PROFIL PELAYANAN SWAMEDIKASI PENANGANAN GEJALA DEMAM PADA BALITA DENGAN METODE SIMULATED PATIENT (Studi di Apotek Wilayah Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang)

SKRIPSI
EKA SEPTIANA WULANDARI

PROFIL PELAYANAN SWAMEDIKASI
PENANGANAN GEJALA DEMAM PADA BALITA
DENGAN METODE SIMULATED PATIENT
(Studi di Apotek Wilayah Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang)

PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016

i

Lembar Pengesahan

PROFIL PELAYANAN SWAMEDIKASI PENANGANAN GEJALA
DEMAM PADA BALITA DENGAN METODE SIMULATED PATIENT
(Studi di Apotek Wilayah Kecamatan Lowokwaru Kota Malang )


SKRIPSI

Dibuat untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada
Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Malang
2016

Oleh
EKA SEPTIANA WULANDARI
201110410311087
Disetujui Oleh

Pembimbing I

Pembimbing II

Dra.Liza Pristianty,M.Si.,MM., Apt

Ika Ratna Hidayati,S.Farm.,M.Sc.,Apt


NIP 196211151988102022

NIP UMM 112. 0907. 0480

ii

Lembar Pengujian

PROFIL PELAYANAN SWAMEDIKASI PENANGANAN GEJALA
DEMAM PADA BALITA DENGAN METODE SIMULATED PATIENT
( Studi di Apotek Wilayah Kecamatan Lowokwaru Kota Malang )

SKRIPSI

Telah diuji dan dipertahankan di depan Tim Penguji pada tanggal
22 April 2016
Oleh :

EKA SEPTIANA WULANDARI
201110410311087

Tim Penguji :
Penguji I

Penguji II

Dra.Liza Pristianty,M.,Si.,MM.,Apt Ika Ratna Hidayati,S.Farm., M.Sc.,Apt
NIP 196211151988102022

NIP UMM 112. 0907. 0480

Penguji III

Penguji IV

Hidajah Rachmawati,S.Si.,Apt.,Sp, FRS

iii

Nailis Syifa’, S. Farm.,M.Sc., Apt


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan rahmat dan
karuniaNya yang tiada henti, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Profil Pelayanan Swamedikasi Penanganan Gejala Demam Pada Balita Dengan
Metode Simulated Patient (Studi di Apotek Wilayah Kecamatan Lowokwaru Kota
Malang )” dengan sebaik-baiknya.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan
studi program sarjana S–1 pada Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Farmasi
Universitas Muhammadiyah Malang.
Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Bapak Yoyok Bekti Prasetyo,
M.Kep.,Sp.Kom
2.

Ibu Dra.Liza Pristianty,M.Si.,MM., Apt selaku dosen pembimbing
utama dan Ibu Ika Ratna Hidayati,S.Farm.,M.Sc.,Apt selaku dosen
pembimbing dua yang dengan penuh kesabaran membimbing,
memberikan masukan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.


3. Ibu Hidajah Rachmawati, S.Si.,Apt.,Sp, FRS dan ibu Nailis Syifa’, S.
Farm.,M.Sc.,Apt selaku dosen penguji yang telah berkenan memberikan
saran dan kritik untuk perbaikan skripsi ini.
4. Para Dosen pengajar di Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Farmasi yang
telah mengantarkan dalam menyelesaikan studi di Jurusan Farmasi.
5. Bapak H. Miftahol Arifin dan Ibu Hj. Sri Wahyuni selaku kedua orang
tua, Dise Arinna Faradila dan Ramzi Maulana selaku saudara atas doa,
dukungan, pengorbanan, kesabaran, dan rasa sayangnya sehingga
sampai saat ini saya dapat menyelesaikan pendidikan sampai perguruan
tinggi.
6. Hendra Tri Juwandana yang telah memberikan motivasi, doa,
dukungan, pengorbanan, kesabaran, dan rasa sayangnya sehingga
sampai saat ini saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

iv

7. Ibu Siti Karnaningsih atas sambungan doa, motivasi dan rasa sayangnya
sehingga sampai saat ini saya dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Ibu Hastuti MS, S. Farm.,M.Sc., Apt selaku Apoteker ditempat saya
bekerja, yang selalu memberikan saya motivasi, saran dan dukungan

sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.
9. Teman-temanku yang telah membantu dan memberikan dukungan
sehingga terselesaikan skripsi ini.
10. Seluruh keluarga besar Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Farmasi
Universitas Muhammadiyah Malang.
Tidak menutup kemungkinan adanya kekurangan dalam penulisan skripsi
ini, Untuk itu peneliti mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun
dari semua pihak yang membaca skripsi ini. Akhir kata semoga tulisan ini dapat
bermanfaat bagi semua pembaca pada umumnya, dan bagi peneliti pada
khususnya.

Malang,

April, 2016

Penyusun

Eka Septiana Wulandari

v


RINGKASAN

PROFIL PELAYANAN SWAMEDIKASI PENANGANAN GEJALA
DEMAM PADA BALITA DENGAN METODE SIMULATED PATIENT
( Studi di Apotek Wilayah Kecamatan Lowokwaru Kota Malang )

