PENGARUH TERAPI RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP INSOMNIA PADA LANSIA (UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository
SKRIPSI
PENGARUH TERAPI RELAKSASI GUIDED IMAGERY
TERHADAP INSOMNIA PADA LANSIA
(UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Jombang)
VIDI ZAHROTUL AISI
13.321.0124
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
“INSAN CENDEKIA MEDIKA”
JOMBANG
PENGARUH TERAPI RELAKSASI GUIDED IMAGERY
TERHADAP INSOMNIA PADA LANSIA
(UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Jombang)
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Studi S1 Keperawatan Pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang
VIDI ZAHROTUL AISI
13.321.0124
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2017
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Sukodadi, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo pada 09 mei 1995. Penulis merupakan putri dari Bapak Edi Sutrisno dan Ibu Sri Artati.
Tahun 2006, penulis lulus dari SDN Brumbungan Lor, Kecamatan Gending, Kabupaten Probolinggo.Tahun 2009, penulis lulus dari SMPN 1 Gending. Pada tahun 2012, penulis lulus dari SMAN 1 Paiton. Dan pada tahun 2013 lulus seleksi masuk STIKES Insan Cendekia Medika Jombang melalui jalur PMDK. Penulis memilih program Studi S1 Keperawatan dari lima pilihan program studi yang ada di STIKES ICME Jombang.
Demikian riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya.
Jombang, Juni 2017 Vidi Zahrotul Aisi
MOTTO
“ Tidaka damasalah yang tidak bisa diselesaikan selama ada
kemauan untuk menyelesaikannya, berangkat dengan penuh
rasa keyakinan, berjalan dengan penuh keikhlasan, dan sabar
menghadapi cobaan”. (Vidi Zahrotul Aisi) .
PERSEMBAHAN
Seiring dengan doa dan puji syukur kehadirat Allah SWT, penelitian skripsi ini saya persembahkan kepada :
1. Kedua orang tua Bapak Edi Sutrisno dan Khususnya Ibu Sri Artati yang telah memberikan support secara financial maupun secara mental.
2. Untuk ketiga saudaraku vini, vici dan violetta yang sudah memberikan motivasi yang begitu sangat luar biasa sehingga saya semangat dalam .
3. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.
Semoga amal kebaikan, doa, dan motivasi yang diberikan mendapatkan imbalan pahala dari Allah SWT, dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Terapi Relaksasi Guided Imagery
Terhadap Insomnia Pada Lansia” ini dengan sebaik- baiknya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terimakasih kepada H.Bambang Tutuko.SH, S.Kep.,Ns,MH selaku ketua STIKes ICME jombang yang memberikan izin untuk membuat skripsi sebagai tugas akhir program studi S1 Keperawatan,kepada Inayatur Rosyidah, S.Kep,Ns.,M.Kep selaku Kaprodi S1 Keperawatan, yang terpenting kepada Hindyah Ike S.Kep.,Ns.,M.Kepselaku pembimbing satu yang memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis selama proses penyusunan skripsi dan juga kepadaArum Dwi Ningsih S.Kep.,Ns selaku pembimbing kedua yang memberikan bimbingan penulisan dan pengarahan kepada penulis selama proses penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi penyempurnaan skripsi penelitian.
Jombang, Juni 2017 Penulis
ABSTRAK
PENGARUH TERAPI RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP
INSOMNIA PADA LANSIA
(UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Jombang)
OLEH :
VIDI ZAHROTUL AISI
13. 321.0124
Lansia merupakan kelompok rawan karena kepekaan dan kerentanannya yang tinggi
terhadap gangguan kesehatan sebagai akibat menurunnya fungsi tubuh yang berlanjut
menjadi gangguan tidur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi
relaksasi guided imagery terhadap insomnia pada lansia di UPT telayanan Sosial Tresna
Werdha Jombang.Desain penelitian ini menggunakan desain analitik cross sectional. Populasinya semua
lansia yang memiliki gangguan tidur di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Jombang
sebanyak 40 orang dengan teknik samplingPurposivesampling dengan sampel 37 orang.
Pengumpulan data menggunakan kuesioner, variabel dalam penelitian ini ada variabel
independent guided imagery dan variabeldependent Insomnia. Pengelolaan data
menggunakan editing, coding, scoring, tabulating dan uji statistikmenggunakan
wilcoxon α = 0,05.
Hasil penelitian menunjukkan sebelum diberikan terapirelaksasi guided imagery sebagian
besar mengalami insomnia berat sebanyak 24 orang (64,4%). Setelah diberikan terapi
relaksasi guided imagerysebagian besar mengalami insomnia ringan sebanyak 21 orang
(56,8%). Uji wilcoxon menunjukkan bahwa nilai signifikansi p = 0,000 < α (0,05),
sehingga H ditolakdan H diterima.1 Kesimpulan dalam penelitian ini adalah ada pengaruh terapi relaksasi guided imagery terhadap insomnia pada lansia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Jombang.
