Pemanfaatan Pelepah Sawit Dan Hasil Ikutan Industri Kelapa Sawit Terhadap Kecernaan Bahan Kering Dan Bahan Organik Pada Sapi Peranakan Simental

(1)

PEMANFAATAN PELEPAH SAWIT DAN HASIL IKUTAN INDUSTRI KELAPA SAWIT TERHADAP KECERNAAN BAHAN

KERING DAN BAHAN ORGANIK PADA SAPI PERANAKAN SIMENTAL

SKRIPSI Oleh:

SANDRI SASTRAWAN 050306029

DEPARTEMEN PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2009


(2)

PEMANFAATAN LIMBAH PERKEBUNAN DAN HASIL IKUTAN INDUSTRI KELAPA SAWIT TERHADAP KECERNAAN BAHAN

KERING DAN BAHAN ORGANIK PADA SAPI PERANAKAN SIMENTAL

SKRIPSI

OLEH

SANDRI SASTRAWAN 050306029

DEPARTEMEN PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2009


(3)

PEMANFAATAN LIMBAH PERKEBUNAN DAN HASIL IKUTAN INDUSTRI KELAPA SAWIT TERHADAP KECERNAAN BAHAN

KERING DAN BAHAN ORGANIK PADA SAPI PERANAKAN SIMENTAL

SKRIPSI

OLEH

SANDRI SASTRAWAN 050306029

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERDITAS SUMATERA UTARA


(4)

Judul :iPemanfaatan pelepah sawit dan hasil iiikutan industri kelapa sawit terhadap iikecernaan bahan kering dan bahan organik iipada sapi peranakan simental

Nama : Sandri Sastrawan

Nim : 050306029

Departemen : Peternakan

Progam Studi : Ilmu Produksi Ternak

Disetujui Oleh Komisi Pembiming

(Prof. Dr. Ir. Hasnudi, MS) (Ir. Tri Hesti Wahyuni, MSc)

Ketua Anggota

Mengetehui,

(Prof. Dr. Ir. Zulfikar Siregar, MP) Ketua Departemen Peternakan


(5)

ABSTRAK

Sandri Sastrawan: Pemanfaatan Pelepah Sawit dan Hasil Ikutan Industri Kelapa Sawit Terhadap Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik pada Sapi Peranakan Simental. Dibawah bimbingan Bapak HASNUDI sebagai ketua komisi pembimbing dan Ibu TRI HESTI WAHYUNI sebagai anggota komisi pembimbing.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui level penggunaan pelepah daun sawit terhadap konsumsi bahan kering, konsumsi bahan organik, kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan organik pada sapi peranakan simental.

. Perlakuannya adalah P1 = pakan dengan 10% Pelepah Daun Kelapa Sawit, P2 = pakan dengan 20% pelepah daun kelapa sawit, P3 = pakan dengan 30% pelepah daun kelapa sawit, P4 = pakan dengan 40% pelepah daun kelapa sawit. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Jl. Prof. A. Sofyan no. 3 Medan yag di mulai pada bulan Maret sampai dengan bulan September 2009. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan bujur sangkar latin (RBSL) dengan 4 perlakuan

Hasil penelitian menunjukan bahwa pemanfaatan limbah perkebunan dan hasil ikutan industri kelapa sawit memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0.05) terhadap konsumsi bahan kering dan bahan organik, kecernaan bahan kering dan bahan organik pada sapi peranakan simental.


(6)

ABSTRACT

Sandri Sastrawan Utilization of Oil Palm Frond and Side Product Industry on Oil Palm Plantation by-product on Dry Matter Digestibility and Organic Matter Digestibility of Weaning Simental Crossbred. Under advised of HASNUDI as a supervisor and TRI HESTI WAHYUNI.

The goal of experiment is to observe the level of utilization of oil palm frond and oil palmfrond and industry on oil palm plantation by-product on dry matter consumption, organic matter consumption, dry matter digestibility and organic matter digestibility weaning Simental Crossbred during this research. This research was conducted in Biological Veterinary Laboratory at the animal science Department of Agriculture Faculty of North Sumatera University, Jl. Prof. A. Sofyan no. 3 Medan. Beginning from March 2009 to September 2009. This research was conducted by using latin square design (LSD) with four treatments. The treatments were P1 = feedstuff of 10% oil palm frond, P2 = feedstuff 10% oil palm frond, P3 = feedstuff of 30% oil palm frond, P4 = feedstuff of 40% oil palm frond.

The result of this research indicated that utilization of oil palm frond in feed on oil palm plantation by-product has not significantly different (P<0.05) on dry matter consumption, organic matter consumption, dry matter digestibility and organic matter digestibility.


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis, lahir di Kutacane, Aceh Tenggara, 27 Maret 1987. Merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, anak kandung dari Bapak M. Saleh, SH dan Ibu Sumarni.

Tahun 2005 penulis lulus dari SMA Negeri 1, Takengon dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU diterima sebagai mahasiswa melalui jalur Pemanduan Minat dan Prestasi (PMP).

Selain mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Peternakan dan aktif dalam organisasi ekstrauniversitas Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).

Penulis Melaksanakan PKL di Simalungun Desa Mayang, Kecamatan Bosar Maligas, Sumatera Utara, Tahun 2008.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat serta karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Adapun judul skripsi saya ini adalah “Pemanfaatan Pelepah Sawit dan Hasil Ikutan Industri Kelapa Sawit Terhadap Kecernaan Bahan Kering Dan Bahan Organik Sapi Peranakan Simental”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua atas do’a, semangat dan pengorbanan materil maupun moril yang telah diberikan selama ini. Kepada Bapak HASNUDI selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu TRI HESTI WAHYUNI selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan arahan dalam penulisan skripsi dan semua pihak yang ikut membantu.

Semoga skripsi ini dapat membantu dan bermanfaat bagi penelitian dan ilmu pengetahuan serta pelaku usaha bidang peternakan.

Medan, November 2009


(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Hipotesis Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Ternak Sapi Simental ... 4

Pertumbuhan dan Penggemukan Ternak Sapi. ... 5

Sistem Pencernaan Ternak Ruminansia ... 7

Pakan Ternak Sapi ... 10

Konsentrat ... 12

Serat Perasan Buah Kelapa Sawit ... ... 13

Pelepah Daun Sawit ... 14

Bungkil Inti Sawit... ... 14

Garam ... 15

Urea ... ... 15

Dedak Padi ... ... 16

Molases ... ... 17

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 18

Bahan ... 18

Alat ... 18

Metode Penelitian ... 19

Parameter Penelitian... ... 20

Pelaksanaan Penelitian... 21

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Bahan Kering (BK)... ... 23

Konsumsi Bahan Oganik (BO)... 25

Kecernaan Bahan Kering (BK)... ... 26

Kecernaan Bahan Oganik (BO)... ... 28


(10)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 32 Saran ... ... 32 DAFTAR PUSTAKA


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Beberapa bangsa sapi, kelahiran, kematian & calf crop di Indonesia... 5

Tabel 2. Pertambahan berat badan beberapa jenis sapi lokal ... 6

Tabel 3. Kebutuhan nutrisi pakan sapi ... 12

Tabel 4. Kandungan nilai gizi serat perasan buah kelapa sawit ... 13

Tabel 5. Kandungan nilai gizi pelepah daun kelapa sawit ... 14

Tabel 6. Kandungan nilai gizi bungkil inti sawit ... 15

Tabel 7. Kandungan nilai gizi dedak padi ... 17

Tabel 8. Kandungan nilai gizi molases ... 17

Tabel 9. Rataan konsumsi bahan kering dari hasil penelitian ... 23

Tabel 10. Analisis keragaman konsumsi bahan kering selama penelitian ... 24

Tabel 11. Rataan konsumsi bahan organik dari hasil penelitian ... 25

Tabel 12. Analisis keragaman konsumsi bahan organik selama penelitian ... 25

Tabel 13. Rataan kecernaan bahan kering dari hasil penelitian ... 27

Tabel 14. Analisis keragaman kecernaan bahan kering selama penelitian ... 27

Tabel 15. Rataan kecernaan bahan organik dari hasil penelitian ... 29

Tabel 16. Analisis keragaman kecernaan bahan organik selama penelitian ... 29


(12)

ABSTRAK

Sandri Sastrawan: Pemanfaatan Pelepah Sawit dan Hasil Ikutan Industri Kelapa Sawit Terhadap Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik pada Sapi Peranakan Simental. Dibawah bimbingan Bapak HASNUDI sebagai ketua komisi pembimbing dan Ibu TRI HESTI WAHYUNI sebagai anggota komisi pembimbing.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui level penggunaan pelepah daun sawit terhadap konsumsi bahan kering, konsumsi bahan organik, kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan organik pada sapi peranakan simental.

. Perlakuannya adalah P1 = pakan dengan 10% Pelepah Daun Kelapa Sawit, P2 = pakan dengan 20% pelepah daun kelapa sawit, P3 = pakan dengan 30% pelepah daun kelapa sawit, P4 = pakan dengan 40% pelepah daun kelapa sawit. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Jl. Prof. A. Sofyan no. 3 Medan yag di mulai pada bulan Maret sampai dengan bulan September 2009. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan bujur sangkar latin (RBSL) dengan 4 perlakuan

Hasil penelitian menunjukan bahwa pemanfaatan limbah perkebunan dan hasil ikutan industri kelapa sawit memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0.05) terhadap konsumsi bahan kering dan bahan organik, kecernaan bahan kering dan bahan organik pada sapi peranakan simental.


