PENGARUH TERAPI RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN IMSOMNIA PADA LANSIA DI UNIT PELAYANAN TERPADU PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA PASURUAN
PENGARUH TERAPI RELAKSASI
GUIDED IMAGERY
TERHADAP PENURUNAN IMSOMNIA PADA LANSIA DI
UNIT PELAYANAN TERPADU PELAYANAN SOSIAL
LANJUT USIA PASURUAN
SKRIPSI
Oleh:
NINA DWI A
09060048
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015
(2)
(3)
iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : NINA DWI AGUSTININGSIH NIM : 09060048
Program Studi : Program Studi Ilmu Keperawatan FIKES UMM
Judul Skripsi : Pengaruh Terapi Relaksasi Guided Imagery Terhadap Penurunan Insomnia Pada Lansia Di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasuruan
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Malang, Januari 2015
Yang Membuat Pernyataan,
NINA DWI AGUSTININGSIH NIM. 09060048
(4)
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan bimbingan-Nya saya
dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Terapi Relaksasi Guided Imagery Terhadap Penurunan Insomnia Pada Lansia di UPT Pelayanan Lanjut Usia Pasuruan”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana keperawatan (S.Kep) pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini dapat terselesaikan berkat bantuan, arahan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu tidak lupa penulis menyampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada yang terhormat:
1. Yoyok Bekti Prasetyo.S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.Kom, selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.
2. Nurul Aini.S.Kep.,Ns.,M.Kepselaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.
3. Aini Alifatin.S.Kep.,M.Kep selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, arahan, dukungan, dan motivasi dalam menyusun skripsi ini.
4. Nur Aini.S.kep.Ns.,M.Kep selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
5. Kedua orang tua yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan moril dan materil agar skripsi ini dapat terselesaikan.
6. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah memberikan ilmunya.
7. Teman-teman PSIK A 2009 dan semua pihak yang telah membantu dari awal hingga akhir penyelesaian skripsi ini.
(5)
v
8. Para sahabat-sahabat saya nindy, sholeh, ajeng, yeni, ike, vida, prasetyo, nisa yang telah selalu memberikan semangat dalam menyusun skripsi ini.Dan semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini. Mohon maaf atas segala kesalahan dan ketidaksopanan yang mungkin telah saya perbuat. Semoga Allah SWT senantiasa memudahkan setiap langkah-langkah kita menuju kebaikan dan selalu menganugerahkan berkat-Nya untuk kita semua.Amin.
Malang, Januari 2015
(6)
vi
Jangan menoleh ke masa lalu ketika kita
sudah berani mengambil langkah karena masa
lalu hanya akan membawa kita kepada rasa
bersalah yang tidak pasti kebenarannya...
dan jangan pernah menunda kesempatan yang
ada didepan mata, pada dasarnya kesempatan
(7)
vii
Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
kuasa-Nya akhirnya saya bisa menyelesaikan Tugas Akhir ini. Yang mana saya juga
sangat berterima kasih kepada-Nya karena telah memilihkan kedua orang tua
dan orang-orang yang sangat baik kepada saya.
Dalam kesempatan ini, spesial saya ingin mengucapkan terima kasih kepada
ayah saya Sadjianto dan ibunda tercinta Sudartik
, karena do’a dan semangat
kalian, akhirnya ananda bisa menyelesaikan tugas ini. Untuk ayah, terima
kasih karena engkau telah berjuang melawan panasnya terik matahari demi
keberhasilan ananda ini. Untuk ibunda tercinta, ananda sangat-sangat
berterimakasih karena do’a dan bimbinganmu, akhirnya ananda bisa
menghadapi masalah-masalah dan cobaan yang menghadang. Ananda sadar
gelar yang ananda persembahkan kepada ayah dan ibu ini tidak ada
apa-apanya dibandingkan dengan kasih sayang dan pengorbanan yang ayah ibu
berikan kepada ananda selama ini. Ananda tidak akan pernah menyerah dan
akan terus berusaha untuk membahagiakan ayah ibu. Dan untuk kakak dan
adekku tersayang, terima kasih karena do’a adek akhirnya bisa mendapatkan
gelar sarjana. Semoga do’a untuk
kakak agar menjadi perawat yang baik dan
sukses dikabulkan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Tak lupa juga kakak akan
selalu berdo’a agar cita
-cita adek untuk menjadi dokter bisa
terkabul...amiiieennn..
Untuk teman-teman PSIK A 2009, terima kasih karena selama 4 tahun kita
bersama, kalian telah memberikanku kesempatan untuk merasakan
kebahagiaan bersama. Semoga anak-anak PSIK A 2009 bisa menjadi
(8)
viii
perawat profesional yang teladan. Ammiiieenn...
