II. ISOLASI DAN KARAKTERISASI PROMOTER GEN ANTIVIRUS DARI UDANG WINDU Penaeus monodon
ABSTRAK
Promoter adalah sekuen DNA spesifik yang berperan dalam mengendalikan transkripsi gen yang terletak di sebelah hulu dari bagian struktural
suatu gen. Isolasi promoter sangat diperlukan dalam upaya analisis sekuen dan faktor transkripsi yang akan berperan sebagai regulator gen. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui karakteristik promoter gen antivirus ProAV yang diisolasi dari udang windu Penaeus monodon. Isolasi promoter dilakukan dengan
menggunakan teknik PCR dan karakterisasi sekuen dilakukan dengan program BLAST-N dan Genetyx Versi 7. Hasil penelitian menunjukkan bahwa promoter
antivirus ProAV telah berhasil diisolasi dari udang windu dengan panjang fragmen 368 bp. Analisis BLAST-N memperlihatkan bahwa promoter tersebut memiliki
similaritas yang tinggi 95-98 dengan sekuen promoter pada Bank Gen. Keberadaan motif faktor transkripsi yang berperan penting dalam regulasi
promoter, misalnya: kotak TATA, MRE, TCF-1, SP-1, GAL-4, dan GATA-1 telah diidentifikasi pada sekuen promoter tersebut, yang diduga memiliki peran
penting dalam mengendalikan gen target. Keberadaan faktor transkripsi tersebut berimplikasi bahwa promoter tersebut berpotensi dalam mengatur gen antivirus.
Kata kunci: isolasi, karakterisasi, promoter, faktor transkripsi, udang windu. --------------------
Bab ini telah dipublikasi dengan judul: Cloning of ProAV Promoter Isolated from Tiger Prawn Penaeus monodon
, pada jurnal Indonesian Aquaculture Journal
2009; 4 1: 1-7.
ISOLATION AND CHARACTERIZATION OF ANTIVIRAL GENE PROMOTER FROM TIGER SHRIMP
Penaeus monodon
ABSTRACT
Promoter is a specific DNA sequence involved in the transcription regulator of gene, where the promoter is usually located in the upstream of
structural gene. Isolation of promoter is essentially needed in order to establish the sequence analysis and transcription factor that are functioned in the gene
regulator. The research was conducted to analyze the characteristics of antiviral gene promoter isolated from tiger prawn Penaeus monodon. ProAV promoter was
isolated by PCR method and its sequence was characterized by using the BLAST- N and Genetyx Version 7. The results showed the success in isolating a promoter
from tiger prawn at fragment position of 368 bp in length. BLAST-N showed that the promoter had high similarity 95-98 compared with the other promoters in
the GeneBank. The existence of the important transcription factors in promoter regulation, such as TATA box, MRE, TCF-1, SP-1, GAL-4, and GATA-1 were
identified from the promoter sequence. The existence of the transcription factors implied that the promoter would be useful in the gene transcription regulator.
Keywords: isolation, characterization, promoter, transcription factor, tiger shrimp.
PENDAHULUAN
Promoter merupakan sekuen DNA spesifik yang berperan dalam pengendalian transkripsi gen yang terletak di daerah hulu struktural gen. Oleh
karena itu, promoter berperan aktif dalam pengaturan tingkat ekspresi suatu gen target Hoare Beaumont 2003. Kesesuain promoter merupakan elemen paling
penting dalam kesuksesan penerapan sistem transformasi gen, karena promoter mengatur kapan, dimana, dan kondisi apa, serta target gen yang diaktifkan.
Promoter yang sesuai dengan kepentingan akuakultur dan dapat diterima oleh konsumen sebaiknya diisolasi dari sumber yang tidak berpotensi dalam resiko
kesehatan.
Proses transkripsi suatu gen sangat dipengaruhi oleh karakteristik sekuen promoter yang mengaturnya. Proses transkripsi suatu gen umumnya diawali oleh
penempelan faktor transkripsi transcription factor, TF dan kompleks enzim RNA polimerase yang berada pada daerah promoter. Oleh karena itu, promoter
berperan penting dalam penerapan teknologi transgenesis, sehingga pemilihan promoter yang sesuai akan sangat menentukan tingkat ekspresi transgen dari
karakter gen target yang diintroduksi . Pada awal perkembangan teknologi transgenesis pada ikan, konstruksi gen
dengan komponen promoter dan gen target yang digunakan berasal dari hewan mamalia dan hewan tingkat rendah. Penggunaan konstruksi gen tersebut tidak
memberikan pengaruh nyata pada pertumbuhan ikan, dimana penggunaan promoter yang bukan berasal dari ikan menghasilkan ekspresi transgen yang
rendah atau bahkan tidak terekspresi. Alam et al. 1996, Hanley et al. 1998, dan Alimuddin et al. 2003 telah membuktikan bahwa promoter yang diisolasi
dari ikan memiliki aktivitas yang lebih tinggi dalam pengaturan ekspresi transgen dibandingkan dengan promoter yang diisolasi dari mamalia atau virus.
