Efek Toxicosis Formalin Terhadap Tenaga Kerja Pada Laboratorium Anatomi Fakultas Kedokteran
EFEK TOXICOSIS FORMALIN TERHADAP TENAGA KERJA
PADA LABORATORIUM ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DJAKOBUS TARIGAN
Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Sesuai dengan judul, kami dari laboratorium anatomi menghususkan makalah
ini mengenai teknik yang paling baik dalam pengawetan cadaver demi keselamatan
kesehatan tenaga kerja/laboran yang bekerja di Laboratorium Anatomi FK USU
Medan.
Telah diteliti dibeberapa Universitas mengenai efek tixicosis formalin terhadap
tenaga kerja/ laboran, pada pengawetan cadaver untuk bahan prktikum mahasiswa
misalnya di UNSRI, UNAIR, Gajah Mada dan lain–lain.
Dari berbagai cara pengawetan mayat yang dilakukan, maka untuk
mengurangi resiko efek formalin terhadap tenaga kerja/laboran, yang sangat penting
diperhatikan adalah bagaimana teknik yang paling baik, aman dan estetis.
Maka teknik/motode yang paling baik aman dan estetis adalah infus formalin intra
cardical dengan tekanan pompa.
PENDAHULUAN
Kita mengetahui bahwa banyak zat kimia yang merangsang (mengiritasi) ,
selaput lendir hidun, mulut mata dan kulit, baik di dalam bidang
Kedokteran,Farmasi, berbagai industri, Pertanian dan lain-lain. Misalnya metanol
(formalin) DDT, dan berbagai insecticide yang lain.
Di dalam hal ini sebaiknya kita harus menghindari hal-hal tersebut diatas
dengan cara-cara (teknik) tertentu demi keselaman para pekerja (orang-orang) yang
hampir setiap saat mengadakan kontak dengan bahan-bahan zat kimia yang
meransang (mengiritasi).
Dalam hal ini kami dari Laboratorium Anatomi FIC-USU Medan, mengambil contoh
para Laboran/ mahasiswa, yang bekerja sebagai orang yang menyediakan bahan
praktikum mahasiswa (Cadaver) yang mengolah mayat (jenazah) menjadi cadaver
atau mahasiswa yang menjalankan praktikum, dimana formalin (formol) sebagai,
bahan kimia yang sangat merangsang.
Selama lebih kurang 15 tahun pengalaman kerja di Laboratorium Anatomi
Fakul tas Kedokteran USU Medan, maka keselamatan kesehatan kerja para laboran,
dosen pembimbing maupun mahasiswa sebagai praktikum, belum pemah
dipermasalahkan maupun diteliti apalagi ditanggulangi. Pada hal menurut
pengamatan kami banyak hal-hal yang sangat perlu diperhatikan dan ditanggulangi
sehubungan dengan keselamatan kesehatan para pekerja (para laboran, mahasiswa,
sebagai praktikum dan dosen sebagai pembimbing), misalnya adanya sesak nafas,
batuk-batuk, bersin, dan pedas serta keluarnya cairan air mata, kerongkongan
terasa kering, pening lemas dan kulit yang mengeriput.
Maka dari penelitian yang telah kami lakukan, yang sangat perlu diperhatikan
dalam penanggulangan masalah demi keselamatan kesehatan kerja para laboran,
mahasiswa maupun dosen pembinlbing adalah bagaimana teknik yang paling
modern untuk menanggulangi permasalahan ini. Sebab dengan pemilihan teknik
yang terbaik dari berbagai teknik yang ada keselamatan kerja para laboran tadi
(yang menjadi tujuan utama) akan lebih terjamin.
© 2004 Digitized by USU digital library
1
Dan teknik (metoda) yang terbaik adalah teknik (metoda) infus formalin intra
cardinal dengan tekanan pompa pada pengawetan jenazah menjadi cadaver oleh
tenaga laboran, untuk bahan praktikum mahasiswa (praktikan) , dimana mahasiswa
akan menjalakan praktikum dan dosen sebagai tenaga pembimbing maupun
pengawetan jenazah untuk kepentingan upacara. atau keluarga adalah merupakan
teknik yang paling aman, efektif, efisien dan lagi pula sangat estatis.
Di samping teknik yang telah baik tidak kalah penting untuk para laboran yang
menyediakan cadaver untuk bahan pratikum, atau para pekerja yang mengawetkan
jenazah untuk kepentingan keluarga atau upacara ialah memakai sejenis nelm
pelindung dari muka (mata, hidung dan mulut), seperti yang telah digunakan
didalam bidang pertanian.
Disamping itu baik bagi para laboran maupun mahasiswa dan juga dosen
pembimbing, pada waktu praktikum (demonstrasi, praktikal test dan praktikum
diseleksi) harus memakai masker, sarung tangan di samping jas praktikum.
Demikian juga ruangan tempat bekerja (praktikum), hendaknya mempunyai
ventilasi yang cukup (ruangan lebar, jendela dan pintu cukup lebar, mempunyai
kipas angin yang cukup memenuhi syarat) dan disertai dengan alat penerangan yang
yang baik dan cukup persediaan air dan sabun. Ditambah lagi pada waktu praktikum
diseksi para mahasiswa (pratikan) harus berhati-hati karena mahasiswa bekerja
dengan benda-benda yang tajam seperti pisau bedah, kampak, gunting, sonde dan
lain-lain, dimana ini semua merupakan benda-benda yang tajam, yang mengandung
bahaya yeng tidak kurang.
