Kajian Pustaka T1 682011603 Full text

2

1. Pendahuluan

Komputer sebagai alat pengolah data, penghasil informasi, dan alat proses pengambilan keputusan, memiliki kemampuan seperti manusia. Ilmu yang mempelajari cara komputer dapat bertindak dan memiliki kecerdasan seperti manusia disebut kecerdasan buatan Artificial Intelegence. Salah satu bidang dari kecerdasan buatan adalah sistem pakar Expert System, dimana program komputer dapat menirukan penalaran seorang pakar dengan keahlian pada suatu wilayah pengetahuan tertentu [1]. Sistem pakar dibangun berdasarkan basis pengetahuan dan basis aturan. Salah satu penerapan sistem pakar adalah dalam bidang peternakan yang dalam penelitian ini ada untuk mendiagnosa penyakit pada sapi. Mahalnya biaya yang dikeluarkan oleh peternak untuk merawat dan memelihara hewan ternak. Terlebih jika peternak tidak paham akan berbagai jenis penyakit yang menyerang hewan ternaknya. Maka dari itu, peternak semakin kesulitan untuk mengetahui solusinya dan akhirnya hewan ternak tersebut mati. Di sini peran seorang pakar yang ahli dalam bidang peternakan sapi diperlukan. Tetapi di daerah pedesaan sangatlah sulit untuk mendapatkan seorang pakar, apalagi ditambah dengan jarak ke kota yang harus ditempuh oleh peternak untuk mencari seorang pakar. Jika ada maka peternak akan mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk membayar seorang pakar yang dapat memecahkan masalah tersebut untuk memperoleh sebuah solusi. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu sistem yang bisa melakukan diagnosa terhadap penyakit-penyakit khusus, serta dapat memberikan solusi mengenai pengobatan yang tepat. Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dijelaskan sebelumnya, maka muncul suatu ide untuk membangun sistem pakar untuk mendeteksi kebenaran dari suatu dugaan penyakit pada sapi. Manfaat dengan adanya sistem pakar ini diharapkan peternak sapi pada Moeria dapat mengetahui kebenaran suatu penyakit pada ternaknya. Sistem pakar ini dibangun menggunakan metode Backward Chaining. Backward chaining dimulai dangan pendekatan tujuan atau goal oriented atau hipotesa. Pada backward chaining akan bekerja dari konsekuen ke antesendent untuk melihat apakah terdapat data yang mendukung konsekuen tersebut. Pada metode inferensi dengan backward chaining akan mencari aturan atau rule yang memiliki konsekuen yang mengarah kepada tujuan yang diskenariokandiinginkan [2]. Demikian pengembangan sistem pakar dapat bermanfaat untuk membantu peningkatan kinerja dalam bidang peternakan khususnya. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untu k membangun sebuah ”Perancangan Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Ternak Sapi Pada Susu Moeria Kudus ” sebagai suatu alternatif solusi untuk mengatasi berbagai masalah atau penyakit pada hewan ternak yang sering dialami oleh peternak sapi.