Kata kunci : guided imagery, insomnia, lansia.
ABSTRACT
THE EFFECT OF GUIDED IMAGERY RELAXATION THERAPY ON INSOMNIA
IN THE ELDERLY
(UPT Social Service Tresna Werdha Jombang)
By :
VIDI ZAHROTUL AISI
13. 321.0124
The elder are vulnerable because of high of sensitivity and vulnerability to health
problem as a result of the continued decline in the function body to sleep disturbance.
This research Aims to know the effect of relaxation therapy guided imagery on insomnia
in the elderly at UPT Social Service Tresna Werdha Jombang.This study is a cross sectional analytic.The population is all elderly have sleep disorder in
UPT Social Service Tresna Werdha Jombang.Total of 40 people with Purposive Sampling
technique with a sample of 37 people. Data collection used queisonnares, the variable in
this research were there guided imagery therapy and the dependent variable was
insomnia. Data processingediting, coding, scoring, tabulation and statistical tests used
wilcoxon α = 0.05.The results show before being given guided imagery relaxation therapy most suffer from
severe insomnia as many as 24 people (64.4%). After given Guided imagery relaxation
therapy mostly has mild insomnia 21 People (56.8%). wilcoxon test showed that the
The is rejected and H accept. significance value p = 0,000 <α (0.05), so, that H
1 This research can be concluded that there is an effect of guided imagery relaxation therapy to insomnia in elderly at UPT Sosial Service Tresna Werdha Jombang.
Keyword : elderly, guided imagery, insomnia
DAFTAR ISI
1.3.2 Tujuan khusus .........................................................................................
1
1.2 Rumusan masalah .............................................................................................
3
1.3 Tujuan peneliti ..................................................................................................
3
1.3.1 Tujuan umum ..........................................................................................
3
4
BAB 1 PENDAHULUAN
1.4 Manfaat peneliti ................................................................................................
4 1.4.1 Teoritis ......................................................................................................
4
1.4.2 Praktis .......................................................................................................
4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep relaksasi ................................................................................................
5 2.1.1 Pengertian relaksasi ................................................................................
5
2.1.2 Tujuan relaksasi .......................................................................................
1.1 Latar belakang ..................................................................................................
............................................................................................... xviii
SAMPUL ..........................................................................................................................
MOTTO ............................................................................................................................ vii PERSEMBAHAN
i
SAMPUL DALAM ........................................................................................................
ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ...................................................................... iii LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI
....................................................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ........................................................................ v
RIWAYAT HIDUP
...................................................................................................... vi
......................................................................................................... viii
DAFTAR SINGKATAN
KATA PENGANTAR
................................................................................................... ix
ABSTRAK ........................................................................................................................ x ABSTRACT
..................................................................................................................... xi
DAFTAR ISI
.................................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................................... xv DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN
.................................................................................................. xvii
5
31
2.5.2 Batasan-batasan lansia ............................................................................
17 2.4.4Tanda dan gejala .......................................................................................
18
2.4.5Dampak insomnia .....................................................................................
18
2.4.6Penatalaksanaan insomnia ......................................................................
20 2.4.7Alat ukur insomnia ...................................................................................
21 2.5 Konsep lansia .......................................................................................................
26
2.5.1 Pengertian lansia ......................................................................................
26
26 2.5.3 Karakteristik lansia .................................................................................
16
27
2.5.4 Proses penuaan .........................................................................................
27
2.5.6 Perubahan
28
2.6 Hasil penelitian terkait .......................................................................................
29 2.6.1 Penelitian yang dilakukan oleh Listiyani (2016) ..............................
29
2.6.2 Penelitian yang dilakukan oleh Perdana (2013) ................................
30
2.6.3 Penelitian yang dilakukan oleh Hikmah (2014) ................................
2.4.3Pengelolaan insomnia ..............................................................................
2.4.2 Faktor-faktor penyebab insomnia ........................................................
2.2 Konsep Guided Imagery ..................................................................................
10 2.2.7 Hubungan guided imagery dengan insomnia ..................................
7
2.2.1 Pengertian guided imagery ....................................................................
7
2.2.2 Macam-macam teknik guided imagery ...............................................
7 2.2.3 Tujuan guided imagery ..........................................................................
8
2.2.4 Manfaat guided imagery ........................................................................
8
2.2.5 Mekanisme kerja teknik relaksasi guided imagery ..........................
9
2.2.6 Prosedur guided imagery .....................................................................
11
15
2.3 Konsep tidur .......................................................................................................
13
2.3.1 Pengertian tidur ........................................................................................
13 2.3.2 Tahapan tidur ............................................................................................
