ENGARUH KOMPOSISI PUPUK TERHADAP PENGGEREK BATANG (Ostrinia furnacalis Guenee ) DAN PENGGEREK TONGKOL (Helicoverpa armigera Hubner) PADA PERTANAMAN JAGUNG (Zea mays)

(1)

ABSTRACT

EFFECT OF FERTILIZER COMPOSITION TO STEM BORER (Ostrinia furnacalis Guenee) AND COB BORER (Helicoverpa armigera Hubner) AT

CROPPING CORN (Zea mays)

By

OVIANA SURI. A

Stem borer (Ostrinia furnacalis Guenee) and cob borer (Helicoverpa armigera Hubner) was an important pest on corn. The increasing number of pests have been reported with high doses of fertilizer nitrogen (N). While the provision of fertilizers that contain the element potassium (K) can enhance plant resistance against various pests. This reshach aimed to determine the effect of manure composition with different doses of the number of stem borer (Ostrinia furnacalis Guenee) and cob borer (Helicoverpa armigera Hubner) in corn. The hypothesis advanced ware (1) Provision of fertilizer composition with a high dose of N (urea 800 kg / ha + SP-36 150 kg / ha + KCl 75 kg / ha could be increasing the number of stem borer (Ostrinia furnacalis Guenee) and cob borer (Helicoverpa armigera Hubner) in maize. (2) The composition of K fertilizer with a high dose (400 kg urea / ha + SP-36 150 kg / ha + KCl 150 kg / ha could be reduceing the number of stem borer (Ostrinia furnacalis Guenee) and pests cob borer (Helicoverpa

armigera Hubner) in corn.

Research carried out in field trials Polytechnic Lampung, Bandar Lampung from November 2011 until February 2012. Treatments arranged in a randomized block design (RGD) consisting of 4 treatments with 5 replicates including control so that there are 20 experimental units. The treatment consists of (1) the composition of fertilizers (urea 400 kg / ha + SP-36 150 kg / ha + KCl 75 kg / ha), (2) the composition of fertilizers (urea 800 kg / ha + SP-36 150 kg / ha + KCl 75 kg / ha), (3) the composition of fertilizers (urea 400 kg / ha + SP-36 150 kg / ha + KCl 150 kg / ha) and (4) Phonska NPK fertilizer at 100 kg / ha. Observed variable was the level of pest attack cobs and number of stem borer and corn cobs on the plant.


(2)

Data was analyzed using the results of observations of variance (Anova), followed by the mean comparison test (LSD) with a real level 5%.

The results showed that administration of a dose of N fertilizer komposisi high (800 kg urea / ha + SP-36 150 kg / ha + KCl 75 kg / ha) can increase the level of pest attacks and the number of stem borer (Ostrinia furnacalis Guenee) and cob borer (Helicoverpa armigera Hubner) in maize, while giving the composition of K fertilizer with a high dose (400 kg urea / ha + SP-36 150 kg / ha + KCl 150 kg / ha) can reduce the attack rate and the number of stem borer (Ostrinia furnacalis

Guenee ) and cob borer (Helicoverpa armigera Hubner) in maize.

Keyword : Attack rate and the number of stem and cob borer, fertilizer N, P and K.


(3)

ABSTRAK

PENGARUH KOMPOSISI PUPUK TERHADAP PENGGEREK BATANG (Ostrinia furnacalis Guenee ) DAN PENGGEREK TONGKOL (Helicoverpa

armigera Hubner) PADA PERTANAMAN JAGUNG (Zea mays)

Oleh

OVIANA SURI. A

Penggerek batang (Ostrinia furnacalis Guenee) dan penggerek tongkol

(Helicoverpa armigera Hubner) merupakan hama penting pada tanaman jagung. Meningkatnya jumlah hama dilaporkan ada hubungannya dengan tingginya dosis pupuk nitrogen (N) yang diberikan. Sedangkan pemberian pupuk yang

mengandung unsur kalium (K) dapat meningkatkan ketahanan tanaman terhadap berbagai hama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komposisi pupuk dengan dosis yang berbeda terhadap jumlah hama penggerek batang (Ostrinia furnacalis Guenee) dan penggerek tongkol (Helicoverpa armigera

Hubner)pada pertanaman jagung. Hipotesis yang diajukan adalah (1) Pemberian komposisi pupuk dengan dosis N tinggi (urea 800 kg/ha + SP-36 150 kg/ha + KCl 75 kg/ha dapat meningkatkan jumlah hama penggerek batang (Ostrinia furnacalis Guenee) dan hama penggerek tongkol (Helicoverpa armigera Hubner)

pada pertanaman jagung. (2) Pemberian komposisi pupuk dengan dosis K tinggi (urea 400 kg/ha + SP-36 150 kg/ha + KCl 150 kg/ha dapat menurunkan jumlah hama penggerek batang (Ostrinia furnacalis Guenee) dan hama penggerek tongkol (Helicoverpa armigera Hubner) pada pertanaman jagung.

Penelitian dilaksanakan di lahan percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung dari November 2011 sampai Februari 2012. Perlakuan disusun dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) terdiri atas 4 perlakuan dengan 5 ulangan sehingga terdapat 20 satuan percobaan. Perlakuan terdiri atas (1) komposisi pupuk (urea 400 kg/ha + SP-36 150 kg/ha + KCl 75 kg/ha), (2) komposisi pupuk (urea 800 kg/ha + SP-36 150 kg/ha + KCl 75 kg/ha), (3) komposisi pupuk (urea 400 kg/ha + SP-36 150 kg/ha + KCl 150 kg/ha) dan (4) pupuk NPK Phonska sebesar 100 kg/ha. Peubah yang diamati adalah tingkat serangan hama tongkol dan jumlah hama penggerek batang dan tongkol pada tanaman jagung. Data hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan sidik ragam (Anova) dan dilanjutkan dengan uji perbandingan nilai tengah (BNT) dengan taraf nyata 5%.


(4)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian komposisi pupuk dengan dosis N tinggi (urea 800 kg/ha + SP-36 150 kg/ha + KCl 75 kg/ha) dapat meningkatkan tingkat serangan dan jumlah hama penggerek batang (Ostrinia furnacalis Guenee) dan hama penggerek tongkol (Helicoverpa armigera Hubner) pada pertanaman jagung, sedangkan pemberian komposisi pupuk dengan dosis K tinggi (urea 400 kg/ha + SP-36 150 kg/ha + KCl 150 kg/ha) dapat menurunkan tingkat serangan dan jumlah hama penggerek batang (Ostrinia furnacalis Guenee) dan hama penggerek tongkol (Helicoverpa armigera Hubner) pada pertanaman jagung. Kata kunci :tingkat serangan dan jumlah hama penggerek batang dan tongkol,


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bagan petak penelitian. ... 15

2. Jarak antar petak dan jarak tanam. ... 15

3. Gejala serangan dan larva O. furnacalis. ... 22


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... i

DAFTAR GAMBAR . ... vi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. ... 1

