Model Konseptual Pelatihan Kecakapan Hidup Dalam Peningkatan

7 UNSUR KONDISI OBJEKTIF Kurang memanfaatkan media lokal untuk mendukung proses belajar Bahan Latihan Belum adanya bahan belajar untuk mengembangkan watak dan karakter kemandirian serta sikap kewirausahaan yang disusun oleh pihak tutorsecara lokal ataupun nasional Materi-materi program pelatihan yang akan dikembangkan tidak dibuat secara terencana dan sistematis Bahan latihan dikembangkan secara bersifat konvensional yang bersumber pada pengalaman tutor dan lembaga. Kurikulum Kemampuan tutor untuk menterjemahkan kurikulum dalam praktik pelatihan masih kurang dan beragam Proses penyusunan rencana program kegiatan PSMP tidak melibatkan warga belajar secara intensif Kurikulum yang ada belum menyentuh pengembangan watak dan karakter anak tunalaras dan hanya melaksanakan kurikulum Dinas Sosial dan Disnakertrans. Alat Evaluasi Tidak mengadakan tes keterampilan awal warga belajar sehingga tidak diketahui keterampilan siap warga belajar Tidak dibuatkannya rencana evaluasi secara terpadu atau terintegrasi yang komprehensif, sehingga tolok ukur kriteria penilaiannya tidak jelas. Tidak mempersiapkan proses evaluasi program secara sistematis.

2. Model Konseptual Pelatihan Kecakapan Hidup Dalam Peningkatan

Kemandirian Anak Tunalaras di Panti Sosial Marsudi Putra Handayani Jakarta yang Dikembangkan Model pelatihan kecakapan hidup dalam meningkatkan kemandirian anak tunalaras di Panti Sosial Marsudi Putra Handayani Jakarta, berdasarkan pada landasan konseptual, landasan keilmuan PLS, dan landasan empirik. Hal ini dianggap penting karena suatu model selain harus memiliki pijakan teori yang kokoh dan didasarkan pengalaman empirik yang teruji, juga harus berada pada koridor dan rambu-rambu hukum yang memayunginya. Landasan konseptual yang dijadikan pijakan dalam pengembangan model adalah kecakapan hidup dan konsep kemandirian. Pemilihan landasan konseptual seperti itu dipandang cukup mendasar dan komprehensif untuk pengembangan model pelatihan kecakapan hidup dalam meningkatkan kemandirian anak tunalaras. Berkenaan dengan landasan keilmuan PLS, berdasarkan PP 73 Bab II Pasal 2 tentang tujuan PLS, menyatakan bahwa tujuan PLS memiliki makna melayani warga belajar supaya tumbuh dan berkembang sedini mungkin dan sepanjang hayat guna meningkatkan martabat dan mutu kehidupannya. Membina warga belajar agar memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap mental yang diperlukan untuk mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah atau melanjutkan pendidikan ke tingkat danatau jenjang yang lebih tinggi . Memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi dalam jalur pendidikan sekolah. Menurut The South East Asian Ministry Education Organization SEAMEO.1977 bahwa tujuan PLS tiada lain untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, keterampilan dan nilai- nilai yang memungkinkan bagi seseorang atau kelompok untuk berperan serta secara efisien dan efektif dalam lingkungan keluarganya, pekerjaannya, masyarakat dan bahkan negaranya. Selain berlandaskan acuan konseptual dan keilmuan PLS, model pelatihan kecakapan hidup dalam meningkatkan kemandirian anak tunalaras di Panti Sosial Marsudi Putra Handayani Jakarta juga dilandaskan pada temuan empirik berupa hasil penelitian tahap pendahuluan mengenai informasi atau data yang diperlukan dari yayasan, masyarakat sekitar, dan kelompok sasaran. Kajian tersebut dilakukan melalui analisis kebutuhan pelatihan. 