13
2.3.3 Fungs itidur ...............................................................................................
14
2.3.4 Gangguan tidur ........................................................................................
15
2.4 Konsep insomnia ...............................................................................................
15 2.4.1 Pengertian insomnia ................................................................................
- – perubahan yang terjadi pada lansia ..............................
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITI 3.1 Kerangka konsep ..................................................................................
32 3.2 Hipotesis ...............................................................................................
33 BAB 4 METOLOGI PENELITIAN 4.1 Desainpenelitian ...................................................................................
34 4.2 Tempat dan waktu penenlitian .............................................................
35 4.3 Populasi,Sampel,Sampling ...................................................................
35 4.3.1 Populasi .......................................................................................
35 4.3.2 Sampel .........................................................................................
36 4.3.3 Sampling ......................................................................................
37 4.4 Kerangka kerja .....................................................................................
38 4.5 Identifikasi variabel ..............................................................................
39 4.6 Definisi operasional ..............................................................................
40 4.7 Pengumpulan dan Analisa Data ...........................................................
42 4.7.1 Instrumen penelitian ....................................................................
42 4.7.2 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Instrumen ...............................
42 4.7.3 Analisa univariat .........................................................................
44 4.7.4 Analisa bivariat ...........................................................................
45 4.8Pengumpulan data ..................................................................................
45 4.8.1. Data primer .................................................................................
45 4.8.2. Data sekunder .............................................................................
45 4.9 Pengelolaan data...................................................................................
46 4.9.1 Editing .........................................................................................
46 4.9.2 Coding .........................................................................................
46 4.9.3 ........................................................................................
47 Scoring 4.9.4 Tabulating ...................................................................................
47 4.10 Etika penelitian ....................................................................................
47 4.11 Keterbatasan penelitian .......................................................................
48 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Definisi Operasional pengaruh terapi relaksasiguided
imagery terhadap insomnia pada lansia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Jombang
40 Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur lansia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Jombang di UPT
Pelayanan Sosial Tresna Werdha Jombang
51 Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin lansia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha jombang
51 Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan lama tingga di panti lansia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Jombang
52 Tabel 5.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kebiasaan minum kopi lansia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha jombang
52 Tabel 5.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Pre
- – Test terapi relaksasi guided imagery di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Jombang
53 Tabel 5.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Pre
- – Test terapi relaksasi guided imagery di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Jombang
53 Tabel 5.7 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tabulasi silang terapi relakasi guided imagery
54
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Kerangka konseptual Pengaruh terapi guided imagery terhadap insomnia32 Gambar 4.1 Kerangka kerja Pengaruh terapi relaksasi guided
imagery
terhadap insomnia
38
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Jadwal Kegiatan h.50 Lampiran 2 : Pernyataan dari Perpustakaan h.51 Lampiran 3 :Surat izin Dinas sosial JawaTimur h.52 Lampiran 4 : Surat Balasan dari Dinas Sosial Jawa Timur h.53 Lampiran 5 : Surat balasan dari Panti Wer dha h.54 Lampiran 6 : Kisi h.55
- – Kisi Kuesioner Lampiran 7 : Surat Permohonan Calon Responden h.57 Lampiran 8 : Surat Persetujuan dari Calon Responden h.58 Lampiran 9 : SOP Guided Imagery h.59 Lampiran 10 :Lembar Identitas Responden h.60 Lampiran11 : Kuesioner Insomnia Rating Scale h.61 Lampiran 12 : Skenario Guided Walking Imagery h.62
Lampiran 13 : Dokumentasi Penelitian h.63 Lampiran 14 : Tabulasi Data Umum h.64 Lampiran 15 :Tabulasi Data Khusus h.65 Lampiran16 : Hasil Pre Test h.66 Lampiran17 :Hasil Post Test h.67 Lampiran18 :Hasil Frekuensi, Crosstab, dan uji Wilcoxon h.68 Lampiran 19 : Surat Pernyataan Plagiasi
h. 80
DAFTAR SINGKATAN
WHO : World Health Organization BPS : Biro Pusat Statistik DINKES : Dinas Kesehatan PSTW : Pelayanan Sosial Tresna Werdha POMC : Proopioidmelano-cortin CRF : Corticotropin Releasing Factor REM : Rapid eye movement NREM : Non-rapid eye movement SCN : Suprachiasmatic nucleus
NSC : National Safety Council
DIMS : Discorder of Innitine and Maintaining Sleep KSPBJ : Kelompok Studi Psikiatri Biologi Jakarta
IRS : Insomnia Rating Scale
BAB I PENDAHULUAN Latar belakang
1.1 Lansia merupakan tahap akhir kehidupan yang rentan akan berbagai jenis
penyakit. Lansia membutuhkan perhatian lebih dari orang
- – orang disekitarnya untuk membantu memenuhi kebutuhannya karena kebutuhan lansia berbeda dengan kebutuhan orang dewasa, salah satunya adalah istirahat tidur yang cukup. Lansia membutuhkan waktu tidur 6
- – 7 jam per hari untuk mempertahankan kualitas tidurnya (Efendi, 2009). Namun pada kenyataannya, lansia mengalami gangguan untuk memenuhi kebutuhan tidurnya tersebut. Gangguan tidur yang sering dialami lansia salah satunya adalah insomnia. Insomnia dapat bersifat sementara atau persisten (Siregar, 2011:37). Penyabab salah satu gangguan tidur
(
jangka pendek yaitu kecemasan atau stres Saryono dan Widianti, 2011 dalam Rodiyah, 2014). Gangguan tidur atau insomnia yang dialami lansia tersebut dapat menyebabkan lansia lebih sering terbangun ditengah malam, terjaga terlalu pagi, sehingga pada siang hari lansia sering kali merasakan kantuk yang berlebihan dan tidak fokus dalam melakukan sesuatu. Hal tersebut membuat kualitas tidur lansia menurun.