(13)

ABSTRACT

Sandri Sastrawan Utilization of Oil Palm Frond and Side Product Industry on Oil Palm Plantation by-product on Dry Matter Digestibility and Organic Matter Digestibility of Weaning Simental Crossbred. Under advised of HASNUDI as a supervisor and TRI HESTI WAHYUNI.

The goal of experiment is to observe the level of utilization of oil palm frond and oil palmfrond and industry on oil palm plantation by-product on dry matter consumption, organic matter consumption, dry matter digestibility and organic matter digestibility weaning Simental Crossbred during this research. This research was conducted in Biological Veterinary Laboratory at the animal science Department of Agriculture Faculty of North Sumatera University, Jl. Prof. A. Sofyan no. 3 Medan. Beginning from March 2009 to September 2009. This research was conducted by using latin square design (LSD) with four treatments. The treatments were P1 = feedstuff of 10% oil palm frond, P2 = feedstuff 10% oil palm frond, P3 = feedstuff of 30% oil palm frond, P4 = feedstuff of 40% oil palm frond.

The result of this research indicated that utilization of oil palm frond in feed on oil palm plantation by-product has not significantly different (P<0.05) on dry matter consumption, organic matter consumption, dry matter digestibility and organic matter digestibility.


(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ternak sapi, khususnya sapi potong merupakan salah satu sumber daya penghasil bahan makanan berupa daging yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan penting artinya dalam kehidupan masyarakat. Seekor atau sekelompok ternak sapi bisa menghasilkan berbagai macam kebutuhan, terutama sebagai bahan makanan berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya seperti pupuk kandang, kulit, tulang dan lain sebagainya. Daging sangat besar memanfaatkan bagi pemenuhan gizi berupa protein hewani. Sapi sebagai salah satu hewan pemakan rumput sangat berperan sebagai pengumpul bahan bergizi rendah yang berubah menjadi bahan bergizi tinggi, kemudian diteruskan kepada manusia dalam bentuk daging

Produksi daging dari usaha sapi potong akan cepat maju apabila pemasaran berjalan cukup pesat, baik dalam negeri ataupun luar negeri sebagai bahan ekspor (Sugeng, 2000). Adanya perkembangan kota - kota besar, kemajuan ilmu pengetahuan, peningkatan taraf hidup rakyat dan peningkatan pendidikan di negeri kita ini secara tidak langsung pula akan membawa pengaruh baik terhadap perubahan menu makan yang banyak mengandung protein. Hal ini akan meningkatan kebutuhan atau permintaan daging, khususnya daging sapi, demikian pula semakin meningkatnya kebutuhan protein hewani berupa daging sapi.

Saat ini usaha produksi sapi bakalan (cow calf operation) 99% dilakukan oleh usaha peternakan rakyat berskala kecil. Usaha untuk menghasilkan pedet atau sapi bakalan, dengan asumsi rata - rata jarak beranak 500 hari dan biaya pakan untuk menghasilkan pedet sedikitnya Rp. 2.000.000,-. Usaha yang biasa dilakukan


(15)

untuk menekan biaya pakan pada usaha cow calf operator adalah dengan melakukan integrasi dengan usaha pertanian atau perkebunan dimana kedua lokasi tersebut merupakan potensi biomass local sebagai sumber daya pakan yang berlimpah. Integrasi tersebut diharapkan dapat mendekati kondisi zero cost

terutama dari segi pakan.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, harus diupayakan mencari pakan alternatif yang potensial, murah dan mudah diperoleh serta terus tersedia sepanjang tahun. Dalam hal ini limbah perkebunan kelapa sawit merupakan pilihan utama yang bisa dijadikan sebagai pakan alternatif. Bila dilihat dari data statistik perkebunan SUMUT tahun 2006 luas areal tanaman sawit mencapai 1.044.230 Ha, produksi kelapa sawitnya (TBS) mencapai 2.935.244 ton, dimana dalam satu hektar kebun kelapa sawit masing-masing yaitu 0,2% lumpur sawit dan bungkil inti sawit (BIS) 45% dari TBS (tandan buah segar) yang diolah penggunaannya dalam pakan sapi memberikan nilai tambah yakni menambah pakan dan mengurangi pencemaran lingkungan serta menambah nilai bagi petani.

Mengacu pada hal tersebut penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut lagi seberapa tinggi tingkat konsumsi dan kecernaan pakan yang diberikan nantinya. Disebabkan sebahagian besar biaya yang dikeluarkan yaitu biaya pakan, maka perlu diukur tingkat kecernaannya.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui level penggunaan pelepah daun kelapa sawit terhadap kecernaan bahan kering dan bahan organik pada sapi peranakan simental.


(16)

Hipotesa penelitian

Pemanfaatan pelepah sawit dan hasil ikutan industri kelapa sawit akan berpengaruh positif terhadap kecernaan bahan kering dan bahan organik sapi peranakan simental.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan informasi bagi peternak sapi dalam upaya pengembangan usaha sapi.

2. Sebagai bahan informasi bagi para peneliti dan kalangan akademisi atau instansi yang berhubungan dengan peternakan.


(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Ternak Sapi Simental

Sapi simental barasal dari Negara Swiss, sapi ini biasanya mempunyai produksi susu yang baik selain produksi daging, sehingga sering disebut juga dual purpose. Sapi ini di Indonesia sudah digunakan sebagai pejantan yang dipelihara. Ciri dari sapi simental, bulu warna merah muda atau krim dengan wajah bewarna putih, terdapat bintik-bintik putih. Sapi ini berukuran beasar dan mempunyai sifat pedaging yang baik

(http/www.tinggkat penggemukan sapi simental, pemkab kediri.com).

Ternak sapi seperti halnya mahluk hidup lainnya mengalami pertumbuhan dan perkembangan terus menerus. Pertumbuhan ialah pertambahan berat badan atau ukuran tubuh sesuai dengan umur. Sedangkan perkembangan adalah berhubungan dengan adanya perubahan serta fungsi dari berbagai tubuh semenjak embrio sampai menjadi dewasa, misalnya perubahan ukuran ambing pada saat sapi mengalami kebuntingan, perubahan fungsi perut sejati (abomasum) kepada rumen pada saat sapi meningkat dewasa, dan perubahan ukuran punuk pada saat sapi mengalami kedewasaan tubuh dan sebagainya (Sugeng, 2000).


(18)

Menurut Williamson and Payne (1993) bangsa sapi mempunyai klasifikasi taksonomi dari phylum chordata ,sub phylum vertebrata, class mamalia, ordo artiodactyla, sub ordo ruminantia, famili bovidae, genus bos, spesies Bos Indicus.

Rataan persentase kelahiran, kematian and calf crop beberapa sapi potong di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Beberapa bangsa sapi, kelahiran, kematian & calf crop di Indonesia

Bangsa Kelahiran Kematian Calf crop

Brahman 50,71 10,35 48,80

Brahman cross 47,76 5,58 45,87

Ongole 51,04 4,13 48,53

Local cross 62,47 1,62 62,02

Sumber : Sumardi et al. (1982).

Pertumbuhan dan Penggemukan Sapi

Untuk pemeliharaan sapi potong bibit bertujuan untuk pengembangbiakan sapi potong. Keuntungan yang diharapkan adalah pedet hasil keturunan. Dalam usaha pengembangbiakan sapi potong untuk tujuan komersial, perencanaan yang matang merupakan suatu hal yang perlu mendapat prioritas perhatian, tidak hanya perencanaan fisik, namun juga perencanaan non fisik (Anggorodi, 1990).

Dinas peternakan Propinsi Dati I Jawa Timur memaparkan pertambahan berat badan sapi madura, sapi bali dan onggole pada umur sebelum lepas sapih, setelah di sapih hingga umur 6 bulan pada pertambahan berat badan maksimal yang pernah dicapai dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini.


(19)

Tabel 2. Pertambahan berat badan beberapa jenis sapi lokal Indonesia (kg/ekor/hari).

Kondisi umur Pakan Madura Bali Ongole

Pra sapih Rumput 0,22 - 0,52

Lepas sapih

sampai 12 bulan Rumput 0,22 0,22 0,22

Maksimal Konsentrat 0,65 0,66 0,75

Sumber : Dinas peternakan propinsi Dati I Jawa Timur.

Pengurangan pakan akan memperlambat kecepatan pertumbuhan dan bila pengurangan pakan yang nyata akan menyebabkan ternak kehilangan berat badannya (Tillman et al., 1993).

Pertumbuhan adalah pertambahan dalam bentuk dan berat jaringan-jaringan pembangun seperti urat daging, tulang, otak, jantung dan semua jaringan-jaringan tubuh (kecuali jaringan lemak) serta alat-alat tubuh lainnya. Lebih lanjut dikatakan pertumbuhan murni adalah pertambahan dalam jumlah protein dan zat. Sedangan pertambahan akibat penimbunan lemak atau penimbunan air bukanlah pertumbuhan murni (Anggorodi, 1984).

