3.6 Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan masalah yang perlu diperhatikan dalam setiap penelitian ilmiah untuk memperoleh data yang
lengkap, benar, dan dapat dipertanggungjawabkan. Adapun metode pengumpulan data dalam melakukan penelitian ini yaitu sebagai berikut:
3.6.1 Teknik Observasi
Observasi adalah mendeskripsikan setting, kegiatan yang terjadi, orang yang terlibat di dalam kegiatan, waktu kegiatan dan
makna yang diberikan oleh para pelaku yang diamati tentang peristiwa yang bersangkutan Ashshofa, 2007: 43. Observasi
dilakukan dengan pengajuan untuk menguji hipotesis dengan cara mempelajari dan memahami tingkah laku hukum masyarakat yang
dapat diamati dengan mata kepala. Kegiatan observasi ini mengamati semua perubahan-perubahan atau fenomena sosial yang
tumbuh dan berkembang ditengah-tengah masyarakat kemudian dilakukan penelitian atas fenomena atau perilaku hukum
masyarakat tersebut Johan Nasution, 2009: 120. Dalam penelitian ini, Peneliti mengamati secara langsung
pada kios-kios batik di Kampung Wisata Batik Pesindon Kota Pekalongan terkait mana yang sudah mencantumkan dan yang
belum mencantumkan
label batik
Pekalongan, dengan
menggunakan alat pengumpulan data yang bernama foto. Melalui observasi maka Peneliti terjun langsung ke lokasi penelitian
dengan alasan untuk mengetes kebenaran informasi karena ditanyakan langsung kepada subjek secara lebih dekat dan untuk
mencatat perilaku dan kejadian yang sebenarnya. Teknik observasi dilakukan untuk memperoleh data mengenai Kampung Wisata
Batik Pesindon, kios-kios yang ada di Kampung Wisata Batik Pesindon dan bagaimana cara pengusaha batik memberikan
pelayanan kepada konsumen.
3.6.2 Teknik Wawancara
Wawancara adalah “Percakapan dengan maksud tertentu.
Wawancarapercakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara interviewer yang mengajukan pertanyaan dan
terwawancara interviewer yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu” Moleong, 2010: 186.
Peneliti mewawancarai pihak-pihak terkait yang berwenang dan berkompeten dalam penyelenggaraan perlindungan terhadap
konsumen batik di Kota Pekalongan. Tidak menutup kemungkinan bahwa dalam wawancara ini, timbul masalah-masalah ingatan
informan yang tidak sempurna, analisis informan yang tidak cermat dan sebagainya. Sehingga dalam hal ini Peneliti juga akan
memadukan sumber bukti dan wawancara ini dengan informasi- informasi lainnya yang memadai.
Sebelum wawancara dengan informan Peneliti telah menyiapkan instrument wawancara yang berisi pertanyaan-
pertanyaan yang terkait dengan upaya Pemerintah Kota Pekalongan dalam menyelenggarakan perlindungan terhadap konsumen batik
di Kota Pekalongan. Untuk menjaga kredibilitas hasil wawancara perlu adanya pencatatan data yang Peneliti lakukan dengan
menyiapkan handphone yang berfungsi untuk merekam hasil wawancara. Mengingat tidak semua informan suka dengan adanya
alat tersebut karena merasa tidak bebas ketika diwawancarai, maka Peneliti meminta izin terlebih dahulu kepada informan.
Disamping menggunakan alat perekam, Peneliti juga membuat catatan-catatan yang berguna untuk membantu Peneliti
dalam merencanakan pertanyaan-pertanyaan berikutnya dan juga meminta Peneliti untuk mencari pokok-pokok penting sehingga
dapat mempermudah analisis. Teknik wawancara yang digunakan Peneliti adalah wawancara langsung dengan Wismo Aditiyo, S. Pt.,
M.T. sebagai Kepala Bidang Perdagangan Disperindagkop UMKM Kota Pekalongan, Edi Harsoyo sebagai Kepala Bidang Koperasi
dan UMKM Disperindagkop UMKM Kota Pekalongan dan Drs. Setiyo Susilo, M.M. sebagai Kepala Bagian Perekonomian
Sekretariat Daerah Kota Pekalongan. Wawancara dengan informan tersebut terkait dengan peran, tindak lanjut, bentuk tanggungjawab
dan pengawasan dalam upaya menyelenggarakan perlindungan
terhadap konsumen batik di Kota Pekalongan oleh Pemerintah Kota Pekalongan melalui Perda Nomor 6 Tahun 2014 Kota
Pekalongan tentang Penggunaan Label Batik Pekalongan. Peneliti juga melakukan wawancara secara langsung
dengan pihak-pihak terkait yang dapat memberikan keterangan fakta maupun pendapat mengenai pencantuman label batik
Pekalongan yaitu pengusaha batik di Kampung Wisata Batik Pesindon dan konsumen batik di Pasar Grosir Batik, Tekstil, dan
ATBM Setono Kota Pekalongan. Wawancara dengan pengusaha batik dilakukan dengan teknik yang sama dengan wawancara yang
dilakukan kepada informan. Peneliti melakukan wawancara dengan pengusaha batik di Kampung Wisata Batik Pesindon terkait dengan
pencantuman label batik Pekalongan, kendala dalam pencantuman label batik Pekalongan, dan cara pengusaha batik tersebut
melindungi konsumennya agar tidak tersesat dalam membedakan jenis-jenis batik. Peneliti melakukan wawancara dengan konsumen
betik secara singkat di Pasar Grosir Batik, Tekstil, dan ATBM Setono Kota Pekalongan terkait pengetahuan konsumen mengenai
perda Nomor 6 Tahun 2014 Kota Pekalongan tentang Penggunaan Label Batik Pekalongan dan kemampuan konsumen dalam
membedakan jenis-jenis batik.
3.6.3 Teknik Dokumentasi