8 Analisis kebutuhan pengembangan model bermaksud memberikan gambaran mengenai strategi atau pendekatan dalam pengembangan model pendidikan kecakapan hidup di PSMP Handayani Jakarta sehingga dapat tergambarkan bentuk titik masuk atau aspek pelatihan di PSMP dan alternatif strategi pengembangannya. Pendekatan yang dilakukan dalam menetapkan titik masuk sebagai fokus peluang pengembangan model pendidikan kecakapan hidup ini menggunakan pendekatan kelembagaan. Dapat dipahami secara teoritis, apabila kita hendak memasuki dan memahami masyarakat hendaknya harus masuk dengan cara memilih fokus yang dipandang strategis dan mudah dimasukinya. Secara kelembagaan, terdapat dua peluang yang akan dijadikan kunci ke arah pengembangan model pendidikan kecakapan hidup di PSMP Handayani Jakarta, yaitu adanya peluang prospek usaha dan pengembangan potensi diri warga belajar di masyarakat dan pengembangan pada keterikatan antara warga belajar dengan lembaga PSMP dalam monitoring dan bimbingan terpadu kepada warga belajar setelah warga belajar selesai mengikuti pelatihan di PSMP. Namun dari hasil studi lapangan mengenai aspek peluang tersebut, berhasil diidentifikasi bahwa peluang tersebut merupakan salah satu alternatif program yang dipandang representatif dapat dikembangkan secara utuh dan berkesinambungan sustainable melalui studi ini. Peluang pengembangan ini dimaksudkan aspek-aspek pokok dari usaha lapangan masyarakat yang dipandang sebagai potensi yang dapat mendukung terhadap model pengembangan pendidikan kecakapan hidup yang akan diterapkan di PSMP Handayani Jakarta. Berdasarkan dua peluang untuk penggambaran model, yaitu lapangan usaha masyarakat dan jenis kelembagaan ekonomi PSMP , dapat diprediksi alternatif strategi pengembangan seperti apa yang akan diterapkan. Memperhatikan karakteristik dua kelembagaan di atas, yaitu: lapangan usaha masyarakat sekitar PSMP Handayani Jakarta dan lembaga pengembangan ekonomi, dihubungkan dengan karakteristik bidang keterampilan yang dapat dikembangkan dalam rangka pengembangan model pelatihan kecakapan hidup ini, maka strategi pengembangan yang dipandang tepat adalah melalui pelatihan dengan model sinergi belajar dan usaha. Merujuk pada analisis masalah model faktual yang dikemukakan pada bagian sebelumnya, bahwa perencanaan di PSMP kurang optimal, terutama berkenaan dengan aspek: penyusunan rencana program kegiatan; tes awal materi-materi program; perumusan tujuan kegiatanprogram; tidak ada rencana pelatihan dalam bentuk tertulis; tidak mempersiapkan proses evaluasi; dan penguasaan yang rendah nara sumber teknis tutor terhadap azas-azas pelatihan dengan sistem tutorial. Dengan demikian, pada aspek perencanaan menunjukan perlunya ada sebuah perlakuan terapan bagi para warga belajar maupun nara sumber teknis PSMP tentang materi-materi yang berkaitan dengan masalah pendidikan khususnya berkaitan dengan pengetahuan dan keterampilan perencanaan program. Kondisi riil pelatihan sebagaimana diungkapkan dalam bagian awal hasil penelitian dijadikan pijakan dalam pengembangan model. Dengan demikian, model pelatihan kecakapan hidup dalam meningkatkan kemandirian anak tunalaras di Panti Sosial Marsudi Putra Handayani Jakarta, selain kokoh secara konseptual dan keilmuan juga memiliki feasibilitas dan adaptabilitas yang tinggi untuk diaplikasikan dalam praktik pelatihan nyata di lapangan. Model yang dikembangkan dalam implementasinya dimaksudkan untuk mendukung: Pertama, penguatan dalam hal perencanaan pelatihan, proses pelatihan, pengelolaan pelatihan, dan penyediaan bahan ajar. Kedua, penguatan dalam hal kemampuan dan kompetensi tutor yang mendukung pengembangan keterampilan fungsional, sarana- prasarana, biaya pelatihan, model evaluasi yang ditekankan pada uji kompetensi dan 9 dampak pelatihan. Kedua hal ini secara terintegrasi memperhatikan kondisi warga belajar terutama, minat dan kebutuhan, kemampuan awal dan tujuan akhir dari proses pelatihan keterampilan yakni peningkatan kemandirian warga belajar. Ketiga, penguatan dalam hal materi pelatihan terutama materi yang bersifat pengantar dan konsep tentang kecakapan vokasional yang diajarkan dalam kelas, sedangkan untuk kegiatan praktiknya langsung di lapangan atau bengkel kerja di bawah pengawasan langsung para tutor. Tujuan yang ingin dicapai dalam rancangan model konseptual yang akan dikembangkan dalam penelitian ini secara substansial meliputi tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan jangka panjang adalah membantu anak tunalaras untuk mengembangkan kemandirian diri sendiri dan kelompok dalam belajar, bekerja, dan berusaha secara berkelanjutan dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki warga belajar dan masyarakat dengan tetap memperhatikan pelestarian sumber daya alam dan lingkungannya. Kegiatan bimbingan dan pembinaan maupun bantuan terhadap kelompok sasaran yang ada dimaksudkan agar mereka warga belajar mampu berkembang menjadi insan yang mandiri serta berkelanjutan dalam mengembangkan usaha dengan sikap yang mandiri. Tujuan jangka pendek melalui pelatihan kecakapan hidup diharapkan agar anak tunalaras warga belajar yang berasal dari berbagai latar belakang memiliki kecakapan akademik dan kecakapan vokasional dalam mengembangkan potensi yang dimiliki untuk bekerja, mengelola, dan mengolah sumber daya yang ada dengan atau bersama orang lain sehingga menjadi usaha produktif. Bertitik tolak dari kondisi faktual anak tunalaras yang tergabung dalam PSMP Handayani Jakarta, serta analisis masalah, kebutuhan belajar dan karakteristik anak tunalaras, maka program kegiatan pelatihan berbasis kemandirian menjadi pertimbangan dalam mendesain model pelatihan kecakapan hidup. Model konseptual yang disusun dalam program kemandirian anak tunalaras melalui PKH ini secara umum sama dengan program- program pelatihan yang lain, yaitu terdiri dari tiga langkah pokok, yaitu perencanaan, pelaksanaan dan diakhiri dengan penilaian. Sistem perencanaan pelatihan kecakapan hidup berbasis kemandirian anak tunalaras disusun dengan pendekatan partsisipatif, sehingga melibatkan calon peserta, pekerja sosial peksos, dan instansi terkait untuk menetapkan berbagai hal yang terkait dengan perencanaan program. Rancangan program pelatihan kecakapan hidup yang telah tersusun dan disepakati bersama ini terdiri atas tiga jenis kecakapan vokasional yaitu perbengkelan las, teknik pendingin, dan otomotif. Kurikulum pelatihan kecakapan hidup dalam meningkatkan kemandirian anak tunalaras di Panti Sosial Marsudi Putra Handayani Jakarta mencakup: 1 Kecakapan akademik tentang jenis-jenis keterampilan; 2 Kecakapan akademik tentang pembentukan dan strategi pengelolaan usaha; 3 Kecakapan akademik tentang pengelolaanproses perbengkelan dan jasa; 4 Kecakapan akademik tentang pemasaran; 5 Kecakapan akademik tentang pengelolaan keuangan; 6 Kecakapan akademik tentang pengelolaan organisasikelompok yang terlibat dalam kegiatan