THE MODIFICATION OF CORN SHELLER MACHINE MODIFIKASI ALAT PEMIPIL JAGUNG

(1)

ABSTRACT

THE MODIFICATION OF CORN SHELLER MACHINE

By

NURDIN AR RASID

One of mechanical devices used to process post harvested corn is a corn sheller. Today, there are many farmers shelling corn manually with hand, so that a semi mechanical corn sheller is required. Rivanto (2009) had designed a semi mechanical corn sheller with capacity of 1.21 kg corn cobs/minute. Some problems and weakness of the machine were found. Bigger sized cob was stucked off in the frame holder while shelling the corn cob. This problem would require modifications to improve the Rivanto’s machine performance and to get proper sheller cylinder.

This research was conducted from December 2012 to March 2013 in laboratory of farm machineries and equipment in Agricultural Engineering Department of Faculty of Agriculture in Lampung University. The modified part was the cylinder of sheller by using 4, 8, and 12 segments of serrations. Each cylinder received 3 treatments. The cylinder was fed by 1 cob (T1), 2 cobs (T2), and 3 cobs (T3) with three replications.

This research was successful to modify the corn sheller machine with dimension of 100 cm x 50 cm x 115 cm with three types of sheller cylinders. The mechanism principle of this corn sheller was that the sheller cylinder in the middle of holder cylinder was operated by human power through hand crank with 50 to 70 rpm. The results showed that the highest yield (96%) was obtained by corn sheller with 4 serrations while 4% remained unshelled. The lowest yield (92%) was obtained by corn sheller with 12 serrations while 8% remained unshelled. From all treatments, the best result was corns sheller with 4 serrations fed with 3 corn cobs with percentage of 99.40% good shelled weight and 0.60% poor shelled. The lowest result with biggest damage was in the corn sheller with 8 serrations fed with 1 corn cob. The result was 97.53% good shelled and 2.47% poor shelled. The highest capacity (1.58 kg corn cobs/minute) was obtained by the corn sheller machine with 4 serrations.


(2)

ABSTRAK

MODIFIKASI ALAT PEMIPIL JAGUNG

Oleh

NURDIN AR RASID

Salah satu peralatan mekanis untuk penanganan pascapanen jagung adalah alat pemipil jagung. Masih banyak petani kecil yang melakukan pemipilan dengan menggunakan tangan, maka diperlukan alat pemipil jagung semi mekanis. Rivanto (2009) telah mendesain alat pemipil jagung semi mekanis dengan kapasitas 1,21 kg jagung tongkol/menit. Ditemukan beberapa kendala dan kelemahan dari alat tersebut yaitu tersangkutnya tongkol jagung yang berukuran besar pada alat dan kedudukan rangka yang sering mengalami pergeseran pada waktu proses pemipilan. Sehingga, perlu dilakukan modifikasi alat pemipil jagung untuk meningkatkan kinerja alat hasil rancangan Rivanto dan mendapatkan bentuk silinder pemipil yang sesuai.

Penelitian dilaksanakan bulan Desember 2012 hingga Maret 2013 di

Laboratorium Daya, alat, dan mesin pertanian Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bagian yang dimodifikasi adalah silinder

pemipil, dengan 4, 8 dan 12 ruas bagian gerigi. Masing-masing silinder dilakukan 3 perlakuan, yaitu silinder diisi dengan 1 tongkol (T1), 2 tongkol (T2) dan 3 tongkol (T3), dengan ulangan sebanyak 3 kali.

Penelitian ini telah berhasil memodifikasi alat pemipil jagung berdimensi 100 cm x 50 cm x 115 cm, dengan tiga macam silinder pemipil. Prinsip kerja alat pemipil jagung ini adalah silinder pemipil yang ada ditengah silinder penahan digerakkan dengan tenaga manusia melalui engkol dengan putaran antara 50 sampai 70 rpm. Pada penelitian ini diketahui pemipil 4 gerigi adalah pemipil dengan hasil pipilan terbanyak yaitu 96% dan hanya 4% yang tidak terpipil. Pemipil 12 gerigi adalah pemipil dengan hasil terendah yaitu 92% dan 8% yang tidak terpipil. Pada semua perlakuan hasil pipilan terbaik terdapat pada pemipil dengan 4 gerigi yang diisi dengan 3 tongkol jagung dengan persentase berat terpipil baik 99,40% dan berat terpipil rusak 0,60%. Hasil terendah dengan kerusakan terbesar didapati pada pemipil dengan 8 gerigi yang diisi 1 tongkol jagung, dimana hasil pipilan 97,53% jagung terpipil baik dan 2,47% jagung yang rusak. Kapasitas kerja tertinggi pada pemipil jagung semi mekanis ini terdapat pada pemipil 4 gerigi yaitu 1,58 kg jagung tongkol/menit


(3)

MODIFIKASI ALAT PEMIPIL JAGUNG

Oleh Nurdin Ar Rasid

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada

Jurusan Teknik Pertanian

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Gunung Madu Plantations, Lampung Tengah pada tanggal 23 Desember 1988, anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak Suparno dan Ibu Sudaryani. Jenjang pendidikan sekolah dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Gunung Madu pada tahun 2001, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) diselesaikan di SMP „Satya Dharma Sudjana’ Gunung Madu pada tahun 2004, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) diselesaikan di SMK PGRI 2 Terbanggi Besar pada tahun 2007..

Pada tahun 2007 penulis diterima sebagai mahasiswa di Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

Selama masa studi penulis juga aktif di organisasi intrakampus sebagai anggota bidang danus HIMATEKTAN periode 2008/2009. Pada tahun 2009, penulis melaksanakan kegiatan Praktik Umum selama 40 hari di “PT GUNUNG MADU PLANTATIONS” Lampung Tengah.


(8)

Dengan nama Allah yang maha pengasih lagi maha

penyayang.

Dengan penuh syukur kupersembahkan karyaku ini untuk

semua orang yang berarti dalam kehidupanku.

Yang berusaha membuatku berada dalam titian waktu, Yang

senantiasa membuatku berada dalam setiap desahan nafas,

Dan yang selalu menyertaiku disetiap doa dan sujudnya.

