Perbedaan Jarak Antara Gigi Insisivus Sentralis Rahang Atas dengan Papila Insisivum Berdasarkan Ras dan Jenis Kelamin pada Mahasiswa FKG USU Angkatan 2007 dan 2008

(1)

PERBEDAAN JARAK ANTARA GIGI INSISIVUS

SENTRALIS RAHANG ATAS DENGAN PAPILA

INSISIVUM BERDASARKAN RAS DAN JENIS

KELAMIN PADA MAHASISWA FKG USU

ANGKATAN 2007 DAN 2008

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

PUSPA SIMANUNGKALIT NIM: 050600049

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Prostodonsia Tahun 2010

Puspa Simanungkalit

Perbedaan Jarak Antara Gigi Insisivus Sentralis Rahang Atas dengan Papila Insisivum Berdasarkan Ras dan Jenis Kelamin pada Mahasiswa FKG USU Angkatan 2007 dan 2008

xii + 59 Halaman

Pada pembuatan GTP khususnya tahap penyusunan anasir gigitiruan diperlukan pedoman. Salah satunya adalah dengan menggunakan pedoman biometrik. Papila insisivum merupakan salah satu pedoman biometrik pada intraoral. Jarak antara gigi insisivus sentralis RA dengan bagian posterior papila insisivum (jarak I-P) dapat digunakan untuk memprediksi posisi antero-posterior anasir gigitiruan insisivus sentralis rahang atas (RA). Menurut beberapa peneliti, jarak I-P bervariasi. Hal ini disebabkan beberapa faktor antara lain inklinasi gigi insisivus sentralis RA, tebal gigi insisivus sentralis RA, ukuran lengkung RA, resorbsi prosesus alveolaris RA, jenis kelamin dan ras. Pasien edentulus berasal dari kelompok ras dan jenis kelamin yang berbeda-beda. Untuk mempermudah penyusunan anasir gigitiruan insisivus sentralis RA perlu diketahui jarak I-P yang tepat untuk setiap ras dan jenis kelamin. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui validitas tidaknya pengaruh ras dan jenis kelamin terhadap jarak I-P.


(3)

Penelitian ini merupakan studi analitik yaitu membandingkan jarak I-P antara ras Kaukasoid dan Mongoloid serta antara jenis kelamin pria dan wanita. Teknik pengukuran pada penelitian ini adalah dilakukan pada model dengan mengukur jarak antara gigi insisivus sentralis RA dengan papila insisivum. Penelitian ini melibatkan 60 orang mahasiswa FKG USU angkatan 2007 dan 2008 yang terdiri atas 30 orang ras Mongoloid dan 30 orang ras Kaukasoid, dan terdiri atas 28 orang pria dan 32 orang wanita yang telah memenuhi kriteria. Analisis data menggunakan dua jenis uji statistik yaitu uji Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui data sampel berdistribusi normal atau tidak dan uji-t untuk melihat perbedaan jarak I-P berdasarkan ras dan jenis kelamin.

Rerata jarak I-P pada ras Mongoloid adalah 12,72 + 1,08 mm. Rerata jarak I-P pada ras Kaukasoid adalah 12,79 + 1,14 mm. Pada ras Mongoloid, jarak I-P pada pria adalah 13,10 + 0,82 mm dan pada wanita adalah 12,28 + 1,19 mm. Pada ras Kaukasoid, jarak I-P pada pria adalah 13,10 + 1,13 mm dan pada wanita adalah 12,58 + 1,13 mm. Rerata jarak P pada pria adalah 13,10 + 0,95 mm. Rerata jarak I-P pada wanita adalah 12,45 + 1,15 mm.

Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan jarak I-P yang signifikan antara ras Mongoloid dan Kaukasoid berdasarkan uji-t (p=0,813). Pada ras Mongoloid terdapat perbedaan jarak I-P antara pria dan wanita (p=0,036). Namun, pada ras Kaukasoid tidak terdapat perbedaan jarak I-P antara pria dan wanita (p=0,226). Berdasarkan jenis kelamin terdapat perbedaan jarak I-P yang signifikan antara pria dan wanita (p=0,021). Pada pria, tidak terdapat perbedaan jarak I-P yang signifikan antara pria ras Mongoloid dan pria ras Kaukasoid (p=0,99). Begitu juga


(4)

pada wanita, tidak terdapat perbedaan jarak I-P yang signifikan antara wanita ras Mongoloid dan wanita ras Kaukasoid (p=0,476).


(5)

Dentistry Faculty

Department of Prosthodontics 2010

Puspa Simanungkalit

The difference of distance between maxillary central incisors with incisive papilla are based on race and gender of FKG USU students who were the generation of 2007 and 2008.

xii + 59 Pages

To make GTP especially in artificial arrangement phase needs guidances. One of them is using biometric guidance. Incisive papilla is one of the biometric guidances in intraoral. The distance between maxillary central incisors with the posterior of incisive papilla (I-P distance) can be used to estimate antero-posterior position of maxillary central incisors. According to some researchers, I-P distance varied. This due to several factors, they are inclination of maxillary central incisors, the thickness of maxillary central incisors, maxillary arch size, gender and race. Edentulous patients derives from different race and gender groups. To ease the arrangement of maxillary central incisor artificial, needs to know the appropriate I-P for each race and gender. The aim of this reseach was to know the validity of race and gender influences on I-P distance.

This analytic study was to compare I-P distance data between Caucasian and Mongoloid races, between male and female. The measurement techniques were done by measuring the distance between maxillary central incisors with incisive papilla. This research involved 60 FKG USU students who were the generation of 2007 and


(6)

2008 that consisted of 28 males and 32 females who had fulfilled the criterias. Data analysis use two statistical tests that are Kolmogorov-Smirnov test to know the normal distributed of sample and t-test to see the I-P differences based on race and gender.

The average of I-P distance in Mongoloid race is 12,72 + 1,08 mm. The average of I-P distance in Caucasian race is 12,79 + 1,14 mm. In Mongoloid race, I-P distance of male is 12,28 + 0,82 mm, and female is 12,28 + 1,19 mm. In Kaukasoid race, I-P distance of male is 13,10 + 1,13 mm, and female is 12,58 + 1,13 mm. The average of I-P distance in male is 13,10 + 0,95 mm. The average of I-P distance in female is 12,45 + 1,1 mm.

It was concluded that, there were no significant differences of I-P distance between Mongoloid and Caucasian races (p=0,813). In Mongoloid race, there were significant differences of I-P distance between male and female (p=0,036). But in Kaukasoid race, there were no significant differences between male and female (p=0,0226). According to gender, there were significant differences between male and female (p=0,021). In male, there were no signficant differences between Mongoloid and Kaukasoid (p=0,99). In female, there were no signficant differences between Mongoloid and Kaukasoid (p=0,476).

Key Words: Incisive papilla, maxillary central incisors, race, gender. References : 37 (1948 – 2009)


(7)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 06 Februari 2010

Pembimbing : Tanda tangan

1. Dwi T. Putranti,drg.,MS ... NIP : 19580624 198503 2 002

2. Ariyani,drg ...


(8)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 06 Februari 2010

TIM PENGUJI

KETUA : Prof. Ismet Danial Nasution,drg., Ph.D.,Sp.Pros(K) ANGGOTA : 1. Eddy Dahar,drg.,M.Kes.

2. Syafrinani,drg.,Sp.Pros(K) 3. Dwi T. Putranti,drg.,MS 4. Ariyani,drg


(9)

PERBEDAAN JARAK ANTARA GIGI INSISIVUS

SENTRALIS RAHANG ATAS DENGAN PAPILA

INSISIVUM BERDASARKAN RAS DAN JENIS

KELAMIN PADA MAHASISWA FKG USU

ANGKATAN 2007 DAN 2008

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

PUSPA SIMANUNGKALIT NIM: 050600049

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(10)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat-Nya kepada kita semua khususnya kepada penulis sehingga skripsi ini telah selesai disusun sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Terima kasih yang tak terhingga atas curahan kasih sayang dan dukungannya baik material dan spiritual kepada keluarga tercinta, ayah S. Simanungkalit, ibu R. Sijabat, kakak Dorlan Simanungkalit, adik-adik Pratiwi Simanungkalit, Bob Simanungkalit, dan Bhatilda Simanungkalit.

Pada penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat masukan-masukan yang bermanfaat, bimbingan, bantuan, perhatian, dan semangat dari berbagai pihak dan hanya Tuhan Yang Maha Esa yang dapat membalas semua kebaikan tersebut. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dwi T. Putranti,drg.,MS selaku dosen pembimbing utama skripsi penulis dan sebagai Ketua Departemen Prostodonsia FKG USU, yang telah banyak memberikan masukan, bimbingan, motivasi, dan perhatian kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. Semoga beliau mendapat balasan yang berlipat ganda atas kebaikan tersebut.

2. Ariyani,drg selaku dosen pembimbing pembantu skripsi yang juga banyak memberikan masukan, bimbingan, motivasi, dan perhatian kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. Semoga beliau mendapat balasan yang berlipat ganda atas kebaikan tersebut.


(11)

3. Prof. Ismet Danial Nasution,drg., Ph.D.,Sp.Pros(K) selaku Dekan FKG- USU dan ketua tim penguji skripsi penulis.

4. Eddy Dahar,drg.,M.Kes dan Syafrinani,drg.,Sp.Pros(K) selaku anggota tim penguji skripsi penulis.

5. Prof. Haslinda Z. Tamin,drg.,M.Kes.,Sp.Pros(K) selaku koordinator skripsi di Departemen Prostodonsia FKG-USU.

6. Hj. Minasari Nasution,drg selaku pembimbing akademik yang telah memberikan perhatian dan motivasi kepada penulis selama menjalani pendidikan di FKG-USU.

7. Seluruh staf pengajar dan pegawai FKG-USU terutama di Departemen Prostodonsia atas masukan dan bimbingan yang bermanfaat.

8. Drs. Abdul Jalil Amma, M.Kes yang telah memberikan waktu luang dan kesempatan kepada penulis dalam proses pembuatan skripsi ini di bidang statistika.

9. Kelompok kecil Petra (Dinar, Beauty, Andy, Fery, Gita, Brina) yang menjadi wadah penulis untuk bercerita banyak hal tentang skripsi.

10.Teman-teman seperjuangan skripsi di Prostodonsia FKG USU (Fery, Poetry, Nabilah, Opi, Adi,Yulia, Ofni) atas kebersamaannya.

11.Teman seperjuangan di kuliah (Ina, Mia, Iren, Ain, Lina, Mei, Selpi, Sri, Olin P, Eda, Sally), atas semangat yang masih diberi hingga kini untuk mendukung penulis.

12.Seluruh senior, junior, teman-teman mahasiswa FKG-USU khususnya angkatan 2007 dan 2008 yang telah meluangkan waktunya untuk mengikuti seleksi


(12)

dan bersedia dijadikan subjek pada penelitian penulis, serta kepada pihak-pihak terlibat yang tidak tersebutkan namanya dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi Fakultas Kedokteran Gigi, pengembangan ilmu khususnya di bidang Prostodonsia, dan masyarakat.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan yang terbaik bagi kita semua. Amin

Medan, 06 Februari 2010 Penulis,

(...) Puspa Simanungkalit


(13)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN ... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan ... 4

1.3 Rumusan Masalah ... 5

1.4 Hipotesa Penelitian ... 6

1.5 Tujuan Penelitian ... 6

1.6 Manfaat Penelitian ... 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pedoman Biometrik pada Penyusunan Anasir Gigitiruan ... ... 8

2.2 Papila Insisivum ... 9

2.2.1 Anatomi dan Histologi Papila Insisivum ... 9

2.2.2 Peranan Papila Insisivum dalam Penyusunan Anasir Gigitiruan ... 11

2.2.2.1 Posisi Gigi Kaninus Rahang Atas ... 11

2.2.2.2 Posisi Gigi Insisivus Sentralis Rahang Atas .... 13

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Jarak I-P... 15

2.3.1 Inklinasi Gigi Insisivus Sentralis Rahang Atas ... 15

2.3.2 Tebal Gigi Insisivus Sentralis Rahang Atas ... 16

2.3.3 Ukuran Lengkung Rahang Atas ... 17


(14)