Q ucapkan terima kasih untuk sahabat-sahabat q yang selalu setia dan selalu
ada disaat suka dan duka. Khususnya untuk asti, nindy, yeni, ike, fida, prasetya,
nisa’,
cindy, terima kasih karena berkat motivasi kalian akhirnya aq bisa meraih
gelar ini. karena do’a dan semangat dari kalian akhirnya aq bisa menyelesaikan
tugas akhir ini
Bebas bukan berarti lepas begitu saja, bebas bukan berarti tanpa aturan
Bebas itu tetap ada batasan, bebas itu pelajaran berharga
Dan dalam kehidupan yang bebas ini hanya do’a dan bimbingan kalian semua yang
(9)
ix
The Effect Of Guided Imagery Relaxation Therapy On Reducing
Insomnia
Nina Dwi A 1, AiniAlifatin,S.Kp,M.Kep2, Nur Aini S.Kep.,Ns.,M.Kep3 ABSTRACT
background:. The elder are vulnerable because of high sensitivity and vulnerability to health problem as a result of the continued decline in the function body to sleep disturbance. Various methods are used or decreasing sleep disturbance such as pharmacologies and pharmacologies approach. Guided imagery is one of the non-pharmocology relaxation intervention to emulating or decreasing the symptom of sleep distrurbance. By Guided imagery, respondents got more relax and felt more comfort. The research amed to know the effect of guided imagery relaxation techniques to sleep more comfort. This research amed to know the effect of guided imagery relaxation techniques to decrease of insomnia. Sleep quality was assessed by Pittsburgh Sleep Quality Index. It measured before and after relaxation guided imagery was done.
Method : this reseaech used a quasi experiment design. The research was conucted in
November 2014 in UPT PSLU Pasuruan. The population in yhis reseacrh were elder people who have sleep diturbance. Total sampling techniques using sampling. The number of sampel is 30 respondents. Analysis of data is done by compter using SPSS-16 with dependent t-test (paired t-test) with significance value p=0,05
Resulth : this resulth showed that there a difference between before and after relaxation guided imagery UPT PSLU Pasuruan. Based on the research, it is suggest to use guided imagery relaxationtechniques as one of the intervention to elderly with sleep diturbance. conclusion: Guided imagery relaxation tecniques are effective againts to Sleep Quality in the elderly in UPT PSLU Pasuruan.
Keyword : guided imagery, reducing insomnia
1. Student of nursing program, Faculty of health science, Muhammadiyah University of Malang 2. Lecturer of nursing program, Faculty of health science, Muhammadiyah University of Malang 3. Lecturer of nursing program, Faculty of health science, Muhammdiyah University of Malang
(10)
x
Pengaruh Terapi Relaksasi
Guided Imagery
Terhadap Penurunan
Insomnia
Nina Dwi A, AiniAlifatin., S.Kp, M.Kep2 ,Nur Aini.,S.Kep.Ns.,M.Kep3 INTISARI
Latar Belakang: lansia merupakan kelompok rawan karena kepekaan dan kerentananya yang tinggi terhadap gangguan kesehatan sebagai akibat meurunnya fungsi tubuh yang berlanjut mejadi gangguan tidur. Beberapa metode dipakai dalam mengobati atau untuk menyembuhkan gangguan tidur yaitu dengan pendekatan farmakologi dan non-farmakologi. Guided imagery adalah salah satu bentuk penyembuhan dengan relaksasi secara non farmakologi untuk mengobati atau mengurangi gangguan tidur. Dengan guided imagery responden merasakan kondisi yang rileks dan nyaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh teknik relaksasi guided imagery terhadap penurunan insomnia pada lansia.
Metode : Penelitian ini menggunakan desain eksperimen quasi semu. Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2014 di UPT PSLU Pasuruan. Populasi dalam penelitian adalah lansia yang memiliki gangguan tidur. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling. Jumlah sampel adalah 30 responden. Analisis data dilakukan dengan menggunakan SPSS compter-16 dengan bergantung test (paired t-test) dengan nilai signifikansi p=0,005 < α 0,05
Hasil: hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan antara sebelum dan sesudah relaksasi di UPT PSLU Pasuruan. Berdasarkan penelitian, itu menyarankan untuk menggunakan teknik relaksasi guided imagery sebagai salah satu intervensi untuk lansia dengan gangguan tidur
Kesimpulan: Pengaruh Teknik relaksasi guided imagery terhadap penurunan insomnia pada lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasuruan.