Peningkatan pertumbuhan yang signifikan diperoleh setelah promoter dan gen GH yang digunakan berasal dari ikan all-fish gen construct, misalnya pada ikan
salmon transgenik menggunakan promoter methallothionein dan gen GH dari ikan salmon Yaskowiak et al. 2006 dan ikan transgenik mud loach menggunakan
promoter β-aktin dan GH dari ikan mud loach Nam et al. 2001. Ikan nila hitam
transgenik yang menggunakan promoter β-aktin dari ikan medaka Jepang, Oryzias
latipes dengan GH ikan nila hitam juga memiliki kecepatan tumbuh yang tinggi
yakni 7 kali lebih besar dibandingkan dengan ikan bukan transgenik pada umur 1 tahun Kobayashi et al. 2007. Pada umumnya, promoter memiliki elemen penting
misalnya kotak CCAAT yang berfungsi dalam peningkatan ekspresi dengan stimulasi tertentu, unit CCAT
6
GG yang lebih dikenal dengan istilah motif CarG yang berperan dalam pengaturan ekspresi sementara, dan kotak TATA yang
berperan dalam mengarahkan proses transkripsi berlangsung pada posisi yang benar Takagi et al. 1994.
Penerapan transgenenis pada krustase khususnya pada udang masih sangat sedikit, sehingga informasi penggunaan promoter juga sangat terbatas.
Transgenesis pada udang telah dilaporkan pada udang vaname L. vannamei dengan mengintroduksikan gen pengkode TSV-CP taura syndrome virus-coat
protein dengan menggunakan promoter
β-aktin udang pβactP2 Sun et al. 2005; Lu Sun 2005, dan pada udang windu P. monodon dengan menggunakan
promoter CMV cytomegalovirus Arenal et al. 2008. Luo et al. 2007 telah mengisolasi tujuh promoter dari udang windu, tetapi hanya dua diantaranya
memperlihatkan aktivitasnya secara in vitro menggunakan gen reporter GFP green fluorescent protein
. Selain itu, Ho Song 2009 telah berhasil mengisolasi promoter gen antimikroba penaeidin dari udang windu dan secara in
vitro dengan menggunakan gen berpendar Renilla luciferase, telah dilaporkan
bahwa promoter tersebut memperlihatkan aktivitas yang tinggi pada embrio udang windu. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan isolasi dan karakterisasi
promoter antivirus ProAV dari udang windu dalam rangka pembuatan konstruksi gen all shrimp yang akan digunakan dalam produksi udang windu tahan penyakit.
Penelitian itu bertujuan untuk mengetahui tingkat similaritas sekuen nukleotida promoter antivirus dengan promoter lainnya yang ada dalam Bank Gen sebagai
uji konfirmasi kebenaran promoter yang telah diisolasi. Selain itu, penelitian ini ditujukan untuk mengetahui keberadaan motif-motif faktor transkripsi dan sekuen
spesifik promoter yang dilibatkan dalam mengatur gen target.
BAHAN DAN METODE
Sampel Udang Windu Penaeus monodon
Udang windu
P. monodon berukuran 10,1-74,4 g dikoleksi dari beberapa
tambak udang di Sulawesi Selatan, termasuk dari tambak yang telah terserang penyakit virus bintik putih white spot syndrome virus, WSSV. Sampel udang
dikoleksi secara hidup dan selanjutnya dibawa ke Laboratorium Bioteknologi, Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau BRPBAP Maros untuk pengambilan
otot daging udang secara aseptik sebagai bahan untuk ekstraksi DNA genom.
Ekstraksi DNA Genom
DNA genom udang windu diekstraksi dengan menggunakan metode fenol- kloroform yang telah dikembangkan pada ikan kerapu Parenrengi et al. 2000
dengan sedikit modifikasi. Sebanyak 20-25 mg daging udang diambil secara aseptik dan dimasukkan ke dalam tabung steril 1,5 mL. Sampel ditambahkan
dengan 250 µL buffer lisis 0,5 M NaCl; 0,001 M EDTA; 1 SDS; 0,8 Triton- X; dan 0,1 Tris-HCl pada pH 9,0 kemudian 40 µL 10 SDS dan 40 µL
Proteinase K larutan 20 mgmL. Sampel diinkubasi pada suhu 55
o
C selama 1-3 jam sampai lisis sempurna. Kemudian sampel ditambahkan 25 µL RNase larutan
20 mgmL dan dibiarkan pada suhu ruangan selama 15-30 menit. Sampel ditambahkan 500 µL fenol:kloroform:isoamil-alkohol 25:24:1 dan selanjutnya
dihomogenkan dengan vorteks. Sampel dibiarkan pada suhu ruangan selama 10 menit sebelum disentrifugasi pada kecepatan 13.000 rpm selama 4 menit.
