PENGARUH PEMBERIAN STATIC STRETCHING DAN EFFLAURAGE Pengaruh Pemberian Static Stretching Dan Efflaurage Massage Terhadap Penurunan Nyeri Leher Myofascial Pain Syndrome M. Upper Trapezius.

(1)

PENGARUH PEMBERIAN STATIC STRETCHING DAN EFFLAURAGE MASSAGE TERHADAP PENURUNAN NYERI LEHER MYOFASCIAL PAIN

SYNDROME M. UPPER TRAPEZIUS

Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Mendapatkan Gelar Sarjana Fisioterapi

Oleh:

CATUR MAIMUNAH J120 151 071

PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017


(2)

i

HALAMAN PERSETUJUAN

PENGARUH PEMBERIAN STATIC STRETCHING DAN EFFLAURAGE MASSAGE TERHADAP PENURUNAN NYERI LEHER MYOFASCIAL PAIN

SYNDROME M. UPPER TRAPEZIUS

PUBLIKASI ILMIAH

Diajukan oleh:

CATUR MAIMUNAH J120 151 071

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh: Dosen Pembimbing


(3)

ii

HALAMAN PENGESAHAN

PENGARUH PEMBERIAN STATIC STRETCHING DAN EFFLAURAGE MASSAGE TERHADAP PENURUNAN NYERI LEHER MYOFASCIAL PAIN

SYNDROME M. UPPER TRAPEZIUS

OLEH

CATUR MAIMUNAH J 120 151 071

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada hari Senin, 17 April 2017 dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dekan,

Dr. Suwaji, M.Kes NIP. 195311231983031002

Dewan Penguji

1. Isnaini Herawati, S.Fis, M.Sc (Ketua Dewan Penguji)

( )

2. Arif Pristianto, SST.FT., M.Fis (Anggota I Dewan Penguji)

( )

3. Totok Budi Santoso, S.Fis., S.Pd., M.P.H (Anggota II Dewan Penguji)


(4)

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam publikasi ilmiah ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka akan sayapertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 17 April 2017 Penulis

CATUR MAIMUNAH J 120 151 071


(5)

1

PENGARUH PEMBERIAN STATIC STRETCHING DAN EFFLAURAGE MASSAGE TERHADAP PENURUNAN NYERI LEHER MYOFASCIAL PAIN

SYNDROME M. UPPER TRAPEZIUS Abstrak

Myofascial pain syndrome adalah gangguan nyeri muskuloskeletal yang terjadi akibat adanya myofascial trigger point. Gangguan ini dapat menyebabkan nyeri lokal atau reffered pain, tightness, stiffnes, spasm, keterbatasan berak. Hal tersebut dapat membuat nyeri dan dapat mengganggu aktivitas ketika bekerja. Untuk mengetahui ada pengaruh pemberian static stretching dan efflaurage massage. Dapat mengurangi keluhan nyeri akibat myofascial pain syndrome. Jenis penelitian yang digunakan quasi eksperimen, dengan desain Pre and post Test With Control Group Design. Jumlah sampel pada penelitian ini sebesar 20 sampel. Sampel diberikan perlakuan static stretching dan efflaurage massage untuk kelompok perlakuan dan counterpainuntuk kelompok kontrol, di lakukan selama 2 minggu dengan frekuensi latihan 4 kali dalam seminggu. Analisis statistik menggunakan Wilcoxon test untuk uji pengaruh dan uji Mann-Whitney Test untuk uji beda pengaruh. Alat ukur VAS untuk mengukur nyeri tekan pada otot. Setelah dilakukan uji Wilcoxon Test ada pengaruh pada kelompok perlakuan p-value 0,005 dan kelompok kontrol p-value 0,102. Terdapat beda pengaruh antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol terhadap penurunan nyeri myofascial pain syndrome m. upper trapezius. Setelah dilakukan uji Mann-Whitney Test diperoleh p-value 0,000.Ada pengaruh pemberian static stretching dan efflaurage massage penurunan nyeri myofascial pain syndrome.

Kata Kunci : static stretching dan efflaurage massage, myofascial pain syndrome

Abstract

Myofascial pain syndrome is a musculoskeletal pain disorder that occurs due to myofascial trigger point. This disorder can cause local pain or reffered pain, tightness, stiffnes, spasm, limitation defecate. It can create pain and can interfere with the activity when working. To know the effect of static stretching and massage efflaurage. Can reduce pain due to myofascial pain syndrome. This type of research used quasi-experimental, with designs With Pre and Post Test Control Group Design. The number of samples in this study of 20 samples. Samples are given treatment efflaurage static stretching and massage for counterpain treatment group and control group, did during two weeks with the frequency of exercise 4 times a week. Statistical analysis using the Wilcoxon test to test the influence and Mann - Whitney Test to test different influences. VAS measurement tool to measure the tenderness of the muscles. After Wilcoxon Test no effect in the treatment group p-value of 0.005 and a control group p-value 0.102. There is a difference of influence between the treatment group and the control group to a decrease in pain myofascial pain syndrome m. upper trapezius. After Mann -Whitney Test obtained p-value of 0.000. There is the effect of static stretching and massage efflaurage myofascial pain syndrome decrease in pain .