Untuk kedua orang tuaku tercinta, kakak, dan adikku

tersayang atas segala kasih saying dan perhatian yang telah

tercurahkan selama ini

Serta untuk seseorang yang akan menjadi pendamping

hidupku kelak.


(9)

“Hai orang

-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalat

menjadi pembantumu (untuk mencapai cita-citamu karena

sabar dan shalat itu menenangkan jiwa, menetapkan hati

menjadi benteng dan selalu mendorong berbuat baik).

Sesungguhnya Allah SWT beserta (mendampingi) orang-orang

yang sabar”.

(QS; AL BAQARAH : 154)

Sesungguhnya Shalatku, ibadahku hidup dan matiku

semata-mata hanyalah untuk Allah Semesta Alam.

Dalam suatu perjalanan hidup, cita-cita terbesar adalah

menuju kesempurnaan, ada kalanya kita mesti berjuang,

serta belajar menyikapi segala rahasia kehidupan.

Janganlah lemah dan janganlah bersedih. Karena kalian

termasuk umat yang ditinggikan jika kalian termasuk

orang-orang yang beriman,

{Ali Imran : 139)


(10)

SANWACANA

Puji dan syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Dengan judul “Modifikasi Alat Pemipil Jagung” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian di Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Ir. Budianto Lanya, M.T., selaku Dosen Pembimbing Utama dan Dosen Pembimbing Akademik atas kesediaannya memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini.

2. Bapak Dr. Ir. Tamrin, M.S., selaku Dosen Pembimbing Kedua atas

kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini.

3. Bapak Dr. Ir. Sugeng Triyono, M.Sc., selaku Dosen Penguji Utama pada ujian skripsi, atas masukan dan saran sehingga skripsi ini dapat selesai. 4. Bapak Dr. Ir. Agus Haryanto, M.P., selaku Ketua Jurusan Teknik Pertanian

Fakultas Pertanian Unversitas Lampung.

5. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.


(11)

6. Orang tua yang memberikan motivasi, kakak dan adik atas do’a, dukungan, semangat untuk terus berkarya.

7. Teman-temanku di Teknik Pertanian yang telah memberikan bantuan tenaga, semangat, dukungan dan motivasi.

Semoga seluruh amal baik yang telah Bapak, Ibu, dan rekan-rekan berikan kepada penulis mendapatkan pahala dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan sedikit harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bandarlampung, Mei, 2014 Penulis


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

1. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 3

C. Manfaat Penelitian ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

A. Tanaman jagung ... 4

B. Penanganan Jagung Pasca Panen ... 4

C. Alat Pemipil Jagung ... 7

D. Prinsip Kerja Alat Pemipil Jagung ... 8

E. Komponen Alat Pemipil Jagung ... 10

F. Umur Alat Pemipil Jagung ... 12

III. METODE PENELITIAN ... 13

A. Waktu dan Tempat ... 13

B. Alat dan Bahan ... 13

C. Metode Penelitian ... 13

1. Pengamatan Alat yang Telah Ada ... 15

2. Perancangan Alat ... 16


(13)

D. Analisis Data ... 23

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24

A. Alat Pemipil Jagung ... 24

B. Analisis Teknis ... 25

C. Hasil Pengujian ... 27

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 35

A. Kesimpulan ... 35

B. Saran ... 36

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ... 39

Gambar 10 – 11 ... 39


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Teks Halaman

1. Modifikasi alat pemipil jagung skala kecil ... 15

2 Persentase berat hasil pemipilan jagung ... 28

3. Hasil pemipilan jagung ... 30

4. Hasil pengujian kapasitas kerja alat ... 33

Lampiran 5. Data jumlah butiran jagung tiap tongkol yang akan diuji dengan menggunakan 4 gerigi ... 41

6. Hasil uji kerja alat terhadap pemipilan jagung tongkol pada 4 gerigi ... 42

7. Hasil rata-rata pemipilan jagung tongkol per perlakuan pada 4 gerigi ... 42

8. Hasil rata-rata persentase pemipilan jagung tongkol pada 4 gerigi ... 42

9. Hasil perhitungan persentase kondisi jagung berdasarkan berat sampel pada 4 gerigi ... 43

10. Kebutuhan daya pada alat pemipil jagung semi mekanis pada 4 gerigi ... 43

11. Data Jumlah butiran jagung tiap tongkol yang akan diuji dengan menggunakan 8 gerigi ... 50

12. Hasil uji kerja alat terhadap pemipilan jagung tongkol pada 8 gerigi ... 51

13. Hasil rata-rata pemipilan jagung tongkol per perlakuan pada 8 gerigi ... 51


(15)

14. Hasil rata-rata persentase pemipilan jagung tongkol

pada 8 gerigi ... 51 15. Hasil perhitungan persentase kondisi jagung berdasarkan berat

sampel pada 8 gerigi ... 52 16. Kebutuhan daya pada alat pemipil jagung semi mekanis pada

8 gerigi ... 52 17. Data jumlah butiran jagung tiap tongkol yang akan diuji dengan

menggunakan 12 gerigi ... 59 18. Hasil uji kerja alat terhadap pemipilan jagung tongkol pada

12 gerigi ... 60 19. Hasil rata-rata pemipilan jagung tongkol per perlakuan pada

12 gerigi ... 60 20. Hasil rata-rata persentase pemipilan jagung tongkol pada

12 gerigi ... 60 21. Hasil perhitungan persentase kondisi jagung berdasarkan berat

sampel pada 12 gerigi ... 61 22. Kebutuhan daya pada alat pemipil jagung semi mekanis pada


(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Teks Halaman

1. Alat pemipil jagung tipe bangku. ... 10

2. Prosedur penelitian modifikasi alat pemipil jagung skala kecil. ... 14

3. Silinder pemipil jagung ... 15

4. Alat pemipil jagung sebelum dimodifikasi ... 16

5. Alat pemipil jagung setelah dimodifikasi ... 18

6. Silinder pemipil ... 19

7. Alat pemipil jagung semi mekais hasil modifikasi ... 24

8. Silinder pemipil ... 26

9. Kebutuhan daya pada beberapa jenis gerigi pemipil ... 32

Lampiran 10. Alat Pemipil jagung ... 39


(17)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting kehidupan manusia yang dapat menunjang pertumbuhan ekonomi suatu negara, terutama di Indonesia. Jagung merupakan bahan baku industri pakan dan pangan serta sebagai makanan pokok di beberapa daerah di Indonesia. Dalam bentuk biji utuh, jagung dapat diolah misalnya menjadi tepung jagung, beras jagung, dan makanan ringan (pop corn dan jagung marning). Jagung dapat pula diproses menjadi minyak goreng, margarin, dan formula makanan. Dalam upaya penumbuhan agro industri (industri kecil tepung jagung) dan agribisnis jagung untuk industri pakan dan industri lainnya, kegiatan pemipilan merupakan salah satu mata rantai yang paling kritis. Hal ini tercermin masih tingginya kehilangan hasil jagung ditingkat petani pada tahap pemipilan yang mencapai 4% dan total kehilangan hasil jagung pada tingkat petani 5,2% (Sudjudi, 2004).

