Kepemimpinan karismatik: studi tentang kepemimpinan politik Megawati Soekarno Putri dalam partai demokrasi Indonesia perjuangan

KEPEMIMPINAN KARISMATIK:
STUDI TENTANG KEPEMIMPINAN POLITIK
MEGAWATI SOEKARNOPUTRI DALAM PDIP
PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh
Hadi Mustafa
NIM: 1060320 1174

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431/2011

LEMBAR PERNYATAAN


Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya
asli saya atau merupakan hasil jiblakan dari karya orang lain, maka
saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN syarif
Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 13 Juni 2011

Hadi Mustafa

KEPEMIMPINAN KARISMATIK:
STUDI TENTANG KEPEMIMPINAN POLITIK
MEGAWATI SOEKARNOPUTRI DALAM PDIP
PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:
Hadi Mustafa
NIM: 10603201174

Di bawah bimbingan

A. Bakir Ihsan, M.Si
NIP: 19720412 200312 1 002

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431/2011

“Karma Nevad Ni Adikaraste

Ma Phalesu Kada Canna,”
“Kerjakan kewajibanmu dengan tidak menghitung-hitungkan akibatnya!”
(Presiden Soekarno)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul
STUDI

KEPEMIMPINAN KARISMATIK:

TENTANG

SOEKARNOPUTRI

KEPEMIMPINAN
DALAM

POLITIK

MEGAWATI


PARTAI DEMOKRASI INDONESIA

PERJUANGAN telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 17 Juni 2011. Skripsi ini
telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
pada Program Studi Ilmu Politik.

Jakarta, 17 Juni 2011
Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota,

Sekretaris Merangkap Anggota,

M. Zaki Mubarak, M.Si
NIP: 19730927 200501 1 008

Ali Munhanif, Ph.D
NIP: 19651212 19903 1 004


Anggota,
Penguji I

Penguji II

Idris Thaha, M.Si
NIP: 19660805 200112 1 001

M. Zaki Mubarak, M.Si
NIP: 19730927 200501 1 008

Pembimbing,

A. Bakir Ihsan, M.Si
NIP: 19720412 200312 1 002

ABSTRAK

Hadi Mustafa

Kepemimpinan Karismatik:
Studi Tentang Kepemimpinan Politik Megawati Soekarnoputri dalam PDIP
(Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan)

Nama Megawati Soekarnoputri muncul sebagai calon Ketua Umum PDI
(Partai Demokrasi Indonesia) terkuat pada Kongres Luar Biasa (KLB) PDI di
Surabaya, akibat dari kisruh kongres PDI IV di Medan yang berujung pada
kegagalan. Pemerintah sudah tidak suka dengan gaya kepemimpinan Soerjadi
yang terkesan sudah membandel dan tidak mau menuruti kemauan pemerintah.
Kemunculan nama Megawati itu ternyata di luar skenario pemerintah Orde Baru.
Mutlak kemenangan Megawati di KLB yang didukung oleh golongan bawah
sebagai simbol perlawanan terhadap intervensi pemerintah di internal partai
tersebut. Kemudian kemenangannya itu dilanjutkan dengan Musyawarah Nasional
(Munas) di Jakarta. Hal ini Menunjukkan bahwa Megawati merupakan pemimpin
karismatik yang berpengaruh dan bukan hanya sebagai ibu rumah tangga biasa.
Megawati bisa menjadi vote getter karena nama besar ayahnya yaitu
Soekarno (Presiden Pertama Indonesia) yang melekat pada dirinya. Ia merupakan
pemimpin karismatik yang digandrungi oleh para kader dan simpatisannya.
Resistensi sebagai ketua umum partai terhadap intervensi pemerintah, serta
sikapnya yang berani beroposisi layak ia disandingkan dengan para tokoh

nasional lainnya. Ia merupakan salah satu tokoh penggerak perubahan di
penghujung pemerintahan despotis Orde Baru.
Melalui penelitian ini penulis mencoba menjabarkan perihal bagaimana
Megawati menjadi pemimpin yang karismatik selain karena faktor trah dari
Soekarno. Kemudin penelitian ini juga menjawab bagaimana Megawati bisa
mempertahan kepemimpinan karismatiknya tersebut selama beberapa kali
memimpin Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
Megawati memiliki ciri-ciri sebagai pemimpin karismatik yaitu di
antaranya sebagai pemimpin yang percaya diri, memiliki visi misi, dan pelopor
perubahan. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan Megawati menjadi
pemimpin yang karismatik di dalam PDIP di antaranya karena faktor trah Bung
Karno, sistem kepartaian yang sangat sentralistik dan monoloyalitas kepada figur
sentral Megawati.

Kata kunci:
Megawati Soekarnoputri, oposisi, karismatik, dan Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan (PDIP).

i


KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kepada Ilahi

Robbi, Tuhan yang Maha

Sempurna. Sumber ilmu dari segala ilmu. Raja dari segala raja. Maha Pencipta
dari segala pencipta. Atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan
skripsi ini dapat diselesaikan. Solawat serta salam penulis tidak lupa haturkan
kepada baginda Nabi Besar Muhammad. Sebagai panutan abadi umat, pemimpin
yang mampu menjadi tauladan bagi semua.
Penulis menyadari jika penulisan skripsi ini tidak akan pernah selesai
tanpa bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Ini merupakan salah satu
capaian yang penulis hasilkan selama menempuh pendidikan di Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Terima kasih penulis haturkan kepada segenap civitas akademika UIN Jakarta:
kepada

Prof. Dr. Komaruddin Hidayat selaku Rektor UIN beserta staf dan

jajarannya,

Ucapan terima kasih kepada Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
(FISIP) Prof. Dr. Bahtiar Effendy beserta staf dan jajarannya. Dan juga Ketua
Program Studi Ilmu Politik Ali Munhanif, Ph.D. beserta M. Zaki Mubarak, M.Si
selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Politik.
Tak lupa penulis menyampaikan terima kasih kepada A. Bakir Ihsan,
M.Si selaku dosen pembimbing yang bersedia meluangkan waktu untuk
memberikan arahan dan bimbingan terhadap penulisan skripsi ini. Kepada Idris
Thaha, M.Si yang memberikan banyak kritik, masukan, serta saran kepada penulis
agar sabar dan teliti dalam menyusun karya ilmiyah.

ii

Ucapan

terima kasih

kepada segenap dosen FISIP UIN Jakarta, yang tidak bisa disebutkan satu per
satu tanpa mengurangi rasa hormat penulis kepada beliau semua.
Upacan terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada
kedua orang tua: Bapak Kariadi dan Ibu Widjiati yang memberikan segalanya

kepada penulis hingga sampai penulis tidak mampu membalas segala
pengorbanannya. Untuk keluarga besar dan para saudara tercinta yang telah
banyak memberikan doa kepada penulis: Ita Purwati, Syafa’atun, Robiatin,
Zaenab Hafidz, Cholidah, Iin Muthmainnah, Fathurahman, salam sayangku
selalu.
Kepada segenap Pengurus DPP PDIP yang telah memberikan banyak data
berupa informasi, sumber buku, dan wawancaranya sehingga penulis bisa lebih
mudah mengerjakan skripsi ini dengan baik.
Rasa terima kasih juga penulis sampaikan kepada segenap rekan, sahabat
dan juga teman: Kepada Anwar beserta segenap sahabat Pergerakan Mahasiswa
Islam Indonesia (PMII), Rosidi beserta kawan-kawan Front Mahasiswa Nasional
(FMN), rekan-rekan