Anggorodi (1984) menyatakan dalam pertumbuhan seekor hewan ada 2 hal yang terjadi :

1. Bobot badannya meningkat mencapai bobot badan dewasa yang disebut pertumbuhan

2. Terjadinya perubahan konfirmasi dan bentuk tubuh serta berbagai fungsi dan kesanggupannyaiuntuk melakukan sesuatu menjadi wujud penuh yang disebut perkembangan.


(20)

Kurva hubungan antara bobot badan dengan linier adalah suatu bentuk S (signifikan). Ada fase awal yang pendek dimana bobot badan sedikit meningkat umur, hal ini diikuti oleh pertumbuhan eksflosif kemudian akhirnya ada fase yang tingkat pertumbuhan yang sangat rendah (lawrie,1995).

Pengurangan akan memperlambat kecepatan pertumbuhan dan bila pengurangan pakan yang nyata akan menyebabkan ternak kehilangan berat badannya (Tamaszewka et. al., 1993).

Penggemukan bertujuan untuk memperbaiki karkas dengan jalan mendoposit lemak seperlunya. Bila hewan dewasa digunakan untuk penggemukan ini sifatnya membesarkan sambil memperbaiki kualitas karkas (Parakkasi, 1995).

Ternak yang mempunyai potensi genetik yang tinggi akan memiliki respons yang baik terhadap pakan yang diberikan dan efisiensi pakan yang dicapai tingggi (Devendra,1977).

Sistem Pencernan Ternak Rumansia

Proses utama dari pencernaan adalah secara mekanik, fermentatif dan hidrolisis. Proses mekanik terdiri dari mastikasi atau pengunyahan dalam mulut dan gerakan-gerakan saluran pencernaan yang dihasilkan oleh konstraksi otot sepanjang usus. Pencernaan secara fermentatif dilakukan oleh mikroorganisme rumen sedangkan secara hidrolisis dilakuakan oleh jasad renik dengan cara penguraian dalam rumen (Tillman et al., 1991).


(21)

Bagian-bagian sistem pencernaan adalah mulut, parinks, (pada ruminansia terdapat rumen retikulum, omasum, abumasum). Usus halus, usus besar serta glandula aksesoris yaitu glandula saliva, hati dan pankreas (Frandson, 1992).

Ruminansia berasal dari kata latin “ruminate” yang berarti “mengunyah berulang-ulang”. Proses ini disebut proses ruminansi yaitu suatu proses pencernaan pakan yang dimulai dari pakan dimasukkan ke dalam rongga mulut dan masuk ke rumen setelah menjadi bolus-bolus dimuntahkan kembali (regurgitasi), dikunyah kembali (remastikasi), lalu penelanan kembali (redeglutasi) dan dilanjutkan proses fermentasi di rumen dan ke saluran berikutnya. Proses ruminansi berjalan kira – kira 15 kali sehari, dimana setiap ruminansi berlangsung 1 menit sampai 2 jam (Prawirokusumo, 1994).

Menurut Maynard and Loosi (1969) desirtasi Suryadi dan Pilliang (1993) pencernaan adalah rangkaian proses yang terjadi dalam alat pencernaan sampai memungkinkan terjadinya penyerapan. Frandson (1992) menyatakan bagian– bagian dari saluran pencernaan adalah mulut, parinks, oesofagus (pada ruminansia merupakan perut depan atau forestimach), perut grandular, usus halus, usus besar serta glandula aksesoris yang terdiri dari glandula saliva, hati dan pankreas.

Proses utama dari pencernaan adalah secara mekanik, enzimatik ataupun mikrobial. Proses mekanik terdiri dari mastikasi ataupun pengunyahan dalam mulut dan gerakan – gerakan saluran pencernaan yang dihasilkan oleh kontraksi-kontraksi otot sepanjang usus. Pencernaan secara enzimatik atau kimiawi dilakukan oleh enzim yang dihasilkan oleh sel – sel dalam tubuh hewan yang berupa getah – getah pencenaan. Mikroorganisme hidup dalam beberapa bagian


(22)

Pencernaan oleh mikroorganisme ini juga dilakukan secara enzimatik yang enzimnya dihasilkan oleh sel – sel mikroorganisme (Tillman et. al.,1991).

Pertumbuhan dan aktivitas mikroba selulolitik yang efisien, sama halnya dengan mikroba rumen lain, membutuhkan sejumlah energi, nitrogen, mineral dan faktor lain (misalnya vitamin). Selanjutnya dinyatakan pula bahwa energi merupakan faktor essensial utama yang digunakan untuk pertumbuhan mikroba rumen. Mikroba rumen menggunakan energi untuk hidup pokok, teristimewa untuk melakukan transport aktif (Bamualim,1994).

Menurut Rangkuti et al. (1985) ruminansia mempunyai empat lambung yaitu rumen, retikulum, omasum dan abomasum. Smith dan Mangko ewidjojo (1988) menyatakan bahwa pada waktu lahir abomasum merupakan bagian utama, tetapi begitu susu diganti dengan rumput, rumen tumbuh sampai 80% kapasitas lambung. Retikulum dan omasum berkembang pada waktu yang sama (Tillman et al., 1991).

Tingkat perbedaan konsumsi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor ternak (bobot badan, umur, tingkat kecernaan pakan, kualitas pakan dan palatabilitas) (Parakkasi, 1995).

Kemampuan mencerna bahan makanan ditentukan oleh beberapa faktor seperti jenis ternak, komposisi kimia makanan dan penyiapan makanan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa daya cerna suatu bahan makanan tergantung pada keserasian zat-zat makanan yang terkandung didalamnya (Tillman et al., 1991).


(23)

Protein merupakan suatu zat makanan yang essensial bagi tubuh ternak dan tersediaan protein yang cukup menyebabkan aktivitas dan pertumbuhan mikoorganisme meningkat sehingga proses pencernaan dan konsumsi juga meningkat (Bamualim, 1994).

Pakan Ternak Sapi

Pakan sapi pada dasarnya merupakan sumber pembangun tubuh. Untuk memproduksi protein tubuh, sumbernya adalah protein pakan, sedangkan energi yang diperlukan bersumber dari pakan yang dikonsumsi, sehingga pakan merupakan kebutuhan utama dalam pertumbuhan ternak. Pertumnbuhan ternak sangat tergantung dari imbangnan protein energi yang bersumber dari pakan yang dikonsumsi (Yassin dan Dilaga, 1993).

Pakan yang diberikan jangan sekedar dimaksukkan untuk mengatasi lapar atau sebagai pengisi perut saja melainkan harus benar-benar bermanfaat untuk kebutuhan hidup, membentuk sel-sel baru, mengganti sel-sel yang rusak dan untuk produksi (Widayati dan Widalestari, 1994).

Pakan adalah semua bahan yang biasa diberikan dan bermanfaaat bagi ternak serta tidak menimbulkan pengaruh negatif terhadap tubuh ternak. Pakan yang diberikan harus berkualitas tinggi yaitu mengandung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh ternak seperti air, karbohidrat, lemak, protein dan mineral (Parakkasi, 1995).

Untuk penentuan kecernaan dari suatu pakan harus diketahui terlebih dahulu dua hal yang penting yaitu jumlah nutrisi yang terdapat dalam pakan dan jumlah nutrisi yang dapat dicerna dan dapat diketahui bila pakan telah mengalami


(24)

Limbah sendiri memang menjadi masalah yang sangat serius. Berbagai penanganan telah dilakukan tetapi tetap saja menjadi masalah. Bila ternak dapat memanfaatkan limbah-limbah tersebut sebagai bahan pakan ternak tentunya sangat membantu pemecahan masalah. Berbagai jenis limbah memiliki potensi besar sebgaian besar sebagai bahan pakan ternak. Diantaranya adalah sampah-sampah sisa rumah tangga, restoran, hotel, limbah pertanian, limbah peternakan, limbah industri makanan dan limbah perikanan (Widalestari dan Widayati, 1994).

Teknologi pengolahan limbah pertanian dan limbah agroindustri menjadi pakan lengkap dengan metode processing yang terdiri dari :

1. Perlakuan pencacahan (Chupping) untuk merubah ukuran partikel dan tekstur bahan agar konsumsi ternak lebih efisien.

2. Perlakuan pengeringan (Drying) dengan panas matahari atau dengan alat pengeringan untuk menurunkan kadar air bahan.

3. Proses pencampuran (Mixing) dengan menggunakan alat pencampuran (Mixer) dan perlakuan penggilingan dengan alat giling Hammer mill dan terakhir proses pengemasan.

(Wahyono, 2000).

Wahyono dan Hardianto (2004) menyatakan kebutuhan nutrisi pakan sapi untuk tujuan produksi (pembibitan dan penggemukan) dapat dilihat pada Tabel 3 berikut :


(25)

Tabel 3. Kebutuhan nutrisi pakan sapi

Uraian Bahan ( %) Tujuan Produksi

Pembibitan Penggemukan

Kadar Air 12 12

Bahan Kering 88 88

Protein Kasar 10,4 12,7

Lemak Kasar 2,6 3,0

Serat Kasar 19,6 18,4

Kadar Abu 6,8 8,7

TDN 64,2 64,4

Sumber : Wahyono dan Hardianto (2004).