PEMBlCARAAN :
Menurut kimianya formalin atau formaldehide atau formo atau metanal
adalah merupakan suatu golongan aldehide dari organik alifatis compound dengan
rumus molekul CH20.
Sifat dari foemalin adalah merupakan bahan yang mudah menguap ,pada
temperatur kamar (bau merangsang yang tidak enak). Dapat larut didalam air. Zat
ini dapat dioksidasi, direduksi, mengadisi dan dapat membentuk alkohol sekunder.
Pada pengawetan jenazah dia bersifat mengubah protein menjadi zat yang kenyal
dan padat sehingga cocok dengan bahan untuk diseksi :
Formalin dalam berbagai konsentrasi digunakan untuk anti septis (di tambah
dengan metil-alkohol secukupnya untuk mencegah polimerisasi dan inaktivasi), Juga
dapat digunakan untuk desinfeksi sputum penderita Tuberculosis, Sterilisasi alat-alat
Kedokteran, sebagai baktrisid den bahan ini juga penting dalam imunologi dalam
membuat toxoid, penting dalam pembuatan zar warna sintetis dan juga penting
dalam industri kulit dan sebagai bahan pengawet jenazah. Larutan 10% juga
membunuh kuman tetapi dalam jangka waktu yang lama.
Untuk pemakaian formaldehide dalam praktek yang laku adalah formalin atau
formolin yaitu nama dagang suatu larutan dengan lebih kurang 40% foraldehida atau
para fonnaldehi da (paraform).
Pada bagian Anatomi Fakultas Kedokteran USU medan formalin dengan
konsentrasi 40%, digunakan sebagai bahan pengawet cadaver untuk bahan
praktikum mahasiswa, baik sewaktu detrasi maupun sewaktu diseksi dan praktilcal
test. Pada waktu demonstrasi semua alat-alat tubuh manusia di tunjukkan kepada
mahasiswa untuk dipelajari. Cadaver ini setelah dipakai pada setiap praktikum
disimpan didalam bak yang berisi formalin 40% atau di dalam allcohol 90% dan
waktu praktikum/demonstrasi/diseksi/praktikal test dikeluarkan lagi dan diletakkan
di atas meja praktikum. Dan oleh karena sifatnya yang menguap dalam temperatur
kamar tentu saja ruangan praktikum akan penuh dengan uap formalin di mana
mahasiswa/dosen/ laboran bekerja. Dan tentunya pekerja bekerja di ruangan yang
penuh dengan uap formalin yang mempunyai sifat yang sangat irritatif. Dan semua
© 2004 Digitized by USU digital library
2
alat-alat tubuh manusia harus dilihat, diteliti dengan seksama dan diperhatikan serta
dipegang oleh para mahasiswa maupun dosen pembimbing dan laboran. Ditambah
lagi rnahasiswa harus terjun melakukan pemotongan dan penguraian tubuh manusia
untuk keperluan pengajaran, dibawah uap fomalin.
Untuk melihat dengan jelas organ tubuh manusia maka organ tersebut (
terutama organ dalam) harus dikeluarkan dan dilepaskan. dari tubuh cadaver seperti
hati, paru-paru, ginjal, otak dan lain-lain. Terutama otak harus dikeluarkan tersendiri
untuk dipelajari dengan seksama.
Tentu Baja mengeluarkan/memisahkannya diperlukan cara kerja yang sangat
hati-hati dan terampil supaya alat tersebut tidak rusak dan bagian-bagiannya akan
dapat dilihat dengan jelas dan sepurna sehingga gampang untuk memahaminya.
Di bagian Anatomi Fakultas Kedokteran USU Dering dikerjakan labelling
(pembuatan label-label) untuk bahan demonstrasi di mana bagian alat-alat tubuh
yang penting diikat dengan benang dan diberi bernomor dan dibuat daftar nama dari
bagian yang sesuai dengan nomor labelling. Maka mahasiswa tinggal
membaca/mempelajari daftar nama tersebut dengan menyesuaikan dengan
label/nomor, dari bagian tubuh yang diikat. Di bagian Anatomi Fakultas Kedokteran
USU, maka mayat (jenazah) biasanya diperoleh dari bagian Kedokteran Kehakiman
(Foxcinsic). Dan mayat ini biasanya di peroses dengan teknik infus formalin 10% +
tekanan hydrotatis tabung clysma dengan pipa. Jadi disini dengan memakai metoda
gaya berat (gravitasi). Jadi diharapkan dengan tekanan gaya berat cairan formalin
yang tingginya kira-kira 3 meter, akan dapat dimasukkan ke dalam tubuh jenazah.
Jumlah cairan yang dipakai kira-kira 5 leter. Disini akan membuat sayatan sekitar
fossa avalis untuk mendapatkan arteri femoralis. Letak arteri fermalis ini biasanya
agak dalam. Setelah arteri didapat maka dibuat sedikit sayatan, kemudian
dimasukan jarum dan selang yang berhubungan dengan jarum, dan melalui selang
formalin dialirkan ke dalam tubuh mayat, Pekerjaan ini biasanya memakan waktu
sampai lima jam. Setelah selesai bekas sayatan tadi dijahit kembali dan kemudian
mayat ini dimasukkan ke dalam bak berisi formalin 40% atau alkohol 90% selama 6
bulan. Baru kemudian cadaver ini siap untuk dipergunakan, baik untuk demonstrasi
maupun untuk diseksi. Dalam Kotamadya Medan sangat sulit untuk memperoleh
mayat untuk dijadiken cadaver sebagai bahan pelajaran (praktikum) mahasiswa,
oleh karena pihak famili dan kenalan dari yang meninggal keberatan bila jenazah
anggota keluarga dijadikan bahan pelajaran.
