Pemanfaatan Pelepah Sawit Dan Hasil Ikutan Industri Kelapa Sawit Terhadap Pertumbuhan Sapi Peranakan Simental Fase Pertumbuhan
PEMANFAATAN PELEPAH SAWIT DAN HASIL IKUTAN INDUSTRI KELAPA SAWIT TERHADAP PERTUMBUHAN SAPI PERANAKAN
SIMENTAL FASE PERTUMBUHAN SKRIPSI OLEH
ANDYKA YUDITH TARIGAN 040306040
DEPARTEMEN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2010
Universitas Sumatera Utara
PEMANFAATAN PELEPAH SAWIT DAN HASIL IKUTAN INDUSTRI KELAPA SAWIT TERHADAP PERTUMBUHAN SAPI PERANAKAN
SIMENTAL FASE PERTUMBUHAN
SKRIPSI OLEH
ANDYKA YUDITH TARIGAN 040306040
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2010
Universitas Sumatera Utara
Judul
Nama NIM Departemen
: Pemanfaatan Pelepah Sawit dan Hasil Ikutan Industri Kelapa Sawit Terhadap Pertumbuhan Sapi Peranakan Simental Fase Pertumbuhan
: Andyka Yudith Tarigan : 040306040 : Peternakan
Disetujui Oleh Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Ir. Hasnudi, MS) Ketua
(Ir. Edhy Mirwandhono, MSi.) Anggota
Mengetahui,
(Prof. Dr. Ir. Zulfikar Siregar, MP) Ketua Departemen Peternakan
Tanggal lulus :
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
ANDYKA YUDITH TARIGAN : Pemanfaatan Pelepah Sawit dan Hasil Ikutan Industri Kelapa Sawit Terhadap Pertumbuhan Sapi Peranakan Simental Fase Pertumbuhan. Dibawah bimbingan Bapak HASNUDI sebagai ketua komisi pembimbing dan Bapak EDHY MIRWANDHONO sebagai anggota komisi pembimbing.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui level penggunaan pelepah daun sawit terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan konversi pakan pada sapi peranakan simental. Perlakuannya adalah P1 = pakan dengan 10% Pelepah Daun Kelapa Sawit, P2 = pakan dengan 20% pelepah daun kelapa sawit, P3 = pakan dengan 30% pelepah daun kelapa sawit, P4 = pakan dengan 40% pelepah daun kelapa sawit. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Jl. Prof. A. Sofyan no. 3 Medan yag di mulai pada bulan Maret sampai dengan bulan September 2009. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan bujur sangkar latin (RBSL) dengan 4 perlakuan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pemanfaatan pelepah sawit sampai level 10% dalam pakan meningkatkan konsumsi pakan, menghasilkan pertambahan bobot badan sebesar 0.675kg/ekor/hari dan meningkatkan efisiensi pakan.
Kata Kunci : Pelepah Sawit, Pertumbuhan, Sapi Peranakan Simental
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
ANDYKA YUDITH TARIGAN : Utilization of Oil Palm Frond and Side Product Industry on Oil Palm Plantation by - product on Growth of Weaning Simental Crossbred Growth Phase. Under advised of HASNUDI as a supervisor and EDHY MIRWANDHONO.
The goal of experiment is to observe the level of utilization of oil palm frond and industry on oil palm plantation by-product on feed consumption, average daily gain and feed conversion ratio of weaning Simental Crossbred during this research. This research was conducted in Biological Veterinary Laboratory at the animal science Department of Agriculture Faculty of North Sumatera University, Jl. Prof. A. Sofyan no. 3 Medan. Beginning from March 2009 to September 2009. This research was conducted by using latin square design (LSD) with four treatments. The treatments were P1 = feedstuff of 10% oil palm frond, P2 = feedstuff of 20% oil palm frond, P3 = feedstuff of 30% oil palm frond, P4 = feedstuff of 40% oil palm frond.
The result of this research indicated that utilization of oil palm frond in feed on oil palm plantation by - product has increase feed consumption, average daily gain has 0.675 kg/head/day and feed efficient be well.
Key Words : Oil Palm Frond, Growth, Simental Crossbred
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP
Andyka Yudith Tarigan, lahir di Munte, Sumatera Utara, 19 September 1986. Merupakan anak pertama dari empat bersaudara, anak kandung dari Bapak Drs. H. Tarigan dan Ibu E. br. Ginting.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh penulis hingga saaat ini: 1. Tahun 1991 masuk TK Budi Murni 2 Medan, lulus tahun 1992 2. Tahun 1992 masuk SD Budi Murni 2 Medan, lulus tahun 1998 3. Tahun 1998 masuk SLTP Budi Murni 3 Medan, lulus tahun 2001 4. Tahun 2001 masuk SMA Negeri 1 Medan, lulus tahun 2004 5. Tahun 2004 diterima sebagai mahasiswa di Departemen Peternakan Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui SPMB Kegiatan yang pernah diikuti penulis :
1. Pada tanggal 20 Juni – 11 Juli Tahun 2008 mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara
2. Melaksanakan penelitian skripsi pada bulan Maret 2009 hingga Agustus 2009 di Unit Penelitian dan Latihan Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Adapun judul dari skripsi ini adalah “Pemaanfaatan Pelepah Sawit Dan Hasil Ikutan Industri Kelapa Sawit Terhadap Pertumbuhan Sapi Peranakan Simental Fase Pertumbuhan“ yang merupakan salah satu syarat untuk mengadakan penelitian dan memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Hasnudi, MS, selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Ir. Edhy Mirwandhono, M.Si yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada Penulis dalam penyusunan skripsi ini. Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Zulfikar Siregar, MP, dan Ibu Ir. Tri Hesti Wahyuni, M.Sc., selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, September 2010
Penulis
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Hal.
ABSTRAK ..................................................................................................... i ABSTRACT ..................................................................................................... ii RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ iii KATA PENGANTAR .................................................................................... iv DAFTAR ISI .................................................................................................. v DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... ix PENDAHULUAN
Latar Belakang .................................................................................... 1 Tujuan Penelitian................................................................................. 3 Hipotesis Penelitian ............................................................................. 3 Manfaat Penelitian............................................................................... 3 TINJAUAN PUSTAKA Sapi Peranakan Simental .................................................................... 4 Produktivitas Ternak Sapi.................................................................... 4 Kebutuhan Nutrisi Ternak Sapi............................................................ 5
Kebutuhan Protein.................................................................... 6 Kebutuhan Energi .................................................................... 6 Kebutuhan Mineral................................................................... 7 Pakan Ternak Sapi............................................................................... 8 Konsentrat ........................................................................................... 9 Serat Perasan Buah Kelapa Sawit ........................ ..................... 10 Pelepah Daun Kelapa Sawit...................................................... 11 Bungkil Inti Sawit...... .............................................................. 11 Dedak Padi .............................................................................. 12 Garam Dapur............................................................................ 12 Urea ...... .................................................................................. 13 Ultra Mineral............................................................................ 14 Molases.................................................................................... 15 Konsumsi Pakan .................................................................................. 16 Konsumsi Bahan Kering (BK) ................................................. 16 Konsumsi Protein Kasar (PK) .................................................. 18 Konsumsi TDN........................................................................ 19 Pertumbuhan dan Pertambahan Bobot Badan Sapi............................... 19 Konversi Pakan dan Efisiensi Pakan ................................................... 22 BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 24 Bahan dan Alat Penelitian ................................................................... 24 Bahan....................................................................................... 24 Alat .......................................................................................... 24 Metode Penelitian................................................................................ 25
Universitas Sumatera Utara
Parameter Penelitian..... ...................................................................... Konsumsi Pakan (BK).............................................................. Pertambahan Bobot Badan (g)..... ............................................. Feed Convertion Ratio (FCR)...................................................
Pelaksanaan Penelitian......................................................................... HASIL DAN PEMBAHASAN
Konsumsi Pakan..... ............................................................................. Pertambahan Bobot Badan................................................................... Konversi Pakan.................................................................................... Rekapitulasi Hasil Penelitian..... .......................................................... KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ......................................................................................... Saran ...... ............................................................................................ DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
26 26 26 27 27
31 33 36 39
40 40
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
No. Hal. 1. Kebutuhan nutrisi pakan sapi.................................................................... 5 2. Kandungan nilai gizi serat perasan buah kelapa sawit ............................... 10 3. Kandungan gizi pelepah daun kelapa sawit............................................... 11 4. Kandungan gizi dedak padi ...................................................................... 12 5. Kandungan nilai gizi bungkil sawit .......................................................... 12 6. Kandungan nilai gizi molases ................................................................... 16 7. Formulasi pakan perlakuan I .................................................................... 31 8. Formulasi pakan perlakuan II ................................................................... 31 9. Formulasi pakan perlakuan III.................................................................. 31 10. Formulasi pakan perlakuan IV.................................................................. 31 11. Rataan konsumsi pakan sapi peranakan simental selama penelitian dalam
bahan kering (kg/ekor/hari) ...................................................................... 33 12. Analisis keragaman konsumsi pakan sapi ................................................. 34 13. Rataan pertambahan bobot badan sapi peranakan simental (kg/ekor/hari) . 34 14. Analisis keragaman pertambahan bobot badan sapi .................................. 36 15. Rataan konversi pakan selama penelitian.................................................. 37 16. Analisis keragaman konversi pakan.......................................................... 39 17. Rekapitulasi hasil penelitian ..................................................................... 41
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
No. Hal. 1. Proses pengolahan pelepah sawit sebagai salah satu bahan pakan............... 28 2. Skema pembuatan pakan perlakuan............................................................ 30 3. Grafik Rataan konsumsi pakan sapi peranakan simental selama penelitian . 32 4. Grafik Rataan pertambahan berat badan sapi selama penelitian .................. 34 5. Grafik Rataan konversi pakan sapi peranakan simental selama penelitian... 37
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal. 1. Data konsumsi pakan sapi periode I (kg) (BK) ........................................... 47 2. Data konsumsi pakan sapi periode II (kg) (BK) .......................................... 48 3. Data konsumsi pakan sapi periode III (kg) (BK)......................................... 49 4. Data konsumsi pakan sapi periode IV (kg) (BK) ........................................ 50 5. Data konsumsi pakan sapi selama penelitian (kg/ekor/hari) (BK) ............... 51 6. Rataan konsumsi pakan sapi selama penelitian (kg/ekor/hari) (BK)............ 51 7. Analisis keragaman konsumsi pakan sapi ................................................... 51 8. Grafik rataan konsumsi pakan sapi hasil penelitian..................................... 52 9. Data berat badan sapi selama penelitian (kg) .............................................. 52 10. Data pertambahan berat badan sapi selama penelitian (kg/ekor/hari) ........ 52 11. Rataan pertambahan berat badan sapi selama penelitian (kg/ekor/hari) ..... 53 12. Analisis keragaman pertambahan berat badan sapi ................................... 53 13. Grafik rataan pertambahan berat badan sapi selama penelitian.................. 53 14. Data konversi pakan sapi selama penelitian .............................................. 54 15. Rataan konversi pakan sapi selama penelitian........................................... 54 16. Analisis keragaman konversi pakan.......................................................... 54 17. Grafik rataan konversi pakan sapi selama penelitian................................. 55 18. Rekapitulasi hasil penelitian ..................................................................... 55
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
ANDYKA YUDITH TARIGAN : Pemanfaatan Pelepah Sawit dan Hasil Ikutan Industri Kelapa Sawit Terhadap Pertumbuhan Sapi Peranakan Simental Fase Pertumbuhan. Dibawah bimbingan Bapak HASNUDI sebagai ketua komisi pembimbing dan Bapak EDHY MIRWANDHONO sebagai anggota komisi pembimbing.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui level penggunaan pelepah daun sawit terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan konversi pakan pada sapi peranakan simental. Perlakuannya adalah P1 = pakan dengan 10% Pelepah Daun Kelapa Sawit, P2 = pakan dengan 20% pelepah daun kelapa sawit, P3 = pakan dengan 30% pelepah daun kelapa sawit, P4 = pakan dengan 40% pelepah daun kelapa sawit. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Jl. Prof. A. Sofyan no. 3 Medan yag di mulai pada bulan Maret sampai dengan bulan September 2009. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan bujur sangkar latin (RBSL) dengan 4 perlakuan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pemanfaatan pelepah sawit sampai level 10% dalam pakan meningkatkan konsumsi pakan, menghasilkan pertambahan bobot badan sebesar 0.675kg/ekor/hari dan meningkatkan efisiensi pakan.