Kata Kunci: guided imagery, penurunan insomnia
1. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Malang 2. Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Malang 3. Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Malang
(11)
xi DAFTAR ISI
Halaman Judul ... i
Lembar Pengesahan ... ii
Surat Pernyataan Keaslian Tulisan ... iii
Kata Pengantar ... iv
Motto ... v
Lembar Persembahan ... vi
Abstract ... vii
Abstraksi ... viii
Daftar Isi ... x
Daftar Tabel ... xiii
Daftar Gambar ... xiv
Daftar Lampiran ... xv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.3.1 TujuanUmum ... 4
1.3.1 Tujuan Khusus ... 4
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
1.4.1 Bagi Responden ... 5
1.4.2 Bagi Peneliti ... 5
1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan ... 5
1.4.4 Bagi Instansi Kesehatan ... 5
1.5 Keaslian Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia ... 8
2.1.1 Definisi lansia ... 8
2.1.2 Klasifikasi lansia ... 8
2.1.3 Teori-Teori Proses Menua... 10
2.1.4 Perubahan-Perubahan yang Terjadi pada Lansia ... 14
2.2 KonsepTidur ... 16
2.2.1 Pengertian Tidur ... 16
2.2.2 Fungsi Tidur ... 16
2.2.3 Proses Tidur ... 17
2.2.4 Klasifikasi Gangguan Tidur ... 19
2.2.5 Kebutuhan Tidur ... 21
2.2.6 Tindakan untuk meningkatkan hidup pada lansia. ... 21
2.3 Insomnia ... 23
2.3.1 Konsep Insomnia ... 23
2.3.2 Etiologi Insomnia ... 23
2.3.3 Tipe Insomnia ... 24
2.3.4 Perubahan tidur yang normal pada lansia ... 25
2.3.5 Faktor resiko insomnia ... 26
2.3.6 Dampak Insomnia ... 28
2.4 Konsep Relaksasi ... 28
(12)
xii
2.5 Konsep Guided Imagery (Imajinasi terbimbing) ... 29
2.5.1 Pengertian Guided Imagery ... 29
2.5.2 Dasar Guided imagery ... 30
2.5.3 Manfaat Guided Imagery ... 31
2.5.4 Mekanisme Kerja Teknik Relaksasi Guided Imagery dalam Memenuhi kebutuhan Tidur ... 31
2.5.5. Prosedur Teknik Relaksasi Giuded Imagery ... 33
2.6 Instrument Penelitian ... 35
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Konsep ... 37
3.2 Hipotesis Penelitian ... 38
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian ... 39
4.2 Kerangka Penelitian ... 39
4.3 Populasi, Sampling dan Sampel ... 41
4.3.1 Populasi Penelitian ... 41
4.3.2 Sampel Penelitian ... 41
4.3.3 Teknik Sampling ... 41
4.4 Variabel Penelitian ... 41
4.4.1 Variabel Independen (Variabelbebas) ... 41
4.4.2 Variabel Dependen (Variabelterkait ) ... 41
4.5 Definisi Operasional ... 42
4.6 Waktudan Tempat Penelitian... 42
4.7 Intrumen Penelitian ... 42
4.8 Prosedur Pengumpulan Data ... 46
4.9 Analisis Data dan pengolahan Data ... 48
4.10 Etika Penelitian ... 48
4.10.1Lembar Persetujuan Penelitian (informed consent) ... 49
4.10.2 Tanpa nama (Annoninity) ... 49
4.10.3 Kerahasiaan (confidentiality) ... 49
BAB V HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA 5.1 Data Umum ... 50
5.2 Data Khusus ... 52
5.3 Hasil Analisis Data ... 53
BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Interpretasi Hasil dan Diskusi... 56
6.1.1 Gambaran Skala Insomnia Sebelum Perlakuan ... 57
6.1.2 Gambaran Skala insomnia Sesudah Perlakuan ... 58
6.1.3 Pengaruh terapi relaksasi guided imagery insomnia ... 59
6.2 Keterbatasan Penelitian ... 63
6.3 Implikasi Untuk Keperawatan ... 63
BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan ... 65
7.2 Saran ... 65
7.2.1 Saran Bagi Keperawatan ... 65
(13)
xiii
7.2.3 Saran Bagi UPT PSLU Pasuruan ... 66 DAFTAR PUSTAKA ... 67 LAMPIRAN
(14)
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.2 Tahapan Siklus Tidur ... 18
Tabel 4.5 Definisi Operasional ... 42
Tabel 5.3 Skor insomnaia sebelum dan sesudah perlakuan ... 54
Tabel 5.4 Tabulasi Jawaban Kuesioner ... 55
Tabel 5.5 Uji Normalitas ... 56
(15)
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 3.1 Kerangkakonsep :Pengaruh Terapi Relaksasi Guided Imagery
Terhadap penurunan insomnia pada lansia di UPT Pelayanan
Sosial Lanjut UsiaPasuruan ... 37
Gambar 4.2 Kerangka Penelitian ... 40
Gambar 5.1 Jenis Kelamin………... 50
Gambar 5.2 Usia……….... 51
Gambar 5.3 Konsumsi Kopi……….. 51
(16)
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden ... 69
Lampian 2 Lembar Persetujuan Menjadi Responden ... 70
Lampiran 3 Lembar Kuesioner ... 71
Lampiran 4 Lembar Pelaksanaan Teknik Terapi Guided imagery………...76
Lampiran 5 Skala Insomnia Sebelum dan Sesudah Perlakuan………...80
Lampiran 6 Uji Normalitas………...81
Lampiran 7 Uji t-dependent………...82
Lampiran 8 Tabel Skor pretest dan posttest………...83
Lampiran 9 Master Data ... ... 84
Lampiran 10 Tabulasi Jawaban Kuesioner Menurut Sistem Skoring pretest ………85
Lampiran 11 Surat Studi Pendahuluan……… 86
Lampiran 12 Surat Telah Melakukan Penelitian ... 87
(17)
xvii
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta
Anonim.http://www.webmd.com/balance/stress-management/stress-management-doing-guided-imagery-to-relax#(diakses tanggal 25Oktober 2014 jam 13.10 wib)
Anonim.http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15154991/DebraVan Kullen(diakses tanggal 25 Oktober2014 jam 13.10 wib)
Anonim.http://www.nursingcenter.com/lnc/JournalArticle?Article_ID=424150(diakses tanggal 25 Oktober2014 jam 13.10 wib)
Brunner, Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal BedahVol2. Jakarta: EGC Dement. 2008. The Promise Of Sleep. New York: Dell Publishing Fatmah. 2010. Usia Lanjut. Erlangga. Jakarta
Foley, D, et al. (2010). Slep disturbances and chronic disease in older adults: results of the National Slep Foundation Slep in America Survey
Guyton dan Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC
Hidayat, A. 2009. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika.