2. Kajian Pustaka

Perancangan aplikasi sistem pakar sudah banyak dilakukan pada penelitian-penelitian sebelumnya. Metode-metode sistem pendukung keputusan yang dipakai juga sudah beragam, antara lain metode Certanly Factor, Backward Chaining, e2gLite Expert System Shell dan metode lainnya. Pada penelitian 3 tersebut di jelaskan bahwa sistem pakar di gunakan untuk Konsultasi terhadap seseorang yang memiliki expertise dibidang tertentu dalam menyelesaikan suatu permasalahan merupakan pilihan tepat guna mendapatkan jawaban, saran, solusi, keputusan atau kesimpulan terbaik maka dibangunlah sebuah sistem yang menggunakan teknologi komputerisasi yang dapat mengadopsi kemampuan seorang ahli atau pakar yaitu teknologi Kecerdasan Buatan. Salah satu bagian dari kecerdasan buatan adalah Sistem Pakar yaitu sistem yang mengandung pengetahuan dan pengalaman dari satu atau banyak pakar dalam suatu area pengetahuan, sehingga dapat digunakan untuk menentukan solusi terhadap suatu masalah, dalam hal ini dibangun aplikasi sistem pakar pendeteksi anak autis membantu guru - guru di Sekolah Autis Talenta Kids dalam menentukan terapi dan kurikulum yang nantinya akan diajarkan kepada masing - masing anak. Salah satunya adalah penelitian dengan judul Perancangan Aplikasi Sistem Pakar Pendeteksi Anak Autis Berbasis Web Menggunakan Metode Forward Chaining Studi Kasus : Sekolah Autis Talenta Kids Tegalrejo [3]. Penelitian menggunakan metode backward chaining sebelumnya juga pernah di lakukan. Pada penelitian ini dipaparkan masalah bahwa dengan pergeseran pola kependudukan ini bergeser pula pola penyakit di masyarakat yang pada saat ini masih menduduki sebab kematian yang utama kepada penyakit- penyakit degeneratif, seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, penyakit kanker dan lainnya. Penyakit jantung dan pembuluh darah dengan perkataan lain penyakit kardiovaskuler, dalam kurun waktu 20 tahun terakhir menunjukkan kenaikan yang jelas. Survei Kesehatan Rumah Tangga SKRT yang dilakukan Departemen Kesehatan tahun 2004 menunjukkan bahwa penyakit jantung menduduki urutan ke-2 sebagai penyebab kematian dengan catatan pada golongan umur 45 tahun ke atas penyakit kardiovaskuler menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian. Prevalensi penyakit berdasarkan gejala penyakit dalam satu tahun terakhir, penyakit jantung berada pada urutan ke-2. Responden dengan prevalensi gejala penyakit jantung 8 dalam 1 tahun terakhir yang belum terdiagnosis oleh nakes masing-masing 95 persen dan 91 persen, yang belum pernah diobati untuk penyakit jantung sebesar 92 persen. Selain faktor kependudukan, yang mempengaruhi meningkatnya penyakit jantung adalah faktor berubahnya masyarakat agraris menjadi masyarakat industri dimana terdapat ketegangan jiwa, berubahnya kebiasaan hidup, berubahnya pola makan, kebiasaan merokok dan lain-lain. Untuk untuk mendiagnosis penyakit jantung yang terdiri dari 12 jenis penyakit berdasarkan Standar Kompetensi Dokter Indonesia sesuai dengan tingkat kemampuan 3A, 3B, dan 4. Sebagai pelengkap dan alat bantu yang masih terbatas, sistem pakar ini diharapkan dapat membantu masyarakat khususnya penderita penyakit jantung, mahasiswa kedokteran atau sarjana muda, dan dokter umum dalam melakukan diagnosis serta memberikan solusi pengobatan di setiap jenis penyakit yang berbeda. Salah satu metode yang di gunakan dalam sistem pakar untuk mendiagnosa penyakit jantung berdasarkan Standar Kompetensi Dokter Indonesia adalah dengan menggunakan metode Backward Chaining. Penelitian tersebut berjudul Perancangan Aplikasi Sistem Pakar Dengan Metode Backward Chaining Untuk Mendiagnosa Penyakit Jantung Berdasarkan Standar Kompetensi Dokter Indonesia.[4] 4 Penelitian ini akan membahas mengenai perancangan dan pembangunan sistem pakar yang di tujukan untuk peternakan Moeria yang berfokus pada penyakit pada sapi, berdasarkan gejala yang di dapat melalui pakar dokter sapi, dan juga terdapat solusi pengobatan untuk setiap gejala penyakit pada sapi dengan menggunakan metode Backward Chaining. Poin juga terdapat dalam sistem pakar ini untuk menentukan apakah sapi sudah berpengidap terhadap penyakit ataukah hanya gejala yang masih dapat ditangani oleh peternak di Moeria. Sistem Pakar dipopulerkan pada tahun 1956 oleh John McCarthy sebagai suatu tema ilmiah di bidang komputer yang diadakan di Darmouth College dengan istilah Artificial Intelegence. Perkembangan Artificial Intelegence AI merupakan terobosan baru dalam dunia komputer yang mendorong para peneliti untuk mengembangkan program lain yang bertujuan untuk memecahkan berbagai jenis masalah yang disebut sebagai GPS General Problem Solver, yang pada kenyataannya menjadi tugas yang besar dan sangat sulit untuk dikembangkan. Kemudian pada tahun 1976, program MYCIN dikembangkan oleh Shortliffe dengan bahasa pemrograman LISP. Program MYCIN menyimpan kurang lebih 500 basis pengetahuan dan basis aturan untuk mendiagnosis penyakit manusia. MYCIN digunakan untuk mengimplementasikan metode penelusuran dan pemecahan masalah, serta mengembangkan beberapa teori penting dalam kecerdasan buatan.[5] Pada tahun 1978, bahasa pemrograman DENDRAL dikembangkan Bruce Buchanan dan Edward Feigenbaum, dibuat untuk Badan Antariksa Amerika Serikat yaitu NASA dan digunakan untuk penelitian kimia di planet Mars. Program MYCIN menjadi acuan penting dalam pengembangan sistem pakar secara modern karena didalamnya telah terintegrasi semua komponen standar yang dibutuhkan oleh sistem pakar dan Edward Feigenbaum dikenal sebagai seorang tokoh bapak sistem pakar The Father Of Expert Systems[5]. Backward chaining atau Backward Reasoning merupakan salah satu dari metode inferensia yang dilakukan untuk di bidang kecerdasan buatan. Backward chaining dimulai dangan pendekatan tujuan atau goal oriented atau hipotesa. Pada backward chaining kita akan bekerja dari konsekuen ke antesendent untuk melihat apakah terdapat data yang mendukung konsekuen tersebut. Pada metode inferensi dengan backward chaining akan mencari aturan atau rule yang memiliki konsekuen Then klausa .. yang mengarah kepada tujuan yang diskenariokandiinginkan[2]. Berikut adalah gambar dari Backward Chaining. Gambar 1 Diagram Peranan Dasar Backward Chaining[6] subtujuan Aturan Tujuan 5

3. Tahapan Penelitian