Pelayanan Kefarmasian telah bergeser orientasinya dari obat ke pasien yang
mengacu kepada pharmaceutical care. Pelayanan kefarmasian di apotek
mencangkup pelayanan resep dan swamedikasi. Swamedikasi adalah pemilihan
dan penggunaan obat baik obat modern maupun obat tradisional oleh seseorang
untuk melindungi diri dari penyakit dan gejalanya (WHO, 1998). Salah satu
kondisi sakit yang penanganannya banyak dilakukan secara swamedikasi oleh
masyarakat adalah demam. Demam adalah peningkatan suhu tubuh dari variasi
normal . Suhu tubuh normal berkisar antara 36,5 – 37,2 ºC. Derajat suhu
dikatakan demam adalah jika suhu rectal ≥ 38,0 ºC atau suhu oral ≥ 37,5 ºC atau
suhu aksila ≥ 37,2º C. Salah satu upaya yang sering dilakukan orang tua untuk
menurunkan demam anak adalah memberikan obat antipiretik. Orangtua tidak
mengetahui suhu minimum pemberian antipiretik. Antipiretik hanya dapat
diberikan apabila demam anak diatas 38,5 ºC, demam yang diikuti rasa tidak

nyaman, atau demam pada anak yang memiliki riwayat kejang demam atau
penyakit jantung. Anak dibawah 3 bulan tidak boleh diberi obat antipiretik. Dosis
pemberian antipiretik untuk anak juga perlu diperhatikan sesuai dengan berat
badan. Semua jenis antipiretik mempunyai efek samping, maka perlu diberikan
informasi yang jelas tentang cara penggunaannya pada pasien, sehingga
diharapkan

petugas

apotek

melakukan

patient

assessment,

memberikan

rekomendasi, dan menyampaikan informasi yang tepat. Paracetamol dan

ibuprofen merupakan antipiretik yang dapat dibeli tanpa resep di apotek. Selama
melakukan pelayanan kefarmasian, petugas apotek sebaiknya menggali dahulu
informasi dari pasien (patient assessment) sebelum dilakukan rekomendasi dan
informasi terkait obat dan non obat.

vi

Penelitian ini menggunakan metode simulated patient. Pengamatan
dilakukan di 29 apotek wilayah kecamatan Lowokwaru Kota Malang. Dalam
penelitian ini, peneliti berperan sebagai pasien simulasi dan mengamati,pelayanan
kefarmasian yang dilakukan oleh petugas apotek. Data yang didapat berupa
variabel patient assessment, informasi farmakologi dan non farmakologi. Dalam
pengamatan tersebut dilakukan pencatatan dalam check list dan dipresentasikan
melalui tabel, diagram, perhitungan angka, dan presentase.
Dari data yang diperoleh terlihat sebanyak 100% apotek melakukan
patient assessment terkait penanganan gejala demam pada balita. Informasi yang
paling banyak ditanyakan oleh petugas apotek adalah “siapa pasiennya” (83%),
usia pasien (100%), tanda dan gejala (38%). Semua apotek memberikan
rekomendasi berupa pemberian obat dan obat yang paling banyak diberikan
adalah paracetamol dan ibuprofen. Sebanyak 100% petugas apotek memberikan

informasi obat sebagai tindak lanjut dari pemilihan obat. Sebanyak 73% informasi
diberikan setelah diberikan pertanyaan arahan. Sedangkan

informasi non

farmakologi sebanyak 69% petugas yang menyarankan kompres demam, dan
saran untuk memeriksakan ke dokter atau Puskesmas terdekat jika suhu tubuh
terus meningkat. Pelayanan ini sebanyak 10% dilakukan oleh apoteker, 55%
dilakukan oleh tenaga tekhnik kefarmasian, dan 34% dilakukan oleh staf atau
karyawan apotek.

vii

ABSTRACT

SELF MEDICATION PROFILE TO HANDLING FEVER SYMPTOMS IN
CHILDREN USED SIMULATION PATIENT METHOD
(Studi in The Drugstores Around Lowokwaru, Malang)

Eka Septiana Wulandari


Pharmacy services has changed orientation from drug oriented to patients
oriented which direct to pharmaceutical care. Pharmaceutical services in
community pharmacy would consist with prescription and non-prescription
services. Most people taking self medication for first step to treat the disease, one
of fever. Fever is a symptom that often affects children. Fever can be treated with
medication without a prescription. Antipyretic can be used as a fever drug that can
be bought without a prescription at a drugstore. During the pharmacy service, the
pharmacist must obtain information related to the disease suffered by the patient
before giving the drug, pharmacological information and non pharmacological
information.
This study aimed to determine the profile of self-medication to handle
symptoms of fever in children using simulated patient. Studies in the pharmacy
area Lowokwaru, Malang. The study was conducted at 29 drugstore in
Lowokwaru, Malang. This study uses simulated patients in conducting scenario.
Round-up of information from drugstore staff, development of pharmacological
and non-pharmacological therapies have recorded, noted, and being analyzed.
The research showed that , variable patient assessment most frequently
asked by the pharmacist is an indicator of asking "who is sick" as many as 24
people (83%), which asked the age of 29 (100%), and asking for signs and
symptoms of 11 people (38%). Information pharmacology delivered by the
pharmacist includes drug content (90%), indication (100%), dose (100%), time
usage (100%), side effects (100%), duration of use (100%), medicine storage
(100%), contraindications (100%), warning (86%), and suggested compress fever
(69%). A total 73% of the drug information granted after being given question
directives. This service is carried out by as much as 10% of pharmacists, 55% is
done by skilled techniques of pharmacy and 35% performed by other employees.
Keywords: Fever, Self medication, Simulated Patient.

viii

ABSTRAK

PROFIL PELAYANAN SWAMEDIKASI PENANGANAN GEJALA
DEMAM PADA BALITA DENGAN METODE SIMULATED PATIENT
( Studi di Apotek Wilayah Kecamatan Lowokwaru Kota Malang )

