Observasi Pengamatan Interviu Mendalam Dokumentasi

31

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Dinamai penelitian deskriptif kualitatif, karena penelitian ini bermaksud untuk menggambarkan, mengungkap, dan menjelaskan, yang dalam hal ini, implementasi pendidikan karakter di Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta yang diketahui produknya memegang karakter yang sejalan dengan cita-cita luhur bangsa Indonesia. Moh. Nazir 2005: 55 mengungkapkan, bahwa penelitian deskriptif bertujuan untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian. Demikain pula tujuan deskripsi ini adalah untuk membantu pembaca mengetahui apa yang terjadi di lingkungan di bawah pengamatan, seperti apa pandangan partisipan yang berada di latar penelitian, dan seperti apa atau aktivitas yang terjadi di latar penelitian Emzir, 2008: 175. Dalam peneltian deskriptif, kerja peneliti bukan saja memberikan gambaran terhadap fenomena-fenomena, tetapi juga menerangkan hubungan, menguji hipotesis-hipotesis, membuat predikasi, serta mendapatkan makna dan implikasi dari suatu masalah yang ingin dipecahkan. Penelitian ini juga dinamai penelitian kualitatif, karena penelitian ini menggunakan dan memahami fenomena yang terjadi disekitar sekolah lembaga pendidikan.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah lembaga pendidikan pesantren, yang dalam hal ini adalah Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Observasi, Wawancara, dan dokumentasi.

1. Observasi Pengamatan

32 Pengamatan diarahkan kepada perhatian pada jenis kegiatan dan peristiwa tertentu yang memberikan informasi dan pandangan yang benar-benar berguna Moleong, 2002: 128. Pengamatan dilakukan dengan cara melihat dan peneliti mengamati sendiri terkait dengan fenomena pesantren dan di Pondok Pesantren Yogyakarta pada khususnya yang dianggap penting, kemudian kejadian itu dicatat sebagaimana terjadi pada keadaan sebenarnya.

2. Interviu Mendalam

Interviu mendalam atau wawancara dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan terbuka, yang memungkinkan responden memberikan jawaban secara luas. Pertanyaan diarahkan pada pengungkapan kehidupan responden, konsep, persepsi, peranan, kegiatan, dan peristiwa-peristiwa yang dialami berkenaan dengan fokus yang diteliti Nana Syaodah Sukmadinata, 2009: 112. Wawancara ini dilakukan kepada pengasuh pesantren, guru atau ustadz, para santri, ditambah beberapa tokoh intelektual yang berlatar belakang pendidikan pesantren.

3. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data mengenai gambaran keberadaan objek yang diteliti, di samping juga untuk melengkapi data-data yang diperoleh dari hasil pengamatan dan interviu. Dokumen dalam penelitian ini berupa informasi tertulis yang berkenaan dengan pelaksanaan pembelajaran di pesantren, seperti kurikulum dan kitab-kitab atau buku yang dikaji di pesantren.

D. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Untuk mendapatkan data yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka data-data yang telah terkumpul terlebih dahulu 33 diperiksa keabsahannya. Dalam penelitian ini teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan adalah teknik cross check, yaitu teknik penyilangan informasi yang diperoleh dari sumber sehingga pada akhirnya hanya data yang absah saja yang digunakan untuk mencapai hasil penelitian. Teknik cross check ini dilakukan dengan cara mengecek ulang informasi hasil pengamatan dan interviu dengan dokumentasi.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data menunjuk pada kegiatan mengorganisasikan data ke dalam susunan-susunan tertentu dalam rangka penginterpretasian data. Data ditabulasi sesuai dengan susunan sajian data yang dibutuhkan untuk menjawab masing-masing masalah danatau hipotesis penelitian. Kemudian diinterpretasikan atau disimpulkan, baik untuk masing-masing masalah atau hipotesis penelitian maupun untuk keseluruhan masalah yang diteliti Sanapiah Faisal, 2001: 34. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis induktif, yaitu analisis yang bertolak dari data dan bermuara pada simpulan-simpulan umum. Kesimpulan umum itu bisa berupa kategorisasi maupun proposisi Burhan Bungin, 2001: 209. 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. Sejarah dan Sistem Pendidikan Pesantren Krapyak A. Sejarah Singkat Pondok Pesantren Al-Munawwir

