Kesiapan Sumatera Utara Ekolabel Sebagai Isu Lingkungan Hidup Dalam Kerangka Perdagangan GATT WTO

KESIAPAN SUMATERA UTARA ATAS EKOLABEL SEBAGAI ISU LINGKUNGAN HIDUP DALAM KERANGKA PERDAGANGAN GATT/WTO
TESIS
Oleh : JELLY LEVIZA NIM : 992105113
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2001
Jelly Leviza : Kesiapan Sumatera Utara Ekolabel Sebagai Isu Lingkungan Hidup Dalam Kerangka…, 2001 USU Repository © 2007

KESIAPAN SUMATERA UTARA ATAS EKOLABEL SEBAGAI ISU LINGKUNGAN HIDUP DALAM KERANGKA PERDAGANGAN GATT/WTO Jelly Levizai1 Sanwani Nasution2 Syamsul Arifin3 T. Syamsul Bahri4 INTISARI
Perdagangan dan isu-isu lingkungan hidup akhir-akhir ini semakin tidak terpisahkan, hal ini disebabkan perkembangan dan isu lingkungan hidup itu sendiri yang telah membentuknya menjadi sesuatu yang lintas sektoral, multidisiplin dan menuntut keterlibatan dari berbagai pihak. Keadaan tersebut telah melatarbelakangi masuknya isu-isu lingkungan hidup dalam kerangka perdagangan Organisasi Perdagangan Dunia, yakni WTO. Salah satu isu lingkungan hidup yang dibicarakan dalam forum WTO adalah ekolabel yang kini dikenal sebagai suatu standar internasional di bidang lingkungan hidup. Dalam pertemuannya di Marakesh, WTO telah menetapkan diterimanya ekolabel sebagai standar lingkungan hidup internasional sepanjang hal tersebut dilaksanakan secara non diskriminatif transparansi, serta penanganan masalah lingkungan dilakukan dengan pendekatan secara multilteral dan sejauh mungkin berdasarkan standar-standar internasional. Rekomendasi WTO atas ekolabel itu sejalan dengan tuntutan konsumen utama kayu dunia (terdiri dan negara-negara maju anggota WTO) yang juga menginginkan adanya suatu standar ramah lingkungan atas kayu maupun produk-produk kayu yang hendak mereka konsumsi. Berkenaan dengan hal itu pada tingkat daerah (Sumatera Utara) perlu dilihat kesiapan implementasi ekolabel, sedangkan di tingkat nasional perlu diadakan suatu perbandingan antara ketentuan-ketentuan UU NO. 23/1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dengan Persetujuan-persetujuan GATT 1994 yang berkaitan dengan isu lingkungan hidup.
Penelitian ini bersifat deskriptif-analitis-preskripti sedangkan metode yang dipergunakan adalah yuridis normatif dan yuridis sosiologis. Lokasi penelitian di Sumatera Utara sebab merupakan salah satu propinsi yang memiliki nilai ekspor hasil hutan terbesar di Indonesia. Responden yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini adalah : a) Kalangan Pemerintah Daerah (Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah, Dinas Kehutanan dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan
1. Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan. 2. Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan. 3. Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Medan. 4. Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan.
Jelly Leviza : Kesiapan Sumatera Utara Ekolabel Sebagai Isu Lingkungan Hidup Dalam Kerangka…, 2001 USU Repository © 2007

Sumatera Utara), b) Kalangan Pelaku Usaha (sebanyak 3 perusahaan yang masing-masing diwakili oleh pegawai yang ditunjuk), c) Salah satu badan hukum yang berwenang mengeluarkan sertifikat ekolabel. Alat pengumpul data primer dan sekunder adalah kuesioner, pedoman wawancara dan studi dokumentasi serta dianalisis dengan cara yuridis kualitatif.
Hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa ada enam Persetujuan GATT 1994 yang ketentuan-ketentuannya berkaitan dengan isu lingkungan hidup, baik yang dimuat dalam Preambule, Batang Tubuh maupun Lampiran-lampirannya, yakni Agreement On Establising The World Trade Organization (Persetujuan Tentang Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia), Agreement On Agriculture (Persetujuan Tentang Pertanian), Agreement On The Application of Sanitary and Phytosanitary Measures (Persetujuan Tentang Pelaksanaan Tindakan Perlindungan Kesehatan Manusia, Hewan dan Tumbuh-tumbuhan), Agreement On Technical Barriers To Trade (Persetujuan Tentang Hambatan Teknis Dalam Perdagangan), Agreement On Subsidies and Countervailing Measures (Persetujuan Tentang Subsidi dan Tindakantindakan Pengimbang) dan Agreement On Technical Barriers To Trade (Persetujuan Tentang Hambatan Teknis Dalam Perdagangan). Dalam perspektif UU No.23/1997, ternyata kebijaksanaan perlindungan lingkungan hidup menurut Persetujuan-persetujuan GATT 1994 tersebut telah menimbulkan adanya batasanbatasan bagi kebijaksanaan perlindungan lingkungan hidup nasional, sebab prosedur kebijaksanaan perlindungan lingkungan nasional hams selalu disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan dan Persetujuan-persetujuan GATT 1994 diatas. Dari segi implementasi ekolabel terlihat ketidaksiapan Sumatera Utara, baik ketidaksiapan secara internal (instansi terkait) maupun secara eksternai (perusahaan-perusahaan HPH Sumatera Utara).
Disarankan kepada Pemerintah Pusat untuk bertindak hati-hati dan bijaksana agar upaya perlindungan lingkungan nasional tidak terlalu tergantung pada syarat-syarat yang telah ditetapkan dalam Persetujuan-persetujuan GATT 1994. Menyangkut ketidaksiapan Sumatera Utara atas implementasi ekolabel maka disarankan adanya penataan dan pembenahan kembali pada instansi-instansi terkait, sedangkan bagi badan hukum yang berwenang mengeluarkan sertifikat ekolabel dituntut untuk lebih berperan dalam mensosialisasikan ekolabel di Sumatera Utara.
Kata Kunci : -Ekolabel -Isu lingkungan hidup -GATT/WTO
Jelly Leviza : Kesiapan Sumatera Utara Ekolabel Sebagai Isu Lingkungan Hidup Dalam Kerangka…, 2001 USU Repository © 2007