Eka Septiana Wulandari

Pelayanan kefarmasian telah bergeser orientasinya dari obat ke pasien
yang mengacu kepada asuhan kefarmasian. Layanan kefarmasian di apotek
meliputi pelayanan resep dan tanpa resep. Kebanyakan masyarakat menggunakan
obat sendiri sebagai langkah pertama untuk mengobati penyakit, salah satunya
demam. Demam adalah gejala yang sering menyerang anak-anak. Demam dapat
diobati dengan obat-obatan tanpa resep. Antipiretik dapat digunakan sebagai obat
demam yang dapat dibeli tanpa resep di apotek. Selama pelayanan kefarmasian,
apoteker harus mendapatkan informasi terkait penyakit yang diderita oleh pasien
sebelum memberikan obat, informasi terkait farmakologi dan informasi non
farmakologi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil pengobatan sendiri untuk
menangani gejala demam pada anak menggunakan metode simulated patient.
Studi di apotek wilayah Lowokwaru, Malang. Penelitian dilakukan pada 29
apotek di Lowokwaru Malang. Penelitian ini menggunakan metode pasien
simulasi dalam melakukan skenario. Pengumpulan keterangan dari staf apotek,
pengembangan terapi farmakologi dan non farmakologi direkam, dicatat, dan
,dianalisis.
Hasil penelitian menunjukkan, variabel patient assessment yang paling
sering ditanyakan oleh petugas apotek adalah indikator menanyakan“siapa yang
sakit” sebanyak 24 orang (83%), yang menanyakan usia 29 orang (100%), dan
yang menanyakan tanda dan gejala sebanyak 11 orang (38%). Informasi
farmakologi yang disampaikan oleh petugas apotek meliputi kandungan obat
(90%), indikasi (100%), dosis (100%), waktu pemakaian (100%), efek samping
(100%), durasi penggunaan (100%), penyimpanan obat (100%), kontraindikasi
(100%), peringatan (86%), dan menyarankan kompres demam (69%). Sebanyak
73% informasi terkait obat diberikan setelah diberi pertanyaan arahan. Pelayanan
ini sebanyak 10% dilakukan oleh apoteker, 55% dilakukan oleh tenaga tekhnik
kefarmasian dan 35% dilakukan oleh karyawan lain.
Kata kunci: Demam, Swamedikasi, Simulated Patient.

ix

DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ............................................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN ...........................................................................
LEMBAR PENGUJIAN ................................................................................
KATA PENGANTAR ....................................................................................
RINGKASAN .................................................................................................
ABSTRAK ......................................................................................................
DAFTAR ISI ...................................................................................................
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................
1.1 Latar Belakang .............................................................................
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................
1.3 Tujuan Penelitian .........................................................................
1.3.1 Tujuan Umum ..................................................................
1.3.2 Tujuan Khusus .................................................................
1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................
2.1 TinjauanTentang Asuhan Kefarmasian (Pharmaceutical Care)..
2.1.1 Definisi Asuhan Kefarmasian ..........................................
2.1.2 Elemen Pelayanan Kefarmasian .......................................
2.1.3 Proses Asuhan Kefarmasian .............................................
2.2 Tinjauan Tentang Swamedikasi ...................................................
2.2.1 Definisi Swamedikasi.......................................................
2.2.2 AlasanPenggunaanSwamedikasi ......................................
2.2.3 Swamedikasi yang Rasional .............................................
2.2.4 Kriteria Obat yang Digunakan dalam Swamedikasi ........
2.2.5 Peran Apoteker dalam Swamedikasi ................................
2.2.6 Hal yang Harus Dikuasai oleh Seorang Apoteker............
2.2.7 Tanggung Jawab Apoteker dalam Swamedikasi..............
2.3 Tinjauan Tentang Informasi Obat ................................................
2.4 Swamedikasi Demam ...................................................................
2.5 Penatalaksanaan Demam ..............................................................
2.5.1 Terapi Non-Farmakologi ..................................................
2.5.2 Terapi Farmakologi ..........................................................

x

i
ii
iii
iv
vi
viii
ix
xiv
xvii
xix
xx
1
1
6
6
6
6
6
7
7
7
7
8
8
8
9
9
10
10
11
13
14
15
16
16
16

2.6 Tinjauan Tentang Apotek.............................................................
2.6.1 Definisi Apotek ................................................................
2.6.2 Tugas dan Fungsi Apotek ................................................
2.7 Tinjauan Antipiretik .....................................................................
2.8 Tinjauan Tentang Asetaminofen ..................................................
2.8.1 Farmakokinetik ................................................................
2.8.2 Farmakodinamik ..............................................................
2.8.3 Dosis Asetaminofen .........................................................
2.9 Tinjauan Obat Golongan Asam Propionate .................................
2.10 Tinjauan Tentang Golongan Pirazolon ........................................
2.11 Tinjauan Tentang Asam Mefenamat ............................................
2.12 Tinjauan Tentang Asetosal ...........................................................
2.13 Tinjauan Perhitungan Dosis Anak Berdasarkan Berat Badan......
2.14 Tinjauan Tentang Metode Simulated Patient ...............................
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL .......................................................
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ....................................................
4.1 Jenis Penelitian .............................................................................
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................
4.3 Populasi Penelitian .......................................................................
4.4 Sampel Penelitian .........................................................................
4.5 Kriteria Inklusi .............................................................................
4.6 Kriteria Ekslusi.............................................................................
4.7 Variabel Penelitian .......................................................................
4.8 Instrumen Penelitian.....................................................................
4.8.1 Skenario............................................................................
4.8.2 Check List .........................................................................
4.9 Definisi Operasional.....................................................................
4.10 Kerangka Operasional Penelitian .................................................
4.11 Validitas Instrumen ......................................................................
BAB V HASIL PENELITIAN ......................................................................
5.1 Gambaran Umum .........................................................................
5.2 Uji Validitas .................................................................................
5.3 Hasil Tahapan Patient Assesment ................................................
5.3.1 Petugas Apotek Menanyakan “Siapa Pasiennya” ............
5.3.2 Usia Pasien .......................................................................
5.3.3 Berat Badan Pasien ..........................................................
5.3.4 Jenis Kelamin Pasien........................................................
5.3.5 Tanda dan Gejala..............................................................
5.3.6 Suhu Tubuh ......................................................................

