PENGARUH LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL DENGAN PENDEKATAN RASIONAL EMOTIF TERHADAP PERILAKU AGRESI PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 9 MEDAN T.A. 2014/2015.
PENDEKATAN RASIONAL EMOTIF TERHADAP PERILAKU AGRESI PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 9 MEDAN
TAHUN AJARAN 2014/2015
SKRIPSI
Oleh
AHADIAH RIZEKINA BARUS 1112151001
PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
(2)
PENDEKATAN RASIONAL EMOTIF TERHADAP PERILAKU AGRESI PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 9 MEDAN
TAHUN AJARAN 2014/2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
Oleh
AHADIAH RIZEKINA BARUS 1112151001
PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
(3)
Ahadiah Rizekina Barus. NIM. 1112151001. Pengaruh Layanan Konseling Individual Dengan Pendekatan Rasional Emotif Terhadap Perilaku Agresi Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 9 Medan T.A. 2014/2015. Skripsi. Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Medan. 2015.
Rumusan masalah yang telah diajukan dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh layanan konseling individual terhadap perilaku agresi pada siswa kelas X di SMA Negeri 9 Medan. Sedangkan tujuan dilakukan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh layanan konseling individual dengan pendekatan rasional emotif terhadap perilaku agresi pada siswa kelas X di SMA Negeri 9 Medan tahun ajaran 2014/2015.
Jenis penelitian ini adalah penelitian Kuasi eksperimen yaitu mencari pengaruh yang dikenakan perlakuan (treatment). Perlakuan itu adalah layanan konseling individual dengan pendekatan rasional emotif. Kemudian adanya penyebaran angket yang dilakukan dan observasi dari data guru BK dalam menentukan siswa yang bertujuan atau memiliki kriteria sesuai masalah yang akan diteliti yaitu perilaku agresi. Dilakukan uji coba terlebih dahulu Dari 39 angket yang di sebarkan diketahui ada 27 item yang valid dan 9 item yang tidak valid. Subjek yang diteliti berjumlah 4 orang pada siswa kelas X SMA Negeri 9 Medan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan konseling individual dengan pendekatan rasional emotif memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perilaku agresi pada siswa kelas X SMA Negeri 9 Medan tahun ajaran 2014/2015. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain pre-test dan post-test. Nilai rata-rata Pre-test = 89,5 dan nilai rata-rata post-test = 58,25. Teknik analisis data penelitian ini menggunakan rumus uji Willcoxon penghitungan yang diperoleh yaitu jhitung < jtabel (0 < 0). Karena Ho ditolak yang
tidak memiliki pengaruh layanan konseling individual dengan pendekatan rasional emotif terhadap perilaku agresi pada siswa kelas X SMA Negeri 9 Medan. Hasil yang menyatakan bahwa ada pengaruh layanan konseling individual dengan pendekatan rasional emotif terhadap perilaku agresi pada siswa kelas X SMA Negeri Negeri 9 Medan tahun ajaran 2014/2015.