1.2. Tujuan Penelitian ... 3

1.3. Kerangka Pemikiran ... 4

1.4. Hipotesis ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Jagung ... 6

2.2. Syarat Tumbuh ... 8

2.3. Hama Penggerek Batang (Ostrinia furnacalis Guenee) ... 9

2.4. Hama Penggerek Tongkol (Helicoverpa armigera Hubner) . .... 11

2.5. Hubungan Hama dengan Pupuk ... 11

III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 13

3.2. Alat dan Bahan ... 13

3.3. Metode Penelitian ... 13

3.4. Pelaksanaan Penelitian ... 14

3.4.1 Persiapan Lahan ... . 14

3.4.2 Pengolahan Lahan ... 14


(7)

3.4.4 Penyulaman dan Penjarangan ... 16

3.4.5 Pemupukan ... 16

3.4.6 Pemeliharaan Tanaman Jagung ... 17

3.5. Pengamatan ... 18

3.6. Analisis Data ... 20

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Penggerek Batang Jagung (Ostrinia furnacalis). ... 21

4.2. Penggerek Tongkol Jagung (H.armigera dan O. furnacalis) ... 24

4.3. Hubungan Hama dengan Jumlah Tongkol dan Hasil Produksi Jagung Pipilan Kering ... 28

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 30

5.1 Kesimpulan ... 30

5.2 Saran ... 30

DAFTAR PUSTAKA ... 31


(8)

“ Sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan,

maka apabila kamu telah selesai (dari tugas urusan), maka

kerja keraslah kamu (urusan yang lain)”

(Al Quran Surat Insyirah, ayat 5 dan 6 )

“ Barang siapa berjalan untuk menuntut ilmu maka

Allah

akan memudahkan baginya jalan ke surga”

(H.R. Muslim)

Anda tidak akan mencapai sukses yang sungguh

sungguh

jika anda tidak mencintai pekerjaan yang sedang anda

lakukan”

( Dale Carnegie)


(9)

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang

Seiring do’a dan rasa syukur kehadirat Allah SWT maka dengan kerendahan hati

setulusnya kupersembahkan karya ilmiah ini kepada :

Ayah dan Ibu (almh)

yang selalu memberikan motivasi dan selalu Bersabar dalam mengiringi Langkah dengan Doa serta Materi yang tak dapat Terhitung Nilai dan Nominalnya untuk

Keberhasilanku

Adik dan Keluarga besarku yang selalu berdoa dan sabar Menanti Keberhasilanku

Serta


(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sumberejo, Kecamatan Talang Padang, Kabupaten Tanggamus pada tanggal 08 Agustus 1989, sebagai anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Ahmat dan Ibu Maryamah (almarhumah).

Penulis menyelesaikan pendidikan di Taman Kanak-kanak Sriwijaya Sukarame Bandar Lampung pada tahun 1995, Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Sukarame Bandar Lampung pada tahun 2001, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 21 Bandar Lampung pada tahun 2004, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Utama 2 Bandar Lampung pada tahun 2007.

Pada tahun 2007, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Penelusuran Minat

Kemampuan Akademik dan Bakat ( PMKAB) dan pada tahun 2008 di

integrasikan pada Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Pada tahun 2010 penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di Balai Karantina Tumbuhan Panjang, Bandar Lampung.


(11)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi dengan judul “Pengaruh Komposisi Pupuk Terhadap Penggerek Batang (Ostrinia furnacalis Guenee ) dan Penggerek Tongkol (Helicoverpa armigera

Hubner) pada Pertanaman Jagung (Zea mays)” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ayah dan almarhumah Ibu tercinta, atas segala do’a, dukungan, kepercayaan dan limpahan kasih sayang selama ini.

2. Bapak Ir. Sudi Pramono, M.P. selaku pembimbing utama atas saran, dan kritik sejak penelitian dimulai hingga penyelesaian skripsi ini.

3. Bapak Ir. Nur Yasin, M.Si. selaku pembimbing kedua atas saran, dan kritik sejak penelitian dimulai hingga penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Dr. Ir. I Gede Swibawa, M.S. selaku penguji atas saran dan koreksi yang telah diberikan hingga penyelesaian skripsi ini.

5. Ibu Ir. Lestari Wibowo, M.S. selaku pembimbing akademik atas bimbingan dan sarannya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi.

6. Bapak Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M. P., selaku Ketua Program Studi Agroteknologi.


(12)

7. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

8. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung atas pengetahuan dan bimbingannya selama penulis menjadi mahasiswa.

9. Sahabat-sahabatku, Juwita, Mpeb, Lilis, Yanti , Selvi, Resma, Uus atas semangat, kebersamaan, saran, kritik dan bantuan yang tak henti-hentinya selama ini.

10. Keluarga besar HPT 2007 ( Alwi, Alex, Anto, Badrus, Bang Juki, Fajri, Furqon, Jaya, Yosua, Tedy, Leo, Suparaman, Syukur, Eka, Meri, Kiki, Cici, Ovy, Maria, Kristin, Yani, Rani, Ria, Tere, Stenia, Yuli, Wika ) atas

kekeluargaan dan kekompakannya selama ini.

11. Mba’ Uum, Mas Iwan dan Mas Rahmat yang telah membantu selama penulis menjadi mahasiswa.

12. Semua pihak yang telah banyak membantuku selama kuliah dan penelitian yang takkan mungkin disebut satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, Juli 2012 Penulis,


(13)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Jagung (Zea mays L.) merupakan bahan pangan dan pakan ternak yang sangat penting. Di Indonesia jagung merupakan bahan pangan pokok kedua setelah padi. Sedangkan berdasarkan urutan bahan makanan pokok dunia, jagung menduduki urutan ketiga setelah gandum dan padi (AAK, 1993).

Jagung merupakan salah satu jenis bahan makanan yang dapat digunakan untuk menggantikan beras sebab jagung memiliki kandungan protein, karbohidrat dan kalori yang hampir sama dengan beras. Oleh karena itu, distribusi penanaman jagung terus meluas di berbagai negara di dunia termasuk di Indonesia (Rukmana, 1997).

Jagung memiliki peranan penting dalam industri berbasis agribisnis. Pada tahun 2008, Departemen Pertanian melalui Direktorat Jendral Tanaman Pangan mengklaim produksi jagung mencapai 18 juta ton. Jagung dimanfaatkan untuk konsumsi, bahan baku industri pangan, industri pakan dan bahan bakar. Kebutuhan jagung dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan seiring berkembangnya industri pakan dan pangan (BPTP, 2008).