Protein pakan tertentu akan dimanfaatkan secara tidak langsung oleh ternak melalui pertumbuhan mikroba rumen yang lebih dahulu memanfaatkan. Setelah sampai di intestinal, protein akan dicerna dan diserap. Sebaiknya mikrobia itu tidak langsung memanfaatkan protein pakan kualitas tinggi bernilai biologi tinggi dan kecernaan protein tinggi, karena tidak ekonomis dan menjadi rendah. Sebaiknya, pakan yang memiliki nilai biologi protein tinggi bisa diserap langsung di usus kecil (konsep protein by pass).

Rumput sebaiknya diberikan dalam bentuk cacahan sepanjang 10 cm, rumput bentuk cacahan ini lebih disenangi ternak. Sedangkan legume sebaiknya diberikan tidak dalam bentuk segar, tetapi harus dilayukan terlebih dahulu, pelayuan bisa mengurangi ransum seperti mimosin pada leucaena (Murti, 2002).

Konsentrat

Ternak ruminansia membutuhkan konsentrat untuk mengisi kekurangan makanan yang diperolehnya dari hijauan. Pemberian konsentrat pada sapi tidak sama dengan hewan lainnya (Novirma, 1991).


(26)

Konsentrat adalah pakan yang memiliki protein dan energi yang cukup tinggi PK ≥ 18%. Pada ternak yang digemukkan semakin banyak konsentrat dalam pakan akan semakin baik asalkan konsumsi serat kasar tidak kurang dari 15 % BK pakan. Oleh karena itu, banyaknya pemberian pakan konsentrat adalah formula pakan harus terbatas agar tidak terlalu gemuk (Siregar, 1994).

Pemberian konsentrat terlalu banyak akan meningkatkan konsentrasi energi pakan yang dapat menurunkan tingkat konsumsi sehingga tingkat konsumsi energi sendiri dapat berkurang (Parakkasi, 1995).

Serat Perasan Buah Kelapa Sawit

Serat perasan buah kelapa sawit digunakan sebagai pakan ruminansia walaupun nilai kandungan gizi rendah, serat perasan buah yang dapat diberikan kurang dari 20 % total pakan, kaena jika lebih tinggi akan mengggangu kecernaan pada omasum (Hasan dan Ishida, 1991). Serat perasan buah kelapa sawit merupakan hasil sampingan yang diperoleh dari proses pemerasan kelapa sawit. Sebagai campuran makanan ternak, serat perasan buah ini cenderung cocok diberikan pada ternak Ruminansia (seperti sapi dan kerbau) karena mengandung serat kasar cukup tinggi.

Tabel 4. Kandungan nilai gizi serat perasan buah kelapa sawit

Kandungan Zat Nilai Gizi (%)

Bahan Kering 93,11a

Protein Kasar 6,20ab

Serat kasar 48,10ab

Lemak Kasar 3,22a

TDN 56,00ab

Abu 5,90b

Sumber :a. Laboraorium Ilmu Makanan Ternak IPB, Bogor (2000).


(27)

Pelepah Daun Kelapa Sawit

Pelepah kelapa sawit meliputi helai daun, setiap helainya mengandung lamina dan midrib, ruas tengah, petiol dan kelopak pelepah. Helai daun berukuran 55 cm hingga 65 cm dan mencakup dengan lebar 2,5 cm hingga 4 cm. Setiap pelepah mempunyai lebih kurang 100 pasang helai daun. Jumlah pelepah yang dihasilkan meningkat 30-40 batang ketika berumur 3-4 tahun.

(Warta penelitian dan pengembangan Pertanian, 2003)

Kandungan gizi pelepah daun kelapa sawit berdasarkan hasil analisis proksimat dapat dilihat pada Tabel 5 berikut.

Tabel 5. Kandungan gizi pelepah daun kelapa sawit

Zat nutrisi Kandungan

Bahan kering 26,07a

Protein kasar 5,02b

Lemak kasar 1,07a

BETN 39,82a

TDN 45,00a

Ca 0,96a

P 0,08a

Energi (MCal/ME) 56,00c

Serat kasar 50,94a

Sumber : a. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2003).

b. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Departemen Peternakan FP-USU (2003). c. Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan Bogor (2000).

Bungkil Inti Sawit

Bungkil inti sawit merupakan produk samping yang berkualitas karena mengandung protein kasar yang cukup tinggi 16 – 18%. Sementara kandungan serat kasar mencapai 16%. Pemanfaatan perlu disertai produk samping lainnya untuk mengoptimalkan penggunaan bungkil ini bagi ternak. Untuk lebih lanjut diinformasikan bahwa bungkil inti sawit dapat diberikan 30% dalam pakan sapi


(28)

Menurut Davendra (1997) bungkil inti sawit (BIS) adalah limbah hasil ikutan dari ekstraksi inti sawit. Bahan ini diperoleh dengan proses kimiawi atau cara mekanik. Walaupun kandungan proteinnya agak baik tapi karena serat kasarnya tinggi dan palatabilitasnya rendah sehingga menyebabkan kurang cocok bagi ternak monogastrik dan lebih cocok pada ternak ruminansia.

Tabel 6. Kandungan nutrisi bungkil inti sawit

Kandungan Zat Nilai Gizi

Bahan Kering Protein Kasar Serat Kasar Lemak Kasar TDN Ca P

92,6 a 21,51 b

10,5 b 2,4 a 72,0 a 0,53 a 0,19 a

Sumber : a. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Departemen Peternakan Fakultas Pertanian USU, Medan.

b. Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS).

Garam

Garam yang dimaksud disini adalah garam dapur (NaCl), dimana selain

berfungsi sebagai mineral juga berfungsi sebagai palatabilitas (Pardede dan Asmira, 1997).

Semua herbivora akan suka memakan garam apabila disediakan dalam bentuk jilatan (Lick) atau dalam bentuk halus dalam tempat mineral. Oleh karena hewan suka akan garam maka biasanya garam dipakai sebagai campuran posfor atau mineral mikro dan senyawa lain misalnya obat parasit (Tillman et al., 1981).

Na dan Cl untuk memenuhi kebutuhan produksi optimum (termasuk untuk unggas). Hampir semua bahan makanan nabati (khususnya hijauan tropis) mengandung Na dan Cl relatif lebih kecil dibanding bahan makanan hewani (Parakkasi, 1995).


(29)

Urea

Urea adalah merupakan senyawa kimia yang mengandung 40% – 45% nitrogen mikroorganisme yang terdapat dalam saluran pencernaan ternak dapat dikombinasikan N dalam urea dengan C, H2 dan O2 yang terdapat dalam karbohidrat dan membentuk asam amino. Oleh karena itu urea dapat digunakan s

sebagai sumber nitrogen pada ternak ruminansia (Kartadisastra, 1997).

Urea merupakan bahan pakan sumber nitrogen yang dapat difermentasi. Urea dalam proporsi tertentu mempunyai dampak positif terdapat peningkatan konsumsi protein kasar dan daya cerna urea bila diberikan pada ruminansia dirubah menjadi protein oleh mikroba dalam rumen (Anggorodi, 1984).

Dedak padi

Sebahagian bahan makanan asal nabati, dedak memang limbah pengolahan padi menjadi beras. Oleh karena itulah kandungan nutrisinya juga cukup baik, kandungan protein dedak halus sebesar 12% - 13% dengan kandungan lemak cukup tinggi, yaitu 13%. Serat kasar yang dikandung sekitar 12%, cukup tinggi (Rasyaf, 1992).

Dedak padi adalah bahan pakan yang diperoleh dari pemisahan beras dengan kulit gabahnya melalui proses penggilingan padi dari pengayakan hasil ikutan dari penumbukan padi. Dedak merupakan hasil ikutan dalam proses pengolahan gabah menjadi beras yang mengandung bagian luar yang tidak tebal, tetapi tercampur dengan penutup beras. Hal ini mempengaruhi tinggi atau rendahnya kandungan serat kasar dedak (Parakkasi, 1995).


(30)

Tabel 7. Kandungan nilai gizi dedak padi

Kandungan Zat Nilai Gizi

Bahan kering 89,1

Protein kasar 13,8

Serat kasar 11,2

Lemak kasar 8,2

TDN 64,3

Sumber : Tillman et al., (1991).

Molasses

Molasses dapat digunakan sebagai pakan ternak. Keuntungan penggunaan molasses untuk pakan ternak adalah kadar karbohidrat tinggi (48% - 60% sebagai gula), kadar mineral cukup dan disukai ternak. Tetes juga mengandung vitamin B kompleks dan unsur-unsur mikro yang penting bagi ternak seperti kobalt, boron, yodium, tembaga, dan seng sedangkan kelemahannya ialah kaliumnya yang tinggi dapat menyebabkan diare jika dikonsumsi terlalu banyak (Rangkuti et al., 1985).

Molasses atau tetes tebu merupakan hasil sampingan pabrik gula tebu yang berbentuk cairan hitam kental. Molasses dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak yang berenergi tinggi (Rangkuti et al., 1985).