(4)
v
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I : PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 7
1.3 Batasan Masalah ... 7
1.4 Rumusan Masalah ... 7
1.5 Tujuan Penelitian ... 7
1.6 Manfaat Penelitian ... 8
BAB II : KAJIAN TEORI ... 9
2.1 Kerangka Teori ... 9
2.1.1. Perilaku Agresi ... 9
2.1.1.1. Pengertian Perilaku Agresi ... 9
2.1.2. Bentuk Perilaku Agresi ... 11
2.1.3. Ciri-Ciri Perilaku Agresi ... 13
2.1.4. Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Agresi ... 14
(5)
2.1.5.1. Pengertian Layanan Konseling Individual ... 19
2.1.6. Tujuan Konseling ... 20
2.1.7. Ciri-Ciri Konseling ... 22
2.1.8. Syarat-Syarat dan Format Konseling ... 23
2.1.9 Asas-Asas Dalam Konseling ... 25
2.1.10. Proses Pelaksanaan Konseling ... 26
2.1.11. Langkah-Langkah Konseling ... 29
2.1.12. Pendekatan-Pendekatan Konseling ... 31
2.1.12.1. Pendekatan Rasional Emotif ... 31
2.1.13 Pengaruh Layanan Konseling Individual ... 40
dengan Pendekatan Rasional Emotif 2.2. Kerangka Konseptual ... 41
2.3. Hipotesis ... 42
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ... 43
3.1.Jenis Penelitian ... 43
3.2.Subjek Penelitian ... 43
3.3.Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 43
3.4. Desain Peneletian ... 44
3.5. Teknik Pengumpulan Data ... 44
3.5.1. Angket ... 44
3.6. Langkah- langkah Penelitian ... 46
3.7. Teknik Analisis Data ... 47
3.7.1.Uji Validitas ... 47
3.7.2.Uji Reabilitas ... 48
3.7.3.Uji Wolcoxon ... 48
(6)
vii
BAB IV : HASIL PENELITIAN ... 50
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 50
4.2. Hasil Analisis Data Penelitian ... 55
4.3. Uji Hipotesis ... 57
4.4. Pembahasan Penelitian ... 57
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 59
5.1.Kesimpulan ... 59
5.2.Saran ... 59
Daftar Pustaka ... 60
(7)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 2.1 Tabel Bentuk dan Contoh Agresi ... 13
Tabel 3.1 Tabel Pemberian Skor Angket Berdasarkan Skala Likert ... 45
Tabel 3.2 Tabel Kisi-kisi Angket Perilaku Agresi ... 45
Tabel 4.1 Tabel Uji Validitas Angket Perilaku Agresi ... 52
Tabel 4.2 Tabel Peringkat Pre-Test ... 55
Tabel 4.3 Tabel Peringkat Post-Test ... 56
(8)
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 : Keadaan SMA Negeri 9 Medan ... 89
Gambar 2 : Peneliti dan Guru BK SMA Negeri 9 Medan ... 89
Gambar 3 : Peneliti menyebarkan dan menjelaskan angket ... 90
Gambar 4 : Peneliti menjelaskan Perilaku Agresi ... 90
Gambar 5 : Siswa mengerjakan angket perilaku Agresi ... 91
(9)
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan manusia untuk mengubah sikap dan tata laku seseorang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. Pada umumnya pendidikan itu adalah usaha manusia untuk memanusiakan manusia itu sendiri. Kemudian terjadi interaksi di dalamnya terdapat dua subjek yaitu subjek pendidik dan subjek dididik yang berguna untuk mencapai tujuan pendidikan. Pendidikan dibedakan menjadi tiga bagian yaitu pendidikan formal, pendidikan informal dan pendidikan non formal.
Sekolah merupakan lembaga formal yang memiliki beberapa program terencana, terlaksana secara formal berdasarkan peraturan-peraturan yang berlaku. Di lingkungan sekolah itu, siswa akan berhadapan dengan orang-orang baru, benda-benda baru yang berbeda dengan lingkungan keluarga. Guru dan teman-teman sekelas memiliki cara, pola tingkah laku dan peraturan berlainan dibandingkan dengan lingkungan di rumah. Tugas di sekolah merupakan hal yang harus dikerjakan, dibandingkan dengan tugas di rumah kadang-kadang masih dibantah, ini merupakan tekanan sendiri bagi perasaan anak.
Di dalam dunia pendidikan banyak siswa yang mengalami masalah-masalah yang terjadi seperti penggunaan narkoba, cabut, bolos, terlambat datang ke sekolah, tawuran, pergaulan seks, balap liar/geng motor, banyak absen, judi, nyontek, plagiat dan lain sebagainya.
(10)
Salah satu masalah yang terjadi adalah kekerasan yang terjadi di kalangan remaja khususnya para pelajar yang tidak bisa mengontrol emosinya dengan baik, dan mudah terperangkap oleh hasutan teman bahkan disebabkan dorongan dalam dirinya sendiri. Aksi-aksi kekerasan tersebut menimbulkan perilaku agresi pada diri seseorang. Agresi itu merupakan serangan yang dilakukan seseorang secara sengaja melalui verbal dan fisik.