Supernatan yang terbentuk dipindahkan ke tabung mikro baru, kemudian ditambahkan lagi 500 µL fenol:kloroform:isoamil-alkohol 25:24:1 dan
disentrifugasi kembali pada kecepatan 13.000 rpm selama 4 menit. Supernatan ditambahkan dengan satu kali volume kloroform:isoamil-alkohol 24:1 dan
selanjutnya disentrifugasi dengan kecepatan 13.000 rpm selama 2 menit. Supernatan dipresipitasi dengan etanol absolut dingin dengan membolak-balikkan
tabung mikro kemudian disentrifugasi pada kecepatan 6.000 rpm selama 30 menit. Pelet yang terbetuk dicuci dengan 1 mL etanol 70 dan kemudian disentrifugasi
pada kecepatan 6.000 rpm selama 15 menit. Pelet DNA dikering-udarakan sekitar 20 menit, kemudian ditambahkan dengan 50 µL sterile distilled water SDW agar
pelet DNA dapat larut sempurna dan selanjutnya disimpan dalam freezer suhu - 20
o
C sampai digunakan untuk peroses selanjutnya. Kualitas dan kuantitas DNA genom hasil isolasi dapat diketahui melalui
analisis kemurnian dan kandungan DNA dengan menggunakan UV- spektrofotometer. Kemurnian genom hasil ekstraksi selain dianalisis secara
kualitatif dengan metode elektroforesis juga diukur secara kuantitatif melalui metode UV-spektrofotometer pada rasio absorpsi 260 nm dan 280 nm
OD
260
OD
280
. Sedangkan konsentrasi genom DNA dihitung berdasarkan rumus Linacero et al. 1998. Kualitas DNA genom hasil ekstraksi dilihat melalui
analisis eletroforesis pada gel agarosa 0.7. Skema ekstrkasi DNA genom udang windu menggunakan metode fenol-kloroform disajikan pada Lampiran 1.
Isolasi Promoter
Isolasi promoter antivirus ProAV dilakukan dengan menggunakan teknik PCR. DNA genom yang telah diisolasi dari udang windu digunakan sebagai
cetakan DNA templat pada proses PCR. Metode isolasi promotor mengacu pada metode yang telah dikembangkan oleh Luo et al. 2007, dengan menggunakan
primer forward ProAV-F: 5’- gtc gga tcc agt ccc aca ctc cat caa -3’ dan primer reverse ProAV-R: 5’- ctg gga tcc ctg aaa gga ata tta ata tct tg -3’. Kedua primer
tersebut dilengkapi dengan situs restriksi BamHI nukleotida yang digarisbawahi untuk membantu proses kloning ke dalam vektor ekspresi. Amplifikasi fragmen
promoter dilakukan pada mesin PCR GeneAmp PCR System 2700 Applied Biosystem. Reaksi PCR yang digunakan adalah kit PureTaq Ready-To-Go PCR
Beads GE Healtcare dan primer masing-masing 1 uL 50
ρmolµL serta SDW untuk mencapai volume akhir 25 µL. Kit tersebut mengandung 2,5 unit Taq
Polimerase; 10 mM Tris-HCl pH 9; 50 mM KCl; 1,5 mM MgCl
2
; dan 200 μM
setiap dNTP-mix. Proses PCR dijalankan pada suhu pre-denaturasi 94
o
C selama 3 menit; 35 siklus untuk denaturasi 94
o
C selama 1 menit, annealing 56
o
C selama 45 detik, ekstensi 72
o
C selama 1 menit; dan final ekstensi 72
o
C selama 5 menit. Untuk mengetahui keberhasilan isolasi promoter, hasil PCR dielektroforesis pada gel
agarose 1,0 untuk melihat pita tunggal yang terbentuk pada gel. Fragmen DNA pada gel agarosa didokumentasi dengan Gel Documentation System Biometra.
Untuk menentukan berat molekul fragmen DNA digunakan marker VC 100bp Plus DNA Ladder
Vivantis.
Kloning Promoter Purifikasi Promoter. Purifikasi fragmen DNA promoter dilakukan
dengan menggunakan kit GF-1 Gel DNA Recovery Vivantis sesuai dengan manual kit yang digunakan. Fragmen DNA yang telah dipotong dari gel dicampur
dengan buffer GB dengan rasio 1:1, kemudian diinkubasi pada suhu 50
o
C sampai gel larut sempurna. Larutan ditransfer ke kolom spin dalam tabung mikro,
kemudian disentrifugasi pada kecepatan 10.000 rpm selama 1 menit. Kolom selanjutnya dicuci dengan 750 µL wash buffer, kemudian disentrifugasi dengan
kecepatan 10.000 rpm selama 1 menit atau sampai kering. Kolom dipindahkan ke tabung mikro baru, kemudian ditambahkan 30-50 µL elution buffer dan diinkubasi
selama 2 menit di suhu ruang, kemudian disentrifugasi pada kecepatan 10.000 rpm selama 1 menit. Skema purifikasi fragmen DNA dari gel agarosa
menggunakan kit GF-1 Gel DNA Recovery dapat dilihat pada Lampiran 2.