xi

18
18
18
18
19
19
19
19
20
21
21
22
22
23
25
26
26
26
26
26
26
27
27
28
28
31
32
35
36
38
38
38
39
39
40
40
40
41
42

5.3.7 Lama Gejala Penyakit ...................................................... 42
5.3.8 Tindakan Pertolongan Pertama ........................................ 43
5.3.9 Riwayat Pengobatan ......................................................... 44
5.3.10 Riwayat Penyakit ............................................................. 45
5.3.11 Riwayat Alergi ................................................................. 45
5.4 Tahapan Pengembangan Asuhan Kefarmasian
Terapi Farmakologi ...................................................................... 47
5.4.1 Kandungan Obat............................................................... 47
5.4.2 Indikasi Obat .................................................................... 48
5.4.3 Dosis Obat ........................................................................ 48
5.4.4 Distribusi Petugas Apotek yang Memberikan
Keterangan Dosis Sesuai Kemasan dan Penyesuaian
Berat Badan ...................................................................... 49
5.4.5 Distribusi Petugas Apotek yang Memberikan
Penjelasan Penggunaan Sendok Takar di Rumah ............ 49
5.4.6 Waktu Pemakaian Obat .................................................... 50
5.4.7 Efek Samping Obat .......................................................... 50
5.4.8 Lama Pemakaian Obat ..................................................... 51
5.4.9 Tempat Penyimpanan Obat .............................................. 51
5.4.10 Saran Tempat Penyimpanan Obat oleh Petugas Apotek..52
5.4.11 Lama Penyimpanan Obat ................................................. 52
5.4.12 Saran Batas Waktu Penyimpanan Setelah Kemasan
Dibuka .............................................................................. 53
5.4.13 Identifikasi Kerusakan Obat ............................................. 53
5.4.14 Kontraindikasi .................................................................. 54
5.4.15 Peringatan / Perhatian ...................................................... 54
5.5 Terapi Non Farmakologi .............................................................. 56
5.5.1 Kompres demam .............................................................. 56
5.5.2 Saran ................................................................................. 57
5.6 Latar Belakang yang Memberikan Informasi .............................. 57
5.7 Rekomendasi Obat ....................................................................... 58
BAB VI PEMBAHASAN............................................................................... 59
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 72
LAMPIRAN .................................................................................................... 75

xii

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

II.1. Tabel dosis Asetaminofen ......................................................................
II.2. Tabel dosis Ibuprofen .............................................................................
II.3. Tabel Daftar Perkiraan Dosis Bayi dan Anak Terhadap
Dosis Dewasa yang Dihitung Berdasarkan Bobot Badan ......................
IV.1. Tabel Variabel Penelitian .......................................................................
V.1. Tabel Distribusi Petugas Apotek yang Menanyakan
“Siapa Pasiennya” ..................................................................................
V.2. Tabel Distribusi petugas Apotek yang Menanyakan Usia Pasien ..........
V.3. Tabel Distribusi Petugas Apotek yang Menanyakan Berat Badan
Pasien .....................................................................................................
V.4. Tabel Distribusi Petugas Apotek yang Menanyakan Jenis Kelamin
Pasien .....................................................................................................
V.5. Tabel Distribusi Petugas Apotek yang Menanyakan Tanda dan
Gejala .....................................................................................................
V.6. Tabel Distribusi Petugas Apotek yang Menanyakan Suhu
Tubuh Pasien dan Penggunaan Termometer ..........................................
V.7. Tabel Distribusi petugas Apotek yang Menanyakan Lama
Gejala Penyakit ......................................................................................
V.8. Tabel Distribusi Petugas Apotek yang Menanyakan
Tindakan Pertolongan Pertama ..............................................................
V.9. Tabel Distribusi Petugas Apotek yang Menanyakan Riwayat
Pengobatan .............................................................................................
V.10. Tabel Distribusi Petugas yang Menanyakan Riwayat Penyakit
Pasien .....................................................................................................
V.11. Tabel Distribusi Petugas Apotek yang Menanyakan Riwayat
Alergi......................................................................................................
V.12. Tabel Distribusi Keseluruhan Petugas Apotek yang Melakukan
Patient Assessment .................................................................................
V.13. Tabel Distribusi Petugas Apotek yang Menjelaskan Kandungan
Obat ........................................................................................................
V.14 .Tabel Distribusi Petugas Apotek yang Menjelaskan Indikasi
Obat ........................................................................................................
V.15. Tabel Distribusi Petugas Apotek yang Menjelaskan Dosis
Obat ........................................................................................................
V.16. Tabel Distribusi Petugas Apotek yang Memberikan Keterangan
Sesuai Kemasan Obat dan Dengan Penyesuaian Berat Badan...............