Dari masalah siswa tersebut dapat disimpulkan yaitu faktor pendorong seseorang berperilaku agresi disebabkan oleh frustasi hingga memicu suatu kemarahan yang tak terbatas hingga akhirnya berperilaku yang tidak sewajarnya bahkan menganiaya orang lain akibat tindakannya tersebut. Kekecewaan, sakit fisik, penghinaan, atau ancaman sering memancing amarah dan akhirnya memancing agresi. Ejekan, hinaan dan ancaman merupakan pancingan yang jitu terhadap amarah yang akan mengarah pada perilaku agresi.
Tekanan dari luar juga mempengaruhi dalam diri individu kemudian tidak sanggup mengontrol hingga berdampak berperilaku agresi yang berusaha menyakiti, menyerang bahkan melawan tidak hanya kepada diri sendiri akan tetapi orang lain.
Akibatnya berdampak buruk, tindakanlah yang dilakukan individu ketika keinginannya tersebut tidak dapat terwujud yaitu berperilaku agresi antara lain memaki, mencaci, menilai orang buruk dan dialah yang baik, semua harus merasakan apa yang individu itu rasakan, ini merupakan bentuk verbal dari perilaku agresi yang ditimbulkan, bukan hanya verbal akan tetapi berupa
(11)
kekerasan fisik seperti menendang, menyiksa, mencubit, melempar, memukul apapun dan kepada siapapun itu akan terjadi ketika seseorang itu frustasi.
Menurut hasil penelitian White dan Humphrey (Thalib 2010 : 214) menunjukkan bahwa 27,2% subjek mengalami beberapa bentuk perilaku agresif dari orang tua mereka, 49,6% mengalami beberapa bentuk pelecehan seksual, 12,4% mengalami problem seksual yang tidak diinginkan, dan 16,3% mengalami ganggun agresif seksual secara verbal. Selanjutnya 88,3% telah melakukan agresif baik secara verbal, paling tidak sekali selama periode remaja, dan 51,5% melakukan agresif fisik, paling tidak sekali selama periode remaja. Dalam menghadapi kekerasan seksual, 94,6% menggunakan strategi rasional, 85,8% melakukan agresif verbal dan 47,6% melakukan agresif fisik.
Dari Hasil Observasi dan wawancara yang dilakukan di SMA Negeri 9 Medan perilaku agresi berikut contohnya, seorang siswa yang berusaha mengganggu teman yang sedang belajar dan mempravokatori teman lain agar mengganggu teman tersebut sehingga memicu keributan di dalam kelas itu.
Kemudian siswa yang berusaha meminta dan merampas uang temannya atau adik kelas (palak-memalak) yang dilakukan, ini merupakan tindakan agresif. Sehingga memicu terjadinya perkelahian antar kelas. Memperbudak temannya untuk memenuhi hasratnya, jika temannya tersebut tidak mau maka ia tidak segan-segan untuk berperilaku agresi yaitu mengunci kawannya dalam kamar mandi. Pendidikan identik dengan kedisiplinn seperti itu akan membuat remaja menjadi seorang penakut, tidak ramah dengan orang lain, dan membeci orang yang memberi hukuman, kehilangan spontanitas serta inisiatif dan pada akhirnya melampiaskan kemarahannya dalam bentuk agresi kepada orang lain.
Dari kedisiplinan itu dapat menimbulkan aksi pemberontakan, terutama jika seseorang diberi larangan-larangan yang bersangsi hukuman tidak diimbangi
(12)
dengan alternative. Cara lain yang dapat memenuhi kebutuhan yang mendasar seperti dilarang untuk keluar main, padahal sudah waktunya istirahat sekolah. Tidak hanya itu, seperti mengintimidasi teman, merusak fasilitas di sekolah, bahkan menyerang secara tiba-tiba kepada orang lain yang tidak bersalah dan lain sebagainya.
