PENINGKATAN PENALARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI THINK PAIR SHARE BERBASIS PENINGKATAN PENALARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI THINK PAIR SHARE BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING (PTK pada Siswa Kelas X Multimedia B Semester Genap SMK Negeri 9 Surakarta Tahu

(1)

PENINGKATAN PENALARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI THINK PAIR SHARE BERBASIS

PROBLEM BASED LEARNING

(PTK pada Siswa Kelas X Multimedia B Semester Genap SMK Negeri 9 Surakarta Tahun 2016/ 2017)

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Oleh:

TSANIATU MAIMUNNAH A410130205

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017


(2)

(3)

(4)

(5)

PENINGKATAN PENALARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI THINK PAIR SHARE BERBASIS

PROBLEM BASED LEARNING

(PTK pada Siswa Kelas X Multimedia B Semester Genap SMK Negeri 9 Surakarta Tahun 2016/ 2017)

Abstrak

Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan penalaran matematika siswa kelas X Multimedia B SMK Negeri 9 Surakarta dengan strategi Think Pair Share berbasis Problem Based Learning. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Subjek yang memberi tindakan dalam penelitian ini adalah guru dan subjek penerima tindakan adalah siswa kelas X Multimedia B SMK Negeri 9 Surakarta yang berjumlah 32 siswa, terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan. Pelaksanaan tindakan kelas dilaksanakan dalam dua siklus yang terdiri dari dua pertemuan. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, metode tes, catatan lapangan, dan dokumentasi. Teknik analisis menggunakan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Validitas data menggunakan teknik triangulasi penyidik. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan penalaran matematika didasarkan beberapa indikator berikut: (1) siswa yang mampu menyajikan pernyataan matematika secara lisan sebelum tindakan 12,5% dan setelah tindakan menjadi 63%, (2) siswa yang mampu memberikan alasan/ bukti terhadap kebenaran solusi sebelum tindakan 31,25% setelah tindakan menjadi 70%, (3) siswa yang mampu menarik kesimpulan dari pernyataan sebelum tindakan 8% setelah tindakan menjadi 66,67%.

Kata Kunci: penalaran matematika, problem based learning, think pair share.

Abstract

The purpose of this research is to increase mathematical reasoning for X grade students Multimedia N SMK Negeri 9 Surakarta through Think Pair Share strategy with Problem Based Learning principal. This type of research is a classroom action research. The subjects who give the action in this research is the teacher and the subject of the action recipients are students of X grade Multimedia B SMK Negeri 9 Surakarta which have 32 students, consisting of 17 male students and 15 female students. The implementation of a class action was conducted in two cycles consisting of two meetings. Technique of collecting data conducted with using observation, test methods, field notes, and documentation. Technique of analysis data was using reduction, data presentation, and conclusion. The validity of the data used investigation triangulation techniques. The results of the research showed there was increasing of mathematical reasoning is based on several indicators, there were: (1) students who are able to serve mathematical declaration with spoken was 12.5% before the action research and 63% after giving the action research, (2) students who are able to give a reason / evidence of the truth of solution showed 31.25% and changes to 70% after the action research, (3) students who are able to pull the conclusion before action research was 8% and increasing to 66.67%.


(6)

1. PENDAHULUAN

Matematika merupakan mata pelajaran yang wajib ditempuh di setiap jenjang pendidikan. Namun sampai saat ini matematika dianggap sebagai mata pelajaran yang sukar dipahami oleh sebagian siswa dibanding dengan mata pelajaran lain. Padahal matematika mempunyai peranan penting dalam memainkan peran hidup.

Matematika tidak hanya sebagai ilmu, tetapi juga sebagai dasar logika penalaran dan penyelesaian kuantitatif yang dipergunakan dalam ilmu lain. Salah satu tujuan mata pelajaran matematika di sekolah adalah menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika (Riyanto, 2011). Ini juga didukung oleh Ball, Lewis &

Thamel, bahwa “mathematical reasoning is the foundation for the construction of mathematical knowledge”. Hal ini berarti penalaran matematika adalah fondasi untuk mendapatkan atau menkonstruk pengetahuan matematika. Namun, justru salah satu hal yang menyebabkan beberapa siswa gagal dalam menguasai pokok-pokok bahasan dalam matematika dengan baik yaitu karena siswa kurang menggunakan nalar yang logis dalam menyelesaikan persoalan matematika yang diberikan. Penalaran siswa dalam matematika terlihat pada kemampuan siswa menganalisis masalah matematika yang ada untuk mendapatkan jawaban yang logis. Di samping pemahaman, komunikasi, dan pemecahan masalah, penalaran matematika juga berdampak pada hasil belajar matematika karena penalaran matematika sebagai kompetensi dasar matematika.