(6)

2 1. PENDAHULUAN

Nyeri muskuloskeletal di leher merupakan masalah kesehatan pada masyarakat mengganggu aktivitas sehari-hari. Bekerja merupakan beberapa aktivitas yang dilakukan oleh manusia dalam kesehariannya. Seperti bekerja di depan komputer yang dilakukan oleh salah satu petugas kereta api salah satunya pekerja loket dengan posisi yang statis dan overload dalam waktu yang lama dapat menyebabkan ketegangan otot. Pada sekelompok pasien di pusat komunikasi nyeri medikal ditemukan oleh seorang neurologis bahwa dari 96 pasien 93% diantaranya mengalami nyeri yang diakibatkan oleh trigger point sindroma myofascial dan 74% dari pasien itu diduga penyebab utama nyerinya adalah karena trigger point syndrome myofascial (Hardjono & Azizah, 2005). Berbagai jenis pekerjaan dapat mengakibatkan nyeri leher terutama selama bekerja dengan posisi tubuh yang salah sehingga membuat leher berada dalam posisi tertentu dalam jangka waktu lama. Dalam penelitian ini peneliti mengambil responden yang bekerja sebagai pekerja loket kereta api yang memakai komputer. Gangguan muskuloskeletal nyeri leher salah satunya untuk mengurangi nyeri pada nyeri leher dapat diterapi dengan beberapa tehnik dan modalitas fisioterapi lainnya, salah satunya tehnik stretching dan pemberian massage. Dari banyaknya fenomenanya terjadinya nyeri leher khususnya pada petugas loket kereta api maka, peneliti menjadi tertarik untuk mengambil penelitian tentang pengaruh pemberian static stretching dan efflaurage massage terhadap penurunan nyeri leher Myofascial Pain Syndrom m. upper trapezius.

2. METODE

Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan pendekatan Quasi Experiment dengan desain penelitian “Two Groups Pre test and Post test design”. Penelitian ini menggunakan dua kelompok. Kelompok perlakuandiberi static stretching dan efflaurage massage dan kelompok kontrol diberi


(7)

3

counterpain. Adapun populasi data penelitian ini adalah petugas loket sebanyak 20 orang yang akan dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Waktu Penelitian dilakukan selama 2 minggu yang dimulai pada bulan Maret 2017. Dilakukan 4x dalam seminggu dengan intensitas waktu 30 menit setiap terapi.

Myofascial pain syndrome adalah gangguan nyeri muskuloskeletal yang terjadi akibat adanya myofascial trigger point. Nyeri pada myofascial pain syndrome biasanya dapat menjalar dari region tersebut dan bersifat lokal. Nyeri pada otot upper trapezius atau pada daerah leher sampai pundak ini timbul karena kerja otot yang berlebihan, aktivitas sehari-hari yang terus menerus dan sering menggunakan kerja otot upper trapezius, sehingga otot menjadi tegang, spasm, tightness dan stiffness (Makmuriyah, 2013). Pengukuran nyeri dapat dilakukan dengan memakai alat ukur VAS. Teknik analisis data yang digunakan untuk mengetahui pengaruh pemberian static stretching dan efflaurage massage penurunan nyeri myofascial pain syndrome m. upper trapezius digunakan uji Wilcoxon test karena data tidak berdistribusi normal dengan nilai signifikan jika p<0,05 maka Ha diterima dan p>0,05 maka Ha ditolak. Sedangkan untuk mengetahui perbedaan pengaruh antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol digunakan uji Mann-Whitneytest karena data tidak berdistribusi normal dengan nilai signifikan jika p<0,05 maka Ha diterima dan p>0,05 maka Ha ditolak.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Penelitian Berdasarkan Karakteristik Usia Responden Tabel 1. Karakteristik Usia Responden Usia

Responden

Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol Responden Presentase Responden Presentase

23 4 40 3 30

25 3 30 4 40

27 2 20 1 10

29 1 10 2 20


(8)

4

Berdasarkan tabel usia responden sampel penelitian kelompok perlakuan paling banyak pada usia 23 tahun berjumlah 4 orang (40%) daling sedikit pada usia 29 tahun berjumlah 1 orang (10%) sedangkan usia 27 tahun berjumlah 2 orang (20%). Kelompok kontrol paling banyak pada usia 23-25 tahun berjumlah 7 orang (70%) dan paling sedikit pada usia 27 tahun berjumlah 1 (10%) sedangkan usia 29 tahun berjumlah 2 orang (20%). 3.2 Hasil Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 2. Jenis Kelamin Jenis