Hidayat, A. 2003. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika.
Kushariyadi. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: salemba medika Kozier. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, Dan Praktik, Edisi 7,
Volume 1. Jakarta: EGC
Maryam Siti (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Penangannya. Jakarta: Salemba Medica. Nursalam, 2003. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika.
Nursalam, 2002. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta :Salemba Medika
Nursalam, 2011. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Nugroho.W. 2000. Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta. EGC Nugroho. W. 2008. Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta. ECG
(18)
xviii
Marcell. 2004. dalam (Setiabudi, 2005). Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan ASKEP. Jakarta: Salemba Medika.
Pauline Newman. 2001. insomnia. Foundation Press: New York Poter dan Perry. 2005. Fundamental Keperawatan. Jakarta:EGC
Setiabudi, S. 2005. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan ASKEP. Jakarta: Salemba Medika.
Sugiyono. 2010. “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D”. Bandung: Alfabeta Sugiyono. 2006. “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D”. Bandung: Alfabeta Sugiyono. 2004. “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D”. Bandung: Alfabeta Smyth, C.MSN. (207). Thepitsburgh slep quality index (PSQI)
Rafknowledge.(2004). Insomnia dan Gangguan Tidur Lainnya.Jakarta : PT Elex Media Komputindo
Smeltzer, Bere. 2002. Buku Ajar Medical Bedah Brunner & Suddarth. Volume 1. Jakarta:EGC
World Health Organization.(2010). Data and Statistics of Gerontology. 2013. Diakses darihttp://www.who.int/gerontology/wntd/2013/statisticalreports/en/inde x.html/(hari senin 22 september 2014, jam 11.15 wib).
(19)
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lanjut usia merupakan suatu bagian dari tahap perjalanan hidup manusia dan keberadaannya senantiasa harus diperhatikan. Seiring bertambahnya usia dengan proses penuaan serta masalah fisik dan juga berakibat pada psikis lansia, maka kesehatan lansia mengalami penurunan, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana cara mensikapi agar kesehatan fisik dan psikis tetap terjaga. Orang yang berusia lanjut memerlukan tindakan keperawatan, baik yang bersifat promotif maupun preventif, dapat menikmati masa usia lanjut yang berguna dan bahagia (Fatma, 2010 : 8).Pada lansia terjadi penurunan sistem tubuh karena terjadi degeneratif yang berakibat dalam kemunduran sistem syaraf, sistem pencernaan, sistem pernapasan, sistem endokrin, sistem eksresi urogenital, sistem kardivaskuler, dan sistem muskuloskeletal, perubahan-perubahan ini dapat mempengaruhi pola tidur lansia (Rowlet,2005).
Pertambahan jumlah penduduk lansia sangat cepat. Badan kesehatan dunia (WHO) bahwa penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2013 sudah mencapai angka 11,34% atau tercatat 28,8 juta orang. Bersamaan dengan peningkatan jumlah penduduk lanjut usia tersebut membawa implikasi pada berbagai aspek kehidupan. Dari aspek kesehatan, seseorang disebut sebagai lansia (elderly) jika berusia 60 tahun ke atas. Sedangkan penduduk yang berusia antara 49-69 tahun disebut sebagai pra-sensile. Lansia yang berusia 70 tahun ke atas disebut sebagai lansia beresiko. Lansia 60 tahun keatas dikelompokkan menjadi lansia yang produktif yaitu lansia yang sehat secara fisik, mental maupun sosial, sedangkan lansia yang tidak produktif yaitu lansia yang sehat secara fisik, tetapi tidak sehat secara mental dan sosial atau sehat secara mental tetapi tidak sehat secara fisik dan sosial atau lansia yang tidak sehat baik secara
(20)
2
fisik, mental maupun sosial.Hasil penelitian WHO (Word Health Organization) dipusat kesehatan menunjukkan prevalensi sekitar 27 % untuk kesulitan tidur, ternyata insomnia merupakan keluhan tidur yang paling sering ditemukan. Menurut National Sleep Foundation (2010) sekitar 67% dari lansia di Amerika usia 65 tahun keatas melaporkan mengalami gangguan tidur dan sebanyak 7,3% lansia mengeluhkan gangguan memulai dan mempertahankan tidur atau insomnia.