Sampai saat ini banyak alat pemipil jagung yang telah dihasilkan oleh pemerintah maupun swasta dengan maksud untuk meningkatkan efisiensi penggunaan tenaga dan waktu serta menekan kehilangan jagung dalam penanganan pasca panen. Namun karena kurangnya sosialisasi dari penggunaan dan manfaat dari alat tersebut, serta faktor kemudahan pengoperasian dan tingkat kesulitan


(18)

2

Teknologi pasca panen yang belum tepat penggunaannya, menjadikan banyak petani mencari cara lain untuk memipil jagung. Selain itu ada beberapa petani yang menjual jagung secara utuh dan belum terpipil. Karena selain harga alat pemipil jagung tergolong mahal, petani juga tidak ingin repot untuk memproses jagung. Jagung pipilan bernilai ekonomi lebih tinggi dari jagung utuh. Para petani hanya sedikit yang menggunakan alat pemipil jagung karena masih banyak petani kecil yang melakukan pemipilan dengan tangan.

Salah satu peralatan mekanis untuk penanganan pascapanen jagung adalah alat pemipil jagung. Saat ini, alat pemipil jagung mekanis sangat susah diperoleh petani, maka diperlukan alat pemipil jagung semi mekanis. Alat pemipil

menerapkan teknologi sederhana yang dapat membantu petani dalam penanganan pascapanen dan mudah diperoleh dengan harga terjangkau, sehingga petani kecil dapat dengan mudah mengoperasikannya (Harmaji, 2007).

Alat pemipil jagung merupakan salah satu alat yang dirancang untuk memperbaiki hasil jagung pipilan. Rivanto (2009) telah mendesain alat pemipil jagung semi mekanis. Setelah dilakukan pengujian oleh Rivanto ditemukan beberapa kendala dan kelemahan dari alat tersebut yaitu tersangkutnya tongkol jagung yang

berukuran besar pada alat dan kedudukan rangka alat yang sering mengalami pergeseran pada waktu proses pemipilan. Alat pemipil jagung semi mekanis perlu dimodifikasi dengan rancangan sederhana, sehingga mudah direplikasi oleh bengkel setempat, atau bahkan oleh petani sendiri baik secara perorangan maupun secara kelompok.


(19)

3

B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kinerja alat pemipil jagung sebelumnya dan mendapatkan bentuk silinder pemipil yang sesuai.

C. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan ukuran dan rancangan alat pemipil jagung yang tepat sehingga petani dapat lebih mudah memipil jagung dan dapat meningkatkkan kapasitas pemipilan, dengan hasil pemipilan yang baik.


(20)

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman jagung

Jagung (Zea mays) adalah tanaman semusim yang berasal dari Amerika

Tengah (Meksiko Bagian Selatan). Budidaya jagung telah dilakukan di daerah ini, lalu teknologi ini dibawa ke Amerika Selatan (Ekuador). Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi antara 1 m sampai 3 m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6 m. Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi atau gandum. Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolific (Purwono, 2005).

B. Penanganan Jagung Pasca Panen

Waktu panen menentukan mutu biji jagung, pemanenan yang terlalu awal menyebabkan banyak butir muda sehingga kualitas rendah dan tidak tahan simpan. Pemanenan yang terlambat menurunkan kualitas dan meningkatkan kehilangan hasil. Jagung siap panen ditandai dengan daun dan batang tanaman mulai menguning dan berwarna kecoklatan pada kadar air sekitar 35 - 40%. Panen optimum merupakan saat panen yang paling tepat untuk mendapatkan


(21)

5

kualitas hasil panen yang baik. Pada umumnya kadar air jagung yang dipanen pada kondisi optimal tersebut sesuai untuk konsumsi sebagai pangan, pakan dan industri. Penundaan kegiatan panen akan menurunkan kualitas jagung (Anonim, 2010).

Mutu jagung yang berstandar, diperlukan teknologi penanganan pascapanen jagung, terutama di tingkat petani, untuk menghasilkan produk yang lebih

kompetitif dan mampu bersaing di pasar bebas. Proses pascapanen jagung terdiri atas serangkaian kegiatan yang dimulai dari pemetikan dan pengeringan tongkol, pemipilan tongkol, pengemasan biji, dan penyimpanan sebelum dijual ke

pedagang pengumpul. Semua proses tersebut apabila tidak tertangani dengan baik akan menurunkan kualitas produk karena berubahnya warna biji akibat terinfeksi cendawan, jagung mengalami pembusukan, tercampur benda asing yang

membahayakan kesehatan (Firmansyah, 2006).

Prinsip pengeringan dengan cara penjemuran adalah memanfaatkan perpindahan suhu panas sinar matahari ke sekeliling bahan yang dikeringkan. Hal yang perlu diperhatikan dalam penjemuran tongkol atau biji jagung secara langsung di lapang adalah adanya sifat higroskopis bahan, sehingga selama proses pengeringan berlangsung terjadi kenaikan kadar air biji. Kenaikan kadar air biji akan terjadi apabila tekanan uap air jenuh di sekeliling bahan meningkat, karena adanya tekanan osmotik dari jaringan pipa kapiler tanah di bawah tempat penjemuran, atau suhu di lingkungan penjemuran turun pada malam hari. Cara penjemuran jagung yang umum dilakukan petani adalah: (a) dikeringkan langsung bersama tongkol setelah panen, (b) dikeringkan setelah dirontok atau dipisahkan dari janggel, (c) tongkol dikupas dan dikeringkan terlebih dahulu selama dua hari


(22)

6

untuk mencapai kadar air <20%, dirontok, kemudian dikeringkan lagi, (d) penundaan pengeringan dan jagung langsung dikarungkan, disimpan 1 - 2 hari, dipipil dan dijual (Firmansyah et al, 2011).