Jelas kiranya bahwa tindakan-tindakan agresif semacam ini bukan lagi berdasarkan alasan-alasan yang rasional melainkan berdasarkan perasaan-perasaan tertentu (agresivitas amarah, kejengkelan) yang tidak dapat disalurkan secara wajar, tetapi meluap keluar mencari kambing hitamnya dan menyerangnya.
Masalah-masalah ini tentunya tidak dapat dibiarkan begitu saja, karena akan mempengaruhi perkembangan remaja ke depannya. Oleh karena itu, peran guru BK sebagai konselor sangat penting karena diperlukan untuk mengarahkan, membimbing, dan mendampingi siswa dalam menghadapi masalah-masalah tersebut di sekolah.
Setelah diuraikan kasus tersebut maka peneliti mengambil tindakan untuk menerapkan konseling individual dengan pendekatan rasional emotif terhadap perilaku agresi siswa. Menurut Prayitno (2008 : 99) yaitu konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (konselor) kepada individu yang sedang mengalami masalah (klien/siswa) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien.
(13)
Pemeliharaan dan pengembangan diri klien seutuhnya yang merupakan tujuan konseling. Pemahaman antara konselor dengan klien yang disertai adanya kesadaran dan penerimaan diri, pemecahan masalah, aktualisasi diri atau individuasi, perubahan tingkah laku dan sebagainya.
Kemudian terjadi interaksi yang melibatkan dua orang, memiliki asas yang paling utama yaitu asas kerahasiaan yang berfungsi untuk menjaga nama baik klien itu sendiri, kemudian dilakukan secara berkesinambungan hingga selesai proses konseling. Didalam konseling terdapat beberapa model-model atau pendekatan konseling.
Model-model konseling itu antara lain: terapi psikoanalitik mengarah pada pemahaman dan asimilasi, terapi eksistensial humanistik fokus pandangan mengenai manusia itu sendiri, terapi client-centered berfokus pada tanggung jawab klien, terapi gestalt menekankan kesadaran dan integrasi, analisis transaksional cenderung ke arah aspek kognitif dan behavioral dalam mengevaluasi putusan yang telah dibuat, terapi tingkah laku/behavioristik untuk merubah tingkh laku, terapi arsional emotif menekankan peran pemikiran dan sistem kepercayaan, terapi realitas berfokus pada saat sekarang dan realistik. Dari beberapa model-model konseling ini peneliti akan menyelesaikan permasalahan siswa di atas menggunakan model pendekatan rasional emotif.
Salah satu pandangan pendekatan ini adalah bahwa permasalahan yang dimiliki seseorang bukan disebabkan oleh lingkungan dan perasaannya, akan tetapi pada sistem keyakinan dan cara memandang lingkungan di sekitarnya. Gangguan emosional akan mempengaruhi keyakinan, bagaimana seseorang itu
(14)
menilai dan menginterpretasikan apa yang telah terjadi padanya. Jika emosi seseorang terganggu, maka akan terganggu pula pola pikir yang dimilikinya, dengan demikian akan timbul pola pikir yang irasional.
Pendekatan rasional emotif yaitu memfokuskan diri pada cara berpikir manusia yang berpatokan pada keyakinannya merupakan penyebab masalah emosional siswa yang bermasalah tersebut. Hal ini yang dijadikan acuan bagi konselor untuk mengubah tingkah lakunya. Tujuan utama yang ingin dicapai dalam rasional-emotif adalah memperbaiki dan mengubah sikap individu dari segi cara berpikir dan keyakinan yang irasional menuju cara berpikir yang rasional, sehingga klien dapat meningkatkan kualitas diri dan kebahagian hidupnya.