Jadi oleh karena sulitnya memperoleh cadaver di Medan, maka bagian
Anatomi Fakultas Kedokteran USU, sering memesan cadaver ini dari Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta, yang sudah dalam keadaan siap pakai.
Cara pengawetan mayat yang dilakukan di USU, melalui arteri fermoralis
disebut cara yang convensional. Cara juga dilakukan pada Universitas Gajah Mada
dan Universitas Brawijaya di Jawa. Sedangkan di Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga (Unair) telah menggunakan peralatan yang modern yang berprinsip sistem
kompressi untuk memasukan formaralis ke dalam tubuh cadaver dengan alat yang
sederhana. Disini fornalin dimasukkan kedalam tuluh cadaver melalui vena saphena
magna. Vena saphena magna letaknya lebih superfisial dari pada formaralis sehingga
dengan demikian untuk mencapai vena saphena magna adalah jauh lebih gampang.
Kemudian cadaver di simpan di dalam kantong plastik dan bukan diremdam didalam
formalin.
Maka jika dibandingkan cara yang konvensional dengan cara modern ini maka
kita akan memperoleh bahwa cara yang modern ini akan memperlihatkan bahwa :
Daya pemisahan antara struktur-struktur adalah lebih balk, sedangkan kelenjar
pembuluh darah dan syaraf cukup baik, otot-otot lebih keres, serabut lebih jelas dan
berwarna coklat sedangkan kulit berwarna lebih gelap. Pada umumnya otak,
jantung, alat pencernaan dan paru-paru adalah baik sedang baunya kurang.
© 2004 Digitized by USU digital library
3
Sedangkan masih ada cara-cara lain dalam mengawetkan cadaver ini,
misalnya melakukan tekanan dengan spuit intra cardial atau juga. melakukan
tekanan melalui spuit intra thoracal. Atau dengan memakai tabung clysma dengan
apa ratusnya tapi melalui intra cardiel atau intra thoracal, tapi cara pengawetan
cadaver dengan infus intra cardical dengan tekanan pompa adalah merupakan cara
yang paling aman.
Dalam hal teknik (metoda) penyediaan cadaver untuk bahan praktikum maupun
pengawetan jenazah untuk bahan upacara atau keluarga maka di Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwjayo. PalembMg, juga telah mengAdakan modifilcasi terhadap metoda Konvensional.
Modifikasi pengawetan ini bertujuan untuk mencapai effektifitas, efisien si
pengamanan, dan estetis yang lebih tinggi. Misalnya melakukan modifikasi infus
formalin intra cardical. Sedangkan dahulu yang mempergunakan tekanan hydrostatis
sekarang telah melakukan infus dengan tekanan pompa. Infus dengan formalin 20%
dengan infus formoglycerin. Dari teknik ini maka akan ditemukan penghematan
waktu, tenaga, biaya, bahayanya dan lebih estatis lagi.
Dengan demikian fungsi Bagian Anatomi juga mulai melakukan Darma
Perguruan Tinggi kepada masyarakat. Tekniknya intra cardial dilakukan sebagai
berikut :
Jarum
: Jarum yang dipergunakan adalah jarum punksi untuk orang
dewasa.
Tempat injeksi
: Tempat injeksi dilakukan pada sela iga ke-IV kiri, dan lebih
kurang 1 cm dari medial garis medio clavicularis kiri.
Cairan
: Cairan yang digunakan adalah larutan formalin 10% atau
formol glycerol sebanyak 5 liter.
Tekanan
: Tekanan yang digunakan adalah tekanan hydrostatik dengan
ketinggian 2 meter atau tekanan pompa dengan tekanan
10-20 kg per cm2 .
Waktu
: Waktu yang dibutuhkan cukup (1/2 - 1) jam saja.
Dengan metoda ini diperlukan suatu keterampilan, untuk menetapkan apakah
jarum telah mengenai ruangan ventrikel kiri atau tidak. Hailini dapat dicek dengan
memundur majukan jarum punksi dan dengan memperhatikan arus cairan formalin
yang kita masukkan dari tabung atau dari pompa.
Maka hal ini tidak akan merusak petugas atau orang lain, cepat, tepat,
kurang berbahaya, dapat dilakukan dimana saja dan tidak mempengaruhi situasi
(Cukup Estatis). Cara ini sangat baik untuk pengawetan jenazah di dalam keluarga
untuk kepentingan upacara dan pengawetan cadaver untuk bahan praktikum.