Alat pemipil biji jagung membantu mengurangi kerusakan biji jagung dan mempercepat proses pengeringan. Proses pemipilan akan berlangsung dengan mudah dan kualitas pipilan tinggi apabila tanaman sudah mencapai umur panen yang ditentukan dan kadar air biji pada saat panen rendah (<18%). Seperti kegiatan pengeringan, pemipilan jagung dapat dilakukan secara manual dengan tangan atau secara mekanis dengan bantuan alat-mesin. Pemipilan secara manual dilakukan dengan cara memipil biji satu per satu dari tongkolnya, baik dengan tangan maupun dengan bantuan alat sederhana. Pemipilan jagung secara mekanis bertenaga gerak motor listrik telah banyak dibuat oleh bengkel alat dan mesin pertanian di pedesaan, industri lokal, lembaga penelitian, dan perguruan tinggi. Sebagian besar alat pemipil yang ada di pasar saat ini hanya cocok untuk pemipilan jagung dengan kadar air <18%.

Penyimpanan jagung pada suhu ruang simpan 28ºC, kelembaban udara nisbi 70%, dan kadar air 14%, biji jagung masih mempunyai daya tumbuh 92% setelah disimpan selama enam bulan, sedangkan pada suhu simpan 38ºC daya tumbuh jagung menurun menjadi 81%. Harga jagung umumnya rendah pada musim panen raya karena produksi yang berlebihan. Petani tidak dapat menunda

penjualan jagungnya, karena tidak memiliki fasilitas penyimpanan yang memadai. Mereka umumnya menyimpan jagung dalam jumlah kecil, untuk keperluan benih dan konsumsi keluarga. Dengan menyimpan selama beberapa bulan saja, petani akan memperoleh tambahan pendapatan karena harga jagung biasanya meningkat


(23)

7

beberapa bulan setelah panen raya. Sebelum disimpan, biji/benih sebaiknya dikemas terlebih dahulu dalam kantung plastik, kemudian baru disimpan dalam fasilitas penyimpan yang terbuat dari bahan kayu atau multiplek (Firmansyah, 2006).

C. Alat Pemipil Jagung

Secara umum ada 3 mesin pemipil jagung yang biasa digunakan masyarakat yaitu mesin pemipil jagung kikian, mesin pemipil jagung model TPI, dan mesin pemipil jagung tipe ban.

1. Mesin pemipil jagung kikian

Mesin pemipil jagung kikian adalah mesin pemipil jagung tradisional.

Rangkanya terbuat dari kayu dan diletakkan seng berlubang dibagian tengah. Pengoprasian mesin pemipil jagung kikian adalah dengan menggesekkan jagung ke seng berlubang sehingga gaya gesek akan melepaskan biji-biji jagung dari tongkolnya.

2. Mesin pemipil jagung TPI

Mesin pemipil jagung TPI adalah mesin pemipil jagung manual yang

digunakan pada jagung dengan ukuran tertentu. Pengoperasian mesin pemipil jagung TPI ini sangat mudah yaitu dengan cara jagung yang telah terkelupas dimasukkan pada mesin pemipil kemudian diputar dengan pemberian tekanan pada kedua tangan operator.

3. Mesin pemipil jagung tipe ban

Mekanisme pemipilan dilakukan oleh silinder pemipil dan silinder penahan. Silinder pemipil berfungsi untuk menggerakkan tongkol jagung dan


(24)

8

Alat pemipil jagung yang digerakkan dengan menggunakan mesin dapat

meningkatkan kinerja. Meskipun Indonesia mengimpor jagung saat kekurangan pasokan, sebagian dari produksi jagung Indonesia juga diekspor saat panen raya. Peluang tersebut dapat diwujudkan melalui pengoperasian mesin pemipil yang dapat menekan tingkat kerusakan biji (Tastra, 2003).

Yang perlu diperhatikan sebelum proses pemipilan menggunakan mesin pemipil adalah sebagai berikut :

1. Bentuk dan kontruksi gigi pemipil

Bentuk dan konstruksi gigi pemipil merupakan salat satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam mendisain mesin pemipil karena sangat berpengaruh ter-hadap kinerja alat dalam merontok jagung

2. Jarak ujung gigi pemipil dengan sarangan

Jarak antara ujung gigi pemipil dengan sarangan berpengaruh terhadap mutu jagung hasil pipilan dan kapasitas pemipilan. Apabila jaraknya terlalu besar (renggang) dapat mengakibatkan susut yang tinggi karena jumlah biji jagung yang tidak terpipil masih tinggi dan apabila terlalu rapat berdampak pada persentase biji pecah yang tinggi. Oleh karena itu disarankan menggunakan alat pemipil yang memiliki jarak ujung gigi pimipil dengan sarangan sama dengan ¾ dari diameter rata-rata jagung bertongkol (Aqil, 2010).

D. Prinsip Kerja Alat Pemipil Jagung

Pemipil berarti melepas biji dari tongkol, memisahkan tongkol, memisahkan kotoran dan mengangkut jagung pipilan. Sedangkan alat pemipil adalah alat yag meringankan pemipilan sehingga tidak butuh banyak tenaga dan banyak waktu


(25)

9

yang terbuang. Alat yang digunakan bisa secara manual maupun dengan mesin penggerak. Alat pemipil jagung tanpa menggunakan mesin penggerak motor yang digunakan antara lain : pemipil engkol (dengan tangan), dan pemipil pedal threser (dengan kaki). Pada saat ini tidak sedikit masyarakat yang masih memipil jagung secara tradisional yaitu memipil jagung dengan menggunakan tangan. Pemipilan dengan menggunakan tangan membutuhkan waktu yang lama dalam memipil. Keadaan demikian tentu akan memperlambat proses penanganan jagung pasca panen, sehingga membutuhkun terobosan dan innovasi pemipil jagung

berkapasitas besar dengan waktu yang singkat dan tidak mangakibatkan sakit pada tangan.