Kelamin

Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol Responden Persentasi Responden Persentasi

Laki-laki 4 40% 3 30%

Perempuan 6 60% 7 70%

Jumlah 10 100% 10 100%

Responden yang banyak menderita myofascial pain syndrome otot upper trapezius adalah responden berjenis kelamin perempuan pada kelompok perlakuan berjumlah 6 prang(60%)dan paling sedikit jenis kelamin laki-laki berjumlah 4 orang (40%). Sedangkan kelompok kontrol yang paling banyak pada jenis kelamin perempuan berjumlah 7 orang (70%) dan paling sedikit jenis kelamin laki-laki berjumlah 3 orang (30%) yang berarti bahwa myofascial pain syndrome banyak diderita oleh perempuan dibanding laki-laki.

3.3Hasil Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Kerja Tabel 3. Lama Kerja

Masa Kerja Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol (Tahun) Frekuensi Persentasi Frekuensi Persentasi

1 – 2 6 60% 7 70%

3 – 4 4 40% 3 30%

5 – 6 0 0 0 0

Jumlah 10 100% 10 100%

Berdasarkan tabel 3 perlakuan memiliki lama kerja antara 1-2 tahun yaitu sebanyak 6 orang (60%), dan lama kerja antara 3-4 tahun yaitu 4 orang


(9)

5

(40%). Pada kelompok kontrol memiliki lama kerja antara 1-2 tahun yaitu 7 orang (70%) dan lama kerja antara 3-4 tahun yaitu 3 orang (30%).

3.4Hasil Karakteristik Responden Berdasarkan Nilai nyeri KelPerlakuan Tabel 4. Nilai Nyeri Kel Perlakuan

No Nilai VAS Frekuensi Persentasi Nilai VAS Frekuensi Persentasi Pre Terapi Pos Terapi

1 2,1-2,5 - - 2,1-2,5 3 30% 2 2,6-3,0 - - 2,6-3,0 2 20% 3 3,1-3,5 3 30% 3,1-3,5 3 30% 4 3,6-4,0 2 20% 3,6-4,0 1 10% 5 4,1-4,5 1 10% 4,1-4,5 1 10% 6 4,6-5,0 2 20% 4,6-5,0 - - 7 5,1-5,5 2 20% 5,1-5,5 - -

Jumlah 10 100% 10 100% 3.5Hasil Karakteristik Responden Berdasarkan Nilai nyeri pada kel kontrol

Tabel 5. Nilai Nyeri Kel Kontrol

No NilaiVAS Frekuensi Persentasi NilaiVAS Frekuensi Persentasi

PreTerapi PosTerapi

1 2,1-2,5 - - 2,1-2,5 - -

2 2,6-3,0 - - 2,6-3,0 - -

3 3,1-3,5 1 10% 3,1-3,5 1 10%

4 3,6-4,0 3 30% 3,6-4,0 3 30%

5 4,1-4,5 4 40% 4,1-4,5 4 40%

6 4,6-5,0 1 10% 4,6-5,0 1 10%

7 5,1-5,5 1 10% 5,1-5,5 1 10%

Jumlah 10 100% 10 100%

Pada kelompok perlakuan berdasarkan nyeri pre terapi nilai tertinggi berada pada nilai VAS 3,1-3,5 yaitu berjumlah 3 orang (30%). Distribusi nilai terendah berada pada rentang nilai 4,1-4,5 yaitu berjumlah 1 orang (10%). Sedangkan distribusi nyeri pos terapi nilai tertinggi pada rentang nilai VAS 2,1-2,5 dan 3,1-3,5 yaitu berjumlah 3 orang (30%) dan nilai terendah berada pada rentang nilai 3,6-4,0 dan 4,1-4,5 sama-sama berjumlah 1 orang (10%). sampel pada kelompok kontrol berdasarkan nyeri pre terapi nilai tertinggi berada pada nilai VAS 4,1-4,5 yaitu berjumlah 4 orang


(10)

6

(40%). Distribusi nilai terendah berada pada rentang nilai 3,1-3,5 nilai 4,6-5,0 dan nilai 5,1-5,5 yaitu sama-sama berjumlah 1 orang (10%). Sedangkan distribusi nyeri pos terapi nilai tertinggi pada rentang nilai VAS 4,1-4,5 yaitu berjumlah 4 orang (40%) dan nilai terendah berada pada rentang nilai 3,1-3,5 nilai 4,6-5,0 dan 5,1-5,5 sama-sama berjumlah 1 orang (10%).

3.6 Hasil Uji Wilcoxon Test Kelompok perlakuan dan Kelompok kontrol Tabel 6. Hasil Uji Wilcoxon Test

Variabel Z P-Value Kesimpulan Pre dan Post test kel.