Kata Kunci : Pelepah Sawit, Pertumbuhan, Sapi Peranakan Simental
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
ANDYKA YUDITH TARIGAN : Utilization of Oil Palm Frond and Side Product Industry on Oil Palm Plantation by - product on Growth of Weaning Simental Crossbred Growth Phase. Under advised of HASNUDI as a supervisor and EDHY MIRWANDHONO.
The goal of experiment is to observe the level of utilization of oil palm frond and industry on oil palm plantation by-product on feed consumption, average daily gain and feed conversion ratio of weaning Simental Crossbred during this research. This research was conducted in Biological Veterinary Laboratory at the animal science Department of Agriculture Faculty of North Sumatera University, Jl. Prof. A. Sofyan no. 3 Medan. Beginning from March 2009 to September 2009. This research was conducted by using latin square design (LSD) with four treatments. The treatments were P1 = feedstuff of 10% oil palm frond, P2 = feedstuff of 20% oil palm frond, P3 = feedstuff of 30% oil palm frond, P4 = feedstuff of 40% oil palm frond.
The result of this research indicated that utilization of oil palm frond in feed on oil palm plantation by - product has increase feed consumption, average daily gain has 0.675 kg/head/day and feed efficient be well.
Key Words : Oil Palm Frond, Growth, Simental Crossbred
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
Latar Belakang Populasi penduduk yang terus berkembang, meningkatnya pengetahuan
serta kesadaran masyarakat terhadap pentingnya konsumsi protein hewani mengakibatkan permintaan terhadap kebutuhan pangan yang berasal dari ternak terus meningkat. Dalam usaha memenuhi kebutuhan pangan tersebut juga diperlukan ternak dalam jumlah besar. Untuk memproduksi ternak dalam jumlah besar terdapat berbagai kendala, antara lain kebutuhan pakan untuk ternak yang semakin besar tidak diimbangi dengan ketersediaan bahan pakan yang cukup serta harga pakan yang mahal.
Sapi potong merupakan salah satu sumber daya ternak penghasil bahan makanan berupa daging yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Ternak sapi menghasilkan berbagai macam kebutuhan, terutama sebagai bahan makanan berupa daging, dan juga hasil ikutan lainnya seperti pupuk kandang, kulit, tulang, dan lain-lain. Sapi sebagai salah satu hewan pemakan rumput sangat berperan sebagai pengumpul bahan makanan bergizi rendah yang diteruskan kepada manusia dalam bentuk daging.
Dalam usaha peternakan, pakan merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi sukses tidaknya usaha tersebut. Salah satu upaya dalam pengadaan pakan bagi ternak adalah memanfaatkan seoptimal mungkin lahan serta pemanfaatan limbah dan hasil samping komoditi perkebunan dan pertanian.
Pemenuhan kebutuhan konsumsi ternak dengan menggunakan bahan pakan yang berasal dari limbah perkebunan misalnya pelepah daun kelapa sawit;
Universitas Sumatera Utara
serta hasil samping industri seperti bungkil inti sawit dan molases, dapat dijadikan sebagai bahan pakan alternatif karena disamping memiliki kandungan nutrisi yang cukup baik juga memilki ketersediaan yang cukup banyak karena produksi dari perkebunan tersebut tersedia sepanjang tahun.
Perkebunan kelapa sawit sangat berpotensi untuk mengembangkan seluruh hewan ternak ruminansia, khususnya sapi. Perkebunan kelapa sawit merupakan tanaman yang berkembang pesat di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Direktorat Jenderal Perkebunan (2004) menyatakan luas perkebunan kelapa sawit Indonesia mencapai 4.686.000 Ha dengan produksi tandan buah segar 5.456.700 ton. Daerah Sumatera Utara sendiri pada tahun 2005 memiliki luas perkebunan kelapa sawit mencapai 948.800 Ha dengan produksi tandan buah segar sebanyak 3.439.748 ton sehingga di wilayah Sumatera Utara tingkat pertumbuhan produksi perkebunan kelapa sawit sangat signifikan dalam menghasilkan banyak hasil sampingan. Hal ini memberikan peluang bagi peternak dalam memanfaatkan hasil samping dari perkebunan kelapa sawit sebagai pakan alternatif ternak (khususnya ternak sapi).
Atas dasar pemikiran ini maka perlu diadakan suatu penelitian tentang pengaruh pemberian pelepah daun kelapa sawit sebagai limbah perkebunan serta pemanfaatan hasil samping industri kelapa sawit seperti bungkil inti sawit, serat perasan buah kelapa sawit terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, dan konversi pakan sapi.
Universitas Sumatera Utara
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan pelepah
dan daun kelapa sawit dalam pakan berbasis hasil samping industri kelapa sawit terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, dan konversi pakan sapi peranakan simental fase pertumbuhan. Hipotesis Penelitian
Pemberian pelepah dan daun kelapa sawit dalam pakan berbasis hasil samping industri kelapa sawit akan berpengaruh positif terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan konversi pakan sapi peranakan simental fase pertumbuhan. Manfaat Penelitian
Penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi peneliti, kalangan akademis maupun peternak (khususnya peternak sapi) mengenai penggunaan pelepah dan daun kelapa sawit berbasis hasil samping industri kelapa sawit sebagai pakan dalam usaha penggemukan sapi serta sebagai bahan penulisan skripsi yang merupakan salah satu syarat menempuh ujian sarjana pada Departemen Peternakan Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
Sapi Peranakan Simental Sapi peranakan simental berasal dari Switzerland. Sapi ini memiliki ciri -
ciri yaitu ukuran tubuh besar, pertumbuhan otot bagus, penimbunan lemak di bawah kulit rendah, warna bulu pada umumnya krem agak coklat atau sedikit merah, muka, keempat kaki dari lutut serta ujung ekor berwarna putih. Ukuran tanduk kecil, bobot sapi betina mencapai 800 kg, dan jantan 1.150 kg (Pane , 1986).
Produktivitas Ternak Sapi Produktivitas adalah hasil yang diperoleh dari seekor ternak pada ukuran
waktu tertentu (Hardjosubroto, 1994) dan Seiffert (1978) menyatakan bahwa produktivitas sapi potong biasanya dinyatakan sebagai fungsi dari tingkat reproduksi dan pertumbuhan. Tomaszewska et al. (1988) menyatakan bahwa aspek produksi seekor ternak tidak dapat dipisahkan dari reproduksi ternak yang bersangkutan, dapat dikatakan bahwa tanpa berlangsungnya reproduksi tidak akan terjadi produksi. Dijelaskan pula bahwa tingkat dan efesiensi produksi ternak dibatasi oleh tingkat dan efesiensi reproduksinya. Produktivitas sapi potong dapat juga dilihat dari jumlah kebuntingan, kelahiran, kematian, panen pedet (Calf crop), perbandingan anak jantan dan betina, jarak beranak, bobot sapih, bobot setahun (yearling), bobot potong dan pertambahan bobot badan (Trikesowo et al., 1993).
Universitas Sumatera Utara
Kebutuhan Nutrisi Ternak Sapi
Wahyono dan Hardianto (2004) menyatakan kebutuhan nutrisi pakan sapi
untuk tujuan produksi (pembibitan dan penggemukan) dapat dilihat pada Tabel 1
berikut :
Tabel 1. Kebutuhan nutrisi pakan sapi
Uraian Bahan ( %)
Tujuan Produksi
Pembibitan
Penggemukan
Kadar air
12 12
Bahan kering 88 88
Protein kasar
10,4 12,7
Lemak kasar
2,6 3,0
Serat kasar
19,6 18,4
Kadar abu
6,8 8,7
TDN
64,2 64,4
Sumber : Wahyono dan Hardianto (2004)
Kebutuhan ternak akan zat gizi terdiri atas kebutuhan hidup pokok dan produksinya. Zat - zat pakan dalam ransum hendaknya tersedia dalam jumlah yang cukup dan seimbang sebab keseimbangan zat - zat pakan dalam ransum sangat berpengaruh terhadap daya cerna (Tillman dkk., 1991). Kemampuan ternak ruminansia dalam mengkonsumsi ransum dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : 1) faktor ternak itu sendiri yang meliputi besar tubuh atau bobot badan, potensi genetik, status fisiologi, tingkat produksi dan kesehatan ternak; 2) faktor ransum yang diberikan, meliputi bentuk dan sifat, komposisi zat - zat gizi, frekuensi pemberian, keseimbangan zat - zat gizi serta kandungan bahan toksik dan anti nutrisi dan 3) faktor lain yang meliputi suhu dan kelembaban udara, curah hujan, lama siang atau malam hari serta keadaan ruangan kandang dan tempat ransum.
Universitas Sumatera Utara
Kebutuhan Protein Protein adalah senyawa organik kompleks yang mempunyai berat molekul
tinggi. Ruminansia mendapatkan protein dari 3 sumber, yaitu protein mikrobia rumen, protein pakan yang lolos dari perombakan mikrobia rumen dan sebagian kecil dari endogenus (Tillman dkk.., 1991). Tubuh memerlukan protein untuk memperbaiki dan menggantikan sel tubuh yang rusak serta untuk produksi. Protein dalam tubuh diubah menjadi energi jika diperlukan. Protein dapat diperoleh dari bahan - bahan pakan yang berasal dari tumbuh - tumbuhan dan yang berasal dari biji - bijian (Lubis, 1992). Protein didalam tubuh ternak ruminansia, dapat dibedakan menjadi protein yang dapat disintesis dan protein tidak dapat disintesis.
Protein yang dibutuhkan oleh ternak ruminansia yaitu dalam bentuk PK dan Prdd. Protein kasar adalah jumlah nitrogen (N) yang terdapat didalam pakan dikalikan dengan 6,25 (N x 6,25), sedangkan Prdd adalah protein pakan yang dicerna dan diserap dalam saluran pencernaan (Parakkasi, 1995).
Kebutuhan Energi Energi dalam pakan umumnya berasal dari karbohidrat dan lemak.
Pentingnya energi dalam pakan tercermin dari adanya 2 macam metode pengukuran yaitu metode pengukuran TDN merupakan sistem ukuran yang paling tua yang berdasar pada fraksi - fraksi yang tercerna dari sistem Wende serta sumbangan energinya. Sistem yang kedua adalah sistem kalori berdasar pada kandungan energi (kalori) pada bahan pakan (Blakely and Bade, 1998).
Universitas Sumatera Utara
Kekurangan energi dapat mengakibatkan terhambatnya pertambahan bobot badan, penurunan bobot badan dan berkurangnya semua fungsi produksi dan terjadi kematian bila berlangsung lama (Tillman dkk.., 1991). Menurut Parakkasi (1999) ternak memanfaatkan energi untuk pertumbuhan dan produksi setelah kebutuhan hidup pokoknya terpenuhi. Kebutuhan energi akan meningkat seiring dengan pertambahan bobot badan. Tinggi rendahnya TDN dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain bobot badan dan konsumsi pakan itu sendiri. Kebutuhan energi akan meningkat seiring dengan pertambahan bobot badan. TDN atau energi merupakan total dari zat pakan yang paling dibutuhkan. Kelebihan energi akan disimpan dalam bentuk lemak badan, tetapi sebaliknya jika pakan yang dikonsumsi tidak mencukupi kebutuhan energinya maka lemak tubuh akan dirombak untuk mencukupi kebutuhan energi untuk hidup pokok ternak yang tidak tercukupi dari pakan. Kebutuhan Mineral
Tubuh hewan memerlukan mineral untuk membentuk jaringan tulang dan urat, untuk memproduksi dan mengganti mineral dalam tubuh yang hilang, serta untuk memelihara kesehatan (Parakkasi, 1995). Mineral berfungsi untuk bahan pembentuk tulang dan gigi yang menyebabkan adanya jaringan yang keras dan kuat, memelihara keseimbangan asam basa dalam tubuh, sebagai aktivator system enzim tertentu, sebagai komponen dari suatu sistem enzim (Tillman dkk., 1991).
Universitas Sumatera Utara
Pakan Ternak Sapi Menurut Hardianto (2000) ada beberapa pengertian tentang bahan pakan
ternak yaitu sebagai: 1) Sumber serat yaitu adalah bahan - bahan yang memiliki kandungan serat kasar (SK) > 18% (contoh: limbah pertanian dan kulit biji polong - polongan). 2) Sumber energi yaitu bahan - bahan yang memiliki kadar protein kurang dari 20% dan serat kasar kurang dari 18% atau dinding selnya kurang dari 35% (contoh: biji - bijian, kacang - kacangan, buah - buahan, umbi umbian dan sisa penggilingan). 3) Sumber protein yaitu bahan - bahan yang memiliki kandungan protein kasar > 20% (contoh : berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti bungkil, bekatul maupun yang bukan berasal dari tumbuh - tumbuhan seperti silase ikan). 4) Sumber mineral yaitu bahan - bahan yang memiliki kandungan mineral yang cukup tinggi, misalnya makanan berbutir dan umbi umbian. 5) Pakan tambahan yaitu bahan - bahan tertentu yang ditambah kedalam ransum, seperti : Obat - obatan, anti biotika, hormon, air dan zat flavour.