Hasil wawancara dengan 10 orang lansia yang tinggal di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasuruan didapatkan 7 orang menyatakan mengalami gangguan tidur insomnia, keluhan yang dialami oleh lansia di UPT pelayanan sosial lanjut usia pasuruan adalah insomnia dalam persentase tertinggi. Mereka mengatakan bahwa merasa tidak bisa tidur nyenyak di waktu malam hari, bahkan sering terbangun di malam hari dan susah untuk memulai tidur kembali hingga pagi hari karena masalah psikis dan lingkungan yang dialami oleh lansia,di usia yang sudah senja mereka tidak bisa berkumpul bersama anak maupun keluarganya. Selain itu masalah psikologis dan ketergantungan terhadap konsumsi kopi sebelum tidur juga mempengaruhi insomnia.
Pada penelitian terdahulu (2010) yang dilakukan oleh Paramita Sukmaningtyas dengan memberikan terapi relaksasi otot progresif terhadap kualitas tidur lansia ternyata masih kurang efektif terhadap kualitas tidur lansia.Karena lansia kurang berminat dengan terapi relaksasi otot progresif karena dari gerakannya yang monoton sehingga membuat lansia bosan justru lansia semakin mengalami insomnia, oleh karena itu peneliti memilih untuk memberikan terapi guided imagery untuk mengatasi gangguan tidur insomnia sehingga terapi yang dilakukan oleh peneliti menjadi efektif dan berpengaruh terhadap berkurangnya insomnia pada lansia.
Insomnia merupakan gejala kelainan tidur berupa kesulitan berulang untuk tidur atau mempertahankan tidur walaupun ada kesempatan untuk tidur. Gejala
(21)
3
tersebut biasanya diikuti gangguan fungsional saat bangun tidur. Penyakit ini disebabkan oleh adanya suatu penyakit atau akibat adanya permasalahan psikologis (Yekti Susilo,2011). Seseorang yang mengalami insomnia akan berkurang kuantitas dan kualitas tidurnya. Gejala insomnia disebabkan oleh adanya gangguan emosi / ketegangan atau gangguan fisik. Insomnia dapat diakibatkan oleh banyak faktor misalnya penyakit, lingkungan, kelelahan, stress. Insomnia yang terjadi dan berkepanjangan dapat mengggnggu kesehatan fisik yang menyebabkan muka pucat dan mata sembab, badan lemas, dan daya tahan tubuh menurun sehingga mudah terserang penyakit.
Cara seorang lansia menghadapi insomnia hendaknya tenang dan santai beberapa jam sebelum waktu tidur. Sebaiknya menciptakan suasana yang nyaman di kamar tidur, cahay yang redup dan tidak berisik. Jika gangguan tidur berhubungan dengan aktivitas normal penderita dan penderita merasa sehat, bisa diberikan obat tidur untuk sementara waktu. Selain itu bisa menggunakan terapi non farmakologi yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tidur pada lansia adalah terapi guided imagery (Pauline, 2001). Dari beberapa terapi yang di lakukan oleh peneliti terdahulu menunjukkan hasil yang kurang efektif bagi terapi isomnia.
Terapi guided imagery (imajinasi terbimbing) sebagai upaya menurunkan insomnia pada lansia. Terapi guided imagery merupakan proses terapi yang menggunakan kekuatan pikiran dengan mengarahkan tubuh untuk menyembuhkan diri dan memelihara kesehatan. Relaksasi guided imagery ini melalui komunikasi dalam tubuh yag melibatkan semua panca indera (visual, sentuhan, penglihatan, penciuman, dan pendengaran). Guided imagery yang sederhana adalah penggunaan imajinasi dengan sengaja untuk memperoleh relaksasi (Smeltzer and Bare,2002). Terapi relaksasi guided
(22)
4
nyeri, kesulitan tidur, hipertensi, dan keadaan lain . Guided imagery akan membentuk bayangan yang akan diterima sebagai rangsangan oleh berbagai indra. Bayangan yang indah akan menyebabkan perasaan tenang, ketegangan otot dan ketidaknyamanan akan dikeluarkan sehingga tubuh menjadi rileks dan nyaman (Brunner dan Suddart,2002). Oleh karena itu apabila lansia melakukan terapi guided imagery kebutuhan tidur pada lansia akan terpenuhi, daya tahan tubuh lansia terjaga, dapat berpengaruh terhadap kestabilan emosi sehingga dapat melakukan aktivitasnya dan dianggap produktif oleh masyarakat.
