.138121547 0.142911507 37 Eleusine indica Rumput belulang 0.031666667 0.091009245 0.06 1.243093923 1.334103167 38 Cyclosorus aridus Pakis kadal 0.056666667 0.162858648 0.06 1.243093923 1.405952571 39 Mimosa pudica Putri malu 0.005 0.014369881 0.013333333 0.276243094 0.290612975


(5)

1 Akar kala Melastomaceae

2 Imperata cylindrica Alang-alang Poaceae Obat tekanan darah tinggi, meluruhkan kencing, mengobati demam

3 Borreria latifolia Kentangan Rubiaceae 4 Borreria laevis Rumput kancing ungu Rubiaceae

5 Euphorbia prunifolia Patikan emas Euphorbiaceae Obat cuci perut 6 Commelina difusa Aur-aur Commelinaceae Makanan ternak 7 Mikania micrantha Sembung rambat Asteraceae Cover croop 8 echinochloa colona Rumput kusa-kusa Poaceae Makanan ternak 9 Paspalum commersonii Rumput gegenjuran Poaceae Makanan ternak 10 Nephrolepis biserrata Paku harupat Dennsteadtiaceae -

11 Sida rhombifolia Sidaguri Malvaceae Obat kudis, gatal-gatal, penghilang nyeri (analgesik) 12 Paspalum conjugatum Rumput pait Poaceae Makanan ternak

13 Borreria repens Teki gedeh Rubiaceae 14 Hyptis rhomboidea Udel-udelan Godong puser

15 Ageratum conyzoides Wedusan Asteraceae Obat luka 16 Dactyloctenium aegyptium Tapak jalak Poaceae

17 Oplismenus compositus Temblekan Poaceae - 18 Chromolaena odorata Kirinyuh Asteraceae

19 Brachiaria distacyha Gajihar Poaceae Makanan ternak 20 Brachiaria mutica Rumput malela Poaceae Makanan ternak 21 Echinochloa crusgalli Jajagoan Poaceae Makanan ternak 22 Cyperus kylingia Teki rawa Cyperaceae Obat sakit perut


(6)

Lampiran 10. (lanjutan)

No Nama Jenis Nama Lokal Famili Manfaat

23 Stachytarpheta indica Jarong lalaki Verbenaceae Infeksi saluran kencing, Reumatik, Sakit tenggorokan; 24 Erechtites

valerianifolia Sintrong Asteraceae

Obat darah tinggi, penawar racun

25 Cyperus rotundus Teki Cyperaceae Obat sariawan, sakit gigi, nyeri lambung

26 Galinsoga parviflora Kuningan Asteraceae Peluruh air seni, mengurangi tekanan darah tinggi, melancarkan peredaran darah

27 Phyllanthus urinaria Meniran Euphorbiaceae Obat sariawan, nyeri gigi, sakit kuning, malaria 28 Sonchus arvensis Tempuyung Asteraceae Obat batuk, ginjal

29 Cynodon dactylon Grintingan Poaceae Makanan ternak 30 Eleusine indica Rumput belulang Poaceae

31 Emilia sonchifolia Komondelan Asteraceae mengobati flu, infeksi saluran napas, radang paru-paru, serta infeksi akibat luka,

32 Erigeron sumatrensis Jabung Asteraceae Obat sakit kepala, nyeri pegal linu 33 Mimosa pudica Putri malu Mimosaceae Obat batuk, rematik, insomnia

34 Curcuma heyneana Temu kunci Zingiberacea Obat cacing, disentri, menghaluskan kulit, 35 Centella asiatica Pegagan Mackinlayaceae Obat kesemutan

36 Cyclosorus aridus Pakis kadal Thelypteridaceae 37 Sporobolus diander Lancuran Poaceae

38 Urena lobata Pulutan Malvaceae Panas influenza, malaria, Reumatik;, Bengkak, Muntah darah, Bisul; Luka berdarah, gigitan ular;