xiii

19
21
23
27
39
40
40
40
41
42
43
43
44
45
45
46
48
48
49
49

V.17. Tabel Distribusi Petugas Apotek yang Memberikan Penjelasan
Penggunaan Sendok Takar di Rumah ....................................................
V.18. Tabel Distribusi Petugas Apotek yang Menjelaskan Waktu
Pemakaian obat ......................................................................................
V.19. Tabel Distribusi Petugas Apotek yang Memberikan Penjelasan
Efek Samping Obat ................................................................................
V.20. Tabel Distribusi Petugas Apotek yang Memberikan Penjelasan
Lama Pemakaian Obat ...........................................................................
V.21. Tabel Distribusi Petugas Apotek yang Memberikan Penjelasan
Tempat Penyimpanan Obat ....................................................................
V.22. Tabel Distribusi Saran Petugas Apotek Terkait Tempat
Penyimpanan Obat .................................................................................
V.23. Tabel Distribusi Petugas Apotek yang Menjelasan Lama
Penyimpanan Obat .................................................................................
V.24. Tabel Distribusi Petugas Apotek yang Memberikan Saran Batas
Waktu Penyimpanan Obat......................................................................
V.25. Tabel Distribusi Petugas Apotek yang Menjelaskan Identifikasi
Kerusakan Obat ......................................................................................
V.26. Tabel Distribusi Petugas Apotek yang Memberikan Penjelasan
Kontra Indikasi Obat ..............................................................................
V.27. Tabel Distribusi Petugas Apotek yang Memberikan Peringatan
Saat Pemakaian Obat..............................................................................
V.28. Tabel Distribusi Petugas Apotek yang Menjelaskan Terapi
Farmakologi ...........................................................................................
V.29. Tabel Distribusi Petugas Apotek yang Menyarankan Kompres
Demam ...................................................................................................
V.30. Tabel Distribusi Petugas Apotek yang Memberi Saran .........................
V.31. Tabel Latar Belakang Petugas Apotek ...................................................
V.31. Tabel Distribusi Obat yang Direkomendasikan Oleh Petugas
Apotek ....................................................................................................

xiv

50
50
51
51
52
52
52
53
54
54
55
55
56
57
57
58

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar

Halaman

2.1.

Gambar Swamedikasi Demam ............................................................... 17

3.1.

Gambar Kerangka Konseptual Penelitian .............................................. 25

4.1.

Gambar Kerangka Operasional Penelitian ............................................. 35

5.1.

Gambar Distribusi Petugas Apotek yang Menanyakan
“Siapa Pasiennya” .................................................................................. 39
Gambar Distribusi Petugas Apotek yang Menanyakan Umur,
Berat Badan dan Jenis Kelamin Pasien………………………………… 41
Gambar Distribusi Petugas Apotek yang Menanyakan Tanda
dan Gejala Penyakit yang Dialami Oleh Pasien ..................................... 41
Gambar Distribusi Petugas Apotek yang Menanyakan Suhu Tubuh
dan Penggunaan Termometer untuk Mengukur Suhu Tubuh ................ 42
Gambar Distribusi Petugas Apotek yang Menanyakan Lama
Gejala Penyakit ...................................................................................... 43
Gambar Distribusi Petugas Apotek yang Menanyakan Pertolongan
Pertama................................................................................................... 44
Gambar Distribusi Petugas Apotek yang Menanyakan Riwayat
Pengobatan ............................................................................................. 44
Gambar Distribusi Petugas Apotek yang Menanyakan Riwayat
Penyakit .................................................................................................. 45
Gambar Distribusi Petugas Apotek yang Menanyakan Riwayat
Alergi...................................................................................................... 46
Gambar Distribusi Keseluruhan Petugas Apotek yang
Melakukan Patient Assessment .............................................................. 47
Gambar Distribusi Petugas Apotek yang Menjelaskan Terapi
Farmakologi ........................................................................................... 56
Gambar Latar Belakang Petugas Apotek ............................................... 58

5.2.
5.3.
5.4.
5.5.
5.6.
5.7.
5.8.
5.9.
5.10.
5.11.
5.12.

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran
1.
2.
3.
4.
5.

Halaman

Daftar Riwayat Hidup ................................................................................
Check List ...................................................................................................
Narasi Skenario ..........................................................................................
Hasil Uji Validasi .......................................................................................
Dokumentasi Rekomendasi Obat Oleh Petugas Apotek ............................

xvi

77
78
80
82
86

DAFTAR SINGKATAN

ASMETHO

: Age, Medicine, Exactly, Time, Taken, History,
Other, Doing

BNF

: British National Formulary

C

: Celcius

DRP

: Drugs Related Problem

ENCORE

: Explore, No medication, Care, Observe, Refer,
Explain

F

: Fahrenhait

FIP

: International Pharmaceutical Federation

NAPN

: National Association of Pediatrics Nurse

NSAID

: Non Seroidal Anti Inflammatory Drugs

OWA

: Obat Wajib Apotek

PO

: Per Oral

SIT DOWN SIR

: Site, Intensity, Type, Duration, With, N annoyed,
Incidence, Relieved

WHO

: World Health Organization

xvii

DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh. 1997. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek. Gajah Mada
University Press, Yogyakarta.
Binfar.2009. Informasi Tentang Pengetahuan Obat Bebas dan Bebas
terbatas.Binfar,
Jum’at
23
Oktober
2009.http://www.binfar.depkes.go.id/search_info.php, Diakses tanggal 20
Juli 2015.
BNF,org. 2011.BNF for Children: The essential resource for clinical use of
medicines in Children, BMJ Group, London.
Benjamin,W and Benrimoj,S. 2008. Audio taping Simulated Patient
Encounters in Community. Hal 543-549.
Berardi, R and Lynda, S. 2008. PUD. In: Wells, Barbara G.,Dipiro, J.T.
Schwinghammer, T.L. And Dipiro, C.V. Pharmacotherapy Handbook,
Ed 7th. New York: The McGraw_Hill Companies inc, Hal 602.
Blenkinsopp, A and Paxton, P. 2002. Syptoms in the Pharmacy A Guide to
The Management of Common Illness. United Kingdom: Blackwell
Science Ltd., Hal 210.
Cipolle, R.J, et. al. 1998. Pharmaceutical Care Practice. New York: Mc GrawHill Companies.
Dinarello, C.A and Gelfand, J.A. 2005. Fever and Hyperthemia. In: Kasper,
D.L., et. al., ed. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 6th ed.
Singapore: The McGraw-Hill Company, 104-108.
DiPiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, A.G., Posey, L.M.
(Eds). 2008. Pharmacotherapy a Pathophysiological Approach, 7th
ed, The McGraw-Hill Companies, New York.
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik., 2007. Pedoman Penggunaan
Obat Bebas dan Bebas Terbatas. Jakarta: Depkes, hal 30-2.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan
Republik
Indonesia Nomor 1027 Tahun
2004 Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian Di Apotek. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Undang – Undang Republik
Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan . Jakarta.
Dlugosz, C.K. 2009. The Practitioner’s Quick Reference to Nonprescription
Drugs, In : Hartanto.H.dr dan Afifah, H.N, S.Farm,(Eds.) Rujukan Cepat
Obat Tanpa Resep Untuk Praktisi. EGC, Jakarta.
FIP, 1999. Join Statement By The International Pharmaceutical Federation
and The World Self-Meication Industry: Responsible self Medication.
Hal 1-2.