2.3.5 Ras ... 18

2.3.6 Jenis Kelamin... 22

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 25

3.2 Populasi Penelitian ... 25

3.3 Sampel Penelitian ... 25

3.3.1 Penggolongan Sampel ... 25

3.3.2 Besar Sampel ... 26

3.4 Variabel Penelitian ... 27

3.4.1 Klasifikasi Variabel Penelitian ... 27

3.4.1.1 Variabel Bebas ... 27

3.4.1.2 Variabel Terikat ... 27

3.4.1.3 Variabel Kendali ... 27

3.4.1.4 Variabel Tidak Terkendali ... 28

3.4.2 Definisi Operasional ... 28

3.5 Waktu dan Tempat Penelitian ... 30

3.6 Alat dan Bahan Penelitian ... 30

3.7 Cara Kerja Penelitian ... 32

3.8 Analisis Data ... 37

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Jarak I-P pada Ras Mongoloid dan Kaukasoid... 38

4.2 Jarak I-P pada Ras Mongoloid Berdasarkan Jenis Kelamin 40

4.3 Jarak I-P pada Ras Kaukasoid Berdasarkan Jenis Kelamin .. 41

4.4 Jarak I-P pada Pria dan Wanita ... 43

4.5 Jarak I-P pada Pria Berdasarkan Ras ... 45

4.6 Jarak I-P pada Wanita Berdasarkan Ras ... 46

BAB 5 PEMBAHASAN 5.1 Metodologi Penelitian ... 48

5.2 Hasil Penelitian ... 49

5.2.1 Jarak I-P pada Ras Mongoloid dan Kaukasoid ... 49

5.2.2 Jarak I-P pada Ras Mongoloid Berdasarkan Jenis Kelamin ... 49

5.2.3 Jarak I-P pada Ras Kaukasoid Berdasarkan Jenis Kelamin ... 50

5.2.4 Jarak I-P pada Pria dan Wanita ... 50

5.2.5 Jarak I-P pada Pria Berdasarkan Ras ... 51


(15)

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 53 6.2 Saran ... 54

DAFTAR RUJUKAN ... 55 LAMPIRAN


(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Bentuk papila insisivum berdasarkan jenis kelamin pada mahasiswa

FKG UI ... 11

2 Jarak I-P pada ras Mongoloid dan Kaukasoid ... 39

3 Analisis data pada ras Mongoloid dan Kaukasoid ... 39

4 Jarak I-P pada ras Mongoloid berdasarkan jenis kelamin ... 40

5 Analisis data pada ras Mongoloid berdasarkan jenis kelamin ... 41

6 Jarak I-P pada ras Kaukasoid berdasarkan jenis kelamin ... 42

7 Analisis data pada ras Kaukasoid berdasarkan jenis kelamin ... 43

8 Jarak I-P pada pria dan wanita ... 44

9 Analisis data pada pria dan wanita ... 44

10 Jarak I-P pada pria berdasarkan ras... 45

11 Analisis data pada pria berdasarkan ras ... 46

12 Jarak I-P pada wanita berdasarkan ras ... 46


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1 Kerangka Konsep Skripsi 2 Skema Alur Penelitian 3 Lembar Kuisioner Skripsi 4 Uji Kolmogorov-Smirnov

5 Uji-T


(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Bagian tengah (titik hitam) dan posterior (titik merah) dari papila

insisivum ... 4

2 Papila insisivum secara makroskopis berada tepat di belakang atau di embrasur kedua insisivus sentralis rahang atas ... 10

3 Papila insisivum secara mikroskopis berada dekat dengan pembuluh darah dan saraf (tanda panah) ... 10

4 Garis interkaninus melewati bagian papila insisivum ... 12

5 Posisi gigi insisivus sentralis rahang atas terhadap papila insisivum ... 14

6 Jarak I-P dipengaruhi oleh inklinasi gigi insisivus sentralis rahang atas 16 7 Tebal gigi insisivus sentralis rahang atas mempengaruhi jarak I-P ... 17

8 Setiap ras memiliki ciri khas tersendiri ... 19

9 Skema penetapan besar sampel dengan teknik disproportional stratified random sampling ... 26

10 Kaliper digital ... 31

11 Prosedur mencetak rahang atas ... 35


(19)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Prostodonsia Tahun 2010

Puspa Simanungkalit

Perbedaan Jarak Antara Gigi Insisivus Sentralis Rahang Atas dengan Papila Insisivum Berdasarkan Ras dan Jenis Kelamin pada Mahasiswa FKG USU Angkatan 2007 dan 2008

xii + 59 Halaman

Pada pembuatan GTP khususnya tahap penyusunan anasir gigitiruan diperlukan pedoman. Salah satunya adalah dengan menggunakan pedoman biometrik. Papila insisivum merupakan salah satu pedoman biometrik pada intraoral. Jarak antara gigi insisivus sentralis RA dengan bagian posterior papila insisivum (jarak I-P) dapat digunakan untuk memprediksi posisi antero-posterior anasir gigitiruan insisivus sentralis rahang atas (RA). Menurut beberapa peneliti, jarak I-P bervariasi. Hal ini disebabkan beberapa faktor antara lain inklinasi gigi insisivus sentralis RA, tebal gigi insisivus sentralis RA, ukuran lengkung RA, resorbsi prosesus alveolaris RA, jenis kelamin dan ras. Pasien edentulus berasal dari kelompok ras dan jenis kelamin yang berbeda-beda. Untuk mempermudah penyusunan anasir gigitiruan insisivus sentralis RA perlu diketahui jarak I-P yang tepat untuk setiap ras dan jenis kelamin. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui validitas tidaknya pengaruh ras dan jenis kelamin terhadap jarak I-P.


(20)

Penelitian ini merupakan studi analitik yaitu membandingkan jarak I-P antara ras Kaukasoid dan Mongoloid serta antara jenis kelamin pria dan wanita. Teknik pengukuran pada penelitian ini adalah dilakukan pada model dengan mengukur jarak antara gigi insisivus sentralis RA dengan papila insisivum. Penelitian ini melibatkan 60 orang mahasiswa FKG USU angkatan 2007 dan 2008 yang terdiri atas 30 orang ras Mongoloid dan 30 orang ras Kaukasoid, dan terdiri atas 28 orang pria dan 32 orang wanita yang telah memenuhi kriteria. Analisis data menggunakan dua jenis uji statistik yaitu uji Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui data sampel berdistribusi normal atau tidak dan uji-t untuk melihat perbedaan jarak I-P berdasarkan ras dan jenis kelamin.

Rerata jarak I-P pada ras Mongoloid adalah 12,72 + 1,08 mm. Rerata jarak I-P pada ras Kaukasoid adalah 12,79 + 1,14 mm. Pada ras Mongoloid, jarak I-P pada pria adalah 13,10 + 0,82 mm dan pada wanita adalah 12,28 + 1,19 mm. Pada ras Kaukasoid, jarak I-P pada pria adalah 13,10 + 1,13 mm dan pada wanita adalah 12,58 + 1,13 mm. Rerata jarak P pada pria adalah 13,10 + 0,95 mm. Rerata jarak I-P pada wanita adalah 12,45 + 1,15 mm.

Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan jarak I-P yang signifikan antara ras Mongoloid dan Kaukasoid berdasarkan uji-t (p=0,813). Pada ras Mongoloid terdapat perbedaan jarak I-P antara pria dan wanita (p=0,036). Namun, pada ras Kaukasoid tidak terdapat perbedaan jarak I-P antara pria dan wanita (p=0,226). Berdasarkan jenis kelamin terdapat perbedaan jarak I-P yang signifikan antara pria dan wanita (p=0,021). Pada pria, tidak terdapat perbedaan jarak I-P yang signifikan antara pria ras Mongoloid dan pria ras Kaukasoid (p=0,99). Begitu juga


(21)

pada wanita, tidak terdapat perbedaan jarak I-P yang signifikan antara wanita ras Mongoloid dan wanita ras Kaukasoid (p=0,476).


(22)

Dentistry Faculty

Department of Prosthodontics 2010

Puspa Simanungkalit

The difference of distance between maxillary central incisors with incisive papilla are based on race and gender of FKG USU students who were the generation of 2007 and 2008.

xii + 59 Pages

To make GTP especially in artificial arrangement phase needs guidances. One of them is using biometric guidance. Incisive papilla is one of the biometric guidances in intraoral. The distance between maxillary central incisors with the posterior of incisive papilla (I-P distance) can be used to estimate antero-posterior position of maxillary central incisors. According to some researchers, I-P distance varied. This due to several factors, they are inclination of maxillary central incisors, the thickness of maxillary central incisors, maxillary arch size, gender and race. Edentulous patients derives from different race and gender groups. To ease the arrangement of maxillary central incisor artificial, needs to know the appropriate I-P for each race and gender. The aim of this reseach was to know the validity of race and gender influences on I-P distance.

This analytic study was to compare I-P distance data between Caucasian and Mongoloid races, between male and female. The measurement techniques were done by measuring the distance between maxillary central incisors with incisive papilla. This research involved 60 FKG USU students who were the generation of 2007 and


(23)

2008 that consisted of 28 males and 32 females who had fulfilled the criterias. Data analysis use two statistical tests that are Kolmogorov-Smirnov test to know the normal distributed of sample and t-test to see the I-P differences based on race and gender.

The average of I-P distance in Mongoloid race is 12,72 + 1,08 mm. The average of I-P distance in Caucasian race is 12,79 + 1,14 mm. In Mongoloid race, I-P distance of male is 12,28 + 0,82 mm, and female is 12,28 + 1,19 mm. In Kaukasoid race, I-P distance of male is 13,10 + 1,13 mm, and female is 12,58 + 1,13 mm. The average of I-P distance in male is 13,10 + 0,95 mm. The average of I-P distance in female is 12,45 + 1,1 mm.

It was concluded that, there were no significant differences of I-P distance between Mongoloid and Caucasian races (p=0,813). In Mongoloid race, there were significant differences of I-P distance between male and female (p=0,036). But in Kaukasoid race, there were no significant differences between male and female (p=0,0226). According to gender, there were significant differences between male and female (p=0,021). In male, there were no signficant differences between Mongoloid and Kaukasoid (p=0,99). In female, there were no signficant differences between Mongoloid and Kaukasoid (p=0,476).

Key Words: Incisive papilla, maxillary central incisors, race, gender. References : 37 (1948 – 2009)


(24)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pasien edentulus mengalami perubahan morfologi baik intraoral maupun ekstraoral. Perubahan pada intraoral antara lain resorbsi prosesus alveolaris sedangkan dilihat dari ekstraoral antara lain perubahan penampilan wajah. Perubahan-perubahan tersebut semakin berlanjut dengan bertambahnya umur, apalagi jika disertai penyakit umum lainnya. Pada pasien edentulus seluruhnya, alternatif perawatan untuk mencegah perubahan lebih lanjut adalah dengan pembuatan gigitiruan penuh (GTP). Gigitiruan penuh adalah gigitiruan yang menggantikan seluruh gigi-geligi yang hilang dan jaringan pendukungnya di rahang atas (RA) dan rahang bawah (RB). Perawatan dengan menggunakan GTP bertujuan untuk memperbaiki fungsi pengunyahan dan bicara, serta memperbaiki estetis. Salah satu tahap dalam proses pembuatan GTP yang mempengaruhi keberhasilan dari aspek fungsi dan estetis adalah penyusunan anasir gigitiruan.1-3

Pada penyusunan anasir gigitiruan diperlukan pedoman, salah satunya adalah dengan menggunakan pedoman biometrik. Pedoman biometrik tersebut berguna untuk memperkecil kemungkinan terjadinya kesalahan dalam menyusun anasir gigitiruan, seperti anasir gigitiruan anterior yang terlalu jauh dari prosesus alveolaris yang dapat mempengaruhi kestabilan gigitiruan, fungsi pengunyahan dan bicara, serta estetis.Tanda anatomi pada intraoral yang dapat dijadikan pedoman biometrik adalah papila insisivum.1-3


(25)

Harper (1948) dan beberapa peneliti lain menyatakan bahwa papila insisivum merupakan tanda anatomi pada intraoral yang bentuk dan letaknya relatif tetap.4,5 Tanong dan Samart (1995) berpendapat bahwa resorbsi prosesus alveolaris setelah kehilangan gigi anterior RA tidak mengubah letak papila insisivum pada palatum keras. Oleh karena itu, papila insisivum dapat digunakan sebagai pedoman penyusunan anasir gigitiruan anterior RA.6