Berdasarkan Peraturan Dirjen Dikdasmen No.506/C/PP/2004, indikator-indikator penalaran antara lain: (1) kemampuan menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar dan diagram, (2) kemampuan mengajukan dugaan, (3) kemampuan melakukan manipulasi matematika, (4) kemampuan menyusun bukti, memberikan alasan /bukti terhadap kebenaran solusi, (5) kemamapuan menarik kesimpulan dari


(7)

pernyataan, (6) memeriksa kesahihan suatu argument, (7) menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di SMK Negeri 9 Surakarta, kemampuan penalaran matematika masih relatif rendah. Hal tersebut ditunjukkan dari pengamatan di kelas X Multimedia B yang berjumlah 32 siswa, 17 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan. Dari jumlah siswa tersebut, terdapat beberapa permasalahan yang meliputi, siswa yang mampu menyajikan pernyataan matematika secara lisan sebanyak 4 orang (12,5%), siswa yang mampu menyusun alasan/ bukti sebanyak 10 orang (31,25%), siswa yang mampu menarik kesimpulan sebanyak 8 orang (25%).

Rendahnya kemampuan penalaran matematika disebabkan siswa cenderung pasif dalam proses pembelajaran dan rasa tanggung jawab pada siswa masih belum maksimal. Selain permasalahan tersebut, permasalahan lain dalam pembelajaran matematika yang ditemukan yaitu kegiatan pembelajaran yang diterapkan masih berpusat pada guru. Strategi pembelajaran yang diterapkan masih bersifat konvensional, yang hanya berlangsung satu arah. Sehingga guru belum maksimal untuk mengikutsertakan siswa dalam berpikir dan bernalar secara kritis dan menyebabkan proses belajar mengajarnya terkesan monoton.

Sebagai alternatif dari permasalahan tersebut, guru diharapkan dapat menerapkan strategi pembelajaran yang bervariasi agar siswa mampu aktif dan bernalar secara kritis. Salah satunya dengan menerapkan strategi Problem Based Learning. Menurut Kalliapan (2012: 48) co-operative learning method can be used in every area and every level by the developing countries, which can fulfill the deficiencies in the education system. Maksudnya metode pembelajaran kooperatif dapat digunakan dalam setiap daerah dan setiap tingkat dengan negara-negara berkembang, yang dapat memenuhi kekurangan dalam sistem pendidikan. Dari studi penelitian perbandingan prestasi belajar dengan Cooperative-Based Learning di kelas normal, ditemukan bahwa Cooperative-Based Learning membantu siswa meningkatkan prestasi (Rattanatumma : 2016). Menurut Bern dan Erickson (2001: 5) dalam


(8)

Komalasari (2013:58) menegaskan bahwa pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan siswa dalam memecahkan masalah dengan mengintegrasikan berbagai konsep dan keterampilan dari berbagai disiplin ilmu. Strategi ini meliputi mengumpulkan dan menyatukan informasi serta mempresentasikan penemuan. Tujuan pembelajaran dalam Problem Based Learning ditentukan oleh siswa sehingga dapat menekankan keterlibatan siswa secara aktif dan kritis, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator. Dalam penelitian ini, akan dibuat variasi pembelajaran, yaitu akan memadukan model Problem Based Learning dengan Think Pair Share.

Menurut Hamdayama (2014: 201) TPS (Think Pair Share) merupakan suatu teknik sederhana dengan kuntungan besar. TPS dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengingat suatu informasi dan seorang siswa juga dapat belajar dari siswa lain serta saling menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum disampaikan di depan kelas. Selain itu, TPS juga dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam kelas.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan penalaran matematika siswa kelas X Multimedia B SMK Negeri 9 Surakarta dengan penerapan strategi Think Pair Share berbasis Problem Based Learning.

2. METODE

Jenis penelitian berdasarkan pendekatannya adalah kualitatif. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Mulyadi (2015: 22) PTK adalah pencermatan yang dilakukan oleh orang- orang yang terlibat di dalamnya (guru, peserta didik, kepala sekolah) dengan menggunakan metode refleksi diri dan bertujuan untuk melakukan perbaikan di berbagai aspek pelajaran.

Penelitian dilaksanakan di SMK Negeri 9 Surakarta kelas X Multimedia B tahun ajaran 2016/ 2017, yang beralamat di jl. Tarumanegara, Banjarsari, Banyuanyar, Surakarta. Peneliti mengadakan penelitian di tempat ini dengan pertimbangan bahwa sekolah ini belum pernah dilakukan penelitian


(9)

dengan judul yang sama dan peneliti merasa perlu meningkatkan penalaran matematika yang tergolong masih rendah.

