Imago kemudian dipindahkan ke dalam stoples yang lebih besar dan ditutup
dengan kawat kasa stenlis. Kurungan yang terbuat dari kain kasa dan kayu dengan ukuran 70 x 50 x 60 cm berfungsi untuk memindahkan imago ke stoples
yang lebih besar. Di dalam stoples diletakkan kapas yang telah diolesi madu 50 sebagai pakan imago. Telur yang dihasilkan oleh serangga uji dipelihara sampai
menetas dan menjadi larva instar III untuk digunakan dalam pengujian. Pembiakan serangga uji dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Pembiakan serangga uji larva penggerek batang jagung, a lokasi
pencarian larva penggerek batang jagung, b pemeliharaan penggerek batang jagung, c pupa penggerek batang jagung, d imago
penggerek batang jagung, e kurungan untuk memindahkan imago, f toples besar sebagi tempat kawin imago, g telur penggerek batang
jagung tampak seperti sisik ikan, h larva penggerek batang jagung instar 1
a
b
c
d e
f
g
h
3.4.2 Ekstraksi Penelitian dilakukan dengan cara menggunakan sebanyak 2 kg daun mint yang
dijemur dengan panas matahari selama 3 hari, kemudian dihaluskan dengan blender kering. Selanjutnya ditimbang dan diperoleh tepung daun mint kering
sebanyak 1136,4 g. Tepung ini kemudian direndam dalam 4,5 L larutan etanol 96 selama 14 hari.
Setiap hari selama 10 menit dilakukan pengadukan. Setelah empat belas hari perendaman dengan etanol dilakukan penyaringan, diperoleh filtrat dan residu.
Filtrat kemudian diuapkan dengan rotary evaporator, dan didapat fitrat pekat.
Filtrat pekat ini kemudian diekstrak dengan EtOAc etil asetat hingga diperoleh fraksi lapisan H
2
O air dan fraksi lapisan EtOAc. Kedua fraksi tersebut selanjutnya digunakan untuk pengujian aktivitas insektisida bioassay I. Fraksi
air terbukti mempunyai aktivitas insektisida terhadap larva penggerek batang jagung, selanjutnya fraksi air diuapkan hingga kering dan dimasukkan ke dalam
diaion Hp 20 kolom khromatografi dan dielusi dengan 100 H
2
O 1 L, 20 MeOHH
2
O 1 L, 50 MeOHH
2
O 1 L, dan 100 MeOH 1 L secara berurutan. Demikian pula jika fraksi EtOAc terbukti mempunyai aktivitas
insektisida terhadap larva penggerek batang jagung, selanjutnya fraksi EtOAc diuapkan hingga kering dan dimasukkan ke dalam silika kolom khromatografi dan
dielusi dengan CHCl
3
500 mL, 3 MeOHCHCl
3
500 mL, 20 MeOHCHCl
3
500 mL, dan MeOH 500 mL secara berurutan. Fraksi yang diperoleh dilakukan untuk bioassay II terhadap larva penggerek batang jagung pada
konsentrasi 40.000 ppm pada masing-masing fraksi. Pengamatan dilakukan untuk
mengetahui jumlah serangga yang mati pada 24, 48,72, sampai 408 jsa. Fraksi yang aktif dilakukan untuk pengujian lebih lanjut yaitu bioassay III untuk
mengetahui mortalitas larva penggerek batang jagung. Ekstrasi daun mint dapat dilihat pada Gambar 2.