Perlakuan -2,807 0,005 Ha Diterima Pre dan Post test kel. Kontrol -1,633 0,102 Ha Ditolak

Berdasarkan tabel bahwa nilai signifikasi pada kelompok perlakuan 0,005 maka Hipotesis diterima, dengan P < 0,05 yang berarti ada pengaruh penurunan nyeri yang signifikan pada kelompok perlakuan, sedangkan nilai signifikasi pada kelompok kontrol 0,102 maka Hipotesis ditolak dengan P > 0,05 yang berarti tidak ada pengaruh hasil penurunan nyeri pre dan post test pada kelompok kontrol.

3.7 Hasil uji Mann-Whitney Test Kelompok perlakuan dan Kelompok kontrol Tabel 7. Hasil Uji Mann-Whitney Test

Variabel Z P-Value Kesimpulan Selisih penurunan nyeri -3,886 0,000 Ho Diterima

kel perlakuan dan kel Kontrol

Berdasarkan hasil tabel dengan nilai Signifikasi 0,000 maka P < 0,05 yang berarti ada perbedaan pengaruh antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dalam penurunan nyeri myofascial pain syndrome otot upper trapezius.


(11)

7 3.8 Pembahasan

Terapidilakukan selama 2 minggu dengan dosis latihan 4x seminggu dan intensitas waktunya 30 menit/sesi. Hasil data usia mendapatkan hasil responden kelompok perlakuan dan kelompok kontrol paling bnayak 23-25 tahun. Pada usia seperti itu merupakan rentang tahun usia yang produktif, dimana pada umur tersebut banyak aktifitas dan pekerjaan yang masih aktif dilakukan, salah satunya pekerja sebagai pekerja loket menggunakan komputer. Dalam studi dilakukan oleh Dammerholt (2006), bahwa adanya aktifitas kontraksi otot yang berlangsung secara kontinu seperti aktifitas mengetik selama 30 menit secara terus menerus akan menimbulkan myofascial pain syndrome. Berdasarkan jumlah responden sebanyak 20 prang yang persentasi perempuan lebih banyak yaitu 80% dibanding laki-laki. Hal ini didukung oleh Eduardo et al. (2009) menyatakan 54% wanita lebih banyak terkena myofascial pain syndrome dibanding laki-laki. Hasil data lama kerja petugas loket interval kerja 1-4 tahun dengan intensitas bekerja rata-rata 8 jam setiap harinya. Menurut Chaitow (2003), mengatakan bahwa untuk mencegah terjadinya gangguan muskuloskeletal pada pekerja yang menggunakan komputer lama bekerja maksimal 4 jam.

Pengaruh pemberian static stretching dan efflaurage massageberpengaruh terhadap penurunan nyeri. Berdasarkan hasil uji pengaruh p < 0,05 yang artinya adanya pengaruh setelah diberikan perlakuan. Dilihat dari hasil Analisis Uji Mann Whitney Test dengan hasil 0,000 yang berarti ada perbedaan pengaruh antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Dengan pemberian efflaurage massage dengan tindakan penekanan oleh tangan atau thumb dengan ritmis dan secara ringan pada jaringan otot tanpa menyebabkan pergeseran atau perubahan posisi sendi untuk menurunkan nyeri, menghasilkan relaksasi dan meningkatkan sirkulasi. Massage memiliki efek mekanis yaitu tehnik menekan dan mendorong secara ritmis menyebabkan terjadinya pengosongan dan


(12)

8

pengisian pembuluh vena. Efek reflektoris yaitu massage menimbulkan pacuan terhadap saraf, peredaran darah yang menimbulkan proses vaso kontriksi yang diikuti dengan vasodilatasi lokal sehingga memperlancar peredaran darah. Sedangkan efek khemis menyebabkan terbebasnya suatu zat sejenis histamin yang memberi efek dilatasi terhadap pembuluh darah kapiler (Walin & Esti, 2015). Static stretching sendiri memiliki efek ketika gaya regang yang diaplikasikan pada otot maka akan merangsang muscle spindel dan Golgi Tendon Organ. Muscle spindle akan terangsang apabila stretching dilakukan secara cepat, afferent prime dan sekunder dari serabut otot intrafrusal melalui alpha motor neuron pada medula spinalis. Akibatnya akan mengaktivitas stretch reflex dan meningkatkan ketegangan otot yang diregangkan (Kisner dan Colby, 2007). Namun, apabila stretching dilakukan secara lambat pada otot maka GTO akan terstimulasi dan akan menginhibisi ketegangan pada otot (Wismanto, 2011). Kedua hal tersebut akan mengakibatkan rileksasi pada musculotendinous yang mengalami keterangan dan akan menurunkan persepsi nyeri.