Dalam penelitian ini yang bertindak sebagai subjek penelitian yang memberi tindakan adalah guru matematika yaitu Munajat Maman S., S.Pd. dan subjek penelitian yang menerima tindakan kelas adalah siswa kelas X Multimedia B dengan jumlah siswa sebanyak 32 siswa, yang terdiri dari 17 siswa laki- laki dan 15 siswa perempuan.

Pengambilan dilakukan dengan teknik observasi, catatan lapangan, dokumentasi, dan metode tes. Teknik analisis data pada penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu: reduksi data, penyajuan data, dan penarikan kesimpulan. Prosedur penelitian dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu: dialog awal, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan monitoring, refleksi, evaluasi, dan penyimpulan. Pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi penyidik. Menurut Moleong (2009: 331) triangulasi penyidik adalah teknik triangulasi dengan jalan memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Peneliti telah merangkum data-data yang diperoleh mengenai kemampuan penalaran matematika siswa dalam pembelajaran matematika materi identitas trigonometri pada siswa kelas X Multimedia B SMK Negeri 9 Surakarta dengan menerapkan strategi Think Pair Share berbasis Problem Based Learning dari sebelum tindakan sampai akhir dilakukan tindakan siklus II dapat diamati dalam tabel 1. berikut.


(10)

Tabel 1. Data Peningkatan Penalaran Matematika

Indikator Penalaran Matematika Sebelum Tindakan

Sesudah Tindakan

Siklus I Siklus II

a. Kemampuan dalam menyajikan pernyataan matematika secara lisan

4 siswa (12,5%)

12 siswa (41,38%)

19 siswa (63%)

b. Kemampuan menyusun alasan /bukti terhadap kebenaran solusi

10 siswa (31,25%)

16 siswa (55,17%)

21 siswa (70%)

c. Kemampuan menarik kesimpulan dari pernyataan.

8 siswa (25%)

14 siswa (48,27%)

20 siswa (66,67%) Berdasarkan tabel 1. dapat kita amati peningkatan penalaran matematika siswa kelas X Multimedia B SMK Negeri 9 Surakarta dari sebelum tindakan sampai akhir dilaksanakan tindakan siklus II. Dari data tabel tersebut dapat disajikan dalam grafik sebagai berikut:

Gambar 1. Grafik Peningkatan Penalaran Matematika

Dari tabel 1. dan grafik 1. di atas maka dapat diketahui bahwa kemampuan penalaran matematika siswa SMK Negeri 9 Surakarta mengalami peningkatan dari sebelum tindakan sampai tindakan siklus II dengan menggunakan strategi

0,00% 20,00% 40,00% 60,00% 80,00% Sebelum Tindakan

Siklus I Siklus II

B a ny a k Sis w a ( N) Tindakan

Grafik Penalaran Matematika

Kemampuan dalam menyajikan pernyataan matematika secara lisan Kemampuan menyusun alasan /bukti terhadap kebenaran solusi Kemampuan menarik kesimpulan dari pernyataan


(11)

Think Pair Share berbasis Problem Based Learning. Hal ini dapat dilihat dari hasil perbandingan antar siklus, yaitu siklus I dan siklus II sebagai berikut: a. Kemampuan dalam menyajikan pernyataan matematika secara lisan

Peningkatan pada indikator ini dapat dilihat dari banyaknya siswa yang unjuk jari ketika menjawab pertanyaan dari guru atau mampu mengajukan ide/ gagasan secara lisan pada saat kegiatan pembelajaran sedang berlangsung. Pada kondisi awal, kemampuan siswa dalam menyajikan matematika secara lisan masih rendah, yaitu sebanyak 4 siswa (12,5%). Hal ini dilihat dari data kondisi awal sebelum dilakukan tindakan. Data ini diambil ketika pembelajaran berlangsung, yaitu ketika peneliti melakukan kegiatan Magang 3 di SMK Negeri 9 Surakarta. Pada proses pembelajaran ini, siswa terlihat pasif, mereka masih malu unjuk jari untuk mengemukakan pendapat serta malu dalam bertanya kepada guru.

Pada tindakan kelas siklus I mengalami peningkatan dibandingkan dengan sebelum dilakukan tindakan. Banyak siswa yang mampu menyajikan matematika secara lisan meningkat menjadi 12 siswa (41,38%). Hal ini menunjukkan bahwa beberapa siswa sudah mampu menyajikan matematika secara lisan. Namun, peningkatan tersebut belum maksimal karena belum memenuhi target yang diharapkan oleh peneliti. Berikut adalah gambar dari kemampuan siswa dalam menyajikan matematika secara lisan.