Kalau kita bandingkan infus formalin dengan cara biasa (konvensional)
dengan cara intra cardial cara Hydrostatis & pompa make kita akan mendapat :
___________________________________________________________________
Cara
Infus formalin
Intra cardial
Intra cardial
Kriteria
cara biasa
hydrostatis
+pompa
---------------------------------------------------------------------------------------------Waktu
3
2
1
Tenaga
3
2
1
Sarana
3
2
1
Biaya
3
1
1
Polusi
3
2
1
Estatis
3
2
1
Efektifitas
3
1
1
---------------------------------------------------------------------------------------------Dengan cara scoring ini akan jelas dapat kita lihat bahwa :
© 2004 Digitized by USU digital library
4
untuk memilih teknik (metoda), untuk keselamatan kerja tenik intra cardial dengan
tekanan pompa merupankan cara yang terbaik
Demikian juga dapat kita lihat lebih jelas pada kriteria di bawah ini antara teknik
konvensional dan teknik intra cardial sebagai berikut :
Kriteria
Waktu
Tenaga
Sarana
Bahayanya
Polusi
Estatis
Efektifitas
Keamanan
Intra Cardical
½ - 1 jam
1 – 2 orang
sederhana
sedikit
hampir tidak ada
baik
baik
aman
Konvensional
2 – 3 jam
4 – 5 jam
banyak
banyak
banyak
kurang
termasuk baik
kurang
Di Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran USU Medan para laboran dalam
mengerjakan penyediaan cadaver, nyatanya tidak bmemakai bahan pelindung diri,
sedangkan jelas menurut sifat farcologinya formalin adalah merupakan zat yang
mudah menguap pada temperatur kamar, dan juga merupakan zat yang sangat
irritatif baik pada kulit maupun terhadap selaput lendir. Tentu saja pekerjaan ini
sangat mengandung resiko yang tinggi. Maka dalam hal biasanya para laboran yang
hanya memakai masker dan kalau dapat memakai sejenis helm yang dapat
melindungi muka (mata, telinga. hidung dan mulut). Dan disamping itu tentunya
diperlukan suatu ruangan yang luas, sehingga terdapat suatu ventilasi yang
memuaskan. Maka jendela hendaknya banyak dan lebar disertai dengan alat
penerangan yang baik, den adanya sarana kipas angin yang cukup.
Demikian juga bagi para mahasiswa yang bekerja di laboratorium, yang
berhubungan dengan uap formalin bahkan kadang-kadang berjam-jam maka
disamping memakai jas praktikum dan sarung tangan hendaknya juga memakai
masker. Tentu hal yang sama juga diperlukan bagi staf pengajar yang hampir setiap
waktu selalu berhubungan dengan uap formalin yang sangat iiritatif.
KESIMPULAN
Untuk mengurangi risiko formalin terhadap tenaga kerja, khususnya dalam
laboratorium Anatomi FK USU Medan dan terutama bagi para laboran yang bekerja
dalam penyediakan cadaver (dari bentuk belum jadi dari jenazah), maka ditinjau dari
segi teknik (metoda), yang dianjurkan ialah metoda infus formalin intra cedial
dengan tekanan pompa. Kemudian juga hendaknya para laboran memakai pakaian
sejenis helm (penutup mata, hidung , mulut) untuk menghindari bahaya irritasi
langsung dari larutan formalin, disamping juga tentunya perlu memakai sarung
tangan, ruangan yang mempunyai ventilasi yang cukup besar dan banyak, dan
mempunyai kipas angin dan juga bekerja hendaknya berhati- hati, karena disamping
bekerja dengan zat yang sangat merangsang juga bekerja dengan benda-benda
tajam disertai dengan penerangan yang baik.
Sedangkan untuk pengawetan jenazah untuk keluarga bagaimanapun juga
tentu teknik (metoda) intra cardial dengan tekanan pompa juga adalah merupakan
teknik yang paling baik, ditambah syarat-syarat seperti untuk bekerja laboran
dalam penyediaan cadaver untuk bahan praktikum. Namun dalam hal ini, maka
tergantung dalam keadaan situasi maka dapat saja dilakukan pemilihan yang sesuai.
(Apakah intra cardial dengan tekanan pompa/tekanan hydrostatis infus vena/arteri,
intra thoracal, intraperitoneal, langsung intraabdominal atau cara-cara lain).
Sedangkan untuk para praktikan (mahasiswa yang menjalankan praktikum) , dan
© 2004 Digitized by USU digital library
5
dosen pembimbing. Maka disamping hal yang tersebut diatas maka perlu
diperhitungkan agar jarak praktikum antara satu dengan yang lain misalnya kira-kira
satu minggu sebab dengan demikian tentu juga akan mengurangi resiko formalin
terhadap pekerja (dalam hal ini dosen pembimbing dan praktikum/mahasiswa.
KEPUSTAKAAN
Holman, Kimia Organik, Hal. 115 –117
KumpuLan makalah; Pertemuan Nasiona1 ke V P.A.A.I. ; Semarang, tanggal 28 -29
Maret 1980, hal. 60-66
Kumpulan makalah; Pertemuan Regional Anatomi Se Sumatra. II di Medan tanggal
26- 30 Desember 1980, hal. 1-9.
Panel Diskusi; Tinjauan Hukum Dan Agama terhadap masalah penggunaan tubuh
manusia sebagai alat pengembangan ilmu Kedokteran, Medan, 1978, hal. 1 -9 .
Pearce, Evelyn; Anatomi Dan Fisiologi untuk Paramedis Penerbit PT. Gramedia,
Jakarta, tahun 1985, hal. 152,
Radioputro, Drs. Prof., Anatomi Klinik, Cetakan Pertama, Erlangga, tahun 1981, hal
411 -413.