Pondok Pesantren Al-Munauwir didirikan oleh KH. Munawwir pada tanggal 15 November 1911 M di Susun Krapyak. Pesantren Al- Munawwir didirikan sebagai upaya melestarikan nilai-nilai Islam Ahlussunnah wal Jama’ah. Pada tahun berdirinya Pesantren al- Munawwir, Dusun Krapyak merupakan daerah hutan perburuan. Lokasi tersebut sering dipakai oleh warga keraton untuk berburu hewan liar yang jumlahnya cukup banyak. Menurut penduduk setempat, setiap hari banyak keluarga keraton yang datang ke Krapyak, baik sendiri maupun berrombongan, untuk berburu di kawasan tersebut Ema Marhumah, 2011: 36. Oleh karena itu, tidaklah heran jikalau sampai sekarang masih dapat disaksikan peninggalan bangunan keraton Yogyakarta yang dahulunya kemungkinan digunakan sebagai penangkaran hewan- hewan buruan. Bangunan tersebut sering disebut dengan Kandang Menjangan yang terletak persis di sebelah selatannya Pesantren Krapyak. Pesantren Krapyak diasosiasikan dengan kebesaran nama KH. Munawwir. KH. Munawwir yang dikenal dengan kesederhanaan dan semangatnya tinggi dalam mencari ilmu. Kemampuannya termasuk langka, karena selain hafizh hafal Al- Qur’an 30 juz, beliau juga menguasai Qira’ah Sab’ah tujuh corak bacaan Al-Qur’an dan memperoleh sanad silsilah ilmu muttawatir yang dipercaya sampai kepada Nabi Muhammad SAW Ema Marhumah, 2011: 37. Kemampuan inilah yang menjadi dasar bahwa pada awal berdirinya Pondok Pesantren Al-Munawwir merupakan khusus pendalaman Al- Qur’an. Baru pada perkembangan selanjutnya, selain Al-Quran, dikaji juga kitab-kitab kuning Salaf yang diajarkan baik dengan sistem klasikal, sorogan, maupun bandongan. 35 Saat ini, kepemimpinan Pondok Pesantren Al-Munawwir merupakan periode ketiga. Adapun, periodisasi kepemimpinan Pondok Pesantren Al-Munawwir dapat diterangkan sebagai berikut: 1. Periode KH. Munawwir 1911 – 1942 M. 2. Periode KH. Abdullah Affandi Munawwir dan KH. Abdul Qodir Munauwwir, KH. Ali Maksum 1942 – 1989 M. 3. Periode KH. Zaenal Abidin Munawwir, KH. A. Warson Munawwir, KH. Najib A. Qodir 1989 – sekarang. Perlu diketahui bahwa sejak periode ketiga inilah berdiri Pondok Pesantren Ali Maksum dengan yayasan tersendiri. Sementara itu, Pondok Pesantren Al-Munawwir masih tetap berjalan dengan pengasuh sebagaimana disebutkan di atas. Pengambilan nama Pondok Pesantren Ali Maksum sendiri disandarkan kepada nama KH. Ali Maksum. KH. Ali Maksum adalah menantu dari KH. Munawwir yang bersamaan dengan putra-putra lainnya diserahi sebagai pengasuh setelah meninggalnya KH. Munawwir. Sementara itu, sepeninggalan KH. Ali Maksum inilah putranya, KH. Attabik Ali, mendirikan pesantren sendiri dengan nama Ali Maksum, sedangkan Pondok Pesantren Al- Munawwir masih tetap eksis dan diteruskan putra-putra KH. Munawwir yang lainnya. Tepatnya, pada tahun 1990 Pesantren Ali Maksum didirikan.

B. Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Al-Munauwir

1

1. Al-Mahad Al-Aly