Dapat disimpulkan mengenai konseling individual itu sendiri adalah suatu proses pemberian bantuan yang terdiri dari konselor dan klien agar dapat menumbuhkan dan meningkatkan kemampuannya dalam menghadapi dan mengatasi masalah-masalah yang di alaminya dengan menggunakan teknik/pendekatan rasional emotif yang bertujuan untuk memperbaiki dan mengubah sikap, persepsi, cara berfikir, keyakinan serta pandagangan klien yang irrasional menjadi rasional, sehingga ia dapat mengembangkan diri dan mencapai realisasi diri yang optimal.
Berdasarkan masalah yang telah diuraikan di atas, maka peneliti merasa penting untuk meneliti “Pengaruh Layanan Konseling Individual Dengan Pendekatan Rasional Emotif Terhadap Perilaku Agresi Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 9 Medan Tahun Ajaran 2014/2015”.
(15)
1.2. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah berdasarkan uraian latar belakang di atas dalam penelitian ini, yaitu (faktor internal maupun eksternal), diantaranya:
a. Melawan guru sekolah
b. Prapukator teman sehingga memicu perkelahian di sekolah c. Merusak fasilitas sekolah
d. Merampas milik orang lain
e. Menyiksa dan menganiaya orang lain dengan sengaja
1.3. Pembatasan Masalah
Berdasarkan uraian identifikasi masalah di atas, maka perlu adanya pembatas terhadap masalah itu sendiri, peneliti membatasinya mengenai
“Pengaruh Layanan Konseling Individual Dengan Pendekatan Rasional Emotif Terhadap Perilaku Agresi Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 9 Medan Tahun Ajaran 2014/2015”.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, dapat ditentukan masalah pada penelitian ini adalah “Apakah Ada Pengaruh Layanan Konseling Individual Dengan Pendekatan Rasional Emotif Terhadap Perilaku Agresi Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 9 Medan Tahun Ajaran 2014/2015?”.
1.5. Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Layanan Konseling Individual Dengan Pendekatan Rasional Emotif Terhadap Perilaku Agresi Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 9 Medan Tahun Ajaran 2014/2015.
(16)
1.6. Manfaat Masalah
Tercapainya tujuan di atas, diharapkan penelitian ini memiliki berbagai manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat konseptual
Penelitian ini diharapkan mampu mengembangkan teknik dalam bimbingan dan konseling khususnya yang berhubungan dengan konseling individual pendekatan rasional emotif terhadap perilaku agresi pada siswa dan dapat menambah wawasan maupun ilmu pengetahuan . Kemudian bahan masukan pula bagi yang mengadakan penelitian pada permasalahan yang sama.
2. Manfaat praktis
Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk :
a. Bagi Siswa: melatih siswa untuk mengontrol perilaku agresi sehingga berperilaku yang sesuai dengan peraturan yang berlaku.
b. Bagi Konselor: bahan masukan bagi Guru Bk itu sendiri dalam mengatasi masalah siswa yang berkaitan hubungan dengan permasalahan siswa yang timbul pada perilaku agresi.
c. Bagi Peneliti: sebagai pengalaman dan pemahan bagi peneliti untuk meneliti perilaku agresi dengan menggunakan layanan konseling individual dengan pendekatan rasional emotif untuk dapat meminimalisirkan masalah yang akan diteliti.
d. Bagi Sekolah: sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan dan mengarahkan siswa ketika mengalami masalah dalam berperilaku agresi dengan beberapa bentuk penyelesaian yang digunakan pihak sekolah khususnya SMA Negeri 9 Medan.
(17)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan oleh peneliti, maka Ho ditolak dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh layanan konseling individual dengan pendekatan rasional emotif terhadap perilaku agresi pada siswa SMA Negeri 9 Medan T.A 2014/2015. Ini dapat dilihat dari hasil uji wilcoxon yang menunjukkan bahwa jhitung lebih kecil dari jtabel yaitu 0 < 0.
5.2SARAN
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disarankan pada beberapa pihak, khusunya bagi peneliti lain supaya bahan ini dapat bermanfaat dan bisa menjadi bahan panduan dalam mengembangkan beberapa teori yang terdapat di salah satu layanan BK yaitu konseling individual dengan menggunakan pendekatan yang berpengaruh untuk mengubah perilaku agresi, pendekatan ini adalah pendekatan rasional emotif.