Tabel 8. Kandungan nilai gizi molasses

Kandungan zat Nilai Gizi

Bahan kering 67,5

Protein kasar 3,4

Serat kasar 0,38

Lemak kasar 0,08

Calsium 1,5

Phospor 0,02

TDN 56,7


(31)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Ternak, Departemen Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini berlangsung selama enam bulan dimulai bulan Maret 2009 sampai September 2009.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan

a. Sapi simental sebanyak 4 ekor

b. Bahan pakan terdiri dari : Pelepah daun kelapa sawit, bungkil inti sawit, serat perasan buah kelapa sawit, molasses, dedak padi, garam dan urea.

c. Obat-obatan seperti obat cacing Wormzol-B

d. Rodalon sebagai desinfektan e. Vitamin B-Kompleks

f. Air minum

Alat

a. Kandang individu 4 unit beserta perlengkapannya b. Tempat pakan sebagai wadah pakan

c. Papan sebagai alas saat pengukuran bobot badan sapi d. Chopper sebagai alat pencincang pelepah sawit


(32)

g. Timbangan digital Iconix FX1 kapasitas 1000 kg sebagai alat penimbang bobot badan sapi dengan kepekaan 1%

h. Timbangan dengan kapasitas 10 kg sebagai alat penimbang bahan pakan dengan kepekatan 10 g

i. Karung sebagai tempat bahan pakan

j. Sapu dan sekop sebagai alat pembersih kandang k. Alat tulis sebagai alat pencatat data selama penelitian l. Kereta sorong sebagai alat pengangkut bahan pakan m. Lampu sebagai alat untuk penerang kandang

Metode Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah rancangan bujur sangkar latin 4 x 4. Perlakuan yang diteliti adalah :

P1 = Pakan dengan kandungan pelepah sawit sebesar 10% P2 = Pakan dengan kandungan pelepah sawit sebesar 20% P3 = Pakan dengan kandungan pelepah sawit sebesar 30% P4 = Pakan dengan kandungan pelepah sawit sebesar 40% S1 = Sapi pertama

S2 = Sapi kedua S3 = Sapi ketiga S4 = Sapi keempat


(33)

Sehingga kombinasi perlakuan yang dihasilkan adalah sebagai berikut :

S2P1 S1P4 S3P2 S4P3

S2P3 S1P2 S3P4 S4P

S2P4 S1P3 S3P1 S4P2

S2P2 S1P1 S3P3 4P4

Model matematika yang digunakan Sastrosupardi (2000) adalah Y ijk = µ + Tj+ B j + Kk + єijk

Dimana :

Y ijk = Hasil pengamatan dari perlakuan ke-i, baris ke-j dan kolom ke-k T i = Pengaruh perlakuan ke-i

B j = Pengaruh baris ke-j K k = Pengaruh kolom ke-k µ = Nilai tengah umum

є ijk = Pengaruh galat karena perlakuan ke-i, baris ke-j dan kolom ke- k

Parameter penenilitian

1. Konsumsi Pakan (Bahan Kering dan Bahan Organik)

Konsumsi bahan kering dan bahan organik adalah diukur dengan mengalikan konsumsi ransum dengan kandungan bahan kering dan bahan organik yang diperoleh dari data analisis di laboratoium.

2. Pengeluaran Bahan Kering dan Bahan Organik pada Feses

Pengeluaran bahan kering dan bahan organik diukur dengan mengalikan total feses yang dikeluarkan dengan kandungan bahan kering dan bahan organik


(34)

3. Kecernaan Bahan Kering (KcBK)

Kecernaan bahan kering dapat diukur dengan menghitung berdasarkan rumus : KcBK = (Konsumsi BK – Pengeluaran BK) x 100%

Konsumsi BK

Konsumsi dan pengeluaran feses (BK) diperoleh dalam jangka waktu pengukuran selama periode koleksi yaitu selama satu minggu.

4. Kecernaan Bahan Organik (KcBO)

Kecernaan bahan organik diukur dengan menghitung berdasarkan rumus : KcBO = (Konsumsi BO – Pengeluaran BO) x 100%

Konsumsi BO

Konsumsi dan pengeluran feses (BO) diperoleh dalam jangka waktu pengukuran selama periode koleksi yaitu selama satu minggu.

Pelaksanaan penelitian Persiapan kandang

1. Kandang dan semua peralatan yang digunakan seperti tempat pakan dan minum dibersihkan dan didesinfektan.

2. Pemberian pakan dan air minum

Pakan perlakuan diberikan secara ad libitum. Sisa pakan yang diberikan ditimbang keesokan harinya untuk mengetahui konsumsi pakan ternak tersebut. Sebelum dilakukan penelitian diberikan waktu untuk beradaptasi dengan pakan perlakuan secara terjadwal selama 2 minggu. Pemberian air minum juga dilakukan secara ad libitum. Air diganti setiap hari dan tempatnya dicuci dengan air bersih.


(35)

3. Pemberian Obat-obatan

Ternak sapi pertama masuk kandang diberikan obat cacing WORMZOL-B dan vitamin B-kompleks sebanyak 5-10 ml/ekor selama masa adaptasi 3 minggu, sedangkan obat lain diberikan sesuai kondisi ternak.

4. Periode pengambilan Data

Konsumsi pakan dihitung setiap hari, sedangkan penimbangan bobot badan sapi dengan timbangan digital dilakukan dalam selang waktu 14 hari sekali. Metode pengambilan sampel :

- Setiap kali pemberian pakan ditimbang

- Sampel masing – masing pakan diambil, dimasukan kedalam oven kemudian dianalisis.

- Selesai pengumpulan data, feses, sampel pakan digiling kemudian dianalisis.

5. Analisis Data

Data pengamatan konsumsi pakan dianalisis. Hasil analisis kimiawi pakan, dan feses ditabulasi, kemudian dengan menggunakan rumus daya cerna dilakukan secara statistik untuk mengukur besar daya cerna masing-masing perlakuan.


(36)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian dihitung dalam bahan kering dan bahan organik yang diperoleh dari konsumsi pakan dan kecernaan pakan selama penelitian.

Konsumsi Bahan Kering (BK)

Konsumsi pakan dihitung dengan menambahkan semua yang dikonsumsi oleh ternak sapi yaitu konsumsi dari pelepah sawit dan hasil ikutan industri kelapa sawit dalam bahan kering. Rataan konsumsi pakan (dalam bahan kering) selama penelitian dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Rataan konsumsi bahan kering dari hasil penelitian (g/ekor/hari)

Perlakuan Ulangan Rataan sd

S1 S2 S3 S4

P1 6090 6970 6510 6370 6485.00 367.47

P2 6160 6720 6265 6790 6483.75 317.42

P3 6230 6440 6580 6650 6475.00 185.20

P4 6160 6230 6575 6370 6333.75 183.00

Rataan 6160 6590 6482.5 6545 6444.37 194.64

Dari data konsumsi bahan kering pada Tabel 9 memperlihatkan rataan konsumsi bahan kering sebesar 6444.37 g/ekor/hari dengan standart deviasi sebesar 194.64. Dengan rataan tertinggi pada perlakuan P1 yaitu sebesar 6485 g/ekor/ hari dengan standart deviasi 367.47 dan rataan konsumsi bahan kering terendah pada perlakuan P4 sebesar 6333.75 g/ekor/ hari dengan standart deviasi 183.00.


(37)

Signifikasi pemberian empat perlakuan suplementasi pakan terhadap konsumsi pakan dalam bahan kering dapat dilakukan dengan uji keragaman.

Untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan pelepah sawit dan hasil ikutan industri kelapa sawit terhadap konsumsi bahan kering pada sapi peranakan simental, maka dilakukan analisis keragaman seperti yang tertera pada Tabel 10. Tabel 10. Analisis keragaman konsumsi bahan kering selama penelitian

SK DB JK KT Fhitung Ftabel

5% 1%

Baris 3 157106.3 52368.75 1.05tn 4.76 9.78 Kolom 3 454618.8 151539.58 3.04tn 4.76 9.78 Perlakuan 3 65506.25 21835.42 0.43tn 4.76 9.78

Galat 6 299012.5 49835.42

Total 15 976243.8

Ket. : tn : Tidak Berbeda Nyata

Ket. : KK : 3.47%

Dari Tabel 10 terlihat bahwa pemanfaatan pelepah sawit dan hasil ikutan industri kelapa sawit memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap konsumsi bahan kering sapi peranakan simental (P>0.05)

Hasil yang tidak berbeda nyata tersebut dapat dikatakan bahwa empat macam perlakuan pakan yang diberikan memiliki kualitas yang sama atau tidak jauh berbeda satu sama lain. Sehingga tingkat konsumsi bahan kering dari keempat perlakuan tidak jauh berbeda pula. Hal ini sesuai dengan pernyataan Parakkasi (1995) yang menyatakan bahwa tingkat perbedaan konsumsi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor ternak (bobot badan, umur, tingkat kecernaan pakan, kualitas pakan dan palatabilitas). Makanan yang berkualitas baik tingkat konsumsinya lebih tinggi dibandingkan dengan makanan berkualitas rendah, sehingga pakan dengan kualitas yang relatif sama maka tidak


(38)

Disamping itu aspek lain juga yang berpengaruh adalah ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah ternak lepas sapih sehingga kemampuan menggunaan zat-zat makanan untuk pertumbuhan relatif sama.