(14)

2

Kendala dalam budidaya jagung yang menyebabkan rendahnya produktivitas jagung antara lain adalah serangan hama dan penyakit serta teknik budidaya yang kurang baik. Hama yang sering dijumpai pada pertanaman jagung adalah

penggerek batang jagung, penggerek tongkol jagung, ulat grayak, lalat bibit, belalang, dan kutu daun. Penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis) merupakan hama utama pada tanaman jagung yang menyerang daun dan menggerek batang jagung. Penggerek batang ini merupakan hama penting pada jagung karena bisa menurunkan hasil hingga 80 %. Gejala serangan larva pada batang adalah adanya kotoran berupa serbuk yang keluar dari liang gerekan. Serangan yang berat menyebabkan batang patah sehingga aliran makanan

terhambat. Serangan hama penggerek batang jagung mulai muncul pada tanaman jagung sejak tanaman bermur 3-4 minggu dan berakhir sampai masaknya tongkol (Widodo et al.,1987).

Penggerek tongkol (Helicoverpa armigera) merupakan hama penting setelah hama penggerek batang. Penggerek tongkol ini dapat menyerang tanaman muda terutama pada malai yang dapat mengakibatkan tidak terbentuknya bunga jantan, sehingga hasil tongkol jagung menjadi berkurang (Setiawan, 2003).

Pengendalian secara bercocok tanam mempunyai keunggulan dibandingkan dengan cara – cara pengendalian lainnya, terutama apabila teknik – teknik telah dikuasai oleh petani dan sarananya telah tersedia. Pengolahan tanah dan

pemupukan yang tepat akan menciptakan medium pertumbuhan yang optimal bagi pertanaman jagung (Rukmana, 1997).


(15)

3

Kesehatan tanaman secara langsung berhubungan dengan serangan hama. Tanaman yang kekurangan unsur hara akan mudah terserang hama, namun pemupukan yang berlebihan juga akan memudahkan tanaman terserang hama. Pemberian pupuk yang berlebihan memberikan daya tarik bagi hama dan mendorong populasi hama berkembang lebih besar, pertumbuhan tanaman akan berlebihan tetapi rapuh terhadap serangan hama (Setiawan, 2003).

Meningkatnya populasi hama dilaporkan ada hubungannya dengan tingginya dosis pupuk nitrogen (N) yang diberikan. Sedangkan pemberian pupuk yang mengandung unsur silika (Si), Kalium (K) dan Calsium (Ca) dapat meningkatkan ketahanan tanaman terhadap berbagai hama dan pathogen (Makarim,2003).

Kandungan unsur N, P, K memiliki peranan yang berbeda-beda dalam bagian tanaman. Namun belum diketahui apakah pemupukan komposisi N, P, K dengan dosis yang berbeda dapat mempengaruhi jumlah hama penggerek batang (O. furnacalis Guenee ) dan penggerek tongkol (H. armigera Hubner) pada

pertanaman jagung. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh komposisi pemupukan dengan dosis yang berbeda terhadap jumlah hama penggerek batang (O. furnacalis Guenee ) dan penggerek tongkol (H. armigera Hubner) pada pertanaman jagung.

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komposisi pupuk terhadap jumlah hama penggerek batang (O. furnacalis Guenee ) dan penggerek tongkol (H. armigera Hubner) pada pertanaman jagung.


(16)

4

1.3 Kerangka Pemikiran

Jagung merupakan salah satu komoditas pangan yang mempunyai peranan

strategis dalam perekonomian nasional Indonesia. Kebutuhan terhadap komoditas ini terus meningkat, baik untuk pangan maupun pakan dan industri, seiring dengan berkembangnya usaha peternakan di Indonesia akhir-akhir ini. Pada saat produksi dalam negeri tidak mencukupi, pemerintah harus mengimpor jagung untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Kendala biotik dalam produksi jagung meliputi gangguan yang disebabkan oleh organisme pengganggu tanaman (OPT), salah satunya adalah hama (Subandi et.al., 1988).

Hama yang dominan ditemukan pada tanaman jagung adalah penggerek batang (Ostrinia furnacalis), dan penggerek tongkol (Helicoverpa armigera) jagung. Dalam usaha untuk meningkatkan produksi jagung baik secara kuantitatif maupun kualitatif diperlukan tindakan perbaikan teknik budidaya yang tepat seperti

pengolahan tanah yang baik, pemupukan yang sesuai, penggunaan varientas yang unggul, pengaturan jarak tanam serta pengendalian hama dan penyakit (Effendi, 1995).

Pemberian unsur nitrogen secara berlebih akan mengakibatkan pertumbuhan vegetatif yang sangat pesat, warna daun menjadi lebih hijau, jaringan batang menjadi lunak, tanaman mudah rebah, menurunkan kualitas produksi tongkol dan tanaman lebih mudah terserang hama dan penyakit. Meningkatnya populasi hama berhubungan dengan pertanaman jagung yang diberi unsur nitrogen yang berlebih, hal ini disebabkan hama lebih menyukai tanaman yang subur dengan jaringan pertanaman yang lunak (Setiawan, 2003).


(17)

5

Menurut Setiawan (2003), kalium berperan penting dalam pembentukan bunga dan buah, selain itu unsur ini juga merupakan unsur penting dalam proses

fotosintesis. Pemberian unsur kalium yang berlebih akan membentuk batang lebih kuat, memperbaiki kualitas produksi tongkol serta meningkatkan ketahanan terhadap hama dan penyakit. Serangan hama menjadi menurun pada pertanaman jagung yang diberi unsur kalium berlebih, dikarenakan hama tidak menyukai struktur tanaman yang keras.

Komposisi pupuk N, P dan K merupakan hara yang sangat dibutuhkan tanaman jagung untuk tumbuh dan berproduksi. Jumlah pupuk yang diberikan untuk mendapatkan hasil jagung yang tinggi tergantung pada besarnya kandungan hara N, P, dan K di dalam tanah (Fitriani, 2009).

1.4 Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah

1. Pemberian komposisi pupuk dengan dosis N tinggi (urea 800 kg/ha + SP-36 150 kg/ha + kcl 75 kg/ha) dapat meningkatkan jumlah hama penggerek batang (O. furnacalis ) dan hama penggerek tongkol (H. armigera) pada pertanaman jagung.

2. Pemberian komposisi pupuk dengan dosis K tinggi (urea 400 kg/ha + SP-36 150 kg/ha + kcl 150 kg/ha) dapat menurunkan jumlah hama penggerek batang (O. furnacalis ) dan hama penggerek tongkol (H. armigera) pada pertanaman jagung.


(18)

II. TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Tanaman Jagung

Tanaman jagung dapat diklasifikasi sebagai berikut : kerajaan Plantae - tanaman, subkingdom Tracheobionta - tanaman vaskular, superdivision Spermatophyta - tanaman benih, divisi Magnoliophyta - tanaman berbunga, kelas Liliopsida - monokotil, subclass Commelinidae, urutan Cyperales, keluarga Poaceae - rumput keluarga, Marga Zea L.- jagung, jenis Zea mays L.- jagung ( USDA, 2012). Tanaman jagung adalah tanaman semusim yang berbatang tinggi, tegak dan biasanya tunggal yang dominan walupun ada beberapa tunas (anakan), kedudukan daunnya distik (dua baris daun yang keluar dalam kedudukan berselang), dengan pelepah-pelepah daun yang saling bertindih dan daun-daunnya lebar dan relative panjang-panjang (Rukmana, 1997).