Menurut Parakkasi (1995) pakan merupakan semua bahan yang bisa diberikan dan bermanfaat bagi ternak. Pakan yang diberikan harus berkualitas tinggi yaitu mengandung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh ternak untuk kehidupannya seperti air, karbohidrat, lemak, protein, mineral dan air.
Pakan yang di berikan sebaiknya jangan sekedar untuk mengatasi rasa lapar atau sebagai pengisi perut saja melainkan harus benar-benar bermamfaat untuk kebutuhan hidup, membentuk sel-sel baru, mengganti sel-sel yang rusak dan untuk produksi (Widayati dan Widalestari, 1996).
Universitas Sumatera Utara
Pakan ternak ruminansia pada umumnya terdiri dari hijauan sperti rumput, leguminosa dan konsentrat. Pemberian pakan berupa kombinasi kedua bahan tersebut akan menjamin terpenuhinya zat - zat gizi (Smith dan Mangkoewidjojo,1988).
Konsentrat Ternak ruminansia membutuhkan konsentrat untuk mengisi kekurangan
makanan yang diperolehnya dari hijauan. Pemberian konsentrat pada sapi tidak sama dengan hewan lainnya (Novirma, 1991).
Konsentrat adalah pakan yang memiliki protein dan energi yang cukup tinggi PK ≥ 18%. Pada ternak yang digemukkan semakin banyak konsentrat dalam pakan akan semakin baik asalkan konsumsi serat kasar tidak kurang dari 15 % BK pakan. Oleh karena itu, banyaknya pemberian pakan konsentrat adalah formula pakan harus terbatas agar tidak terlalu gemuk (Parakkasi, 1995).
Pemberian konsentrat terlalu banyak akan meningkatkan konsentrasi energi pakan yang dapat menurunkan tingkat konsumsi sehingga tingkat konsumsi energi sendiri dapat berkurang (Parakkasi, 1995).
Penggemukan bertujuan untuk memperbaiki karkas dengan jalan mendoposit lemak seperlunya. Bila hewan dewasa digunakan untuk penggemukan ini sifatnya membesarkan sambil memperbaiki kualitas karkas (Parakkasi, 1995).
Serat Perasan Buah Kelapa Sawit Serat perasan buah kelapa sawit digunakan sebagai pakan ruminansia
walaupun nilai kandungan gizi rendah, serat perasan buah yang dapat diberikan kurang dari 20 % total pakan, karena jika lebih tinggi akan menggangu kecernaan
Universitas Sumatera Utara
pada omasum (Hasan dan Ishida, 1991). Serat perasan buah kelapa sawit
merupakan hasil sampingan yang diperoleh dari proses pemerasan kelapa sawit.
Sebagai campuran makanan ternak, serat perasan buah ini cenderung cocok
diberikan pada ternak ruminansia (seperti sapi dan kerbau) karena mengandung
serat kasar cukup tinggi.
Tabel 2. Kandungan nilai gizi serat perasan buah kelapa sawit
Kandungan Zat Bahan kering Protein kasar Serat kasar Lemak kasar TDN Abu
Nilai Gizi (%)
93,11a
6,20a 48,10a
3,22a 56,00ab
5,90b
Sumber :
a. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak IPB, Bogor (2000)
b. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Departemen Peternakan FP - USU, Medan (2005)
Pelepah Daun Kelapa Sawit
Kandungan gizi pelepah daun kelapa sawit berdasarkan hasil analisis
proksimat dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.
Tabel 3. Kandungan gizi pelepah daun kelapa sawit
Zat nutrisi
Nilai Gizi (%)
Bahan kering Protein kasar
93,4b 13,13a
Lemak kasar BETN
4,47a 39,82a
TDN
65,00b
Sumber : a. Laboratorium Makanan Ternak IPB (2000)
b. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2005)
Bungkil Inti Sawit Bungkil inti sawit merupakan produk samping yang berkualitas karena
mengandung protein kasar yang cukup tinggi 16 – 18%. Sementara kandungan serat kasar mencapai 16%. Pemanfaatan perlu disertai produk samping lainnya untuk mengoptimalkan penggunaan bungkil ini bagi ternak. Untuk lebih lanjut
Universitas Sumatera Utara
diinformasikan bahwa bungkil inti sawit dapat diberikan 30% dalam pakan sapi
(Batubara dkk., 1993).
Menurut Davendra (1997) bungkil inti sawit (BIS) adalah limbah hasil
ikutan dari ekstraksi inti sawit. Bahan ini diperoleh dengan proses kimiawi atau
cara mekanik. Walaupun kandungan proteinnya agak baik tapi karena serat
kasarnya tinggi dan palatabilitasnya rendah sehingga menyebabkan kurang cocok
bagi ternak monogastrik dan lebih cocok pada ternak ruminansia.
Kandungan nilai gizi dalam bungkil inti sawit dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Kandungan nilai gizi bungkil inti sawit
Uraian Bahan Kering Protein Kasar Serat kasar Lemak kasar Phospor Kalsium TDN
Nilai Gizi (%)
92,6a
21,51b 10,5a
2,4a 0,19a
0,53b 72,00a
Sumber :
a. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak, Departemen Peternakan FP USU (2005)
b. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak IPB, Bogor (2000)
Dedak Padi Dedak padi adalah bahan pakan yang diperoleh dari pemisahan beras
dengan kulit gabahnya melalui proses penggilingan padi dari pengayakan hasil ikutan penumbukan padi. Sedangkan menurut sebagai bahan makanan asal nabati, dedak memang limbah proses penggilingan padi menjadi beras. Oleh sebab itu kandungan nutrisinya juga cukup baik, dimana kandungan protein dedak halus sebesar 12% - 13%, kandungan lemak 13%, dan serat kasarnya 12% (Parakkasi, 1995)
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5. Kandungan nutrisi dedak padi
Kandungan zat Bahan kering Protein kasar Serat kasar Lemak kasar TDN
Sumber : Tillman dkk. (1991)
Nilai Gizi (%) 89,1 13,8 11,2 8,2 64,3
Garam Dapur Garam dapur adalah sejenis mineral yang lazim dimakan manusia.
Bentuknya kristal putih, dihasilkan dari air laut. Biasanya garam dapur yang tersedia secara umum adalah Sodium klorida. Garam sangat diperlukan tubuh, namun bila dikonsumsi secara berlebihan dapat menyebabkan berbagai penyakit. Garam dapur diperlukan oleh ternak sebagai perangsang menambah nafsu makan. Garam juga merupakan unsur yang sangat dibutuhkan dalam kelancaran faali tubuh (Sumopraswoto, 1993).
Semua herbivora akan suka memakan garam apabila disediakan dalam bentuk jilatan (lick) atau dalam bentuk halus dalam tempet mineral. Oleh karena itu biasanya garam digunakan sebagai campuran fosfor atau mineral mikro dan senyawa lainnya seperti obat parasit (Tillman dkk.., 1981).
Pada umumnya bahan makanan yang digunakan untuk ternak tidak cukup mengandung Na dan Cl untuk memenuhi kebutuhan produksi optimum (termasuk unggas). Hampir semua bahan makanan nabati (termasuk khususnya hijauan tropis) mengandung Na dan Cl relatif lebih kecil dibanding bahan makanan hewani. Oleh karena itu bahan makanan ruminan (terutama hijauan) harus ditambahkan suplemen Na dan Cl dalam bentuk garam dapur, pemberian tersebut dapat dilakukan secara ad libitum (Parakkasi, 1995).
Universitas Sumatera Utara
Urea Urea adalah suatu senyawa organik yang terdiri dari unsur karbon,
hidrogen, oksigen dan nitrogen dengan rumus CON2H4 atau (NH2)2CO. Urea juga dikenal dengan nama carbamide yang terutama digunakan di kawasan Eropa. Nama lain yang juga sering dipakai adalah carbamide resin, isourea, carbonyl diamide dan carbonyldiamine. Senyawa ini adalah senyawa organik sintesis pertama yang berhasil dibuat dari senyawa anorganik.
Parakkasi (1995) menyatakan bahwa disamping dapat menguntungkan, urea dapat pula merugikan karena dapat menyebabkan keracunan (minimal tidak bermanfaat) bila penggunaannya tidak semestinya. Oleh karena itu beberapa prinsip dasar penggunaanya perlu diketahui, dimana batas penggunaan urea dalam ransum sekitar 8%.
Ultra Mineral Zat - zat mineral lebih kurang merupakan 3 - 5% dari tubuh hewan. Hewan
tidak dapat membuat mineral, sehingga harus disediakan dalam makanannya. Dari hasil penelitian dapat diterangkan bahwa mineral tersebut harus disediakan dalam perbandingan yang tepat dan dalam jumlah yang cukup. Terlalu banyak mineral dapat membahayakan individu. Suatu keuntungan ialah bahwa sebagian besar mineral dapat diberikan dalam jumlah yang besar dalam pakan tanpa mengakibatkan kematian, tetapi kesehatan hewan menjadi mundur sehingga menyebabkan kerugian ekonomis besar (Tillman dkk, 1991).
Mineral yang dibutuhkan ternak memang relatif sedikit, namun mineral sangat penting dan diperlukan kesempurnaan makanan yang dikonsumsi oleh ternak tersebut. Mineral esensial yang diperlukan oleh tubuh ternak terbagi dalam
Universitas Sumatera Utara
dua kelompok, yakni mineral makro yang terdiri dar Ca, P, Mg, Na, K dan Cl, serta mineral mikro yang terdiri atas Cu, Mo, Fe dan lain-lain. Kebutuhan akan mineral makro lebih banyak dibandingkan jumlah kebutuhan mineral mikro (Parakkasi, 1995).
Parakkasi (1995) menyatakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan mineral, mungkin dapat diusahakan bila ruminan bersangkutan dapat mengkonsumsi hijauan yang cukup. Hijauan tropis umumnya mengandung (relatif) kurang mineral (terutama di musim kemarau) maka umumnya ruminan di daerah tropis cenderung defisiensi mineral.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kebutuhan mineral pada ternak. Diantaranya adalah bangsa ternak, umur, jenis kelamin, pertumbuhan, kesuburan berkembang biak, laktasi, iklim, pakan, kandungan mineral tanah, keseimbangan hormonal dan kegiatan fali di dalam tubuh (Tillman dkk., 1991).
Menurut Tillman dkk. (1981) secara umum mineral - mineral berfungsi sebagai berikut : Bahan pembentukan tulang dan gigi yang menyebabkan adanya jaringan keras dan kuat, mempertahankan keadaan koloidal dari beberapa senyawa dalam tubuh, memelihara keseimbangan asam basa tubuh, aktivator sistem enzim tertentu, komponen dari suatu enzim, mineral mempunyai sifat yang karakteristik terhadap kepekaan otot dan saraf.
Molases Molases dapat digunakan sebagai pakan ternak. Keuntungan penggunaan
molases untuk pakan ternak adalah kadar karbohidrat tinggi (46 - 60% sebagai gula), kadar mineral cukup disukai ternak. Molases atau tetes tebu juga mengandung vitamin B kompleks dan unsur-unsur mikro yang penting bagi ternak
Universitas Sumatera Utara
seperti kobalt, boron, jodium, tembaga, mangan dan seng. Sedangkan
kelemahannya adalah kadar kaliumnya yang tinggi dapat menyebabkan diare bila
dikonsumsi terlalu banyak (Rangkuti et al., 1985). Kandungan nilai gizi molases
dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Kandungan nilai gizi molases
Kandungan Zat
Nilai Gizi (%)
Bahan kering Protein kasar Lemak kasar Serat kasar TDN
67,5 b
3,4 b 0,08 b
0,38 b 56,7 a
Sumber :
a. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak IPB, Bogor (2000)
b. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Departemen Peternakan FP - USU, Medan (2005)
Konsumsi Pakan
Konsumsi Bahan Kering (BK) Bahan kering adalah bahan yang terkandung di dalam pakan setelah
dihilangkan airnya. Sapi potong mampu mengkonsumsi ransum berupa bahan kering sebanyak 3 - 4% dari bobot badannya (Tillman dkk., 1991). Fungsi bahan kering pakan antara lain sebagai pengisi lambung, perangsang dinding saluran pencernaan dan menguatkan pembentukan enzim, apabila ternak kekurangan BK menyebabkan ternak merasa tidak kenyang.