3.9 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan dalam pelaksanaannya, yaitu peneliti tidak dapat mengontrol responden aktivitas sehari-hari yang dilakukan responden secara keseluruhan, Peneliti sedikit kesulitan menjelaskan alat ukur kepada responden dan peneliti mengalami kesulitan menerapkan aplikasi treatment kepada responden ketika di tempat kerja.

4 PENUTUP

Kesimpulan dari hasil penelitian yang telah di uji stastistik dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh static stretching dan efllaurage massage terhadap penurunan nyeri pada myofascial pain syndrome otot upper trapezius. Pada kelompok perlakuan lebih baik dari pada kelompok kontrol.


(13)

9 PERSANTUNAN

Puji syukur kepada Allah SWT yang selama ini telah menuntunku dan memberikan jalan untuk menuju akhir yang indah, memberiku kesehatan sehingga Maimun dapat menyeleseaikan Skripsi ini tepat waktu. Bapak Ibu

tercinta “Ramto dan Juminah” yang selalu kasih dukungan, doa yang tiada

hentinya, nasehat, dan kasih sayang yang tidak akan pernah tergantikan sampai akhir hayat. Maaf kalo Maimun suka mengeluh suka nyusahin Bapak Ibu. Kakakku Sri, Suyono dan ponakanku Jagat, Bagas dan Putri tersayang makasih ya udah bantuin aku, mau nemenin aku di rumah dan menunggu aku pulang kerja. Buat kamu “Tegar Rinaldi” makasih buat support, doa, dan bawelnya kamu.Tim Loket Kereta Api Cilejit Bogor banyak-banyak terimakasih untuk bantuannya, kerja samanya, support dan doanya. Pembimbing skripsi yang selalu sabar IbuIsnaini Herawati, S. Fis, M.Sc terimakasih sudah sabar membimbing saya ibu. Temen-temen susah seneng bareng-bareng, Nia, Fajar, Arif, Agil, Iqbal, Diana dan Bintari makasih sudah selalu ada dari awal hingga akhir kuliah. Temen-temen angkatan “Fisioterapi Transfer 2015 UMS” terimakasih sudah menjadi teman yang baik selama kuliah semoga kelak tidak saling melupakan. Buat semua dosen-dosen FIK UMS terimakasih sudah membimbing. Terimakasih untuk Bapak Gunawan yang selalu mendukung dan memberi ijin untuk kuliah kembali hingga selesai dan rekan Kerja Fisioterapi di Klinik Physiotherapy Center karena kalian selalu mengerti saya dan tau caranya buat menghiburku.

DAFTAR PUSTAKA

Chaitow, L. 2003. Modern Neuromuscular Techniques : Second Edition. Chuchill Livingstone Elservier Science Limited. London : University of Westminster. Dammerholt, J. 2006. Myofascial Trigger Point An Evidence Informed Review. The


(14)

10

Eduardo, V., Romero., Jordi Casco, E., & Cosme, G. 2009. Myofascial Pain Syndrome Associated With Trigger Point : A Literature Review.

Hardjono & Azizah. 2005. Pengaruh Penambahan Contact RelaxStretching pada Intervensial Current dan Ultrasound Terhadap Pengurangan Nyeri pada Sindroma Myofascial Otot Supraspinatus. Fisioterapi Universitas Esa Unggul: Jakarta.

Kisner, C & Colby, L.A. 2007. Therapeutic Exercise Foundation and Techniques.6th ed. Philadelphia: F.A Davis Company.

Makmuriyah & Sugijanto. 2013. Iontophoresis Dislofenac Lebih Efektif Dibandingkan Ultrasound terhadap Pengurangan Nyeri Myofascial Syndrome Musculus Upper Trapezius. Jurnal Fisoterapi. Vol. 13, No. 1, 17-32.

Walin, H & Esti D, W. 2015. Pengaruh Tehnik Relaksasi Front Effleurage Terhadap Nyeri Disminore. Journal Riset Kesehatan. Vol 4. No.3.

Wismanto. 2011. Pelatihan Metode Active Isolated Stretching Lebih Efektif Dari Pada Contract relax Stretching dalam Meningkatkan Fleksibilitas Otot Hamstring. 11 (1) : 77-95.


(1)

5

(40%). Pada kelompok kontrol memiliki lama kerja antara 1-2 tahun yaitu 7 orang (70%) dan lama kerja antara 3-4 tahun yaitu 3 orang (30%).