(12)

Gambar 2. menunjukkan bahwa siswa sudah mulai berperan aktif dalam proses pembelajaran. Terlihat bahwa siswa mulai berani unjuk jari untuk menyajikan pernyataan matematika secara lisan, baik bertanya maupun menyampaikan ide/ gagasan.

Setelah dilakukan perbaikan pada siklus II, kemampuan siswa dalam menyajikan matematika secara lisan meningkat lagi menjadi 19 siswa (63%). Peningkatan pada siklus II sudah baik karena banyaknya siswa yang mampu menyajikan matematika secara lisan melebihi capaian indikator yang diinginkan peneliti yaitu 60%.

b. Kemampuan menyusun alasan /bukti terhadap kebenaran solusi

Peningkatan pada indikator ini dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam menyusun langkah- langkah perhitungan dalam menyelesaikan soal matematika dengan benar yang dilakukan siswa secara tertulis. Pada kondisi awal, kemampuan siswa dalam menyusun alasan/ bukti terhadap kebenaran solusi sebanyak 10 siswa (31,25%). Pada siklus I kemampuan siswa dalam menyusun alasan/ bukti terhadap kebenaran solusi meningkat menjadi 16 siswa (55,17%). Pada siklus II meningkat lagi menjadi 21 siswa (70%). Peningkatan pada siklus II sudah baik karena banyaknya siswa yang mampu menyusun alasan /bukti terhadap kebenaran solusi melebihi capaian indikator yang diinginkan peneliti yaitu 65%. Berikut ini akan disajikan gambar dari pekerjaan siswa pada tabel 2 yang berisi gambar 3 dan gambar 4.

Tabel 2. analisis pekerjaan siswa menyusun alasan/ bukti terhadap kebenaran solusi

Soal pada siklus I: Buktikan bahwa:

(cos α + sin α)2 = 1 + 2sinα cosα. Kemudian berikan kesimpulan terhadap pekerjaan anda!

Soal pada siklus II: Buktikan bahwa:

 

.tan cos sec

sin   . Kemudian berikan kesimpulan terhadap pekerjaan anda!


(13)

Berdasarkan hasil pekerjaan siswa di atas menunjukkan bahwa siswa masih kesulitan dalam menyusun alasan /bukti terhadap kebenaran solusi yang berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menyusun langkah- langkah perhitungan dalam menyelesaikan soal matematika dengan benar, yang meliputi: diketahui, ditanya, dan dijawab. Namun sebagian siswa sudah mampu menyusun jawaban dengan benar.

Beberapa hasil pekerjaan siswa di atas menunjukkan bahwa siswa sudah mampu dalam menyusun alasan /bukti terhadap kebenaran solusi yang berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menyusun langkah- langkah perhitungan dalam menyelesaikan soal matematika dengan benar, yang meliputi: diketahui, ditanya, dan dijawab. Sebagian besar mereka sudah runtut dalam menjawab pertanyaan.

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 2. menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menyusun alasan /bukti terhadap kebenaran solusi mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Data yang diperoleh sebelum dilakukan tindakan ada 10 siswa (31,25%) yang mampu menyusun alasan /bukti terhadap kebenaran solusi , pada siklus I menjadi 16 siswa (55,17%) sedangkan pada siklus II menjadi 21 siswa (70%). c. Kemampuan menarik kesimpulan dari pernyataan

Peningkatan pada indikator ini dapat dilihat dari kemampuan siswa menarik kesimpulan dari proses memberikan alasan/ bukti terhadap pernyataan yang dilakukan siswa secara tertulis. Pada kondisi awal, kemampuan siswa dalam menarik kesimpulan dari pernyataan sebanyak 8 siswa (25%). Pada siklus I kemampuan siswa dalam menarik kesimpulan


(14)

dari pernyataan meningkat menjadi 14 siswa (48,27%). Pada siklus II meningkat lagi menjadi 20 siswa (66,67%). Peningkatan pada siklus II sudah baik karena banyaknya siswa yang mampu menarik kesimpulan dari pernyataan melebihi capaian indikator yang diinginkan peneliti yaitu 65%. Berikut ini akan disajikan gambar dari pekerjaan siswa pada tabel 3. yang berisi gambar 5. dan gambar 6.

Tabel 3. analisis pekerjaan siswa menarik kesimpulan dari pernyataan Soal pada siklus I:

Buktikan bahwa:

(cos α + sin α)2 = 1 + 2sinα cosα. Kemudian berikan kesimpulan terhadap pekerjaan anda!