Jumlah konsumsi bahan kering pakan dipengaruhi beberapa variabel meliputi palatabilitas, jumlah pakan yang tersedia dan komposisi kimia serta kualitas bahan pakan. Parakkasi (1995) menyatakan ketersediaan zat makanan yang dibutuhkan oleh mikroba rumen untuk menjalankan fungsi yang normal harus mendapatkan perhatian khusus misalnya pertambahan suplai sumber N pada bahan makanan yang rendah proteinnya akan meningkatkan konsumsi dari bahan pakan tersebut. Variasi kapasitas produksi disebabkan oleh makanan pada
Universitas Sumatera Utara
berbagai jenis ternak ditentukan oleh konsumsi (60%), kecernaan (25%) dan konversi hasil pencernaan produk yaitu sekitar 15%.
Kemampuan ternak untuk mengkonsumsi BK berhubungan erat dengan kapasitas fisik lambung dan saluran pencernaan secara keseluruhan (Parakkasi, 1999). Menurut Tillman dkk. (1991) palatabilitas pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya rasa, bentuk dan bau dari pakan itu sendiri. Pakan konsentrat yang diberikan pada ternak masih dalam kondisi yang baik dan tidak ada efek ketengikan sehingga dapat meningkatkan konsumsi. Pemberian pakan konsentrat dapat meningkatkan daya cerna pakan secara keseluruhan, makin banyak konsentrat yang dapat dicerna, berarti arus pakan dalam saluran pencernaan menjadi lebih cepat, sehingga menyebabkan pengosongan rumen meningkat dan menimbulkan sensasi lapar pada ternak akibatnya memungkinkan ternak untuk menambah konsumsi pakan.
Konsumsi BK menurut Lubis (1992), dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya : 1) Faktor pakan, meliputi daya cerna dan palatabilitas dan 2) faktor ternak yang meliputi bangsa, jenis kelamin, umur dan kondisi kesehatan ternak. Fungsi BK pakan antara lain sebagai pengisi lambung, perangsang dinding saluran pencernaan dan menguatkan pembentukan enzim, apabila ternak kekurangan BK menyebabkan ternak merasa tidak kenyang. Tingginya konsumsi BK dipengaruhi oleh palatabilitas pakan.
Dijelaskan lebih lanjut oleh Parakkasi (1999) bahwa pemberian konsentrat untuk penggemukan sapi potong biasanya 60% (dalam BK ransum). Pakan konsentrat yang berkualitas akan meningkatkan kecernaan pakan berserat, makin banyak konsentrat yang dapat dicerna, berarti arus pakan dalam saluran
Universitas Sumatera Utara
pencernaan menjadi lebih cepat, sehingga menyebabkan pengosongan rumen meningkat dan menimbulkan sensasi lapar pada ternak akibatnya memungkinkan ternak untuk menambah konsumsi pakan.
Konsumsi pakan antara lain dipengaruhi oleh bobot hidup ternak. Semakin tinggi bobot hidup ternak, konsumsi BK pakan semakin tinggi pula. Selain karena bobot hidupnya yang berbeda, konsumsi pakan yang berbeda ini juga dikarenakan bangsa ternak yang berbeda (Kearl, 1982). Sesuai dengan pendapat Sumadi et al. (1991), bahwa bangsa ternak dapat mempengaruhi konsumsi pakan karena kecepatan metabolisme pakan pada setiap bangsa ternak berbeda apabila mendapat pakan dengan kualitas yang sama.
Tingkat konsumsi bahan kering dipengaruhi oleh beberapa faktor, bisa dari ternak itu sendiri maupun faktor dari luar. Faktor dari ternak itu sendiri antara lain : Bobot badan, umur, kondisi tubuh, stres yang diakibatkan oleh lingkungan. Sedangkan faktor dari luar ternak seperti makanan yaitu sifat fisik dan komposisi kimia makanan yang dapat mempengaruhi kecernaan yang selanjutnya mempengaruhi tingkat konsumsi pakan (Parakkasi, 1995).
Konsumsi Protein Kasar (PK) Tillman dkk. (1991) menyatakan bahwa tubuh memerlukan protein untuk
memperbaiki dan menggantikan sel tubuh yang rusak serta untuk produksi. Protein dalam tubuh diubah menjadi energi jika diperlukan. Protein dapat diperoleh dari bahan - bahan pakan yang berasal dari tumbuh - tumbuhan dan yang berasal dari biji - bijian. Dijelaskan lebih lanjut oleh Parakkasi (1995) bahwa kekurangan protein pada sapi dapat menghambat pertumbuhan sapi, sebab fungsi
Universitas Sumatera Utara
protein adalah untuk memperbaiki jaringan, pertumbuhan jaringan baru, metabolisme, sumber energi, pembentukan anti bodi, enzim - enzim dan hormon.
Crampton dan Harris (1969), bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi konsumsi PK adalah jumlah BK pakan yang dikonsumsi. Konsumsi BK pakan memegang peranan penting, karena menurut Tilllman dkk. (1998), dari BK pakan tersebut ternak memperoleh zat - zat nutrisi penting, seperti energi, protein, vitamin dan mineral. Konsumsi TDN
Tillman dkk. (1991) bahwa kelebihan konsumsi TDN sebagai satuan energi akan disimpan dalam bentuk glikogen dan lemak. Menurut Parakkasi (1999) ternak memanfaatkan energi untuk pertumbuhan dan produksi setelah kebutuhan hidup pokoknya terpenuhi. Kebutuhan energi akan meningkat seiring dengan pertambahan bobot badan. Tinggi rendahnya TDN dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain bobot badan dan konsumsi pakan itu sendiri, jika pakan yang dikonsumsi tidak mencukupi kebutuhan energinya maka lemak tubuh akan dirombak menjadi energi.
Pertumbuhan dan Pertambahan Bobot Badan Sapi Pertumbuhan adalah pertambahan berat badan atau ukuran tubuh sesuai
dengan umur, sedangkan perkembangan adalah berhubungan dengan adanya perubahan ukuran serta fungsi dari berbagai bagian tubuh semenjak embrio sampai menjadi dewasa. Proses pertumbuhan pada ternak sapi dimulai sejak awal terjadinya pembuahan sampai dengan pedet itu lahir, dilanjutkan hingga sapi menjadi dewasa (Parakkasi, 1995). Menurut Tillman dkk. (1991) pertumbuhan biasanya dimulai perlahan - lahan kemudian mulai berlangsung lebih cepat dan
Universitas Sumatera Utara
akhirnya perlahan - lahan lagi atau sama sekali berhenti sehingga membentuk kurva pertumbuhan yang berbentuk sigmoid. Menurut Smith dan Mangkowidjojo (1988) pertumbuhan yang cepat terjadi pada periode lahir hingga usia penyapihan dan pubertas, namun setelah usia pubertas hingga usia dewasa, laju pertumbuhan mulai menurun dan akan terus menurun hingga usia dewasa. Pada usia dewasa, pertumbuhan sapi berhenti. Sejak sapi dilahirkan sampai dengan usia pubertas (sekitar umur 8 - 10 bulan) merupakan fase hidup sapi yang laju pertumbuhannya sangat cepat. Pertambahan bobot badan sapi ditentukan oleh berbagai faktor, terutama jenis sapi, jenis kelamin, umur, ransum, dan teknik pengelolaannya.
Pertumbuhan adalah pertambahan dalam bentuk dan berat jaringanjaringan pembangun seperti urat daging, tulang, otak, jantung dan semua jaringan tubuh (kecuali jaringan lemak) serta alat-alat tubuh lainnya. Lebih lanjut dikatakan pertumbuhan murni adalah pertambahan dalam jumlah protein dan zat. Sedangan pertambahan akibat penimbunan lemak atau penimbunan air bukanlah pertumbuhan murni (Parakkasi, 1985).
Parakkasi (1985) menyatakan dalam pertumbuhan seekor hewan ada 2 hal yang terjadi : 1) Bobot badannya meningkat mencapai bobot badan dewasa yang disebut pertumbuhan dan 2) Terjadinya perubahan konfirmasi dan bentuk tubuh serta berbagai fungsi dan kesanggupannyaiuntuk melakukan sesuatu menjadi wujud penuh yang disebut perkembangan.
Pane (1986) menyebutkan bahwa pertumbuhan ternak adalah pertumbuhan bobot badan atau ukuran tubuh sesuai dengan umur dan dapat dilukiskan sebagai garis atau sigmoid (huruf S). Perkembangan lebih banyak ditentukan oleh perubahan proporsi berbagai bagian tubuh hewan sejak embrio hingga dewasa.
Universitas Sumatera Utara
Kurva hubungan antara bobot badan dengan linier adalah suatu bentuk S (sigmoid). Ada fase awal yang pendek dimana bobot badan sedikit meningkat umur, hal ini diikuti oleh pertumbuhan eksflosif kemudian akhirnya ada fase yang tingkat pertumbuhan yang sangat rendah (Durrand, 1971).
Ternak yang mempunyai potensi genetik yang tinggi akan memiliki respons yang baik terhadap pakan yang diberikan dan efisiensi pakan yang dicapai tingggi (Devendra,1997).
Soeparno (1998) dan Tillman dkk. (1998) melaporkan bahwa faktor genetis dan asupan nutrisi sangat mempengaruhi terhadap kecepatan pertumbuhan ternak. Sapi eks - impor yang memiliki kecepatan pertumbuhan tinggi (misal sapi peranakan Simmental, Limousin, Frishian Holstein), tidak akan mampu memberikan PBBH (pertambahan bobot badan harian) sesuai kemampuan genetisnya apabila asupan nutrisi yang diberikan sama seperti penggemukan pada sapi lokal. Demikian sebaliknya untuk sapi lokal (misal sapi Peranakan Ongole/PO) yang secara genetis memiliki kecepatan pertumbuhan rendah sampai sedang, juga tidak akan mampu memberikan PBBH seperti sapi eks - impor walaupun diberikan asupan nutrisi lebih dari kebutuhannya (Tillman dkk., 1998 dan Aryogi et al., 2005).
Pengurangan pakan akan memperlambat kecepatan pertumbuhan dan bila pengurangan pakan yang nyata akan menyebabkan ternak kehilangan berat badannya (Williamson and Payne, 1993).
Universitas Sumatera Utara
Mathius et al. (2005), dimana pakan perlakuan dengan susunan pelepah sawit, solid yang diperkaya, dan bungkil inti sawit yang meningkatkan pertambahan bobot badan harian sapi peranakan simental sebesar 0.60 kg/ekor/hari.
Pengurangan akan memperlambat kecepatan pertumbuhan dan bila pengurangan pakan yang nyata akan menyebabkan ternak kehilangan berat badannya (Tomaszewska et al., 1988).
Tillman dkk. (1991) yang menyatakan bahwa kuantitas dan kualitas ransum yang diberikan menyangkut dengan tinggi rendahnya produksi dan kecepatan pertumbuhan sapi yang sedang tumbuh. Kualitas ransum erat hubungannya dengan pemilihan bahan – bahan ransum makanan penguat.
Konversi Pakan dan Efisiensi Pakan Hardianto (2000) menyatakan bahwa efisiensi penggunaan pakan untuk
sapi berkisar 7,52 - 11,29%, dan konversi pakan yang baik adalah 8,56 - 13,29. Konversi pakan dipengaruhi oleh ketersediaan zat - zat gizi dalam ransum dan kesehatan ternak. Semakin tinggi nilai konversi pakan berarti pakan yang digunakan untuk menaikkan bobot badan persatuan berat semakin banyak atau efisiensi pakan rendah. Menurut Tillman (1991) konversi pakan sangat dipengaruhi oleh kondisi ternak, daya cerna ternak, jenis kelamin, bangsa, kualiltas dan kuantitas pakan, juga faktor lingkungan. Efisiensi pakan untuk produksi daging dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu bangsa ternak, komposisi dan tingkat produksi serta nilai gizi pakan.
Universitas Sumatera Utara
Konversi pakan dipengaruhi oleh ketersediaan zat - zat gizi dalam ransum dan kesehatan ternak, semakin tinggi nilai konversi pakan berarti pakan yang digunakan untuk menaikkan bobot badan persatuan berat semakin banyak atau efisiensi pakan rendah (Wahyono dan Hardianto, 2004).
Konversi pakan hasil penelitian Astutik et al. (2002) pada sapi peranakan simental yang diberi pakan jerami padi dan konsentrat dengan formula urea mollases (molases 40%) menghasilkan konversi pakan sebesar 10,18. Konversi pakan sapi peranakan simental yang diberi jerami padi fermentasi dengan suplementasi dedak padi dan jamu berupa telur ayam 2 minggu sekali sebanyak 3 - 5 butir/ekor serta konsentrat komersial pada penelitian Umiyasih et al. (2002) sebesar 10,31.