Kejadian insomnia pada lansia menurut WHO cukup tinggi yaitu 67% (Seoud et al, 2014). Prevalensi insomnia di Indonesia yaitu 11,7 %, artinya kurang lebih 28 juta penduduk indonesia menderita insomnia (Siregar, 2011:12).
Kejadian insomnia pada lansia di Jawa Timur mencapai sekitar 10,96 % (Biro Pusat Statistik, 2014). Jumlah Lansia sebanyak 182.096 (Dinkes Jombang, 2016).
Berdasarkan studi pendahuluan awal di Pelayanan Sosial Tresna Werdha Jombang diketahui bahwa 10 orang lansia mengalami insomnia. 6 orang mengatakan bahwa merasa tidak bisa tidur malam hari, terjaga terlalu dini hari karena memikirkan anak keluarga dirumah karena ingin berkumpul bersama keluarganya, serta nyeri sendi dan 2 orang lansia tidak bisa tidur karena tidak betah tinggal di panti, dan 2 lansia lainnya tidak mengalami gangguan tidur. Lansia mengungkapkan ketika tidak bisa tidur mereka hanya berdiam diri.
Prevalensi terjadinya insomnia pada lansia tergolong tinggi. Insomnia disebabkan beberapa faktor yaitu faktor fisik, faktor psikologis, penggunaan obat- obatan, kondisi lingkungan, diet/nutrisi dan gaya hidup (Dewi, 2013 hal : 3). faktor psikologi atau stres memegang peran utama dalam kecendrungan insomnia. Kondisi ini dapat di akibatkan oleh adanya suatu penyakit, kematian pasangan, isolasi sosial dan spiritual (Wahyuni, 2012). Dampak dari insomnia pada lansia yaitu membuat seseorang menjadi tidak produktif, rentan terhadap penyakit, dan bahkan dapat meningkatkan resiko kematian (Siregar, 2011 hal : 124).
Lansia membutuhkan waktu khusus untuk mencapai ketenangan dalam menurunkan resiko insomnia. terapi relaksasi dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk membantu menurunkan insomnia pada lansia. Terapi Guided Imagery merupakan proses terapi yang menggunakan kekuatan pikiran dengan mengarahkan tubuh untuk menyembuhkan diri. Relaksasi guided imagery ini dilakukan melalui komunikasi melibatkan semua panca indra (visual, sentuhan, penglihatan, penciuman, dan pendengaran).
Terapi relaksasi guided imagery dapat digunakan pada berbagai keadaan antara lain. Menurunkan kecemasan, kontraksi otot, dan meningkatkan kualitas tidur (Potter and Perry, 2008:1503). Terapi relaksasi Guided Imagery diberikan kepada lansia selama 2 minggu dengan frekuensi seminggu 6 kali selama 15 menit setiap latihan memberikan efek positif terhadap peningkatan kualitas tidur pada lansia (Listiyarini, 2016).
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “ Pengaruh Terapi Relaksasi Guided Imagery terhadap insomnia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Jombang”
Rumusan masalah
1.2 Bagaimana Pengaruh terapi relaksasi Guided Imagery terhadap insomnia
pada lansia di UPT Pu sat Pelayanan Sosial Tresna Werdha Jombang?”
Tujuan penelitian
1.3
1.3.1 Tujuan umum Mengetahui pengaruh terapi relaksasi Guided Imagery terhadap insomnia pada lansia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Jombang.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Mengidentifikasi skala insomnia pasien sebelum dilakukan terapi relaksasi Guided Imagery di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha.