Ligasi Promoter ke Vektor pGEM-T Easy. Fragmen DNA hasil
purifikasi dari promoter yang telah berhasil diisolasi, disisipkan ke dalam vektor kloning pGEM-T Easy Promega mengikuti prosedur manufaktur. Vektor pGEM-
T Easy dan control insert DNA disentrifugasi agar kandungannya terkumpul pada
dasar tabung, selanjutnya reaksi ligasi dicampur pada tabung mikro dengan komposisi: 1,3 µL 2 x rapid ligase buffer; 0,5 µL vektor pGEM-T Easy 50 ng; 1
µL T4 DNA ligase 3 unitµL; produk PCR sebanyak 5 µL; dan SDW 5,2 µL. Inkubasi dilakukan selama dua jam pada suhu ruang dan dilanjutkan dengan
diinkubasi semalam di dalam refrigerator suhu berkisar 4
o
C.
Pembuatan Bakteri Kompeten Escherichia coli DH5 α. Sebuah koloni
bakteri E.coli DH5 α diambil dari biakan murni dan dikultur dalam 25 mL media
cair Luria Bertani LB 1 tripton; 0,5 ekstrak khamir; dan 1 NaCl dalam tabung 50 mL sebagai sub kultur dan selanjutnya diinkubasi pada inkubator
bergoyang pada suhu 37
o
C selama 16-18 jam dengan kecepatan 250 rpm. Hasil sub kultur sebanyak 2,5 mL 1 dimasukkan ke dalam erlenmeyer 25 mL yang
mengandung media cair LB dan selanjutnya diinkubasi pada inkubator bergoyang pada suhu 37
o
C selama 3 jam. Kultur bakteri langsung diletakkan di atas es selama 30 menit. Sebanyak 1,5 mL dimasukkan ke dalam tabung mikro 1,5 mL
kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 5.000 rpm selama 2 menit pada suhu 4
o
C. Setelah supernatan dibuang, pelet ditambahkan lagi 1,5 mL cairan kultur bakteri dan selanjutnya disentrifugasi dengan kecepatan 5.000 rpm selama 2
menit. Supernatan dibuang dan pelet dicuci dengan buffer NaCl
2
dingin. Larutan disentrifugasi dengan kecepatan 5.000 rpm selama 2 menit pada suhu 4
o
C.
Supernatan dibuang dan pelet dicuci dengan 1 mL CaCL
2
dingin, selanjutnya diinkubasi pada suhu ruangan selama 20 menit. Larutan disentrifugasi dengan
kecepatan 5.000 rpm selama 2 menit pada suhu 4
o
C dan supernatan yang terbentuk dibuang, dan pelet disuspensi dengan 200 µL CaCl
2
dingin yang kemudian diinkubasi di es selama 20 menit sampai 1 jam. Bakteri yang
tersuspensi siap untuk digunakan untuk transformasi.
Transformasi. Transformasi vektor kloning ke bakteri dilakukan dengan
menggunakan bakteri kompeten E. coli DH5 α yang telah dibuat sebelumnya.
Sebanyak 4-5 µL hasil reaksi ligasi dicampur ke dalam tabung mikro yang telah berisi 200 µL bakteri kompeten dan selanjutnya diinkubasi dalam es selama 20-30
menit. Campuran tersebut diberi kejutan panas pada suhu 42
o
C selama 45 detik, kemudian diletakkan dalam es selama 2 menit. Hasil kejutan panas ditambahkan
800 uL larutan SOC yang mengandung 970 µL buffer SOB 2 g tripton; 0,5 g ekstrak kamir; 1 mL NaCL 1 M; 0,25 mL KCl 1 M; dalam 97 mL SDW; 10 µL
MgSO
4
.7H
2
O; 10 µL MgCl
2
.6H
2
O; dan 10 µL glukosa 1M, yang selanjutnya diinkubasi pada suhu 37
o
C pada inkubator bergoyang dengan kecepatan 200 rpm selama 1,5 jam. Sekitar 100-150 µL bakteri tersebut disebar pada media selektif
2xYT 1,6 tripton; 1 ekstrak khamir; 0,5 NaCl; dan 1,8 bakto agar dalam SDW yang mengandung ampisilin 1 µL1 mL agar 100 mgmL; IPTG
isopropanoltio- β-D-galaktopiranosida 0,1M 10 µLcawan; dan 2 X-gal 50
µLcawan. Biakan bakteri diinkubasi pada suhu 37
o
C selama sekitar 14 jam. Untuk menyeleksi adanya insersi gen dalam plasmid pada situs pengklonan
multiple cloning site, MCS, bakteri yang mengandung plasmid akan membentuk koloni berwarna putih, sedangkan bakteri yang mengandung plasmid tetapi di
dalam MSC-nya tidak tersisipi fragmen DNA akan menghasilkan koloni warna biru lihat Lampiran 3. Bakteri yang tidak mengandung plasmid akan mati tidak
membentuk koloni. Koloni bakteri warna putih yang tumbuh diperbanyak dalam medium LB yang mengandung antibiotik ampisilin 100 µgmL dan
diinkubasikan pada suhu 37
o
C untuk dipersiapkan dalam perbanyakan plasmid.