Soal pada siklus II: Buktikan bahwa:

 

.tan cos sec

sin   . Kemudian berikan kesimpulan terhadap pekerjaan anda!

Jawaban siswa: Jawaban siswa:

Berdasarkan hasil pekerjaan siswa di atas menunjukkan bahwa siswa belum mampu dalam menarik kesimpulan dari pernyataan. Kesimpulan itu seharusnya merujuk pada pertanyaan yang ada di soal. Dilihat dari jawaban siswa tersebut, maka jawaban yang diberikan/ ditulis belum spesifik.

Berdasarkan hasil pekerjaan siswa di atas menunjukkan bahwa siswa sudah mampu dalam menarik kesimpulan dari pernyataan. Jawaban yang ditulis sudah merujuk pada pertanyaan yang ada di soal dan jawaban sudah jelas dan runtut.

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 3. menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menarik kesimpulan dari pernyataan mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Hal ini dapat dilihat dari pekerjaan siswa mengenai kesimpulan dari suatu pernyataan. Data yang diperoleh sebelum dilakukan tindakan siswa yang mampu menarik kesimpulan dari


(15)

suatu pernyataan ada 8 siswa (25%), pada siklus I menjadi 14 siswa (48,27%) sedangkan pada siklus II menjadi 20 siswa (66,67%).

Berdasarkan hasil di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan menerapkan strategi Think Pair Share berbasis Problem Based Learning dapat meningkatkan penalaran matematika siswa sesuai yang diharapkan peneliti. Pernyataan ini didukung didukung peneliti terdahulu yang dilakukan oleh Natalliasari (2014), dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Penelitian Reviandari W., dkk. (2015), dalam penelitiannya yang berjudul The Impact of Problem-Based Learning

Approach to Senior High School Student’s Mathematics Critical Thinking

Ability menyimpulkan bahwa siswa yang mengikuti pendekatan pembelajaran berbasis masalah memiliki tingkat berpikir kritis lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Penelitian dari Padmavathy, R. D. dan K. Mareesh (2013) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa strategi Problem Based Learning memiliki efek yang memberikan peluang lebih besar bagi siswa untuk meningkatkan aktivitas belajar dan motivasi siswa.

4. PENUTUP 4.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan menerapkan strategi Think Pair Share berbasis Problem Based Learning dapat meningkatkan penalaran matematika siswa berdasarkan indikator menyajikan pernyataan matematika secara lisan, menyusun alasan /bukti terhadap kebenaran solusi dan menarik kesimpulan dari pernyataan. Hal ini dapat dilihat dari tercapainya indikator-indikator penalaran matematika siswa, yaitu: (1) siswa yang mampu menyajikan pernyataan matematika secara lisan sebelum tindakan sebanyak 4 siswa (12,5%), siklus I


(16)

meningkat menjadi 12 siswa (41,38%), dan siklus II meningkat lagi menjadi 19 siswa (63%); (2) siswa yang mampu menyusun alasan /bukti terhadap kebenaran solusi sebelum tindakan sebanyak 10 siswa, siklus I meningkat menjadi 16 siswa (55,17%) dan siklus II meningkat lagi menjadi 21 siswa (70%); (3) siswa yang mampu menarik kesimpulan dari pernyataan sebelum tindakan sebanyak 8 siswa (25%), siklus I meningkat sebanyak 14 siswa (38,27%) dan siklus II meningkat lagi menjadi 20 siswa (66,67%).

4.2Saran

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan secara kolaborasi antara peneliti dan guru matematika kels X Multimedia B SMK Negeri 9 Surakarta tahun 2016/2017 dalam meningkatkan kemampuan penalaran matematika melalui strategi pembelajaran Think Pair Share berbasis Problem Based Learning, dapat diajukan saran agar menjadi masukan yang berguna, antara lain:

a. Guru dapat menerapkan strategi pembelajaran Think Pair Share berbasis Problem Based Learning untuk meningkatkan kemampuan penalaran matematika siswa.

b. Guru dapat menerapkan strategi pembelajaran yang bervariasi agar selama kegiatan pembelajaran tidak terkesan monoton.

c. Siswa harus lebih bersemangat dan aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran matematika di kelas.

d. Peneliti selanjutnya dapat menggunakan strategi pembelajaran yang lain untuk meningkatkan penalaran matematika siswa, sehingga peneliti selanjutnya dapat membandingkan strategi pembelajaran Think Pair Share berbasis Problem Based Learning dengan strategi yang lain. Selain itu peneliti juga dapat menerapkan strategi Problem Think Pair Share berbasis Problem Based Learning untuk mengatasi masalah yang lain yang muncul pada pembelajaran matematika.