Jarak antara gigi insisivus sentralis RA dengan papila insisivum dapat digunakan sebagai pedoman untuk memprediksi posisi antero-posterior anasir gigitiruan insisivus sentralis RA.7-10 Peneliti terdahulu menggunakan bagian tengah papila insisivum sebagai titik referensi dalam mengukur jarak tersebut (Gambar 1). Peneliti mendapatkan jarak antara gigi insisivus sentralis RA dengan bagian tengah papila insisivum berkisar 8-10 mm.8 Ellinger (1979), Watt dan Mc Gregor (1976), Sciffman (1964) mendapatkan jarak yang diukur antara gigi insisivus sentralis RA dengan bagian tengah papila insisivum berkisar 8-12 mm.3 Namun, beberapa peneliti mendapatkan kesulitan menentukan bagian tengah papila insisivum karena kurang jelas dan bersifat subjektif. Untuk mengatasi hal tersebut beberapa peneliti menggunakan bagian posterior papila insisivum sebagai titik referensi (Gambar 1).5,10-2 Ortman dan Tsao (1979), Grave dan Becker (1987) adalah beberapa peneliti yang menggunakan jarak antara gigi insisivus sentralis RA dengan bagian posterior papila insisivum (jarak I-P). Mereka mendapatkan jarak I-P berkisar 12-13 mm.8


(26)

Gambar 1. Bagian tengah (titik hitam) dan posterior (titik merah) dari papila insisivum.10

Menurut beberapa peneliti, jarak I-P bervariasi.9 Hal ini disebabkan beberapa faktor antara lain inklinasi gigi insisivus sentralis RA, tebal gigi insisivus sentralis RA, ukuran lengkung RA, resorbsi prosesus alveolaris RA, jenis kelamin, dan ras.3,4,11-3

Ras merupakan konsep penting untuk mempelajari variasi manusia karena manusia hidup berbeda satu dengan yang lainnya. Pada ras yang berbeda ditemukan perbedaan morfologi sehingga setiap individu ataupun kelompok memiliki ciri khas tersendiri. Perbedaan itu tampak pada kulit, rambut, bentuk muka, bentuk kepala atau keadaan di intraoral. Pada umumnya dikenal empat ras utama yaitu Negroid, Australoid, Kaukasoid, dan Mongoloid. Setiap ras memiliki ciri khas sehingga dapat dibedakan satu dengan yang lain.14-6

Po-Sung Fu dkk (2007) melakukan pengukuran jarak antara bagian tengah papila insisivum dengan gigi insisivus sentralis RA pada populasi Taiwan dan menghasilkan rerata 7,3 mm. Peneliti tersebut membandingkan hasilnya dan ternyata


(27)

memiliki persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sugaya dkk (1986) pada populasi Jepang (7,22 mm) dan Han dkk (1992) pada populasi Cina (7,52 mm).17 Sementara diketahui bahwa populasi Jepang, Cina maupun Taiwan berasal dari ras yang sama yaitu Mongoloid.14-6 Po-Sung Fu juga membandingkan hasil penelitiannya dengan ras Kaukasoid, ternyata dijumpai perbedaan. Adapun jarak yang direkomendasikan pada ras Kaukasoid adalah berkisar 8-10 mm. Sedangkan pada penelitian Po-Sung Fu menghasilkan jarak sebesar 7,3 mm.13, 17

Jenis kelamin juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi jarak I-P. Pada penelitian yang dilakukan di Korea oleh Heo Yun Seok dkk (1995) mendapatkan jarak I-P pada pria (12,648 mm) lebih besar dibanding wanita (11,385 mm).18 Namun, terdapat juga penelitian lain yang menyatakan bahwa jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap jarak I-P, seperti penelitian yang dilakukan oleh Amin WM dkk (2008) di Jordanian mendapatkan jarak I-P sebesar 12,90 mm pada wanita dan 12,97 mm pada pria.

1.2 Permasalahan

Penyusunan anasir gigitiruan yang tepat merupakan salah satu tahap yang dapat mempengaruhi keberhasilan pembuatan GTP dalam hal fungsi dan estetis.3 Pada tahap penyusunan anasir gigitiruan anterior khususnya insisivus sentralis RA harus diperhatikan dengan baik. Papila insisivum merupakan salah satu tanda anatomi yang dapat digunakan sebagai pedoman biometrik dalam penyusunan anasir gigitiruan anterior. Jarak antara gigi insisivus sentralis RA dengan papila insisivum dapat memprediksi posisi antero-posterior anasir gigitiruan insisivus sentralis RA.2,6


(28)

Pasien edentulus berasal dari kelompok ras dan jenis kelamin yang berbeda-beda. Untuk mempermudah penyusunan anasir gigitiruan insisivus sentralis RA perlu diketahui jarak I-P yang tepat untuk setiap ras dan jenis kelamin. Berdasarkan hal di atas maka timbul permasalahan yaitu apakah benar jarak I-P dipengaruhi oleh ras dan jenis kelamin.

Mahasiswa di Fakultas Kedokteran Gigi USU terdiri atas ras Mongoloid dan Kaukasoid serta jenis kelamin pria dan wanita. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan jarak I-P antara ras Mongoloid dan Kaukasoid serta jenis kelamin pria dan wanita pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi USU.

1.3 Rumusan Masalah

1. Apakah ada perbedaan jarak I-P antara ras Kaukasoid dan Mongoloid pada mahasiswa FKG USU angkatan 2007 dan 2008 ?

2. Apakah ada perbedaan jarak I-P antara pria dan wanita ras Mongoloid pada mahasiswa FKG USU angkatan 2007 dan 2008?

3. Apakah ada perbedaan jarak I-P antara pria dan wanita ras Kaukasoid pada mahasiswa FKG USU angkatan 2007 dan 2008

4. Apakah ada perbedaan jarak I-P antara pria dan wanita pada mahasiswa FKG USU angkatan 2007 dan 2008?

5. Apakah ada perbedaan jarak I-P antara pria ras Mongoloid dan pria ras Kaukasoid pada mahasiswa FKG USU angkatan 2007 dan 2008?

6. Apakah ada perbedaan jarak I-P antara wanita ras Mongoloid dan wanita ras Kaukasoid pada mahasiswa FKG USU angkatan 2007 dan 2008?


(29)

1.4 Hipotesa Penelitian

1. Tidak ada perbedaan jarak I-P antara ras Kaukasoid dan Mongoloid pada mahasiswa FKG USU angkatan 2007 dan 2008.

2. Tidak ada perbedaan jarak I-P antara pria dan wanita ras Mongoloid pada mahasiswa FKG USU angkatan 2007 dan 2008.

3. Tidak ada perbedaan jarak I-P antara pria dan wanita ras Kaukasoid pada mahasiswa FKG USU angkatan 2007 dan 2008.

4. Tidak ada perbedaan jarak I-P antara pria dan wanita pada mahasiswa FKG USU angkatan 2007 dan 2008.

5. Tidak ada perbedaan jarak I-P antara pria ras Mongoloid dan pria ras Kaukasoid pada mahasiswa FKG USU angkatan 2007 dan 2008.

6. Tidak ada perbedaan jarak I-P antara wanita ras Mongoloid dan wanita ras Kaukasoid pada mahasiswa FKG USU angkatan 2007 dan 2008.

1.5 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui perbedaan jarak I-P antara ras Kaukasoid dan Mongoloid pada mahasiswa FKG USU angkatan 2007 dan 2008.

2. Mengetahui perbedaan jarak I-P antara pria dan wanita ras Mongoloid pada mahasiswa FKG USU angkatan 2007 dan 2008.

3. Mengetahui perbedaan jarak I-P antara pria dan wanita ras Kaukasoid pada mahasiswa FKG USU angkatan 2007 dan 2008

4. Mengetahui perbedaan jarak I-P antara pria dan wanita pada mahasiswa FKG USU angkatan 2007 dan 2008.


(30)

5. Mengetahui perbedaan jarak I-P antara pria ras Mongoloid dan pria ras Kaukasoid pada mahasiswa FKG USU angkatan 2007 dan 2008.

6. Mengetahui perbedaan jarak I-P antara wanita ras Mongoloid dan wanita ras Kaukasoid pada mahasiswa FKG USU angkatan 2007 dan 2008.

1.6 Manfaat Penelitian

1. Sebagai pedoman dalam memprediksi posisi antero-posterior anasir gigitiruan insisivus sentralis RA dalam pembuatan GTP, khususnya pada ras Mongoloid dan Kaukasoid serta pria dan wanita.

2. Sebagai bahan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang Prostodonsia dalam hal pembuatan GTP.


(31)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Pembuatan GTP bertujuan untuk memperbaiki fungsi dan estetis. Salah satu tahap dalam proses pembuatan GTP yang mempengaruhi keberhasilan dari aspek fungsi dan estetis adalah penyusunan anasir gigitiruan. Penyusunan anasir gigitiruan khususnya bagian anterior dipengaruhi oleh fungsi dan struktur jaringan intraoral, keadaan jaringan pendukung, serta aspek-aspek mekanis gigitiruannya.2,3

Pengaruh fungsi dan struktur jaringan intraoral ini terlihat bila anasir gigitiruan anterior dipasang terlalu ke labial. Anasir gigitiruan yang dipasang terlalu ke labial akan menghasilkan penampilan wajah yang tidak normal. Hubungan dengan keadaan jaringan pendukung gigitiruan terlihat pada penyusunan anasir gigitiruan anterior yang terlalu jauh dari prosesus alveolaris. Hal ini akan mempengaruhi kestabilan dari gigitiruan. Dari segi mekanis gigitiruan, antara lain inklinasi gigitiruan atau letak bidang oklusal yang salah akan mempengaruhi estetis, fungsi bicara dan pengunyahan.1,3

Dalam proses penyusunan anasir gigitiruan khususnya bagian anterior dibutuhkan suatu keterampilan atau pengalaman. Selain itu, untuk mempermudah penyusunan anasir gigitiruan anterior diperlukan pedoman biometrik.2,3

2.1 Pedoman Biometrik pada Penyusunan Anasir Gigitiruan

Biometrik berasal dari bahasa Yunani yaitu bios (hidup) dan metron (ukuran).19 Jadi, biometrik adalah ilmu tentang aplikasi suatu pengukuran statistik terhadap


(32)

keadaan biologis.20 Biometrik ini dapat diterapkan di bidang Prostodonsia khususnya GTP. Pada pembuatan GTP digunakan data-data biometrik dari tanda-tanda anatomi intraoral yang relatif tetap setelah kehilangan gigi-geligi. Pedoman biometrik dapat dimanfaatkan sebanyak mungkin dalam proses pembuatan GTP untuk menghasilkan estetis dan fungsi yang baik. Pedoman biometrik dapat diterapkan pada tahap pencetakan dan penyusunan anasir gigitiruan. Pada tahap penyusunan anasir gigitiruan, pedoman biometrik yang dapat digunakan adalah papila insisivum.2,3

2.2 Papila Insisivum

Papila insisivum merupakan salah satu tanda anatomi yang terdapat pada intaroral sehingga perlu diketahui anatomi dan histologi serta peranan dalam penyusunan anasir gigitiruan.4

2.2.1 Anatomi dan Histologi Papila Insisivum

Papila insisivum adalah pad fibrous berukuran kecil berbentuk buah pir dengan panjang 7,116 mm.3 Penelitian Heo Yun Seok dkk (1995) di Korea melaporkan bahwa panjang papila insisivum pada pria 6,128 mm dan pada wanita 5,622 mm.18 Secara makroskopis papila insisivum terletak pada garis median palatum dan tepatnya di belakang gigi insisivus sentralis RA atau di embrasur palatal di antara kedua gigi insisivus sentralis RA(Gambar 2).4

Secara mikroskopis papila insisivum dilapisi oleh simple atau pseudostratified columnar epithelium yang kaya akan sel goblet. Papila insisivum memiliki relief

lebih menonjol di palatum karena terdiri atas jaringan ikat tebal yang menutupi foramen insisivum.21 Melalui foramen insisivum ini keluar pembuluh darah


(33)

nasopalatinal dan saraf. Oleh karena itu, daerah papila insisivum harus dibebaskan dari tekanan basis gigitiruan karena dapat menimbulkan parastesia dan rasa sakit (Gambar 3). 8-10

Gambar 2. Papila insisivum secara makroskopis berada tepat di belakang atau di embrasur kedua insisivus sentralis rahang atas.21

Gambar 3.Papila insisivum secara mikroskopis berada dekat dengan pembuluh darah dan saraf (tanda panah).22

Papila insisivum bentuknya bervariasi.3,12,18 Heo Yun Seok dkk (1995) di Korea mendapatkan bahwa bentuk papila insisivum bervariasi. Bentuk buah pir 68,4%