Konversi pakan adalah perbandingan atau rasio antar jumlah pakan yang
SIMENTAL FASE PERTUMBUHAN SKRIPSI OLEH
ANDYKA YUDITH TARIGAN 040306040
DEPARTEMEN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2010
Universitas Sumatera Utara
PEMANFAATAN PELEPAH SAWIT DAN HASIL IKUTAN INDUSTRI KELAPA SAWIT TERHADAP PERTUMBUHAN SAPI PERANAKAN
SIMENTAL FASE PERTUMBUHAN
SKRIPSI OLEH
ANDYKA YUDITH TARIGAN 040306040
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2010
Universitas Sumatera Utara
Judul
Nama NIM Departemen
: Pemanfaatan Pelepah Sawit dan Hasil Ikutan Industri Kelapa Sawit Terhadap Pertumbuhan Sapi Peranakan Simental Fase Pertumbuhan
: Andyka Yudith Tarigan : 040306040 : Peternakan
Disetujui Oleh Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Ir. Hasnudi, MS) Ketua
(Ir. Edhy Mirwandhono, MSi.) Anggota
Mengetahui,
(Prof. Dr. Ir. Zulfikar Siregar, MP) Ketua Departemen Peternakan
Tanggal lulus :
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
ANDYKA YUDITH TARIGAN : Pemanfaatan Pelepah Sawit dan Hasil Ikutan Industri Kelapa Sawit Terhadap Pertumbuhan Sapi Peranakan Simental Fase Pertumbuhan. Dibawah bimbingan Bapak HASNUDI sebagai ketua komisi pembimbing dan Bapak EDHY MIRWANDHONO sebagai anggota komisi pembimbing.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui level penggunaan pelepah daun sawit terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan konversi pakan pada sapi peranakan simental. Perlakuannya adalah P1 = pakan dengan 10% Pelepah Daun Kelapa Sawit, P2 = pakan dengan 20% pelepah daun kelapa sawit, P3 = pakan dengan 30% pelepah daun kelapa sawit, P4 = pakan dengan 40% pelepah daun kelapa sawit. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Jl. Prof. A. Sofyan no. 3 Medan yag di mulai pada bulan Maret sampai dengan bulan September 2009. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan bujur sangkar latin (RBSL) dengan 4 perlakuan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pemanfaatan pelepah sawit sampai level 10% dalam pakan meningkatkan konsumsi pakan, menghasilkan pertambahan bobot badan sebesar 0.675kg/ekor/hari dan meningkatkan efisiensi pakan.
Kata Kunci : Pelepah Sawit, Pertumbuhan, Sapi Peranakan Simental
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
ANDYKA YUDITH TARIGAN : Utilization of Oil Palm Frond and Side Product Industry on Oil Palm Plantation by - product on Growth of Weaning Simental Crossbred Growth Phase. Under advised of HASNUDI as a supervisor and EDHY MIRWANDHONO.
The goal of experiment is to observe the level of utilization of oil palm frond and industry on oil palm plantation by-product on feed consumption, average daily gain and feed conversion ratio of weaning Simental Crossbred during this research. This research was conducted in Biological Veterinary Laboratory at the animal science Department of Agriculture Faculty of North Sumatera University, Jl. Prof. A. Sofyan no. 3 Medan. Beginning from March 2009 to September 2009. This research was conducted by using latin square design (LSD) with four treatments. The treatments were P1 = feedstuff of 10% oil palm frond, P2 = feedstuff of 20% oil palm frond, P3 = feedstuff of 30% oil palm frond, P4 = feedstuff of 40% oil palm frond.
The result of this research indicated that utilization of oil palm frond in feed on oil palm plantation by - product has increase feed consumption, average daily gain has 0.675 kg/head/day and feed efficient be well.
Key Words : Oil Palm Frond, Growth, Simental Crossbred
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP
Andyka Yudith Tarigan, lahir di Munte, Sumatera Utara, 19 September 1986. Merupakan anak pertama dari empat bersaudara, anak kandung dari Bapak Drs. H. Tarigan dan Ibu E. br. Ginting.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh penulis hingga saaat ini: 1. Tahun 1991 masuk TK Budi Murni 2 Medan, lulus tahun 1992 2. Tahun 1992 masuk SD Budi Murni 2 Medan, lulus tahun 1998 3. Tahun 1998 masuk SLTP Budi Murni 3 Medan, lulus tahun 2001 4. Tahun 2001 masuk SMA Negeri 1 Medan, lulus tahun 2004 5. Tahun 2004 diterima sebagai mahasiswa di Departemen Peternakan Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui SPMB Kegiatan yang pernah diikuti penulis :
1. Pada tanggal 20 Juni – 11 Juli Tahun 2008 mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara
2. Melaksanakan penelitian skripsi pada bulan Maret 2009 hingga Agustus 2009 di Unit Penelitian dan Latihan Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Adapun judul dari skripsi ini adalah “Pemaanfaatan Pelepah Sawit Dan Hasil Ikutan Industri Kelapa Sawit Terhadap Pertumbuhan Sapi Peranakan Simental Fase Pertumbuhan“ yang merupakan salah satu syarat untuk mengadakan penelitian dan memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Hasnudi, MS, selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Ir. Edhy Mirwandhono, M.Si yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada Penulis dalam penyusunan skripsi ini. Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Zulfikar Siregar, MP, dan Ibu Ir. Tri Hesti Wahyuni, M.Sc., selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, September 2010
Penulis
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Hal.
ABSTRAK ..................................................................................................... i ABSTRACT ..................................................................................................... ii RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ iii KATA PENGANTAR .................................................................................... iv DAFTAR ISI .................................................................................................. v DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... ix PENDAHULUAN
Latar Belakang .................................................................................... 1 Tujuan Penelitian................................................................................. 3 Hipotesis Penelitian ............................................................................. 3 Manfaat Penelitian............................................................................... 3 TINJAUAN PUSTAKA Sapi Peranakan Simental .................................................................... 4 Produktivitas Ternak Sapi.................................................................... 4 Kebutuhan Nutrisi Ternak Sapi............................................................ 5
Kebutuhan Protein.................................................................... 6 Kebutuhan Energi .................................................................... 6 Kebutuhan Mineral................................................................... 7 Pakan Ternak Sapi............................................................................... 8 Konsentrat ........................................................................................... 9 Serat Perasan Buah Kelapa Sawit ........................ ..................... 10 Pelepah Daun Kelapa Sawit...................................................... 11 Bungkil Inti Sawit...... .............................................................. 11 Dedak Padi .............................................................................. 12 Garam Dapur............................................................................ 12 Urea ...... .................................................................................. 13 Ultra Mineral............................................................................ 14 Molases.................................................................................... 15 Konsumsi Pakan .................................................................................. 16 Konsumsi Bahan Kering (BK) ................................................. 16 Konsumsi Protein Kasar (PK) .................................................. 18 Konsumsi TDN........................................................................ 19 Pertumbuhan dan Pertambahan Bobot Badan Sapi............................... 19 Konversi Pakan dan Efisiensi Pakan ................................................... 22 BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 24 Bahan dan Alat Penelitian ................................................................... 24 Bahan....................................................................................... 24 Alat .......................................................................................... 24 Metode Penelitian................................................................................ 25
Universitas Sumatera Utara
Parameter Penelitian..... ...................................................................... Konsumsi Pakan (BK).............................................................. Pertambahan Bobot Badan (g)..... ............................................. Feed Convertion Ratio (FCR)...................................................
Pelaksanaan Penelitian......................................................................... HASIL DAN PEMBAHASAN
Konsumsi Pakan..... ............................................................................. Pertambahan Bobot Badan................................................................... Konversi Pakan.................................................................................... Rekapitulasi Hasil Penelitian..... .......................................................... KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ......................................................................................... Saran ...... ............................................................................................ DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
26 26 26 27 27
31 33 36 39
40 40
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
No. Hal. 1. Kebutuhan nutrisi pakan sapi.................................................................... 5 2. Kandungan nilai gizi serat perasan buah kelapa sawit ............................... 10 3. Kandungan gizi pelepah daun kelapa sawit............................................... 11 4. Kandungan gizi dedak padi ...................................................................... 12 5. Kandungan nilai gizi bungkil sawit .......................................................... 12 6. Kandungan nilai gizi molases ................................................................... 16 7. Formulasi pakan perlakuan I .................................................................... 31 8. Formulasi pakan perlakuan II ................................................................... 31 9. Formulasi pakan perlakuan III.................................................................. 31 10. Formulasi pakan perlakuan IV.................................................................. 31 11. Rataan konsumsi pakan sapi peranakan simental selama penelitian dalam
bahan kering (kg/ekor/hari) ...................................................................... 33 12. Analisis keragaman konsumsi pakan sapi ................................................. 34 13. Rataan pertambahan bobot badan sapi peranakan simental (kg/ekor/hari) . 34 14. Analisis keragaman pertambahan bobot badan sapi .................................. 36 15. Rataan konversi pakan selama penelitian.................................................. 37 16. Analisis keragaman konversi pakan.......................................................... 39 17. Rekapitulasi hasil penelitian ..................................................................... 41
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
No. Hal. 1. Proses pengolahan pelepah sawit sebagai salah satu bahan pakan............... 28 2. Skema pembuatan pakan perlakuan............................................................ 30 3. Grafik Rataan konsumsi pakan sapi peranakan simental selama penelitian . 32 4. Grafik Rataan pertambahan berat badan sapi selama penelitian .................. 34 5. Grafik Rataan konversi pakan sapi peranakan simental selama penelitian... 37
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal. 1. Data konsumsi pakan sapi periode I (kg) (BK) ........................................... 47 2. Data konsumsi pakan sapi periode II (kg) (BK) .......................................... 48 3. Data konsumsi pakan sapi periode III (kg) (BK)......................................... 49 4. Data konsumsi pakan sapi periode IV (kg) (BK) ........................................ 50 5. Data konsumsi pakan sapi selama penelitian (kg/ekor/hari) (BK) ............... 51 6. Rataan konsumsi pakan sapi selama penelitian (kg/ekor/hari) (BK)............ 51 7. Analisis keragaman konsumsi pakan sapi ................................................... 51 8. Grafik rataan konsumsi pakan sapi hasil penelitian..................................... 52 9. Data berat badan sapi selama penelitian (kg) .............................................. 52 10. Data pertambahan berat badan sapi selama penelitian (kg/ekor/hari) ........ 52 11. Rataan pertambahan berat badan sapi selama penelitian (kg/ekor/hari) ..... 53 12. Analisis keragaman pertambahan berat badan sapi ................................... 53 13. Grafik rataan pertambahan berat badan sapi selama penelitian.................. 53 14. Data konversi pakan sapi selama penelitian .............................................. 54 15. Rataan konversi pakan sapi selama penelitian........................................... 54 16. Analisis keragaman konversi pakan.......................................................... 54 17. Grafik rataan konversi pakan sapi selama penelitian................................. 55 18. Rekapitulasi hasil penelitian ..................................................................... 55
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
ANDYKA YUDITH TARIGAN : Pemanfaatan Pelepah Sawit dan Hasil Ikutan Industri Kelapa Sawit Terhadap Pertumbuhan Sapi Peranakan Simental Fase Pertumbuhan. Dibawah bimbingan Bapak HASNUDI sebagai ketua komisi pembimbing dan Bapak EDHY MIRWANDHONO sebagai anggota komisi pembimbing.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui level penggunaan pelepah daun sawit terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan konversi pakan pada sapi peranakan simental. Perlakuannya adalah P1 = pakan dengan 10% Pelepah Daun Kelapa Sawit, P2 = pakan dengan 20% pelepah daun kelapa sawit, P3 = pakan dengan 30% pelepah daun kelapa sawit, P4 = pakan dengan 40% pelepah daun kelapa sawit. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Jl. Prof. A. Sofyan no. 3 Medan yag di mulai pada bulan Maret sampai dengan bulan September 2009. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan bujur sangkar latin (RBSL) dengan 4 perlakuan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pemanfaatan pelepah sawit sampai level 10% dalam pakan meningkatkan konsumsi pakan, menghasilkan pertambahan bobot badan sebesar 0.675kg/ekor/hari dan meningkatkan efisiensi pakan.
Kata Kunci : Pelepah Sawit, Pertumbuhan, Sapi Peranakan Simental
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
ANDYKA YUDITH TARIGAN : Utilization of Oil Palm Frond and Side Product Industry on Oil Palm Plantation by - product on Growth of Weaning Simental Crossbred Growth Phase. Under advised of HASNUDI as a supervisor and EDHY MIRWANDHONO.