Identifikasi Transforman Cracking Bakteri. Seleksi koloni bakteri yang membawa plasmid hasil
ligasi dilakukan dengan metode cracking. Koloni bakteri warna putih diambil menggunakan tusuk gigi steril dan dioleskan ke dasar tabung mikro 1,5 mL dan
dilanjutkan dengan menggoreskannya ke dalam master plate, yang merupakan sumber koloni bakteri untuk tahap penelitian berikutnya. Master plate berisi
bakteri diinkubasi pada suhu 37
o
C selama 8 jam. Ke dalam tabung mikro yang berisi bakteri ditambahkan 10
μL buffer cracking 0,2 g sakarosa; 40 µL NaOH 5 M; 50 µL SDS 10; dan sisanya SDW sehingga volume larutan menjadi 1 mL,
10 μL larutan EDTA 10 mM. Gabungan campuran larutan antara 2 µL 6 X buffer
loading DNA dengan KCl 4 M dengan perbandingan volume 1:1 diletakkan di
bagian dalam penutup tabung mikro. Setelah diinkubasi sekitar 5 menit, larutan di-spin down
pada kecepatan 5.000 rpm selama 3 detik dan kemudian divorteks. Larutan disentrifugasi pada kecepatan 12.000 rpm selama 5 menit pada suhu 4
o
C. Sebanyak 10 µL supernatan yang terbentuk digunakan untuk elektroforesis
menggunakan gel agaroasa 0,7. Untuk mengetahui koloni bakteri yang membawa DNA dalam plasmid, bakteri biru digunakan sebagai kontrol. Ukuran
DNA plasmid koloni bakteri yang membawa insersi akan lebih besar dibandingkan dengan kontrol.
Teknik PCR. Klon-klon bakteri yang memperlihatkan indikator positif
pada uji cracking dilanjutkan dengan uji konfirmasi fragmen DNA yang terinsersi melalui teknik PCR, dengan menggunakan primer ProAV-F dan ProAV-R dimana
templat DNA yang digunakan adalah larutan hasil cracking sebanyak 0,5 μL.
Amplifikasi fragmen DNA target gen dilakukan seperti yang dijelaskan dalam isolasi promoter sebelumnya. Klon-klon bakteri rekombinan yang positif
membawa promoter antivirus digoreskan ke dalam media agar yang mengandung ampisilin 100 µgmL untuk dikoleksi sebagai sumber plasmid untuk kegiatan
selanjutnya. Skema pelaksanaan kloning promoter antivirus ProAV pada vektor pGEM-T Easy
disajikan pada Lampiran 4.
Penderetan Nukleotida Promoter Isolasi Plasmid. Plasmid pGEM-T Easy yang mengandung promoter
antivirus ProAV diisolasi dari bakteri E. coli dengan menggunakan kit GF-1 Plasmid DNA Extraction Kit
Vivantis dengan prosedur yang sesuai dengan manual kit yang digunakan. Satu koloni bakteri yang mengandung plasmid
rekombinan ditumbuhkan di dalam 10 mL media LB 10 gL tripton, 5 gL ekstrak khamir, 10 gL NaCl, pH 7,5 yang mengandung ampisilin 100 mgL pada
inkubator bergoyang dengan kecepatan 250 rpm pada suhu 37
o
C selama semalam sekitar 16-18 jam. Bakteri diendapkan dalam tabung mikro secara bertahap
dengan sentrifugasi pada kecepatan 10.000 rpm pada suhu 4
o
C selama 10 menit. Supernatan dibuang dan pelet dilarutkan dengan 250
μL larutan S-1, kemudian divorteks pelan atau pipeting sampai pelet larut sempurna. Suspensi larutan
ditambah dengan 250 μL larutan S-2 kemudian dicampur dengan pelan dengan
cara tabung mikro dibolak-balik selama 4-6 kali dan diinkubasi di suhu ruangan tidak lebih dari 5 menit. Larutan dinetralkan dengan penambahan 250
μL buffer NB neutralizing buffer dan dicampur dengan pelan dengan cara tabung mikro
dibolak-balik selama 6-10 kali kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 14.000 rpm selama 10 menit. Supernatan dipindah ke kolom spin dan disentrifugasi
dengan kecepatan 10.000 rpm selama 1 menit. Kolom spin dicuci dengan 700 μL
wash buffer kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 10.000 rpm selama 1
menit. Plasmid DNA diresuspensi dengan 100 μL SDW dan dibiarkan selama 1
menit, kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 10.000 rpm selama 1 menit untuk melarutkan DNA, dan selanjutnya disimpan dalam freezer -20
o
C untuk digunakan pada tahap selanjutnya. Kuantitas dan kualitas isolat plasmid diukur
dengan menggunakan UV-VIS spektrofotometer pada panjang gelombang 260 nm dan 280 nm seperti yang dijelaskan pada tahapan ekstraksi DNA genom
sebelumnya. Skema isolasi DNA plasmid dengan menggunakan kit GF-1 Plasmid DNA Extraction
disajikan pada Lampiran 5.