(34)

adalah yang terbanyak diikuti dengan bentuk oval 16 %, triangular 15%, tidak beraturan 5%, rectangular 4 %, dan bentuk buah pir terbalik 1%.18 Titi dkk (1987) pada penelitiannya di Fakultas Kedokteran Gigi UI juga mendapatkan bahwa papila insisivum bentuknya bervariasi. Bentuk oval adalah yang terbanyak 30,9%, kemudian diikuti dengan bentuk romboid 17,1 %, tetesan air mata 15,4 %, dan bentuk buah pir 15,4% sedangkan yang tidak berbentuk jumlahnya paling sedikit 0,5% (Tabel 1).3

Tabel 1. BENTUK PAPILA INSISIVUM BERDASARKAN JENIS KELAMIN PADA MAHASISWA FKG UI 3

2.2.2 Peranan Papila Insisivum dalam Penyusunan Anasir Gigitiruan Papila insisivum dapat digunakan untuk menentukan garis median wajah pada pasien edentulus. Selain itu papila insisivum dapat digunakan sebagai pedoman dalam menyusun anasir gigitiruan anterior RA yaitu kaninus dan insisivus sentralis.4

2.2.2.1 Posisi Gigi Kaninus Rahang Atas

Papila insisivum dapat digunakan sebagai pedoman bagi posisi gigi kaninus RA.1,2 Untuk menentukan posisi kaninus, titik referensi pada gigi tersebut yang banyak digunakan peneliti adalah garis interkaninus yaitu garis yang menghubungkan


(35)

puncak kaninus kanan dan kiri (Gambar 4). Puncak gigi kaninus lebih sering digunakan dibandingkan bagian distal gigi kaninus sendiri karena bagian distalnya sering berkontak rapat dengan gigi premolar sehingga sulit ditentukan titiknya.12`

Gambar 4. Garis interkaninus melewati bagian papila insisivum.1

Pada umumnya garis interkaninus melewati bagian sepertiga tengah dari papila insisivum. Prinsip ini dapat diterapkan dalam penyusunan anasir gigitiruan kaninus RA.4 Sciffman (1974) pada penelitiannya menyatakan bahwa 92 % model, garis interkaninusnya melewati bagian sepertiga tengah papila insisivum. Erlich dan Gazit (1975) juga mendapatkan 57,6 % model dengan garis interkaninus melewati bagian tersebut.13 Berdasarkan penelitian Amin WM dkk (2008) bahwa 50% model subjek yang diteliti, garis interkaninus RA melewati bagian sepertiga tengah papila insisivum, 30% melewati sepertiga posterior, dan 16,4 % menyilang bagian sepertiga depan papila insisivum sedangkan sisanya tidak melewati papila insisivum sama sekali.11


(36)

2.2.2.2. Posisi Gigi Insisivus Sentralis Rahang Atas

Penyusunan gigi insisivus sentralis RA merupakan tahap awal yang turut serta menentukan estetis maupun fungsi GTP karena gigi tersebut disusun pertama sekali dan akan diikuti oleh penyusunan gigi yang lain.4 Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan pada penyusunan anasir gigitiruan insisivus sentralis RA antara lain hubungan permukaan insisal gigi dengan dataran oklusal dari oklusal rim, inklinasi mesiodistal, dan inklinasi labiopalatal (posterior). Selain itu posisi antero-posterior gigi insisivus sentralis RA juga harus diperhatikan. Posisi antero-antero-posterior gigi insisivus sentralis RA awalnya dapat diketahui dari oklusal rim karena bentuk lengkungnya telah disesuaikan dengan fungsi dukungan terhadap bibir atas.6,11,23 Selanjutnya posisi antero-posterior gigi insisivus sentralis RA dapat diprediksi dengan menggunakan papila insisivum.5,7

Jarak antara gigi insisivus sentralis RA dengan papila insisivum dapat digunakan sebagai pedoman untuk memprediksi posisi antero-posterior anasir gigitiruan insisivus sentralis RA.7-10 Peneliti terdahulu menggunakan bagian tengah papila insisivum sebagai titik referensi dalam mengukur jarak tersebut. Mereka mendapatkan jarak antara gigi insisivus sentralis RA dengan bagian tengah papila insisivum berkisar 8-10 mm.8 Ellinger (1979), Watt dan Mc Gregor (1976), Sciffman (1964) mendapatkan jarak yang diukur antara gigi insisivus sentralis RA dengan bagian tengah papila insisivum berkisar 8-12 mm.3 Namun, beberapa peneliti mendapatkan kesulitan menentukan bagian tengah papila insisivum karena kurang jelas dan bersifat subjektif. Untuk mengatasi hal tersebut beberapa peneliti menggunakan bagian posterior papila insisivum sebagai titik referensi.5,10-2 Ortman


(37)

dan Tsao (1979), Grave dan Becker (1987) adalah beberapa peneliti yang menggunakan jarak antara gigi insisivus sentralis RA dengan bagian posterior papila insisivum (jarak I-P) (Gambar 5). Mereka mendapatkan jarak I-P berkisar 12-13 mm.8

Gambar 5. Posisi gigi insisivus sentralis rahang atas terhadap papila insisivum.

A. Jarak antara gigi insisivus sentralis RA dengan bagian posterior papila insisivum dilihat dari atas (kanan=12,322 mm dan kiri=12,587 mm dengan rerata 12,454 mm).

B. Permukaan labial gigi insisivus sentralis RA terletak 12,587 mm dari bagian posterior papila insisivum dilihat dari samping. Panjang papila insisivum berkisar 7,116 mm. 3

Harper (1948) melaporkan dalam penelitiannya bahwa tepi insisal gigi insisivus sentralis RA berada 5-8 mm di bagian tengah papila insisivum dan tidak lebih dari 8 mm.8,9 Mc Gee (1960) mencatat bahwa pengukuran antara gigi insisivus sentralis RA dengan bagian tengah papila insisivum berkisar 7,7 mm. Aaron dan Eckert (2004) mendapatkan jarak antara gigi insisivus sentralis RA dengan bagian tengah papila insisivum berkisar 8-10 mm sedangkan Sheau dkk (2004) di Taiwan mendapatkan jarak sebesar 9,21 mm.8


(38)

Peneliti yang menggunakan bagian posterior papila insisivum dalam pengukuran antara lain adalah Ortman dan Tsao (1979) mendapatkan jarak I-P sebesar 12,45 mm; Grave dkk (1987) mendapatkan jarak I-P adalah berkisar 12-13 mm.8 Penelitian yang dilakukan di Korea oleh Young Seok Park dkk (2007) menghasilkan jarak I-P sebesar 11,96 mm.12 Penelitian yang dilakukan oleh Titi dkk (1987) di Indonesia mendapatkan jarak I-P berkisar 11,95 mm.3

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Jarak I-P

Jarak antara gigi insisivus sentralis RA dengan bagian posterior papila insisivum (jarak I-P) bervariasi.Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi jarak I-P antara lain inklinasi gigi insisivus sentralis RA, tebal gigi insisivus sentralis RA, ukuran lengkung rahang RA, resorbsi prosesus alveolaris RA, jenis kelamin dan ras.3,4,9,11-3

2.3.1 Inklinasi Gigi Insisivus Sentralis Rahang Atas

Menurut klasifikasi Edward Angel (1997), terdapat tiga klas hubungan rahang yaitu klas 1, klas 2 divisi 1, klas 2 divisi 2, dan klas 3.24 Beberapa peneliti menemukan perbedaan jarak I-P yang signifikan pada klas yang berbeda. Hal tersebut dikarenakan tiap klas hubungan rahang memiliki inklinasi gigi insisivus sentralis RA yang berbeda.11-2

GCK Lau dkk (1993) pada penelitiannya mendapatkan jarak I-P pada subjek klas 1, klas 2, klas 3 adalah 12,65 mm; 12,45 mm; 13,18 mm. Amin WM dkk (2008) mendapatkan jarak I-P untuk klas 1, klas 2 divisi 1, klas 2 divisi 2 dan klas 3 adalah


(39)

12,71 mm; 13,61 mm; 11,72 mm; 13,79 mm (Gambar 6). Dari data-data tersebut dapat dilihat bahwa jarak I-P dipengaruhi inklinasi gigi insisivus sentralis RA.11-2

Gambar 6. JarakI-P dipengaruhi oleh inklinasi gigi insisivus sentralis rahang atas a. Klas 1 (12,71 mm)

b. KLas 2 divisi 1 (13,61 mm) c. Klas 2 divisi 2 (11,72 mm) d. Klas 3 (13,79 mm)

Dapat dilihat bahwa jarak I-P terpanjang dijumpai pada hubungan rahang klas 2 divisi 1 dan jarak I-P terpendek dijumpai pada hubungan rahang klas 2 divisi 211

2.3.2 Tebal Gigi Insisivus Sentralis Rahang Atas

Permukaan labial gigi insisivus sentralis RA biasanya 8-10 mm dari bagian tengah papila insisivum dan 12-13 mm dari bagian posterior papila insisivum. Namun, jarak tersebut dapat berbeda sesuai dengan ketebalan gigi insisivus sentralis RA apabila diukur dari bagian posterior papila insisium.4(Gambar 7)


(40)

Gambar 7. Tebal gigi insisivus sentralis rahang atas mempengaruhi jarakI-P.25

2.3.3 Ukuran Lengkung Rahang Atas

Ukuran lengkung RA juga mempengaruhi jarak I-P karena ukuran lengkung RA bervariasi pada setiap individu. Berdasarkan jenis kelamin, ukuran lengkung RA baik panjang maupun lebarnya lebih besar pada pria dibanding wanita.12,26-7 Berdasarkan ras, ukuran lengkung RA juga berbeda-beda. Rahang orang kulit hitam lebih besar daripada rahang orang kulit putih, rahang orang Mongolian lebih besar dari orang Jepang.28-9 Namun, terdapat juga literatur yang menyatakan bahwa ukuran dan bentuk rahang ras Mongoloid, Kaukasoid dan Australoid tidak berbeda.30

Penelitian yang dilakukan oleh Young Seok Park dkk (2007) di Korea mendapatkan jarak I-P (11,96 mm) lebih kecil dibanding penelitian lain seperti yang dilakukan oleh Grave dan Becker (1987) (13,17 mm). Peneliti menduga hal tersebut ada hubungannya dengan ukuran lengkung RA yang lebih kecil pada populasi yang ditelitinya.12

2.3.4 Resorbsi Prosesus Alveolaris Rahang Atas

Klemetti dkk (1996) menyatakan bahwa letak papila insisivum secara signifikan dipengaruhi oleh lamanya kehilangan gigi-geligi pada RA. Makin lama mengalami


(41)

kehilangan gigi-geligi maka papila insisivum akan terletak semakin ke anterior. Hal ini terjadi akibat proses resorbsi pada prosesus alveolaris.31 Selain itu, resorbsi vertikal dan tindakan bedah juga dapat menyebabkan papila insisivum seolah-olah bergeser ke depan. Pada kondisi seperti ini jarak I-P tidak digunakan. Maka penyusunan anasir gigitiruan disesuaikan dengan besar resorbsi dan tulang yang diambil secara bedah.4

2.3.5 Ras

Ras merupakan konsep penting untuk mempelajari variasi manusia karena manusia berbeda satu dengan yang lainnya. Ras adalah segolongan manusia yang mempunyai persamaan sifat-sifat lahiriah tertentu yang dilanjutkan kepada keturunannya. Terdapat lima faktor pembentuk ras yaitu mutasi, seleksi, adaptasi, isolasi, dan migrasi. Pada proses migrasi, banyak ras yang telah terbentuk kemudian meninggalkan wilayah asalnya dan bertemu dengan ras-ras lain ataupun dengan lingkungan alam, baik yang sama ataupun lain sama sekali dengan yang pernah mereka hayati. Pencampuran ras-ras lain tersebut atau adaptasi dengan lingkungan alam yang baru dapat menimbulkan sifat-sifat atau ciri-ciri jasmani baru.14,16

Pada ras yang berbeda ditemukan perbedaan morfologi sehingga setiap individu ataupun kelompok memiliki ciri khas tersendiri. Pada umumnya dikenal empat ras utama yaitu Negroid, Australoid, Kaukasoid, dan Mongoloid.Setiap ras tersebut memiliki ciri khas tersendiri yang dapat dibedakan baik dari segi warna kulit, rambut, maupun keadaan intraoral (Gambar 8). 14-6,31-2 Dalam hubungannya dengan jarak I-P, maka ras juga memiliki pengaruh terhadap jarak tersebut.