Himpunan Mahasiswa Islam, (HMI), Dino Munfaidzin

beserta para punggawa Forum Kajian Ciputat School (CS), para aktivis Forum
Mahasiswa Politik Indonesia (Formapi), dan teman-teman di Vocational Training
Center (VTC) Pasar Rebo.
Kepada segenap teman seperjuangan; Dedi Candra, Prio Pamungkas,
Asharul Hakim, Altea Maria, Lukman Harfah, Santi vebriana, Afrina, Ahmad

Haris Hariri, Bara Ilyasa, Ahmad Riki, Yebi Ma’asan, Dede Sahruddin, Anwar
Saputra, dan teman-teman lainnya yang tidak bisa disebutkan satu per satu, yang

iii

telah memberikan masukan, dialog, dan juga pengalamannya sehingga penulisan
ini bisa terselesaikan.
Terakhir ucapan terima kasih kepada Listya Anggraeni beserta keluarga
besarnya di Bandung, yang telah banyak memberi dukungan, inspirasi, dan juga
semangat kepada penulis agar secepatnya menyelesaikan kuliah. Mereka
merupakan keluarga kedua bagi penulis.
Semoga apa yang penulis susun dalam skripsi ini bisa bermanfaat untuk
semua pada umumnya dan penulis sendiri pada khususnya. Saran dan masukan
yang membangun sangat penulis harapkan demi kemajuan penulisan selanjutnya.

Jakarta, 10 Juni 2011

Penulis

iv

DAFTAR ISI
ABSTRAK………………………………………………………………………...i
KATA PENGANTAR………………………………………………...…...…….ii
DAFTAR ISI………………………………………………………..………… ..v
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar BelakangMasalah…………………………….……...……..1
B. Batasan dan Rumusan Masalah…………………………………..8
C. Tujuan Penelitian ……………………………………….………..9
D. Manfaat Penelitian……………………………….………...……..9
E. Metode Penelitian …………………….……………………...…..9
F. Sistematika Penulisan……………….………………..…………11

BAB II TEORI KEPEMIMPINAN DAN PEMIMPIN KARISMATIK
A. Teori Kepemimpinan…………………………………………….13
B. Teori Kepemimpinan Karismatik……………...……..….………17

BAB III BIOGRAFI POLITIK MEGAWATI SOEKARNOPUTRI
A. Biografi Megawati Soekarnoputri………….………………….…20
B. Pemikiran dan Perjalanan Politik……………….…………….….23
C. Kemenangan Megawati sebagai Ketua Umum dalam
Setiap Kongres PDIP…………………………. ……………...…37
1. Kongres PDIP Pertama…….…………...………..………….37
2. Kongres PDIP Kedua……………………..….......…….……38
3. Kongres PDIP Ketiga ………………………...…..……..…..39

v

BAB IV KEPEMIMPINAN KARISMATIK;
POTRET KEPEMIMPINAN MEGAWATI SOEKARNOPUTRI
SEBAGAI PEMIMPIN PDIP
A. Sosok Megawati dalam Sifat-sifat
Kepemimpinan Karismatik……...……………...……………….43
1. Memiliki Rasa Percaya Diri…………….………………..…..43
2. Memiliki Visi dan Misi……………………………...……….45
3. Menjadi Sosok yang Fenomenal……………..…..……….…48
4. Menjadi Pahlawan yang Membawa Perubahan….………..…50
5. Mampu Memanfaatkan Situasi………………………………51
B. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Kepemimpinan
Karismatik Megawati Soekarnoputri dalam PDIP..................…..53
1. Megawati Memiliki Trah Bung Karno………...…………….53
2. Sistem Kekuasaan Partai…………….…………………….…55
3. Megawati Memposisikan Diri sebagai Tokoh
Oposisi Pemerintahan……………………...………………...58
4. Megawati Dijadikan sebagai Simbol Pemersatu Partai……..60
5. Megawati Mampu Menyelamatkan Ideologi Partai..…..……61
6. Loyalitas Kader kepada Figur Sentral…………....….....…....63
7. Megawati Memiliki Tim yang Mencitrakan Dirinya
sebagai Pemimpin Karismatik……………………….………63

vi

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………..…………66
B. Saran-Saran……………..………………………...………………69
DAFTAR PUSTAKA……………..………………………...……….…………71
LAMPIRAN……………..………………………...……………………..…… 75

vii

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Megawati Soekarnoputri merupakan salah satu pemimpin yang hadir dalam
sejarah proses kepemimpinan di negeri ini. Ia adalah putri sulung dari Presiden
Indonesia yang pertama, Soekarno. Sama seperti ayahnya, ia dikenal masyarakat
sebagai pemimpin karismatik. Ia dianggap sebagai salah satu tokoh perempuan
bermental baja yang berani mendobrak kekuatan politik Orde Baru (Orba). Dengan
tekat yang bulat, Megawati tampil berani menghadapi berbagai tantangan dan ujian.
Dia memasuki area kepemimpinan politik dengan segala kemampuan dan
keterbatasannya. Dengan keyakinan untuk menegakkan demokrasi dan reformasi di
republik ini. Hanya sedikit tokoh yang berani bertindak kala itu. Barulah setelah
Megawati mengadakan perlawanan terbuka terhadap kekuasaan yang represif,
keberanian tokoh-tokoh lainnya mulai ikut bangkit.1
Turunnya Megawati ke kancah politik dianggap sebagai mengingkari
kesepakatan keluarga besar Bung Karno untuk tidak terjun ke dunia politik. Trauma
politik keluarga itu ditabraknya. Megawati tampil menjadi primadona dalam
kampanye Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Pada 1987, Megawati mulai meniti
karier politiknya sebagai Wakil Ketua DPC PDI Jakarta Pusat. Walau tergolong
tidak banyak bicara, Megawati bisa menjadi vote getter karena nama besar Bung
Karno yang melekat pada dirinya. Nama Megawati dipasang sebagai calon daerah

“Megawati Soekarnoputri, “ dalam Ensiklopedi Tokoh Indonesia, diakses tanggal 10
Januari 2011 dari http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/285-ensiklopedi/247-presidenberkepribadian-kuat?start=1
1

1

2

pemilihan Jawa Tengah, yang merupakan basis PNI. Suara untuk PDI naik di daerah
pemilihan itu. Dia pun terpilih menjadi anggota DPR/MPR.2
Megawati mendeklarasikan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP)
pada 1998, Partai ini merupakan peralihan dan pemisahan dari Partai Demokrasi
Indonesia (PDI dideklarasikan 10 Januari 1973).3 Berdirinya PDIP merupakan buah
dari perjuangan Megawati mempertahankan kepemimpinannya dan menghidari
konflik dalam tubuh PDI.
Konflik itu terjadi ketika kongres PDI pada Juni 1996 di Medan,
kepemimpinan Megawati digoyang oleh pemerintah Orde Baru. Bahkan beberapa
tokoh dalam PDI yang disokong oleh pemerintah dengan terang-terangan menentang
kepemimpinan Megawati. Hal ini menyebabkan perpecahan dalam tubuh partai,
sehingga ada dua kubu yaitu PDI pro-Mega dan PDI pro-Surjadi.
Para aktivis dari berbagai elemen yang mendukung pergerakan Megawati
berkumpul dan berani berorasi secara bergantian untuk menumpahkan segala
kemarahan terhadap penguasa represif di Kantor DPP PDI Jalan Diponegoro, Jakarta.
Mereka datang dari berbagai daerah berkumpul di kantor tersebut. Keberanian yang
dibayar mahal, karena kantor itu kemudian diserang aparat keamanan dan orangorang tertentu atas kehendak rezim Orba. Peristiwa 1996 itu, kemudian dikenal
dengan sebutan Kudatuli (Kasus 27 Juli). Peristiwa

tersebut menjadi

inspirasi

perlawanan terhadap kekuasaan yang cenderung otoriter ketika itu. Tercatat muncul

2

Sumarno, Megawati Soekarnoputri dari Ibu Rumah Tangga sampai Istana Negara (Depok:
PT Rumpun Dian Nugraha, 2002), h. 12.
3
Julia I Suryakusuma, dkk., Almanak Parpol Indonesia Pemilu 99’ (Bogor: SMK Grafika Mardi
Yuana, 1999), h. 196.