Sitem perakaran jagung terdiri atas akat seminal dan akar lateral. Akar utama yang keluar dari pangkal batang jagung berjumlah antara 20-30, sedangkan akar lateral yang tumbuh dari sini banyak sekali dengan panjang 2,5-25 cm. Bulu akar halus sekali, terdiri dari satu sel dan dengan jumlah yang tak terhingga. Bulu akar ini tumbuh dari ujung-ujung akar utama dan akar lateral. Fungsi akar adalah sebagai penghisap air dan garam-garam dalam larutan serta mengeluarkan senyawa yang tidak diperlukan oleh tanaman jagung (Rukmana, 1997).


(19)

Batang jagung berbeda dari batang padi-padian lainnya yaitu padat (solid). Batang jagung beruas-ruas dengan jumlah ruas biasanya 14. Kebanyakan jagung

mempunyai ketinggian antara 1,50-3m. Batang sebelah luar merupakan jaringan kulit yang keras dan tipis, fungsinya adalah agar batangnya kuat dan kaku. Batang jagung dapat membesar samapi 3-4 cm diameternya (Suprapto, 1999).

Daun terdiri atas pelepah dan helaian daun. Helaian daun memanjang dengan ujung daun meruncing. Antara pelepah daun dan helaian daun dibatasi oleh spikula yang berguna untuk menghalangi masuknya air hujan atau embun ke dalam pelepah daun. Jumlah daun berkisar 10 -20 helai pertanaman. Daun berada pada setiap ruas batang dengan kedudukan yang saling berlawanan (Suprapto, 1999).

Bunga jagung berumah satu. Letak bunga jantan terpisah dengan bunga betina. Bunga jantan berada di ujung tanaman sedangkan bunga betina berada di ketiak daun. Bunga betina berbentuk ganda, berwarna putih, panjang, dan biasa disebut rambut jagung. Bunga betina dapat menerima tepung sari di sepanjang rambutnya. Penyerbukan terjadi dengan bersatunya tepung sari dan rambut. Tepung sari ini dapat diterbangkan angin sampai sejauh satu kilo meter (Suprapto, 1999).

Buah jagung terdiri atas tongkol, biji dan daun pembungkus. Biji jagung

mempunyai bentuk, warna dan kandungan endosperm yang bervariasi tergantung pada jenisnya. Pada umumnya biji jagung tersusun dalam barisan yang melekat secara lurus atau berkelok-kelok dan jumlahnya antara 8-20 baris biji. Biji jagung


(20)

terdiri atas tiga bagian utama, yaitu kulit biji, endosperm dan embrio (Rukmana, 1997).

1.2 Syarat Tumbuh

Jagung dapat hidup baik di daerah yang beriklim panas dan di daerah yang beriklim sedang. Tanaman ini dapat tumbuh baik pada temperature 23oC-27 o C. Suhu minimum yang menghambat pertumbuhan jagung adalah 3o C dan suhu maksimum 45o C (Suprapto, 1999).

Tanaman jagung dapat tumbuh baik pada hampir semua jenis tanah akan tetapi tanaman ini akan dapat tumbuh lebih baik pada tanah gembur, kaya akan humus. Tanah yang padat serta kuat menahan air tidak baik untuk ditanami jagung karena pertumbuhan akarnya tidak baik atau akarnya akan menjadi busuk (Suprapto, 1999).

Tanaman jagung membutuhkan air sekitar 100-140 mm/bulan. Oleh karena itu waktu penanaman harus memperhatikan curah hujan dan penyebarannya. Penanaman dimulai bila curah hujan sudah mencapai 100 mm/bulan (BPTP Lampung, 2008).

Jagung menghendaki tanah yang subur untuk dapat berproduksi dengan baik. Pada umumnya tanah di Lampung miskin hara dan rendah bahan organiknya, maka penambahan pupuk N, P dan K sangat diperlukan. Pemberian pupuk dilakukan dengan cara membuat larikan diantara barisan tanaman kemudian ditutup dengan tanah lalu dilakukan penyiraman secukupnya. Pupuk yang


(21)

Rekomendasi Dosis pupuk dan waktu pemberiannya pada tanaman jagung (BPTP Lampung, 2008).

Tabel. 1 Dosis pupuk dan waktu aplikasi (rekomendasi) Waktu Pemupukan Hari

Setelah Tanam (HST)

Urea (kg/ha) KCl (kg/ha) SP-36 (kg/ha) NPK Phonska (kg/ha)

14 100 75 150 150

28-30 150 - - 150

49-56 150 - - -

Total 400 75 150 300

Sumber : BPTP Lampung ,(2008).

1.3 Hama Penggerek Batang (O. furnacalis Guenee)

O. furnacalis termasuk ke dalam ordo Lepodoptera dan famili Pyralidae. Hama ini tersebar luas di Asia dan Australia dan dapat menyerang tanaman jagung baik pada fase vegetatif maupun fase generatif. Kerusakan tanaman terjadi karena larva menggerek bagian batang tanaman untuk mendapatkan makanan. Beberapa

peneliti mengemukakaan bahwa gerekan O. furnacalis dapat menurunkan hasil tanaman jagung (Nonci dan Baco 1987).

Imago O. furnacalis dapat meletakkan telur 300-500 butir dan umumnya meletakkan telur secara berkelompok di permukaan bawah daun pada tanaman yang berumur 2 minggu setelah tanam terutama pada daun muda yaitu tiga daun teratas (Fitriani, 2009). Jumlah telur tiap kelompok sangat beragam antara 30-50 butir atau bahkan dapat lebih dari 90 butir. Puncak peletakan telur terjadi pada stadia pembentukan malai sampai keluarnya bunga jantan. Kelompok telur yang diletakkan selama fase pembentukan bunga jantan sampai rambut tongkol


(22)

berwarna coklat. Larvanya memberi kontribusi terbesar terhadap kerusakan tanaman (Subandi et al., 1988).

Larva instar pertama langsung berpencar segera sesudah menetas ke bagian tanaman yang lain. Pada stadia pembentukan malai larva instar I hingga instar III memakan daun muda yang masih menggulung dan pada permukaan daun yang terlindung dari daun yang telah membuka. Sekitar 67-100% dari larva instar I dan II berada pada bunga jantan. Larva instar III sebagian besar masih berada pada bunga jantan meskipun sudah ada pada bagian tanaman yang lain. Instar IV hingga VI mulai menggerek pada bagian buku dan masuk ke dalam batang. Larva masuk ke dalam batang dan menggerek ke bagian atas. Dalam satu lubang dapat ditemukan lebih dari satu larva. Gejala visual serangan O. furnacalis pada batang adalah adanya lubang gerek pada batang serta terdapatnya kotoran larva di dekat lubang tersebut. Apabila batang dibelah akan tampak liang gerek larva di dalam batang (Subandi et al., 1988).