xviii

Graneto. J.W. 2010. Pediatric Fever. Chicago College of Osteopathic Medicine
of Midwestern University.
Hidayat, A. dan Alimul, A. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk
Pendidikan Kebidanan. Penerbit Salemba Medika : Jakarta. Halaman 122.
Ismail, S. 2000.Buku Ajar Neurologi Anak. Jakarta: Balai Penerbit IDAI.
Halaman 244-252.
Jepson, M.H. 1990. Patient Compliance and Counselling. In: D.M. Collett and
M.E Aulthon (Eds). Pharmaceutical Practice, Edinburgh: Churchill
Livingstone, p.339-341.
Kaneshiro, N.K., and Zieve, D. 2010. Fever. University of Washington.
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000980.htm.Diakses
pada tanggal 18 November 2015.
Katzung B.G. 2001. Farmakologi Dasar dan Klinik. Penerbit Salemba Medika:
Jakarta. Halaman 820.
Lacy. et. al. 2009. Drug Information Handbook, Lexi- Comp Inc.
Nelwan, R.H.H. 2009. Demam: Tipe dan Pendekatan. Dalam: Sudoyo, A.W.,
Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata M., dan Setiati, S., Editor. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Edisi Keempat. Jilid Ketiga. Jakarta: Pusat Penerbit
Departemen Ilmu Penyakit Dalam. 1697-1699.
Notoadmodjo, S. 2010.Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta:
Rineka Cipta.
Pemerintah Republik Indonesia, 2009.Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun
2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian.Jakarta : Pemerintah Republik
Indonesia.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2014. Nomor 35 Tahun 2014
Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, Jakarta.
Puspitasari, H.P, Faturahman A and Hermansyah ,A. 2011.Do Indonesian
Community Pharmacy Workers Respon to Antibiotic Request
Appropiately. Tropical Medicine and International Health, Blackwell
Publishing: Hal 840-846.
Riandita, A. 2012. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Demam
Dengan Pengelolaan Demam Pada Anak: Laporan Karya Tulis Ilmiah
Program Pendidikan Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro Semarang.
Ruane, J.M. 2005. Essential of Research Methods. United Kingdom: Blackwell
Publishing, hal 62-63.

xix

Rosenstein, B.J. 1997. Intisari Pediatri : Panduan Praktis Pediatri Klinik.
Jakarta : Hipokrates.
Souvriyanti, E dan Soepardi, S. 2006.Gambaran Persepsi Orang tua Tentang
Penggunaan Antipiretik Sebagai Obat Demam.Sari Pediatri, Vol. 8, No.
2, Hal 142 – 146.
Tan, H.T., Rahardja, K. 2009. Swamedikasi, Cara-cara Mengobati Gangguan
Sehari-hari dengan Obat-Obat Bebas Sederhana. Edisi kedua. Jakarta :
P.T. Gramedia
Tatro, D.S. 2003. A to Z drug Facts and Comparisons. Electronic version,
Book@Ovid.
Tim penyusun. 2012. ISO ( Informasi Spesialite Obat ) Indonesia, Vol
46.Jakarta : P.T. ISFI Penerbitan.
Tjay, H.T., Rahardja,K. 2007.Obat – Obat Penting Khasiat Penggunaan dan
Efek – Efek Sampingnya. Edisi Keenam.PT.Elex Media Komputindo.
Jakarta.
Watson, M.C, Clealand ,J.A, Christie,M, Norris, P, and Granas, A.G. 2006. A
systematic review of the use simulated patients and pharmacy practice
research, The International journal of Pharmacy Practice, Hal 83-93.
Watson, M.C & Christie ,M. 2009. Simulated Patient visits with immediate
feedback to improve the supply of OTC medicine, The International
Journal of Pharmacy Practice. Hal 532-534.
Wilmana, P.F., dan Gan, S. 2007. Analgesik-Antipiretik Analgesik AntiInflamasi Nonsteroid dan Obat Gangguan Sendi Lainnya, Dalam; Gan,
S., Setiabudy, R., dan Elysabeth. eds. Farmakologi dan Terapi.Edisi 5.
Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI, halaman 237–
239.
WHO. 1998. The Role of Pharmacist in Self-care and Self-Medication. The
Hague, The Netherlands, p 1-11.

xx

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang
Pelayanan Kefarmasian telah terjadi pergeseran orientasi dari pengelolaan
obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang komprehensif (pharmaceutical
care) dalam pengertian tidak saja sebagai pengelola obat, namun dalam pengertian
yang lebih luas mencakup pelaksanaan pemberian informasi untuk mendukung
penggunaan obat yang benar dan rasional, monitoring penggunaan obat untuk
mengetahui tujuan akhir, serta kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan
(Permenkes RI No. 35 Tahun 2014 ).
Pelayanan kefarmasian di apotek meliputi pelayanan resep dan tanpa resep.
Pelayanan obat tanpa resep dikenal dengan istilah pelayanan swamedikasi.
Menurut World Health Organization (WHO) swamedikasi adalah pemilihan dan
penggunaan obat baik obat modern maupun obat tradisional oleh seseorang untuk
melindungi diri dari penyakit dan gejalanya (WHO, 1998). Sedangkan menurut
International