READINESS OF NORTH SUMATRA IN ECOLABEL AS ENVIRONMENTAL ISSUE ON GATT/WTO TRADES Jelly Levizai1
Sanwani Nasution2 Syamsul Arifin3 T. Syamsul Bahri4 ABSTRACT

The trades and environmental issues is currently come to inseparable, as however a consequence development of the environmental issue itself that has provided it become something in sectional cross, multi-discipline and demand involved of various sides. That condition is then background from entry the environmental issues for the sake of doing business in the World Trades Organization (WTO). One of environmental issues discussed in WTO forum is ecolabel as currently known as an international standard on the environmental. In the meeting held in Marakesh, WTO even decided to receive the ecolabel as an international environmental standard as long as the terms implemented by non discriminative, transparency, as well as the handling of environmental problem is conducted with multilateral approaching and as far as possible based on international standards. Recommendation by WTO upon ecolabel conforms with a demand by main consumer on world woods (comprised of developed countries member of WTO) that also require available with a standard in environmental familiar on woods or woods products they are going to consume. Refers with the point as on region level (North Sumatra, it is necessary to see how far its readiness to implement the ecolabel as intended, while by national level is need to provide a comparison between the terms of UU No. 23/1997 about The Environmental Management under approval GATT 1994 that concerning with the environmental issue.
This research is on descriptive-analytic-perspective, while the method applied is on normative juridical and sociologic juridical. The research site is in North Sumatra due to a province having greatest rate for export forest products in Indonesia. Respondent involved as sample in this study are : a) Region Provincial Government (in this case The Regional Environmental Impact Management Agency, Forestry Service and Provincial Trades and Industry Service), b) Businessman (some 3 companies which is represented by employee assigned), c) One of legal incorporated has authority in issuing ecolabel certificate. The means for collecting data primary
1Law Faculty, North Sumatra University, Medan. 2Law Faculty, North Sumatra University, Medan. 3Law Faculty, North Sumatra University, Medan. 4Law Faculty, North Sumatra University, Medan.
Jelly Leviza : Kesiapan Sumatera Utara Ekolabel Sebagai Isu Lingkungan Hidup Dalam Kerangka…, 2001 USU Repository © 2007

and secondary is questionnaire, guide for interview and documentation study as well as analysis with qualitatively juridical.
The result of research and discussion shows that there are six Agreements of GATT 1994 with a provision relating with environmental issue, either contained in Preambule, Body or its appendixes, they are Agreement On Establishing The World Trade Organization, Agreement On Agriculture, Agreement On The Application of Sanitary and Phytosanitary Measures, Agreement On Technical Barriers to Trade, Agreement on Subsidies and Countervailing Measures and Agreement on Technical Barriers to Trade. Within perspective UU No. 23/1997, in fact a policy for environmental protection measures refers to the Agreements GATT 1994 however has resulted in available restrictions for the policy of national environmental protection, since procedure policy for national environmental protection should be consistently adjusted with the provisions by the above Agreements of GATT 1994. From the implementation of ecolabel point seen how unread ness of North Sumatra, either on inconsistent internally (the authority) or externally (corporation with HITT in North Sumatra).
It is suggested for Central Government to act carefully and wisely in an effort protection for national environmental to be not just depending on requirements that has been decided in the Agreements GATT 1994. Concerning un-ready of North Sumatra in the implementation ecolabel is suggestible to provide a setting-up it orderly and re-set on concerned institutions, while for legal incorporated having authority to issue an ecolabel certificate is demanded to participate more in socialization of ecolabel in North Sumatra.

Key words:

-Ecolabel -Environmental Issue -GATT/WTO

Jelly Leviza : Kesiapan Sumatera Utara Ekolabel Sebagai Isu Lingkungan Hidup Dalam Kerangka…, 2001 USU Repository © 2007