Warner Spaltcholz Hand Atlas of Human Anatomi, One Volume Edition, hal
453.
© 2004 Digitized by USU digital library
452 -
6
PADA LABORATORIUM ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DJAKOBUS TARIGAN
Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Sesuai dengan judul, kami dari laboratorium anatomi menghususkan makalah
ini mengenai teknik yang paling baik dalam pengawetan cadaver demi keselamatan
kesehatan tenaga kerja/laboran yang bekerja di Laboratorium Anatomi FK USU
Medan.
Telah diteliti dibeberapa Universitas mengenai efek tixicosis formalin terhadap
tenaga kerja/ laboran, pada pengawetan cadaver untuk bahan prktikum mahasiswa
misalnya di UNSRI, UNAIR, Gajah Mada dan lain–lain.
Dari berbagai cara pengawetan mayat yang dilakukan, maka untuk
mengurangi resiko efek formalin terhadap tenaga kerja/laboran, yang sangat penting
diperhatikan adalah bagaimana teknik yang paling baik, aman dan estetis.
Maka teknik/motode yang paling baik aman dan estetis adalah infus formalin intra
cardical dengan tekanan pompa.
PENDAHULUAN
Kita mengetahui bahwa banyak zat kimia yang merangsang (mengiritasi) ,
selaput lendir hidun, mulut mata dan kulit, baik di dalam bidang
Kedokteran,Farmasi, berbagai industri, Pertanian dan lain-lain. Misalnya metanol
(formalin) DDT, dan berbagai insecticide yang lain.
Di dalam hal ini sebaiknya kita harus menghindari hal-hal tersebut diatas
dengan cara-cara (teknik) tertentu demi keselaman para pekerja (orang-orang) yang
hampir setiap saat mengadakan kontak dengan bahan-bahan zat kimia yang
meransang (mengiritasi).
Dalam hal ini kami dari Laboratorium Anatomi FIC-USU Medan, mengambil contoh
para Laboran/ mahasiswa, yang bekerja sebagai orang yang menyediakan bahan
praktikum mahasiswa (Cadaver) yang mengolah mayat (jenazah) menjadi cadaver
atau mahasiswa yang menjalankan praktikum, dimana formalin (formol) sebagai,
bahan kimia yang sangat merangsang.
Selama lebih kurang 15 tahun pengalaman kerja di Laboratorium Anatomi
Fakul tas Kedokteran USU Medan, maka keselamatan kesehatan kerja para laboran,
dosen pembimbing maupun mahasiswa sebagai praktikum, belum pemah
dipermasalahkan maupun diteliti apalagi ditanggulangi. Pada hal menurut
pengamatan kami banyak hal-hal yang sangat perlu diperhatikan dan ditanggulangi
sehubungan dengan keselamatan kesehatan para pekerja (para laboran, mahasiswa,
sebagai praktikum dan dosen sebagai pembimbing), misalnya adanya sesak nafas,
batuk-batuk, bersin, dan pedas serta keluarnya cairan air mata, kerongkongan
terasa kering, pening lemas dan kulit yang mengeriput.
Maka dari penelitian yang telah kami lakukan, yang sangat perlu diperhatikan
dalam penanggulangan masalah demi keselamatan kesehatan kerja para laboran,
mahasiswa maupun dosen pembinlbing adalah bagaimana teknik yang paling
modern untuk menanggulangi permasalahan ini. Sebab dengan pemilihan teknik
yang terbaik dari berbagai teknik yang ada keselamatan kerja para laboran tadi
(yang menjadi tujuan utama) akan lebih terjamin.
© 2004 Digitized by USU digital library
1
Dan teknik (metoda) yang terbaik adalah teknik (metoda) infus formalin intra
cardinal dengan tekanan pompa pada pengawetan jenazah menjadi cadaver oleh
tenaga laboran, untuk bahan praktikum mahasiswa (praktikan) , dimana mahasiswa
akan menjalakan praktikum dan dosen sebagai tenaga pembimbing maupun
pengawetan jenazah untuk kepentingan upacara. atau keluarga adalah merupakan
teknik yang paling aman, efektif, efisien dan lagi pula sangat estatis.
Di samping teknik yang telah baik tidak kalah penting untuk para laboran yang
menyediakan cadaver untuk bahan pratikum, atau para pekerja yang mengawetkan
jenazah untuk kepentingan keluarga atau upacara ialah memakai sejenis nelm
pelindung dari muka (mata, hidung dan mulut), seperti yang telah digunakan
didalam bidang pertanian.
Disamping itu baik bagi para laboran maupun mahasiswa dan juga dosen
pembimbing, pada waktu praktikum (demonstrasi, praktikal test dan praktikum
diseleksi) harus memakai masker, sarung tangan di samping jas praktikum.
Demikian juga ruangan tempat bekerja (praktikum), hendaknya mempunyai
ventilasi yang cukup (ruangan lebar, jendela dan pintu cukup lebar, mempunyai
kipas angin yang cukup memenuhi syarat) dan disertai dengan alat penerangan yang
yang baik dan cukup persediaan air dan sabun. Ditambah lagi pada waktu praktikum
diseksi para mahasiswa (pratikan) harus berhati-hati karena mahasiswa bekerja
dengan benda-benda yang tajam seperti pisau bedah, kampak, gunting, sonde dan
lain-lain, dimana ini semua merupakan benda-benda yang tajam, yang mengandung
bahaya yeng tidak kurang.