Konsumsi Bahan Organik (BO)

Data konsumsi ransum ternak sapi yang dihitung dalam bentuk bahan organik dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Rataan konsumsi bahan organik dari hasil penelitian (g/ekor/hari)

Perlakuan Ulangan Rataan sd

S1 S2 S3 S4

P1 5150 6510 6350 6150 6040.00 611.33

P2 6030 6220 6110 6420 6195.00 169.01

P3 6160 6050 6300 6270 6195.00 113.87

P4 6020 5910 6280 5980 6047.50 161.52

Rataan 5840 6172.5 6260 6205 6119.38 189.72

Dari data konsumsi bahan organik pada Tabel 11 memperlihatkan rataan konsumsi bahan organik sebesar 6119.37 g/ekor/ hari dengan standart deviasi 189.72. Dengan rataan tertinggi pada perlakuan P2 dan P3 yaitu sebesar 6195 g/ekor/ hari dengan standart deviasi dari masing-masing 169.01 dan 113.87. Rataan konsumsi bahan organik terendah pada perlakuan P1 sebesar 6040 g/ekor/ hari dengan standart deviasi 611.33.

Untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan limbah perkebunan dan hasil ikutan industri kelapa sawit terhadap konsumsi bahan organik pada sapi peranakan simental, maka dilakukan analisis keragaman seperti yang tertera pada Tabel 12.


(39)

Tabel 12. Analisis keragaman konsumsi bahan organik selama penelitian

SK DB JK KT Fhitung Ftabel

5% 1%

Baris 3 259918.8 86639.583 0.82tn 4.76 9.78 Kolom 3 431918.8 143972.92 1.36tn 4.76 9.78 Perlakuan 3 91618.75 30539.583 0.28tn 4.76 9.78 Galat 6 632237.5 105372.92

Total 15 1415694

Ket. : tn : Tidak Berbeda Nyata

Ket. : KK : 5.30%

Dari Tabel 12 terlihat bahwa pemanfaatan limbah perkebunan dan hasil ikutan industri kelapa sawit memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap konsumsi bahan organik sapi peranakan simental (P>0.05).

Hasil yang tidak berbeda nyata tersebut disesuaikan dengan hasil konsumsi bahan kering. Karena konsumsi pakan bahan organik ini sejalan dengan konsumsi bahan kering. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sutardi (1980) yang menyatakan bahwa bahan organik berkaitan erat dengan bahan kering karena bahan organik merupakan bagian dari bahan kering.

Kecernaan Bahan Kering (KcBK)

Kecernaan suatu bahan makanan merupakan selisih dari bahan makanan yang tidak diekskresikan melalui feses atau bagian yang diserap oleh saluran pencernaan dan dimanfaatkan oleh mikroba dalam alat pencernaan.

Untuk melihat pengaruh dari pemanfaatan pelepah sawit dan hasil ikutan industri kelapa sawit terhadap kecernaan bahan kering pada sapi peranakan simental dapat dilihat dari rataan kecernaan bahan kering (BK) yang tertera pada Tabel 13.


(40)

Tabel 13. Rataan kecernaan bahan kering dari hasil penelitian (%)

Perlakuan Ulangan Rataan sd

S1 S2 S3 S4

P1 72.91 76.04 72.58 73.94 73.87 1.56

P2 74.84 77.08 76.09 77.33 76.34 1.13

P3 76.68 72.9 72.42 72.53 73.63 2.04

P4 70.45 71.25 73.38 71.87 71.74 1.24

Rataan 73.72 74.32 73.62 73.92 73.89 0.31

Dari data kecernaan bahan kering pada Tabel 13 memperlihatkan rataan kecernaan bahan kering sebesar 73.89% dengan standart deviasi 0.31. Rataan tertinggi pada perlakuan P2 yaitu sebesar 76.34% dengan standart deviasi 1.13 dan rataan nilai terendah pada perlakuan P4 sebesar 71.74% dengan standart deviasi 1.24.

Untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan limbah perkebunan dan hasil ikutan industri kelapa sawit terhadap kecernaan bahan kering pada sapi peranakan simental, maka dilakukan analisis keragaman seperti yang tertera pada Tabel 14. Tabel 14. Analisis keragaman kecernaan bahan kering selama penelitian

SK DB JK KT Fhitung Ftabel

5% 1%

Baris 3 10.56071 3.520238 1.43tn 4.76 9.78 Kolom 3 1.348318 0.449439 0.18tn 4.76 9.78 Perlakuan 3 35.0612 11.68707 4.76tn 4.76 9.78 Galat 6 14.72298 2.45383

Total 15 61.69322

Ket. : tn : Tidak Berbeda Nyata

Ket. : KK : 2.12%

Dari Tabel 14 terlihat bahwa pemanfaatan pelepah sawit dan hasil ikutan industri kelapa sawit memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap kecernaan bahan kering sapi peranakan simental. Diduga karena kualitas ransum terutama protein kasar dari keempat perlakuan yang relatif sama. Hal ini sesuai


(41)

dengan pernyataan Bamualim (1994) yang menyatakan bahwa protein merupakan suatu zat makanan yang essensial bagi tubuh ternak dan tersediaan protein yang cukup menyebabkan aktivitas dan pertumbuhan mikoorganisme meningkat sehingga proses pencernaan dan konsumsi juga meningkat.

Dari keseluruhan perlakuan dengan kualitas pakan yang rendah yang diberikan terhadap sapi dengan jenis yang sama menghasilkan tingkat kecernaan bahan kering (BK) yang tidak berbeda nyata. Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan Tillman dkk. (1991) yang menyatakan bahwa kemampuan mencerna bahan makanan ditentukan oleh beberapa faktor seperti jenis ternak, komposisi kimia makanan dan penyiapan makanan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa daya cerna suatu bahan makanan tergantung pada keserasian zat-zat makanan yang terkandung didalamnya.

Kecernaan Bahan Organik (KcBO)

Kecernaan bahan organik menunjukan derajat cerna pakan pada alat-alat pencernaan serta seberapa besar sumbangan suatu pakan bagi ternak.

Untuk melihat pengaruh dari pemanfaatan pelepah sawit dan hasil ikutan industri kelapa sawit terhadap kecernaan bahan organik pada sapi peranakan simental dapat dilihat dari rataan kecernaan bahan organik (BO) yang tertera pada Tabel 15.


(42)

Tabel 15. Rataan kecernaan bahan organik dari hasil penelitian (%)

Perlakuan Ulangan Rataan sd

S1 S2 S3 S4

P1 67.16 70.07 67.75 67.45 68.11 1.33

P2 70.15 72.82 64.14 73.11 70.05 4.16

P3 68.47 69.18 65.04 68.75 67.86 1.90

P4 65.69 56.89 66.09 67.81 64.12 4.91

Rataan 67.87 67.24 65.75 69.28 67.54 1.46

Dari data kecernaan bahan organik pada Tabel 15 memperlihatkan rataan kecernaan bahan organik sebesar 67.54% dengan standart deviasi 1.46. Rataan tertinggi pada perlakuan P2 yaitu sebesar 70.05% dengan standart deviasi 4.16 dan rataan nilai terendah pada perlakuan P4 sebesar 64.12% dengan standart deviasi 4.91.

Untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan pelepah sawit dan hasil ikutan industri kelapa sawit terhadap kecernaan bahan organik pada sapi peranakan simental, maka dilakukan analisis keragaman seperti yang tertera pada Tabel 16. Tabel 16. Analisis keragaman kecernaan bahan organik selama penelitian

SK DB JK KT Fhitung Ftabel

5% 1%

Baris 3 15.08734 5.029113 0.30tn 4.76 9.78 Kolom 3 25.69905 8.566349 0.51tn 4.76 9.78 Perlakuan 3 73.76712 24.58904 1.47tn 4.76 9.78 Galat 6 99.73311 16.62218

Total 15 214.2866

Ket. : tn : Tidak Berbeda Nyata

Ket. : KK : 6.04%

Dari tabel 16 terlihat bahwa pemanfaatan pelepah sawit dan hasil ikutan industri kelapa sawit memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap kecernaan bahan organik sapi peranakan simental (P>0.05). Hal ini berhubungan dengan komposisi kimia dari pakan perlakuan yang dapat mempengaruhi daya


(43)

cerna pakan. Sebab, daya cerna suatu pakan tergantung pada keserasian dari zat-zat makanan yang terkandung didalamnya.

Dilihat dari sisi kandungan nutrisi atau kimiawinya bahwa keempat jenis pakan tersebut memberikan nilai guna bagi pertumbuhan mikroorganisme rumen, terutama dalam sintesis protein tubunya, harus cukup tersedia nitrogen. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bamualim (1994) yang menyatakan bahwa pertumbuhan dan aktivitas mikroba selulolitik yang efisien, sama halnya dengan mikroba rumen lain, membutuhkan sejumlah energi, nitrogen, mineral dan faktor lain (misalnya vitamin). Selanjutnya dinyatakan pula bahwa energi merupakan faktor essensial utama yang digunakan untuk pertumbuhan mikroba rumen. Mikroba rumen menggunakan energi untuk hidup pokok, teristimewa untuk melakukan transport aktif.