2. Mengidentifikasi skala insomnia setelah dilakukan terapi relaksasi Guided Imagery di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha.
3. Menganalisis pengaruh terapi relaksasi Guided Imagery terhadap insomnia pada lansia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha.
Manfaat penelitian
1.4
1.4.1 Manfaat teoritis Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi refrensi dalam menangani masalah insomnia dengan menggunakan terapi Guided Imagery.
1.4.2 Manfaat praktis Terapi relaksasi Guided Imagery diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu intervensi dalam menangani masalah gangguan pola tidur pada lansia.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Konsep relaksasi
2.1
2.1.1 Pengertian relaksasi Menurut Townsend (2008) dalam Rahmawati YN (2010) bahwa relaksasi adalah sebuah keadaan dimana seseorang terbebas dari tekanan dan kecemasan atau kembalinya keseimbangan (equilibrium) setelah terjadinya gangguan. Tujuan dari teknik relaksasi adalah mencapai keadaan relaksasi menyeluruh. mencakup keadaaan relasksasi secara fisiologis, secara kognitif, dan secara behavior. Secara fisiologis keadaan relaksasi ditandai dengan penurunan kadar epineprin dan non epineprin dalam darah, penurunan frekuensi denyut jantung (sampai mencapai 24 kali per menit), penurunan ketengangan otot, metabolism menurun, vasodilatasi dan peningkatan temperature pada extremitas.
2.1.2 Tujuan relaksasi Menurut Welker, dkk, dalam karyono (2010), tujuan relaskasi adalah :
1. Melegakan stres untuk penyakit darah tinggi, penyakit jantung, susah hendak tidur, sakit kepala disebabkan tekanan dan asma.
2. Membantu orang menjadi rileks, dan dengan demikian dapat memperbaiki berbagai aspek kesehatan fisik.
3. Membantu individu untuk dapat mengontrol diri dan memfokuskan perhatian sehingga ia dapat mengambil respon yang tepat saat berada dalam siatuasi yang menegangkan.
2.1.3 Prinsip relaksasi Menurut Welker, dkk, dalam karyono (2010), prinsip relaskasi adalah sebagai berikut.
1. Teknik relaksasi adalah seni ketrampilan dan pengetahuan, sehingga ketika seseorang berusaha meraih kesehatan lahir batinnya melalui metode relaksasi, dianjurkan untuk memahami yang benar, apa yang akan diupayakan dan apa yang diharapkan hasilnya.
2. Relaksasi dapat menjadi suatu kegiatan harian yang rutin, semakin sering dan diatur teknik relaksasi ini diterapkan maka diri konseli akan semakin rileks.
2.1.4 Manfaat relaksasi Menurut Welker, dkk, dalam karyono (2010), penggunaan teknik relaksasi memiliki beberapa manfaat sebagai berikut.
1. Memberikan ketenangan batin bagi individu 2. Mengurangi rasa cemas, khawatir dan gelisah.
3. Mengurangi tekanan dan ketegangan jiwa
4. Mengurangi tekanan darah, detak jantung jadi lebih rendah dan tidur menjadi nyenyak.
5. Memberikan ketahanan yang lebih kuat terhadap penyakit.
Terapi relaksasi dilakukan untuk mencegah dan mengurangi ketegangan pikiran dan otot-otot akibat stress karena ketengangan dapat mempengaruhi keseimbangan tubuh. Bila ketegangan terjadi maka tubuh akan menjadi lemah dan akibatnya tubuh tidak dapat melakukan fungsinya secara optimal.
2.2 Konsep relaksasi guided imagery
2.2.1 Pengertian guided imagery
Guided imagery adalah proses yang menggunakan kekuatan pikiran dengan
menggerakkan tubuh untuk menyembuhkan diri dan memelihara kesehatan atau rileks melalui komunikasi dalam tubuh melibatkan semua indra meliputi sentuhan, penciuman, penglihatan, dan pendengaran dan guided imagery digunakan untuk meredahkan stress dan memperbaiki kualitas tidur (Potter & Perry, 2008).
Guided imagery merupakan terapi yang memanfaatkan cerita atau narasi
untuk mempengaruhi seseorang dengan dilator belakangi oleh musik. (Yusi K, 2015).
2.2.2 Macam-macam teknik guided imagery Berdasarkan pada penggunaannya terdapat beberapa macam teknik Sugeng
(2011) :
1. Guided walking imagery Teknik ini ditemukan oleh psikoleuner. Pada teknik ini pasien dianjurkan untuk mengimajinasikan pemandangan standar seperti padang rumput, pegunungan, pantai dll.
2. Autogenic abstraction Dalam teknik ini pasien diminta untuk memilih sebuah perilaku negatif yang ada dalam pikirannya kemudian pasien mengungkapkan secara verbal tanpa batasan. Bila berhasil akan tampak perubahan dalam hal emosional dan raut muka pasien.