PEMBlCARAAN :
Menurut kimianya formalin atau formaldehide atau formo atau metanal
adalah merupakan suatu golongan aldehide dari organik alifatis compound dengan
rumus molekul CH20.
Sifat dari foemalin adalah merupakan bahan yang mudah menguap ,pada
temperatur kamar (bau merangsang yang tidak enak). Dapat larut didalam air. Zat
ini dapat dioksidasi, direduksi, mengadisi dan dapat membentuk alkohol sekunder.
Pada pengawetan jenazah dia bersifat mengubah protein menjadi zat yang kenyal
dan padat sehingga cocok dengan bahan untuk diseksi :
Formalin dalam berbagai konsentrasi digunakan untuk anti septis (di tambah
dengan metil-alkohol secukupnya untuk mencegah polimerisasi dan inaktivasi), Juga
dapat digunakan untuk desinfeksi sputum penderita Tuberculosis, Sterilisasi alat-alat
Kedokteran, sebagai baktrisid den bahan ini juga penting dalam imunologi dalam
membuat toxoid, penting dalam pembuatan zar warna sintetis dan juga penting
dalam industri kulit dan sebagai bahan pengawet jenazah. Larutan 10% juga
membunuh kuman tetapi dalam jangka waktu yang lama.
Untuk pemakaian formaldehide dalam praktek yang laku adalah formalin atau
formolin yaitu nama dagang suatu larutan dengan lebih kurang 40% foraldehida atau
para fonnaldehi da (paraform).
Pada bagian Anatomi Fakultas Kedokteran USU medan formalin dengan
konsentrasi 40%, digunakan sebagai bahan pengawet cadaver untuk bahan
praktikum mahasiswa, baik sewaktu detrasi maupun sewaktu diseksi dan praktilcal
test. Pada waktu demonstrasi semua alat-alat tubuh manusia di tunjukkan kepada
mahasiswa untuk dipelajari. Cadaver ini setelah dipakai pada setiap praktikum
disimpan didalam bak yang berisi formalin 40% atau di dalam allcohol 90% dan
waktu praktikum/demonstrasi/diseksi/praktikal test dikeluarkan lagi dan diletakkan
di atas meja praktikum. Dan oleh karena sifatnya yang menguap dalam temperatur
kamar tentu saja ruangan praktikum akan penuh dengan uap formalin di mana
mahasiswa/dosen/ laboran bekerja. Dan tentunya pekerja bekerja di ruangan yang
penuh dengan uap formalin yang mempunyai sifat yang sangat irritatif. Dan semua
© 2004 Digitized by USU digital library
2
alat-alat tubuh manusia harus dilihat, diteliti dengan seksama dan diperhatikan serta
dipegang oleh para mahasiswa maupun dosen pembimbing dan laboran. Ditambah
lagi rnahasiswa harus terjun melakukan pemotongan dan penguraian tubuh manusia
untuk keperluan pengajaran, dibawah uap fomalin.
Untuk melihat dengan jelas organ tubuh manusia maka organ tersebut (
terutama organ dalam) harus dikeluarkan dan dilepaskan. dari tubuh cadaver seperti
hati, paru-paru, ginjal, otak dan lain-lain. Terutama otak harus dikeluarkan tersendiri
untuk dipelajari dengan seksama.
Tentu Baja mengeluarkan/memisahkannya diperlukan cara kerja yang sangat
hati-hati dan terampil supaya alat tersebut tidak rusak dan bagian-bagiannya akan
dapat dilihat dengan jelas dan sepurna sehingga gampang untuk memahaminya.
Di bagian Anatomi Fakultas Kedokteran USU Dering dikerjakan labelling
(pembuatan label-label) untuk bahan demonstrasi di mana bagian alat-alat tubuh
yang penting diikat dengan benang dan diberi bernomor dan dibuat daftar nama dari
bagian yang sesuai dengan nomor labelling. Maka mahasiswa tinggal
membaca/mempelajari daftar nama tersebut dengan menyesuaikan dengan
label/nomor, dari bagian tubuh yang diikat. Di bagian Anatomi Fakultas Kedokteran
USU, maka mayat (jenazah) biasanya diperoleh dari bagian Kedokteran Kehakiman
(Foxcinsic). Dan mayat ini biasanya di peroses dengan teknik infus formalin 10% +
tekanan hydrotatis tabung clysma dengan pipa. Jadi disini dengan memakai metoda
gaya berat (gravitasi). Jadi diharapkan dengan tekanan gaya berat cairan formalin
yang tingginya kira-kira 3 meter, akan dapat dimasukkan ke dalam tubuh jenazah.
Jumlah cairan yang dipakai kira-kira 5 leter. Disini akan membuat sayatan sekitar
fossa avalis untuk mendapatkan arteri femoralis. Letak arteri fermalis ini biasanya
agak dalam. Setelah arteri didapat maka dibuat sedikit sayatan, kemudian
dimasukan jarum dan selang yang berhubungan dengan jarum, dan melalui selang
formalin dialirkan ke dalam tubuh mayat, Pekerjaan ini biasanya memakan waktu
sampai lima jam. Setelah selesai bekas sayatan tadi dijahit kembali dan kemudian
mayat ini dimasukkan ke dalam bak berisi formalin 40% atau alkohol 90% selama 6
bulan. Baru kemudian cadaver ini siap untuk dipergunakan, baik untuk demonstrasi
maupun untuk diseksi. Dalam Kotamadya Medan sangat sulit untuk memperoleh
mayat untuk dijadiken cadaver sebagai bahan pelajaran (praktikum) mahasiswa,
oleh karena pihak famili dan kenalan dari yang meninggal keberatan bila jenazah
anggota keluarga dijadikan bahan pelajaran.