3.4Hasil Karakteristik Responden Berdasarkan Nilai nyeri KelPerlakuan Tabel 4. Nilai Nyeri Kel Perlakuan

No Nilai VAS Frekuensi Persentasi Nilai VAS Frekuensi Persentasi

Pre Terapi Pos Terapi

1 2,1-2,5 - - 2,1-2,5 3 30%

2 2,6-3,0 - - 2,6-3,0 2 20%

3 3,1-3,5 3 30% 3,1-3,5 3 30%

4 3,6-4,0 2 20% 3,6-4,0 1 10%

5 4,1-4,5 1 10% 4,1-4,5 1 10%

6 4,6-5,0 2 20% 4,6-5,0 - -

7 5,1-5,5 2 20% 5,1-5,5 - -

Jumlah 10 100% 10 100%

3.5Hasil Karakteristik Responden Berdasarkan Nilai nyeri pada kel kontrol Tabel 5. Nilai Nyeri Kel Kontrol

No NilaiVAS Frekuensi Persentasi NilaiVAS Frekuensi Persentasi

PreTerapi PosTerapi

1 2,1-2,5 - - 2,1-2,5 - -

2 2,6-3,0 - - 2,6-3,0 - -

3 3,1-3,5 1 10% 3,1-3,5 1 10%

4 3,6-4,0 3 30% 3,6-4,0 3 30%

5 4,1-4,5 4 40% 4,1-4,5 4 40%

6 4,6-5,0 1 10% 4,6-5,0 1 10%

7 5,1-5,5 1 10% 5,1-5,5 1 10%

Jumlah 10 100% 10 100%

Pada kelompok perlakuan berdasarkan nyeri pre terapi nilai tertinggi berada pada nilai VAS 3,1-3,5 yaitu berjumlah 3 orang (30%). Distribusi nilai terendah berada pada rentang nilai 4,1-4,5 yaitu berjumlah 1 orang (10%). Sedangkan distribusi nyeri pos terapi nilai tertinggi pada rentang nilai VAS 2,1-2,5 dan 3,1-3,5 yaitu berjumlah 3 orang (30%) dan nilai terendah berada pada rentang nilai 3,6-4,0 dan 4,1-4,5 sama-sama berjumlah 1 orang (10%). sampel pada kelompok kontrol berdasarkan nyeri pre terapi nilai tertinggi berada pada nilai VAS 4,1-4,5 yaitu berjumlah 4 orang


(2)

6

(40%). Distribusi nilai terendah berada pada rentang nilai 3,1-3,5 nilai 4,6-5,0 dan nilai 5,1-5,5 yaitu sama-sama berjumlah 1 orang (10%). Sedangkan distribusi nyeri pos terapi nilai tertinggi pada rentang nilai VAS 4,1-4,5 yaitu berjumlah 4 orang (40%) dan nilai terendah berada pada rentang nilai 3,1-3,5 nilai 4,6-5,0 dan 5,1-5,5 sama-sama berjumlah 1 orang (10%).

3.6 Hasil Uji Wilcoxon Test Kelompok perlakuan dan Kelompok kontrol Tabel 6. Hasil Uji Wilcoxon Test

Variabel Z P-Value Kesimpulan

Pre dan Post test kel.

Perlakuan -2,807 0,005 Ha Diterima Pre dan Post test kel. Kontrol -1,633 0,102 Ha Ditolak

Berdasarkan tabel bahwa nilai signifikasi pada kelompok perlakuan 0,005 maka Hipotesis diterima, dengan P < 0,05 yang berarti ada pengaruh penurunan nyeri yang signifikan pada kelompok perlakuan, sedangkan nilai signifikasi pada kelompok kontrol 0,102 maka Hipotesis ditolak dengan P > 0,05 yang berarti tidak ada pengaruh hasil penurunan nyeri pre dan post test pada kelompok kontrol.

3.7 Hasil uji Mann-Whitney Test Kelompok perlakuan dan Kelompok kontrol Tabel 7. Hasil Uji Mann-Whitney Test

Variabel Z P-Value Kesimpulan

Selisih penurunan nyeri -3,886 0,000 Ho Diterima

kel perlakuan dan kel Kontrol

Berdasarkan hasil tabel dengan nilai Signifikasi 0,000 maka P < 0,05 yang berarti ada perbedaan pengaruh antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dalam penurunan nyeri myofascial pain syndrome otot upper trapezius.


(3)

7 3.8 Pembahasan

Terapidilakukan selama 2 minggu dengan dosis latihan 4x seminggu dan intensitas waktunya 30 menit/sesi. Hasil data usia mendapatkan hasil responden kelompok perlakuan dan kelompok kontrol paling bnayak 23-25 tahun. Pada usia seperti itu merupakan rentang tahun usia yang produktif, dimana pada umur tersebut banyak aktifitas dan pekerjaan yang masih aktif dilakukan, salah satunya pekerja sebagai pekerja loket menggunakan komputer. Dalam studi dilakukan oleh Dammerholt (2006), bahwa adanya aktifitas kontraksi otot yang berlangsung secara kontinu seperti aktifitas mengetik selama 30 menit secara terus menerus akan menimbulkan myofascial pain syndrome. Berdasarkan jumlah responden sebanyak 20 prang yang persentasi perempuan lebih banyak yaitu 80% dibanding laki-laki. Hal ini didukung oleh Eduardo et al. (2009) menyatakan 54% wanita lebih banyak terkena myofascial pain syndrome dibanding laki-laki. Hasil data lama kerja petugas loket interval kerja 1-4 tahun dengan intensitas bekerja rata-rata 8 jam setiap harinya. Menurut Chaitow (2003), mengatakan bahwa untuk mencegah terjadinya gangguan muskuloskeletal pada pekerja yang menggunakan komputer lama bekerja maksimal 4 jam.