(42)

1. Ras Negroid

Ras Negroid adalah ras manusia yang terutama mendiami benua Afrika. Selain itu, mereka banyak mendiami Amerika Utara, Amerika Selatan, Eropa serta Timur Tengah. Ras ini dibagi menjadi lima subras, yaitu Negrito Nilitz, Negro Rimba, Negro Oseanis, dan Hotentot-Boysesman.Mereka memiliki ciri-ciri pigmentasi kulit yang kuat (kulit hitam), bibir dan hidung yang lebar dan tebal, rambut keriting, mata berwarna coklat sampai hitam. Dilihat dari keadaan intraoral, ras Negroid mempunyai ciri-ciri lengkung rahang berbentuk “U”. Pada umumnya ras Negroid memiliki ukuran gigi yang kecil tetapi ukuran rahangnya besar sehingga dijumpai adanya diastema. 14-6,31-2


(43)

2. Ras Australoid

Ras Australoid ini mencakup penduduk pribumi (Aborigin) di benua Australia. Ras ini banyak mendiami bagian selatan India, Sri Langka, beberapa bagian di Asia Tenggara, dan Papua. Ras Australoid memiliki ciri-ciri yang khas yaitu berambut keriting dan berwarna hitam, berkulit hitam. Namun, beberapa anggota ras ini di Australia berambut pirang dan rambutnya tidak keriting melainkan lurus.Dilihat dari keadaan intraoral, ras ini memiliki ukuran lengkung rahang yang besar dan didukung oleh ukuran gigi yang besar pula. Ukuran molar pada ras ini adalah yang terbesar dari semua ras. 14-6,31-2

3. Ras Kaukasoid

Ras ini tersebar luas di dunia meliputi Eropa, Afrika Utara, Timur Tengah, Pakistan, dan India. Ras Kaukasoid terdiri dari lima subras, yaitu Nordic, Alpin, Mediteran, Armenoid, dan India. Ras Kaukasoid memiliki ciri-ciri fisik hidung mancung, kulit putih, rambut pirang sampai coklat kehitam-hitaman, dan kelopak mata lurus. Angota ras Kaukasoid biasa disebut “berkulit putih”, tetapi hal ini tidak selalu benar. Menurut beberapa pakar, orang Ethopia dan orang Somalia dianggap termasuk ras Kaukasoid, meski mereka berambut keriting dan berkulit hitam mirip dengan ras Negroid. Namun, tengkorak mereka lebih mirip tengkorak anggota ras Kaukasoid. 14-6,31-2

Dilihat dari keadaan intraoral, ras Kaukasoid mempunyai ciri-ciri lengkung rahang sempit dan berbentuk “V”, dan gigi-geligi sering crowded.33 Jarak antara gigi insisivus sentralis RA dengan bagian tengah papila insisivum yang direkomendasikan bagi ras Kaukasoid adalah berkisar 8-10 mm, sedangkan jarak I-P pada ras Kaukasoid


(44)

oleh Erlich dan Gazit (1975) adalah 12,31 mm, Ortman dan Tsao (1979) adalah 12,45 mm, Grave dan Becker (1987) adalah 13,17 mm.13

4. Ras Mongoloid

Ras Mongoloid mendiami Asia Tengah, Asia Timur, Asia Tenggara dan Madagaskar, Eropa Utara, Amerika Utara, Amerika Selatan, dan Oseani. Ras Mongoloid dibagi dua yaitu, Mongoloid Asia dan Indian. Mongoloid Asia terdiri dari subras Tionghoa (terdiri atas orang-orang Jepang, Taiwan, Vietnam, Cina) dan subras Melayu (terdiri atas orang-orang Malaysia, Indonesia, dan Filipina). Mongoloid Indian terdiri atas orang-orang Indian di Amerika. 14-6,31

Ras Mongoloid memiliki ciri-ciri kulit warna kuning sampai sawo matang, rambut lurus, bulu badan sedikit, dan mata sipit (terutama Asia Mongoloid). Anggota ras Mongoloid biasa disebut “berkulit kuning” tetapi hal ini tidak selalu benar. Orang Indian di Amerika dianggap berkulit merah dan orang Asia Tenggara seringkali berkulit coklat muda sampai coklat gelap. 32

Dilihat dari keadaan intraoral, ras Mongoloid mempunyai ciri-ciri lengkung rahang yang parabolic.33 Po-Sung Fu dkk (2007) melakukan pengukuran antara bagian tengah papila insisivum dengan gigi insisivus sentralis RA pada populasi Taiwan dan menghasilkan rerata 7,3 mm. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sugaya dkk (1986) pada populasi Jepang berkisar 7,22 mm dan oleh Han dkk (1992) pada populasi Cina berkisar 7,52 mm.17 Berdasarkan literatur populasi Jepang, Cina ataupun Taiwan berasal dari ras yang sama yaitu Mongoloid. 14-5 Sedangkan pengukuran jarak I-P pada populasi Cina oleh GCK Lau (1993) mendapatkan rerata jarak I-P yaitu 12,71 mm.13


(45)

2.3.6 Jenis Kelamin

Ada beberapa perbedaan karakteristik fisik manusia yang bisa dijumpai antara pria dan wanita antara lain tubuh yang lebih besar, tinggi, dan kuat pada pria dibanding wanita.35 Bila dilihat dari keadaan intraoral, ukuran lengkung rahang pria lebih besar daripada wanita baik pada ras Mongoloid dan Kaukasoid. Demikian juga ukuran papila insisivum yang lebih panjang pada pria (6,128 mm) dibanding wanita (5,622 mm). 12,18,26-7

Dalam hubungannya dengan jarak I-P, ternyata pria memiliki jarak I-P lebih besar dari wanita. Pada penelitian yang dilakukan di Korea oleh Heo Yun Seok dkk

(1995) mendapatkan jarak I-P pada pria (12,648 mm) lebih besar dibanding wanita (11,385 mm).18 Namun, pada penelitian lain menyatakan bahwa jenis kelamin tidak

berpengaruh terhadap jarak I-P tersebut, seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Amin WM dkk (2008) di Jordanian (12,90 mm pada wanita dan 12,97 mm pada pria) dan Young Seok Park dkk (2007) di Korea (11,58 mm pada wanita dan 12,11 mm pada pria). GCK Lau (1993) pada penelitiannya di Cina mendapatkan jarak I-P pada pria 12,90 mm dan wanita 12,43 mm.11-3

Beberapa peneliti yang mengukur jarak antara gigi inisisivus sentralis RA dengan papila insisivum berdasarkan ras dan jenis kelamin, antara lain, adalah sebagai berikut.

1. Titi dkk (1987) mengukur jarak permukaan labial gigi insisivus sentralis RA dengan bagian distal papila insisivum pada mahasiswa FKG UI yang berasal dari berbagai suku di Indonesia. Peneliti mendapatkan rerata 12,08 mm pada 26 orang


(46)

pria dan 11,94 mm pada 36 orang wanita. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pria dan wanita. Rerata keseluruhan adalah 11,95 mm. Alat yang digunakan adalah alat modifikasi Ortman dan Tsao. Peneliti menyimpulkan bahwa hasil pada penelitiannya sama dengan hasil yang diperoleh pada orang Barat.3

2. Amin WM dkk (2008) mengukur jarak antara permukaan paling labial gigi insisivus RA dengan bagian posterior papila insisivum orang Jordanian dengan menggunakan alat 3 dimensi. Peneliti mendapatkan rerata 12,93 mm dari 298 sampel. Tidak terdapat perbedaan jarak tersebut antara pria (12,97 mm pada 116 sampel) dan wanita (12,90 mm pada 182 sampel). Orang Jordanian merupakan anggota ras Kaukasoid. Peneliti membandingkan hasil yang diperoleh dengan hasil pada ras Kaukasoid umumnya, ternyata tidak dijumpai perbedaan yang signifikan.11

3. Young Seok Park di Korea (2007) mengukur jarak dari gigi insisivus sentralis RA dengan bagian posterior papila insisivum dengan menggunakan alat 3 dimensi. Peneliti mendapatkan rerata 11,96 mm pada 94 orang sampel. Berdasarkan jenis kelamin, tidak dijumpai perbedaan yang signifikan antara pria dan wanita. Selain itu, peneliti menyimpulkan bahwa hasil yang diperolehnya lebih kecil dengan penelitan pada ras Kaukasoid. Hal ini mungkin ada hubungannya dengan ukuran lengkung RA yang lebih kecil pada kelompok yang ditelitinya ataupun karena perbedaan ras.12

4. GCK Lau (1993) di Cina mengukur jarak dari permukaan paling labial gigi insisivus sentralis RA ke bagian posterior papila insisivum dengan menggunakan teknik fotografi. Peneliti mendapatkan rerata 12,71 mm pada 82 orang sampel. Tidak dijumpai perbedaan jarak yang signifikan antara pria dan wanita. Peneliti


(47)

membandingkan hasilnya dengan ras Kaukasoid. Ternyata hasil yang diperoleh bervariasi. Peneliti menduga hal tersebut dikarenakan perbedaan titik referensi yang digunakan pada tiap penelitian.13

5. Heo Yun Seok (1995) mengukur jarak dari gigi insisivus sentralis RA dengan papila insisivum pada orang Korea. Peneliti menyatakan bahwa terdapat perbedaan jarak yang signifikan antara pria (12,648 mm) dan wanita (11,385 mm).18

6. Po Sung Fu dkk (2007) mengukur jarak antara gigi insisivus sentralis RA dengan bagian tengah papila insisivum pada 100 orang dewasa muda dengan menggunakan alat ukur presisi 3 dimensi. Peneliti membandingkan hasil penelitiannya (7,3 mm) dengan beberapa penelitian, antara lain di Jepang (7,2 mm) dan di Cina (7,52 mm). Peneliti menyimpulkan bahwa terdapat kesamaan pada ketiga kelompok tersebut. Namun, peneliti mendapatkan perbedaan apabila hasil penelitiannya dibandingkan dengan kelompok ras Kaukasoid dengan rata-rata 8-10 mm. Jarak insisivus sentralis RA ke bagian tengah papila insisivum lebih besar pada ras Kaukasoid dibandingkan ras Mongoloid.17

7. Penelitian pada ras Kaukasoid yaitu Erlich dan Gazit (1975) mendapatkan rerata 12, 31 mm. Ortman dan Tsao (1979) mendapatkan rerata 12, 45 mm. Grave dan Becker (1987) mendapatkan rerata 12,17 mm.13


(48)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini merupakan studi analitik. Pada penelitian ini dilakukan analisa perbedaan jarak I-P berdasarkan ras dan jenis kelamin 36

3.2 Populasi Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa FKG USU angkatan 2007 dan 2008. Mahasiswa tersebut terdiri atas ras Mongoloid dan Kaukasoid yang berjumlah 278 orang.

3.3 Sampel Penelitian 3.3.1 Penggolongan Sampel

Sampel merupakan mahasiswa yang memenuhi kriteria, antara lain adalah sebagai berikut :

1. ras Kaukasoid dan Mongoloid (sejauh tiga generasi);

2. mahkota kedua gigi insisivus sentralis RA erupsi sempurna dan masih lengkap, tidak terdapat karies maupun restorasi, dan berada pada lengkung rahang;

3. tidak terdapat diastema di antara kedua gigi insisivus sentralis RA; 4. kedua gigi insisivus sentralis RA tidak berjejal;

5. garis median tepat;


(49)

7. tidak ada inflamasi ataupun hipertropi pada mukosa palatal terutama di regio papila insisivum.

3.3.2 Besar Sampel

Teknik penentuan besar sampel dilakukan dengan cara penarikan sampel acak berlapis disproporsional (disproportional stratified random sampling) (Gambar 9). Teknik ini digunakan dengan alasan bahwa peneliti bermaksud membandingkan karakteristik subjek yang dipengaruhi oleh sifat kelompok subjek tersebut yaitu ras.36

Gambar 9. Skema penetapan besar sampel dengan teknik disproportional


(50)

Penetapan besar sampel dilakukan pada setiap strata (ras) dan besarnya pada setiap kelompok adalah sama karena peneliti hendak melakukan perbandingan. Jumlah patokan yang digunakan adalah yang paling kecil di antara kedua kelompok. 35-6

Jumlah sampel yang paling kecil dari kedua kelompok adalah tiga puluh orang. Jumlah tersebut didistribusikan pada kedua kelompok sehingga besar sampel seluruhnya adalah enam puluh orang yang terdiri atas dua puluh delapan orang pria dan tiga puluh dua orang wanita.