Alat pemipil jagung manual terdiri dari alat pemipil yang digerakkan dengan engkol (dengan tangan), dan alat pemipil jagung yang digerakkan dengan digayuh (dengan kaki). Alat pemipil jagung yang digerakkan dengan engkol bekerja memanfaatkan gaya putar silinder yang digerakkan tangan (manual) yang bersentuhan langsung dengan jagung. Gerakan memutar silinder yang bergerigi akan memipil jagung secara perlahan dan bergantian kesemua bagian jagung. Memutarnya silinder akan membuat jagung ikut memutar dan memipil bagian jagung yang belum terpipil. Setelah jagung masuk melalui hooper dan terpipil, jagung pipilan keluar dalam benuk butiran. Sedangkan, alat pemipil jagung yang digerakkan dengan digayuh (dengan kaki), bekerja dengan memanfaatkan gaya putar silinder yang digerakkan dengan gayuhan (dengan kaki) yang bersentuhan langsung dengan jagung. Sama halnya dengan pemipil yang menggunakan tangan, gerakan memutar silinder yang bergerigi akan memipil jagung secara perlahan dan bergantian kesemua bagian jagung. Memutarnya silinder akan


(26)

10

membuat jagung ikut memutar dan memipil bagian jagung yang belum terpipil. Setelah jagung masuk melalui hooper dan terpipil, jagung pipilan keluar dalam bentuk butiran (Susanto dkk, 2005).

E. Komponen Alat pemipil Jagung

Komponen alat pemipil jagung sangat beragam dan tidak selalu sama antara komponen satu pemipil jagung dengan satu komponen pemipil jagung yang lain. Banyak hal yang menjadikan berbagai ragam dan bentuk juga komponen yang melengkapi alat pemipil jagung demi memaksimalkan kinerja pemipil jagung tersebut. Ada pemipil jagung yang mampu meningkatkan kapasitas, namun dalam kualitas hasil jagung pipilan cukup buruk, karena itu, komponen pada pemipil jagung sangat beragam. Berikut komponen utama yang harus dimiliki sebagai komponen inti dari alat pemipil jagung.

Konstruksi pemipil jagung model bangku terdiri atas silinder pemipil, engkol pemutar, ruang pemipil, bangku, dan pengarah (corong) jagung pipilan. Bahan konstruksi 90% dibuat dari kayu kecuali untuk gigi pemipil, engkol pemutar, as silinder pemipil, dan corong pengarah biji jagung yang dibuat dari besi dapat dilihat pada Gambar 1


(27)

11

Silinder pemipil dibuat dari kayu dengan diameter 200 mm dan panjang 300 mm untuk tempat kedudukan gigi pemipil. Gigi pemipil dibuat dari besi beton

berdiameter 6 mm dengan panjang 30 mm yang salah satu ujungnya dibuat pipih. Besi ditancapkan pada silinder kayu sedalam 15 mm yang sebelumnya telah dilubangi dengan kedalaman 5 mm. Gigi perontok disusun dalam baris di sepanjang silinder dengan jarak antargigi 30 mm dan jarak antarbaris 30 mm, serta masing-masing gigi antar baris diposisikan selang-seling. Deretan gigi pemipil dalam baris dipasang membentuk garis dengan kemiringan 15 derajat terhadap lingkaran pinggir silinder pemipil. Hal ini dimaksudkan agar proses pemipilan menjadi lebih ringan karena gigi pemipil dalam satu baris bekerja secara bergantian, serta untuk memudahkan pemutaran tongkol jagung pada saat dipipil. Pada baris gigi pemipil dipasang deretan paku 25 mm sejajar baris gigi pemipil. Paku ditancapkan sedalam 15 mm dan sisanya ditekuk ke arah

berlawanan dengan arah putaran silinder pemipil pada saat proses pemipilan, tetapi posisi kepala paku masih di atas permukaan silinder pemipil. Paku berfungsi untuk membantu memutar tongkol jagung. Dalam pengoperasiannya, operator duduk di bagian bangku kemudian tangan kanan memutar engkol ke arah depan dan tangan kiri mengambil dan meletakkan tongkol di atas silinder pemipil dengan posisi tongkol memanjang sejajar silinder pemipil. Pada saat silinder pemipil diputar, tongkol ditahan menggunakan telapak tangan kiri dengan cara memberi tekanan ringan sehingga tidak menimbulkan kelelahan pada telapak tangan, dan tongkol dapat berputar. Pemipil jagung model bangku memiliki kapasitas 75 kg pipilan/jam dengan butir rusak kurang dari 1% dan tingkat kebersihan hampir 100% (Tjahjohutomo dan Harsono, 2006).


(28)

12

F. Umur Alat Pemipil Jagung

Umur yang dimiliki alat pemipil jagung ini sangat menentukan efisiensi dan efektifitas kerja. Semakin lama umur pemakaian alat pemipil jagung maka tingkat efisiensi dan efektifitas kerja mengalami penurunan, namun penurunan efektifitas produksi pemipilan ini dapat diperbaiki dengan perawatan yang intensif. Secara teori umur ekonomis suatu alat adalah 5 tahun. Perawatan yang baik dan

perbaikan yang berkala akan menambah umur alat pemipil jagung mampu digunakan lebih dari umur 5 tahun (Tjahjohutomo dan Harsono, 2006).


(29)

13

III. METODELOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga Maret 2013. Proses modifikasi dan pengujian alat pemipil jagung dilakukan di Laboratorium Daya, Alat dan Mesin Pertanian Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini meliputi: gergaji besi, meteran, mistar, siku, palu, peralatan las listrik dan las karbit, kunci pas, kunci inggris, jangka sorong, timbangan dan peralatan bengkel lainnya.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pipa besi diameter 2,5 inci (6,35 cm), 2 buah besi as atau poros berdiameter 20 mm, 2 buah klaher berdiameter 20 mm, besi siku (50 mm × 50 mm × 4 mm), sedangkan untuk pengujian pada alat menggunakan jagung tongkol dengan kadar air 18 - 20% bb atau jagung sudah bisa dipipil.