Pharmaceutical

Federation (FIP)

yang

dimaksud

dengan

swamedikasi atau self medication adalah penggunaan obat non resep oleh
seseorang atas inisiatif sendiri (FIP, 1999). Swamedikasi merupakan upaya yang
dilakukan masyarakat untuk mengobati dirinya sendiri yang biasanya dilakukan
untuk mengatasi keluhan-keluhan dan penyakit ringan yang banyak dialami
masyarakat seperti demam, nyeri, pusing, batuk, influenza,sakit maag, cacingan,
diare, penyakit kulit, dan lain-lain (Binfar, 2009). Keuntungan swamedikasi antara
lain efisien waktu karena pasien tidak perlu pergi ke dokter terlebih dahulu dan
juga pasien dapat langsung memilih obat yang sesuai dengan yang diharapkan.
Kerugiannya, jika pasien datang langsung ke apotek dengan meminta suatu
produk tertentu, kemungkinan dapat terjadi kesalahan terapi, maka dari itu
pemberian informasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pelayanan
swamedikasi di apotek. Adapun tujuan dari pemberian informasi kepada pasien

1

2
adalah mengoptimalkan hasil terapi obat dan terapi obat dapat tercapai (Siregar,
2006).
Untuk menjamin kualitas layanan swamedikasi perlu dilaksanakan tahapan
– tahapan pelayanan swamedikasi. Tahapan pelayanan swamedikasi meliputi
patient assessment, penentuan rekomendasi, penyerahan obat dan pemberian
informasi terkait terapi pada pasien. Patient assessment merupakan proses
komunikasi dua arah yang sistematik antara apoteker dan pasien untuk
mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan obat dan
pengobatan (Depkes, 2006). Pada pelayanan swamedikasi diperlukan kegiatan
patient assessment agar dapat ditetapkan rekomendasi terapi yang rasional (Chua,
2006). Rekomendasi dapat berupa rujukan ke dokter, terapi obat maupun non
obat.Selain itu masyarakat harus diberi akses secara langsung dan mudah oleh
apoteker untuk memperoleh informasi dan konseling. Ada beberapa metode yang
dapat digunakan dalam rangka memperoleh informasi dari pasien antara lain
metode

WWHAM

(Who,What,How,Action,Medication),

ASMETHOD

(Age,Self,Medicine,Exacly,Time,Taken,History,Other,Doing), SITDOWNSIR (
Site, Intensity, Type, Duration, Onset, With, N annoyed, Incidence, Relieved ),
dan ENCORE ( Explore, No medication, Care, Observe, Rever, Explain )
(Blenkinsopp and Paxton, 2002). Apoteker di apotek dituntut untuk dapat
memberikan informasi yang benar, jelas, mudah dimengerti, akurat, tidak bias,
etis, bijaksana, dan terkini

sehingga masyarakat dapat terhindar dari

penyalahgunaan obat (drugs abuse) dan penggunaan obat yang salah (drug
misuse) (Depkes, 2006).
Salah satu kondisi sakit yang penanganannya banyak dilakukan secara
swamedikasi oleh masyarakat adalah demam. Demam merupakan manifestasi dari
banyak penyakit yang dikarenakan infeksi (Dipiro, 2008). Demam adalah
peningkatan suhu tubuh dari variasi normal . Suhu tubuh normal berkisar antara
36,5 – 37,2 ºC. Derajat suhu dikatakan demam adalah jika suhu rektal ≥ 38,0 ºC
atau suhu oral ≥ 37,5 ºC atau suhu aksila ≥ 37,2º C (Kaneshiro and Zieve, 2010).
Istilah lain yang berhubungan dengan demam adalah Hiperpireksia. Hiperpireksia
adalah suatu keadaan demam dengan suhu > 41,5 ºC yang dapat terjadi pada

6

3
pasien dengan infeksi yang parah tetapi lebih sering terjadi pada pasien dengan
pendarahan system saraf pusat (Dinarello and Gelfand, 2005)
Salah satu upaya yang sering dilakukan orang tua untuk menurunkan
demam anak adalah memberikan antipiretik. Namun penelitian Blumental di
Inggris mendapatkan bahwa 30% orangtua tidak mengetahui suhu tubuh normal,
sehingga memberikan antipiretik pada anaknya pada suhu < 38 ºC. Penelitian
Schimitt mendapatkan 56% orangtua memberikan antipiretik pada suhu 37,0 –
37,8º C,bahkan penelitian Al- Eissa dan kawan – kawan di Arab Saudi
menyebutkan bahwa 62% orangtua tidak mengetahui suhu minimum pemberian
antipiretik (Soedibyo dan Souvriyanti, 2006). Antipiretik merupakan pilihan
utama dalam penanganan gejala demam pada anak (Graneto, 2010). Contoh obat
yang dapat digunakan sebagai antipiretik adalah Parasetamol. Parasetamol
merupakan golongan para aminofenol non-opiat yang ditujukan untuk
penggunaan analgesik dan antipiretik. Antipiretik hanya dapat diberikan apabila
demam anak diatas 38,5 ºC, demam yang diikuti rasa tidak nyaman, atau demam
pada anak yang memilikiriwayat kejang demam atau penyakit jantung. Antipiretik
tidak boleh digunakan untuk anak dibawah 3 bulan. Dosis pemberian antipiretik
untuk anak juga perlu diperhatikan sesuai dengan berat badan (Riandita, 2012)
.Semua jenis antipiretik mempunyai efek samping, maka perlu diberikan
informasi yang jelas tentang cara penggunaannya pada pasien. (Soedibyo dan
Souvriyanti, 2006).
Obat golongan NSAID dapat pula diindikasikan sebagai antipiretik. Selain
parasetamol obat yang sering digunakan untuk mengatasi gejala demam pada anak
adalah ibuprofen (Graneto, 2010). Ibuprofen merupakan NSAID turunan asam
propionat yang memiliki mekanisme kerja menekan pembentukan prostaglandin.
Obat ini bersifat antipiretik, analgetik dan antiinflamasi. Efek samping yang
timbul berupa mual, perut kembung dan perdarahan, tetapi lebih jarang
dibandingkan

aspirin.