Jadi oleh karena sulitnya memperoleh cadaver di Medan, maka bagian
Anatomi Fakultas Kedokteran USU, sering memesan cadaver ini dari Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta, yang sudah dalam keadaan siap pakai.
Cara pengawetan mayat yang dilakukan di USU, melalui arteri fermoralis
disebut cara yang convensional. Cara juga dilakukan pada Universitas Gajah Mada
dan Universitas Brawijaya di Jawa. Sedangkan di Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga (Unair) telah menggunakan peralatan yang modern yang berprinsip sistem
kompressi untuk memasukan formaralis ke dalam tubuh cadaver dengan alat yang
sederhana. Disini fornalin dimasukkan kedalam tuluh cadaver melalui vena saphena
magna. Vena saphena magna letaknya lebih superfisial dari pada formaralis sehingga
dengan demikian untuk mencapai vena saphena magna adalah jauh lebih gampang.
Kemudian cadaver di simpan di dalam kantong plastik dan bukan diremdam didalam
formalin.
Maka jika dibandingkan cara yang konvensional dengan cara modern ini maka
kita akan memperoleh bahwa cara yang modern ini akan memperlihatkan bahwa :
Daya pemisahan antara struktur-struktur adalah lebih balk, sedangkan kelenjar
pembuluh darah dan syaraf cukup baik, otot-otot lebih keres, serabut lebih jelas dan
berwarna coklat sedangkan kulit berwarna lebih gelap. Pada umumnya otak,
jantung, alat pencernaan dan paru-paru adalah baik sedang baunya kurang.
© 2004 Digitized by USU digital library
3
Sedangkan masih ada cara-cara lain dalam mengawetkan cadaver ini,
misalnya melakukan tekanan dengan spuit intra cardial atau juga. melakukan
tekanan melalui spuit intra thoracal. Atau dengan memakai tabung clysma dengan
apa ratusnya tapi melalui intra cardiel atau intra thoracal, tapi cara pengawetan
cadaver dengan infus intra cardical dengan tekanan pompa adalah merupakan cara
yang paling aman.
Dalam hal teknik (metoda) penyediaan cadaver untuk bahan praktikum maupun
pengawetan jenazah untuk bahan upacara atau keluarga maka di Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwjayo. PalembMg, juga telah mengAdakan modifilcasi terhadap metoda Konvensional.
Modifikasi pengawetan ini bertujuan untuk mencapai effektifitas, efisien si
pengamanan, dan estetis yang lebih tinggi. Misalnya melakukan modifikasi infus
formalin intra cardical. Sedangkan dahulu yang mempergunakan tekanan hydrostatis
sekarang telah melakukan infus dengan tekanan pompa. Infus dengan formalin 20%
dengan infus formoglycerin. Dari teknik ini maka akan ditemukan penghematan
waktu, tenaga, biaya, bahayanya dan lebih estatis lagi.
Dengan demikian fungsi Bagian Anatomi juga mulai melakukan Darma
Perguruan Tinggi kepada masyarakat. Tekniknya intra cardial dilakukan sebagai
berikut :
Jarum
: Jarum yang dipergunakan adalah jarum punksi untuk orang
dewasa.
Tempat injeksi
: Tempat injeksi dilakukan pada sela iga ke-IV kiri, dan lebih
kurang 1 cm dari medial garis medio clavicularis kiri.
Cairan
: Cairan yang digunakan adalah larutan formalin 10% atau
formol glycerol sebanyak 5 liter.
Tekanan
: Tekanan yang digunakan adalah tekanan hydrostatik dengan
ketinggian 2 meter atau tekanan pompa dengan tekanan
10-20 kg per cm2 .
Waktu
: Waktu yang dibutuhkan cukup (1/2 - 1) jam saja.
Dengan metoda ini diperlukan suatu keterampilan, untuk menetapkan apakah
jarum telah mengenai ruangan ventrikel kiri atau tidak. Hailini dapat dicek dengan
memundur majukan jarum punksi dan dengan memperhatikan arus cairan formalin
yang kita masukkan dari tabung atau dari pompa.
Maka hal ini tidak akan merusak petugas atau orang lain, cepat, tepat,
kurang berbahaya, dapat dilakukan dimana saja dan tidak mempengaruhi situasi
(Cukup Estatis). Cara ini sangat baik untuk pengawetan jenazah di dalam keluarga
untuk kepentingan upacara dan pengawetan cadaver untuk bahan praktikum.