3

aksi-aksi protes yang lebih banyak seperti di Bandung, Yogjakarta, dan Ujung
Pandang. Bukan hanya politisi yang mulai terinspirasi dan terpicu keberaniannya,
tetapi juga para pengamat yang sebelumnya bungkam malah ikut memuja-muji, dan
juga para mahasiswa yang turun bergerak bersama rakyat.4
Puncak dari sengketa di tubuh PDI adalah perebutan kantor DPP PDI pada 27
Juli 1996. Hasil konflik berdarah saat itu adalah meroketnya nama Megawati sebagai
lambang perlawanan terhadap Orde Baru yang berujung pada gerakan rakyat (people
power) 1998. Gerakan rakyat 1998 berujung pada pengunduran diri Presiden
Soeharto setelah 32 tahun berkuasa, sekaligus menjadi babak baru kehidupan
demokrasi di Indonesia. Peristiwa di internal PDI dan Peristiwa 27 Juli membuat
sosok Megawati kian berkibar sebagai pemimpin yang berkarisma dan berpengaruh.5
Trauma terhadap pemerintah yang sering melakukan campur tangan internal
partai, memaksa PDI pro-Mega untuk segera menyelenggarakan kongres V di Bali,
bulan Oktober 1998. Hasilnya Megawati terpilih kembali menjadi Ketua Umum
secara aklamasi untuk periode 1998-2003. Hasil keputusan kongres yang tak kalah
pentingnya yaitu mempertegas posisi partai, dengan artian sudah membedakan dan
memisahkan diri dari PDI pro-Soerjadi. Sehingga berguna

untuk membedakan

dengan PDI Soerjadi, Megawati memutuskan untuk pengganti nama dengan
menambahkan kata Perjuangan di belakang kata PDI dan juga merubah lambang
partai menjadi banteng moncong putih. Hal ini dilakukan untuk syarat mengikuti
Pemilu 1999 dan mencalonkan Megawati sebagai Presiden.
4

Max Lane, Bangsa Yang Belum Selesai, Indonesia Sebelum dan Sesudah Soeharto (Jakarta:
Reform Institute, 2007), h. 169-170.
5
Sumarno, Megawati Soekarnoputri, h. 26.

4

Pengenai pemikiran Megawati, setidaknya ada dua publikasi tertulis yang
menjelaskan pemikiranya tentang persoalan bangsa, yang pertama yang berjudul
Pokok-Pokok Pikiran Megawati, Bendera Sudah Saya Kibarkan

buku ini

diluncurkan Megawati menjelang kongres luar biasa PDI di Surabaya 1993, buku ini
berisi tentang pemikirannya berkaitan dengan pembelaan terhadap nasib rakyat yang
harus didahulukan, tentang konsep penegakkan demokrasi, persatuan dan kesatuan
bangsa, hak asasi manusia, dwi fungsi ABRI, kesenjangan sosial dan pembangunan
Indonesia.
Sedangkan buku kedua

adalah buku yang ditulis dalam bahasa Inggris:

Restoring Democrasi, Justice Andorder In Indonesia: An Agenda for Reform
(Menegakkan Demokrasi, Keadilan dan Ketertiban di Indonesia; Sebuah Agenda
Reformasi). Buku ini berisi tentnag manifesto setebal 20 halaman yang diluncurkan
sekitar April 1997 menjelang Pemilu. Manifesto itu berisi empat agenda reformasi
yaitu, reformasi politik, reformasi ekonomi, dan reformasi sosial dan tranformasi
budaya, dan reformasi hukum.6
Perjalanan politik Megawati sampai pada puncak kekuasaan di negeri ini,
yaitu terpilihnya ia sebagai Wakil Presiden Indonesia dan dua tahun selanjutnya ia
terpilih menjadi presiden Indonesia menggantikan Abdurrahman Wahid yang
menjabat presiden sebelumnya. Banyak para pengamat politik menyebutkan bahwa
kesuksesan Megawati sampai pada puncak tertinggi pemegang kekuasaan di negeri
ini karena ia merupakan pemimpin yang karismatik.

6

Ibid., h. 49.

5

Melalui penelitian yang disusun ini, penulis ingin menjawab pertanyaan
mengapa kepemimpinan karismatik itu bisa muncul dalam kondisi tertentu. Benarkah
sosok Megawati yang merupakan pemimpin karismatik yang muncul karena faktor
dari keturunan biologis Bung Karno semata? Dan bagaimana kepemimpinan
Megawati ini dilihat melalui kacamata teori kepemimpinan karismatik?
Penulis mencoba menyusun skripsi ini menggunakan teori dari Max Weber
tentang kepemimpinan karismatik. Weber mendefinisikan karisma sebagai suatu sifat
tertentu dari seseorang yang membedakan mereka dari orang kebanyakan dan
biasanya dipandang sebagai kemampuan atau kualitas supernatural, manusia super,
atau paling tidak daya-daya istimewa.7 Kemampuan-kemampuan ini tidak dimiliki
oleh orang biasa, tetapi dianggap sebagai kekuatan yang bersumber dari Tuhan, dan
berdasarkan hal ini seseorang kemudian dianggap sebagai seorang pemimpin
karismatik.
PDIP (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan) tidak bisa dipisahkan dari trah
Soekarno dan nama besar Megawati. Ini fakta yang mau tidak mau, suka atau tidak
harus diterima. Kita bisa melihat drama soal pergantian pemimpin utama partai dari
kongres ke kongres. Tidak ada yang berani menantang dengan mencalonkan diri
menjadi ketua umum selama Megawati masih mau duduk di sana. 8 Ketika Orde Baru,
Presiden Soeharto yang mencoba mengobok-obok PDI kepemimpinan Megawati
tidak pernah benar-benar berhasil dan berbuah kegagalan. Bahkan sejarah mencatat,

“Kepemimpinan,” dalam Ensiklopedia Wikipedia artikel diakses pada 7 Januari 2011 dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Kepemimpinan.
8
Lukman Ali, “Bung Karno dan Megawati dalam Retorika,” dalam Afdal Tanjung, Maju Tak
Gentar PDIP Berkibar (Jakarta: YPTN, 2000), h. 149.
7