(17)

DAFTAR PUSTAKA

Fatade, Alfred Olufemi, David Mogari, and Abayomi Adelaja Arigbabu. "EFFECT OF PROBLEM-BASED LEARNING ON SENIOR SECONDARY SCHOOL STUDENTS'ACHIEVEMENTS IN FURTHER MATHEMATICS." Acta Didactica Napocensia 6.3 (2013): 27, hal. 27-44. Diakses pada 20 November 2016, dari http://search.proquest.com/openview/e5977d94b071eda77b4c45e68467bee c/1?pq-origsite=gscholar&cbl=2028913

Hamdayama, Jumanta. 2014. Strategi dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter. Jakarta: Ghalia Indonesia

Kaliappan, T. (2012). Effectiveness of co-operative learning method in learning of mathematics among eighth standard students. i-Manager's Journal on Educational Psychology, 5(4), 48.

Komalasari, Kokom. 2013. Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi. Bandung: Refika Aditama.

Moleong, L.K.(2009). Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya

Natalliasari, I. (2013). Penggunaan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa MTS (Doctoral dissertation, Universitas Terbuka).Volume: Vol.1, No.1

Padmavathy, R. D., and K. Mareesh. "Effectiveness of Problem Based Learning In Mathematics." International Multidisciplinary e-Journal 2.1 (2013): 45-51. Diakses pada 20 November 2016, dari http://www.shreeprakashan.com/Documents/2013128181315606.6.%20Pad ma%20Sasi.pdf.

Rattanatumma, Tawachai, dan Vichian Puncreobutr. "Assessing the Effectiveness of STAD Strategi and Problem Based Learning in Mathematics Learning Achievement and Problem Solving Ability." Journal of Education and Practice 7.12 (2016): 194-199. Diakses pada 05 Februari 2017, dari https://eric.ed.gov/?id=EJ1099565

Riyanto, Bambang, and Rusdy A. Siroj. "Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Prestasi Matematika Dengan Pendekatan Konstruktivisme Pada Siswa


(18)

Sekolah Menengah Atas." Jurnal Pendidikan Matematika 5.2 (2014),Hal. 11. Diakses pada 13 September 2016, dari http://www.ejournal.unsri.ac.id/index.php/jpm/article/view/581

Utami, N. P. (2014). Kemampuan penalaran matematis siswa Kelas XI IPA SMAN 2 Painan melalui penerapan pembelajaran think pair square. Jurnal Pendidikan Matematika, 3(1).hal. 8

Widyatiningtyas, R., Kusumah, Y. S., Sumarmo, U., & Sabandar, J. (2015). THE IMPACT OF PROBLEM-BASED LEARNING APPROACH TO SENIOR

HIGH SCHOOL STUDENTS’MATHEMATICS CRITICAL THINKING


(1)

Berdasarkan hasil pekerjaan siswa di atas menunjukkan bahwa siswa masih kesulitan dalam menyusun alasan /bukti terhadap kebenaran solusi yang berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menyusun langkah- langkah perhitungan dalam menyelesaikan soal matematika dengan benar, yang meliputi: diketahui, ditanya, dan dijawab. Namun sebagian siswa sudah mampu menyusun jawaban dengan benar.

Beberapa hasil pekerjaan siswa di atas menunjukkan bahwa siswa sudah mampu dalam menyusun alasan /bukti terhadap kebenaran solusi yang berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menyusun langkah- langkah perhitungan dalam menyelesaikan soal matematika dengan benar, yang meliputi: diketahui, ditanya, dan dijawab. Sebagian besar mereka sudah runtut dalam menjawab pertanyaan.

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 2. menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menyusun alasan /bukti terhadap kebenaran solusi mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Data yang diperoleh sebelum dilakukan tindakan ada 10 siswa (31,25%) yang mampu menyusun alasan /bukti terhadap kebenaran solusi , pada siklus I menjadi 16 siswa (55,17%) sedangkan pada siklus II menjadi 21 siswa (70%). c. Kemampuan menarik kesimpulan dari pernyataan

Peningkatan pada indikator ini dapat dilihat dari kemampuan siswa menarik kesimpulan dari proses memberikan alasan/ bukti terhadap pernyataan yang dilakukan siswa secara tertulis. Pada kondisi awal, kemampuan siswa dalam menarik kesimpulan dari pernyataan sebanyak 8 siswa (25%). Pada siklus I kemampuan siswa dalam menarik kesimpulan


(2)

dari pernyataan meningkat menjadi 14 siswa (48,27%). Pada siklus II meningkat lagi menjadi 20 siswa (66,67%). Peningkatan pada siklus II sudah baik karena banyaknya siswa yang mampu menarik kesimpulan dari pernyataan melebihi capaian indikator yang diinginkan peneliti yaitu 65%. Berikut ini akan disajikan gambar dari pekerjaan siswa pada tabel 3. yang berisi gambar 5. dan gambar 6.