Penderetan Sekuen Nukleotida. Hasil PCR promoter gen antivirus
ProAV dari plasmid dipurifikasi dengan menggunakan kit GelPCR DNA
Fragment Extraction Geneaid. Secara singkat, potongan gel agarosa ditambah
dengan 500 µL buffer DF kemudian divorteks, dan selanjutnya diinkubasi pada
suhu 55
o
C selama 10-16 menit sampai agarosa larut sempurna. Sebanyak 700 µL larutan sampel dipindahkan ke kolom DF, kemudian disentrifugasi pada
kecepatan 13.000 rpm selama 1 menit. Kolom DF ditambahkan dengan 600 µL wash buffer
, kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 13.000 rpm selama 1 menit. Setelah larutan dibuang, kolom DF ditempatkan ke dalam tabung mikro
baru, dan disentrifugasi dengan kecepatan 13.000 rpm selama 3 menit. DNA dilarutkan dengan menambahkan 50 µL SDW kemudian disentrifugasi dengan
kecepatan 13.000 rpm selama 3 menit. Amplifikasi PCR untuk sekuensing dilakukan dengan menggunakan campuran larutan 3 µL 5 X buffer sekuensing, 2
µL primer 1,6 ρmolµL, 1 µL Big Dye, 4 µL templat DNA dengan program
PCR adalah suhu 96
o
C selama 2 menit, 96
o
C selama 10 menit, 55
o
C selama 5 menit, dan 60
o
C selama 4 menit. Hasil PCR dipurifikasi dengan menambahkan 10 µL air bebas DNA dan RNA, dan 5 µL EDTA 125 mM, 5 µL natrium asetat 3 M,
60 µL etanol absolut. Sampel diinversi sebanyak 4 kali dan diinkubasi pada suhu ruang selama 15 menit, kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 3.000 rpm
selama 30 menit. Supernatan dibuang dan pelet ditambah dengan 70 µL etanol 70, kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 3.000 rpm selama 30 menit.
Setelah supernatan dibuang, pelet dikering-anginkan dan kemudian dilarutkan dengan 10 µL air bebas DNA dan RNA. Sampel selanjutnya siap untuk
disekuensing dengan menggunakan alat sekuenser automatis AB-3130 Applied Biosystem. Hasil sekuensing dilihat secara manual dengan menggunakan
program sequence navigator.
Analisis Data
Untuk mengetahui kemiripan similaritas promoter yang dihasilkan, sekuen promoter disejajarkan alignment dengan sekuen promoter yang telah ada
di dalam Bank Gen dengan menggunakan program BLAST-N basic local alignmen search tool-nucleotide
. Sekuen promoter hasil penderetan dianalisis dengan menggunakan program Genetyx Versi 7 Genetyx Coorporation untuk
mendapatkan similaritas sekuen, motif faktor transkripsi regulator, dan keberadan sekuen spesifik promoter antivirus. Data hasil analisis disajikan secara
deskriptif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
DNA genom yang berasal dari beberapa sampel udang windu telah berhasil diisolasi yang ditandai dengan keberadaan pita tunggal pada gel
eletroforesis Gambar 1A. Dengan menggunakan DNA genom tersebut sebagai templat dan primer spesifik promoter gen antivirus ProAV, promoter udang windu
telah berhasil diisolasi pada posisi fragmen sekitar 0,4 kb 368 bp Gambar 1B.
Gambar 1 Hasil elektroforesis DNA genom A dan fragmen tunggal promoter ProAV
B yang diisolasi dari udang windu P. monodon. M=marker DNA, 1-5= sampel udang windu, dan tanda panah mengindikasikan
fragmen DNA genom dan promoter ProAV.