6

PDIP di bawah kepemimpinan Megawati yang merupakan kelanjutan PDI menjadi
pemenang pada Pemilu 1999.
Pada masa pemerintahan Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY), hampir tidak
ada pemimpin partai yang berani terang-terangan menjadi partai oposisi yang mampu
mengimbangi pemerintah SBY. Partai-partai besar yang diharapkan beroposisi tidak
punya nyali berada di luar kekuasaan. Tinggallah partai PDIP, inilah kekuatan
Megawati saat ini yang masih tersisa, sebagai Ketua Umum PDIP ia memilih menjadi
penggerak oposisi terhadap pemerintah.9
Megawati dari kongres ke kongres selalu tak tertandingi, mutlak suara kader
mengiginkan ia terus menjadi ketua umum partai yang dideklarasikannya itu. Dari
kongres PDIP I yang dilaksanakan di Semarang pada 2000, hingga Kongres PDIP III
dilaksanakan pada 2010 di Pulau Dewata Bali, sudah bisa dipastikan sebelumnya
bahwa Megawati terpilih kembali sebagai ketua umum partai berlambang banteng
tersebut. Kenyataannya memang benar jika sang pendiri partai ini terpilih untuk yang
ketiga kalinya menjadi ketua umum periode 2010-2015. Terpilihnya Megawati ini
bagi banyak kalangan pengamat politik sebagai langkah mundur sebuah regenerasi
partai.
Kiranya amat mengherankan ketika kekalahan PDIP pada Pemilu 2004 dan
2009 dalam pemilihan legislatif maupun eksekutif, Kongres PDIP III justru
membulatkan pilihannya kepada Megawati sebagai Ketua Umum PDIP lagi. Walau
grafik popularitas partai cenderung menurun, tetap saja dari tingkat elit tokoh partai
Daniel Ronda, “Dinasti Sukarno–Megawati Sukarnoputri,” artikel diakses pada 8 Januari
2011
dari
http://politik.kompasiana.com/2010/04/06/dinasti-sukarno-%E2%80%93-megawatisukarnoputri/
9

7

sampai tingkat pengurusan daerah percaya bahwa Megawati masih cukup mampu
memegang kendali partai dan mampu menjadi magnet untuk menarik simpati rakyat
Indonesia pada Pemilu 2014 nanti.
Banyak pengamat politik yang memahami bahwa apa yang dilakukan partai
ini adalah sebuah upaya untuk tidak memecah konflik dalam internal tubuh partai.
Megawati telah membangun PDIP menjadi sebuah organisasi politik yang solid
sehingga terus bertahan hingga saat ini. Kondisi inilah yang tampaknya membuat
sebagian besar kader partai masih menginginkan Megawati memimpin PDIP. Tanpa
sang putri Bung Karno ini mungkin juga partai ini akan berantakan terpecah-belah
seperti partai-partai yang lain. Di sisi lain mempertahankan terus Megawati sebagai
ketua umum juga dilematis bagi partai, karena ketika pada saatnya Megawati tak
dapat lagi memimpin partai, PDIP bisa terjun bebas tersungkur

menjadi partai

gurem.10
Kemunculan Guruh Soekarnoputra, Puan Maharani, Prananda Prabowo, dan
beberapa kader lainnya tampaknya diharapkan sebagai tahap transisi regenerasi
kepemimpinan utama partai. Pada kenyataanya aklamasi keputusan kongres lagi-lagi
mementahkan itu semua. Padahal perkembangan politik masa kini juga meniscayakan
hadirnya pemimpin parpol yang pintar mengelola isu-isu dalam partai sebagai aset
dalam merebut dukungan dan simpati rakyat banyak. Para kader partai yang brilian
semestinya diberi kesempatan untuk ini meski mereka tak memiliki garis darah
Soekarno.

10

Syamsuddin Haris, “Mega dan Masa Depan PDI-P” Kompas, 8 April 2010, h. 4.

8

Barangkali inilah tantangan terbesar bagi partai berlambang banteng moncong
putih atas hasil keputusannya tersebut. Kemajuan demokrasi kita saat ini, hampir
tidak mungkin PDIP bertahan hanya mengandalkan karisma Megawati ataupun trah
Bung Karno. Sudah saatnya partai ini berkaca pada kegagalan beruntun sejak 2004
dan 2009. Ketika para pemilih semakin rasional, maka yang dapat bertahan adalah
parpol yang mampu mentransformasikan ide-ide perubahan menjadi program politik
yang membumi bagi rakyat.

B. Batasan dan Rumusan Masalah
Permasalahan pokok yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah proses dan
hasil keputusan kongres Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan

yang memilih

Megawati sebagai ketua umum partai berturut-turut sampai tiga kali periode. Dari
periode awal deklarasi partai sampai Kongres yang ketiga. Selain itu juga melihat
bagaimana gaya atau corak kepemimpinan karismatik Megawati yang bisa bertahan
dalam partai dan ia bahkan merasa siap membawa partainya menyongsong Pemilu
2014 nanti. Melihat hal ini maka penulis mencoba merumuskan permasalahan melalui
pertanyaan sebagai berikut:
a. Bagaimana kepemimpinan karismatik Megawati Soekarnoputri dari
sejarah awal ia memasuki dunia politik melalui sebuah partai berlanjut
hingga ia mampu menjadi pemimpin utama pada partainya tersebut?
b. Apa

faktor-faktor yang menyebabkan munculnya kepemimpinan

karismatik Megawati?

9

C. Tujuan Penelitian
Beranjak dari rumusan masalah yang sudah dipaparkan diatas, maka penelitan
ini bertujuan untuk memaparkan dan menjelaskan fenomena kepemimpinan
karismatik Megawati Soekarnoputri di tubuh partai PDIP. Hal-hal apa saja yang
menyebabkan para kader tetap memilih Megawati sebagai Ketua Umum partai
selama tiga kali periode atau faktor-faktor penyebab munculnya kepemimpinan
karismatik Megawati dalam PDIP.
D. Manfaat Penelitian
a. Memberikan gambaran tentang sejarah dan perjuangan Megawati
Soekarnoputri dalam pentas perpolitikan Indonesia.
b. Menambah pengetahuan tentang teori kepemimpinan karismatik dalam
tubuh partai (PDIP).
c. Memberikan sumbangan bagi keilmuan politik tentang perbendaharaan
dinamika kepemimpinan dan kepartaian di Indonesia.

E. Metode Penelitian
Penulisan ini menggunakan metode penelitian kualitatif, bersifat analisis
deskriptif dengan cara menelaah beberapa pustaka (library research) secara historis,
artinya melalui metode ini penulis mencoba untuk menguji dan menganalisis secara
kritis mengenai kepemimpinan Megawati dan perjalanan Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan, dari beberapa sumber data itu bersifat primer yang telah diperoleh dan
dikumpulkan. Data dan dokumen yang akan diteliti seperti berbagai tulisan ilmiah
dari perpustakaan seperti yang telah ditulis oleh Sirojudin, berjudul Peran Oposisi

10

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Terhadap Pemerintahan Susilo
Bambang Yudoyono- Yusuf Kalla. Buku ini berisi tentang oposisi yang dilakukan
oleh PDIP dibawah pemimpin kharismatik Megawati. buku yang mengulas biografi
Megawati lengkap yang ditulis oleh