3.4 Variabel Penelitian

3.4.1 Klasifikasi Variabel Penelitian 3.4.1.1 Variabel Bebas

Varibel bebas pada penelitian ini, antara lain, adalah sebagai berikut. 1. Jenis kelamin yang terdiri atas pria dan wanita.

2. Ras yang terdiri atas Kaukasoid dan Mongoloid. 3.4.1.2 Variabel Terikat

Varibel terikat pada penelitian ini adalah jarak antara gigi insisivus sentralis RA dengan papila insisivum.

3.4.1.3 Variabel Kendali

Varibel kendali pada penelitian ini, antara lain adalah sebagai berikut : 1. bahan cetak;

2. bahan pengisi cetakan;

3. komposisi (p : l) pada bahan cetak dan bahan pengisi cetakan; 4. teknik pencetakan;


(51)

5. teknik pengisian cetakan; 6. teknik pembuatan basis model; 7. operator yang sama;

8. validitas dan reabilitas pengukuran. 3.4.1.4 Variabel Tidak Terkendali

Varibel tidak terkendali pada penelitian ini, antara lain, adalah sebagai berikut. 1. Suhu ruangan saat pengadukan bahan cetak.

2. Pandangan operator terhadap titik yang memproyeksikan titik paling posterior papila insisivum.

3.4.2 Definisi Operasional

Definisi operasional pada penelitian ini, antara lain, adalah sebagai berikut. 1. Mahasiswa FKG USU angkatan 2007 dan 2008 adalah mahasiswa yang diterima di FKG USU pada tahun 2007 dan 2008 yang aktif dalam perkuliahan.

2. Jenis kelamin pada penelitian ini adalah pria dan wanita.

3. Ras pada penelitian ini adalah Kaukasoid dan Mongoloid. Ras Kaukasoid terdiri atas etnis India dan ras Mongoloid terdiri dari etnis Cina dan Melayu.

4. Jarak antara gigi insisivus sentralis RA dengan papila insisivum adalah jarak yang diukur dengan menggunakan kaliper digital (Mitutoyo Corporation, Tokyo, Japan) dari permukaan paling labial gigi insisivus sentralis RA ke posterior papila

insisivum.8

5. Bahan cetak adalah bahan yang digunakan untuk mencetak RA untuk mendapatkan cetakan negatif yaitu alginate dengan merk New Kromopan.


(52)

6. Bahan pengisi cetakan adalah bahan yang digunakan untuk mengisi cetakan negatif RA yaitu gips keras tipe IV dengan merk Fuji Rock karena hasil yang didapat lebih akurat.

7. Komposisi bahan cetak adalah perbandingan antara bubuk dan air yaitu 1:1. Komposisi bahan pengisi adalah perbandingan antara gips dan air yaitu 2:1.

8. Teknik pencetakan adalah mencetak RA subjek dengan menggunakan bahan cetak untuk mendapatkan cetakan negatif.

9. Teknik pengisian cetakan adalah mengisi cetakan negatif dengan menggunakan bahan pengisi untuk mendapatkan cetakan positif dari RA subjek.

10.Teknik pembuatan basis model yaitu membuat basis pada model agar dataran oklusal model sejajar dengan lantai. Pada pembuatan basis maka dataran oklusal model ditekan dengan bantuan plat kaca yang sejajar lantai dan memiliki empat kaki setinggi 1 cm yang diletakkan pada rubber base.

11.Operator yang sama adalah orang yang sama yang melakukan pencetakan, pengisian cetakan, pembuatan basis model, dan pengukuran.

12.Validitas pengukuran adalah ketepatan pemilihan alat ukur dan pengamat yang digunakan. Pada penelitian ini digunakan kaliper digital (Mitutoyo Corporation, Tokyo, Japan) dengan ketelitian 0,01 mm. Reabilitas pengukuran adalah ketepatan

pengukuran yang apabila dilakukan berulang-ulang selalu mendapatkan hasil yang sama pada satu subjek.


(53)

3.5 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2009 di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

3.6 Alat dan Bahan Penelitian A. Alat Penelitian

1. Alat pencetakan dan pembuatan model yang digunakan pada penelitian, antara lain adalah sebagai berikut :

– sendok cetak RA;

– spatula;

rubber bowl;

vibrator (HI-SUPARA Yoshida);

– skop dan takaran air;

– baskom;

– handuk;

– kaca mulut;

dental unit;

– lekron;

– tisu;

– sarung tangan;

masker;

basis karet;


(54)

2. Alat pengukuran yang digunakan pada penelitian, antara lain adalah sebagai berikut :

– meja datar;

kaliper digital dengan ketelitian 0,01 mm (Mitutoyo Corporation , Tokyo, Japan) (Gambar 10).

Gambar 10. Kaliper Digital

3. Alat tulis yang digunakan pada penelitian, antara lain adalah sebagai berikut :

– lembar kuisioner;

– kertas HVS ukuran kuarto;

– buku tulis;

– tinta printer;

– pulpen;

– pensil;

– pulpen dengan diameter 0,5 mm;


(55)

B. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan pada penelitian, antara lain adalah sebagai berikut :

bahan cetak alginate (New Kromopan);

bahan pengisi gips keras tipe IV (Fuji Rock);

– gips putih;

– air;

desinfektan (Dettol). 3.7 Cara Kerja Penelitian A. Pemilihan Sampel

Prosedur pemilihan sampel pada penelitian, antara lain, adalah sebagai berikut. 1. Dilakukan penyebaran kuisioner kepada 278 orang mahasiswa FKG USU angkatan 2007 dan 2008 yang terdiri atas ras Kaukasoid dan Mongoloid. Dilakukan seleksi melalui kuisioner tersebut sehingga diperoleh sampel yang memenuhi kriteria.

2. Sampel diseleksi lebih lanjut dengan memeriksa secara langsung morfologi gigi insisivus sentralis RA, garis median, inflamasi dan hipertropi pada mukosa palatal terutama regio papila insisivum. Melalui kuisioner dan pemeriksaan didapat sampel sebanyak 158 orang yang terdiri atas 30 orang ras Kaukasoid dan 128 orang ras Mongoloid.

3. Dilakukan randomisasi pada ras Mongoloid untuk mendapatkan sampel berjumlah 30 orang. Pada ras Kaukasoid tidak dilakukan randomisasi sehingga


(56)

jumlah sampelnya adalah 30 orang. Seluruh sampel pada penelitian ini adalah 60 orang.

B. Pencetakan

Prosedur pencetakan pada penelitian, antara lain, adalah sebagai berikut. 1. Alat dan bahan pencetakan dipersiapkan.

2. Subjek diinstruksikan untuk duduk dalam keadaan rileks.

3. Dipilih sendok cetak yang sesuai dengan ukuran RA sampel. Tepi sendok cetak harus berada 4-5 mm dari arcus dentalis dan processus alveolaris sebagai tempat adonan bahan cetak. Bagian distal sendok cetak diperiksa dengan kaca mulut harus mencakup tuber maxillaris. Takaran alginate untuk pria berkisar 3 skop dan wanita berkisar 2,5 skop. Banyaknya air yang digunakan disesuaikan dengan banyaknya alginate.

4. Air dituang terlebih dahulu ke dalam rubber bowl, kemudian diikuti dengan alginate. Adonan diaduk hingga homogen dengan gerakan angka delapan. Adonan dapat disebut homogen bila sudah tidak berbutir-butir. Pengadukan dilakukan selama adonan berwarna ungu.

5. Adonan dimasukkan ke dalam sendok cetak bila bahan sudah berubah warna menjadi merah muda.

6. Dilakukan pencetakan RA. Sendok cetak yang berisi adonan dimasukkan dari arah kiri sudut mulut subjek sampai posisi sendok cetak berada pada garis median wajah. Subjek diinstruksikan untuk menggerakkan bibir atas sehingga menutup bagian anterior sendok cetak. Sendok cetak ditahan selama 2-3 menit


(57)

dengan menggunakan jari tengah dan telunjuk sampai adonan mengeras. Adonan yang mengeras ditandai dengan perubahan warna dari merah muda menjadi putih.

7. Sendok cetak dikeluarkan dengan menginstruksikan subjek mengucapkan huruf ”AH”. Sendok cetak dilepaskan dari bagian belakang terlebih dahulu, kemudian kanan dan kiri. Sendok cetak dikeluarkan dengan arah berlawanan dengan cara memasukkannya yaitu dari kanan ke kiri.

8. Cetakan negatif RA dibersihkan di bawah air mengalir untuk melepaskan saliva dan debris yang melekat. Cetakan negatif tersebut dicelupkan ke dalam larutan desinfektan untuk mengurangi mikroorganisme yang melekat. Kapas basah diletakkan pada cetakan negatif untuk mempertahankan kelembaban.

9. Cetakan negatif diletakkan di atas balok penahan dengan posisi bagian cetakan tidak bersentuhan dengan apapun yang bertujuan agar tidak terjadi perubahan dimensi.

10.Cetakan harus diisi sebelum 15 menit setelah pencetakan selesai karena bila cetakan tidak diisi lebih dari 15 menit, maka cetakan akan mengalami perubahan dimensi. Untuk mencetak satu rahang dibutuhkan waktu 5-6 menit, maka cetakan bisa dilakukan pada dua orang subjek kemudian kedua hasil cetakan diisi dengan gips tipe IV.


(58)

Gambar 11. Prosedur mencetak rahang atas a. Sendok cetak disesuaikan dengan RA subjek

b. Ditentukan komposisi bahan cetak dan air yang dibutuhkan c. Bahan cetak diaduk hingga homogen

d. Bahan cetak yang sudah homogen diletakkan ke sendok cetak e. Sendok cetak berisi adonan dimasukkan ke mulut subjek f. Cetakan negatif RA subjek telah diperoleh

C. Pengisian Cetakan

Prosedur pengisian cetakan pada penelitian, antara lain, adalah sebagai berikut. 1. Alat dan bahan untuk pengisian cetakan dipersiapkan. Gips dan air disesuaikan dengan ukuran cetakan negatif yang diperoleh.

2. Air dituang terlebih dahulu ke dalam rubber bowl, kemudian diikuti dengan penuangan gips. Adonan diaduk sampai homogen sehingga gelembungnya hilang dengan bantuan vibrator .

3. Adonan tersebut dimasukkan ke cetakan negatif yang diperoleh sambil digetar-getarkan dengan spatula untuk menghindarkan poreus. Adonan dialirkan


(59)

dimulai dari permukaan palatum sehingga semua sisi terisi. Adonan dirapikan sebelum mengeras.

4. Setelah 30 menit, model yang sudah mengeras dilepaskan dari cetakan dengan bantuan lekron di bawah air mengalir.

5. Model direndam kembali ke dalam larutan desinfektan untuk mengurangi mikroorganisme. Hal ini dilakukan untuk menghindari kemungkinan terjadinya perpindahan penyakit.

D. Pembuatan Basis Model

Tujuan pembuatan basis model adalah mendapatkan dataran oklusal yang sejajar dengan lantai. Titik referensi dataran oklusal bagian anterior adalah bagian mesiolabial tepi insisial gigi insisivus sentralis RA. Titik referensi dataran oklusal bagian posterior adalah bagian mesiobukal puncak cups gigi molar satu RA.10,12 Prosedur pembuatan basis model, antara lain, adalah sebagai berikut.

1. Model dirapikan.

2. Bahan gips putih dan air diaduk dengan perbandingan 1:1.

3. Setelah gelembung menghilang, adonan gips dituang ke dalam rubber base. 4. Model diletakkan di atas adonan gips dan ditekan dengan kaca datar sampai mendapatkan dataran oklusal sejajar dengan lantai.

5. Setelah gips mengeras, model dikeluarkan dan dirapikan, kemudian diberi label nomor.

E. Pengukuran

Prosedur pengukuran pada penelitian, antara lain, adalah sebagai berikut. 1. Model diletakkan pada sebuah meja datar.


(60)

2. Bagian posterior papila insisivum pada model diberi tanda titik dengan menggunakan pulpen. Pulpen diletakkan tegak lurus terhadap titik (Gambar 12a).

3. Dilakukan pengukuran jarak antara insisivus sentralis RA dengan papila insisivum dengan menggunakan kaliper digital. Lengan anterior kaliper diletakkan pada garis permukaan labial gigi insisivus sentralis RA dan lengan posterior kaliper pada titik yang memproyeksikan titik paling posterior papila insisivum. Kemudian dibaca hasil pengukuran pada layar digital kaliper (Gambar 12b). Pengukuran dilakukan dua kali yaitu pada gigi insisivus sentralis kanan dan kiri RA, kemudian dijumlahkan dan dibagi dua untuk mendapatkan nilai rata-rata jarak I-P.