Daun Mint 1136, 4 g
Perendaman dalam etanol 96 sebayak 4,5 L selama14 hari
Penyaringan
Filtrat Residu Evaporasi rotary evaporator
Filtrat Pekat Ekstraksi dengan EtOAc
Fraksi 1 Fraksi 2
Bioassay I
Lapisan air Lapisan EtOAc 500 mL 1L
Evaporasi
rotary evaporator Residu
Kolom Kromatografi diaion Hp 20
100 H
2
O 20 MeOHH
2
O 50 MeOHH
2
O 100 MeOH
Bioassay II
Fraksi 1-1 Fraksi 1-2 Fraksi 1-3 Fraksi 1-4 Evaporasi
Residu 100 H
2
O
Bioassay III 40.000ppm 20.000ppm 10.000ppm 5.000ppm 2.500ppm 1.250ppm 625ppm
Gambar 2. Tahapan pelaksanaan penelitian
3.4.3 Uji Toksisitas
Uji toksisitas ekstrak daun mint M. arvensis dilakukan melalui tiga tahap uji hayati bioassay. Bioassay I merupakan pengujian aktifitas insektisida antara
fraksi lapisan air H
2
O dan fraksi lapisan etil asetat EtOAc. Kedua fraksi tersebut digunakan untuk pengujian aktivitas insektisida terhadap larva penggerek
batang jagung O. furnacalis, dengan cara memaparkan larva penggerek batang jagung instar III sebayak 25 ekor dengan 3 ulangan. Konsentrasi fraksi yang
digunakan adalah 20.000 ppm. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui mortalitas larva penggerek batang jagung pada 24, 48, 72, sampai 408 jam setelah
aplikasi jsa. Salah satu fraksi pada bioassay I yang aktif terhadap mortalitas larva penggerek batang jagung kemudian dielusi dengan air H
2
O dan methanol MeOH untuk mengetahui pengaruh polaritas pelarut terhadap mortalitas
penggerek batang jagung sebagai bioassay II. Untuk bioassay III, fraksi yang digunakan yaitu fraksi yang paling aktif terhadap penggerek batang jagung dari
bioassay II. Pada bioassay III, konsentrasi ekstrak daun mint yang digunakan adalah 625,
1.250, 2.500, 5.000, 10.000, 20.000, dan 40.000 ppm dengan 3 ulangan. Setiap satuan percobaan ekstrak daun mint terdiri atas stoples plastik dengan tutup kawat
kasa stenlis yang berisi 25 ekor larva uji. Pakan larva dicetak terlebih dahulu dengan cawan petri dengan tinggi 2 cm, jari-jari 4,5 cm dan diameter 9 cm. Daya
tampung cawan petri terhadap pakan larva penggerek batang jagung sebayak 120 mL. Pakan larva diberikan sesuai dengan konsentrasi ppm yang digunakan.
Perlakuan kontrol digunakan 25 ekor larva uji dan diberi pakan sebanyak 120 mL
tanpa ekstrak daun mint, selanjutnya dimasukkan ke dalam stoples plastik dan ditutup kawat kasa stenlis. Setiap perlakuan diaplikasikan dengan cara
mencampurkan ekstrak daun min kedalam pakan larva penggerek batang jagung sesuai dengan konsentrasi perlakuan masing-masing. Setelah pengamatan 24 jam
setelah aplikasi jsa pakan diganti dengan pakan yang tidak diberi ekstrak daun mint, dengan cara dipotong persegi dengan ukuran 2x2 cm. Pakan diganti 24 jam
sekali sampai selesai pengamatan. Pengamatan mortalitas dilakukan setiap 24, 48,72, sampai 408 jam setelah aplikasi.
3.4.4 Pengamatan
Pengamatan dilakukan untuk mengetahui persentase mortalitas larva penggerek batang jagung yang dihitung dengan rumus :
Keterangan : A = Jumlah serangga yang mati B = Jumlah serangga uji
Menurut Hasibuan 2003 sebelum melakukan perhitungan faktor kematian faktor kematian pada kontrol yang disebabkan oleh faktor lain harus terlebih
dahulu dikoreksi dengan rumus Abbot 1925, dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan : A = Persentase serangga uji yang mati pada perlakuan B = Persentase serangga uji yang mati pada kontrol
3.4.5 Daya Racun LC
50
Untuk mengetahui daya racun LC
50
setelah aplikasi ekstrak daun mint digunakan analisis probit, dengan cara mengentri data serangga uji yang mati pada
perlakuan ke dalam program micro probit 3.0 T. Sparks and A. Sparks, 1986.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa:
1. Ekstrak daun mint Mentha arvensis Linn. fraksi lapisan air H
2
O menyebabkan mortalitas larva penggerek batang jagung Ostrinia furnacalis
Guen. pada pengamatan 240 jsa sebesar 53,33 yang lebih tinggi daripada fraksi EtOAc etil asetat sebesar 49,33.
2. Ekstarak daun mint fraksi 100 H
2
O menyebabkan mortalitas penggerek batang jagung sebesar 54,67 pada pengamatan 264 jsa yang lebih tinggi dari
pada fraksi campuran air dan metanol. 3.
Ekstrak daun mint pada bioassay III dengan perlakuan 40.000 ppm pada 240 jsa dapat menyebabkan mortalitas penggerek batang jagung sebesar 54,67
namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan 20.000 ppm.
5.2 Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut menggunakan serangga uji lain.