Tabel 3. analisis pekerjaan siswa menarik kesimpulan dari pernyataan Soal pada siklus I:

Buktikan bahwa:

(cos α + sin α)2 = 1 + 2sinα cosα. Kemudian berikan kesimpulan terhadap pekerjaan anda!

Soal pada siklus II: Buktikan bahwa:

 

.tan cos sec

sin   . Kemudian

berikan kesimpulan terhadap pekerjaan anda!

Jawaban siswa: Jawaban siswa:

Berdasarkan hasil pekerjaan siswa di atas menunjukkan bahwa siswa belum mampu dalam menarik kesimpulan dari pernyataan. Kesimpulan itu seharusnya merujuk pada pertanyaan yang ada di soal. Dilihat dari jawaban siswa tersebut, maka jawaban yang diberikan/ ditulis belum spesifik.

Berdasarkan hasil pekerjaan siswa di atas menunjukkan bahwa siswa sudah mampu dalam menarik kesimpulan dari pernyataan. Jawaban yang ditulis sudah merujuk pada pertanyaan yang ada di soal dan jawaban sudah jelas dan runtut.

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 3. menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menarik kesimpulan dari pernyataan mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Hal ini dapat dilihat dari pekerjaan siswa mengenai kesimpulan dari suatu pernyataan. Data yang diperoleh sebelum dilakukan tindakan siswa yang mampu menarik kesimpulan dari


(3)

suatu pernyataan ada 8 siswa (25%), pada siklus I menjadi 14 siswa (48,27%) sedangkan pada siklus II menjadi 20 siswa (66,67%).

Berdasarkan hasil di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan menerapkan strategi Think Pair Share berbasis Problem Based Learning dapat meningkatkan penalaran matematika siswa sesuai yang diharapkan peneliti. Pernyataan ini didukung didukung peneliti terdahulu yang dilakukan oleh Natalliasari (2014), dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Penelitian Reviandari W., dkk. (2015), dalam penelitiannya yang berjudul The Impact of Problem-Based Learning Approach to Senior High School Student’s Mathematics Critical Thinking

Ability menyimpulkan bahwa siswa yang mengikuti pendekatan

pembelajaran berbasis masalah memiliki tingkat berpikir kritis lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Penelitian dari Padmavathy, R. D. dan K. Mareesh (2013) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa strategi Problem Based Learning memiliki efek yang memberikan peluang lebih besar bagi siswa untuk meningkatkan aktivitas belajar dan motivasi siswa.

4. PENUTUP 4.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan menerapkan strategi Think Pair Share berbasis Problem Based Learning dapat meningkatkan penalaran matematika siswa berdasarkan indikator menyajikan pernyataan matematika secara lisan, menyusun alasan /bukti terhadap kebenaran solusi dan menarik kesimpulan dari pernyataan. Hal ini dapat dilihat dari tercapainya indikator-indikator penalaran matematika siswa, yaitu: (1) siswa yang mampu menyajikan pernyataan matematika secara lisan sebelum tindakan sebanyak 4 siswa (12,5%), siklus I


(4)

meningkat menjadi 12 siswa (41,38%), dan siklus II meningkat lagi menjadi 19 siswa (63%); (2) siswa yang mampu menyusun alasan /bukti terhadap kebenaran solusi sebelum tindakan sebanyak 10 siswa, siklus I meningkat menjadi 16 siswa (55,17%) dan siklus II meningkat lagi menjadi 21 siswa (70%); (3) siswa yang mampu menarik kesimpulan dari pernyataan sebelum tindakan sebanyak 8 siswa (25%), siklus I meningkat sebanyak 14 siswa (38,27%) dan siklus II meningkat lagi menjadi 20 siswa (66,67%).