(44)

Rekapitulasi hasil penelitian

Tabel 17. Rekapitulasi hasil penelitian

Perlakuan

Parameter Konsumsi

BK (g/ekor/hari)

Konsumsi BO (g/ekor/hari)

Kecernaan BK (%)

Kecernaan BO(%) P1 6485.00tn 6040.00tn 73.87tn 68.11tn P2 6483.75tn 6195.00tn 76.34tn 70.05tn P3 6475.00tn 6195.00tn 73.63tn 67.86tn P4 6333.75tn 6047.50tn 71.74tn 64.12tn

Dari tabel rekapitulasi hasil penelitian dapat dilihat bahwa ipemanfaatan pelepah sawit dan hasil iiikutan industri kelapa sawit terhadap kecernaan bahan kering dan bahan organik iipada sapi peranakan simental memberikan pengaruh yang sama terhadap konsumsi bahan kering, konsumsi bahan organik, kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan organik.


(45)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemanfaatan pelepah sawit dan hasil ikutan industri kelapa sawit memberikan pengaruh yang sama satu sama lain dari semua pelakuan terhadap konsumsi pakan dan kecernaan pakan sapi peranakan simental.

Saran

Disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut dimana dalam pemanfaatan pelepah sawit dan hasil ikutan industri kelapa sawit yang telah difermentasi pada sapi peranakan simental.


(46)

DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi, R. 1984. Ilmu makanan Ternak Umum. PT. Gramedia, Jakarta.

Bamualim. 1994. Usaha Peternakan Sapi Perah di Nusa Tenggara Timur. Prosiding Seminar Pengolahan dan Komunikasi Hasil-hasil Penelitian Peternakan dan Aplikasi Paket Teknologi Pertanian. Sub Balai Penelitian Ternak Lili/Balai Informasi Pertanian Noelbalki Kupang 1-3 Februari 1994. Batubara, L.P., M. Boer dan S. Eliesar, 1993. Pemberian BIS/Molasses

dengan/tampa Mineral Dalam Ransum Kerbau. Jurnal Penelitian Peternakan Sungai Putih. Vol 1 Nomor 3 Hal 11

Davendra, C. 1997. Utilization Of Feedingstuff from Palm Oil. P.16. Malaisian Agriculturen Research and development Institute serdang, Malaysian. Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gajah Mada University,

Yogyakarta.

Hasan, A.O. and M. Ishada, 1991. EFFECT OF water, Mollases and Urea Addition on Oil Palm Frond Sillage Quality, Fermentation and Palatability in Proceedings of Third International Symposium on The Nutrition of Herbivora,Penang

Kartadisastra, H. R. 1997. Penyediaan dan Pengolahan Pakan Ternak Ruminansia. Kanisius, Yogyakarka.

Lawrie, R. A. 1995. Ilmu Daging. Universitas Indonesia Press, Jakarta. Murtidjo, A. B. 1990. Beternak Sapi Potong. Kanisius, Yogyakarta. Murti, W. T. 2002. Ilmu Ternak Kerbau. Kanisius. Yogyakarta.

Novirma, J. 1991. Penyediaan, Pemanfaatan dan Nilai Gizi Limbah Pertanian Sebagai Makanan Ternak di Sumatera Barat. Pusat Penelitian, Universitas Andalas, Padang.

Parakkasi, A. 1995. Ilmu Makanan Ternak Ruminansia. UI Press, Jakarta.

Pardede, S. I. dan Asmira, S. 1997. Pengolahan Produk Sampingan Industri Pertanian Menjadi Permen Jilat Untuk Sapi Potong yang Dipelihara Secara Tradisional. Karya tulis ilmiah bidang studi Peternakan, Universitas Andalas, Padang.

Prawirokusumo, S. 1994. Ilmu Gizi Komperatif. BPFE, Yogyakarta.

Rangkuti, M., A. Musofie, P. Sitorus, I. P. Kompiang, N. Kusumawadhani dan A. Roesjat. 1985. Pemanfaatan Daun Tebu Untuk Pakan Ternak di Jawa Timur.


(47)

Seminar Pemanfaatan Limbah Tebu Untuk Pakan Ternak. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, 5 Maret 1985, Grati. Rasyaf, M. 1992. Seputar Makanan Ayam Kampung. Kanisius, Yogyakarta. Santosa, P. A., Supriono dan Mulyadi, H. 1982. Produktivitas Sapi Ongole, Bali

dan Brahmana Cross di Ladang Ternak Balai Ranch Sulawesi Selatan. Prosiding Pertemuan Ilmiah Ruminansia Besar. Cisarua, Bandung.

Santosa, U. 1997. Proses Pengemukan Pedet. Penebar Swadaya, Jakarta. Sugeng. B. Y. 1985. Beternak Domba. Penebar Swadaya, Jakarta. Sugeng, B.Y. 2000. Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.

Siregar, S. B. 1994. Ransum Ternak Ruminansia. Penebar Swadaya, Jakarta. Srigandono, B. dan Soedarsono. 1998. Ilmu Peternakan. Gajah Mada University

Press, Yogyakarta.

Tillman, A. D., Hartadi, H., Reksohadimodjo S. dan Prawiryokusumo S. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Tillman, A. D., Hartadi, H., Reksohadiprodjo dan Prawiryokusumo S. 1993. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Tillman, A. D., Hartadi, H., Reksohadiprojo, Parawirokusumo S., dan Lepdosoekojo, S. 1981. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gajah Mada

University Press, Yogyakarta.

Warta penelitian dan pengembangan Pertanian, 2003. Perkebunan kelapa sawit

Daspat Menjadi Basis Penngembangan Sapi Potong.

www. Pustakabogor. net

Widalestari, Y. dan Widayati, E. 1996. Limbah Untuk Pakan Ternak. Trubus Agrisara, Surabaya.

Wahyono, D. E. dan Hardianto R. 2004. Pemanfaatan Sumberdaya Pakan Lokal Untuk Pengembangan Usaha Sapi Potong. Jurnal Lokakarya sapi Potong. Grati, Pasuruan.

Wahyono, D. E. 2000. Pengkajian Teknologi Complate Feed Pada Usaha Penggemukan Domba. Laporan Hasil Pengkajian BPTP Jawa Timur, Malang.

Williamson. G dan W. J. A. Payne. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Universitas Gajah Mada,Yogyakarta.


(48)

Yasin, S. dan Dilaga. 1993. Peternakan Sapi Bali dan Permasalahan. Bumi Aksara, Jakarta.


(49)

Lampiran konsumsi bahan kering (BK)

Tabel 1. Data Konsumsi Bahan Kering (BK) dari Hasil Penelitian (g/ekor/hari)

Periode S1 S2 S3 S4 Total Rataan

Br 1 6160 (P2) 6970 (P1) 6575 (P4) 6650 (P3) 26355 6588.75 Br 2 6230 (P3) 6230 (P4) 6510 (P1) 6790 (P2) 25760 6440 Br 3 6090 (P1) 6720 (P2) 6580 (P3) 6370 (P4) 25760 6440 Br 4 6160 (P4) 6440 (P3) 6265 (P2) 6370 (P1) 25235 6308.75

Total 24640 26360 25930 26180 103110

Rataan 6160 6590 6482.50 6545 6444.37

Tabel 2. Rataan konsumsi bahan kering (BK) dari hasil penelitian (g/ekor/hari)

Perlakuan

Ulangan

Total Rataan S1 S2 S3 S4

P1 6090 6970 6510 6370 25940 6485

P2 6160 6720 6265 6790 25935 6483.75

P3 6230 6440 6580 6650 25900 6475

P4 6160 6230 6575 6370 25335 6333.75

Total 24640 26360 25930 26180 103110


(50)

Lampiran kecernaan bahan kering (KcBK)

Tabel 3. Data kecernaan bahan kering (KcBK) dari hasil penelitian (%)

Periode S1 S2 S3 S4 Total Rataan

Br 1

74.84 (P2)

76.04 (P1)

73.38 (P4)

72.53

(P3) 296.79 74.20

Br 2

76.68 (P3)

71.25 (P4)

72.58 (P1)

77.33

(P2) 297.84 74.46

Br 3

72.91 (P1)

77.08 (P2)

72.42 (P3)

71.87

(P4) 294.27 73.57

Br 4

70.45 (P4)

72.90 (P3)

76.09 (P2)

73.94

(P1) 293.39 73.35 Total 294.88 297.28 294.47 295.67 1182.29

Rataan 73.72 74.32 73.62 73.92 73.89

Tabel 4. Rataan kecernaan bahan kering (KcBK) dari hasil penelitian (%)

Perlakuan

Ulangan

Total Rataan S1 S2 S3 S4

P1 72.91 76.04 72.58 73.94 295.47 73.87

P2 74.84 77.08 76.09 77.33 305.34 76.34

P3 76.68 72.90 72.42 72.53 294.52 73.63

P4 70.45 71.25 73.38 71.87 286.96 71.74

Total 294.88 297.28 294.47 295.67 1182.29


(51)

Lampiran konsumsi bahan organik (BO)

Tabel 5. Data Konsumsi Bahan Organik (BO) dari Hasil Penelitian (g/ekor/hari)

Periode S1 S2 S3 S4 Total Rataan

Br 1

6030 (P2)

6510 (P1)

6280 (P4)

6270 (P3)

25090 6272.5

Br 2

6160 (P3)

5910 (P4)

6350 (P1)

6420 (P2)

24840 6210

Br 3

5150 (P1)

6220 (P2)

6300 (P3)

5980 (P4)

23650 5912.5

Br 4

6020 (P4)

6050 (P3)

6110 (P2)

6150 (P1)