Kalau kita bandingkan infus formalin dengan cara biasa (konvensional)
dengan cara intra cardial cara Hydrostatis & pompa make kita akan mendapat :
___________________________________________________________________
Cara
Infus formalin
Intra cardial
Intra cardial
Kriteria
cara biasa
hydrostatis
+pompa
---------------------------------------------------------------------------------------------Waktu
3
2
1
Tenaga
3
2
1
Sarana
3
2
1
Biaya
3
1
1
Polusi
3
2
1
Estatis
3
2
1
Efektifitas
3
1
1
---------------------------------------------------------------------------------------------Dengan cara scoring ini akan jelas dapat kita lihat bahwa :
© 2004 Digitized by USU digital library
4
untuk memilih teknik (metoda), untuk keselamatan kerja tenik intra cardial dengan
tekanan pompa merupankan cara yang terbaik
Demikian juga dapat kita lihat lebih jelas pada kriteria di bawah ini antara teknik
konvensional dan teknik intra cardial sebagai berikut :
Kriteria
Waktu
Tenaga
Sarana
Bahayanya
Polusi
Estatis
Efektifitas
Keamanan
Intra Cardical
½ - 1 jam
1 – 2 orang
sederhana
sedikit
hampir tidak ada
baik
baik
aman
Konvensional
2 – 3 jam
4 – 5 jam
banyak
banyak
banyak
kurang
termasuk baik
kurang
Di Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran USU Medan para laboran dalam
mengerjakan penyediaan cadaver, nyatanya tidak bmemakai bahan pelindung diri,
sedangkan jelas menurut sifat farcologinya formalin adalah merupakan zat yang
mudah menguap pada temperatur kamar, dan juga merupakan zat yang sangat
irritatif baik pada kulit maupun terhadap selaput lendir. Tentu saja pekerjaan ini
sangat mengandung resiko yang tinggi. Maka dalam hal biasanya para laboran yang
hanya memakai masker dan kalau dapat memakai sejenis helm yang dapat
melindungi muka (mata, telinga. hidung dan mulut). Dan disamping itu tentunya
diperlukan suatu ruangan yang luas, sehingga terdapat suatu ventilasi yang
memuaskan. Maka jendela hendaknya banyak dan lebar disertai dengan alat
penerangan yang baik, den adanya sarana kipas angin yang cukup.
Demikian juga bagi para mahasiswa yang bekerja di laboratorium, yang
berhubungan dengan uap formalin bahkan kadang-kadang berjam-jam maka
disamping memakai jas praktikum dan sarung tangan hendaknya juga memakai
masker. Tentu hal yang sama juga diperlukan bagi staf pengajar yang hampir setiap
waktu selalu berhubungan dengan uap formalin yang sangat iiritatif.
KESIMPULAN
Untuk mengurangi risiko formalin terhadap tenaga kerja, khususnya dalam
laboratorium Anatomi FK USU Medan dan terutama bagi para laboran yang bekerja
dalam penyediakan cadaver (dari bentuk belum jadi dari jenazah), maka ditinjau dari
segi teknik (metoda), yang dianjurkan ialah metoda infus formalin intra cedial
dengan tekanan pompa. Kemudian juga hendaknya para laboran memakai pakaian
sejenis helm (penutup mata, hidung , mulut) untuk menghindari bahaya irritasi
langsung dari larutan formalin, disamping juga tentunya perlu memakai sarung
tangan, ruangan yang mempunyai ventilasi yang cukup besar dan banyak, dan
mempunyai kipas angin dan juga bekerja hendaknya berhati- hati, karena disamping
bekerja dengan zat yang sangat merangsang juga bekerja dengan benda-benda
tajam disertai dengan penerangan yang baik.
Sedangkan untuk pengawetan jenazah untuk keluarga bagaimanapun juga
tentu teknik (metoda) intra cardial dengan tekanan pompa juga adalah merupakan
teknik yang paling baik, ditambah syarat-syarat seperti untuk bekerja laboran
dalam penyediaan cadaver untuk bahan praktikum. Namun dalam hal ini, maka
tergantung dalam keadaan situasi maka dapat saja dilakukan pemilihan yang sesuai.
(Apakah intra cardial dengan tekanan pompa/tekanan hydrostatis infus vena/arteri,
intra thoracal, intraperitoneal, langsung intraabdominal atau cara-cara lain).
Sedangkan untuk para praktikan (mahasiswa yang menjalankan praktikum) , dan
© 2004 Digitized by USU digital library
5
dosen pembimbing. Maka disamping hal yang tersebut diatas maka perlu
diperhitungkan agar jarak praktikum antara satu dengan yang lain misalnya kira-kira
satu minggu sebab dengan demikian tentu juga akan mengurangi resiko formalin
terhadap pekerja (dalam hal ini dosen pembimbing dan praktikum/mahasiswa.
KEPUSTAKAAN
Holman, Kimia Organik, Hal. 115 –117
KumpuLan makalah; Pertemuan Nasiona1 ke V P.A.A.I. ; Semarang, tanggal 28 -29
Maret 1980, hal. 60-66
Kumpulan makalah; Pertemuan Regional Anatomi Se Sumatra. II di Medan tanggal
26- 30 Desember 1980, hal. 1-9.
Panel Diskusi; Tinjauan Hukum Dan Agama terhadap masalah penggunaan tubuh
manusia sebagai alat pengembangan ilmu Kedokteran, Medan, 1978, hal. 1 -9 .
Pearce, Evelyn; Anatomi Dan Fisiologi untuk Paramedis Penerbit PT. Gramedia,
Jakarta, tahun 1985, hal. 152,
Radioputro, Drs. Prof., Anatomi Klinik, Cetakan Pertama, Erlangga, tahun 1981, hal
411 -413.
Warner Spaltcholz Hand Atlas of Human Anatomi, One Volume Edition, hal
453.
© 2004 Digitized by USU digital library
452 -
6