The goal of experiment is to observe the level of utilization of oil palm frond and industry on oil palm plantation by-product on feed consumption, average daily gain and feed conversion ratio of weaning Simental Crossbred during this research. This research was conducted in Biological Veterinary Laboratory at the animal science Department of Agriculture Faculty of North Sumatera University, Jl. Prof. A. Sofyan no. 3 Medan. Beginning from March 2009 to September 2009. This research was conducted by using latin square design (LSD) with four treatments. The treatments were P1 = feedstuff of 10% oil palm frond, P2 = feedstuff of 20% oil palm frond, P3 = feedstuff of 30% oil palm frond, P4 = feedstuff of 40% oil palm frond.
The result of this research indicated that utilization of oil palm frond in feed on oil palm plantation by - product has increase feed consumption, average daily gain has 0.675 kg/head/day and feed efficient be well.
Key Words : Oil Palm Frond, Growth, Simental Crossbred
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
Latar Belakang Populasi penduduk yang terus berkembang, meningkatnya pengetahuan
serta kesadaran masyarakat terhadap pentingnya konsumsi protein hewani mengakibatkan permintaan terhadap kebutuhan pangan yang berasal dari ternak terus meningkat. Dalam usaha memenuhi kebutuhan pangan tersebut juga diperlukan ternak dalam jumlah besar. Untuk memproduksi ternak dalam jumlah besar terdapat berbagai kendala, antara lain kebutuhan pakan untuk ternak yang semakin besar tidak diimbangi dengan ketersediaan bahan pakan yang cukup serta harga pakan yang mahal.
Sapi potong merupakan salah satu sumber daya ternak penghasil bahan makanan berupa daging yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Ternak sapi menghasilkan berbagai macam kebutuhan, terutama sebagai bahan makanan berupa daging, dan juga hasil ikutan lainnya seperti pupuk kandang, kulit, tulang, dan lain-lain. Sapi sebagai salah satu hewan pemakan rumput sangat berperan sebagai pengumpul bahan makanan bergizi rendah yang diteruskan kepada manusia dalam bentuk daging.
Dalam usaha peternakan, pakan merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi sukses tidaknya usaha tersebut. Salah satu upaya dalam pengadaan pakan bagi ternak adalah memanfaatkan seoptimal mungkin lahan serta pemanfaatan limbah dan hasil samping komoditi perkebunan dan pertanian.
Pemenuhan kebutuhan konsumsi ternak dengan menggunakan bahan pakan yang berasal dari limbah perkebunan misalnya pelepah daun kelapa sawit;
Universitas Sumatera Utara
serta hasil samping industri seperti bungkil inti sawit dan molases, dapat dijadikan sebagai bahan pakan alternatif karena disamping memiliki kandungan nutrisi yang cukup baik juga memilki ketersediaan yang cukup banyak karena produksi dari perkebunan tersebut tersedia sepanjang tahun.
Perkebunan kelapa sawit sangat berpotensi untuk mengembangkan seluruh hewan ternak ruminansia, khususnya sapi. Perkebunan kelapa sawit merupakan tanaman yang berkembang pesat di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Direktorat Jenderal Perkebunan (2004) menyatakan luas perkebunan kelapa sawit Indonesia mencapai 4.686.000 Ha dengan produksi tandan buah segar 5.456.700 ton. Daerah Sumatera Utara sendiri pada tahun 2005 memiliki luas perkebunan kelapa sawit mencapai 948.800 Ha dengan produksi tandan buah segar sebanyak 3.439.748 ton sehingga di wilayah Sumatera Utara tingkat pertumbuhan produksi perkebunan kelapa sawit sangat signifikan dalam menghasilkan banyak hasil sampingan. Hal ini memberikan peluang bagi peternak dalam memanfaatkan hasil samping dari perkebunan kelapa sawit sebagai pakan alternatif ternak (khususnya ternak sapi).
Atas dasar pemikiran ini maka perlu diadakan suatu penelitian tentang pengaruh pemberian pelepah daun kelapa sawit sebagai limbah perkebunan serta pemanfaatan hasil samping industri kelapa sawit seperti bungkil inti sawit, serat perasan buah kelapa sawit terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, dan konversi pakan sapi.
Universitas Sumatera Utara
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan pelepah
dan daun kelapa sawit dalam pakan berbasis hasil samping industri kelapa sawit terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, dan konversi pakan sapi peranakan simental fase pertumbuhan. Hipotesis Penelitian
Pemberian pelepah dan daun kelapa sawit dalam pakan berbasis hasil samping industri kelapa sawit akan berpengaruh positif terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan konversi pakan sapi peranakan simental fase pertumbuhan. Manfaat Penelitian
Penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi peneliti, kalangan akademis maupun peternak (khususnya peternak sapi) mengenai penggunaan pelepah dan daun kelapa sawit berbasis hasil samping industri kelapa sawit sebagai pakan dalam usaha penggemukan sapi serta sebagai bahan penulisan skripsi yang merupakan salah satu syarat menempuh ujian sarjana pada Departemen Peternakan Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
Sapi Peranakan Simental Sapi peranakan simental berasal dari Switzerland. Sapi ini memiliki ciri -
ciri yaitu ukuran tubuh besar, pertumbuhan otot bagus, penimbunan lemak di bawah kulit rendah, warna bulu pada umumnya krem agak coklat atau sedikit merah, muka, keempat kaki dari lutut serta ujung ekor berwarna putih. Ukuran tanduk kecil, bobot sapi betina mencapai 800 kg, dan jantan 1.150 kg (Pane , 1986).
Produktivitas Ternak Sapi Produktivitas adalah hasil yang diperoleh dari seekor ternak pada ukuran
waktu tertentu (Hardjosubroto, 1994) dan Seiffert (1978) menyatakan bahwa produktivitas sapi potong biasanya dinyatakan sebagai fungsi dari tingkat reproduksi dan pertumbuhan. Tomaszewska et al. (1988) menyatakan bahwa aspek produksi seekor ternak tidak dapat dipisahkan dari reproduksi ternak yang bersangkutan, dapat dikatakan bahwa tanpa berlangsungnya reproduksi tidak akan terjadi produksi. Dijelaskan pula bahwa tingkat dan efesiensi produksi ternak dibatasi oleh tingkat dan efesiensi reproduksinya. Produktivitas sapi potong dapat juga dilihat dari jumlah kebuntingan, kelahiran, kematian, panen pedet (Calf crop), perbandingan anak jantan dan betina, jarak beranak, bobot sapih, bobot setahun (yearling), bobot potong dan pertambahan bobot badan (Trikesowo et al., 1993).
Universitas Sumatera Utara
Kebutuhan Nutrisi Ternak Sapi
Wahyono dan Hardianto (2004) menyatakan kebutuhan nutrisi pakan sapi
untuk tujuan produksi (pembibitan dan penggemukan) dapat dilihat pada Tabel 1
berikut :
Tabel 1. Kebutuhan nutrisi pakan sapi
Uraian Bahan ( %)
Tujuan Produksi
Pembibitan
Penggemukan
Kadar air
12 12
Bahan kering 88 88
Protein kasar
10,4 12,7
Lemak kasar
2,6 3,0
Serat kasar
19,6 18,4
Kadar abu
6,8 8,7
TDN
64,2 64,4
Sumber : Wahyono dan Hardianto (2004)
Kebutuhan ternak akan zat gizi terdiri atas kebutuhan hidup pokok dan produksinya. Zat - zat pakan dalam ransum hendaknya tersedia dalam jumlah yang cukup dan seimbang sebab keseimbangan zat - zat pakan dalam ransum sangat berpengaruh terhadap daya cerna (Tillman dkk., 1991). Kemampuan ternak ruminansia dalam mengkonsumsi ransum dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : 1) faktor ternak itu sendiri yang meliputi besar tubuh atau bobot badan, potensi genetik, status fisiologi, tingkat produksi dan kesehatan ternak; 2) faktor ransum yang diberikan, meliputi bentuk dan sifat, komposisi zat - zat gizi, frekuensi pemberian, keseimbangan zat - zat gizi serta kandungan bahan toksik dan anti nutrisi dan 3) faktor lain yang meliputi suhu dan kelembaban udara, curah hujan, lama siang atau malam hari serta keadaan ruangan kandang dan tempat ransum.
Universitas Sumatera Utara
Kebutuhan Protein Protein adalah senyawa organik kompleks yang mempunyai berat molekul
tinggi. Ruminansia mendapatkan protein dari 3 sumber, yaitu protein mikrobia rumen, protein pakan yang lolos dari perombakan mikrobia rumen dan sebagian kecil dari endogenus (Tillman dkk.., 1991). Tubuh memerlukan protein untuk memperbaiki dan menggantikan sel tubuh yang rusak serta untuk produksi. Protein dalam tubuh diubah menjadi energi jika diperlukan. Protein dapat diperoleh dari bahan - bahan pakan yang berasal dari tumbuh - tumbuhan dan yang berasal dari biji - bijian (Lubis, 1992). Protein didalam tubuh ternak ruminansia, dapat dibedakan menjadi protein yang dapat disintesis dan protein tidak dapat disintesis.
Protein yang dibutuhkan oleh ternak ruminansia yaitu dalam bentuk PK dan Prdd. Protein kasar adalah jumlah nitrogen (N) yang terdapat didalam pakan dikalikan dengan 6,25 (N x 6,25), sedangkan Prdd adalah protein pakan yang dicerna dan diserap dalam saluran pencernaan (Parakkasi, 1995).
Kebutuhan Energi Energi dalam pakan umumnya berasal dari karbohidrat dan lemak.
Pentingnya energi dalam pakan tercermin dari adanya 2 macam metode pengukuran yaitu metode pengukuran TDN merupakan sistem ukuran yang paling tua yang berdasar pada fraksi - fraksi yang tercerna dari sistem Wende serta sumbangan energinya. Sistem yang kedua adalah sistem kalori berdasar pada kandungan energi (kalori) pada bahan pakan (Blakely and Bade, 1998).
Universitas Sumatera Utara
Kekurangan energi dapat mengakibatkan terhambatnya pertambahan bobot badan, penurunan bobot badan dan berkurangnya semua fungsi produksi dan terjadi kematian bila berlangsung lama (Tillman dkk.., 1991). Menurut Parakkasi (1999) ternak memanfaatkan energi untuk pertumbuhan dan produksi setelah kebutuhan hidup pokoknya terpenuhi. Kebutuhan energi akan meningkat seiring dengan pertambahan bobot badan. Tinggi rendahnya TDN dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain bobot badan dan konsumsi pakan itu sendiri. Kebutuhan energi akan meningkat seiring dengan pertambahan bobot badan. TDN atau energi merupakan total dari zat pakan yang paling dibutuhkan. Kelebihan energi akan disimpan dalam bentuk lemak badan, tetapi sebaliknya jika pakan yang dikonsumsi tidak mencukupi kebutuhan energinya maka lemak tubuh akan dirombak untuk mencukupi kebutuhan energi untuk hidup pokok ternak yang tidak tercukupi dari pakan. Kebutuhan Mineral
Tubuh hewan memerlukan mineral untuk membentuk jaringan tulang dan urat, untuk memproduksi dan mengganti mineral dalam tubuh yang hilang, serta untuk memelihara kesehatan (Parakkasi, 1995). Mineral berfungsi untuk bahan pembentuk tulang dan gigi yang menyebabkan adanya jaringan yang keras dan kuat, memelihara keseimbangan asam basa dalam tubuh, sebagai aktivator system enzim tertentu, sebagai komponen dari suatu sistem enzim (Tillman dkk., 1991).
Universitas Sumatera Utara
Pakan Ternak Sapi Menurut Hardianto (2000) ada beberapa pengertian tentang bahan pakan
ternak yaitu sebagai: 1) Sumber serat yaitu adalah bahan - bahan yang memiliki kandungan serat kasar (SK) > 18% (contoh: limbah pertanian dan kulit biji polong - polongan). 2) Sumber energi yaitu bahan - bahan yang memiliki kadar protein kurang dari 20% dan serat kasar kurang dari 18% atau dinding selnya kurang dari 35% (contoh: biji - bijian, kacang - kacangan, buah - buahan, umbi umbian dan sisa penggilingan). 3) Sumber protein yaitu bahan - bahan yang memiliki kandungan protein kasar > 20% (contoh : berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti bungkil, bekatul maupun yang bukan berasal dari tumbuh - tumbuhan seperti silase ikan). 4) Sumber mineral yaitu bahan - bahan yang memiliki kandungan mineral yang cukup tinggi, misalnya makanan berbutir dan umbi umbian. 5) Pakan tambahan yaitu bahan - bahan tertentu yang ditambah kedalam ransum, seperti : Obat - obatan, anti biotika, hormon, air dan zat flavour.