usaha; dan 7 Kecakapan akademik tentang pengelolaan jiwa kepemimpinan dalam menjalankan usaha bersama. Fasilitator atau tutor diangkat dari alumni PSMP dan dari kalangan masyarakat di lingkungan warga belajar. Tutor terlebih dahulu dilatih agar memahami program pelatihan kecakapan hidup, memahami metodologi pelatihan, mampu menyusunrencana pelatihan, memiliki motivasi untuk melatih orang lain, dan memiliki keterampilan kemampuan dalam bidangnya. Pendekatan yang digunakan dalam pengembangan model pelatihan kecakapan hidup adalah pendekatan andragogi, partisipatoris dengan metode ceramah, diskusi, kerja 10 kelompok dan praktik. Evaluasi pelatihan kecakapan vokasional dilakukan dengan a evaluasi prapelatihan b evaluasi proses pelatihan, dan c evaluasi akhir pelatihan. Pada dasarnya, evaluasi dilakukan pada aspek-aspek a kemampuan memahami materi dan b kemampuan mempraktikkan. Model pelatihan kecakapan hidup dalam peningkatan kemandirian anak tunalaras di Panti Sosial Marsudi Putra Handayani Jakarta disajikan melalui gambar 1 di bawah ini. Gambar 1 Model Faktual pelatihan kecakapan hidup di PSMP Handayani Jakarta Rancangan model pelatihan kecakapan hidup dalam peningkatan kemandirian anak tunalaras secara empirik di Panti Sosial Marsudi Putra Handayani Jakarta untuk mendukung keberhasilan pelatihan tersebut sebelumnya divalidasi oleh para ahli dan praktisi terkait agar menghasilkan model konseptual yang layak dan inovatif. Model konseptual tersebut dapt dicermati pada gambar berikut ini. PROGRAM KERJA DIKNAS PELATIHAN KECAKAPAN HIDUP ANAK TUNALARAS DI PSMP HANDAYANI JAKARTA PROGRAM KERJA DEPSOS Persiapan Awal Program Pelatihan Kecakapan Hidup Pelaksanaan Program Pelatihan Kecakapan Hidup Bimbingan fisik Bimbingan Mental Bimbingan Sosial Bimbingan Keterampilan Ekstrakurikuler Bimbingan Kecakapan Akademis Penyaluran dan Pembinaan Lanjut Program Pelatihan Kecakapan Hidup Anak bekerja membuka usaha Anak dapat melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi 1 Gambar 2 Model Konseptual Pelatihan Kecakapan Hidup di PSMP Handayani Jakarta Model Pelatihan Kecakapan Hidup Bimbingan akademik, vokasional, personal, dan sosial Pretes Postes Keterampilan Teknis Teknik Otomotif, Pengelasan, dan Teknik Pendingin Program kecakapan akademik, vokasional, personal, dan sosial Kurikulum yang terintegratif: kecakapan akademik, vokasional, personal, dan sosial Tutorial, sarana prasarana, waktu, evaluasi, dll. Pendekatan partisipatif Tiga jenis keterampilan vokasional Teknis Manajeman PBM Evaluasi dan Pengembangan Out Put Warga Belajar yang memiliki kemandirian secara: akademik, vokasional, personal, dan sosial Revisi Environmental Input Perencanaan Evaluasi Pelaksanaan Proses Pelatihan Kecakapan Hidup Gagasan Pengembangan Model Pelatihan Hidup Input WB : 1. penyimpangan perilaku 2. Problema belajar 3. Pendidikan khusus, dll. Nara Sumber Tutor: Telah menguasasi azas- azas pelatihan Materi Pelatihan: 1. dibuat secara terencana dan sistematis 2. Tujuan eksplisit 3. Tujuan mengarah pada penumbuhkembangan kewirausahaan dan kemandirian wb Pelaksanaan: Tidak hanya bertumpu pada pemerolehan keterampilan Perencanaan: 1. penyusunan rencana program melibatkan warga belajar. 2. mengadakan tes keterampilan awal. 3. program kerja pelatihan sistematis dan fleksibel 4. ada tindak lanjut pelatihan 5. adanya pemisahan latar belakang sosial dan pendidikan 12

3. Implementasi Dan Efektivitas Model Model Pelatihan Kecakapan Hidup dalam