Gerekan larva pada batang menyebabkan kerusakan jaringan pembuluh sehingga menggangu proses transportasi air dan unsur hara dan mengakibatkan

pertumbuhan terhambat yang pada akhirnya dapat mempengaruhi hasil tanaman. Selain itu, sering ditemukan juga larva instar I-III makan pada pucuk tongkol dan rambut tongkol. Instar berikutnya makan pada tongkol dan biji. Larva yang akan membentuk pupa membuat lubang keluar yang ditutup dengan lapisan epidermis (Wakman, 2005).


(23)

Penggerek tongkol (H. armigera) merupakan salah satu spesies serangga hama dari ordo Lepidoptera, famili Noctuidae. Gejala serangan ulat penggerek tongkol dimulai pada saat pembentukan kuncup bunga dan buah muda. Telur diletakkan satu per satu di atas rambut jagung. Setelah menetas larva berpindah ke bagian tongkol jagung yang masih muda dan memakan langsung biji-biji jagung. Seekor betina dapat meletakkan telur hingga 1000 butir. Stadium telur 2-5 hari. Larva yang baru menetas akan makan pada rambut tongkol dan kemudian membuat lubang masuk ke tongkol (Daha et al., 1998).

Penggerek ini juga dapat menyerang tanaman muda terutama pada pucuk atau malai yang dapat mengakibatkan tidak terbentuknya bunga jantan, berkurangnya hasil dan bahkan tanaman dapat mati (Subandi et al., 1988).

1.5 Hubungan Hama dan Pupuk Tanaman

Seluruh atau sebagian tanaman yang terserang hama dapat mengalami penurunan fungsi atau bahkan tidak berfungsi sama sekali proses metabolismenya

(fisiologis), sehingga pertumbuhannya tidak normal atau bahkan berakhir dengan kematian tanaman (Rismunandar, 1986).

Meningkatnya populasi hama dilaporkan ada hubungannya dengan tingginya dosis pupuk nitrogen yang diberikan. Untuk menentukan kebutuhan nitrogen tanaman dianjurkan menggunakan bagan warna daun, sehingga pemberian pupuk sesuai dengan kebutuhan tanaman. Sedangkan pemberian pupuk yang

mengandung unsur silika (Si), Kalium (K) dan Calsium (Ca) dapat meningkatkan ketahanan tanaman terhadap berbagai hama dan pathogen (Makarim et al. 2003).


(24)

Peranan unsur N, P dan K sangat penting terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman, dimana interaksi dari ketiga unsur ini akan menunjang pertumbuhan tanaman. Unsur N diperoleh dari pupuk Urea, unsur P dari SP-36 sedangkan unsur K dari KCl. Unsur N adalah unsur yang cepat kelihatan pengaruhnya pada tanaman. Unsur ini berperan utama dalam merangsang pertumbuhan vegetatif (batang dan daun), meningkatkan jumlah anakan dan meningkatkan jumlah bulir/rumpun. Untuk pengaruh Unsur P terhadap tanaman sulit untuk dijelaskan secara detail, tetapi fungsi unsur ini adalah sebagai berikut : memacu terbentuknya bunga, bulir pada malai, menunjang perkembangan akar halus dan akar rambut; memperkuat jerami sehingga tidak mudah rebah dan memperbaiki kualitas tongkol. Sedangkan kalium berperan sebagai aktivator berbagai enzim, dengan adanya unsur kalium tersedia di dalam tanah, menyebabkan antara lain : tanaman tumbuh tegar, merangsang pertumbuhan akar dan tanaman lebih tahan terhadap hama dan penyakit (Makarim et al., 2003).


(25)

1

III. METODE PENELITIAN

1.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung mulai bulan November 2011 sampai dengan Februari 2012.

1.2 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, sekop, pisau, botol film, plastik, timbangan elektrik, ember, tangki air.

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah benih jagung Hibrida, tali plastik, tali ukur, papan perlakuan, pupuk UREA, KCl, SP-36 dan NPK Phonska 15:15:15.

1.3 Metode Penelitian

Perlakuan dalam percobaan ini disusun dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) terdiri atas 4 perlakuan termasuk kontrol dengan 5 kelompok/ulangan sehingga terdapat 20 satuan percobaan. Perlakuan terdiri atas :

1. Kontrol dengan dosis pupuk urea 6,65 g/tanaman, SP-36 2,50 g/tanaman, dan KCl 1,25 g/tanaman (p0), setara dengan dosis pupuk urea 400kg/ha,


(26)

2

2. Dosis pupuk urea 13,35 g/tanaman, SP-36 2,50 g/tanaman, dan KCl 1,25 g/tanaman (p1), setara dengan dosis pupuk urea 800kg/ha, SP-36 150 kg/ha,

dan KCl 75 kg/ha.

3. Dosis pupuk urea 6,65 g/tanaman, SP-36 2,50 g/tanaman, dan KCl 2,50 gr/tanaman (p2), setara dengan dosis pupuk urea 400kg/ha, SP-36 150 kg/ha,

dan KCl 150 kg/ha.

4. Dosis pupuk NPK Phonska sebesar 5 g/tanaman (p3), setara dengan dosis

pupuk NPK Phonskha sebesar 300 kg/ha.

1.4 Pelaksanaan Penelitian 1.4.1 Persiapan Lahan

Percobaan dilakukan di lahan praktekPoliteknik Negeri Lampung. Lahan seluas 200 m² dibuat menjadi petak percobaan sebanyak 20 petak dengan luas setiap petak (2m x 2m) (Gambar. 1).

3.4.2 Pengolahan Lahan

Pengolahan lahan dimulai dengan pembersihan areal, setelah areal bersih dilakukan pembajakan tanah sedalam + 20 cm dengan menggunakan traktor, kemudian meratakan tanah yang telah dibajak sekaligus membersihkan gulma dan melakukan penggemburan tanah sekaligus membuat petak-petak percobaan dengan ukuran 2mx 2msebanyak 20 petak (4 perlakuan x 5 ulangan). Jarak antar petak adalah 100 cm (Gambar. 2).


(27)

3

p2 p0 p2 p1 p3

p3 p2 p0 p2 p0

p0 p3 p1 p3 p1

p1 p1 p3 p0 p2

Gambar. 1 Bagan petak penelitian Keterangan :

p0 : Pupuk dengan dosis (N = 400 kg/ha, P = 150 kg/ha, K = 75 kg/ha)

p1 : Pupuk dengan dosis (N = 800 kg/ha, P = 150 kg/ha, K = 75 kg/ha)

p2 : Pupuk dengan dosis (N = 400 kg/ha, P = 150 kg/ha, K = 150 kg/ha)

p3 : Pupuk dengan dosis (Pupuk NPK Phonska 15:15:15 300 kg/ha)

Gambar. 2 Jarak antar petak dan jarak tanaman Keterangan :

X : Tanaman Jagung Xa : Tanaman Sampel

Xa

70 cm

X X

X

Xa X

X

Xa X

X

X Xa

Xa

X X

X

Xa

X

X

Xa

X

X

X

Xa

Xa

X X

X

Xa

X

X

Xa

X

X

X

Xa

2 m

100 cm

100 cm 2 m


(28)

4

3.4.3 Penanaman

Penanaman dilakukan dengan cara menugal sedalam 3-4 cm. Tiap lubang ditanami dengan 3-4 benih jagung dengan jarak tanam 70 x 50 cm.

