Jokowi dan Evaluasi PDIP

A 10

Opini & Editorial

Suara Pembaruan

Selasa, 3 Februari 2015

Pemimpin Umum:
Theo L Sambuaga

SP

Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab:
Primus Dorimulu

Memihak Kebenaran

Editor at Large:
John Riady


Wakil Pemimpin Umum:
Randolph Latumahina

Tajuk Rencana

Jangan Biarkan KPK Lumpuh

K

omisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terancam lumpuh bila para pimpinannya
ditetapkan sebagai tersangka oleh Polri. Sesuai UU KPK Pasal 32 Ayat 1,
mereka yang ditetapkan sebagai tersangka harus mundur sebagai pimpinan
KPK. Bambang Widjojanto telah mundur dari jabatannya setelah ditetapkan sebagai tersangka atas kasus mengarahkan saksi memberikan keterangan palsu dalam
sidang sengketa Pilkada Kabupaten Kotawaringin Barat, di Mahkamah Konstitusi
pada 2010.
Tiga pimpinan KPK lainnya dilaporkan ke Bareskrim Polri atas tuduhan yang
berbeda. Ketua KPK Abraham Samad dituduh melakukan lobi politik menjelang
Pilpres 2014. Wakil Ketua KPK Zulkarnaen dibidik pelanggaran menerima Rp 5
miliar terkait kasus Program Penanganan Sosial Ekonomi Masyarakat saat menjadi
Kajati Jawa Timur pada 2008. Sedangkan Wakil Ketua KPK Adnan Pandu Praja

dituduh merampas kepemilikan saham dan aset secara ilegal di PT Desy Timber di
Berau, Kalimantan Timur.
Tanpa komisioner, KPK tak dapat berjalan. Kita tidak ingin lembaga yang kini
lebih tajam dari Kepolisian dan Kejaksaan dalam menguliti korupsi ini porak-poranda. Boleh saja personel KPK datang dan pergi, namun tidak bagi lembaganya.
Peran KPK sangat diperlukan ketika lembaga lain belum terlihat punya gigi memberantas korupsi. Sebab itu segala bentuk upaya penghancuran KPK, sebagai lembaga harus dilawan.
Solusi yang santer digulirkan seandainya seluruh pimpinan KPK menjadi tersangka adalah dengan memajukan pemilihan komisioner KPK yang sedianya dilaksanakan Desember 2015. Presiden tinggal mengeluarkan Perppu untuk memajukan pemilihan pimpinan KPK. Tim panitia seleksi (pansel) pimpinan KPK dibentuk
lantas terpilih pimpinan KPK yang baru.
Inilah kesempatan Presiden mencuci akuarium yang keruh. Dalam konteks
ketegagangan hubungan KPK-Polri, langkah presiden mempercepat pergantian
komisioner dianggap dapat membersihkan institusi tersebut dari personel-personel
bermasalah. Sedangkan dari pihak Polri, penyidikan terhadap calon Kapolri
Komjen Budi Gunawan dituntaskan. Harus diingat bahwa personel di lembaga penegak hukum mana pun bukanlah malaikat yang 100% tak punya atau tak akan
membuat kesalahan.
Langkah memajukan pergantian pimpinan KPK yang diusulkan beberapa anggota DPR itu tampaknya praktis. Namun, tak bisa dimungkiri pergantian pimpinan
bakal membuat penanganan kasus di KPK terbengkalai. Bukan tidak mungkin cara
pandang dan pertimbangan pimpinan KPK yang baru berbeda dari pimpinan sebelumnya, terutama kasus-kasus korupsi yang menjerat anggota partai politik dan
kasus paling aktual yakni kasus dugaan kepemilikan rekening gendut Komjen Budi
Gunawan.
Penggantian seluruh personel pimpinan KPK sebelum waktunya bisa dijadikan
pembenaran adanya upaya kriminalisasi terhadap KPK dengan tujuan merombak