Pengaruh pemberian static stretching dan efflaurage massageberpengaruh terhadap penurunan nyeri. Berdasarkan hasil uji pengaruh p < 0,05 yang artinya adanya pengaruh setelah diberikan perlakuan. Dilihat dari hasil Analisis Uji Mann Whitney Test dengan hasil 0,000 yang berarti ada perbedaan pengaruh antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Dengan pemberian efflaurage massage dengan tindakan penekanan oleh tangan atau thumb dengan ritmis dan secara ringan pada jaringan otot tanpa menyebabkan pergeseran atau perubahan posisi sendi untuk menurunkan nyeri, menghasilkan relaksasi dan meningkatkan sirkulasi. Massage memiliki efek mekanis yaitu tehnik menekan dan mendorong secara ritmis menyebabkan terjadinya pengosongan dan


(4)

8

pengisian pembuluh vena. Efek reflektoris yaitu massage menimbulkan pacuan terhadap saraf, peredaran darah yang menimbulkan proses vaso kontriksi yang diikuti dengan vasodilatasi lokal sehingga memperlancar peredaran darah. Sedangkan efek khemis menyebabkan terbebasnya suatu zat sejenis histamin yang memberi efek dilatasi terhadap pembuluh darah kapiler (Walin & Esti, 2015). Static stretching sendiri memiliki efek ketika gaya regang yang diaplikasikan pada otot maka akan merangsang muscle spindel dan Golgi Tendon Organ. Muscle spindle akan terangsang apabila stretching dilakukan secara cepat, afferent prime dan sekunder dari serabut otot intrafrusal melalui alpha motor neuron pada medula spinalis. Akibatnya akan mengaktivitas stretch reflex dan meningkatkan ketegangan otot yang diregangkan (Kisner dan Colby, 2007). Namun, apabila stretching dilakukan secara lambat pada otot maka GTO akan terstimulasi dan akan menginhibisi ketegangan pada otot (Wismanto, 2011). Kedua hal tersebut akan mengakibatkan rileksasi pada musculotendinous yang mengalami keterangan dan akan menurunkan persepsi nyeri.

3.9 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan dalam pelaksanaannya, yaitu peneliti tidak dapat mengontrol responden aktivitas sehari-hari yang dilakukan responden secara keseluruhan, Peneliti sedikit kesulitan menjelaskan alat ukur kepada responden dan peneliti mengalami kesulitan menerapkan aplikasi treatment kepada responden ketika di tempat kerja.

4 PENUTUP

Kesimpulan dari hasil penelitian yang telah di uji stastistik dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh static stretching dan efllaurage massage terhadap penurunan nyeri pada myofascial pain syndrome otot upper trapezius. Pada kelompok perlakuan lebih baik dari pada kelompok kontrol.


(5)

9

PERSANTUNAN

Puji syukur kepada Allah SWT yang selama ini telah menuntunku dan memberikan jalan untuk menuju akhir yang indah, memberiku kesehatan sehingga Maimun dapat menyeleseaikan Skripsi ini tepat waktu. Bapak Ibu tercinta “Ramto dan Juminah” yang selalu kasih dukungan, doa yang tiada hentinya, nasehat, dan kasih sayang yang tidak akan pernah tergantikan sampai akhir hayat. Maaf kalo Maimun suka mengeluh suka nyusahin Bapak Ibu. Kakakku Sri, Suyono dan ponakanku Jagat, Bagas dan Putri tersayang makasih ya udah bantuin aku, mau nemenin aku di rumah dan menunggu aku pulang kerja. Buat kamu “Tegar Rinaldi” makasih buat support, doa, dan bawelnya kamu.Tim Loket Kereta Api Cilejit Bogor banyak-banyak terimakasih untuk bantuannya, kerja samanya, support dan doanya. Pembimbing skripsi yang selalu sabar IbuIsnaini Herawati, S. Fis, M.Sc terimakasih sudah sabar membimbing saya ibu. Temen-temen susah seneng bareng-bareng, Nia, Fajar, Arif, Agil, Iqbal, Diana dan Bintari makasih sudah selalu ada dari awal hingga akhir kuliah. Temen-temen angkatan “Fisioterapi Transfer 2015 UMS” terimakasih sudah menjadi teman yang baik selama kuliah semoga kelak tidak saling melupakan. Buat semua dosen-dosen FIK UMS terimakasih sudah membimbing. Terimakasih untuk Bapak Gunawan yang selalu mendukung dan memberi ijin untuk kuliah kembali hingga selesai dan rekan Kerja Fisioterapi di Klinik Physiotherapy Center karena kalian selalu mengerti saya dan tau caranya buat menghiburku.