Kepada pihak sekolah dan guru pembimbing hendaknya, bekerjasama dalam mengubah tingkah laku siswa. Dapat menggunakan layanan konseling individual dengan menggunakan pendekatan rasional emotif yang berguna mengarahkan pola pikir irasional ke arah rasional dapat mempengaruhi perilaku siswa yang pada umumnya siswa tersebut berperilaku tidak sewajarnya sebagai siswa hingga akhirnya siswa tersebut dapat bertingkah laku yang sesuai dengan aturan yang telah ditegakkan dalam sekolah ini.
(18)
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Arintoko. 2011. Wawancara Konseling di Sekolah, Yogyakarta: Andi. Atkinson, Rita L dkk.1983. Pengantar Psikologi. Jakarta: Erlangga.
Byrne, Donn, dan Baron, Robert A. 2010. Psikologi Sosial jilid 2, Jakarta: Erlangga. (online), dalam (http://novira08.wordpress.com/2010/05/06/agre si/), di akses 25 Februari 2014.
Corey, Gerald. 2010. Konseling & Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama. Hartono dan Boy Soedarmadji. 2012. Psikologi Konseling, Jakarta: Kencana. Jahja, Yudrik. 2011. Psikologi Perkembangan, Jakarta: Kencana.
Lubis, Namora Lumongga M.Sc. 2011. Memahami dasar-dasar konseling dalam
teori dan praktik, Jakarta: Kencana.
Mappiare, Andi AT. 2009. Pengantar Konseling dan Psikoterapi Edisi Kedua. Malang: RajaGrafindo.
Margono. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta. Mulyadi, H. 2010. Diagnosis Kesulitan Belajar, Yogyakarta: Nuha Litera.
Prayitno, H dan Amti, Erman 2008. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Rineka Cipta.
Rahmi, Alifia Rima. 2013. Proposal Penelitian Kuantitatif , Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru. (online), dalam (http://rimaalifiarahmi.blogspot.co m/2013/03/proposal-penelitian kuantitatif.html). di akses 03Maret 2013. Sarwono, W. Sarlito & Meinarno, Eko A. 2011. Psikologi Sosial, Jakarta:
Salemba Humanik.
Sudjana. 1996. Metode Statistika, Bandung: Tarsito.
Sukardi. 2009. Metodologi Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara.
Thalib, Syamsul Bachri. 2010. Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris
Aplikatif, Jakarta: Kencana.
(1)
Pemeliharaan dan pengembangan diri klien seutuhnya yang merupakan tujuan konseling. Pemahaman antara konselor dengan klien yang disertai adanya kesadaran dan penerimaan diri, pemecahan masalah, aktualisasi diri atau individuasi, perubahan tingkah laku dan sebagainya.
Kemudian terjadi interaksi yang melibatkan dua orang, memiliki asas yang paling utama yaitu asas kerahasiaan yang berfungsi untuk menjaga nama baik klien itu sendiri, kemudian dilakukan secara berkesinambungan hingga selesai proses konseling. Didalam konseling terdapat beberapa model-model atau pendekatan konseling.
Model-model konseling itu antara lain: terapi psikoanalitik mengarah pada pemahaman dan asimilasi, terapi eksistensial humanistik fokus pandangan mengenai manusia itu sendiri, terapi client-centered berfokus pada tanggung jawab klien, terapi gestalt menekankan kesadaran dan integrasi, analisis transaksional cenderung ke arah aspek kognitif dan behavioral dalam mengevaluasi putusan yang telah dibuat, terapi tingkah laku/behavioristik untuk merubah tingkh laku, terapi arsional emotif menekankan peran pemikiran dan sistem kepercayaan, terapi realitas berfokus pada saat sekarang dan realistik. Dari beberapa model-model konseling ini peneliti akan menyelesaikan permasalahan siswa di atas menggunakan model pendekatan rasional emotif.