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “ Pengaruh Terapi Relaksasi Guided Imagery terhadap Penurunan
Insomnia Di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Psuruan”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dirumuskan permasalahan penelitiannya adalah bagaimanakah pengaruh terapi relaksasi guided imagery terhadap penurunan insomnia pada lansia.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh terapi relaksasi guided imagery terhadap penurunan insomnia pada lansia di UPT pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasuruan.
1.3.1 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi skala insomnia klien sebelum dilakukan terapi relaksasi
guided imagery
2. Mengidentifikasi skala insomnia setelah dilakukan terapi relaksasi guided imagery
(23)
5
3. Menganalisis pengaruh terapi relaksasi guided imagery terhadap penurunan insomnia pada lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasuruan
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Responden
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi dan dapat diterapkan di panti sosial tentang pemberian intervensi guided imagery
karena mempunyai efek menurunkan insomnia. Memberikan alternatif perawatan terhadap lansia yang mengalami gangguan tidur.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai dokumentasi serta informasi dalam rangka pengembangan pengetahun mahasiswa mengenai penatalaksanaa guided imagery therapy
terhadap penurunan insomnia pada lansia. Sebagai bahan masukan bagi para pengambil keputusan di bidang kesehatan dalam mengambil kebijakan strategis dalam rangka menanggulangi masalah kesehatan pada lansia.
3. Bagi Instansi Kesehatan
Penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan lansia tentang insomnia dan juga program-program guna menurunkan insomnia khususnya denga cara terapi guided imagery pada masyarakat.
1.5 Keaslian Penelitian
Menurut sepengetahuan penulis, penelitian tentang pengaruh terapi relaksasi
guided imagery terhadap penurunan insomnia pada lansia ini belum pernah dilakukan di
Universitas Muhamadiyah Malang. Adapun penelitian yang telah dilakukan terkait dengan penelitian ini antara lain:
(24)
6
1. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mukhamad Rajin (2012) tentang terapi
spiritual emosional freedom technique (SEFT) terhadap tingkat kecemasan pada
pasien pre operasi hernia di RSUD Kraton Kab. Pekalongan, di dapat kan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Mukhamad yaitu ada pengaruh terapi SEFT terhadap tingkat kecemasan pada pasien pre operasi hernia..Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang saya teliti yang berjudul pengaruh terapi relaksasi guided imagery terhadap penurunan insomnia di UPT pelayanan sosial lanjut usia Pasuruan.
2. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Arif Setyo (2010) tentang efektifitas terapi messege dengan terapi mandi air hangat terhadap penurunan insomnia lansia di UPT LanjutUsia Semarang. Penelitian ini menggunakan penelitian Quasi Eksperiment dengan pendekatan two group comparation pre post statistic design. Pada penelitian dilakukan eksperimen berupa pemberian terapi relaksasi dengan membadingkan efektifitas antara terapi message dengan terapi mandi air hangat untuk menurunkan insomnia. Analisis data menggunakan analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel untuk mengetahui pengaruh terapi message dan terapi mandi air hangat terhadap penurunan skala insomnia, selanjutnya data diolah secara statistik
dengan pair “t” test. Sedangkan pada penelitian yang disusun meneliti
pengaruh terapi guided imagery terhadap penurunan insomnia, kerutinan dalam melakukan terapi guided imagery apakah berpengaruh terhadap penurunan insomnia pada lansia.
3. Hasil penelitian yang dilakukan Yeni Nur Rahmayanti (2010) tentang pengaruh guided imagery terhadap tingkat kecemasan pada pasien skizoafektif. Penelitian menggunakan Quasi Eksperimental dengan pretes-postes with
(25)
7
control group design. Jumlah populasi adalah seluruh pasien skizoafektif sejumlah 309 orang berdasarkan data rekam medik RSJD Surakarta. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling, maka jumlah sampel penelitian sebesar 20 responden. Pengujian hipotesis menggunakan
uji Mann Whitney Test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok
perlakuan sebelum mengalami kecemasan berat. Setelah mendapatkan terapi
guided imagery selama tujuh hari,tingkat kecemasan kelompok perlakuan
menjadi 8 responden. Hasil pengujian Mann Whitney Test pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol setelah terapi diperoleh nilai p= 0,001 sehingga disimpulkan ada perbedaan kecemasan pada pasien skizoafektif antara kelompok perlakuan dan kontrol setelah diberikan. Persamaan dalam penelitian ini adalah terapi yang digunakan sedangkan perbedaannya pada variabel dependen yaitu insomnia pada lansia.
4. Hasil penelitian yang dilakukan Paramita Suksmaningtyas (2010) tantang pengaruh teknik relaksasi otot progresif terhadap kualitas tidur pada lansia di UPT Pelayanan Sosial lanjut usia Pasuruan, di dapatkan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Paramita yaitu ada pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap kualitas tidur pada lansia. Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang saya teliti yang berjudul pengaruh terapi relaksasi
guided imagery terhadap penurunan insomnia, persamaan penelitian ini
(1)
fisik, mental maupun sosial.Hasil penelitian WHO (Word Health Organization) dipusat kesehatan menunjukkan prevalensi sekitar 27 % untuk kesulitan tidur, ternyata insomnia merupakan keluhan tidur yang paling sering ditemukan. Menurut National Sleep Foundation (2010) sekitar 67% dari lansia di Amerika usia 65 tahun keatas melaporkan mengalami gangguan tidur dan sebanyak 7,3% lansia mengeluhkan gangguan memulai dan mempertahankan tidur atau insomnia.
