3
a. Distributed Billing System Sistem billing adalah sistem yang berfungsi untuk memproses dan
menampilkan informasi biaya dan penggunaan suatu layanan dari penyedia layanan kepada pelanggannya [3].
Sistem billing yang digunakan pada warnet fungsi utamanya untuk melakukan perhitungan biaya penggunaan komputer oleh user pada warnet.
Selain itu, sistem billing ini juga digunakan untuk melakukan monitoring dan controlling aktivitas user warnet tersebut.
Sistem billing warnet yang berbasis client-server mempunyai kelebihan dalam hal kemudahan pengelolaan data, karena data-data disimpan pada satu
database yang terpusat. Integritas data pun terjamin karena data disimpan pada satu tempat, yaitu pada database server.
Aplikasi billing warnet terdistribusi distributed billing merupakan aplikasi billing yang dapat dilakukan interkoneksi. Tujuannya adalah untuk komunikasi
antar billing, dapat menggunakan basis data terdistribusi maupun koneksi antara server billing menggunakan komunikasi socket. Aplikasi billing yang servernya
dapat saling berkomunikasi data, sehingga memungkinkan seorang user mampu melakukan login dari berbagai tempat dengan memakai satu account.
b. Aplikasi Berbasis Client-Server
Client-server merupakan paradigma teknologi informasi yang merujuk kepada cara untuk mendistribusikan aplikasi ke dalam dua pihak yaitu pihak
client dan pihak server. Dalam model client-server, sebuah aplikasi dibagi menjadi dua bagian yang terpisah, tapi masih merupakan sebuah kesatuan.
Komponen client dari aplikasi dijalankan dalam sebuah workstation dan menerima masukan data dari pengguna. Komponen client tersebut akan
menyiapkan data yang dimasukkan oleh pengguna dengan menggunakan teknologi pemrosesan tertentu dan mengirimkannya kepada komponen server
yang dijalankan di atas mesin server, umumnya dalam bentuk request terhadap beberapa layanan yang dimiliki oleh server. Komponen server akan menerima
request dari client, dan langsung memprosesnya dan mengembalikan hasil pemrosesan tersebut kepada client. Client pun menerima informasi hasil
pemrosesan data yang dilakukan server dan menampilkannya kepada pengguna, dengan menggunakan aplikasi yang berinteraksi dengan pengguna. Model
aplikasi 3-tier dapat dilihat pada Gambar 1 [4].
Gambar 1. Model Aplikasi 3-Tier
4
c. Konsep Roaming User
Konsep roaming pada awalnya lebih populer pada teknologi jaringan telepon nirkabel. Konsep dasar roaming adalah perluasan layanan service
extention bagi pengguna telepon nirkabel, dimana cakupan jaringan yang dapat di cover oleh penyedia layanan masih terbatas sehingga diperlukan perluasan
cakupan jaringan dengan cara melakukan kerjasama dengan penyedia layanan yang lain. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menjaga konektivitas pengguna
telepon nirkabel [5].
Roaming user berarti user yang melakukan roaming, karena user tersebut cenderung mobile sehingga harus menggunakan layanan yang disediakan oleh
penyedia layanan lain yang bukan merupakan penyedia layanan dimana user itu menjadi pelanggan dalam rangka menjaga konektifitas dalam hal ini adalah
layanan konfigurasi sebuah komputer berbasis Microsoft [6].
Roaming juga dapat diimplementasikan pada aplikasi billing. Pelanggan yang tercatat sebagai anggota sebuah warnet dapat menggunakan profile
keanggotaan tersebut pada warnet lain yang telah ditunjuk tanpa harus mendaftar lagi menjadi anggota di warnet yang bersangkutan. Inilah yang disebut dengan
roaming user. Seperti dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2 Roaming User Warnet
Seperti terlihat pada Gambar 2 bahwa user A yang merupakan member dari warnet A pada lokasi A, dapat menggunakan membership tersebut pada
warnet B pada lokasi B maupun warnet C pada lokasi C. Dengan syarat bahwa warnet-warnet tersebut telah melakukan kerjasama roaming. Dari sini akan
muncul istilah warnet lokal dan warnet jauh tergantung perspektif warnet. Dari perspektif warnet A, maka warnet B dan C merupakan warnet jauh begitu juga
sebaliknya. Oleh karena itu, user member warnet jauh yang melakukan pemakaian pada warnet lokal akan disebut roaming user.
5
3. Metode Penelitian