3. Covert sensitization Teknik ini berdasar pada paradigma reinforcement yang menyimpulkan bahwa proses imajinasi dapat dimodifikasi berdasarkan pada prinsip yang sama dalam modifikasi perilaku.
4. Covert behaviour rehearsal Teknik ini mengajak seseorang untuk mengimajinasikan perilaku koping yang dia inginkan. Teknik ini lebih banyak digunakan.
2.2.3 Tujuan guided imagery Tujuan dari guided imagery adalah mengerahkan secara lembut seseorang kedalam keadaan dimanan pikiran mereka tenang dan tetap. Teknik ini dapat mengurangi nyeri, mempercepat penyembuhan yang efektif dan membantu tubuh mengurangi berbagai macam penyakit seperti depresi dan insomnia (Sugeng, 2011).
2.2.4 Manfaat guided imagery
Guided imagery dapat bermanfaat untuk menurunkan kecemasan, kontraksi
otot dan menfasilitasi tidur (Black and Matassarin, 2010). Potter and Perry (2009: 1503) juga menyatakan imajinasi terbimbing (guided imagery) dapat meningkatkan tidur. Teknik guided imagery digunakan untuk mengelola stres dan koping dengan cara berkhayal atau membayangkan sesuatu.
Menurut Townsend (2008) dalam Rahmayanti dkk (2010), manfaat guided
imagery diantaranya mengurangi stress dan kecemasan, mengurangi nyeri,
mengurangi efek samping, mengurangi tekanan darah tinggi, mengurangi level gula darah (diabetes), mengurangi alergi dan gejala pernapasan, mengurangi sakit
2.2.5 Mekanisme kerja teknik relaksasi guided imagery Menurut Gorman, 2008 dalam (Khoirul A.2016) Relaksasi dengan guided
imagery akan membuat tubuh lebih rileks dan nyaman dalam tidurnya. Dengan
melakukan nafas dalam secara perlahan, tubuh akan menjadi lebih rileks. Perasaan rileks akan diteruskan ke hipotalamus untuk menghasilkan Corticotropin
Releasing Factor (CRF). Selanjutnya CRF merangsang kelenjar pituitary untuk
meningkatkan produksi Proopioidmelano-cortin (POMC) sehingga produksi
enkephalin oleh medulla adrenal meningkat. Kelenjar pituitary juga menghasilkan
endorphin sebagai neurotransmitter yang mempengaruhi suasana hati menjadi
rileks.
Imajinasi terbimbing (Guided Imagery) merupakan suatu teknik yang menuntut seseorang untuk membentuk sebuah bayangan/imajinasi tentang hal-hal yang disukai. Imajinasi yang terbentuk tersebut akan diterima sebagai rangsang oleh berbagai indra, kemudian rangsangan tersebut akan dijalankan ke batang otak menuju sensor thalamus. Ditalamus rangsang diformat sesuai dengan bahasa otak, sebagian kecil rangsangan itu ditransmisikan ke amigdala dan hipokampus sekitarnya dan sebagian besar lagi dikirim ke korteks sesrebri, dikorteks serebri terjadi proses asosiasi pengindraan dimana rangsangan dianalisis, dipahami dan disusun menjadi sesuatu yang nyata sehingga otak mengenali objek dan arti kehadiran tersebut. Hipokampus berperan sebagai penentu sinyal sensorik dianggap penting atau tidak sehingga jika hipokampus memutuskan sinyal yang masuk adalah penting maka sinyal tersebut akan disimpan sebagai ingatan. Hal- hal yang disukai dianggap sebagai sinyal penting oleh hipokampus sehingga
Ketika terdapat rangsangan berupa bayangan tentang hal-hal yang disukai tersebut, memori yang telah tersimpan akan muncul kembali dan menimbulkan suatu persepsi dari pengalaman sensasi yang sebenarnya, walaupun pengaruh / akibat yang timbul hanyalah suatu memori dari suatu sensasi (Gorman, 2008).
Amigdala merupakan area perilaku kesadaran yang bekerja pada tingkat bawah sadar. Amigdala berproyeksi pada jalur system limbik seseorang dalam hubungan dengan alam sekitar dan pikiran. Berlandaskan pada informasi ini, amigdala dianggap membantu menentukan pola respon perilaku seseorang sehingga dapat menyesuaikan diri dengan setiap keadaan. Dari hipokampus rangsangan yang telah mempunyai makna dikirim ke amigdala. Amigdala mempunyai serangkaian tonjolan dengan reseptor yang disiagakan untuk berbagai macam neurotransmitter yang mengirim rangsangan kewilayah sentralnya sehingga terbentuk pola respons perilaku yang sesuai dengan makna rangsangan yang diterima (Gorman, 2008).