3.4.4 Penyulaman dan Penjarangan

Penyulaman dilakukan pada saat tanaman berumur 1 minggu setelah tanam yaitu dengan mengganti tanaman yang mati, yang tumbuh abnormal dan tidak

berkecambah. Penjarangan dilakukan setelah tanaman berumur 2 minggu dan setiap lubang tanam ditinggalkan 2 tanaman. Penjarangan dilakukan dengan cara memotong salah satu tanaman.

3.4.5 Pemupukan

Pemupukan dilakukan dengan cara menarik garis di samping tanaman kemudian menugal sedalam 3-4 cm di samping tanaman, kemudian ditutup kembali dengan tanah dan dilakukan penyiraman secukupnya. Pupuk yang digunakan yaitu pupuk Urea, SP-36, KCl dan NPK majemuk Phonska 15:15:15. Pemupukan Urea

dilakukan tiga tahap dengan 1/3 dosis, sedangkan pupuk SP-36 dan KCl diberikan sekaligus bersamaan pada aplikasi pertama (Tabel 2).

Dalam 1ha terdapat 30,000 lubang tanam dan terdapat 60,000 tanaman jagung dengan jarak lubang tanam 70 x 50 cm sehingga dibutuhkan pupuk urea sebesar 400 kg, pupuk KCl 75 kg, SP-36 150 kg, dan NPK Phonska 15:15:15 300 kg. Lahan yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 20 petak dengan ukuran petak yaitu 2 m x 2 m ada 12 lubang tanam dan terdapat 24 tanaman jagung. Pupuk urea yang dibutuhkan untu perlakuan p0 sebesar 6,65 g, p1 sebesar 13,35 g,


(29)

5

sebesar 2,50 g, pupuk SP-36 yang dibutuhkan pada perlakuan p0, p1 , dan p2 yaitu

sebesar 2,50 g. Untuk perlakuan p3 digunakan pupuk majemuk NPK Phonska

sebesar 5 g (Tabel 2).

Tabel 2. Waktu aplikasi dan dosis perlakuan pemupukan tanaman jagung (g/tanaman)

Waktu Aplikasi Perlakuan

p0 P1 P2 P3

Aplikasi I (14 hst)

N = 1,65 N = 3,35 N = 1,65

NPK = 2,50 P = 2,50 P = 2,50 P = 2,50

K = 1,25 K = 1,25 K = 2,50

Aplikasi II (28-30 hst) N = 2,50 N = 5 N = 2,50 NPK = 2,50 Aplikasi III (49-56 hst) N = 2,50 N = 5 N = 2,50 -

Total

N = 6,65 N = 13,35 N = 6,65

NPK= 5 P = 2,50 P = 2,50 P = 2,50

K = 1,25 K = 1,25 K = 2,50 Keterangan : p0 dosis rekomendasi (BPTP Lampung, 2008)

N = Urea, P = SP-36, K = KCL

Pupuk majemuk NPK Phonskha 15:15:15 hst = hari setelah tanam

3.4.6 Pemeliharaan Tanaman Jagung a. Penyiraman

Penyiraman dilakukan secukupnya satu kali dalam sehari pada waktu sore hari.

b. Penyiangan dan Pembumbunan

Penyiangan pada tanaman jagung yang masih muda dilakukan dengan tangan atau koret. Penyiangan dilakukan saat tumbuhan penggangu mulai tumbuh dan


(30)

6

3.5 Pengamatan

Pada setiap petak percobaan dipilih secara acak dan empat titik yang dijadikan sebagai tanaman sampel tetap pengamatan dimana satu titik sampel terdapat dua tanaman jagung.

Dalam penelitian ini variable yang diamati meliputi jumlah ulat penggerek batang, penggerek tongkol dan produksi tanaman jagung. Jumlah ulat penggerek batang dan penggerek tongkol dinyatakan dengan tingkat kerusakan yang

diakibatkannya. Produksi tanaman dinyatakan dengan bobot jagung kering pipilan g/tanaman.

3.5.1 Pengamatan Hama Penggerek Batang Jagung

Pengamatan tingkat serangan yang disebabkan oleh penggerek batang dilakukan pada minggu ke-9, ke-10, ke-11 dan ke12 setelah tanam. Pengamatan tingkat serangan yang disebabkan oleh penggerek batang dilakukan karena terserang penggerek batang pada setiap petak dari empat titik sampel yang telah ditetapkan. Tanaman menunjukkan gejala terserang penggerek batang ditandai dengan adanya lubang gerek dibagian tengah dibawah tongkol jagung atau bagian pucuk (tangkai bunga jantan) yang patah karena tergerek.

Untuk pengamatan jumlah hama penggerek batang dilakukan pada minggu ke-9, ke-10, ke-11 dan ke12 setelah tanam. Pada minggu ke-9, ke-10, dan ke11 setelah tanam apabila bagian pucuk (tangkai bunga jantan) patah karena tergerek maka bagian pucuk tersebut dibongkar, sedangkan pengamatn pada minggu ke-12 bagian batang tanaman jagung yang terdapat lubang gerekan maka tanaman


(31)

7

jagung tersebut dibongkar seluruhnya, kemudian dihitung jumlah hama pada setiap titik sample lalu dirata-ratakan pada setiap ulangan.

3.5.2 Pengamatan Hama Penggerek Tongkol Jagung

Pengamatan tingkat serangan yang disebabkan oleh penggerek tongkol dilakukan pada minggu ke-10, ke-11, dan ke-12 setelah tanam. Pengamatan kerusakan tongkol yang disebabkan oleh penggerek tongkol dilakukan dengan menghitung tongkol-tongkol yang menunjukkan gejala terserang penggerek tongkol pada setiap petak dari empat titik sampel yang telah ditetapkan. Tongkol yang

menunjukkan gejala terserang penggerek tongkol ditandai dengan adanya lubang gerek dibagian ujung tongkol dan rambut-rambut tongkol jagung menjadi rusak. Sedangkan pengamatan jumlah hama penggerek tongkol jagung dilakukan dengan membuka bagian atas kulit jagung yang terserang penggerek tongkol kemudian menghitung jumlah ulat yang terdapat didalamnya pada setiap titik sampel kemudian dirata-ratakan pada setiap ulangan.

Tingkat serangan yang disebabkan oleh hama penggerek batang dan penggerek tongkol jagung pada setiap sampel tanaman jagung dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

a

P = x 100%

a+b

dimana :

P = Persentase serangan penggerek tongkol a = Jumlah tongkol yang terserang penggerek.