Promoter antivirus
ProAV yang berhasil diisolasi dari DNA genom udang
windu, selanjutnya dikloning ke dalam vektor pGEM-T Easy. Keberhasilan dalam mengkloning gen dapat diketahui dengan cara mengidentifikasi masuknya gen
atau DNA pada bakteri inang transforman. Hasil seleksi koloni bakteri warna putih-biru menunjukkan adanya insersi gen yang diindikasikan dengan adanya
koloni bakteri warna putih yang ditumbuhkan pada media agar dan adanya penambahan berat molekul plasmid DNA bakteri inang yang digunakan pada
teknik cracking Gambar 2. Proses masuknya vektor rekombinan pembawa gen ke dalam sel kompeten bakteri diketahui dengan mengamati ekspresi gen
penanda yang dibawa oleh vektor tersebut. Kobolak Muller 2003 memberikan gambaran penggunaan vektor pGEM-T Easy pada bakteri E. coli yang memiliki
marker gen LacZ dan marker gen resisten ampisilin, dimana LacZ sebagai gen
bp 1000
500 300
pelapor reporter gene. Selanjutnya Toha 2001 menyatakan bahwa apabila dalam media terdapat IPTG, gen LacZ yang mengkode enzim
β-galaktosidase dapat diketahui karena mampu menguraikan 5-bromo-4-kloro-3-indolil-
β-D- galaktopiranosida X-gal menjadi galaktosa dan 5-bromo-4-kloroindigo, sehingga
menghasilkan koloni bakteri berwarna biru. Oleh karena itu, apabila terjadi insersi gen atau fragmen DNA pada MCS, maka gen LacZ tidak dapat berfungsi sebagai
mana mestinya sehingga tidak terjadi penguraian X-gal menjadi galaktosa yang menyebabkan koloni bakteri tetap berwarna putih.
Gambar 2 Seleksi koloni putih-biru, cracking, dan plating klon bakteri pembawa promoter antivirus ProAV. A=seleksi koloni klon bakteri yang
ditumbuhkan pada media agar dimana tanda panah menunjukkan koloni putih dan biru, dan B=hasil cracking klon bakteri pembawa
promoter pada gel agarosa dimana tanda panah menunjukkan indikator positif sebagai pembawa promoter dan negatif sebagai kontrol bakteri
koloni biru, dan C=hasil plating klon bakteri pembawa promoter ProAV
pada media agar. Untuk memastikan apakah fragmen DNA tersebut merupakan target
promoter ProAV yang diinginkan, maka fragmen DNA dipurifikasi dari gel agarosa kemudian dilakukan pembacaan nukleotidanya atau dikenal dengan istilah
sekuensing. Dari beberapa sampel yang berhasil diisolasi, dua di antaranya diambil secara acak untuk dilakukan analisis lebih lanjut melalui sekuensing
nukleotida promoter. Berdasarkan hasil pembacaan sekuen nukleotida yang diperkirakan memiliki panjang fragmen DNA sekitar 0,4 kb 368 bp. Dari hasil
pembacaan tersebut dilakukan penyejajaran alignment sekuen Gambar 3 dengan referensi sekuen yang telah ada dalam Bank Gen, untuk memastikan
kebenaran promoter yang telah diisolasi.
Gambar 3 Alignment sekuen promoter ProAV yang diisolasi dari udang windu P. monodon
dengan sekuen promoter PmAV referensi dari Bank Gen kode aksesi DQ641258-1. Nomor pada awal dan akhir nukleotida
menunjukkan urutan nukleotida, A=adenina, C=sitosina, G=guanina, dan T=timina.
Hasil penyejajaran sekuen promoter yang telah diisolasi tersebut menunjukkan tingkat kemiripan yang tinggi dengan sekuen promoter yang telah
ditemukan oleh Luo et al. 2007 pada udang windu di Cina. Dari dua sample sekuen promoter yang dianalisis, didapatkan tingkat similaritas 95-98 Tabel 1.
Tingginya tingkat similaritas tersebut memberikan keyakinan akan keberhasilan dalam mengisolasi promoter antivirus ProAV dari udang windu dari tambak
Sulawesi Selatan, Indonesia. Hasil analisis BLAST-N terhadap nukleotida promoter ProAV udang
windu menunjukkan adanya variasi nuklotida dengan sekuen gen promoter udang windu P. monodon referensi Bank Gen yang umumnya didapatkan pada bagian
awal dan akhir sekuen nukleotida. Analisis faktor transkripsi menunjukkan keberadaan sekuen spesifik promoter, misalnya TATAAA atau dikenal sebagai
kotak TATA TATA-box dan TGCACCC atau dikenal sebagai MRE, atau dikenal sebagai TFIID, serta sekuen [AC]A[AC]AG atau dikenal dengan TCF-1
P. monodon sampel 1
P. monodon sampel 2
P. monodon Q641258-1
P. monodon sampel 1
P. monodon sampel 2
P. monodon Q641258-1
P. monodon sampel 1
P. monodon sampel 2
P. monodon Q641258-1
P. monodon sampel 1
P. monodon sampel 2
P. monodon Q641258-1
P. monodon sampel 1
P. monodon sampel 2
P. monodon Q641258-1
P. monodon sampel 1
P. monodon sampel 2
P. monodon Q641258-1
P. monodon sampel 1
P. monodon sampel 2
P. monodon Q641258-1
yang merupakan motif utama yang umumnya didapatkan pada promoter. Selain sekuen CCCGCC yang dikenal sebagai SP-1, dan [TU]CC[TU]C yang dikenal
sebagai faktor transkripsi GAL-4, juga didapatkan sekuen AGATAG yang lebih dikenal dengan motif transkripsi GATA-1, serta beberapa motif transkripsi
lainnya. Distribusi lokasi beberapa motif faktor transkripsi promoter ProAV yang diisolasi dari DNA genom udang windu disajikan pada Gambar 4.