Gambar 12. Cara pengukuran pada model. Diberi tanda titik pada bagian posterior papila insisivum. (a) Jarak dari gigi insisivus sentralis RA ke papila insisivum diukur(b).

3.8 Analisis Data

Data yang diperoleh adalah data primer. Data diolah dan dilakukan analisis statistik dengan menggunakan uji beda yaitu uji-t untuk mengetahui perbedaan jarak I-P antara ras Kaukasoid dan Mongoloid serta antara pria dan wanita.37


(61)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1Jarak I-P pada Ras Mongoloid dan Kaukasoid

Jarak I-P terpendek dan terpanjang pada ras Mongoloid adalah 9,16 mm dan 14,62 mm. Jarak I-P terpendek dan terpanjang pada ras Kaukasoid adalah 10,64 mm dan 15,78 mm.(Tabel 2) Rerata jarak I-P pada ras Mongoloid adalah 12,72 mm dengan SD 1,08. Rerata jarak I-P pada ras Kaukasoid adalah 12,79 dengan SD 1,14. (Tabel 3)

Untuk mengetahui perbedaan jarak I-P antara ras Mongoloid dan Kaukasoid dilakukan uji-t. Sebelum uji-t dilakukan, untuk mengetahui data sampel berdistribusi normal atau tidak digunakan uji Kolmogorov-Smirnov (uji K-S ). Berdasarkan uji K-S, nilai signifikasi (P) pada ras Mongoloid adalah 0,285 dan pada ras Kaukasoid adalah 0,973. Nilai P > 0,05; yang memiliki makna bahwa data terdistribusi normal sehingga dapat dilakukan uji-t. (Tabel 3)

Berdasarkan uji-t, nilai probabilitas (P) adalah 0,813 (P>0,05). Hal ini berarti bahwa Ho diterima yaitu tidak terdapat perbedaan jarak I-P yang signifikan antara ras Mongoloid dan Kaukasoid pada mahasiswa FKG USU angkatan 2007 dan 2008.(Tabel 3)


(62)

TABEL 2. JARAK I-P PADA RAS MONGOLOID DAN KAUKASOID

No Jarak I-P (mm)

Mongoloid Kaukasoid

1 9,16 10,64

2 10,99 11,09

3 11,03 11,25

4 11,66 11,31

5 12,20 11,43

6 12,27 12,01

7 12,29 12,02

8 12,31 12,08

9 12,34 12,16

10 12,43 12,16

11 12,49 12,18

12 12,54 12,60

13 12,63 12,61

14 12,73 12,63

15 12,73 12,63

16 12,80 12,72

17 12,84 12,73

18 12,90 12,92

19 12,90 13,10

20 12,96 13,15

21 13,02 13,19

22 13,35 13,50

23 13,42 13,60

24 13,55 13,69

25 13,58 13,70

26 13,60 13,91

27 14,00 14,05

28 14,19 14,14

29 14,20 14,89

30 14,62 15,78

Tabel 3. ANALISIS DATA PADA RAS MONGOLOID DAN KAUKASOID

Ras N Jarak I-P (mm) Uji K-S

(P )

Uji-T (P )

X SD

Mongoloid 30 12,72 1,08 0,285

0,813


(63)

4.2Jarak I-P pada Ras Mongoloid Berdasarkan Jenis Kelamin

Pada ras Mongoloid, jarak I-P pada wanita yang terpendek adalah 9,16 mm dan yang terpanjang adalah 13,60 mm. Jarak I-P pada pria yang terpendek adalah 11,66 mm dan yang terpanjang adalah 14,62 mm.(Tabel 4) Rerata jarak I-P pada pria ras Mongoloid adalah 13,10 mm dengan SD sebesar 0,82. Rerata jarak I-P pada wanita ras Mongoloid adalah 12,28 mm dengan SD sebesar 1,19. (Tabel 5)

TABEL 4. JARAK I-P PADA RAS MONGOLOID BERDASARKAN JENIS KELAMIN

No Jarak I-P (mm) pada Ras Mongoloid

Pria Wanita

1 11,66 9,16

2 12,20 10,99

3 12,29 11,03

4 12,43 12,27

5 12,73 12,31

6 12,80 12,34

7 12,84 12,49

8 12,90 12,54

9 12,90 12,63

10 13,02 12,73

11 13,35 12,96

12 13,55 13,42

13 14,00 13,58

14 14,19 13,60

15 14,20

16 14,62

Untuk mengetahui perbedaan jarak I-P antara pria dan wanita pada ras Mongoloid dilakukan uji-t. Sebelum uji-t dilakukan, untuk mengetahui data sampel berdistribusi normal atau tidak digunakan uji K-S. Pada ras Mongoloid, nilai signifikasi (P) dengan uji K-S pada pria adalah 0,767 dan pada wanita adalah 0,225.


(64)

Nilai P > 0,05 yang memiliki makna bahwa data terdistribusi normal sehingga dapat dilakukan uji-t.(Tabel 5)

Berdasarkan uji-t, nilai probabilitas (P) adalah 0,036 (P< 0,05). Hal ini berarti bahwa Ho ditolak yaitu terdapat perbedaan jarak I-P yang signifikan antara pria dan wanita pada ras Mongoloid pada mahasiswa FKG USU angkatan 2007 dan 2008.(Tabel 5)

Tabel 5. ANALISIS DATA PADA RAS MONGOLOID BERDASARKAN JENIS KELAMIN

Ras Jenis

Kelamin N

Jarak I-P (mm) Uji K-S (P )

Uji-T (P )

X SD

Mongoloid

Pria 16 13,10 0,82 0,767

0,036

Wanita 14 12,28 1,19 0,225

4.3 Jarak I-P pada Ras Kaukasoid Berdasarkan Jenis Kelamin

Pada ras Kaukasoid, jarak I-P pada pria yang terpendek adalah 11,25 mm dan yang terpanjang adalah 15,78 mm. Jarak I-P pada wanita yang terpendek adalah 10,64 mm dan yang terpanjang adalah 14,89 mm.(Tabel 6) Rerata jarak I-P pada pria ras Kaukasoid adalah 13,10 mm dengan SD sebesar 1,13. Rerata jarak I-P pada wanita ras Kaukasoid adalah 12,58 mm dengan SD sebesar 1,13.(Tabel 7)

Untuk mengetahui perbedaan jarak I-P antara pria dan wanita pada ras Kaukasoid dilakukan uji-t. Sebelum uji-t dilakukan, untuk mengetahui data sampel berdistribusi normal atau tidak digunakan uji K-S. Pada ras Kaukasoid, nilai signifikasi dengan uji K-S pada pria adalah 0,905 dan pada wanita adalah 0,875.


(65)

Nilai P>0,05 yang memiliki makna bahwa data terdistribusi normal sehingga dapat dilakukan uji-t.(Tabel 7 )

TABEL 6. JARAK I-P PADA RAS KAUKASOID BERDASARKAN JENIS KELAMIN

No Jarak I-P ( mm) pada Ras Kaukasoid Pria Wanita

1 11,25 10,64

2 12,02 11,09

3 12,61 11,31

4 12,63 11,43

5 12,63 12,01

6 12,92 12,08

7 13,50 12,16

8 13,60 12,16

9 12,73 12,18

10 13,69 12,60

11 13,91 12,72

12 15,78 13,10

13 13,15

14 13,19

15 13,70

16 14,05

17 14,14

18 14,89

Berdasarkan uji-t, nilai probabilitas (P) adalah 0,226 (P> 0,05). Hal ini berarti bahwa Ho diterima yaitu tidak terdapat perbedaan jarak I-P yang signifikan antara pria dan wanita pada ras Kaukasoid pada mahasiswa FKG USU angkatan 2007 dan 2008. (Tabel 7 )


(66)

Tabel 7. ANALISIS DATA PADA RAS KAUKASOID BERDASARKAN JENIS KELAMIN

Ras Jenis

Kelamin N

Jarak I-P (mm) Uji K-S (P )

Uji-T (P )

X SD

Kaukasoid Pria 12 13,10 1,13 0,905 0,226

Wanita 18 12,58 1,13 0,875

4.4Jarak I-P Pada Pria dan Wanita

Jarak I-P terpendek pada pria adalah 11,25 mm dan yang terpanjang adalah 15,78 mm. Jarak I-P terpendek pada wanita adalah 9,16 mm dan yang terpanjang adalah 14,89 mm.(Tabel 8) Rerata jarak I-P pada pria adalah 13,10 mm dengan SD 0,95. Rerata jarak I-P pada wanita adalah 12,45 mm dengan SD 1,15.(Tabel 8)

Untuk mengetahui perbedaan jarak I-P antara pria dan wanita dilakukan uji-t. Sebelum uji-t dilakukan, untuk mengetahui data sampel berdistribusi normal atau tidak digunakan uji K-S. Berdasarkan uji K-S, nilai signifikasi (P) pada pria adalah 0,562 dan pada wanita adalah 0,645. Nilai P > 0,05 yang memiliki makna bahwa data terdistribusi normal sehingga dapat dilakukan uji-t.(Tabel 8)

Berdasarkan uji-t, nilai probabilitas (P) adalah 0,021 (P< 0,05). Hal ini berarti bahwa Ho ditolak yaitu terdapat perbedaan jarak I-P yang signifikan antara pria dan wanita pada mahasiswa FKG USU angkatan 2007 dan 2008.(Tabel 9)


(67)

TABEL 8. JARAK I-P PADA PRIA DAN WANITA

No Jarak I-P (mm)

Pria Wanita

1 11,25 9,16

2 11,66 10,64

3 12,02 10,99

4 12,20 11,03

5 12,29 11,09

6 12,43 11,31

7 12,61 11,43

8 12,63 12,01

9 12,63 12,08

10 12,73 12,16

11 12,73 12,16

12 12,80 12,18

13 12,84 12,27

14 12,90 12,31

15 12,90 12,34

16 12,92 12,49

17 13,02 12,54

18 13,35 12,60

19 13,50 12,63

20 13,55 12,72

21 13,60 12,73

22 13,69 12,96

23 13,91 13,10

24 14,00 13,15

25 14,19 13,19

26 14,20 13,42

27 14,62 13,58

28 15,78 13,60

29 13,70

30 14,05

31 14,14

32 14,89

Tabel 9. ANALISIS DATA PADA PRIA DAN WANITA Jenis

Kelamin N

Jarak I-P (mm) Uji K-S

(P )

Uji-T (P )

X SD

Pria 28 13,10 0,95 0,562

0,021


(68)

4.5. Jarak I-P pada Pria Berdasarkan Ras

Rerata jarak I-P pada pria ras Mongoloid adalah 13,10 mm dengan SD 0,82. Rerata jarak I-P pada pria ras Kaukasoid adalah 13,10 mm dengan SD 1,13.(Tabel 11) Untuk mengetahui perbedaan rerata jarak I-P antara pria ras Mongoloid dan pria ras Kaukasoid dilakukan uji-t. Sebelum dilakukan uji-t, terlebih dahulu dilakukan uji K-S untuk mengetahui data sampel berdistribusi normal atau tidak. Berdasarkan uji K-S, nilai signifikasi (P) pada pria ras Mongoloid adalah 0,767 dan pada pria ras Kaukasoid adalah 0,905. Nilai P > 0,05 yang memiliki makna bahwa data terdistribusi normal sehingga dapat dilakukan uji-t.(Tabel 11)

TABEL 10. JARAK I-P PADA PRIA BERDASARKAN RAS

No Jarak I-P (mm) pada Pria Mongoloid Kaukasoid

1 11,66 11,25

2 12,20 12,02

3 12,29 12,61

4 12,43 12,63

5 12,73 12,63

6 12,80 12,92

7 12,84 13,50

8 12,90 13,60

9 12,90 12,73

10 13,02 13,69

11 13,35 13,91

12 13,55 15,78

13 14,00 14 14,19 15 14,20

16 14,62

Berdasarkan uji-t, nilai probabilitas (P) adalah 0,99 (P>0,05). Hal ini berarti bahwa Ho diterima yaitu tidak terdapat perbedaan jarak I-P yang signifikan antara


(69)

pria ras Mongoloid dan pria ras Kaukasoid pada mahasiswa FKG USU angkatan 2007 dan 2008.(Tabel 11)

Tabel 11. ANALISIS DATA PADA PRIA BERDASARKAN RAS Jenis

Kelamin Ras N

Jarak I-P (mm) Uji K-S (P )