Dengan relaksasi nafas dalam secara perlahan sehingga meningkatnya
enkephalin dan endorphin dan dengan adanya suatu rangsangan berupa bayangan
tentang hal-hal yang disukai, lansia akan merasa lebih rileks dan nyaman dalam tidurnya.
2.2.6 Prosedur guided imagery Menurut Sugeng (2011) Prosedur Guided imagery sebagai berikut : 1. Mengatur posisi yang nyaman menurut pasien.
2. Klien menutup mata.
3. Letakkan tubuh senyaman-nyamannya.
5. Ambil nafas melalui hidung, tahan sebentar, dan keluarkan melalui mulut perlahan-lahan (sesuai bimbingan).
6. Minta klien untuk membayangkan hal-hal yang menyenangkan atau keindahan, dan pastikan klien mampu melakukannya.
7. Kalau perlu tanyakan kepada klien, bila belum bisa dan gagal, Secara terbimbing perawat meminta klien untuk melakukan imaginasi sesuai dengan ilustrasi yang dicontohkan perawat.
8. Biarkan klien menikmati imaginasinya dengan iringan musik.
9. Setelah terlihat adanya respon bahwa klien mampu, dan waktu dalam rentang 10 - 15 menit, minta klien untuk membuka mata.
2.2.7 Hubungan guided imagery dengan insomnia Insomnia adalah gejala yang dialami oleh klien yang mengalami kesulitan kronis untuk tidur, sering terbangun dari tidur atau tidur singkat atau tidur non restoratife. Penderita insomnia mengeluarkan rasa ngantuk yang berlebihan di siang hari dan kuantitas dan kualitas tidurnya tidak cukup. Insomnia dapat menandakan adanya gangguan fisik atau psikologis. Seseorang dapat mengalami insomnia transient akibat stress situsional seperti masalah keluarga, kerja, sekolah, kehilangan orang yang dicintai. Namun, kasus insomnia temporer akibat situasi stress dapat menyebabkan kesulitan kronik untuk mendapatkan tidur yang cukup, mungkin disebabkan oleh kekhawatiran dan kecemasan yang terjadi untuk mendapatkan tidur yang adekuat tersebut (Perry dan Potter, 2008).
Menurut Lumbantobing (2008) Insomnia merupakan keadaan dimana seseorang yang tidur mengalami kesulitan untuk memulai tidur (jatuh tidur), sulit mempertahankan keadaan tidur, dan bangunnya terlalu pagi.
Menurut Amir (2010) lansia menghabiskan waktunya lebih banyak di tempat tidur, mudah jatuh tidur, tetapi juga mudah terbangun dari tidurnya.
Perubahan yang sangat menonjol yaitu terjadi pengurangan pada gelombang lambat, terutama stadium 4, gelombang alfa menurun, dan meningkatnya frekuensi terbangun di malam hari atau meningkatnya fragmentasi tidur karena seringnya terbangun. Gangguan juga terjadi pada dalamnya tidur sehingga lansia sangat sensitif terhadap stimulus lingkungan. Selama tidur malam, seorang dewasa muda normal akan terbangun sekitar 2 - 4 kali. Tidak begitu halnya dengan lansia ia lebih sering terbangun. Walaupun demikian, rata - rata waktu tidur total lansia hampir sama dengan dewasa muda.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengatasi gangguan tidur adalah dengan guided imagery (imajinasi terbimbing) karena terapi ini tidak menimbulkan efek samping (aman dan nyaman). Menurut Health wise (2011)
guided imagery yang dilakukan dalam waktu 10 menit mampu meningkatkan
sistem kekebalan tubuh sehingga tubuh menjadi rileks. Pemberian terapi guided
imagery dapat diberikan di tempat tidur dalam waktu 10 - 15 menit diberikan oleh
berbagai layanan kesehatan terlatih dengan biaya yang murah, hasil penelitian telah terbukti mengurangi kecemasan dan meningkatkan kualitas tidur.
2.3 Konsep tidur
2.3.1 Pengertian tidur Tidur adalah proses suatu proses yang sangat penting bagi manusia, karena dalam tidur terjadi proses pemulihan, proses ini bermanfaat mengembalikan kondisi seseorang pada keadaan semula, dengan begitu, tubuh yang tadinya mengalami kelelahan akan menjadi segar kembali. Proses pemulihan yang terhambat dapat menyebabkan organ tubuh tidak bisa bekerja dengan maksimal, akibatnya orang yang kurang tidur akan cepat lelah dan mengalami penurunan konsentrasi (Ulimudin, 2011).
