proses sosial, yang melibatkan banyak mahluk sosial siswa, guru, karyawan, masyarakat lingkungan sekolah. Oleh karena itu dalam mengajar, seorang guru harus memperlakukan
proses pembelajaran secara lebih humanis. Kompetensi profesional seorang guru diperoleh melalui pendidikan formal. Di dalam
UU No 14 Tahun 2005, pasal 9 dikatakan bahwa kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau program diploma empat.
Tuntutan ini merupakan suatu hal yang sangat baik dalam upaya peningkatan mutu pendidikan Indonesia. Semakin tinggi kualifikasi pendidikan seseorang tentunya akan
semakin baik pula kompetensi profesional yang bersangkutan. Demikian pula bagi seorang guru.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pengembangan profesionalisme guru merupakan suatu langkah yang konstruktif dan terencana dalam upaya
meningkatkan kompetensi guru. Dalam hal ini, perguruan tinggi memegang peranan penting dalam upaya ikut mengembangkan program-program kegiatan yang dapat meningkatkan
profesionalisme guru, termasuk kegiatan-kegiatan Pengabdian pada Masyarakat PPM.
1.2.2 Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter Menurut T. Ramli 2003, memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk
pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik. Adapun kriteria manusia yang baik, warga masyarakat yang baik, dan warga
negara yang baik bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara umum adalah nilai-nilai sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya. Oleh karena itu,
hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pedidikan
4
nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina kepribadian generasi muda.
Pendidikan karakter berpijak dari karakter dasar manusia, yang bersumber dari nilai moral universal bersifat absolut yang bersumber dari agama yang juga disebut sebagai the
golden rule. Pendidikan karakter dapat memiliki tujuan yang pasti, apabila berpijak dari nilai-nilai karakter dasar tersebut. Menurut para ahli psikolog, beberapa nilai karakter dasar
tersebut adalah: cinta kepada Allah dan ciptaann-Nya alam dengan isinya, tanggung jawab, jujur, hormat dan santun, kasih sayang, peduli, dan kerjasama, percaya diri, kreatif, kerja
keras, dan pantang menyerah, keadilan dan kepemimpinan; baik dan rendah hati, toleransi, cinta damai, dan cinta persatuan. Pendapat lain mengatakan bahwa karakter dasar manusia
terdiri dari: dapat dipercaya, rasa hormat dan perhatian, peduli, jujur, tanggung jawab; kewarganegaraan, ketulusan, berani, tekun, disiplin, visioner, adil, dan punya integritas.
Penyelenggaraan pendidikan karakter di sekolah harus berpijak kepada nilai-nilai karakter dasar, yang selanjutnya dikembangkan menjadi nilai-nilai yang lebih banyak atau lebih
tinggi yang bersifat tidak absolut atau bersifat relatif sesuai dengan kebutuhan, kondisi, dan lingkungan sekolah itu sendiri.
Pendidikan karakter di kelas diimplementasikan dalam kerja kelompok yang dilaksanakan oleh mahasiswa secara bersama-sama dan rasa tanggung jawab ditanamkan
pada masing-masing individu pada saat mahasiswa harus menyelesaikan tugas individu yang harus diselesaikan dan di paparkan secara lisan. Tanggung jawab adalah kesadaran yang
harus dimiliki oleh mahasiswa akan tingkah laku atau perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Dengan demikian, tanggung jawab merupakan perwujudan kesadaran
5
akan kewajiban mahasiswa. Selanjutnya, tanggung jawab yang mereka miliki akan terefleksikan dalam berbagai tindakan.
Sutrisno 1993:76 yang menyatakan bahwa manusia tidak dapat melepaskan diri dari tanggung jawab, baik sebagi makhluk individual, sosial, maupun makhluk berTuhan.
Sebagai makhluk individual, manusia harus bertanggung jawab dirinya keseimbangan jasmani dan rohani dan harus bertanggung jawab terhadap Tuhannya sebagai
penciptanya. Tanggung jawab manusia terhadap dirinya akan lebih kuat intensitasnya apabila dia memiliki kesadaran yang mendalam akibat keyakinannya terhadap suatu nilai.
Selanjutnya tanggung jawab terhadap Tuhan akan timbul karena manusia sadar akan keyakinannya terhadap nilai-nilai, yang bersumber dari agama. Sebagai makhluk social,
manusia tidak dapat hidup sendirian dengan perangkat nilai-nilai selera sendiri. Tindakan- tindakan yang dilakukan seseorang harus selalu dipertanggungjawabkan, sehingga tidak
mengganggu nilai-nilai yang telah menjadi konsensus bersama. Tanggung jawab sangat berkaitan dengan kewajiban, yaitu sesuatu yang dibebankan kepada seseorang. Menurut
Mustopo M. Habib 1983 : 217-220 tanggung jawab dapat dibedakan menjadi : 1 tanggung jawab terhadap dirinya sendiri, 2 tanggung jawab terhadap keluarga, 3 tanggung
jawab terhadap masyarakat, 4 tanggung jawab terhadap Tuhan,
1.3 Rumusan Masalah