Hasil wawancara dengan 10 orang lansia yang tinggal di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasuruan didapatkan 7 orang menyatakan mengalami gangguan tidur insomnia, keluhan yang dialami oleh lansia di UPT pelayanan sosial lanjut usia pasuruan adalah insomnia dalam persentase tertinggi. Mereka mengatakan bahwa merasa tidak bisa tidur nyenyak di waktu malam hari, bahkan sering terbangun di malam hari dan susah untuk memulai tidur kembali hingga pagi hari karena masalah psikis dan lingkungan yang dialami oleh lansia,di usia yang sudah senja mereka tidak bisa berkumpul bersama anak maupun keluarganya. Selain itu masalah psikologis dan ketergantungan terhadap konsumsi kopi sebelum tidur juga mempengaruhi insomnia.
Pada penelitian terdahulu (2010) yang dilakukan oleh Paramita Sukmaningtyas dengan memberikan terapi relaksasi otot progresif terhadap kualitas tidur lansia ternyata masih kurang efektif terhadap kualitas tidur lansia.Karena lansia kurang berminat dengan terapi relaksasi otot progresif karena dari gerakannya yang monoton sehingga membuat lansia bosan justru lansia semakin mengalami insomnia, oleh karena itu peneliti memilih untuk memberikan terapi guided imagery untuk mengatasi gangguan tidur insomnia sehingga terapi yang dilakukan oleh peneliti menjadi efektif dan berpengaruh terhadap berkurangnya insomnia pada lansia.
Insomnia merupakan gejala kelainan tidur berupa kesulitan berulang untuk tidur atau mempertahankan tidur walaupun ada kesempatan untuk tidur. Gejala
(2)
tersebut biasanya diikuti gangguan fungsional saat bangun tidur. Penyakit ini disebabkan oleh adanya suatu penyakit atau akibat adanya permasalahan psikologis (Yekti Susilo,2011). Seseorang yang mengalami insomnia akan berkurang kuantitas dan kualitas tidurnya. Gejala insomnia disebabkan oleh adanya gangguan emosi / ketegangan atau gangguan fisik. Insomnia dapat diakibatkan oleh banyak faktor misalnya penyakit, lingkungan, kelelahan, stress. Insomnia yang terjadi dan berkepanjangan dapat mengggnggu kesehatan fisik yang menyebabkan muka pucat dan mata sembab, badan lemas, dan daya tahan tubuh menurun sehingga mudah terserang penyakit.
Cara seorang lansia menghadapi insomnia hendaknya tenang dan santai beberapa jam sebelum waktu tidur. Sebaiknya menciptakan suasana yang nyaman di kamar tidur, cahay yang redup dan tidak berisik. Jika gangguan tidur berhubungan dengan aktivitas normal penderita dan penderita merasa sehat, bisa diberikan obat tidur untuk sementara waktu. Selain itu bisa menggunakan terapi non farmakologi yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tidur pada lansia adalah terapi guided imagery (Pauline, 2001). Dari beberapa terapi yang di lakukan oleh peneliti terdahulu menunjukkan hasil yang kurang efektif bagi terapi isomnia.
Terapi guided imagery (imajinasi terbimbing) sebagai upaya menurunkan insomnia pada lansia. Terapi guided imagery merupakan proses terapi yang menggunakan kekuatan pikiran dengan mengarahkan tubuh untuk menyembuhkan diri dan memelihara kesehatan. Relaksasi guided imagery ini melalui komunikasi dalam tubuh yag melibatkan semua panca indera (visual, sentuhan, penglihatan, penciuman, dan pendengaran). Guided imagery yang sederhana adalah penggunaan imajinasi dengan sengaja untuk memperoleh relaksasi (Smeltzer and Bare,2002). Terapi relaksasi guided imagery dapat digunakan pada berbagai keadaan antara lain : mengurangi stress dan
(3)
nyeri, kesulitan tidur, hipertensi, dan keadaan lain . Guided imagery akan membentuk bayangan yang akan diterima sebagai rangsangan oleh berbagai indra. Bayangan yang indah akan menyebabkan perasaan tenang, ketegangan otot dan ketidaknyamanan akan dikeluarkan sehingga tubuh menjadi rileks dan nyaman (Brunner dan Suddart,2002). Oleh karena itu apabila lansia melakukan terapi guided imagery kebutuhan tidur pada lansia akan terpenuhi, daya tahan tubuh lansia terjaga, dapat berpengaruh terhadap kestabilan emosi sehingga dapat melakukan aktivitasnya dan dianggap produktif oleh masyarakat.