(32)

8

3.5.3 Pengamatan Produksi Tanamn Jagung

Pengamatn produksi tanaman jagung dilakukan pada saat pemanenan yaitu 12 mst. Pemanenan jagung dilakuakn dengan memetik tongkol jagung. Pada setiap sampel dihitung jumlah tongkol jagung pertanaman kemudian menghitung berat kering jagung pipilan.

3.6 Analisis data

Data yang telah diperoleh dari penelitian ini diuji dengan menggunakan analisis ragam (Anova) yang dilanjutkan dengan pemisahan nilai tengah menggunakan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) dengan taraf nyata 5%.


(33)

21

V. KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :

1. Pemberian komposisi pupuk dengan dosis N tinggi (urea 800 kg/ha + SP-36 150 kg/ha + kcl 75 kg/ha) meningkatkan tingkat serangan dan jumlah hama penggerek batang (O. furnacalis Guenee) dan hama penggerek tongkol (H. armigera) pada pertanaman jagung.

2. Pemberian komposisi pupuk dengan dosis K tinggi (urea 400 kg/ha + SP-36 150 kg/ha + kcl 150 kg/ha) dapat menurunkan tingkat serangan dan jumlah hama penggerek batang (O. furnacalis Guenee) dan hama penggerek tongkol (H. armigera dan O. furnacalis) pada pertanaman jagung.

5.2 Saran

Perlu dilakuakan penelitian lanjutan mengenai pengaruh komposisi pupuk N, P, K dengan meningkatkan dosis pupuk N dan K dua kali lipat dosis rekomendasi menjadi tiga kalinya.


(34)

21

DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1993. Teknik Bercocok Tanam Jagung. Kanisius, Yogyakarta Anonim. 2011. Komoditas Jagung di Indonesia.

http://id.wikipedia.org/wiki/Jagung. Diakses tanggal03 Mei 2011

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung.2008. Teknologi Budidaya Jagung. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Tersedia di

http://www.litbang-deptan.go.id. Diakses tanggal 31Juli 2011.

Daha, L., Rauf, A., Sosromarsono, S., Kartosuwondo, U., Manuwoto, S.1998. Ekologi Helicoverpa armigera (Hubner) (Lepidoptera: Noctuidae) di pertanaman tomat. Buletin Hama dan penyakit Tumbuhan 10(2) : 10-16. Effendi, S. 1995. Bercocok Tanam Jagung. Jasa Guna, Jakarta.

Fitriani, F. 2009. Hama dan Penyakit Jagung Manis Di Desa Benteng, Cibanteng Dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Bogor. Makarim, A.K., I.N. Widiarta, Hendarsih, S., dan S. Abdulrachman. 2003.

Petunjuk Teknis Pengelolaan Hara dan Pengendalian Hama Penyakit Tanaman Padi Secara Terpadu. Departemen Pertanian. [jurnal on- line]. http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/p3231042.pdf. Diakses tanggal 15 Juni 2011.

Nonci, N. dan D. Baco. 1987. Pengaruh waktu infestasi dan jumlah larva Ostrinia furnacalis Guenee terhadap kerusakan pada tanaman jagung. Agrikam, Buletin Penelitian Pertanian Maros 2(2) : 49-59.

Rismunandar. 1986. Hama Tanaman Pangan dan Pembasmiannya. Sinarbaru, Bandung.

Rukmana, H.R. 1997. Usaha Tani Jagung. Kanisius, Yogyakarta.

Setiawan, A. 2003. Pengaruh Dosis Pupuk dan Jarak Tanam Terhadap Produksi dan Mutu Benih Jagung Manis. Skripsi. Bogor.

Suprapto, H.S. 1999. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya, Jakarta.

Subandi, I. Manwan, and Blumenschein,A. 1988. Jagung. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.


(35)

22

USDA, 2012. Klasifikasi Jagung. http://id.USDA.org/Jagung. Diakses tanggal 20 Juni 2012

Wakman, B. 2005. Pengelolaan Hama dan Penyakit Jagung. [jurnal on- line]. http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/p3231042.pdf. Diakses tanggal 15 Juni 2011.

Widodo, Y., Winarto, A., Dahlan, M. 1987. Laporan tahunan Balai Penelitian Tanaman Pangan Malang. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.


(1)

3.5 Pengamatan

Pada setiap petak percobaan dipilih secara acak dan empat titik yang dijadikan sebagai tanaman sampel tetap pengamatan dimana satu titik sampel terdapat dua tanaman jagung.

Dalam penelitian ini variable yang diamati meliputi jumlah ulat penggerek batang, penggerek tongkol dan produksi tanaman jagung. Jumlah ulat penggerek batang dan penggerek tongkol dinyatakan dengan tingkat kerusakan yang

diakibatkannya. Produksi tanaman dinyatakan dengan bobot jagung kering pipilan g/tanaman.

3.5.1 Pengamatan Hama Penggerek Batang Jagung

Pengamatan tingkat serangan yang disebabkan oleh penggerek batang dilakukan pada minggu ke-9, ke-10, ke-11 dan ke12 setelah tanam. Pengamatan tingkat serangan yang disebabkan oleh penggerek batang dilakukan karena terserang penggerek batang pada setiap petak dari empat titik sampel yang telah ditetapkan. Tanaman menunjukkan gejala terserang penggerek batang ditandai dengan adanya lubang gerek dibagian tengah dibawah tongkol jagung atau bagian pucuk (tangkai bunga jantan) yang patah karena tergerek.

Untuk pengamatan jumlah hama penggerek batang dilakukan pada minggu ke-9, ke-10, ke-11 dan ke12 setelah tanam. Pada minggu ke-9, ke-10, dan ke11 setelah tanam apabila bagian pucuk (tangkai bunga jantan) patah karena tergerek maka bagian pucuk tersebut dibongkar, sedangkan pengamatn pada minggu ke-12 bagian batang tanaman jagung yang terdapat lubang gerekan maka tanaman


(2)

jagung tersebut dibongkar seluruhnya, kemudian dihitung jumlah hama pada setiap titik sample lalu dirata-ratakan pada setiap ulangan.

3.5.2 Pengamatan Hama Penggerek Tongkol Jagung

Pengamatan tingkat serangan yang disebabkan oleh penggerek tongkol dilakukan pada minggu ke-10, ke-11, dan ke-12 setelah tanam. Pengamatan kerusakan tongkol yang disebabkan oleh penggerek tongkol dilakukan dengan menghitung tongkol-tongkol yang menunjukkan gejala terserang penggerek tongkol pada setiap petak dari empat titik sampel yang telah ditetapkan. Tongkol yang

menunjukkan gejala terserang penggerek tongkol ditandai dengan adanya lubang gerek dibagian ujung tongkol dan rambut-rambut tongkol jagung menjadi rusak. Sedangkan pengamatan jumlah hama penggerek tongkol jagung dilakukan dengan membuka bagian atas kulit jagung yang terserang penggerek tongkol kemudian menghitung jumlah ulat yang terdapat didalamnya pada setiap titik sampel kemudian dirata-ratakan pada setiap ulangan.