4.2Saran

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan secara kolaborasi antara peneliti dan guru matematika kels X Multimedia B SMK Negeri 9 Surakarta tahun 2016/2017 dalam meningkatkan kemampuan penalaran matematika melalui strategi pembelajaran Think Pair Share berbasis Problem Based Learning, dapat diajukan saran agar menjadi masukan yang berguna, antara lain:

a. Guru dapat menerapkan strategi pembelajaran Think Pair Share berbasis Problem Based Learning untuk meningkatkan kemampuan penalaran matematika siswa.

b. Guru dapat menerapkan strategi pembelajaran yang bervariasi agar selama kegiatan pembelajaran tidak terkesan monoton.

c. Siswa harus lebih bersemangat dan aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran matematika di kelas.

d. Peneliti selanjutnya dapat menggunakan strategi pembelajaran yang lain untuk meningkatkan penalaran matematika siswa, sehingga peneliti selanjutnya dapat membandingkan strategi pembelajaran Think Pair Share berbasis Problem Based Learning dengan strategi yang lain. Selain itu peneliti juga dapat menerapkan strategi Problem Think Pair Share berbasis Problem Based Learning untuk mengatasi masalah yang lain yang muncul pada pembelajaran matematika.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Fatade, Alfred Olufemi, David Mogari, and Abayomi Adelaja Arigbabu. "EFFECT OF PROBLEM-BASED LEARNING ON SENIOR SECONDARY

SCHOOL STUDENTS'ACHIEVEMENTS IN FURTHER

MATHEMATICS." Acta Didactica Napocensia 6.3 (2013): 27, hal. 27-44.

Diakses pada 20 November 2016, dari

http://search.proquest.com/openview/e5977d94b071eda77b4c45e68467bee c/1?pq-origsite=gscholar&cbl=2028913

Hamdayama, Jumanta. 2014. Strategi dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter. Jakarta: Ghalia Indonesia

Kaliappan, T. (2012). Effectiveness of co-operative learning method in learning of mathematics among eighth standard students. i-Manager's Journal on Educational Psychology, 5(4), 48.

Komalasari, Kokom. 2013. Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi. Bandung: Refika Aditama.

Moleong, L.K.(2009). Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya

Natalliasari, I. (2013). Penggunaan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Pemecahan

Masalah Matematis Siswa MTS (Doctoral dissertation, Universitas

Terbuka).Volume: Vol.1, No.1

Padmavathy, R. D., and K. Mareesh. "Effectiveness of Problem Based Learning In Mathematics." International Multidisciplinary e-Journal 2.1 (2013): 45-51.

Diakses pada 20 November 2016, dari

http://www.shreeprakashan.com/Documents/2013128181315606.6.%20Pad ma%20Sasi.pdf.

Rattanatumma, Tawachai, dan Vichian Puncreobutr. "Assessing the Effectiveness of STAD Strategi and Problem Based Learning in Mathematics Learning Achievement and Problem Solving Ability." Journal of Education and Practice 7.12 (2016): 194-199. Diakses pada 05 Februari 2017, dari https://eric.ed.gov/?id=EJ1099565

Riyanto, Bambang, and Rusdy A. Siroj. "Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Prestasi Matematika Dengan Pendekatan Konstruktivisme Pada Siswa


(6)

Sekolah Menengah Atas." Jurnal Pendidikan Matematika 5.2 (2014),Hal. 11.

Diakses pada 13 September 2016, dari

http://www.ejournal.unsri.ac.id/index.php/jpm/article/view/581

Utami, N. P. (2014). Kemampuan penalaran matematis siswa Kelas XI IPA SMAN 2 Painan melalui penerapan pembelajaran think pair square. Jurnal Pendidikan Matematika, 3(1).hal. 8

Widyatiningtyas, R., Kusumah, Y. S., Sumarmo, U., & Sabandar, J. (2015). THE IMPACT OF PROBLEM-BASED LEARNING APPROACH TO SENIOR HIGH SCHOOL STUDENTS’MATHEMATICS CRITICAL THINKING ABILITY. Journal on Mathematics Education, 6(2), 107-116.


Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/201

0 4 54

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR SHARE BERBASIS OPEN-ENDED PROBLEM DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Trimurjo Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

1 17 68

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 1 Pringsewu Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 5 54

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) SISWA KELAS VB SD NEGERI 3 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 3 47

KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA TUNARUNGU MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE Ari Suningsih

0 0 10

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

0 0 9

PENINGKATAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI MELALUI TEKNIK THINK PAIR SHARE DI SMA NEGERI 2 KETAPANG

0 0 16

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN THINK PAIR SHARE DALAM PEMBELAJARAN IPS KELAS V

0 0 11

PENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI THINK PAIR SHARE PADA SISWA KELAS VIIIB TAMAN DEWASA IBU PAWIYATAN YOGYAKARTA

0 0 8

PENINGKATAN KEMAMPUAN SELF-REGULATED LEARNING (SRL) SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS)

1 1 13