C. Metode Penelitian

Penelitian dimulai dari mengamati alat pemipil jagung sebelumnya. Alat pemipil jagung tersebut dianalisis penggunaannya, agar dapat diketahui bagian yang akan dimodifikasi untuk meningkatkan kinerja alat sebelumnya. Kapasitas pipilan alat


(30)

14

Tidak

Ya

pemipil jagung sebelumnya adalah 1,21 kg jagung tongkol/menit dengan silinder pemipil yang tersusun secara vertikal dengan 8 bagian gerigi. Prosedur yang akan dilakukan dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Prosedur penelitian modifikasi alat pemipil jagung skala kecil

Bagian yang dimodifikasi adalah : Silinder pemipil, dengan 4, 8 dan 12 ruas bagian pada Gambar 3. Setelah alat dapat beroperasi dengan baik

Mulai

Pengamatan alat yang telah ada

Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk

memodifikasi

Modifikasi Alat: Silinder Pemipil

Pembuatan alat

Pengujian alat

Memenuhi Kriteria desain

Selesai

Perbaikan


(31)

15

pengujian dan pengambilan data dapat dilakukan. Jika alat tersebut belum beroperasi dengan baik maka perlu perbaikan ulang dan selanjutnya dilakukan pengujian dan pengambilan data kembali.

Gambar 3. Silinder pemipil yang akan dimodifikasi

1. Pengamatan Alat yang Telah Ada

Alat mesin pemipil jagung yang belum dimodifikasi ditampilkan pada gambar 4. Kegiatan modifikasi terdiri dari pengamatan bagian-bagian alat terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan evaluasi data kinerja alat sebelum dimodifikasi.

Tabel 1. Modifikasi alat pemipil jagung skala kecil Bagian yang

dimoodifikasi

Sebelum dimodifikasi

Setelah

dimodifikasi Alasan Silinder Pemipil Silinder pemipil

terbuat dari pipa besi yang tersusun secara vertikal dengan 8 bagian

Silinder pemipil yang dilengkapi gerigi dengan panjang 4 cm yang terbuat dari besi plat setebal 5mm berbentuk zig-zag secara vertikal dengan 4, 8 dan 12 ruas bagian Untuk mendapatkan ukuran dan rancangan alat pemipil jagung yang tepat


(32)

16

2. Perancangan Alat

Perancangan alat ini dilakukan dengan pemilihan bagian alat yang dimodifikasi dan bahan pembuatnya serta ukuran, dan dilakukan pembuatan gambar teknik dari alat yang dimodifikasi.

Gambar 4. Alat pemipil jagung sebelum dimodifikasi

(a). Kriteria rancangan

Alat ini dirancang dengan kiteria sebagai berikut:

a. Memberi bentuk rangka yang lebih sederhana dan ringan sehingga dapat meningkatkan kenyamanan pada saat digunakan.

b. Mengurangi kehilangan tenaga yang ada sehingga penggunaan tenaga lebih efisien.

c. Alat pemipil jagung ini dapat digunakan untuk memipil jagung dengan beragam ukuran.


(33)

17

(b). Rancangan fungsional

Alat pemipil jagung skla kecil meliputi beberapa komponen antara lain : a. Rangka alat

Rangka alat berfungsi sebagai penyangga beban alat dan sebagai kaki untuk berdirinya alat.

b. Ruang pemipilan

Ruang pemipilan berfungsi sebagai tempat bahan jagung tongkol dapat dipipil, yang terletak di antara silinder pemipil dan silinder penahan. c. Poros

Poros berfungsi sebagai sumbu putar antara silinder pemipil dan silinder penahan.

d. Silinder Pemipil

Silinder pemipil berfungsi untuk memipil jagung sehingga biji jagung terpisah dari tongkolnya.

e. Silinder penahan

Silinder penahan berfungsi sebagai penahan jagung tongkol untuk mempermudah dalam pemipilan.

f. Selimut silinder penahan

Selimut silinder berfungsi sebagai penahan keluarnya jagung pipilan.

(c). Rancangan Struktural

Rancangan struktural alat pemipil jagung skala kecil terdiri dari rangka alat, ruang pemipilan, silinder pemipil, poros dan silinder penahan, yang dapat dilihat pada Gambar 5.


(34)

18

Gambar 5. Alat pemipil jagung setelah dimodifikasi.

a. Rangka alat

Bagian rangka tersusun atas 4 kaki yang terletak di bagian bawah dan terbuat dari besi siku ukuran 50 x 50 x 4 mm. Pada rangka alat ini, dua bagian di depan sebagai penopang alat pemipil dan dua bagian yang lain berada di belakang sebagai tempat duduk orang yang akan memipil. Jarak antar ruas rangka adalah 50 cm, sedangkan jarak rangka bagian depan dan bagian belakang adalah 100 cm.

b. Ruang pemipilan

Ruang pemipilan berbentuk tirus dengan ukuran bagian atas 5 cm dan bagian bawah 3,5 cm, serta memiliki ketinggian sebesar 36 cm, menyesuaikan dengan tinggi silinder pemipil.

100 50

1. Engkol

2. Rangka

3. Pemisah tongkol

4. Silinder pemipil

5. Silinder penahan

Satuan ; cm 115


(35)

19

4 gerigi 8 gerigi 12 gerigi

c. Silinder pemipil

Silinder pemipil terbuat dari pipa besi bediameter 2,5 inci (6,5 cm) dengan tinggi 36 cm. Silinder pemipil ini dilengkapi dengan gerigi dengan panjang 8 dan 4 cm yang terbuat dari besi behel berdiameter 5 mm berbenuk zig-zag yang tersusun secara vertikal dengan 4, 8 dan 12 ruas gerigi. Silinder pemipil ini bediri tegak yang terhubung langsung dengan poros sebagai tuas pemutarnya. Silinder pemipil dapat dilihat pada Gambar 6.

d. Poros

Poros terbuat dari besi dengan diameter 20 mm, panjangnya 50 cm, dan terdapat plat besi yang sejajar pada ujung poros atas dan bawah yang berfungsi sebagai dudukan silinder pemipil. Poros terletak di tengah silinder pemipil, sehingga silinder pemipil secara langsung terikat dengan poros dan setiap gerakan poros akan selalu diikuti silinder pemipil.


(36)

20

e. Silinder penahan

Silinder penahan berbentuk silinder dengan diameter bagian atas 22 cm dan diameter bagian bawah 20 cm. Dindingnya terbuat dari besi behel berdiameter 5 mm dengan jarak 1 cm, yang tepasang berdiri membentuk

lingkaran mengitari silinder pemipil. Tinggi silinder penahan ini 36 cm.