Menurut Parakkasi (1995) pakan merupakan semua bahan yang bisa diberikan dan bermanfaat bagi ternak. Pakan yang diberikan harus berkualitas tinggi yaitu mengandung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh ternak untuk kehidupannya seperti air, karbohidrat, lemak, protein, mineral dan air.
Pakan yang di berikan sebaiknya jangan sekedar untuk mengatasi rasa lapar atau sebagai pengisi perut saja melainkan harus benar-benar bermamfaat untuk kebutuhan hidup, membentuk sel-sel baru, mengganti sel-sel yang rusak dan untuk produksi (Widayati dan Widalestari, 1996).
Universitas Sumatera Utara
Pakan ternak ruminansia pada umumnya terdiri dari hijauan sperti rumput, leguminosa dan konsentrat. Pemberian pakan berupa kombinasi kedua bahan tersebut akan menjamin terpenuhinya zat - zat gizi (Smith dan Mangkoewidjojo,1988).
Konsentrat Ternak ruminansia membutuhkan konsentrat untuk mengisi kekurangan
makanan yang diperolehnya dari hijauan. Pemberian konsentrat pada sapi tidak sama dengan hewan lainnya (Novirma, 1991).
Konsentrat adalah pakan yang memiliki protein dan energi yang cukup tinggi PK ≥ 18%. Pada ternak yang digemukkan semakin banyak konsentrat dalam pakan akan semakin baik asalkan konsumsi serat kasar tidak kurang dari 15 % BK pakan. Oleh karena itu, banyaknya pemberian pakan konsentrat adalah formula pakan harus terbatas agar tidak terlalu gemuk (Parakkasi, 1995).
Pemberian konsentrat terlalu banyak akan meningkatkan konsentrasi energi pakan yang dapat menurunkan tingkat konsumsi sehingga tingkat konsumsi energi sendiri dapat berkurang (Parakkasi, 1995).
Penggemukan bertujuan untuk memperbaiki karkas dengan jalan mendoposit lemak seperlunya. Bila hewan dewasa digunakan untuk penggemukan ini sifatnya membesarkan sambil memperbaiki kualitas karkas (Parakkasi, 1995).
Serat Perasan Buah Kelapa Sawit Serat perasan buah kelapa sawit digunakan sebagai pakan ruminansia
walaupun nilai kandungan gizi rendah, serat perasan buah yang dapat diberikan kurang dari 20 % total pakan, karena jika lebih tinggi akan menggangu kecernaan
Universitas Sumatera Utara
pada omasum (Hasan dan Ishida, 1991). Serat perasan buah kelapa sawit
merupakan hasil sampingan yang diperoleh dari proses pemerasan kelapa sawit.
Sebagai campuran makanan ternak, serat perasan buah ini cenderung cocok
diberikan pada ternak ruminansia (seperti sapi dan kerbau) karena mengandung
serat kasar cukup tinggi.
Tabel 2. Kandungan nilai gizi serat perasan buah kelapa sawit
Kandungan Zat Bahan kering Protein kasar Serat kasar Lemak kasar TDN Abu
Nilai Gizi (%)
93,11a
6,20a 48,10a
3,22a 56,00ab
5,90b
Sumber :
a. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak IPB, Bogor (2000)
b. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Departemen Peternakan FP - USU, Medan (2005)
Pelepah Daun Kelapa Sawit
Kandungan gizi pelepah daun kelapa sawit berdasarkan hasil analisis
proksimat dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.
Tabel 3. Kandungan gizi pelepah daun kelapa sawit
Zat nutrisi
Nilai Gizi (%)
Bahan kering Protein kasar
93,4b 13,13a
Lemak kasar BETN
4,47a 39,82a
TDN
65,00b
Sumber : a. Laboratorium Makanan Ternak IPB (2000)
b. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2005)
Bungkil Inti Sawit Bungkil inti sawit merupakan produk samping yang berkualitas karena
mengandung protein kasar yang cukup tinggi 16 – 18%. Sementara kandungan serat kasar mencapai 16%. Pemanfaatan perlu disertai produk samping lainnya untuk mengoptimalkan penggunaan bungkil ini bagi ternak. Untuk lebih lanjut
Universitas Sumatera Utara
diinformasikan bahwa bungkil inti sawit dapat diberikan 30% dalam pakan sapi
(Batubara dkk., 1993).
Menurut Davendra (1997) bungkil inti sawit (BIS) adalah limbah hasil
ikutan dari ekstraksi inti sawit. Bahan ini diperoleh dengan proses kimiawi atau
cara mekanik. Walaupun kandungan proteinnya agak baik tapi karena serat
kasarnya tinggi dan palatabilitasnya rendah sehingga menyebabkan kurang cocok
bagi ternak monogastrik dan lebih cocok pada ternak ruminansia.
Kandungan nilai gizi dalam bungkil inti sawit dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Kandungan nilai gizi bungkil inti sawit
Uraian Bahan Kering Protein Kasar Serat kasar Lemak kasar Phospor Kalsium TDN
Nilai Gizi (%)
92,6a
21,51b 10,5a
2,4a 0,19a
0,53b 72,00a
Sumber :
a. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak, Departemen Peternakan FP USU (2005)
b. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak IPB, Bogor (2000)
Dedak Padi Dedak padi adalah bahan pakan yang diperoleh dari pemisahan beras
dengan kulit gabahnya melalui proses penggilingan padi dari pengayakan hasil ikutan penumbukan padi. Sedangkan menurut sebagai bahan makanan asal nabati, dedak memang limbah proses penggilingan padi menjadi beras. Oleh sebab itu kandungan nutrisinya juga cukup baik, dimana kandungan protein dedak halus sebesar 12% - 13%, kandungan lemak 13%, dan serat kasarnya 12% (Parakkasi, 1995)
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5. Kandungan nutrisi dedak padi
Kandungan zat Bahan kering Protein kasar Serat kasar Lemak kasar TDN
Sumber : Tillman dkk. (1991)
Nilai Gizi (%) 89,1 13,8 11,2 8,2 64,3
Garam Dapur Garam dapur adalah sejenis mineral yang lazim dimakan manusia.
Bentuknya kristal putih, dihasilkan dari air laut. Biasanya garam dapur yang tersedia secara umum adalah Sodium klorida. Garam sangat diperlukan tubuh, namun bila dikonsumsi secara berlebihan dapat menyebabkan berbagai penyakit. Garam dapur diperlukan oleh ternak sebagai perangsang menambah nafsu makan. Garam juga merupakan unsur yang sangat dibutuhkan dalam kelancaran faali tubuh (Sumopraswoto, 1993).
Semua herbivora akan suka memakan garam apabila disediakan dalam bentuk jilatan (lick) atau dalam bentuk halus dalam tempet mineral. Oleh karena itu biasanya garam digunakan sebagai campuran fosfor atau mineral mikro dan senyawa lainnya seperti obat parasit (Tillman dkk.., 1981).
Pada umumnya bahan makanan yang digunakan untuk ternak tidak cukup mengandung Na dan Cl untuk memenuhi kebutuhan produksi optimum (termasuk unggas). Hampir semua bahan makanan nabati (termasuk khususnya hijauan tropis) mengandung Na dan Cl relatif lebih kecil dibanding bahan makanan hewani. Oleh karena itu bahan makanan ruminan (terutama hijauan) harus ditambahkan suplemen Na dan Cl dalam bentuk garam dapur, pemberian tersebut dapat dilakukan secara ad libitum (Parakkasi, 1995).
Universitas Sumatera Utara
Urea Urea adalah suatu senyawa organik yang terdiri dari unsur karbon,
hidrogen, oksigen dan nitrogen dengan rumus CON2H4 atau (NH2)2CO. Urea juga dikenal dengan nama carbamide yang terutama digunakan di kawasan Eropa. Nama lain yang juga sering dipakai adalah carbamide resin, isourea, carbonyl diamide dan carbonyldiamine. Senyawa ini adalah senyawa organik sintesis pertama yang berhasil dibuat dari senyawa anorganik.
Parakkasi (1995) menyatakan bahwa disamping dapat menguntungkan, urea dapat pula merugikan karena dapat menyebabkan keracunan (minimal tidak bermanfaat) bila penggunaannya tidak semestinya. Oleh karena itu beberapa prinsip dasar penggunaanya perlu diketahui, dimana batas penggunaan urea dalam ransum sekitar 8%.
Ultra Mineral Zat - zat mineral lebih kurang merupakan 3 - 5% dari tubuh hewan. Hewan
tidak dapat membuat mineral, sehingga harus disediakan dalam makanannya. Dari hasil penelitian dapat diterangkan bahwa mineral tersebut harus disediakan dalam perbandingan yang tepat dan dalam jumlah yang cukup. Terlalu banyak mineral dapat membahayakan individu. Suatu keuntungan ialah bahwa sebagian besar mineral dapat diberikan dalam jumlah yang besar dalam pakan tanpa mengakibatkan kematian, tetapi kesehatan hewan menjadi mundur sehingga menyebabkan kerugian ekonomis besar (Tillman dkk, 1991).
Mineral yang dibutuhkan ternak memang relatif sedikit, namun mineral sangat penting dan diperlukan kesempurnaan makanan yang dikonsumsi oleh ternak tersebut. Mineral esensial yang diperlukan oleh tubuh ternak terbagi dalam
Universitas Sumatera Utara
dua kelompok, yakni mineral makro yang terdiri dar Ca, P, Mg, Na, K dan Cl, serta mineral mikro yang terdiri atas Cu, Mo, Fe dan lain-lain. Kebutuhan akan mineral makro lebih banyak dibandingkan jumlah kebutuhan mineral mikro (Parakkasi, 1995).
Parakkasi (1995) menyatakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan mineral, mungkin dapat diusahakan bila ruminan bersangkutan dapat mengkonsumsi hijauan yang cukup. Hijauan tropis umumnya mengandung (relatif) kurang mineral (terutama di musim kemarau) maka umumnya ruminan di daerah tropis cenderung defisiensi mineral.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kebutuhan mineral pada ternak. Diantaranya adalah bangsa ternak, umur, jenis kelamin, pertumbuhan, kesuburan berkembang biak, laktasi, iklim, pakan, kandungan mineral tanah, keseimbangan hormonal dan kegiatan fali di dalam tubuh (Tillman dkk., 1991).
Menurut Tillman dkk. (1981) secara umum mineral - mineral berfungsi sebagai berikut : Bahan pembentukan tulang dan gigi yang menyebabkan adanya jaringan keras dan kuat, mempertahankan keadaan koloidal dari beberapa senyawa dalam tubuh, memelihara keseimbangan asam basa tubuh, aktivator sistem enzim tertentu, komponen dari suatu enzim, mineral mempunyai sifat yang karakteristik terhadap kepekaan otot dan saraf.
Molases Molases dapat digunakan sebagai pakan ternak. Keuntungan penggunaan
molases untuk pakan ternak adalah kadar karbohidrat tinggi (46 - 60% sebagai gula), kadar mineral cukup disukai ternak. Molases atau tetes tebu juga mengandung vitamin B kompleks dan unsur-unsur mikro yang penting bagi ternak
Universitas Sumatera Utara
seperti kobalt, boron, jodium, tembaga, mangan dan seng. Sedangkan
kelemahannya adalah kadar kaliumnya yang tinggi dapat menyebabkan diare bila
dikonsumsi terlalu banyak (Rangkuti et al., 1985). Kandungan nilai gizi molases
dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Kandungan nilai gizi molases
Kandungan Zat
Nilai Gizi (%)
Bahan kering Protein kasar Lemak kasar Serat kasar TDN
67,5 b
3,4 b 0,08 b
0,38 b 56,7 a
Sumber :
a. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak IPB, Bogor (2000)
b. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Departemen Peternakan FP - USU, Medan (2005)
Konsumsi Pakan
Konsumsi Bahan Kering (BK) Bahan kering adalah bahan yang terkandung di dalam pakan setelah
dihilangkan airnya. Sapi potong mampu mengkonsumsi ransum berupa bahan kering sebanyak 3 - 4% dari bobot badannya (Tillman dkk., 1991). Fungsi bahan kering pakan antara lain sebagai pengisi lambung, perangsang dinding saluran pencernaan dan menguatkan pembentukan enzim, apabila ternak kekurangan BK menyebabkan ternak merasa tidak kenyang.