DAFTAR PUSTAKA

Chaitow, L. 2003. Modern Neuromuscular Techniques : Second Edition. Chuchill Livingstone Elservier Science Limited. London : University of Westminster. Dammerholt, J. 2006. Myofascial Trigger Point An Evidence Informed Review. The


(6)

10

Eduardo, V., Romero., Jordi Casco, E., & Cosme, G. 2009. Myofascial Pain Syndrome Associated With Trigger Point : A Literature Review.

Hardjono & Azizah. 2005. Pengaruh Penambahan Contact RelaxStretching pada Intervensial Current dan Ultrasound Terhadap Pengurangan Nyeri pada Sindroma Myofascial Otot Supraspinatus. Fisioterapi Universitas Esa Unggul: Jakarta.

Kisner, C & Colby, L.A. 2007. Therapeutic Exercise Foundation and Techniques.6th ed. Philadelphia: F.A Davis Company.

Makmuriyah & Sugijanto. 2013. Iontophoresis Dislofenac Lebih Efektif Dibandingkan Ultrasound terhadap Pengurangan Nyeri Myofascial Syndrome Musculus Upper Trapezius. Jurnal Fisoterapi. Vol. 13, No. 1, 17-32.

Walin, H & Esti D, W. 2015. Pengaruh Tehnik Relaksasi Front Effleurage Terhadap Nyeri Disminore. Journal Riset Kesehatan. Vol 4. No.3.

Wismanto. 2011. Pelatihan Metode Active Isolated Stretching Lebih Efektif Dari Pada Contract relax Stretching dalam Meningkatkan Fleksibilitas Otot Hamstring. 11 (1) : 77-95.


Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS MUSCLE ENERGY TECHNIQUE DAN STATIC Efektivitas Muscle Energy Technique dan Static Stretching terhadap Keluhan Myofascial Pain Syndrome Otot Upper Trapezius pada Pekerja Batik Laweyan Surakarta.

0 6 15

EFEKTIVITAS MUSCLE ENERGY TECHNIQUE DAN STATIC Efektivitas Muscle Energy Technique dan Static Stretching terhadap Keluhan Myofascial Pain Syndrome Otot Upper Trapezius pada Pekerja Batik Laweyan Surakarta.

2 18 16

PENDAHULUAN Efektivitas Muscle Energy Technique dan Static Stretching terhadap Keluhan Myofascial Pain Syndrome Otot Upper Trapezius pada Pekerja Batik Laweyan Surakarta.

0 3 5

DAFTAR PUSTAKA Efektivitas Muscle Energy Technique dan Static Stretching terhadap Keluhan Myofascial Pain Syndrome Otot Upper Trapezius pada Pekerja Batik Laweyan Surakarta.

0 13 5

PENGARUH PEMBERIAN STATIC STRETCHING DAN Pengaruh Pemberian Static Stretching Dan Efflaurage Massage Terhadap Penurunan Nyeri Leher Myofascial Pain Syndrome M. Upper Trapezius.

1 4 16

PENDAHULUAN Pengaruh Pemberian Static Stretching Dan Efflaurage Massage Terhadap Penurunan Nyeri Leher Myofascial Pain Syndrome M. Upper Trapezius.

0 5 5

DAFTAR PUSTAKA Pengaruh Pemberian Static Stretching Dan Efflaurage Massage Terhadap Penurunan Nyeri Leher Myofascial Pain Syndrome M. Upper Trapezius.

0 11 4

PENGARUH PEMBERIAN ISCHEMIC COMPRESSION DAN STRETCHING EXERCISE TERHADAP PENURUNAN Pengaruh Pemberian Ischemic Compression Dan Stretching Exercise Terhadap Penurunan Nyeri Myofascial Trigger Point Syndrome Otot Upper Trapezius Pada Mahasiswa Am

0 1 17

PERBEDAAN PENGARUH ANTARA AUTO STRETCHING DENGAN Perbedaan Pengaruh Antara Auto Stretching Dengan Massage Dan Traksi Cervical Terhadap Nyeri Leher Karena Myostatic Upper Trapezius.

0 1 18

PERBEDAAN PENGARUH ANTARA AUTO STRETCHING DENGAN Perbedaan Pengaruh Antara Auto Stretching Dengan Massage Dan Traksi Cervical Terhadap Nyeri Leher Karena Myostatic Upper Trapezius.

0 1 16