3. Tahap Uji Coba dan Pengambilan Data

Tahap uji coba dan pengambilan data dilakukan dengan mengamati seluruh kinerja komponen alat yang berfungsi untuk memastikan semua komponen dapat bekerja dengan baik, setelah itu langkah selanjutnya adalah pengujian pemipilan jagung tongkol, uji efisiensi dan efektifitas alat dengan cara mencari kapasitas optimum alat tersebut.

(a) Pengujian pemipilan jagung tongkol

Pengujian pemipilan ini dilakukan dengan cara menguji ruang pemipil dengan memasukkan sampel jagung tongkol dengan 3 kali perlakuan yaitu dengan memasukkan 1 tongkol jagung (P1), memasukkan 2 tongkol jagung (P2), dan dengan memasukkan 3 tongkol jagung (P3). Setelah memasukkan sampel, engkol diputar dengan putaran (60 - 70) rpm. Jumlah butir jagung dihitung terlebih dahulu sebelum dan sesudah dilakukan pemipilan agar dapat mempermudah dalam pengamatan, setelah itu menghitung persentase keberhasilan pipilan yang dilanjutkan dengan menghitung efisiensi waktu pemipilan.


(37)

21

(b). Pengujian kapasitas kerja alat

Kapasitas kerja alat dihitung dengan memasukkan sampel jagung tongkol sebanyak 3 kg secara kontinyu ke dalam alat pemipil dan mencatat waktu yang diperlukan. Pengujian kapasitas kerja alat ini dilakukan dengan 3 kali ulangan dan putaran silinder pemipil dipertahankan pada putaran (60 - 70) rpm.

Kemampuan untuk pemipil jagung dinyatakan dengan kg/jam, yang dapat dihitung menggunakan rumus:

... (1) Keterangan: KK = kapasitas kerja (kg jagung tongkol/jam)

(c). Pengamatan

Pengamatan dilakukan pada proses pengujian alat pemipil jagung terhadap sampel jagung tongkol yang akan dipipil yaitu dengan cara menghitung jumlah butiran jagung yang akan dipipil sebelum dan sesudah dilakukan pemipilan. Pengujian dilakukan dengan memisahkan jagung yang terpipil dengan baik, jagung yang tidak terpipil dan yang rusak pada tiap sampelnya. Pengamatan yang dilakukan yaitu:

a. Persentase jagung terpipil (PJT) dihitung menggunakan rumus :

PJT

% ...

(2)

Keterangan: PJT = Persentase jagung terpipil (%) JBT = Jumlah butir terpipil (butir) JBK = Jumlah butir keseluruhan (butir)


(38)

22

b. Persentase tingkat kerusakan pipilan (PTKP) dihitung menggunakan rumus:

× 100% ... (3)

Keterangan: PTKB = Persentase tingkat kerusakan pipilan (%) BJR = Berat jagung yang rusak (gr)

BJK = Berat jagung keseluruhan (gr)

c. Persentase jagung yang tidak terpipil (PJTT) dihitung menggunakan rumus:

× 100% ... (4) Keterangan: PJTT = Persentase jagung yang tidak terpipil(%)

JBJTT = Jumlah butir jagung yang tidak terpipil (butir) JBJK = Jumlah butir jagung keseluruhan (butir)

d. Waku pemipilan

Lamanya waktu pemipilan dihitung berdasarkan masing masing jumlah sampel jagung tongkol pengujian yang dipipil menggunakan stopwatch. e. Kebutuhan daya pada alat pemipil

Kebutuhan daya pada alat pemipil dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

P = F × v ... (5) v = ω× r ... (6) F = W×g ... (7) Keterangan :

P = daya (Watt)

v = kecepatan (m/detik)


(39)

23

r = jari-jari (m) F = gaya (N)

W = beban tarik (kg)

g = percepatan gravitasi (m/detik²)

D. Analisis Data

Data percobaan, pengamatan dan perhitungan yang diperoleh, dianalisis dan disajikan dalam bentuk tabel, grafik dan histogram.


(40)

36

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, beberapa simpulan yang dapat diambil ialah sebagai berikut:

1. Penelitian ini telah berhasil memodifikasi alat pemipil jagung semi mekanis berdimensi 100 cm x 50 cm x 115 cm, dengan tiga macam silinder pemipil. 2. Pemipil 4 gerigi adalah pemipil dengan hasil pipilan terbanyak yaitu sebesar

96% dan hanya 4% yang tidak terpipil. Pemipil 12 gerigi merupakan. pemipil dengan hasil terendah yaitu hanya 92% dan sisa pipilan terbesar yaitu 8%. Dan pemipil 8 gerigi hasil pipilan 93% dan hanya 7% sisa pipilannya.

3. Proses pemipilan dipengaruhi oleh jumlah jagung tongkol yang dimasukkan ke ruang pipilan dan dipipil secara bersamaan.

4. Hasil pipilan terbaik terdapat pada pemipil dengan 4 gerigi yang diisi dengan 3 jagung dengan persentase berat terpipil baik sebesar 99,40% dan berat terpipil rusak hanya 0,60%. Adapun hasil terendah dengan kerusakan terbesar didapati pada pemipil dengan 8 gerigi yang diisi 1 tongkol jagung, dimana hasil pipilan sebesar 97,53% jagung terpipil baik dan sebesar 2,47% jagung yang rusak. 5. Kapasitas kerja yang tertinggi pada pemipil jagung semi mekanis ini terdapat


(41)

36

B. Saran

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan yang telah dilakukan, saran yang dapat disampaikan oleh penulis yaitu: sebaiknya memperhitungkan panjang engkol yang tepat agar lebih sesuai dengan faktor ergonomika dan kebutuhan daya.


(42)

37

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Penanganan Pasca Panen Jagung. Balai Besar Litbang Pasca Panen. http://www.warintek.progressio.or.id. Diunduh, 2 September 2012.

Aqil, M. 2010. Pengembangan Metodologi untuk Penekanan Susut Hasil pada Proses Pemipilan Jagung. Jurnal litbang pertanian, Vol.29, No.3: 464 – 472.