Suwarno yang berjudul

Megawati

Soekarnoputri dari Ibu Rumah Tangga sampai Istana Negara, atau buku biografi
yang lain dipublikasikan oleh tim sukses Megawati yang berjudul Megawati The
President. Afdal Tanjung juga menulis tentang perjalanan kepemimpinan Megawati
dalam PDIP dengan judul buku: Maju Tak Gentar PDIP Berkibar. Dan beberapa
naskah pidato Megawati yang telah dipublikasikan oleh DPP PDIP sebagai acuan
untuk melihat pemikiran dan visi-misi Megawati selama menjabat sebagai ketua
umum partai.
Karena

penyusunan

skripsi

ini

dimaksudkan

untuk

mempelajari

kepemimpinan karismatik Megawati dalam PDIP yang terkait juga kronologi
kemenangannya dari kongres ke kongres, maka untuk kebutuhan ini penulis
menggunakan surat kabar dan majalah yang terpercaya yaitu Kompas dan majalah
mingguan Tempo, serta penulis juga memanfaatkan sumber internet sebagai fasilitas
penunjang yang memudahkan search beberapa data yang dibutuhkan.
Selain itu, agar penelitian ini lebih obyektif dan sistematis, penulis juga
melakukan riset lapangan sebagai data sekunder, dengan mewawancarai dua orang
perwakilan pengurus atau kader partai yang ditunjuk langsung oleh DPP PDIP. Tentu
saja seseorang yang direkomendasikan oleh DPP PDIP itu yang faham betul dengan
kepemimpinan Megawati Soekarnoputri dalam dinamika kepartaian dan seseorang
lagi merupakan sosok yang memiliki kedekatan secara personal dengan Megawati

11

Sedangkan dalam hal teknik penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada
sebuah buku yang biasa digunakan dalam penulisan karya ilmiah di UIN Jakarta.
Buku tersebut berjudul

Pedoman Penulisan Karya Ilmia (Kripsi, Tesis, dan

Disertasi), yang disusun oleh tim penulis Hamid Nasuhi, dkk.

D. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pada penelitian ini terbagi menjadi lima bab. Kelima
bab yang akan dibahas sesuai dengan outline yang telah ada dan berguna
memudahkan pembahasan.
Pada Bab yang pertama ini merupakan penjabaran awal, penulis mencoba
menerangkan latar belakang permasalahan, mengapa penulisan skripsi ini disusun,
batasan dan rumusan masalah. Selain itu, tujuan untuk menjawab permasalahan
penelitian juga dipaparkan dalam bab ini, disertai dengan manfaat penelitian secara
akademis, metode penelitian secara kualitatif, dan sistematika penulisan dijabarkan
lengkap pada bab ini.
Bab II, Menerangkan tentang teori kepemimpinan dari beragam pakar yang
mendefisinikannya, kemudian dalam bab ini juga penulis memfokuskan pada teori
kepemimpinannya

Max Weber

yang membagi kepemimpinan itu berdasarkan

kewenangannya menjadi tiga: tradisional, rasional dan karismatik. Kemudian
dilanjutkan dengan penjabaran teori tersebut yang kemudian digunakan sebagai teori
untuk membahas permasalahan dalam skripsi ini.
Bab III, penulis memaparkan biografi tokoh politik Megawati Soekarnoputri,
berupa biografi kehidupan, pemikiran dan perjalanan politiknya. Megawati

12

merupakan sosok yang mampu memanfaatkan nama besar Bung Karno yang tidak
lain adalah ayahnya sendiri, sehingga ia mampu mendapatkan tempat pada pentas
politik nasional. Selain

itu, penulis mencoba memotret secara singkat kongres-

kongres PDIP yang terus menempatkannya sebagai Ketua Umum PDIP selama tiga
kali periode. Melalui penjabaran bab ini, terlihat jelas jika Megawati merupakan
sosok yang mempunyai pengaruh yang luar biasa bagi para pengikutnya.
Bab IV, Merupakan inti dari pembahasan penelitian ini. Penulis menyajikan
temuan-temuan pokok studi ini, yakni menganalisa kepemimpinan Megawati sebagai
pemimpin

PDI-P yang berpengaruh bagi para kader dan simpatisannya. Pada bab

ini juga mengeskplorasi sosok Megawati dalam sifat-sifat kepemimpinan karismatik.
Serta menjelaskan faktor-faktor apa saja yang membuat kepemimpinan karismatik
Megawati Soekarnoputri muncul dan bertahan dalam PDIP selain karena nama
besar sang ayah,
Bab V Berupa penutup dan akhir dari pembahasan dalam penulisan skripsi,
yang memuat kesimpulan dan saran-saran bagi penulis.

13

BAB II
TEORI KEPEMIMPINAN DAN KEPEMIMPINAN KARISMATIK
Di tengah berbagai permasalahan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, kita
membutuhkan kehadiran para pemimpin sebagai solusi dari segala permasalahan tersebut,
Pemimpin merupakan pemandu dan panutan bagi pengikutnya. Tanpa sebuah
kepemimpinan maka suatu kelompok (organisasi) bisa kacau. Namun masalah yang sangat
mendasar dalam proses kepemimpinan adalah sulitnya mendapatkan pemimpin yang
mumpuni dan sesuai dengan kebutuhan yang ada. Sehingga Kehadiran pemimpin amat
diperlukan, untuk mendapatkan jalan keluar dari berbagai persoalan.
Tema mengenai kepemimpinan selalu hangat dan selalu menarik untuk dibahas,
karena hanya pemimpinlah yang mampu merubah sejarah peradaban manusia. Pemimpin
mempunyai pengaruh yang mampu menggerakkan orang lain untuk ikut pada gerbong yang
diinginkan oleh pemimpin tersebut. Pada bab ini penulis mencoba menjabarkan tentang
teori kepemimpinan dan pengaruhnya (wewenang).
Max Weber telah mengklasifikasikan kepemiminan dan wewenangnya menjadi tiga
yaitu kepemimpinan rasional, tradisional dan karismatik. Tema besar dalam penyusunan
skripsi ini ialah tentang kepemimpinan karismatik Megawati Soekarnoputri, sehingga bab
ini sangat urgen untuk dibahas. Sesuai dengan tema besarnya maka pemaparan pada bab
ini memfokuskan pada pengertian kempemimpinan karismatik.
A. Teori Kepemimpinan
Definisi kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan seseorang (pemimmpin
atau leader) untuk mempengaruhi orang lain (orang yang dipimpin atau para pengukut),

13

14

sehingga orang lain tersebut bertingkah laku sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh
pemimpin.1 Menurut Akbar Tandjung, definisi pemimpin adalah sosok yang, dengan
segenap potensi dan kewenangan yang ada, mampu mampu memotivasi, mengarahkan, dan
menggerakkan orang lain untuk secara sadar dan sukarela berpartisipasi di dalam mencapai
tujuan organisasi. Sedangkan kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan yang harus
dimiliki oleh seorang pemimpin dalam memimpin organisasi. Kepemimpinan adalah
kemampuan seseorang guna mempengaruhi, memotivasi, dan mengaktivasi aneka potensi
dan sumber daya yang ada, sehingga organisasi yang dipimpinnya mampu berjalan secara
efektif dalam rangka mengupayakan perwujudan tujuan-tujuannya.2
Menurut George Terry, kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi orang
lain agar mau bekerja dengan suka rela untuk mencapai tujuan kelompok. Menurut Cyriel
O'Donnell, kepemimpinan adalah mempengaruhi orang lain agar ikut serta dalam mencapai
tujuan umum.3 Northouse merangkum dari 65 klasifikasi atas definisi kepemimpinan dari
berbagai perspektif, ada empat unsur dalam memahami pengertian kepemimpinan, pertama
adalah kepemimpinan itu proses, kedua setiap kepemimpinan adanya pengaruh, ketiga
konteks kepemimpinan adanya kelompok dan unsur yang terakhir adalah pencapaian
tujuan. Sehingga definisi kepemimpinan adalah suatu proses dimana seseorang punya
pengaruh dalam satu kelompok (organisasi) untuk menggerakkan individu lain meraih
tujuan bersama.4

1

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Raja Grapindo Persada, 2006), h. 288.
Akbar Tandjung, “Kepemimpinan Politik yang Negarawa,” artikel diakses pada 17 Juni 2011 dari
http://www.setneg.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=728&Itemid=135
3
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP–UPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan (Bandung: Imperial
Bakti Utama, 2007), h. 237.
2

4

Alfian, Menjadi Pemimpin Politik , h. 65.