2.3.2 Tahapan tidur Rata-rata dewasa sehat membutuhkan waktu 7½ jam untuk tidur setiap malam. Walaupun demikian, ada beberapa orang yang membutuhkan tidur lebih atau kurang. Tidur normal dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya usia. Seseorang yang berusia muda cenderung tidur lebih banyak bila dibandingkan dengan lansia. Waktu tidur lansia berkurang berkaitan dengan faktor ketuaan.
Fisiologi tidur dapat dilihat melalui gambaran ekektrofisiologik sel-sel otak selama tidur. Polisomnografi merupakan alat yang dapat mendeteksi aktivitas otak selama tidur. Pemeriksaan polisomnografi sering dilakukan saat tidur malam hari, alat tersebut dapat mencatat aktivitas EGG, elektrookulografi, dan elektromiografi. Elektromiografi perifer berguna untuk menilai gerakan abnormal saat tidur.Stadium tidur - diukur dengan polisomnografi - terdiri dari tidur rapid
eye movement (REM) dan tidur non - rapid eye movement (NREM). Tidur REM
disebut juga tidur D atau bermimpi karena dihubungkan dengan bermimpi atau
Tidur NREM disebut juga tidur ortodoks atau tidur gelombang lambat atau tidur S. Kedua stadia ini bergantian dalam satu siklus yang berlangsung antara 70 120 menit. Secara umum ada 4 - 6 siklus REM yang terjadi setiap malam. Periode tidur REM I berlangsung antara 5 - 10 menit. Makin larut malam, periode REM makin panjang. Tidur NREM terdiri dari empat stadium yaitu stadium 1,2,3,4. (Ebook Yuflihul Khair Asuhan keperawatan pada lansia dengan masalah gangguan tidur , 2011).
2.3.3 Fungsi tidur (Wulandari, 2012) Fungsi tidur tetap belum jelas (Hodgson, 2010 dalam
Potter & Perry, 2008). Namun tidur dapat berfungsi dalam pemeliharaan fungsi jantung terlihat pada denyut turun 10 hingga 20 kali setiap menit. Selain itu, selama tidur, tubuh melepaskan hormon pertumbuhan untuk memperbaiki dan memperbaharui sel epitel dan khusus seperti sel otak. Otak akan menyaring informasi yang telah terekam selama sehari dan otak mendapatkan asupan oksigen serta aliran darah serebral dengan optimal sehingga selama tidur terjadi penyimpanan memori dan pemulihan kognitif. Fungsi lain yang dirasakan ketika individu tidur adalah reaksi otot sehingga laju metabolik basal akan menurun. Hal tersebut dapat membuat tubuh menyimpan lebih banyak energi saat tidur. Bila individu kehilangan tidur selama waktu tertentu dapat menyebabkan perubahan fungsi tubuh, baik kemampuan motorik, memori dan keseimbangan. Jadi, tidur dapat membantu perkembangan perilaku individu karena individu karena individu yang mengalami masalah pada tahap REM akan merasa bingung dan cemas.
2.3.4 Gangguan tidur Ada beberapa gangguan yang terjadi pada saat tidur. Menurut Tarwoto &
Wartonah (2010) gangguan yang terjadi saat tidur adalah sebagai berikut:
1. Insomnia. Insomnia adalah ketidakmampuan memperoleh secara cukup kualitas dan kuantitas tidur. Penyebab insomnia adalah ketidakmampuan fisik, kecemasan, dan kebiasaan minum alkohol dalam jumlah banyak.
2. Hipersomnia. Berlebihan jam tidur pada malam hari, lebih dari 9 jam, biasanya disebabkan oleh depresi, kerusakan saraf tepi, beberapa penyakit ginjal, liver, dan metabolisme.
3. Parasomnia. Parasomnia merupakan sekumpulan penyakit yang mengganggu tidur anak seperti samnohebalisme (tidur sambil berjalan).
2.4 Konsep insomnia
2.4.1 Pengertian insomnia Insomnia adalah ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur baik kualitas maupun kuantitas. Jenis insomnia ada tiga macam yaitu tidak dapat memulai tidur, tidak bisa mempertahankan tidur atau sering terjaga, dan bangun secara dini serta tidak dapat tidur kembali (Potter, 2008).
2.4.2 Faktor-faktor penyebab insomnia Menurut Rafknowledge (2010) secara garis besar ada beberapa faktor yang menyebabkan insomnia yaitu:
1. Stres, individu yang didera kegelisahan yang dalam, biasanya karena memikirkan permasalahan yang sedang dihadapi.
2. Depresi, selain mnyebabkan insomnia, depresi juga menimbulkan keinginan untuk tidur terus sepanjang waktu karena ingin melepaskan diri dari masalah yang dihadapi, depresi bisa menyebabkan insomnia dan sebaliknya insomnia menyebabkan depresi.