24330 6082.5

Total 23360 24690 25040 24820 97910

Rataan 5840 6172.5 6260 6205 6119.375

Tabel 6. Rataan konsumsi bahan organik (BO) dari hasil penelitian (g/ekor/hari)

Perlakuan

Ulangan

Total Rataan S1 S2 S3 S4

P1 5150 6510 6350 6150 24160 6040

P2 6030 6220 6110 6420 24780 6195

P3 6160 6050 6300 6270 24780 6195

P4 6020 5910 6280 5980 24190 6047.5

Total 23360 24690 25040 24820 97910


(52)

Lampiran kecernaan bahan organik (KcBO)

Tabel 7. Data kecernaan bahan organik (KcBO) dari hasil penelitian (%)

Periode S1 S2 S3 S4 Total Rataan

Br 1

70.15 (P2)

70.07 (P1)

66.09 (P4)

68.75 (P3)

275.06 68.765

Br 2

68.47 (P3)

56.89 (P4)

67.75 (P1)

73.11 (P2)

266.22 66.555

Br 3

67.16 (P1)

72.82 (P2)

65.04 (P3)

67.81 (P4)

272.83 68.2075

Br 4

65.69 (P4)

69.18 (P3)

64.14 (P2)

67.45 (P1)

266.46 66.615

Total 271.48 268.96 263.01 277.13 1080.57

Rataan 67.87 67.24 65.75 69.28 67.54

Tabel 8. Rataan kecernaan bahan organik (KcBO) dari hasil penelitian (%)

Perlakuan

Ulangan

Total Rataan S1 S2 S3 S4

P1 67.16 70.07 67.75 67.45 272.43 68.11

P2 70.15 72.82 64.14 73.11 280.22 70.05

P3 68.47 69.18 65.04 68.75 271.44 67.86

P4 65.69 56.89 66.09 67.81 256.48 64.12

Total 271.48 268.96 263.01 277.13 1080.57


(1)

Seminar Pemanfaatan Limbah Tebu Untuk Pakan Ternak. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, 5 Maret 1985, Grati. Rasyaf, M. 1992. Seputar Makanan Ayam Kampung. Kanisius, Yogyakarta. Santosa, P. A., Supriono dan Mulyadi, H. 1982. Produktivitas Sapi Ongole, Bali

dan Brahmana Cross di Ladang Ternak Balai Ranch Sulawesi Selatan. Prosiding Pertemuan Ilmiah Ruminansia Besar. Cisarua, Bandung.

Santosa, U. 1997. Proses Pengemukan Pedet. Penebar Swadaya, Jakarta. Sugeng. B. Y. 1985. Beternak Domba. Penebar Swadaya, Jakarta. Sugeng, B.Y. 2000. Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.

Siregar, S. B. 1994. Ransum Ternak Ruminansia. Penebar Swadaya, Jakarta. Srigandono, B. dan Soedarsono. 1998. Ilmu Peternakan. Gajah Mada University

Press, Yogyakarta.

Tillman, A. D., Hartadi, H., Reksohadimodjo S. dan Prawiryokusumo S. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Tillman, A. D., Hartadi, H., Reksohadiprodjo dan Prawiryokusumo S. 1993. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Tillman, A. D., Hartadi, H., Reksohadiprojo, Parawirokusumo S., dan Lepdosoekojo, S. 1981. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gajah Mada

University Press, Yogyakarta.

Warta penelitian dan pengembangan Pertanian, 2003. Perkebunan kelapa sawit

Daspat Menjadi Basis Penngembangan Sapi Potong. www. Pustakabogor. net

Widalestari, Y. dan Widayati, E. 1996. Limbah Untuk Pakan Ternak. Trubus Agrisara, Surabaya.

Wahyono, D. E. dan Hardianto R. 2004. Pemanfaatan Sumberdaya Pakan Lokal Untuk Pengembangan Usaha Sapi Potong. Jurnal Lokakarya sapi Potong. Grati, Pasuruan.

Wahyono, D. E. 2000. Pengkajian Teknologi Complate Feed Pada Usaha Penggemukan Domba. Laporan Hasil Pengkajian BPTP Jawa Timur, Malang.

Williamson. G dan W. J. A. Payne. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Universitas Gajah Mada,Yogyakarta.


(2)

Yasin, S. dan Dilaga. 1993. Peternakan Sapi Bali dan Permasalahan. Bumi Aksara, Jakarta.


(3)

Lampiran konsumsi bahan kering (BK)

Tabel 1. Data Konsumsi Bahan Kering (BK) dari Hasil Penelitian (g/ekor/hari)

Periode S1 S2 S3 S4 Total Rataan

Br 1 6160 (P2) 6970 (P1) 6575 (P4) 6650 (P3) 26355 6588.75 Br 2 6230 (P3) 6230 (P4) 6510 (P1) 6790 (P2) 25760 6440 Br 3 6090 (P1) 6720 (P2) 6580 (P3) 6370 (P4) 25760 6440 Br 4 6160 (P4) 6440 (P3) 6265 (P2) 6370 (P1) 25235 6308.75 Total 24640 26360 25930 26180 103110

Rataan 6160 6590 6482.50 6545 6444.37

Tabel 2. Rataan konsumsi bahan kering (BK) dari hasil penelitian (g/ekor/hari)

Perlakuan

Ulangan

Total Rataan

S1 S2 S3 S4

P1 6090 6970 6510 6370 25940 6485

P2 6160 6720 6265 6790 25935 6483.75

P3 6230 6440 6580 6650 25900 6475

P4 6160 6230 6575 6370 25335 6333.75

Total 24640 26360 25930 26180 103110


(4)

Lampiran kecernaan bahan kering (KcBK)

Tabel 3. Data kecernaan bahan kering (KcBK) dari hasil penelitian (%)

Periode S1 S2 S3 S4 Total Rataan

Br 1

74.84 (P2)

76.04 (P1)

73.38 (P4)

72.53

(P3) 296.79 74.20

Br 2

76.68 (P3)

71.25 (P4)

72.58 (P1)

77.33

(P2) 297.84 74.46

Br 3

72.91 (P1)

77.08 (P2)

72.42 (P3)

71.87

(P4) 294.27 73.57

Br 4

70.45 (P4)

72.90 (P3)

76.09 (P2)

73.94

(P1) 293.39 73.35 Total 294.88 297.28 294.47 295.67 1182.29

Rataan 73.72 74.32 73.62 73.92 73.89

Tabel 4. Rataan kecernaan bahan kering (KcBK) dari hasil penelitian (%)

Perlakuan

Ulangan

Total Rataan

S1 S2 S3 S4

P1 72.91 76.04 72.58 73.94 295.47 73.87

P2 74.84 77.08 76.09 77.33 305.34 76.34

P3 76.68 72.90 72.42 72.53 294.52 73.63

P4 70.45 71.25 73.38 71.87 286.96 71.74


(5)

Lampiran konsumsi bahan organik (BO)

Tabel 5. Data Konsumsi Bahan Organik (BO) dari Hasil Penelitian (g/ekor/hari)

Periode S1 S2 S3 S4 Total Rataan

Br 1 6030 (P2) 6510 (P1) 6280 (P4) 6270 (P3)

25090 6272.5

Br 2 6160 (P3) 5910 (P4) 6350 (P1) 6420 (P2)

24840 6210

Br 3 5150 (P1) 6220 (P2) 6300 (P3) 5980 (P4)

23650 5912.5

Br 4 6020 (P4) 6050 (P3) 6110 (P2) 6150 (P1)

24330 6082.5

Total 23360 24690 25040 24820 97910

Rataan 5840 6172.5 6260 6205 6119.375

Tabel 6. Rataan konsumsi bahan organik (BO) dari hasil penelitian (g/ekor/hari)

Perlakuan

Ulangan

Total Rataan

S1 S2 S3 S4

P1 5150 6510 6350 6150 24160 6040

P2 6030 6220 6110 6420 24780 6195

P3 6160 6050 6300 6270 24780 6195

P4 6020 5910 6280 5980 24190 6047.5

Total 23360 24690 25040 24820 97910


(6)

Lampiran kecernaan bahan organik (KcBO)

Tabel 7. Data kecernaan bahan organik (KcBO) dari hasil penelitian (%)

Periode S1 S2 S3 S4 Total Rataan

Br 1 70.15 (P2) 70.07 (P1) 66.09 (P4) 68.75 (P3)

275.06 68.765

Br 2 68.47 (P3) 56.89 (P4) 67.75 (P1) 73.11 (P2)

266.22 66.555

Br 3 67.16 (P1) 72.82 (P2) 65.04 (P3) 67.81 (P4)

272.83 68.2075

Br 4 65.69 (P4) 69.18 (P3) 64.14 (P2) 67.45 (P1)

266.46 66.615

Total 271.48 268.96 263.01 277.13 1080.57

Rataan 67.87 67.24 65.75 69.28 67.54

Tabel 8. Rataan kecernaan bahan organik (KcBO) dari hasil penelitian (%)

Perlakuan

Ulangan

Total Rataan

S1 S2 S3 S4

P1 67.16 70.07 67.75 67.45 272.43 68.11

P2 70.15 72.82 64.14 73.11 280.22 70.05

P3 68.47 69.18 65.04 68.75 271.44 67.86

P4 65.69 56.89 66.09 67.81 256.48 64.12