15

Sumber pengaruh yang dimiliki oleh seorang pemimpin bisa didapat secara formal
dan informal. Sumber pengaruh formal didapat oleh seorang pemimpin apabila ia berada
pada posisisi jabatan atau majerial tertentu dalam sebuah kelompok, memiliki dasar
legalitas, diangkat secara resmi dan memiliki hak dan kewajiban yang tegas sesuai dengan
jabatannya, seperti presiden disebuah negara, ketua umum partai dan direktur sebuah
perusahaan.
Sedangkan sumber pengaruh seorang pemimpin informal atau tidak resmi didapat
dari organisasi atau kelompok masyarakat yang tidak formal, dan tidak tergantung pada
acuan formal dan legitimasi. Sumber kepemimpinan informal ini sangat tergantung pada
pengakuan kelompok dan komunitasnya. Sehingga pemimpin harus memiliki kualitas yang
benar-benar unggul. Contohnya seperti pemuka agama, tokoh masyarakat dan adat. 5
Konsep tentang kepemimpinan erat kaitannya dengan kekuasaan dan wewenang.
Kekuasaan (power) adalah setiap kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain, sedangkan
wewenang (autority) adalah kekuasaan yang ada pada seseorang atau sekelompok orang
yang mempunyai dukungan atau mendapat pengakuan dari masyarakat. Penggunaan
wewenang timbul tatkala masyarakat mulai mengatur pembagian kekuasaan dan
menentukan penggunaannya.6 Maka kekuasaan tanpa wewenang disebut sebagai kekuatan
yang tidak sah. Kekuasaan harus mendapatkan pengakuan dan pengesahan dari masyarakat
yang di sebut sebagai wewenang.

5

Veithzal Rivai dan Deddy Mulyadi, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi (Jakarta: Rajawali
Pers, 2010), h. 4.
6
Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, h. 266.

16

Max Weber membagi kepemimpinan dan wewenangnya menjadi tiga: tradisional,
rasional dan karismatik.7 Pengertian

pertama, pemimpin tradisional mendapatkan

wewenangnya di masyarakat berdasarkan ketentuan-ketentuan di masyarakat secara
tradisional. Biasanya berkaitan dengan hubungan kekeluargaan, atau didapat secara turun
temurun berdasarkan tradisi yang diwarisi, seperti raja.
Kedua, pemimpin rasional adalah kepemimpinan yang wewenangnya didasarkan
pada hukum

dan kaidah-kaidah yang berlaku dan ditaati oleh

masyarakat. Pada

masyarakat yang menerapkan nilai-nilai demokratis, biasanya pemimpin yang mendapatkan
kekuasaan diberi kedudukan menurut jangka waktu tertentu dan terbatas. Wewenang
rasional biasa disebut sebagai wewenang absah atau legal atau bikorasi. Contohnya seperti
presiden, perdana menteri, gubernur, bupati, dan camat.
Dan ketiga, pemimpin karismatik yaitu didasarkan pada seseorang yang
mempunyai kemampuan khusus yang didapatkan karena anugrah. Wewenang ini tidak
diatur oleh kaidah-kaidah tradisional dan rasional, bahkan sifatnya cenderung irasional.
Adakalanya wewenang karismatik

bisa hilang dari seorang pemimpin

manakala

masyarakatnya sendiri telah berubah dan mempunyai faham yang berbeda. Dan karisma
bisa saja bertahan dan bahkan meningkat

sesuai dengan individu yang bersangkutan

membuktikan manfaat bagi masyarakat dan pengikut-pengikutnya akan menikmatinya.
Sekarang ini istilah kepemimpinan karismatik digunakan semakin luas dan kurang
saksama. Hampir semua pemimpin memiliki daya tarik dan popularitas sehingga semuanya
dapat dikategorikan sebagai pemimpin karismatik. Sebut saja Megawati Soekarnoputri, M.
Amien Rais, Abdurrahman Wahid, Barack Obama, Lee Kuan Yew, Mahathir Muhamad,
7

Ibid., h. 280-285.

17

Benazir Butto, Ayatollah Khamaeni, Ahmadinejad, Fidel Casro, Hamid Karzai dan lain
sebagainya. Oleh karena ini memunculkan perdebatan dalam bidang ilmu politik dan
sosiologi mengenai apakah istilah ini sebaiknya ditiadakan saja atau tetap dipertahankan.
Kebanyakan ilmu secara akademik cenderung mempertahankan istilah karismatik ini dalam
batas-batas tertentu.8
B. Teori Kepemimpinan Karismatik
Istilah karisma berasal dari kata yunani yang berarti karunia (gift), anugerah atau
pemberian. Karis berarti menyukai, merujuk kepada kepribadian seseorang yang memiliki
kepribadian menarik ataupun memiliki daya pikat mempunyai penampilan menarik atau
mampu berkomunikasi. Sehingga banyak orang yang menyukainya.9 Artinya orang yang
memiliki karisma berarti orang yang memiliki kelebihan, perbedaan dan keistimewaan
dari pada yang lain.
Menurut Max Weber, karisma sebagai suatu sifat tertentu dari seseorang, yang
membedakan mereka dari orang kebanyakan dan biasanya dipandang sebagai kemampuan
atau kualitas supernatural, manusia super, atau paling tidak daya-daya istimewa.10 Karisma
merupakan kemampuan khusus (wahyu, pulung, nubuah, keramat) yang ada pada diri
seseorang. Kemampuan khusus ini melekat karena anugrah dari Tuhan. Orang-orang di
sekitarnya mengakui kemampuan tersebut atas dasar kepercayaaan dan pemujaan, karena
mereka menggangap bahwa sumber kemampuan tersebut berada di atas kemampuan dan
kekuasaan manusia pada umumnya. Masyarakat akan masih mempercayai karismatik
Juliet Thornton, “Persepsi Masyarakat Indonesia Terhadap Kepemimpinan Barack Obama,”
(Skripsi SI Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Malang , 2009), h. 16.
9
Alfian, Menjadi Pemimpin Politik, h. 140.
10
“Kepemimpinan,” dalam Ensiklopedia Wikipedia artikel diakses pada 27 Februari 2011 dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Kepemimpinan.
8

