Dialog Sri Rama dengan Dewi Sobari tentang Sembilan Jalan Bakti Nawa Bhakti
36 Kelas V SD
Dalam buku Srimad Bhagavatham Ketut Wiana ada sembilan bentuk bakti nawa bhakti: Sravanam = mendengarkan, Kirtanam, = kidung suci, Smaranam = mengingat,
Padasewanam = mencium altar, Dasyam = Kerja bhakti, Wandenam = membaca kitab suci, Sandhya Bhakti = mengawali doa, Sakyanam = kedekatan, Atmaniwedanam =
penyerahan diri total pada Tuhan. Setelah Sri Rama menyebutkan ajaran Sembilan jalan bhakti Dewi Sobari pun
dapat memahami dan melakukan Bhakti Tarateng kepada Sri Rama. Kemudian Dewi Sobari berdiri tegak dengan sikap tangan Giri Mudra selanjutnya beliau men-
capai Parama Moksha yaitu tingkat moksha yang tertinggi karena roh dan badan wadahnya musnah di dunia. Melihat kejadian itu kemudian Sri Rama bersama
adiknya Laksamana menghaturkan sembah bhakti kepada Roh Dewi Sobari yang telah mencapai Parama Moksha dengan mengucapkan: “Oh Ibu terimalah sembah
bhaktiku semoga kewajibanku menjalankan Bhakti selalu dapat aku laksanakan dalam kehidupan ini.”
Demikianlah dialog Sri Rama dengan Dewi Sobari. Salah satu dari ajaran Catur Marga yaitu Bhakti Marga sangat memungkinkan seseorang untuk bisa mencapai
Moksha, asalkan Bhakti Marga tersebut dijalankan dengan dasar kewajiban yang tulus untuk berbakti kepada Guru Mulya. Seperti apa yang dilakukan oleh Sri Rama
terhadap orang tuanya Prabhu Dasarata. Dari keempat putra Prabhu Dasarata, Rama merupakan saudara yang tertua. Dari status mestinya Sri Rama sebagai
pengganti ayahanda Dasarata, tetapi karena Ibu Dewi Sumitra menghendaki Barata putranya sendiri yang harus menjadi
Raja di Ayodhya, maka Sri Rama dengan rela dan tulus memberikan tahta tersebut kepada adiknya.
Didasari oleh rasa bhak- tinya kepada orang tua
kemudian Rama di suruh menjaga pesraman para
Resi di dalam hutan agar tidak diganggu oleh para
Raksasa. Atas perin-tah Prabhu Dasarata seba-
gai pemegang kekuasaan, Rama bersama dengan
Istrinya Dewi Sita dan adiknya Laksamana pergi
meninggalkan kerajaan menuju hutan. Betapa
Sumber Gambar: Ilustrator Rizki Yusuf Hakim
Gambar 3.2 Dewi Sobari menyembah bhakti pada Sri Rama.
37 Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti
Kurikulum 2013
mulianya pikiran dan sikap Rama terhadap orang tuanya. Di samping itu Rama tidak pernah haus kekuasaan, tidak terlena dengan harta yang melimpah, tidak ingin dihormati
karena jabatan. Semua itu tidaklah menjadi ukuran keagungan baginya. Sekalipun beliau berada dalam hutan, kalau sudah berpikir yang suci, berperilaku yang bijaksana
orang akan selalu menyebut-nyebutkan kemuliaannya dan selalu akan menjadi suri tauladan sepanjang masa.
Cerita di atas memberikan gambaran kepada kita betapa besarnya arti pendidikan dalam kehidupan. Betapa besarnya makna sebuah kerukunan dalam keluarga serta
betapa tingginya nilai bhakti dan keyakinan sehingga mampu untuk mencapai jalan kebahagiaan.
D. Rangkuman
Moksha adalah kebebasan abadi yang merupakan tujuan akhir hidup manusia sesuai dengan ajaran agama Hindu. Dalam pustaka suci Veda disebutkan
dengan seloka Mokshartam Jagadhitaya ca iti dharma artinya kebahagiaan la- hir dan batin berdasarkan dengan dharma.
Dalam cerita Jaratkaru disebutkan bahwa dalam kehidupan ini kita diwajibkan memiliki keturunan agar nantinya roh orang tua yang meninggal bisa
mendapatkan sorga. Jaratkaru adalah anak yang tekun belajar Brahmacari sehingga lupa untuk mencari pasangan hidup, sebagai akibat ketinggian
ilmunya. Setelah dia tahu bahwa apabila seorang anak menjalankan Sukla Brahmacari roh orang tuanya yang meninggal tidak akan mendapat Sorga,
maka Jaratkaru kawin dengan wanita yang dicintainya untuk memiliki ketu- runan.
Keluarga Panca Pandawa masuk sorga, semua kematiannya pasti ada penyebabnya. Dewi Drupadi meninggal karena terlalu memilih kasih sayang
pada Arjuna. Sahadewa meninggal karena merasa sebagai lelaki yang
paling tampan. Nakula meninggal karena mengaku paling pintar memainkan pedang.
Arjuna meninggal karena mengaku paling pintar dalam memanah. Bima meninggal karena mengaku dirinya yang paling kuat dan perkasa, maka
janganlah sombong dan jangan pilih kasih. Jadi, di antara keluarga Panca Pandawa hanya Yudhistira yang pertama masuk sorga. Dalam sloka disebutkan
Satyam eva jayate terjemahannya, kesetiaan dan kebenaran akhirnya menang.
38 Kelas V SD
E. Uji Kompetensi