Uji-T (P )

X SD

Pria

Mongoloid 16 13,10 0,82 0,767

0.99

Kaukasoid 12 13,10 1,13 0,905

4.6 Jarak I-P pada Wanita Berdasarkan Ras

Rerata jarak I-P pada wanita ras Mongoloid adalah 12,28 mm dengan SD 1,19. Rerata jarak I-P pada wanita ras Kaukasoid adalah 12,58 mm dengan SD 1,13.(Tabel 13)

TABEL 12. JARAK I-P PADA WANITA BERDASARKAN RAS

No Jarak I-P (mm) Pada Wanita

Mongoloid Kaukasoid

1 9,16 10,64

2 10,99 11,09

3 11,03 11,31

4 12,27 11,43

5 12,31 12,01

6 12,34 12,08

7 12,49 12,16

8 12,54 12,16

9 12,63 12,18

10 12,73 12,60

11 12,96 12,72

12 13,42 13,10

13 13,58 13,15

14 13,60 13,19

15 13,70

16 14,05

17 14,14


(70)

Untuk mengetahui perbedaan jarak I-P antara wanita ras Mongoloid dan wanita ras Kaukasoid dilakukan uji-t. Sebelum uji-t dilakukan, untuk mengetahui data sampel berdistribusi normal atau tidak digunakan uji K-S. Berdasarkan uji K-S, nilai signifikasi (P) pada wanita ras Mongoloid adalah 0,225 dan pada wanita ras Kaukasoid adalah 0,875. Nilai P > 0,05 yang memiliki makna bahwa data terdistribusi normal sehingga dapat dilakukan uji-t. (Tabel 13)

Berdasarkan uji-t, nilai probabilitas (P) adalah 0,476 (P> 0,05). Hal ini berarti bahwa Ho diterima yaitu tidak terdapat perbedaan jarak I-P yang signifikan antara wanita ras Mongoloid dan wanita ras Kaukasoid mahasiswa FKG USU angkatan 2007 dan 2008.(Tabel 13)

Tabel 13. ANALISIS DATA PADA WANITA BERDASARKAN RAS Jenis

Kelamin Ras N

Jarak I-P (mm) Uji K-S (P)

Uji-T (P)

X SD

Wanita

Mongoloid 14 12,28 1,19 0,225

0,476


(1)

Lampiran 5

UJI –T

Uji-T Jarak I-P Antara Ras Mongoloid dan Kaukasoid

Uji-T Jarak I-P Antara Pria dan Wanita pada Ras Mongoloid

Group Statistics

16 13.1056 .82343 .20586 14 12.2893 1.19600 .31965 jenis kelamin

pria wanita jarak I-P

N Mean Std. Deviation

Std. Error Mean

Group Statistics

30 12.7247 1.07866 .19694

30 12.7927 1.14122 .20836

ras res ponden mongoloid kaukas oid jarak I-P

N Mean Std. Deviation

Std. Error Mean

Independent Samples Test

.559 .458 -.237 58 .813 -.06800 .28670 -.64189 .50589

-.237 57.817 .813 -.06800 .28670 -.64193 .50593

Equal variances as sumed Equal variances not ass umed jarak I-P

F Sig.

Levene's Test for Equality of Variances

t df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper 95% Confidence

Interval of the Difference t-test for Equality of Means


(2)

Uji-T Jarak I-P Antara Pria dan Wanita pada Ras Kaukasoid

Group Statistics

12 13.1058 1.12961 .32609

18 12.5839 1.13166 .26674

jenis kelamin pria

wanita jarak I-P

N Mean Std. Deviation

Std. Error Mean

Independent Samples Test

.116 .736 1.238 28 .226 .52194 .42145 -.34135 1.38524

1.239 23.761 .227 .52194 .42129 -.34801 1.39190

Equal variances as sumed Equal variances not ass umed jarak I-P

F Sig.

Levene's Test for Equality of Variances

t df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper 95% Confidence

Interval of the Difference t-test for Equality of Means

Independent Samples Test

.400 .532 2.201 28 .036 .81634 .37094 .05651 1.57617

2.147 22.644 .043 .81634 .38020 .02916 1.60352

Equal variances as sumed Equal variances not ass umed jarak I-P

F Sig.

Levene's Test for Equality of Variances

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper 95% Confidence

Interval of the Difference t-test for Equality of Means


(3)

Uji-T Jarak I-P Antara Pria dan Wanita

Uji T Jarak I-P antara Pria ras Mongoloid dan Pria ras Kaukasoid

Group Statistics

14 12.2893 1.19600 .31965 18 12.5889 1.14218 .26921 ras

mongoloid kaukas oid jarak

N Mean Std. Deviation

Std. Error Mean

Independent Samples Test

.485 .489 2.371 58 .021 .65071 .27449 .10127 1.20016

2.402 57.801 .020 .65071 .27093 .10836 1.19307

Equal variances as sumed Equal variances not ass umed jarak I-P

F Sig.

Levene's Test for Equality of Variances

t df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper 95% Confidence

Interval of the Difference t-test for Equality of Means

Group Statistics

28 13.1057 .94686 .17894

32 12.4550 1.15074 .20342

jenis kelamin pria

wanita jarak I-P

N Mean Std. Deviation

Std. Error Mean

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of Variances

Mean Std. Error

95% Confidence Interval of the

Difference t-test for Equality of Means


(4)

Uji T Jarak I-P antara Wanita ras Mongoloid dan Wanita ras Kaukasoid

Group Statistics

ras N Mean Std. Deviation

Std. Error Mean jarak mongoloid 16 13.1050 .82270 .20568

kaukasoid 12 13.1058 1.12961 .32609

Independent Samples Test

.537 .470 -.002 26 .998 -.00083 .36834 -.75797 .75630

-.002 19.258 .998 -.00083 .38554 -.80704 .80537

Equal variances as sumed Equal variances not ass umed jarak

F Sig.

Levene's Test for Equality of Variances

t df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper 95% Confidence

Interval of the Difference t-test for Equality of Means


(5)

Lampiran 6

HASIL PENGUKURAN

No Kode

Jarak I-P (mm)

Jenis Kelamin RAS

Kanan Kiri

Rata-rata

1 C1 12,40 12,46 12,43 Pria Mongoloid

2 C 2 12,60 12,66 12,63 Wanita Mongoloid

3 C 3 14,30 14,10 14,20 Pria Mongoloid

4 C 4 12,84 12,96 12,90 Pria Mongoloid

5 C5 14,52 14,72 14,62 Pria Mongoloid

6 C6 11,88 11,44 11,66 Pria Mongoloid

7 C7 12,82 12,64 12,73 Pria Mongoloid

8 C8 12,46 13,08 12,27 Wanita Mongoloid

9 C9 13,28 13,42 13,35 Pria Mongoloid

10 C10 12,46 12,52 12,49 Wanita Mongoloid

11 C11 13,56 13,64 13,60 Wanita Mongoloid

12 C12 14,20 14,18 14,19 Pria Mongoloid

13 C13 12,90 13,02 12,96 Wanita Mongoloid

14 C14 12,30 12,38 12,34 Wanita Mongoloid

15 C15 12,90 13,14 13,02 Pria Mongoloid

16 M1 13,54 14,22 14,01 Pria Mongoloid

17 M 2 12,88 12,92 12,90 Pria Mongoloid

18 M 3 11,02 10,96 10,99 Wanita Mongoloid

19 M 4 13,54 13,62 13,58 Wanita Mongoloid

20 M 5 12,22 12,18 12,20 Pria Mongoloid

21 M 6 12,54 13,56 13,55 Pria Mongoloid

22 M 7 9,20 9,12 9,16 Wanita Mongoloid

23 M 8 13,30 12,16 12,73 Wanita Mongoloid

24 M 9 13,44 13,40 13,42 Wanita Mongoloid

25 M 10 12,38 12,24 12,31 Wanita Mongoloid

26 M 11 12,24 12,34 12,29 Pria Mongoloid

27 M 12 11,06 11,00 11,03 Wanita Mongoloid

28 M 13 12,82 12,86 12,84 Pria Mongoloid

29 M 14 12,12 12,04 12,80 Pria Mongoloid

30 M 15 12,62 12,46 12,54 Wanita Mongoloid

31 I1 13,02 13,28 13,15 Wanita Kaukasoid

32 I2 13,26 13,12 13,19 Wanita Kaukasoid

33 I3 13,58 13,62 13,60 Pria Kaukasoid

34 I4 11,34 11,52 11,43 Wanita Kaukasoid

35 I 5 12,00 12,16 12,08 Wanita Kaukasoid


(6)

38 I 8 16,02 15,54 15,78 Pria Kaukasoid

39 I 9 12,52 12,74 12,63 Pria Kaukasoid

40 I 10 12,20 12,16 12,18 Wanita Kaukasoid

41 I 11 15,00 14,78 14,89 Wanita Kaukasoid

42 I 12 13,62 14,20 13,91 Pria Kaukasoid

43 I 13 11,32 11,30 11,31 Wanita Kaukasoid

44 I 14 12,46 12,74 12,60 Wanita Kaukasoid

45 I 15 13,28 14,12 13,70 Wanita Kaukasoid

46 I 16 14,00 14,10 14,05 Wanita Kaukasoid

47 I 17 14,32 13,68 13,50 Pria Kaukasoid

48 I 18 10,80 11,38 11,09 Wanita Kaukasoid

49 I 19 13,96 14,32 14,14 Wanita Kaukasoid

50 I 20 12,70 12,76 12,73 Pria Kaukasoid

51 I 21 14,00 14,04 12,02 Pria Kaukasoid

52 I 22 12,70 12,74 12,72 Wanita Kaukasoid

53 I 23 13,00 13,02 12,01 Wanita Kaukasoid

54 I 24 10,58 10,68 12,63 Pria Kaukasoid

55 I 25 13,12 13,20 12,16 Wanita Kaukasoid

56 I 26 10,70 10,68 10,64 Wanita Kaukasoid

57 I 27 11,26 11,24 11,25 Pria Kaukasoid

58 I 28 13,70 13,68 13,69 Pria Kaukasoid

59 I 29 12,94 12,90 12,92 Pria Kaukasoid

60 I 30 12,60 12,62 12,61 Pria Kaukasoid


Dokumen yang terkait

Gambaran Kesimetrisan Lengkung Gigi Pada Mahasiswa Fkg Usu Berdasarkan Jenis Kelamin

2 78 74

Perbandingan Lebar Enam Gigi Anterior Rahang Atas Dengan Jarak Interkantal Dan Lebar Interalar Pada Mahasiswa Indonesia Fkg Usu Angkatan 2011-2014

13 120 137

Hubungan Antara Proporsi Wajah Eksternal Dan Gigi Insisivus Sentralis Rahang Atas Dengan Konsep Golden Proportion Pada Mahasiswa Malaysia FKG USU Angkatan 2008 – 2011

3 95 108

Perbandingan Lebar Enam Gigi Anterior Rahang Atas dengan Jarak Interkantal dan Jarak Bizigomatik pada Mahasiswa Indonesia FKG USU Angkatan 2008-2011

0 52 68

Distribusi Tipe Tonjol Carabelli Gigi Molar Pertama dan Variasi Bentuk Shovel Gigi Insisivus Pertama di Rahang Atas Pada Mahasiswa FKG USU Angkatan 2007/2008, 2008/2009

4 47 86

Lebar Mesiodistal Gigi Permanen Rahang Atas dan Rahang Bawah Pada Mahasiswa Malaysia FKG USU

2 83 79

Proporsi Lebar Gigi Insisivus Sentralis Dan Lateralis Rahang Atas Dan Hubungannya Dengan Konsep Golden Proportion Pada Mahasiswa Fkg-Usu Tahun Angkatan 2006-2008

1 49 70

Hubungan Antara Proporsi Wajah Eksternal Dan Gigi Insisivus Sentralis Rahang Atas Dengan Konsep Golden Proportion Pada Mahasiswa Malaysia FKG USU Angkatan 2008 – 2011

1 0 19

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aesthetic Dentistry - Hubungan Antara Proporsi Wajah Eksternal Dan Gigi Insisivus Sentralis Rahang Atas Dengan Konsep Golden Proportion Pada Mahasiswa Malaysia FKG USU Angkatan 2008 – 2011

0 0 21

Hubungan Antara Proporsi Wajah Eksternal Dan Gigi Insisivus Sentralis Rahang Atas Dengan Konsep Golden Proportion Pada Mahasiswa Malaysia FKG USU Angkatan 2008 – 2011

0 0 18