18

seseorang selama hal tersebut terbukti keampuhan dan maanfaatnya bagi masyarakat.
Contohnya nabi, rasul, raja dan para pemimpin yang terkemuka sepanjang sejarah.11
Mengenai benar dan tidaknya Megawati disebut sebagai pemimpin karismatik, tentu
bisa dijabarkan melalui pembahasan ini. Sehingga Megawati layak menyandang label
pemimpin yang karismatik. Penjelasan mengenai pemimpin karismatik itu ada yang
mengatakan bahwa hal itu merupakan bawaan sejak lahir dan melekat secara alamiah,
tetapi adapula yang mengatakan karisma itu bisa dipelajari. Pendapat

yang pertama

memang dianggap paling kuat, namun jika kita merujuk kepada pendapat itu, bagaimana
mungkin seseorang menjadi pemimpin karismatik bisa muncul di tengah-tengah
masyarakat tanpa melalui seleksi sosial dan tanpa ujian kepemimpinan? Pasti ada faktor
non-pembawaan yang sangat berpengaruh, yakni faktor lingkungan yang mempertegas
kepemimpinan. Namun yang jelas

karisma merupakan sifat yang melekat pada diri

seseorang sehingga memiliki daya pikat yang kuat.
Setidaknya ada beberapa ciri yang menunjukkan karismatiknya kepemimpinan
seseorang,12. Diantaranya memiliki kepekaan yang tinggi terhadap masalah artinya
pemimpin tersebut faham dengan situasi, ia percaya diri sehingga mampu mempengaruhi
orang lain secara luar biasa dan tidak mudah terpengaruh dengan orang lain.
Pemimpin yang berkarisma cenderung menciptakan efek mitologis, supranatural
dan berbagai kejadian ajaib sehingga menarik orang awam untuk mengkultuskan dan
bahkan sampai memujanya. Pemimpin yang karismatk bagi kebanyakan orang Indonesia
seperti sang ratu adil yang ditunggu kedatanganya untuk memperbaiki keadaan, atau

11
12

Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, h. 282.
Alfian, Menjadi Pemimpin Politik, h.142.

19

menurut kepercayaan dari orang yahudi bagaikan Mesies, atau umat nasrani yang
mempercayai hadirnya Yesus sang juru selamat yang muncul dari Nazaret.13

Menurut teori kepemimpinan karismatik, dalam masa krisis pengikut mencari
penyelamat, satria piningit, atau ratu adil. 14 Batasan Karismatik bertumpu pada kesetiaan
atau ketaatan kepada kesucian yang spesifik dan luar biasa, heroisme atau karakter teladan
dari seorang individu, dan pola normatif atau perintah yang diwahyukan atau ditahbiskan
oleh pemimpin tersebut (otoritas karismatik).15
Menurut Weber kepemimpian bisa muncul tatkala masyarakat sedang mengalami
krisis dan ketidakpastian. seorang pemimpin karisma muncul dengan sebuah visi radikal
yang menawarkan sebuah solusi untuk krisis itu, pemimpin menarik pengikut yang percaya
pada visi itu, mereka mengalami beberapa keberhasilan yang membuat visi itu terlihat
dapat dicapai, dan para pengikut dapat mempercayai bahwa pemimpin itu sebagai orang
yang luar biasa.16 Seperti yang pernah dialami oleh Indonesia ketika keruntuhan Orde Baru,
rakyat Indonesia memimpikan adanya pemimpin yang mampu mengendalikan keadaan
baik seperti semula. Salah satu nama yang muncul adalah Megawati Soekarnoputri, dengan
meyandang nama besar ayahnya, dia diharapkan mampu mengulang kembali kejayaan
Soekarno untuk bangkit kembali dari keterpurukan. Sehingga kemunculan Megawati
bagaikan ratu adil yang dinantikan oleh rakyat Indonesia. Megawati memanfaatkan hal

13

Ibid., h. 145.
Thornton, “Persepsi Masyarakat Indonesia,” h.11
15
Max Weber, The Theory of Social and Economic Organization. Ed. Parsons, Talcott (New York:
OxfordUniversity Press, 1947), h. 328.
16
Hanif El Jazuly, “Kepemimpinan Karismatik” artikel diakses pada 17 Juni 2011 dari
http://www.eljazuly.co.cc/2010/12/kepemimpinan-karismatik.html
14

20

tersebut sehingga ia mampu mendulang popularitas yang tinggi sebagai pemimpin yang
berpengaruh pada awal masa reformasi.

20

BAB III
BIOGRAFI POLITIK MEGAWATI SOEKARNOPUTRI
Pada bab

sebelumnya telah dibahas bahwa menjadi pemimpin yang

karismatik bukan karena semata didapat dari faktor keturunan semata, tetapi juga
memalui proses seleksi sosial sehingga pemimpin tersebut layak menyandang
pemimpin yang berkarisma. Aspek penting pada pembahasan bab ini adalah penulis
mencoba mendeskripsikan secara historis kehidupan dan aktivitas politik Megawati
Seokarnoputri sebagai pemimpin yang mempunyai karisma, dari pertama kalinya ia
terjun ke dunia politik hingga akhirnya ia mampu menduduki singgasana Ketua
Umum PDIP.
Pada bab ini pula dipaparkan kronologi kemenangan Megawati dari kongres
PDIP pertama hingga kongres yang ketiga. Ini merupakan sebuah bukti jika sosok
Megawati merupakan pigur yang berpengaruh dalam internl partainya. Bertahannya
sosok Megawati sebagai ketua umum selama berturut-turut merupakan simbol sisi
karismatiknya masih melekat pada dirinya. Sehingga melalui pembahsan pada bab ini
kita dapat melihat secara utuh figur Megawati sebagai pemimpin karismatik dari
berbagai aspek kehidupan politik yang melingkupinya.
A. Biografi Megawati Soekarnoputri
Megawati Soekarnoputri bernama lengkap Dyah Permata Megawati Setyawati
Soekarnoputri. Dia dilahirkan pada 23 Januari 1947 di Yogyakarta. Dia terlahir dari
rahim Fatmawati, yaitu istri kedua Soekarno, Presiden pertama Republik Indonesia.1

1

Sumarno, Megawati Soekarnoputri dari Ibu Rumah Tangga sampai Istana Negara (Depok:
PT Rumpun Dian Nugraha, 2002), h. 1-2.

20

21

Pendidikam Megawati Soekarnoputri dari Sekolah Dasar hingga SMA dilaluinya di
Sekolah Cikini Jakarta. Di sekolah inilah ia berkawan dengan Akbar Tandjung.
Setamat sekolah ia melanjutkan kuliah ke Fakultas Pertanian di Universitas Pajajaran
Bandung. Ia

juga sempat aktif

dalam Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia

(GMNI) Cabang Bandung pada 1965. Kala itu GMNI adalah organisasi mahasiswa
yang dekat dengan Partai Nasional Indoneia (PNI). GMNI juga dikenal sangat
mendukung semua ajaran-ajaran Bung Karno.
Pada 1967 Megawati memutuskan untuk meninggalkan bangku kuliahnya
untuk mendampingi sang ayah, Soekarno ketika itu sedang menjalani masa karantina
politik oleh rezim Orde Baru. Megawati merasakan betul goncangan jiwa yang
dirasakan ayahnya akibat tekanan politik oleh rezim Soeharto. Barangkali Soekarno
sangat sulit menerima kenyataan jika ia harus menjadi tahanan rumah di negeri yang
ia perjuangkannya. Sang Proklamator itu kesehatannya semakin lama semakin
memburuk. Kepedihan Megawati memuncak ketika Bung Karno wafat pada 21 Juni
1970.2
Megawati Soekarnoputri memang seorang tokoh yang lahir dan tumbuh besar
tidak pernah mengenyam pendidikan politik secara formal. Ia hanya mengaku belajar
politik dari sang ayah, “Ya walau bagaimanapun dalam kehidupna saya ini sudah
terjadi asahan dari naluri politik yang sudah ada” tutur Megawati kepada wartawan
majalah Tempo. Selama dalam istana memang Megawati menjalani sosialisasi politik
yang intensif dari tokoh-tokoh politik yang menemui ayahnya. Dari sang ayah,

2

Sumarno, Megawati Soekarnoputri, h. 5.