Salah satu pandangan pendekatan ini adalah bahwa permasalahan yang dimiliki seseorang bukan disebabkan oleh lingkungan dan perasaannya, akan tetapi pada sistem keyakinan dan cara memandang lingkungan di sekitarnya. Gangguan emosional akan mempengaruhi keyakinan, bagaimana seseorang itu
(2)
menilai dan menginterpretasikan apa yang telah terjadi padanya. Jika emosi seseorang terganggu, maka akan terganggu pula pola pikir yang dimilikinya, dengan demikian akan timbul pola pikir yang irasional.
Pendekatan rasional emotif yaitu memfokuskan diri pada cara berpikir manusia yang berpatokan pada keyakinannya merupakan penyebab masalah emosional siswa yang bermasalah tersebut. Hal ini yang dijadikan acuan bagi konselor untuk mengubah tingkah lakunya. Tujuan utama yang ingin dicapai dalam rasional-emotif adalah memperbaiki dan mengubah sikap individu dari segi cara berpikir dan keyakinan yang irasional menuju cara berpikir yang rasional, sehingga klien dapat meningkatkan kualitas diri dan kebahagian hidupnya.
Dapat disimpulkan mengenai konseling individual itu sendiri adalah suatu proses pemberian bantuan yang terdiri dari konselor dan klien agar dapat menumbuhkan dan meningkatkan kemampuannya dalam menghadapi dan mengatasi masalah-masalah yang di alaminya dengan menggunakan teknik/pendekatan rasional emotif yang bertujuan untuk memperbaiki dan mengubah sikap, persepsi, cara berfikir, keyakinan serta pandagangan klien yang irrasional menjadi rasional, sehingga ia dapat mengembangkan diri dan mencapai realisasi diri yang optimal.
Berdasarkan masalah yang telah diuraikan di atas, maka peneliti merasa penting untuk meneliti “Pengaruh Layanan Konseling Individual Dengan Pendekatan Rasional Emotif Terhadap Perilaku Agresi Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 9 Medan Tahun Ajaran 2014/2015”.
(3)
1.2. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah berdasarkan uraian latar belakang di atas dalam penelitian ini, yaitu (faktor internal maupun eksternal), diantaranya:
a. Melawan guru sekolah
b. Prapukator teman sehingga memicu perkelahian di sekolah c. Merusak fasilitas sekolah
d. Merampas milik orang lain
e. Menyiksa dan menganiaya orang lain dengan sengaja 1.3. Pembatasan Masalah
Berdasarkan uraian identifikasi masalah di atas, maka perlu adanya pembatas terhadap masalah itu sendiri, peneliti membatasinya mengenai “Pengaruh Layanan Konseling Individual Dengan Pendekatan Rasional Emotif Terhadap Perilaku Agresi Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 9 Medan Tahun Ajaran 2014/2015”.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, dapat ditentukan masalah pada penelitian ini adalah “Apakah Ada Pengaruh Layanan Konseling Individual Dengan Pendekatan Rasional Emotif Terhadap Perilaku Agresi Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 9 Medan Tahun Ajaran 2014/2015?”.
1.5. Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Layanan Konseling Individual Dengan Pendekatan Rasional Emotif Terhadap Perilaku Agresi Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 9 Medan Tahun Ajaran 2014/2015.
(4)
1.6. Manfaat Masalah
Tercapainya tujuan di atas, diharapkan penelitian ini memiliki berbagai manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat konseptual
Penelitian ini diharapkan mampu mengembangkan teknik dalam bimbingan dan konseling khususnya yang berhubungan dengan konseling individual pendekatan rasional emotif terhadap perilaku agresi pada siswa dan dapat menambah wawasan maupun ilmu pengetahuan . Kemudian bahan masukan pula bagi yang mengadakan penelitian pada permasalahan yang sama.