para pimpinannya saat ini dan menggantikannya dengan yang baru yang sesuai
dengan kepentingan penguasa.
Pada peringatan 11 tahun KPK, tepatnya 29 Desember 2014 lalu, di kolom ini
ditulis bahwa tantangan paling dekat adalah pergantian komisioner yang dipastikan
tak akan lepas dari kepentingan politik. Mereka yang tak ingin diganggu oleh KPK
harus mengamankan kursi pimpinan KPK. Sedangkan tantangan abadi adalah upaya mempreteli kewenangan KPK yang terus berlanjut selama korupsi masih hidup.
Mereka yang terusik -baik perseorangan, kelompok, maupun lembaga- berusaha sekuat tenaga membubarkan KPK. Mengamputasi kewenangan yang dimiliki
KPK bisa dengan jalan merevisi UU KPK. Atau, yang lebih sistematis lagi adalah
dengan membidik satu persatu pimpinan KPK agar ‘jatuh’.
Jalan tengah adalah Perppu tentang pimpinan KPK yang menunjuk para pelaksana tugas pimpinan KPK. Mereka ini adalah para mantan pimpinan KPK sehingga
tak perlu memperdebatkan kredibiltasnya. Lebih dari itu mereka sudah paham benar mekanisme kerja lembaga sehingga penanganan kasus tidak terhambat.
Sebelum solusi mempercepat pemilihan komisioner KPK, baiklah kita berharap
pada kemungkinan lain, yakni Polri tidak sampai menetapkan para pimpinan KPK
saat ini sebagai tersangka, selain Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto yang sudah telanjur menjadi tersangka.
Dengan demikian, KPK masih dapat berjalan sekurangnya hingga Desember
nanti untuk menuntaskan kasus yang menjadi pekerjaan rumah. Kasus paling utama dan berkaitan dengan Polri adalah kasus yang menjerat calon Kapolri Komjen
Budi Gunawan. Memang sangat kecil kemungkinan Polri tidak melanjutkan proses
hukum terhadap para pimpinan KPK. Namun celah ini ada. Secara hukum, Polri
dimungkinkan menerbitkan SP3.
Hambatan terbesar justru pada atmosfir ketegangan hubungan KPK-Polri.

Saat ini masyarakat disuguhi pertunjukan kisruh KPK-Polri. Publik sulit untuk tidak
menyimpulkan bahwa persoalan perseorangan merembet ke dendam institusi.
Ketika pimpinannya diusik lantas institusinya bereaksi.
Bila asumsi awam ini memang terjadi pada kisruh KPK-Polri maka penegakan
hukum di negeri ini sudah salah kaprah. Harus disadari seorang jenderal polisi atau
ketua KPK bisa saja tersandung kasus. Dan bila kasus sang pimpinan diungkap
lembaga penegak hukum lain, jangan kemudian kaki tangannya mengatasnamakan institusi untuk melawan.
Presiden Jokowi sudah bertemu dengan Wakapolri Komjen Badrodin Haiti dan
Ketua KPK Abraham Samad. Jokowi berharap tidak terjadi gesekan antarkedua
lembaga penegak hukum ini. Nyatanya yang terjadi justru sebaliknya. Jokowi
tampaknya tetap tak ingin melakukan intervensi hukum. Namun begitu Presiden tak
boleh berpangku tangan membiarkan KPK lumpuh.

S A S A R A N
Menurut DPR BG tidak dilantik, Presiden Jokowi tak langgar UU.
– Tinggal cari calon Kapolri yang baru.
u
Januari terjadi delasi 0,24%, BI diimbau turunkan BI Rate.
– BI rate turun, perekonomian nasional makin terpacu pertumbuhannya.


Tulisan opini panjang 900 kata disertai riwayat hidup singkat,
foto kopi NPWP, foto diri penulis dikirim ke [email protected].
Bila setelah dua minggu tidak ada pemberitahuan dari redaksi,
penulis berhak mengirim ke media lain.

Jokowi dan Evaluasi PDI-P

D

i tengah kislengserkan (impeacruh persetehment) karena tinruan Polri
dakannya itu.
dan KPK sebagai
Pernyataan ini kian
buntut dari penetapmemperlihatkan kean calon tunggal
tidaknyamanan PDIKapolri Komjen
P terhadap Jokowi.
Budi Gunawan (BG)
Sebelumnya seorang
sebagai tersangka,
politisi PDI-P juga

Presiden Jokowi
menjadi pelapor pemengadakan pertetinggi KPK ke Polri.
m u a n d e n g a n IdIng RosyIdIn
Melihat apa yang
Prabowo Subianto.
telah dilakukan politiPertemuan tersebut jelas meng- si PDI-P terhadap Jokowi, sulit
undang perhatian publik karena dipercaya benar-benar terjadi.
Ketua Dewan Pembina Gerindra Bagaimana mungkin partai yang
tersebut merupakan rival Jokowi sejak awal menjadi pengusung
pada Pilpres 2014.
utama Jokowi kini seolah-olah
Banyak kalangan yang ber- memainkan peran oposisi, bahkan
tanya apa sesungguhnya yang berusaha “mendepak” Jokowi.
ingin dicari Jokowi sehingga
Yang sangat disayangkan
mengadakan pertemuan terse- adalah kerenggangan Jokowi
but? Apakah didasari oleh keke- dan PDI-P hanya karena persocewaan Jokowi terhadap partai alan egoisme pribadi. Mega mepengusung utamanya, PDI-P rasa seolah-olah Jokowi lagi
dan Ketua Umum Megawati mematuhi apa yang diinginkanSoekarnoputri karena belakang- nya. Para loyalis Mega di PDI-P
an terdapat kerenggangan hu- pun kompak berang terhadap
bungan di antara mereka? Jokowi karena dianggapnya tiBagaimana seharusnya PDI-P dak tahu “berterima kasih”.