Jumlah konsumsi bahan kering pakan dipengaruhi beberapa variabel meliputi palatabilitas, jumlah pakan yang tersedia dan komposisi kimia serta kualitas bahan pakan. Parakkasi (1995) menyatakan ketersediaan zat makanan yang dibutuhkan oleh mikroba rumen untuk menjalankan fungsi yang normal harus mendapatkan perhatian khusus misalnya pertambahan suplai sumber N pada bahan makanan yang rendah proteinnya akan meningkatkan konsumsi dari bahan pakan tersebut. Variasi kapasitas produksi disebabkan oleh makanan pada
Universitas Sumatera Utara
berbagai jenis ternak ditentukan oleh konsumsi (60%), kecernaan (25%) dan konversi hasil pencernaan produk yaitu sekitar 15%.
Kemampuan ternak untuk mengkonsumsi BK berhubungan erat dengan kapasitas fisik lambung dan saluran pencernaan secara keseluruhan (Parakkasi, 1999). Menurut Tillman dkk. (1991) palatabilitas pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya rasa, bentuk dan bau dari pakan itu sendiri. Pakan konsentrat yang diberikan pada ternak masih dalam kondisi yang baik dan tidak ada efek ketengikan sehingga dapat meningkatkan konsumsi. Pemberian pakan konsentrat dapat meningkatkan daya cerna pakan secara keseluruhan, makin banyak konsentrat yang dapat dicerna, berarti arus pakan dalam saluran pencernaan menjadi lebih cepat, sehingga menyebabkan pengosongan rumen meningkat dan menimbulkan sensasi lapar pada ternak akibatnya memungkinkan ternak untuk menambah konsumsi pakan.
Konsumsi BK menurut Lubis (1992), dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya : 1) Faktor pakan, meliputi daya cerna dan palatabilitas dan 2) faktor ternak yang meliputi bangsa, jenis kelamin, umur dan kondisi kesehatan ternak. Fungsi BK pakan antara lain sebagai pengisi lambung, perangsang dinding saluran pencernaan dan menguatkan pembentukan enzim, apabila ternak kekurangan BK menyebabkan ternak merasa tidak kenyang. Tingginya konsumsi BK dipengaruhi oleh palatabilitas pakan.
Dijelaskan lebih lanjut oleh Parakkasi (1999) bahwa pemberian konsentrat untuk penggemukan sapi potong biasanya 60% (dalam BK ransum). Pakan konsentrat yang berkualitas akan meningkatkan kecernaan pakan berserat, makin banyak konsentrat yang dapat dicerna, berarti arus pakan dalam saluran
Universitas Sumatera Utara
pencernaan menjadi lebih cepat, sehingga menyebabkan pengosongan rumen meningkat dan menimbulkan sensasi lapar pada ternak akibatnya memungkinkan ternak untuk menambah konsumsi pakan.
Konsumsi pakan antara lain dipengaruhi oleh bobot hidup ternak. Semakin tinggi bobot hidup ternak, konsumsi BK pakan semakin tinggi pula. Selain karena bobot hidupnya yang berbeda, konsumsi pakan yang berbeda ini juga dikarenakan bangsa ternak yang berbeda (Kearl, 1982). Sesuai dengan pendapat Sumadi et al. (1991), bahwa bangsa ternak dapat mempengaruhi konsumsi pakan karena kecepatan metabolisme pakan pada setiap bangsa ternak berbeda apabila mendapat pakan dengan kualitas yang sama.
Tingkat konsumsi bahan kering dipengaruhi oleh beberapa faktor, bisa dari ternak itu sendiri maupun faktor dari luar. Faktor dari ternak itu sendiri antara lain : Bobot badan, umur, kondisi tubuh, stres yang diakibatkan oleh lingkungan. Sedangkan faktor dari luar ternak seperti makanan yaitu sifat fisik dan komposisi kimia makanan yang dapat mempengaruhi kecernaan yang selanjutnya mempengaruhi tingkat konsumsi pakan (Parakkasi, 1995).
Konsumsi Protein Kasar (PK) Tillman dkk. (1991) menyatakan bahwa tubuh memerlukan protein untuk
memperbaiki dan menggantikan sel tubuh yang rusak serta untuk produksi. Protein dalam tubuh diubah menjadi energi jika diperlukan. Protein dapat diperoleh dari bahan - bahan pakan yang berasal dari tumbuh - tumbuhan dan yang berasal dari biji - bijian. Dijelaskan lebih lanjut oleh Parakkasi (1995) bahwa kekurangan protein pada sapi dapat menghambat pertumbuhan sapi, sebab fungsi
Universitas Sumatera Utara
protein adalah untuk memperbaiki jaringan, pertumbuhan jaringan baru, metabolisme, sumber energi, pembentukan anti bodi, enzim - enzim dan hormon.
Crampton dan Harris (1969), bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi konsumsi PK adalah jumlah BK pakan yang dikonsumsi. Konsumsi BK pakan memegang peranan penting, karena menurut Tilllman dkk. (1998), dari BK pakan tersebut ternak memperoleh zat - zat nutrisi penting, seperti energi, protein, vitamin dan mineral. Konsumsi TDN
Tillman dkk. (1991) bahwa kelebihan konsumsi TDN sebagai satuan energi akan disimpan dalam bentuk glikogen dan lemak. Menurut Parakkasi (1999) ternak memanfaatkan energi untuk pertumbuhan dan produksi setelah kebutuhan hidup pokoknya terpenuhi. Kebutuhan energi akan meningkat seiring dengan pertambahan bobot badan. Tinggi rendahnya TDN dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain bobot badan dan konsumsi pakan itu sendiri, jika pakan yang dikonsumsi tidak mencukupi kebutuhan energinya maka lemak tubuh akan dirombak menjadi energi.
Pertumbuhan dan Pertambahan Bobot Badan Sapi Pertumbuhan adalah pertambahan berat badan atau ukuran tubuh sesuai
dengan umur, sedangkan perkembangan adalah berhubungan dengan adanya perubahan ukuran serta fungsi dari berbagai bagian tubuh semenjak embrio sampai menjadi dewasa. Proses pertumbuhan pada ternak sapi dimulai sejak awal terjadinya pembuahan sampai dengan pedet itu lahir, dilanjutkan hingga sapi menjadi dewasa (Parakkasi, 1995). Menurut Tillman dkk. (1991) pertumbuhan biasanya dimulai perlahan - lahan kemudian mulai berlangsung lebih cepat dan
Universitas Sumatera Utara
akhirnya perlahan - lahan lagi atau sama sekali berhenti sehingga membentuk kurva pertumbuhan yang berbentuk sigmoid. Menurut Smith dan Mangkowidjojo (1988) pertumbuhan yang cepat terjadi pada periode lahir hingga usia penyapihan dan pubertas, namun setelah usia pubertas hingga usia dewasa, laju pertumbuhan mulai menurun dan akan terus menurun hingga usia dewasa. Pada usia dewasa, pertumbuhan sapi berhenti. Sejak sapi dilahirkan sampai dengan usia pubertas (sekitar umur 8 - 10 bulan) merupakan fase hidup sapi yang laju pertumbuhannya sangat cepat. Pertambahan bobot badan sapi ditentukan oleh berbagai faktor, terutama jenis sapi, jenis kelamin, umur, ransum, dan teknik pengelolaannya.
Pertumbuhan adalah pertambahan dalam bentuk dan berat jaringanjaringan pembangun seperti urat daging, tulang, otak, jantung dan semua jaringan tubuh (kecuali jaringan lemak) serta alat-alat tubuh lainnya. Lebih lanjut dikatakan pertumbuhan murni adalah pertambahan dalam jumlah protein dan zat. Sedangan pertambahan akibat penimbunan lemak atau penimbunan air bukanlah pertumbuhan murni (Parakkasi, 1985).
Parakkasi (1985) menyatakan dalam pertumbuhan seekor hewan ada 2 hal yang terjadi : 1) Bobot badannya meningkat mencapai bobot badan dewasa yang disebut pertumbuhan dan 2) Terjadinya perubahan konfirmasi dan bentuk tubuh serta berbagai fungsi dan kesanggupannyaiuntuk melakukan sesuatu menjadi wujud penuh yang disebut perkembangan.
Pane (1986) menyebutkan bahwa pertumbuhan ternak adalah pertumbuhan bobot badan atau ukuran tubuh sesuai dengan umur dan dapat dilukiskan sebagai garis atau sigmoid (huruf S). Perkembangan lebih banyak ditentukan oleh perubahan proporsi berbagai bagian tubuh hewan sejak embrio hingga dewasa.
Universitas Sumatera Utara
Kurva hubungan antara bobot badan dengan linier adalah suatu bentuk S (sigmoid). Ada fase awal yang pendek dimana bobot badan sedikit meningkat umur, hal ini diikuti oleh pertumbuhan eksflosif kemudian akhirnya ada fase yang tingkat pertumbuhan yang sangat rendah (Durrand, 1971).
Ternak yang mempunyai potensi genetik yang tinggi akan memiliki respons yang baik terhadap pakan yang diberikan dan efisiensi pakan yang dicapai tingggi (Devendra,1997).
Soeparno (1998) dan Tillman dkk. (1998) melaporkan bahwa faktor genetis dan asupan nutrisi sangat mempengaruhi terhadap kecepatan pertumbuhan ternak. Sapi eks - impor yang memiliki kecepatan pertumbuhan tinggi (misal sapi peranakan Simmental, Limousin, Frishian Holstein), tidak akan mampu memberikan PBBH (pertambahan bobot badan harian) sesuai kemampuan genetisnya apabila asupan nutrisi yang diberikan sama seperti penggemukan pada sapi lokal. Demikian sebaliknya untuk sapi lokal (misal sapi Peranakan Ongole/PO) yang secara genetis memiliki kecepatan pertumbuhan rendah sampai sedang, juga tidak akan mampu memberikan PBBH seperti sapi eks - impor walaupun diberikan asupan nutrisi lebih dari kebutuhannya (Tillman dkk., 1998 dan Aryogi et al., 2005).
Pengurangan pakan akan memperlambat kecepatan pertumbuhan dan bila pengurangan pakan yang nyata akan menyebabkan ternak kehilangan berat badannya (Williamson and Payne, 1993).
Universitas Sumatera Utara
Mathius et al. (2005), dimana pakan perlakuan dengan susunan pelepah sawit, solid yang diperkaya, dan bungkil inti sawit yang meningkatkan pertambahan bobot badan harian sapi peranakan simental sebesar 0.60 kg/ekor/hari.
Pengurangan akan memperlambat kecepatan pertumbuhan dan bila pengurangan pakan yang nyata akan menyebabkan ternak kehilangan berat badannya (Tomaszewska et al., 1988).
Tillman dkk. (1991) yang menyatakan bahwa kuantitas dan kualitas ransum yang diberikan menyangkut dengan tinggi rendahnya produksi dan kecepatan pertumbuhan sapi yang sedang tumbuh. Kualitas ransum erat hubungannya dengan pemilihan bahan – bahan ransum makanan penguat.
Konversi Pakan dan Efisiensi Pakan Hardianto (2000) menyatakan bahwa efisiensi penggunaan pakan untuk
sapi berkisar 7,52 - 11,29%, dan konversi pakan yang baik adalah 8,56 - 13,29. Konversi pakan dipengaruhi oleh ketersediaan zat - zat gizi dalam ransum dan kesehatan ternak. Semakin tinggi nilai konversi pakan berarti pakan yang digunakan untuk menaikkan bobot badan persatuan berat semakin banyak atau efisiensi pakan rendah. Menurut Tillman (1991) konversi pakan sangat dipengaruhi oleh kondisi ternak, daya cerna ternak, jenis kelamin, bangsa, kualiltas dan kuantitas pakan, juga faktor lingkungan. Efisiensi pakan untuk produksi daging dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu bangsa ternak, komposisi dan tingkat produksi serta nilai gizi pakan.
Universitas Sumatera Utara
Konversi pakan dipengaruhi oleh ketersediaan zat - zat gizi dalam ransum dan kesehatan ternak, semakin tinggi nilai konversi pakan berarti pakan yang digunakan untuk menaikkan bobot badan persatuan berat semakin banyak atau efisiensi pakan rendah (Wahyono dan Hardianto, 2004).
Konversi pakan hasil penelitian Astutik et al. (2002) pada sapi peranakan simental yang diberi pakan jerami padi dan konsentrat dengan formula urea mollases (molases 40%) menghasilkan konversi pakan sebesar 10,18. Konversi pakan sapi peranakan simental yang diberi jerami padi fermentasi dengan suplementasi dedak padi dan jamu berupa telur ayam 2 minggu sekali sebanyak 3 - 5 butir/ekor serta konsentrat komersial pada penelitian Umiyasih et al. (2002) sebesar 10,31.
Konversi pakan adalah perbandingan atau rasio antar jumlah pakan yang