Tabel 1 Similaritas sekuen promoter ProAV yang diisolasi dari udang windu P. monodon
dengan sekuen total gen antivirus PmAV pada Bank Gen kode aksesi DQ641258-1.
Deskripsi Pemenuhan query
Similaritas Promoter ProAV
P. monodon sampel-1
98 95 Promoter ProAV
P. monodon sampel-2
97 98
TFIID merupakan faktor transkripsi pertama yang secara langsung berkaitan dengan kotak TATA, sehingga penempelan faktor transkripsi ini akan
mengarahkan faktor transkripsi lainnya dan RNA polimerase untuk mengenali daerah promoter. Stansfield et al. 2006 menyebutkan bahwa TFIID memiliki
fungsi serupa dengan faktor sigma pada bakteri, dimana setelah terikat dengan kotak TATA, TFIID membantu pengaturan TF-TF lain yang dibutuhkan untuk
inisiasi sintesis RNA. Percobaan secara in vitro telah dibuktikan bahwa jika TFIID dihilangkan, maka tidak akan terbentuk kompleks pra-inisiasi, meskipun
faktor transkripsi lain ditambahkan. Yuwono 2005 menyatakan bahwa faktor transkripsi TFIID sebenarnya merupakan kompleks protein yang terdiri atas
beberapa macam yakni protein pengikat kotak TATA TATA-box binding protein, TBP
dan 8-10 TAF TBP-associated factor atau faktor transkripsi yang terkait dengan TBF. Pada promoter eukariot yang tidak memiliki kotak TATA, TFIID
berikatan dengan SP-1 yang umumnya melekat pada kotak GC. Faktor transkripsi SP-1 merupakan domain pengikat DNA yang mengandung zinc
sehingga dikenal sebagai jari-jari zinc zinc finger. Faktor transkripsi lain
misalnya yang ditemukan pada promoter ProAV ini adalah GAL-4 yang merupakan faktor transkripsi yang modulnya mengandung dua atom zinc dan
enam asam amino sisteina, sehingga GAL-4 dikenal sebagai motif regulator yang berperan dalam regulasi gen GAL yang bertanggung jawab dalam metabolisme
glukosa pada khamir Saccharomyces cereviae.
Gambar 4 Distribusi motif faktor transkripsi pada sekuen promoter antivirus
ProAV yang diisolasi dari udang windu P. monodon. Garis vertikal
menunjukkan posisi motif faktor transkripsi dalam sekuen.
TATA BOX
Beberapa motif faktor transkripsi yang diidentifikasi dalam sekuen promoter antivirus ProAV memiliki kesamaan dengan faktor transkripsi yang didapatkan
pada promoter penaeidin ProPEN yang diisolasi dari udang windu P. monodon. Ho Song 2009 telah berhasil mengisolasi dan mengkarakterisasi dua tipe
promoter ProPEN pada udang windu yakni tipe-536 dan tipe-411, dimana dari dua tipe tersebut didapatkan motif faktor transkripsi antara lain kotak TATA,
GATA, dorsal, dan AP-1 yang diduga dilibatkan dalam pengaturan transkripsi gen resistensi pada krustase pada umumnya. Dua di antaranya kotak TATA dan
GATA didapatkan juga pada promoter antivirus ProAV pada penelitian ini. Analisis kekerabatan antar promoter udang windu menunjukkan bahwa,
kedua sampel promoter antivirus ProAV yang diisolasi dari udang windu asal Sulawesi Selatan, Indonesia ini memiliki kekerabatan yang relatif dekat dengan
promoter ProAV yang diisolasi dari udang windu di Cina, dan relatif terpisah dengan promoter gen penaeidin ProPEN. Ho Song 2009 melaporkan bahwa
ada dua tipe promoter gen penaeidin yang diisolasi dari udang windu dan memiliki kemiripan dengan promoter gen penaedin yang diisolasi dari udang
vaname. Hasil dari penelitian tahap pertama ini menunjukkan keberadaan faktor
transkripsi utama dan beberapa elemen regulator penting, serta kemiripan sekuen dengan promoter yang ditemukan oleh Luo et al. 2007. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa promoter antivirus ProAV ini akan bermanfaat dalam teknologi transgenesis dalam pengaturan gen-gen eksogenous yang diintroduksi.
Pada penelitian tahap selanjutnya akan difokuskan pada aktivitas promoter antivirus ProAV pada embrio dan larva udang windu dengan menggunakan gen
berpendar sebagai gen pelapor.
KESIMPULAN
Promoter antivirus ProAV telah berhasil diisolasi dari udang windu P. monodon
. Promoter tersebut memiliki tingkat similaritas yang tinggi dengan promoter udang windu yang tersedia di Bank Gen.
III. ANALISIS SEKUEN cDNA GEN ANTIVIRUS DARI UDANG WINDU Penaeus monodon