Firmansyah, U.I. 2006. Teknologi pengeringan dan pemipilan untuk perbaikan mutu biji jagung. Jurnal Litbang Pertanian, Vol.22, No.3:330 - 342. Firmansyah, U.I, M. Aqil, dan Y. Sinuseng. 2011. Penanganan Pasca Panen

Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros.

Harmaji. 2007. Rancang Bangun Alat Pemipil Jagung Semi Mekanis. Skripsi. Universitas Lampung.

Purwono. 2005. Seri Agribisnis Bertanam Jagung Unggul. Penebar Swadaya. Bogor.

Rivanto, R. 2009. Modifikasi Alat Pemipil Jagung Semi Mekanis. Skripsi. Universitas Lampung.

Sudjudi. 2004. Alat pemipil jagung mudah dan murah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Nusa Tenggara Barat.

Susanto, A., N. Dian, dan Kendriyanto. 2005. Alternatif Teknologi Pasca Panen dan Pengelolaan Jagung. Laporan Kegiatan BPTP Jawa Tengah. Bogor.

Tastra. 2003. Strategi penerapan alsintan pasca panen tanaman pangan. Jurnal Litbang Pertanian, Vol.22.No.3:95 - 102.

Tjahjohutomo, R. dan Harsono. 2006. Alat pemipil jagung sederhana tipe bangku. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol.28, No.4: 5 – 10.


(43)

38

Umar, S. 2010. Teknologi alat dan mesin paska panen sebagai komponen pendukung usaha tani jagung dilahan kering. Embryo Vol.7, No.2: 75 – 81.


(1)

b. Persentase tingkat kerusakan pipilan (PTKP) dihitung menggunakan rumus:

× 100% ... (3)

Keterangan: PTKB = Persentase tingkat kerusakan pipilan (%) BJR = Berat jagung yang rusak (gr)

BJK = Berat jagung keseluruhan (gr)

c. Persentase jagung yang tidak terpipil (PJTT) dihitung menggunakan rumus:

× 100% ... (4) Keterangan: PJTT = Persentase jagung yang tidak terpipil(%)

JBJTT = Jumlah butir jagung yang tidak terpipil (butir) JBJK = Jumlah butir jagung keseluruhan (butir) d. Waku pemipilan

Lamanya waktu pemipilan dihitung berdasarkan masing masing jumlah sampel jagung tongkol pengujian yang dipipil menggunakan stopwatch. e. Kebutuhan daya pada alat pemipil

Kebutuhan daya pada alat pemipil dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

P = F × v ... (5) v = ω× r ... (6) F = W×g ... (7) Keterangan :

P = daya (Watt)

v = kecepatan (m/detik)


(2)

g = percepatan gravitasi (m/detik²)

D. Analisis Data

Data percobaan, pengamatan dan perhitungan yang diperoleh, dianalisis dan disajikan dalam bentuk tabel, grafik dan histogram.


(3)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, beberapa simpulan yang dapat diambil ialah sebagai berikut:

1. Penelitian ini telah berhasil memodifikasi alat pemipil jagung semi mekanis berdimensi 100 cm x 50 cm x 115 cm, dengan tiga macam silinder pemipil. 2. Pemipil 4 gerigi adalah pemipil dengan hasil pipilan terbanyak yaitu sebesar

96% dan hanya 4% yang tidak terpipil. Pemipil 12 gerigi merupakan. pemipil dengan hasil terendah yaitu hanya 92% dan sisa pipilan terbesar yaitu 8%. Dan pemipil 8 gerigi hasil pipilan 93% dan hanya 7% sisa pipilannya.

3. Proses pemipilan dipengaruhi oleh jumlah jagung tongkol yang dimasukkan ke ruang pipilan dan dipipil secara bersamaan.

4. Hasil pipilan terbaik terdapat pada pemipil dengan 4 gerigi yang diisi dengan 3 jagung dengan persentase berat terpipil baik sebesar 99,40% dan berat terpipil rusak hanya 0,60%. Adapun hasil terendah dengan kerusakan terbesar didapati pada pemipil dengan 8 gerigi yang diisi 1 tongkol jagung, dimana hasil pipilan sebesar 97,53% jagung terpipil baik dan sebesar 2,47% jagung yang rusak. 5. Kapasitas kerja yang tertinggi pada pemipil jagung semi mekanis ini terdapat


(4)

dapat disampaikan oleh penulis yaitu: sebaiknya memperhitungkan panjang engkol yang tepat agar lebih sesuai dengan faktor ergonomika dan kebutuhan daya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Penanganan Pasca Panen Jagung. Balai Besar Litbang Pasca Panen. http://www.warintek.progressio.or.id. Diunduh, 2 September 2012.

Aqil, M. 2010. Pengembangan Metodologi untuk Penekanan Susut Hasil pada Proses Pemipilan Jagung. Jurnal litbang pertanian, Vol.29, No.3: 464 – 472.

Firmansyah, U.I. 2006. Teknologi pengeringan dan pemipilan untuk perbaikan mutu biji jagung. Jurnal Litbang Pertanian, Vol.22, No.3:330 - 342. Firmansyah, U.I, M. Aqil, dan Y. Sinuseng. 2011. Penanganan Pasca Panen

Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros.

Harmaji. 2007. Rancang Bangun Alat Pemipil Jagung Semi Mekanis. Skripsi. Universitas Lampung.

Purwono. 2005. Seri Agribisnis Bertanam Jagung Unggul. Penebar Swadaya. Bogor.

Rivanto, R. 2009. Modifikasi Alat Pemipil Jagung Semi Mekanis. Skripsi. Universitas Lampung.

Sudjudi. 2004. Alat pemipil jagung mudah dan murah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Nusa Tenggara Barat.

Susanto, A., N. Dian, dan Kendriyanto. 2005. Alternatif Teknologi Pasca Panen dan Pengelolaan Jagung. Laporan Kegiatan BPTP Jawa Tengah. Bogor.

Tastra. 2003. Strategi penerapan alsintan pasca panen tanaman pangan. Jurnal Litbang Pertanian, Vol.22.No.3:95 - 102.

Tjahjohutomo, R. dan Harsono. 2006. Alat pemipil jagung sederhana tipe bangku. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol.28, No.4: 5 – 10.


(6)