2. Manfaat praktis
Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk :
a. Bagi Siswa: melatih siswa untuk mengontrol perilaku agresi sehingga berperilaku yang sesuai dengan peraturan yang berlaku.
b. Bagi Konselor: bahan masukan bagi Guru Bk itu sendiri dalam mengatasi masalah siswa yang berkaitan hubungan dengan permasalahan siswa yang timbul pada perilaku agresi.
c. Bagi Peneliti: sebagai pengalaman dan pemahan bagi peneliti untuk meneliti perilaku agresi dengan menggunakan layanan konseling individual dengan pendekatan rasional emotif untuk dapat meminimalisirkan masalah yang akan diteliti.
d. Bagi Sekolah: sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan dan mengarahkan siswa ketika mengalami masalah dalam berperilaku agresi dengan beberapa bentuk penyelesaian yang digunakan pihak sekolah khususnya SMA Negeri 9 Medan.
(5)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan oleh peneliti, maka Ho ditolak dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh layanan konseling individual dengan pendekatan rasional emotif terhadap perilaku agresi pada siswa SMA Negeri 9 Medan T.A 2014/2015. Ini dapat dilihat dari hasil uji wilcoxon yang menunjukkan bahwa jhitung lebih kecil dari jtabel yaitu 0 < 0.
5.2SARAN
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disarankan pada beberapa pihak, khusunya bagi peneliti lain supaya bahan ini dapat bermanfaat dan bisa menjadi bahan panduan dalam mengembangkan beberapa teori yang terdapat di salah satu layanan BK yaitu konseling individual dengan menggunakan pendekatan yang berpengaruh untuk mengubah perilaku agresi, pendekatan ini adalah pendekatan rasional emotif.
Kepada pihak sekolah dan guru pembimbing hendaknya, bekerjasama dalam mengubah tingkah laku siswa. Dapat menggunakan layanan konseling individual dengan menggunakan pendekatan rasional emotif yang berguna mengarahkan pola pikir irasional ke arah rasional dapat mempengaruhi perilaku siswa yang pada umumnya siswa tersebut berperilaku tidak sewajarnya sebagai siswa hingga akhirnya siswa tersebut dapat bertingkah laku yang sesuai dengan aturan yang telah ditegakkan dalam sekolah ini.
(6)
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Arintoko. 2011. Wawancara Konseling di Sekolah, Yogyakarta: Andi. Atkinson, Rita L dkk.1983. Pengantar Psikologi. Jakarta: Erlangga.
Byrne, Donn, dan Baron, Robert A. 2010. Psikologi Sosial jilid 2, Jakarta: Erlangga. (online), dalam (http://novira08.wordpress.com/2010/05/06/agre si/), di akses 25 Februari 2014.
Corey, Gerald. 2010. Konseling & Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama. Hartono dan Boy Soedarmadji. 2012. Psikologi Konseling, Jakarta: Kencana. Jahja, Yudrik. 2011. Psikologi Perkembangan, Jakarta: Kencana.
Lubis, Namora Lumongga M.Sc. 2011. Memahami dasar-dasar konseling dalam teori dan praktik, Jakarta: Kencana.
Mappiare, Andi AT. 2009. Pengantar Konseling dan Psikoterapi Edisi Kedua. Malang: RajaGrafindo.
Margono. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta. Mulyadi, H. 2010. Diagnosis Kesulitan Belajar, Yogyakarta: Nuha Litera.
Prayitno, H dan Amti, Erman 2008. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Rineka Cipta.
Rahmi, Alifia Rima. 2013. Proposal Penelitian Kuantitatif , Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru. (online), dalam (http://rimaalifiarahmi.blogspot.co
m/2013/03/proposal-penelitian kuantitatif.html). di akses 03Maret 2013.
Sarwono, W. Sarlito & Meinarno, Eko A. 2011. Psikologi Sosial, Jakarta: Salemba Humanik.
Sudjana. 1996. Metode Statistika, Bandung: Tarsito.
Sukardi. 2009. Metodologi Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara.
Thalib, Syamsul Bachri. 2010. Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif, Jakarta: Kencana.