PUSTAKA ACUAN
Anonim
a
. 2011. Budidaya Tanaman Jagung Zea mays L.. Tersedia di http:www.ngambarsari.com201104budidaya-tanaman-jagung-zea-
mays-l.html. Diakses tanggal 10 November 2012. Dadang dan D. Prijono. 2008. Insektisida Nabati. Departemen Proteksi Tanaman
Institut Pertanian Bogor. Bogor. 163 hlm. Direktorat Jendral Tanaman Pangan. 2008. Produksi, Luas Panen, Dan Palawija di
Indonesia. Direktorat Jendral Tanaman Pangan Jakarta. Jakarta Bato, S.M., T.R. Everett, and O.O. Malijan. 1993. Integrated Pest Management
for Asian Corn Borer Control. National Crop Protection Centre Series. No.9.4P
Dinas Pertanian Provinsi Lampung. 2010. Data Hasil Panen Tanaman Pangan dan Hortikultura. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura
Provinsi Lampung. Lampung. 89 hlm. Godfrey, L.D., T.O. Haltzer, and J.M. Norman. 1991. Effects of European corn
borer Lepidoptera: Pyralidae. Tunneling and Drought Stress of field corn gas exchange parameters. Journal of Econ. Entomol. 844:1370-1380.
Granados, G. 2000. Maize insects, Tropical Maize, Improvement and Production. Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome. p. 81−349.
Hayes, J., R., N.S. Stavanja, and B., M. Lawrence.2007. Biological and Toxicological Properties of Mint Oils and Their major Isolates: Safety
Assessment. In Mint :The Genus Mentha. Edited by B.M. Lawrence, p. 42-495. CRC Press Taylor Francis Group, New York.
Hasibuan, R. 2003. Modul Praktikum : Pestisida dan Teknik Aplikasi. Jurusan Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar
Lampung. 36 hlm. Handayani, Y. 2007. Tanaman Obat Indonesia. Tersedia di http:toiusd.multiply.
comjournal?page_start=40 . Diakses tanggal 10 Oktober 2012 Hartati, S. 2012. Prospek Pengembangan Minyak Atsiri sebagai Pestisida Nabati.
Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Bogor. 45-58 hlm.
Laila dan Nunung. 2011. Resep-resep Insektisida Botani yang Efektif untuk Berbagai Jenis Hama Tanaman Padi. Makalah Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Noviana, E. Pranoto., Widodo, F.M, and Delianis, P. 2012. Kajian Aktivitas
Bioaktif Ekstrak Teripang Pasir Holothuria scabra Terhadap Jamur Candida albicans. Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil
Perikanan. Universitas Diponegoro. Malang. 1-8 hlm.
Nonci, N. dan D. Baco. 1991. Pertumbuhan Penggerek Jagung Ostrinia furnacalis Guenee Pada Berbagai Tingkat Umur Tanaman Jagung Zea
mays L.. Agrikam, Buletin Penelitian Pertanian Maros. 63: 95-101. Nonci, N., J. Tandiabang, Masmawati, dan A. Muis. 2000. Inventarisasi Musuh
Alami Penggerek Batang Jagung Ostrinia furnacalis di sentra produksi Sulawesi Selatan. Penelitian Pertanian
193: 38−49. Nonci, N., Masmawati, A. Jabbar, dan D. Baco. 2001. Waktu Pelepasan
Trichogramma evanescens Westwood dalam Pengendalian Penggerek Batang Jagung Ostrinia furnacalis Guenee. Balai Penelitian Tanaman
Jagung dan Serealia Lain. Sulawesi Selatan. 13 hlm.
Nonci, N. 2004. Waktu Pelepasan Biologi dan Musuh Alami Penggerek Batang Ostrinia furnacalis Guenee Lepidoptera: Pyralidae pada Tanaman
Jagung. Balai Penelitian Tanaman Jagung dan Serealia Lain. Sulawesi Selatan . 23 hlm.
Retno. 2008. Manfaat Tanaman Jagung. http:muthie-muthie.blogspot. com201205manfaat-tanaman-jagung.html. Diakses 31 Oktober 2012
Saenong, M., dan Sudjat, 2005. Pengelolaan Hama Penggerek Batang Jagung Ostrinia furnacalis Guenee Lepidoptera:Pyralidae. Prosiding Seminar
Nasional Jagung, 2005 . Balai Penelitian Tanaman Serealia. Sulawesi Selatan
Sastrohamidjojo, H. 2004. Kimia Minyak Atsiri. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. 165 hlm.
Singh, M., S., Srivastava, R. P., Srivastavan, and S. S., Chauhan. 1994. Effect of Japanese mint Mentha arvensis Oil as Fumigant on Nutritional Quality
of Stored Sorghum. Plant Foods for Human Nutrition Formerly Qualitas Plantarum Volume 47, Number 2, 109-114, DOI: 10.1007BF01089259
Sparks, T., and A. Sparks. 1986. MicroProbit 3.0 analysis for IBM PC Compatibles Software.