22

Megawati mendapatkan komentar-komentar sang ayah mengenai peristiwa-peristiwa
besar baik skala Nasional maupun di tingkat Internasional.
Sedangkan dari ibunya, ia banyak belajar dari bagaimana cara memelihara
ketabahan dalam menghadapi penderitaan. Megawati

paling banyak menikmati

fasilitas Negara ketimbang saudara-saudara yang lainnya. Di kemudian hari, ia
memilih meninggalkan istana bersama ibunya Fatmawati tatkala Soekarno menikah
lagi dengan Hartini. Kemudian Megawati dan ibunya menetap di jalan Sriwijaya,
Jakarta.3 Dari sinilah Megawati mendapat banyak pelajaran mengenai ketabahan,
yang pada saatnya kelak berguna pemimpin politik. Memang terjun ke arena politik
banyak konsekuensi yang harus diterima, dunia politik memang sarat dengan konflik
dan perebutan kekuasaan. Namun begitu, Megawati sudah mempersiapkan dirinya
dengan pengalaman-pengalamannya bersama orang tuanya sewaktu kecil.
Presiden Soeharto amatlah khawatir terhadap kebangkitan keluarga Bung
Karno. sebagai pemimpin yang menggunakan filsafat Jawa. Tentu saja Soeharto
yakin betul bahwa dalam raga Megawati terdapat bayang-bayang Soekarno.
Walaupun Megawati merupakan sosok ibu rumah tangga biasa, beliau adalah anak
dari Bung Karno. Tentu saja karisma soekarno bisa saja sewaktu-waktu bangkit
kembali oleh penerus-penerusnya. Tidak heran jika pihak keamanan rezim Soeharto
terus mengawasi dan

mengekangnya. Di masa Orde Baru memang Kehidupan

keluarga besar Bung karno selalu mendapatkan kesulitan. Jika tidak ditekan tentu saja
berpotensi merongrong kelangsungan pemerintahan.

3

Afdal Tanjung, Maju Tak Gentar PDIP Berkibar (Jakarta: YPTN, 2000), h. 14.

23

Meski

ia merupakan

salah satu anak dari Bung Karno yang mulanya

terkesaan menghindari arena politik, karena trauma yang mendalam akibat
pengalamannya yang pernah dialaminya tatkala menyaksikan sendiri keruntuhan
karier sang ayah, tapi sejarah justru memaksa Megawati harus tampil dan bahkan
mengulang nama besar sang ayah yang dikenal sebagai Pemimpin yang karismatik
dan mampu menjadi orang nomor satu di negeri ini.

B. Perjalanan Politik Megawati Soekarnoputri
Pada 1982 keluarga besar Bung Karno pernah membuat konsensus yang
disepakati oleh semua putra-putri Bung Karno: Guntur, Megawati, Rachmawati,
Sukmawati, dan Guruh dari Fatmawati serta putra dari Hartini; Bayu dan Taufan.
Mereka bersepakat untuk menjauhi dunia politik. Latar belakang dari kesepakatan
itu adalah karena adanya trauma atas kejatuhan ayahnya di dunia politik yang dialami
pada akhir hanyat sang ayah. Dan mereka melihat sendiri bahwa kekuatan politik
pada saat itu tidak ada yang mampu meneruskan semangat marhaenisme, yaitu salah
satu dari ajaran Bung Karno.4
Pada 1987, kesepakatan itu mereka langgar sendiri. Yaitu ketika Soerjadi
sebagai Ketua Umum DPP PDI memiliki strategi untuk mendokrak perolehan suara
PDI dengan memanfaatkan nama besar Bung Karno. Ia lalu menggaet anak sulung
Bung Karno yaitu Guntur untuk masuk dalam partai, karena Guntur adalah anak yang
dirasa mirip dengan perawakan Bung Karno dan paling memiliki potensi atau bakat
politik dibandingkan dengan saudara-saudaranya yang lain. Namun karena sesuatu
4

Sumarno, Megawati Soekarnoputri, h. 11.

24

hal, akhirnya Soerjadi menggandeng anak Bung Karno yang lain yaitu Megawati dan
Guruh.
Perjalanan politik Megawati dimulai sebagai pengurus DPC PDI Jakarta
Pusat menduduki jabatan sebagai Wakil Ketua, kemudian di 1987 nama muncul
calon untuk darerah pemilihan Jawa Tengah yang dikenal sebagai basis PNI.
Megawati tampil sebagai juru kampanye yang mampu menambah stamina dan
performa partai. Dan keberadaan Megawati mampu menggiring massa fanatik ke
lapangan tempat kampanye partai berkepala banteng itu, isu kembalinya titisan Bung
Karno mampu mendongkrak perolehan suara PDI menjadi 40 kursi pada Pemilu
1987 dibandingkan pada Pemilu 1982 yang hanya mendapatkan 24 kursi dan
mengantarkan Megawati Soekarnoputri duduk sebagai anggota DPR. 5
Namun kiprah Megawati sebagai politisi di Senayan terbilang amat biasa.
Sejak menjadi anggota DPR 1987, Megawati jarang ditampilkan sebagai juru bicara
fraksi atau memberikan pernyataan kepada pers, kebetulan ia memang tak punya
posisi apa-apa di DPP atau Fraksi PDI. Bahkan menurut Budi Hardjono yang menjadi
pesaingnya, Megawati termasuk malas dan sering tak muncul di Senayan. Ia tidak
kritis merespon kebijakan

penguasa

dan tampak kurang tangkas menangkis

serangan pihak lain dengan pernyataan-pernyataan politik yang

Dokumen yang terkait

PENGARUH IMF TERHADAP PRIVATISASI DI INDONESIA ERA MEGAWATI SOEKARNO PUTRI

3 6 24

IMPLEMENTASI FUNGSI PARTAI POLITIK SEBAGAI SARANA REKRUTMEN POLITIK PADA PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN (PDI P) KABUPATEN SEMARANG

2 12 139

DEMOKRATISASI PARTAI POLITIK (Studi kasus regenerasi kepemimpinan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan)

0 2 183

PERAN PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN DALAM MENJALANKAN FUNGSI KOMUNIKASI POLITIK DI KABUPATEN DAIRI.

0 2 24

PERAN PEREMPUAN DALAM PARTAI POLITIK (Analisis Komparatif Strategi Komunikasi Politik Partai Peran Perempuan Dalam Partai Politik (Analisis Komparatif Strategi Komunikasi Politik Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan Dan Partai Keadilan Sejahtera (

0 3 14

STRATEGI MARKETING POLITIK PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN KABUPATEN SRAGEN UNTUK Strategi Marketing Politik Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Kabupaten Sragen Untuk Meningkatkan Citra Partai Tahun 2012.

0 2 13

STRATEGI MARKETING POLITIK PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN KABUPATEN SRAGEN UNTUK Strategi Marketing Politik Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Kabupaten Sragen Untuk Meningkatkan Citra Partai Tahun 2012.

1 4 18

peran partai politik dalam mengembangkan kepemimpinan transformatif

0 0 11

Islam Demokrasi dan Kepemimpinan Politik

0 0 14

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN II.1. Profil Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan II.1.1 Sejarah Berdirinya Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan - Strategi Partai Politik Untuk Meningkatkan Keterwakilan Perempuan Dalam Kepengurusan Partai Sebagai Imp

0 0 28