Tingkat serangan yang disebabkan oleh hama penggerek batang dan penggerek tongkol jagung pada setiap sampel tanaman jagung dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

a

P = x 100%

a+b

dimana :

P = Persentase serangan penggerek tongkol a = Jumlah tongkol yang terserang penggerek.


(3)

3.5.3 Pengamatan Produksi Tanamn Jagung

Pengamatn produksi tanaman jagung dilakukan pada saat pemanenan yaitu 12 mst. Pemanenan jagung dilakuakn dengan memetik tongkol jagung. Pada setiap sampel dihitung jumlah tongkol jagung pertanaman kemudian menghitung berat kering jagung pipilan.

3.6 Analisis data

Data yang telah diperoleh dari penelitian ini diuji dengan menggunakan analisis ragam (Anova) yang dilanjutkan dengan pemisahan nilai tengah menggunakan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) dengan taraf nyata 5%.


(4)

V. KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :

1. Pemberian komposisi pupuk dengan dosis N tinggi (urea 800 kg/ha + SP-36 150 kg/ha + kcl 75 kg/ha) meningkatkan tingkat serangan dan jumlah hama penggerek batang (O. furnacalis Guenee) dan hama penggerek tongkol (H.

armigera) pada pertanaman jagung.

2. Pemberian komposisi pupuk dengan dosis K tinggi (urea 400 kg/ha + SP-36 150 kg/ha + kcl 150 kg/ha) dapat menurunkan tingkat serangan dan jumlah hama penggerek batang (O. furnacalis Guenee) dan hama penggerek tongkol

(H. armigera dan O. furnacalis) pada pertanaman jagung.

5.2 Saran

Perlu dilakuakan penelitian lanjutan mengenai pengaruh komposisi pupuk N, P, K dengan meningkatkan dosis pupuk N dan K dua kali lipat dosis rekomendasi menjadi tiga kalinya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1993. Teknik Bercocok Tanam Jagung. Kanisius, Yogyakarta Anonim. 2011. Komoditas Jagung di Indonesia.

http://id.wikipedia.org/wiki/Jagung. Diakses tanggal03 Mei 2011 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung.2008. Teknologi Budidaya

Jagung. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Tersedia di

http://www.litbang-deptan.go.id. Diakses tanggal 31Juli 2011.

Daha, L., Rauf, A., Sosromarsono, S., Kartosuwondo, U., Manuwoto, S.1998. Ekologi Helicoverpa armigera (Hubner) (Lepidoptera: Noctuidae) di pertanaman tomat. Buletin Hama dan penyakit Tumbuhan 10(2) : 10-16. Effendi, S. 1995. Bercocok Tanam Jagung. Jasa Guna, Jakarta.

Fitriani, F. 2009. Hama dan Penyakit Jagung Manis Di Desa Benteng, Cibanteng Dan Nagrog, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Bogor. Makarim, A.K., I.N. Widiarta, Hendarsih, S., dan S. Abdulrachman. 2003.

Petunjuk Teknis Pengelolaan Hara dan Pengendalian Hama Penyakit

Tanaman Padi Secara Terpadu. Departemen Pertanian. [jurnal on-

line]. http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/p3231042.pdf. Diakses tanggal 15 Juni 2011.

Nonci, N. dan D. Baco. 1987. Pengaruh waktu infestasi dan jumlah larva Ostrinia

furnacalis Guenee terhadap kerusakan pada tanaman jagung. Agrikam,

Buletin Penelitian Pertanian Maros 2(2) : 49-59.

Rismunandar. 1986. Hama Tanaman Pangan dan Pembasmiannya. Sinarbaru, Bandung.

Rukmana, H.R. 1997. Usaha Tani Jagung. Kanisius, Yogyakarta.

Setiawan, A. 2003. Pengaruh Dosis Pupuk dan Jarak Tanam Terhadap Produksi

dan Mutu Benih Jagung Manis. Skripsi. Bogor.

Suprapto, H.S. 1999. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya, Jakarta.

Subandi, I. Manwan, and Blumenschein,A. 1988. Jagung. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.


(6)

USDA, 2012. Klasifikasi Jagung. http://id.USDA.org/Jagung. Diakses tanggal 20 Juni 2012

Wakman, B. 2005. Pengelolaan Hama dan Penyakit Jagung. [jurnal on- line]. http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/p3231042.pdf. Diakses tanggal 15 Juni 2011.

Widodo, Y., Winarto, A., Dahlan, M. 1987. Laporan tahunan Balai

Penelitian Tanaman Pangan Malang. Badan Penelitian dan


Dokumen yang terkait

Uji Ketahanan Beberapa Varietas Jagung Terhadap Penggerek Batang (Ostrinia furnacalis Guenee) dan Penggerek Tongkol (Helicoverpa armigera Hubner) Di Lapangan Uji Terbatas

10 124 56

SERANGAN ULAT PENGGEREK BATANG (Ostrinia furnacalis) PADA BATANG DAN PENGGEREK TONGKOL (Helicoverpa armigera) TANAMAN JAGUNG PADA DUA MUSIM DI KECAMATAN METRO KIBANG LAMPUNG TIMUR

0 2 11

Kajian pelepasan populasi Trichogrammatidae untuk pengendalian helicoverpa armigera (Hubner) dan dampaknya terhadap komunitas artropoda pada pertanaman kedelai

0 11 72

. Biologi Penggerek Batang Jagung Ostrinia Furnacalis Guenée Yang Diberi Pakan Buatan

1 9 25

Uji Efektivitas NPV Terhadap Pengendalian Hama Penggerek Batang Jagung Ostrinia furnacalis Guenee (Lepidoptera:Pyralidae) Pada Berbagai Instar di Laboratorium

1 7 63

Uji Efektivitas NPV Terhadap Pengendalian Hama Penggerek Batang Jagung Ostrinia furnacalis Guenee (Lepidoptera:Pyralidae) Pada Berbagai Instar di Laboratorium

0 0 12

Uji Efektivitas NPV Terhadap Pengendalian Hama Penggerek Batang Jagung Ostrinia furnacalis Guenee (Lepidoptera:Pyralidae) Pada Berbagai Instar di Laboratorium

0 0 2

Uji Efektivitas NPV Terhadap Pengendalian Hama Penggerek Batang Jagung Ostrinia furnacalis Guenee (Lepidoptera:Pyralidae) Pada Berbagai Instar di Laboratorium

0 0 4

Uji Ketahanan Beberapa Varietas Jagung Terhadap Penggerek Batang (Ostrinia furnacalis Guenee) dan Penggerek Tongkol (Helicoverpa armigera Hubner) Di Lapangan Uji Terbatas

0 0 12

Uji Ketahanan Beberapa Varietas Jagung Terhadap Penggerek Batang (Ostrinia furnacalis Guenee) dan Penggerek Tongkol (Helicoverpa armigera Hubner) Di Lapangan Uji Terbatas

0 0 12