Efek

samping

hematologis

yang

berat

meliputi

agranulositosis dan anemia aplastik. Efek terhadap ginjal berupa gagal ginjal akut
(Katzung, 2010). NSAID golongan d-antranilat juga dapat berkhasiat sebagai
antipiretik contohnya asam mefenamat, namun khasiat analgetiknya lebih kuat
dibandingkan sebagai antipiretik. Efek sampingnya berupa dyspepsia, anemia
6

4
hemolitik, kerusakan mukosa yang dapat mengakibatkan penurunan nilai sintesis
prostaglandin lokal dan gangguan dari keseimbangan antara cyclogenase dan
lipogenase (Indian Pediatric, 2010). Pemberiannya tidak dianjurkan sebagai
antipiretik untuk anak – anak, karena melihat efek samping serius yang
disebabkan. NSAID lain yang dapat digunakan sebagai antipiretik adalah
metamizole. Metamizole merupakan NSAID golongan pirazolinon (Tjay dan
Rahardja,

2007).

Metamizol

bekerja

menekan

pembentukkan

prostaglandin.Mempunyai efek antipiretik, analgetik dan antiinflamasi. Efek
sampingnya adalah anemia aplastik, perdarahan saluran cerna, dan agranulositosis
jika digunakan dalam jangka panjang dan dosis besar. Asam asetilsalisilat atau
asetosal juga mempunyai efek antipiretik kuat. Efek samping yang paling sering
terjadi adalah iritasi mukosa lambung dengan resiko tukak lambung, selain itu
asetosal juga menimbulkan efek spesifik seperti reaksi alergi kulit dan tinnitus
(telinga berdengung). Pada anak – anak pemberian asetosal tidak dianjurkan
karena beresiko terkena Sindrom Rye yang berbahaya. Sindrom ini bercirikan
muntah hebat, termangu – mangu, gangguan pernafasan, konvulsi dan ada kalanya
koma (Tjay dan Rahardja, 2007). Pada anak balita pemberian dosis obat seringkali
menimbulkan perbedaan. Mengingat pada anak masih dalam tahap pertumbuhan
dan perkembangan, dimana organ tubuh belum berfungsi dengan sempurna,
sehingga pada proses absorbsi , distribusi , metabolisme dan sekresi obat akan
terganggu atau tidak maksimal terkadang menimbulkan efek samping yang lebih
dibanding dengan efek terapi (Hidayat, 2008).
Penelitian ini merupakan studi observasi menggunakan tekhnik pasien simulasi
(stimulated patient) untuk mengumpulan data.Stimulated patient adalah individu
yang terlatih mengunjungi sebuah sarana farmasi untuk melakukan skenario untuk
mengetahui perilaku atau sikap yang spesifik dari petugas apotek (Watson, 2009).
Kelebihan metode Stimulated patient adalah dapat digunakan untuk mengetahui
kondisi yang sebenarnya terjadi mengenai perilaku atau sikap staf apotek
(Puspitasari,2011). Mahasiswa berperan sebagai orangtua pasien balita yang
sudah dilatih untuk meminta pelayanan swamedikasi terkait gejala demam yang
dialami balita pada staf apotek. Digunakannya pasien balita pada simulasi ini
karenabayi dan anak-anak di bawah lima tahun adalah kelompok yang rentan
6

5
terhadap berbagai penyakit dan sistem kekebalan tubuh mereka belum terbangun
sempurna. Selain itu dosis pemberian obat pada balita harus diperhatikan sesuai
dengan berat badan dan juga umurnya. Wilayah kecamatan Lowokwaru Kota
Malang dipilih menjadi objek penelitian karena melihat banyaknya apotek yang
ada di daerah ini. Sehingga penelitian ini diharapkan dapat memberikan
konstribusi dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya
pelayanan kefarmasian di apotek wilayah kecamatan Lowokwaru Kota Malang.

1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana Profil Pelayanan Swamedikasi Penanganan Gejala Demam
Pada Balita di Apotek Wilayah Kecamata Lowokwaru Kota Malang, dengan
menggunakan metode simulated patient.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Profil Pelayanan Swamedikasi
Penanganan Gejala Demam Pada Balita Di Apotek Wilayah Kecamatan
Lowokwaru Kota Malang, dengan menggunakan metode simulated patient.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui profil patient assessment yang dilakukan petugas apotek terhadap
klien yang datang dengan keluhan demam pada balitanya.
2. Mengetahui profil rekomendasi yang diberikan oleh petugas apotek terhadap
klien yang datang dengan keluhan demam pada balitanya.
3. Mengetahui profil informasi terkait obat dan non obat yang diberikan oleh
petugas apotek terhadap klien yang datang dengan keluhan demam pada
balitanya.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Memberikan masukan kepada apoteker agar bisa meningkatkan kualitas
pelayanan kefarmasian di apotek, khususnya pelayanan swamedikasi.
2. Memberikan pandangan pada apoteker agar menjadi tenaga kesehatan yang
paling berkompeten dalam masalah terkait sediaan farmasi
3. Hasil data dari penelitian ini dapat digunakan

sebagai

penelitian yang lebih lanjut terutama pelayanan swamedikasi.
6

referensi untuk