sebagai partai pemerintah meBerdasarkan analisis di atas,
nyikapi situasi politik yang kian tidak mustahil Jokowi merasa
memanas itu?
semakin tidak nyaman bersama
Pertanyaan yang sangat PDI-P. Karena itu, meninggalmenggoda terkait pertemuan kannya merupakan alternatif
Jokowi-Prabowo tersebut ada- yang sangat memungkinkan.
l a h m u n g k i n k a h m a n t a n Dalam konteks inilah, pertemuGubernur DKI itu akan berpa- an Jokowi dan Prabowo dapat
ling ke KMP dan meninggalkan dipahami. Memang diketahui
KIH? Pertanyaan ini tidak berle- pertemuan itu hanya membahas
bihan jika melihat sinyal-sinyal masalah penyelesaian BG, tetakerenggangan hubungan antara pi bukan tidak mungkin ke deJokowi dan PDI-P (baca: Mega), pan akan ada kesepakatan-kesebahkan ada tanda-tanda Jokowi pakatan politik lainnya.
mulai menjaga jarak dengan
Elite-elite penentu di KMP
Mega dalam mengambil sejum- mulai menampakkan sikap lulah keputusan penting.
nak terhadap Jokowi. Aburizal
Setelah tidak segera melan- Bakrie, misalnya, kini tidak lagi
tik BG sebagai Kapolri baru, g a l a k p a d a p e m e r i n t a h a n
padahal diduga Mega mengi- Jokowi-JK setelah ada skema
nginkan hal yang sebaliknya, p e n y e l e s a i a n u t a n g - u t a n g
Jokowi
kemudian malah Lapindo oleh pemerintah.

mengangkat
Tim 9 tanpa ko- Kecenderungan yang sama bisa
m u n i k a s i d e n g a n M e g a . juga terjadi pada Prabowo deTindakan Jokowi tersebut ter- ngan penawaran-penawaran
nyata mendapatkan reaksi yang konsensi ekonomi-politik.
keras dari kalangan PDI-P.
Jika hal ini bisa dipegang
Reaksi paling keras terlihat Jokowi, tentu ia akan mudah
dari pernyataan salah seorang melakukan komunikasi politik
elite PDI-P yang menyiratkan dengan KMP untuk mendapatsecara terang benderang bahwa kan dukungan politik. Andai
Jokowi berpeluang untuk di- PDI-P tidak mau mengubah si-

kap politiknya terhadap Jokowi,
perpindahan haluan politik
Jokowi ke KMP hanya tinggal
menunggu waktu saja.
Mesti Berkaca
Jika skenario di atas terjadi,
maka yang dirugikan adalah
PDI-P. Pertama, PDI-P bisa ditinggalkan sendirian dalam peta
politik Indonesia. Paling jauh,

Nasdem yang dapat diandalkan
dari KIH karena kedekatan
Surya Paloh dengan Mega, tetapi parpol lainnya PKB, Hanura
dan PPP lebih cenderung ke
Jokowi. Situasi ini jelas sangat
merugikan PDI-P.
Kedua, citra PDI-P kian buruk di mata publik. Bukan rahasia lagi bahwa pendukung utama BG untuk menjadi Kapolri
adalah Mega. Oleh karena itu,
kalau PDI-P tetap pada posisi
seperti yang sekarang, maka kesan publik bahwa partai ini
menghendaki orang yang berstatus tersangka sebagai pejabat
publik kian menguat. Padahal
selama ini partai ini selalu menampilkan diri sebagai partai
yang anti korupsi.
Yang paling tepat dilakukan
PDI-P sekarang harus berani
mengkritisi Polri yang seperti
melakukan perlawanan terhadap
institusi KPK bahkan menyerukan pembatalan pelantikan BG.
PDI-P seharusnya mendukung

KPK sebagai lembaga penegak
hukum (pemberantas korupsi)
yang paling dipercaya, bukan
ikut merongrongnya dengan
melakukan pengaduan hukum
yang tidak jelas juntrungannya.
Inilah saatnya bagi PDI-P untuk melakukan evaluasi terhadap
tindakan politiknya. Sudah semestinya partai ini berada terus
di belakang Jokowi dalam memimpin pemerintahan ini.
Bagaimana pun kehadiran
Jokowi justru lebih menguntungkan PDI-P. Karena itu, kalau
sampai ditinggalkan Jokowi, kuburan politik siap menelannya.
PENULIS ADALAH DOSEN
KOMUNIKASI POLITIK FISIP UIN
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA DAN
DEPUTI DIREKTUR THE POLITICAL
LITERACY INSTITUTE