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “ Pengaruh Terapi Relaksasi Guided Imagery terhadap Penurunan Insomnia Di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Psuruan”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dirumuskan permasalahan penelitiannya adalah bagaimanakah pengaruh terapi relaksasi guided imagery terhadap penurunan insomnia pada lansia.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh terapi relaksasi guided imagery terhadap penurunan insomnia pada lansia di UPT pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasuruan.
1.3.1 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi skala insomnia klien sebelum dilakukan terapi relaksasi guided imagery
2. Mengidentifikasi skala insomnia setelah dilakukan terapi relaksasi guided imagery
(4)
3. Menganalisis pengaruh terapi relaksasi guided imagery terhadap penurunan insomnia pada lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasuruan
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Responden
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi dan dapat diterapkan di panti sosial tentang pemberian intervensi guided imagery karena mempunyai efek menurunkan insomnia. Memberikan alternatif perawatan terhadap lansia yang mengalami gangguan tidur.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai dokumentasi serta informasi dalam rangka pengembangan pengetahun mahasiswa mengenai penatalaksanaa guided imagery therapy terhadap penurunan insomnia pada lansia. Sebagai bahan masukan bagi para pengambil keputusan di bidang kesehatan dalam mengambil kebijakan strategis dalam rangka menanggulangi masalah kesehatan pada lansia.
3. Bagi Instansi Kesehatan
Penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan lansia tentang insomnia dan juga program-program guna menurunkan insomnia khususnya denga cara terapi guided imagery pada masyarakat.
1.5 Keaslian Penelitian
Menurut sepengetahuan penulis, penelitian tentang pengaruh terapi relaksasi guided imagery terhadap penurunan insomnia pada lansia ini belum pernah dilakukan di Universitas Muhamadiyah Malang. Adapun penelitian yang telah dilakukan terkait dengan penelitian ini antara lain:
(5)
1. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mukhamad Rajin (2012) tentang terapi spiritual emosional freedom technique (SEFT) terhadap tingkat kecemasan pada pasien pre operasi hernia di RSUD Kraton Kab. Pekalongan, di dapat kan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Mukhamad yaitu ada pengaruh terapi SEFT terhadap tingkat kecemasan pada pasien pre operasi hernia..Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang saya teliti yang berjudul pengaruh terapi relaksasi guided imagery terhadap penurunan insomnia di UPT pelayanan sosial lanjut usia Pasuruan.
2. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Arif Setyo (2010) tentang efektifitas terapi messege dengan terapi mandi air hangat terhadap penurunan insomnia lansia di UPT LanjutUsia Semarang. Penelitian ini menggunakan penelitian Quasi Eksperiment dengan pendekatan two group comparation pre post statistic design. Pada penelitian dilakukan eksperimen berupa pemberian terapi relaksasi dengan membadingkan efektifitas antara terapi message dengan terapi mandi air hangat untuk menurunkan insomnia. Analisis data menggunakan analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel untuk mengetahui pengaruh terapi message dan terapi mandi air hangat terhadap penurunan skala insomnia, selanjutnya data diolah secara statistik dengan pair “t” test. Sedangkan pada penelitian yang disusun meneliti pengaruh terapi guided imagery terhadap penurunan insomnia, kerutinan dalam melakukan terapi guided imagery apakah berpengaruh terhadap penurunan insomnia pada lansia.
3. Hasil penelitian yang dilakukan Yeni Nur Rahmayanti (2010) tentang pengaruh guided imagery terhadap tingkat kecemasan pada pasien skizoafektif. Penelitian menggunakan Quasi Eksperimental dengan pretes-postes with
(6)
control group design. Jumlah populasi adalah seluruh pasien skizoafektif sejumlah 309 orang berdasarkan data rekam medik RSJD Surakarta. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling, maka jumlah sampel penelitian sebesar 20 responden. Pengujian hipotesis menggunakan uji Mann Whitney Test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok perlakuan sebelum mengalami kecemasan berat. Setelah mendapatkan terapi guided imagery selama tujuh hari,tingkat kecemasan kelompok perlakuan menjadi 8 responden. Hasil pengujian Mann Whitney Test pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol setelah terapi diperoleh nilai p= 0,001 sehingga disimpulkan ada perbedaan kecemasan pada pasien skizoafektif antara kelompok perlakuan dan kontrol setelah diberikan. Persamaan dalam penelitian ini adalah terapi yang digunakan sedangkan perbedaannya pada variabel dependen yaitu insomnia pada lansia.
4. Hasil penelitian yang dilakukan Paramita Suksmaningtyas (2010) tantang pengaruh teknik relaksasi otot progresif terhadap kualitas tidur pada lansia di UPT Pelayanan Sosial lanjut usia Pasuruan, di dapatkan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Paramita yaitu ada pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap kualitas tidur pada lansia. Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang saya teliti yang berjudul pengaruh terapi relaksasi guided imagery terhadap penurunan insomnia, persamaan penelitian ini sama-sama dilakukan di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasuruan.