Hama dan penyakit tanaman nanas (Ananas comosus L. Merr) di Kecamatan Ngancar, Kediri

HAMA DAN PENYAKIT
TANAMAN NANAS (Ananas comosus L. Merr.)
DI KECAMATAN NGANCAR, KEDIRI

SISTANIA AMANDARI

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

ABSTRAK

SISTANIA AMANDARI. Hama dan Penyakit Tanaman Nanas (Ananas comosus
L. Merr.) di Kecamatan Ngancar, Kediri. Dibimbing oleh HERMANU
TRIWIDODO dan SURYO WIYONO.
Semakin maju dunia pertanian dan tingginya permintaan konsumen akan buahbuahan berkualitas tinggi dan berstandar internasional, membuat Indonesia
sebagai salah satu negara pengekspor buah memiliki tantangan yang tidak mudah
dalam perdagangan buah internasional sebagai komoditas ekspor. Sebagai negara
tropis, potensinya sangat besar dalam budidaya tanaman termasuk buah-buahan.

Nanas merupakan salah satu komoditas ekspor andalan Indonesia yang diekspor
baik dalam bentuk segar, pengalengan (canning) maupun jus. Beberapa daerah
penghasil nanas yaitu Subang, Bogor, dan Kediri. Areal pertanaman nanas
semakin meluas, contohnya di Kediri, tepatnya di Kecamatan Ngancar. Semakin
meluasnya pertanaman nanas memicu peningkatan permasalahan hama dan
penyakit yang muncul. Sementara informasi tentang hama dan penyakit tanaman
nanas masih belum banyak diketahui. Tujuan dilakukan penelitian ini yaitu
mengetahui hama dan penyakit tanaman nanas di Kecamatan Ngancar, Kabupaten
Kediri, Jawa Timur. Metode penelitian yang dilakukan terdiri dari wawancara
dengan beberapa petani nanas untuk mendapatkan informasi mengenai teknik
budidaya nanas setempat. Lalu dilanjutkan dengan pengamatan di lapangan,
pengukuran persen tanaman terserang hama, kejadian dan keparahan penyakit,
proses identifikasi di laboratorium dan pengolahan data. Beberapa hama dan
penyakit yang ditemukan yaitu kutu putih Dysmicoccus brevipes (Hemiptera:
Pseudococcidae), uret Lepidiota sp. (Coleoptera: Scarabaeidae), tikus Rattus sp.
(Rodentia: Muridae), monyet ekor panjang Macaca fascicularis (Primata:
Cercopithecidae), penyakit layu/MWP (Mealybug Wilt of Pineapple), busuk
pangkal batang (Thielaviopsis sp.), hawar daun (Cladosporium sp.), bercak kelabu
(Pestalotiopsis sp.), alga hijau, penyakit yang belum teridentifikasi yaitu penyakit
dengan gejala D, E, H, dan L, serta satu jenis hama yang belum teridentifikasi.


Kata kunci: hama, penyakit, nanas, Ananas comosus

HAMA DAN PENYAKIT
TANAMAN NANAS (Ananas comosus L. Merr.)
DI KECAMATAN NGANCAR, KEDIRI

SISTANIA AMANDARI
A34070048

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011


: Hama dan Penyakit Tanaman Nanas (Ananas comosus L.
Merr) di Kecamatan Ngancar, Kediri
Nama Mahasiswa : Sistania Amandari
NIM
: A34070048

Judul Skripsi

Disetujui,
Dosen Pembimbing I

Dosen Pembimbing II

Dr. Ir. Hermanu Triwidodo, M.Sc
NIP.19570122 198103 1 002

Dr. Ir. Suryo Wiyono, M.Sc.Agr
NIP.19690212 199203 1 003

Diketahui,

Ketua Departemen

Prof. Dr. Ir. Dadang, M.Sc
NIP. 19640204 199002 1 002

Tanggal lulus:

RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Bogor pada tanggal 6 Maret 1989 sebagai anak pertama
dari tiga bersaudara pasangan Alm. Bapak Ir. Supardji dan Ibu Dyah Sutrisnawati.
Penulis memiliki riwayat pendidikan sekolah di TKK. Pertiwi I Bogor (19931994), SDN Panaragan 1 Kota Bogor (1995-2001), SMP Negeri 4 Kota Bogor
(2001-2004), dan SMA Negeri 5 Kota Bogor (2004-2007).
Setelah itu penulis melanjutkan pendidikannya di Institut Pertanian Bogor
(IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dengan sistem berbasis
mayor minor. Penulis diterima di pilihan pertama yaitu Departemen Proteksi
Tanaman, Fakultas Pertanian IPB. Sebelum memasuki departemen, penulis
menempuh masa Tingkat Persiapan Bersama (TPB) selama 1 tahun pertama di
kelas B01. Pada tahun berikutnya penulis melanjutkan pendidikannya dengan
Mayor Proteksi Tanaman dan Minor Manajemen Lahan dari Departemen Ilmu
Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB.

Selama masa kuliah, penulis aktif mengikuti beberapa organisasi
kemahasiswaan seperti anggota Uni Konservasi Fauna (UKF) IPB (2007-2008),
staff Divisi Sosial Lingkungan BEM Faperta IPB (2008-2009), staff Divisi
Informasi dan Komunikasi Himpunan Mahasiswa Proteksi Tanaman
(HIMASITA) IPB (2008-2009), dan Sekretaris I HIMASITA IPB (2010-2011).
Selain itu, penulis juga aktif mengikuti kepanitiaan seperti panitia Masa
Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru (MPKMB) IPB 2008, Masa Perkenalan
Fakultas (MPF) Faperta “Saung Tani 45”, dan Masa Perkenalan Departemen
(MPD) “Instar 45” sebagai Komisi Disiplin (Komdis). Serta panitia Seminar
Nasional Perlindungan Tanaman 2009 dan Seminar Nasional VI Perhimpunan
Entomologi Indonesia (PEI) 2010. Penulis pernah menjadi asisten praktikum
mata kuliah Ilmu Hama Tumbuhan Dasar, Hama dan Penyakit Tanaman Setahun,
Dasar-dasar Proteksi Tanaman, Klinik Tanaman, dan Biologi Cendawan di S1
IPB, serta mata kuliah Hama dan Penyakit Benih di Diploma IPB. Selama masa
kuliah penulis mendapatkan beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) IPB
dan beasiswa van Deventer-Maas Stichting. Penulis juga pernah mengikuti
kegiatan 9th Leadership Conference van Deventer-Maas Stichting sebagai satusatunya delegasi dari IPB di Medan, Sumatera Utara.

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia yang

telah diberikan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
sebagai tugas akhir yang berjudul “Hama dan Penyakit Tanaman Nanas (Ananas
comosus L. Merr.) di Kecamatan Ngancar, Kediri.” Skripsi ini disusun sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada:
1. Ibu yang telah melimpahkan dukungan serta bimbingan yang tidak terhingga
kepada penulis sampai saat ini, dan Alm. Bapak yang menginspirasi penulis
sampai saat ini, serta Danang Yuswantoro dan Dayu Dityo Kisworo yang
telah memberikan semangat dan menghibur penulis di kala jenuh.
2. Seluruh keluarga besar penulis (Alm. Sukarno dan Alm. Soebijanto) yang
selalu mendukung dan memberi semangat tiada henti kepada penulis.
3. Dr. Ir. Hermanu Triwidodo, M.Sc dan Dr. Ir. Suryo Wiyono, M.Sc.Agr
sebagai dosen pembimbing skripsi yang selalu memberikan bimbingannya
kepada penulis selama ini.
4. Dr. Ir. Tri Asmira Damayanti, M.Agr sebagai dosen penguji tamu yang selalu
memberikan motivasi, kritikan, dan sarannya selama ini.
5. Ir. Ivonne Oley Sumarauw, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik yang
selama ini telah membimbing penulis dalam masa perkuliahan.
6. Dra. Dewi Sartiami, M.Si yang telah membimbing dan memberi

dukungannya kepada penulis dalam proses identifikasi kutu putih.
7. Dr. Ir. Gede Suastika, M.Sc yang telah memberikan saran dan informasi
penting mengenai penyakit layu nanas.
8. Dhamayanti Adidharma, Ph.D sebagai moderator dalam seminar tugas akhir
penulis dan atas saran-saran yang telah diberikan kepada penulis.
9. Sahabat penulis yang selalu mengiringi dalam suka maupun duka serta
memberikan segala dukungannya kepada penulis: Anik Nurhayati, Dolpina
Antonia Ratissa, Sherly Anggraini, dan Gamatriani Markhamah.
10. Seluruh keluarga besar Departemen Proteksi Tanaman baik staff pengajar,
laboran, pegawai, maupun para mahasiswa kakak kelas, adik kelas,
khususnya untuk DPT’44 yang sama-sama berjuang dalam penyelesaian
tugas akhir ini.
11. Keluarga besar Bpk. Samsianto, Bpk. Suntoro, Bpk. Suprapto, Bpk. Puji
Setiono, Bpk. Jumali, dan Bpk. Sarianto yang telah menerima penulis dengan
baik dan memberikan segala dukungan serta bantuannya selama penelitian
lapangan di Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri, Jawa Timur.
12. Seluruh teman dan sahabat di Kelompok Tani “RANTAI KELUD,” Radio
Komunitas Kelud.fm dan Sera.fm, khususnya Eko Soeroso, Markis, Nano,
Riris, dan kawan-kawan yang telah setia menemani dan membantu penulis
dalam penelitian di lapangan.

13. Wahyu Samodra, S.Hut dan keluarga, yang telah membimbing penulis dalam
pembuatan peta lokasi penelitian.

vii

14. Dr. Warsito Tantowijoyo, Mas Giyanto, dan kawan-kawan yang telah
membimbing dan membantu proses identifikasi serangga di Laboratorium
Entomologi LIPI Cibinong, Bogor.
15. Serta teman satu pembimbing penulis dan satu lab yang telah saling
memberikan dorongan dan dukungannya satu sama lain: Nur Asiah, Yulius
Dika Ciptadi, Ahmad Khoerudin Latip, Radhy Alfitra, Etika Ayu
Kusumadewi, Heny Emilia, Irma Utami Siagian, dan Agus Fitriani Tambun.
16. Iis Risa Maftuhah dan Lestari Febriyeni (DPT’45) yang sempat menemani
penulis dalam penelitian sebelumnya dengan segala dukungan dan motivasi
yang telah diberikan.
Penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka penulis
mengharapkan kritik dan saran. Penulis berharap agar penelitian ini dapat
dilanjutkan, sehingga bermanfaat bagi petani dan ilmu pengetahuan.

Bogor, November 2011


Sistania Amandari

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL.......................................................................................

x

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................

xi

PENDAHULUAN ......................................................................................

1

Latar Belakang ........................................................................................


1

Tujuan......................................................................................................

2

Manfaat....................................................................................................

2

TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................

3

Tanaman Nanas .......................................................................................

3

Taksonomi ...............................................................................................


3

Asal dan Distribusi ..................................................................................

3

Kultivar Nanas.........................................................................................

3

Syarat Tumbuh ........................................................................................

5

Budidaya Nanas.......................................................................................

6

Panen dan Hasil .......................................................................................

7

Hama pada Tanaman Nanas ....................................................................

7

Penyakit pada Tanaman Nanas................................................................

8

BAHAN DAN METODE ...........................................................................

11

Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................

11

Bahan dan Alat ........................................................................................

11

Wawancara Petani ...................................................................................

12

Pengamatan dan Pengukuran Kejadian dan Keparahan Penyakit serta
Persentase Tanaman Terserang Hama.....................................................

12

Pengambilan Sampel Hama dan Tanaman Bergejala Penyakit...............

15

Sweeping (Penjaringan Serangga) ...........................................................

15

Identifikasi Hama, Patogen, dan Hasil Sweeping....................................

16

HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................

17

Lokasi Penelitian .....................................................................................

17

Cara Budidaya .........................................................................................

17

Hama dan Penyakit yang Sering Ditemukan...........................................

23

ix

Pengendalian Hama dan Penyakit ...........................................................

23

Hama pada Tanaman Nanas di Kecamatan Ngancar ..............................

24

Kutu Putih Dysmicoccus brevipes (Hemiptera: Pseudococcidae) .......

24

Uret (Pineapple white grubs) Lepidiota sp. (Coleoptera:
Scarabaeidae) .......................................................................................

26

Tikus Rattus sp. (Rodentia: Muridae)..................................................

29

Monyet Ekor Panjang Macaca fascicularis (Primata:
Cercopithecidae) ..................................................................................

30

Gejala Hama Lainnya yang Belum Teridentifikasi .............................

34

Penyakit pada Tanaman Nanas di Kecamatan Ngancar ..........................

35

Penyakit layu/Mealybug Wilt of Pineapple (MWP) ............................

35

Busuk Pangkal Batang (Base Rot) .......................................................

37

Bercak Kelabu (Gray Leaf Spot) .........................................................

38

Hawar Daun (Leaf Blight)....................................................................

39

Alga Hijau (Green Algae)/Chlorophyta...............................................

40

Penyakit Lainnya yang Belum Teridentifikasi (Penyakit Gejala D, E,
H, dan L) ..............................................................................................

41

Hama dan Penyakit pada Kultivar Nanas Smooth Cayenne-Master
Diamond 2 (SC-MD 2)............................................................................

47

Hasil Sweeping Serangga ........................................................................

49

KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................

52

Kesimpulan..............................................................................................

52

Saran ........................................................................................................

52

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................

53

LAMPIRAN................................................................................................

56

x

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1 Keparahan dan nilai numerik penyakit nanas ..................................
Tabel 2 Persentase tanaman terserang Lepidiota sp. dan D. brevipes
padatanaman nanas berumur muda, sedang, dan tua di Kecamatan
Ngancar ............................................................................................
Tabel 3 Persentase tanaman terserang Lepidiota sp. dan D. brevipes di tiga
desa (Sempu, Sugihwaras, dan Manggis) di Kecamatan Ngancar...
Tabel 4 Kejadian penyakit pada tanaman nanas berumur muda, sedang,
dan tua di Kecamatan Ngancar ........................................................
Tabel 5 Kejadian penyakit pada tanaman nanas di tiga desa contoh
(Sempu, Sugihwaras, dan Manggis) di Kecamatan Ngancar...........
Tabel 6 Keparahan penyakit pada tanaman nanas berumur muda, sedang,
dan tua di Kecamatan Ngancar ........................................................
Tabel 7 Keparahan penyakit pada tanaman nanas di tiga desa contoh
(Sempu, Sugihwaras, dan Manggis) di Kecamatan Ngancar...........
Tabel 8 Kekayaan spesies arthropoda hasil sweeping ..................................

13

33
33
43
44
45
46
49

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
Gambar 4
Gambar 5
Gambar 6
Gambar 7
Gambar 8
Gambar 9
Gambar 10
Gambar 11
Gambar 12
Gambar 13
Gambar 14
Gambar 15
Gambar 16
Gambar 17
Gambar 18
Gambar 19
Gambar 20
Gambar 21
Gambar 22
Gambar 23
Gambar 24
Gambar 25
Gambar 26
Gambar 27
Gambar 28

Peta lokasi penelitian .............................................................
Sketsa kebun pengamatan......................................................
Sketsa plot pengamatan sweeping..........................................
Pertanaman tumpang sari nanas.............................................
Persiapan lahan. .....................................................................
Bibit nanas. ............................................................................
Pola tanam nanas ...................................................................
Pupuk amina ..........................................................................
Pemberian ZPT ethrel ............................................................
Kategori buah nanas berdasarkan ukuran .............................. .
Kutu putih D. brevipes...........................................................
Gejala serangan uret Lepidiota sp..........................................
Larva Lepidiota sp. ................................................................
Gejala serangan tikus Rattus sp. ............................................
Tikus Rattus sp.......................................................................
Gejala serangan monyet ekor panjang ...................................
Monyet ekor panjang (M. fascicularis)..................................
Habibat M. fascicularis..........................................................
Gejala hama lain yang belum teridentifikasi .........................
Gejala MWP ..........................................................................
Gejala busuk pangkal batang .................................................
Gejala bercak kelabu..............................................................
Gejala hawar daun. ................................................................
Gejala alga hijau ....................................................................
Gejala penyakit lain yang belum teridentifikasi ....................
Gejala MWP pada kultivar SC-MD2.....................................
Koloni D. brevipes di bagian akar nanas kultivar SC-MD2 ..
Arthropoda hasil sweeping.....................................................

11
12
15
18
18
19
20
21
21
22
25
26
27
29
30
31
32
33
34
37
38
39
40
41
42
47
48
50

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Indonesia merupakan wilayah tropis, beriklim basah, serta berada di
wilayah khatulistiwa. Daerah ini memungkinkan tumbuhnya berbagai macam
tumbuhan dengan subur, termasuk buah-buahan. Banyak jenis buah-buahan tropis
yang dihasilkan Indonesia, namun kebanyakan masih membanjiri pasar lokal
hanya pada saat panen raya.

Baru sedikit jenis buah yang menempati pasar

swalayan atau pasar internasional. Jenis buah-buahan tropis yang diperdagangkan
di pasar internasional saat ini adalah pisang, mangga, alpukat, rambutan, markisa,
sirsak, jambu biji, belimbing, manggis, dan nanas.
Nanas merupakan salah satu komoditas penting yang dimiliki oleh
Indonesia. Buah ini menjadi komoditas ekspor andalan dalam bentuk kalengan
(canning) dan jus. Selain buahnya, nanas memiliki banyak kegunaan. Daunnya
dapat diolah menjadi serat (benang) yang bagus sebagai bahan pakaian tetapi
masih belum dikembangkan.

Pada buah nanas terdapat zat bromealin yang

bersifat sebagai pemecah protein (pelunak daging) (Sunarjono 2006).
Banyak sekali daerah penghasil nanas di Indonesia, yaitu Sumatera Utara
(Pematang Siantar), Riau (Tanjung Pinang, Bengkalis, dan Kampar), Sumatera
Selatan (Indralaya, Tanjung Batu, Prabumulih, dan Palembang), Jawa Barat
(Bogor, Lembang, dan Subang), Jawa Timur (Blitar, Jember, dan Kediri)
(Sunarjono 2006).
Kebutuhan konsumen terhadap nanas semakin meningkat, sehingga para
petani nanas semakin bergairah dalam pembudidayaan tanaman ini.

Hal ini

mengakibatkan areal pertanaman nanas semakin meluas, contohnya di Kabupaten
Kediri, tepatnya di Kecamatan Ngancar. Semakin meluasnya areal pertanaman
memicu semakin banyaknya masalah hama dan penyakit yang muncul. Masalah
ini menjadi salah satu kendala dalam mengembangkan komoditas nanas yang
sangat potensial ini. Informasi mengenai hama dan penyakit nanas pun masih
belum banyak diketahui.

Padahal informasi tersebut sangat penting untuk

menentukan langkah pengelolaan hama dan penyakit tanaman nanas.

2

Tujuan
Penelitian ini bertujuan mengetahui hama dan penyakit tanaman nanas di
Kecamatan Ngancar, Kediri.

Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu menyediakan informasi
mengenai hama dan penyakit tanaman nanas di Kecamatan Ngancar, Kediri.

3

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Nanas
Nanas merupakan anggota dari famili Bromeliaceae yang terdiri dari 45
genus serta 2000 spesies. Nanas dikenal dengan nama latin yaitu Ananas comosus
L. Merr (syn. A. sativus Schult. f., Ananassa sativa Lindl., Bromelia ananas L., B.
comosa L.). Nanas dikenal dengan beberapa nama lokal di berbagai negara, yaitu
pina di Spanyol, abacaxi di Portugis, ananas di Belanda dan Perancis, nanas di
Asia, po-lo-mah di Cina, sweet pine di Jamaika, dan pine di Guatemala (Morton
1987).

Taksonomi
Klasifikasi tanaman nanas menurut Collins (1960) yaitu sebagai berikut:
Kingdom: Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi: Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Kelas: Angiosperma (berbiji tertutup)
Ordo: Farinosae (Bromeliales)
Famili: Bromiliaceae
Genus: Ananas dan Pseudoananas

Asal dan Distribusi
Tanaman nanas berasal dari Amerika tropis, yakni Brazil, Argentina, dan
Peru. Pada saat ini, nanas telah tersebar ke seluruh dunia, terutama di sekitar
khatulistiwa antara 30° LU dan 30° LS (Sunarjono 2006).

Kultivar Nanas
Menurut Nakasone & Paull (1998), kultivar nanas dibagi dalam lima
kelompok yaitu Cayenne, Queen, Spanish, Abacaxi, dan Maipure.
Cayenne.

Kultivar ini tersebar luas, banyak ditemukan di Filipina,

Thailand, Hawai, Kenya, Meksiko, dan Taiwan. Nama lain dari kultivar ini yaitu

4

“smooth cayenne.” Kultivar ini merupakan standarisasi nanas untuk processing
dan perdagangan buah segar, karena bentuknya yang silinder, bermata dangkal
(shallow eyes), daging buah berwarna kuning, rasanya tidak terlalu asam, dan
memiliki hasil produksi yang tinggi. Pilihan lokal biasanya dikenal dengan nama
asalnya, seperti “Serawak” di Malaysia, “Champaka” yang merupakan asli dari
India, namun banyak hidup di Hawaii.

Kelemahan kultivar ini yaitu rentan

terhadap kutu putih dan nematoda (Nakasone & Paull 1998).
Ciri-ciri kultivar Cayenne yaitu tinggi batang dan tangkai buah 20-50 cm.
Garis tengah batang yang terbesar termasuk daun berkisar 7,6-15 cm. Jumlah
daun berkisar antara 60-80 helai. Daun paling panjang kira-kira 101 cm, paling
lebar 6,5 cm. Daun berbentuk palung yang dangkal dengan tepi lurus, tidak
bergelombang. Permukaan daun bagian atas berwarna hijau tua dengan tambahan
warna merah kecoklatan yang tidak teratur yang disebabkan adanya pigmen
antosianin dalam epidermis.

Permukaan daun bagian bawah tidak memiliki

antosianin, bagian ini bewarna kelabu perak karena adanya trikome yang tebal.
Pada tangkai buah tumbuh cabang (slips) 0-10 buah.

Jumlah dan besarnya

tergantung pada kesehatan tanaman. Tunas batang (shoots) berjumlah 0-3 buah.
Anakan (sucker) jumlahnya lebih sedikit dan bentuknya lebih ramping, daunnya
lebih panjang daripada tunas batang.

Jumlah bunga dalam rangkaian bunga

berkisar 150 dan sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan.

Warna daun

mahkota bunga biru pucat dengan sedikit warna ungu mengkilat.
Buah terdapat pada ujung tangkai buah dengan bagian bawah lebih besar
daripada bagian ujung. Buah dengan ukuran berat di atas rata-rata bentuknya
meruncing dari dasar ke ujung, sedangkan buah dengan berat di bawah rata-rata
bentuknya mendekati silinder.

Sebelum buah masak warna kulit buahnya

kehitaman dan sesudah buah masak kulit buah tersebut berubah menjadi kuning
oranye tua dengan beberapa corak hijau. Daging buah berwarna kuning pucat
hingga kuning, hal ini tergantung pada keadaan iklim dan lingkungan sekitar.
Pada panen buah musim kemarau warna daging buah berwarna lebih kuning dan
jernih daripada ketika musim hujan (Hidayat 2006).
Queen. Kultivar ini memiliki jumlah tunas batang per tanaman adalah 0-3
dan ukurannya lebih kecil daripada tunas batang Cayenne. Tepi daun berduri

5

kecil-kecil, rapat, dan tajam. Tangkai buah pendek, dengan panjang berkisar 7-12
cm. Bentuk buah bagus dan berwarna kuning emas. Berat buah berkisar antara
0,9-1,3 kg. Apabila telah masak, daging buahnya juga berwarna kuning emas,
kurang berair, tidak berserat, tekstur rapuh, aroma dan rasa sangat baik, serta
rasanya pun manis. Kultivar “Z-Queen” atau “James Queen” dilaporkan menjadi
mutan dari “Natal Queen” dan merupakan tetraploid alami (Nakasone & Paull
1998; Ashari 1995).
Spanish. Menurut Nakasone & Paull (1998), nanas kultivar ini memiliki
ukuran kecil sampai medium, daun berduri, dan resisten terhadap kutu putih.
Namun, kultivar ini rentan terhadap serangan larva Batrachedra sp.

Nanas

kultivar Spanish ini cocok dikonsumsi sebagai buah segar, tetapi tidak cocok
untuk canning (pengalengan).
Abacaxi.

Kultivar ini banyak ditanam di Brazil, Amerika Latin dan

wilayah Caribbean untuk pasar lokal. Daun berduri dengan panjang berkisar
antara 60-65 cm. Tangkai buah kaku, buah berbentuk seperti piramid. Cawan
bunga dangkal, daging buah kuning pucat, kandungan serat rendah, cairan buah
banyak, dan rasanya baik. Kelebihan kultivar ini yaitu tahan terhadap penyakit
busuk hati dan busuk akar. Kultivar nanas ini tidak cocok untuk canning dan
buah segar untuk diekspor. Namun, nanas ini disukai di pasar lokal karena air dan
rasanya yang manis (Nakasone & Paull 1998).
Maipure.

Nanas kultivar ini banyak ditanam di Amerika Utara dan

Tengah dan dimanfaatkan sebagai komoditas perdagangan buah segar pasar lokal
(Nakasone &Paull 1998).

Syarat Tumbuh
Menurut Sunarjono (2006), tanaman nanas menghendaki dataran rendah
hingga dataran tinggi 1.200 mdpl. Tanaman ini tidak tahan terhadap salju, tetapi
tahan sekali terhadap kekeringan. Namun, tanaman nanas lebih senang terhadap
tanah subur, daerah beriklim basah dengan curah hujan 1.000-2.500 mm per
tahun. Tanaman nanas tahan terhadap tanah asam yang mempunyai pH 3-5, tetapi
paling baik adalah pH tanah antara 5-6,5. Oleh karena itu, tanaman nanas bagus
pula dikembangkan di lahan gambut. Tanaman nanas dapat tumbuh di lahan

6

terbuka, tetapi dapat pula tumbuh subur di tempat yang ternaungi pohon besar.
Namun, di tempat terbuka yang mendapat sinar matahari terik, buahnya sering
hangus. Tanaman masih mampu berbuah di daerah beriklim kering (4-6 bulan
kering), asalkan kedalaman air tanah antara 50-150cm.

Hal ini disebabkan

akarnya yang dangkal, tetapi tanaman mampu menyimpan air.

Budidaya Nanas
Nanas ditanam dengan sistem dua-dua baris. Tiap baris pada jarak 60 cm
x 60 cm dan jarak antar baris 150 cm. Namun, nanas dapat pula ditanam pada
jarak antara 30-40 cm. Semakin rapat jarak tanamnya, buah yang dihasilkan
semakin kecil.

Untuk kebutuhan industri canning biasanya diperlukan buah

berukuran kecil (jarak tanam 30 cm x 40 cm) silindris.
Pupuk kandang yang diperlukan 5-10 kg per lubang tanam. Selain itu juga
digunakan pupuk buatan dengan dosis 300 kg urea, 600 kg TSP, dan 300 kg KCl
per hektar per tahun. Pupuk buatan diberikan dua kali, yaitu pada umur empat
minggu dan delapan minggu setelah tanam. Namun, pemberian pupuk urea yang
berlebihan dapat mendorong terjadinya mahkota ganda (multiple crown) dalam
satu buah sehingga menyebabkan buah menjadi kecil dan terbentuk buah ganda
(satu tangkai ada banyak buah yang berdempetan).
Pemeliharaan selanjutnya yaitu pembersihan gulma, terutama alang-alang
(Imperata cylindrica L.).

Hal ini dilakukan karena keberadaan gulma dapat

menurunkan produksi nanas antara 20-42%. Tindakan pemeliharaan yang juga
dianjurkan adalah pembuatan saluran-saluran drainase untuk mencegah serangan
penyakit busuk akar dan busuk hati (titik tumbuh).
Untuk mendapatkan hasil produksi yang tinggi, titik tumbuh tanaman
disemprot dengan Ethrel 40 PGR dengan dosis 70-200 ppm (1 ppm = 1 mg/liter
air). Satu bulan kemudian tanaman akan berbunga. Sebaiknya penggunaan ethrel
dilakukan setelah tanaman berumur 6 bulan, yaitu pada saat jumlah daun tanaman
mencapai 20-30 helai.

Cara ini bertujuan agar tanaman berbunga serempak

(Sunaryono 1981). Sebagai pengganti ethrel, dapat digunakan karbid 200-300 mg
yang dimasukkan ke titik tumbuh (Sunarjono 2006).

7

Panen
Buah harus dipanen seteleh tua benar atau matang pohon yaitu pada saat
matanya datar dan tampak jarang.

Buah nanas yang mulai matang akan

mengeluarkan aroma khas dan bila dipukul (diketuk) akan mengeluarkan suara
menggema. Bulan-bulan panen besar nanas yaitu Desember, Januari, dan Juli.
Hama Tanaman Nanas
Permasalahan hama merupakan salah satu kendala dalam budidaya nanas.
Berikut ini merupakan beberapa hama penting yang menyerang tanaman nanas.
1.

Kutu putih Dysmicoccus brevipes (Cockerell) (Hemiptera: Pseudococcidae)

2.

Uret (Pineapple white grubs) Lepidiota grata, Rhopaea magnicornis, dan
lain-lain (Coleoptera: Scarabaeidae)

3.

Onion or yellow spot thrips, Thrips tabaci (Thysanoptera: Thripidae)

4.

Kutu sisik (Pineapple scale), Diaspis bromeliae (Hemiptera: Diaspididae)
(Kerner)

5.

Tikus Rattus tiomanicus, R. argentiventer, R. exulans (Rodentia: Muridae)
Kutu

putih,

Pseudococcidae).

Dysmicoccus

brevipes

(Cockerell)

(Hemiptera:

Serangga ini merupakan vektor Pineapple Mealybug Wilt

associated Virus (PMWaV) yang sering menyerang pertanaman nanas. Ciri-ciri
pada serangga dewasa tungkainya terlihat pendek dan membengkok. Pada tibia
terdapat pori translusen. Bentuknya oval dan melebar, tersklerotisasi pada daerah
lobusanal dan ruas ke-2 dari belakang. Ciri khasnya yaitu terdapat 2 seta yang
besar pada bagian lobus anal, 2 porus disciodal dekat mata, dan di ruas ke-8
bagian dorsal terdapat seta-seta panjang yang diantaranya terdapat pori granular
(Nainggolan 2006).

Serangga ini lebih banyak menginfestasi nanas kultivar

Smooth Cayenne (Samson 1992).
Uret (Pineapple white grubs) Lepidiota grata, Rhopaea magnicornis,
dan lain-lain (Coleoptera: Scarabaeidae). Hama ini merusak bagian perakaran.
Larva berbentuk C (scarabaeiform) dan berpupa di dalam tanah (Pena et al. 2002;
Sunarjono 2006).
Onion or yellow spot thrips, Thrips tabaci (Thysanoptera: Thripidae).
Serangga ini merupakan vektor Tomatto Spotted Wilt Virus (TSWV) yang

8

menyerang tanaman muda dan dapat meyebabkan kematian tanaman (Pena et al.
2002).
Kutu sisik (Pineapple scale), Diaspis bromeliae (Kerner) (Hemiptera:
Diaspididae). Hama ini menyerang bagian daun. Bagian buah juga banyak yang
terinfestasi, terutama ratoon fruits (Pena et al. 2002). Tanaman yang terserang
kutu ini daunnya akan keriput dan pucat.
Tikus Rattus tiomanicus, R. argentiventer, R. exulans (Rodentia:
Muridae). Menurut Priyambodo (2003), pada umumnya serangan tikus terjadi di
pertanaman nanas yang terletak dekat pemukiman warga atau sawah dan ladang.

Penyakit pada Tanaman Nanas
Selain hama, penyakit juga menjadi kendala dalam budidaya tanaman
nanas, sehingga menurunkan hasil baik kualitas maupun kuantitas. Beberapa
penyakit penting pada tanaman nanas adalah:
1.

Busuk pangkal (base rot) atau busuk lunak (soft rot)

2.

Penyakit layu (Mealybug Wilt of Pineapple/MWP)

3.

Busuk hati (titik tumbuh)

4.

Busuk akar

5.

Tomatto Spotted Wilt Virus (TSWV)

6.

Nematoda Pratylenchus brachyurus (Lesion nematodes)

7.

Busuk buah bakteri
Busuk pangkal (base rot) atau busuk lunak (soft rot). Penyakit ini

disebabkan oleh cendawan Ceratocytis paradoxa dengan gejala yang dapat
diamati pada batang, pangkal daun, buah dan bibit. Gejala yang tampak pada
bibit nanas yaitu terjadi busuk lunak yang berwarna coklat pada pangkalnya yang
meluas ke atas (daun-daun) sebelum atau sesudah bibit dipindah ke lapangan.
Serangan pada daun ditandai dengan timbul bercak-bercak putih kekuningan atau
coreng-coreng (streak) yang melebar dan pendek. Buah matang yang terinfeksi
membusuk, berwarna kuning yang akhirnya berubah menjadi hitam, biasanya
mulai dari bidang potongan tangkai dan mengeluarkan bau yang khas. Kerugian
terbesar yang diakibatkan yaitu saat buah setelah dipetik. Patogen penyakit ini
hanya dapat mengadakan infeksi melalui luka, baik luka karena pemotongan

9

maupun karena penanganan yang kasar.

Bibit-bibit yang mempunyai bidang

potongan yang cukup besar pada pangkalnya, sangat rentan terhadap penyakit,
terutama jika banyak hujan (Semangun 2007).
Penyakit layu/Mealybug Wilt of Pineapple (MWP).

Penyakit ini

disebabkan oleh PMWaV (Pineapple Mealybug Wilt-associated Virus). Gejala
yang terjadi yaitu daun berwarna kuning hingga kemerahan, melengkung ke
bawah dan layu mulai dari ujungnya. Ujung daun mengalami nekrotik. Jika
diperhatikan tidak ada perbedaan gejala yang signifikan, jika dibedakan menurut
stadia tanaman (Nainggolan 2006; Damanik 2008). Tingkat keparahan penyakit
sangat tergantung kepada konsentrasi virus di tanaman tersebut. Infeksi kutu
putih berpengaruh terhadap kemunculan gejala (Juarsa 2005).
Menurut Amalia (2008) berdasarkan penelitian di Subang, akibat penyakit
ini petani mengalami kerugian ekonomi yang nyata (signifikan). Ketika tingkat
serangan kurang dari 37%, keuntungan petani berkurang 5%. Sedangkan pada
tingkat serangan di atas 40% mengakibatkan kerugian yang lebih besar, yaitu
mencapai 45%. Ambang tindakan yang disebabkan oleh MWP adalah pada saat
kejadian penyakit (KP) sebesar 32,59%.
Novianti (2008) menyatakan bahwa, penyakit layu dapat menyebabkan:
(a) penurunan bobot akar sebesar 39,49%, (b) penurunan kualitas buah, seperti
penurunan bobot buah mencapai 62,11%, serta (c) penurunan diameter buah
17,65%, dan panjang buah sebesar 26,90%. Namun, buah dari tanaman yang
terserang MWP ini tetap manis seperti buah tanaman yang sehat.
Busuk hati (titik tumbuh).
Phytophthora cinnamomi.

Penyakit ini disebabkan oleh cendawan

Tanaman muda yang terserang penyakit ini

mempunyai daun yang klorosis denganujung nekrotik, daun-daun muda mudah
dicabut dan pangkalnya busuk. Bagian daun yang membusuk mempunyai batas
yang berwarna coklat. Pembusukan dapat meluas ke bagian batang tanaman.
Bagian yang busuk berbau tidak sedap. Pada tanaman tua jarang terjadi infeksi,
jika hal ini terjadi, umumnya hanya sebatas pada jaringan sukulen pada bagian
atas batang dan terbatas pada petak kecil di lapang. Tanaman yang terserang
penyakit ini tidak selalu mati, hanya rebah dan membentuk tunas-tunas baru dan
secara perlahan melanjutkan pertumbuhannya. Patogen penyebab penyakit busuk

10

hati ini dibantu oleh curah hujan yang tinggi dan memberikan kerugian yang lebih
besar di tanah yang basah dan sejuk (±25°C) (Semangun 2007).
Busuk akar.

Penyakit busuk akar disebabkan oleh cendawan

Phytophthora parasitica. Penyakit ini menyebabkan pembusukan pada sebagian
besar sistem perakaran.

Tanaman yang sakit pertumbuhannya terhambat,

sehingga pematangan buahnya juga tertunda.

Penyakit ini akan berkembang

dengan baik pada kondisi pertanaman nanas yang drainasenya tidak baik atau
tergenang air.

Penyebaran patogen dibantu oleh curah hujan yang tinggi.

Penyakit ini memberikan kerugian yang lebih besar di tanah yang lebih kering dan
lebih panas (30°C) (Semangun 2007).
Tomatto Spotted Wilt Virus (TSWV). TSWV disebarkan oleh vektor
Thrips tabaci Lind. Menurut Pena et al. (2002), patogen ini menyebabkan daun
nanas mengecil dan bergaris kuning.
Nematoda Pratylenchus brachyurus (Lesion nematodes). Gejala yang
ditimbulkannya yaitu bintil-bintil pada akar. Nematoda ini merupakan nematoda
migratori endoparasit. Nematoda dewasa meletakkan telur di jaringan akar dan
tanah, namun semua stadia nematoda dapat bermigrasi ke dalam dan keluar akar.
Gejalanya sangat sulit diidentifikasi di lapangan, tetapi terdapat lesio berwarna
kegelapan dan merusak bagian akar (Pena et al. 2002).
Busuk buah bakteri.

Patogen dari penyakit ini yaitu Erwinia

chrysanthemi (Sunarjono 2006). Gejala yang ditimbulkan yaitu pembusukan pada
bagian buah dan tercium bau yang tidak sedap.

11

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan
dil
di perkebunan nanas di tiga desa
esa yaitu Sempu,
Sugihwaras, dan Manggis,
Man
Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kedi
ediri, Jawa Timur
(Gambar 1), yang dimulai
dim
pada Juli 2011 sampai dengan Agustus
ustus 2011. Proses
identifikasi dilakukan
kukan di Klinik Tanaman dan Laboratorium Taksonom
ksonomi Serangga,
Departemen Proteksi
ksi Tanaman, Fakultas Pertanian IPB, sert
rta Laboratorium
Entomologi, LIPI (Le
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) Cibinong
binong, Bogor pada
September 2011 sampa
mpai dengan Oktober 2011.

Gambar 1 Peta lokasi penelitian

Bahan dan Alat
Bahan dan ala
lat yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu
tu sampel tanaman
nanas yang terseran
ang hama dan penyakit, sampel serangga hama, blangko
wawancara petani nanas,
nan alat tulis, blangko pengamatan, botol film
film, alkohol 70%,
kantong plastik, hand loupe, kuas, sarung tangan, jaring serangga,
gga, perangkap tikus
(live trap), dan se
sepatu boots.

Sedangkan peralatan yang
ng digunakan di

laboratorium yaitu cawan
ca
petri, kapas, akuades, mikroskop compound
pound, mikroskop
stereo, jarum, serta buku identifikasi.

12

Wawancara Petani
Metode pertama yang dilakukan yaitu wawancara petani nanas
menggunakan blangko wawancara yang telah disiapkan terlebih dahulu. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui informasi mengenai teknik budidaya yang dilakukan
oleh para petani dan hama penyakit penting yang menyerang pertanaman nanas
setempat beserta cara pengendaliannya.

Pengamatan dan Pengukuran Kejadian dan Keparahan Penyakit serta
Persentase Tanaman Terserang Hama
Proses pengamatan dan pengukuran kejadian dan keparahan penyakit serta
persentase tanaman terserang hama dilakukan di lapangan di tiga desa (Sempu,
Sugihwaras, dan Manggis) dengan 9 kebun nanas untuk setiap desa. Pengamatan
dilakukan berdasarkan pengelompokan tanaman muda (0-6 bulan), sedang (7-13
bulan), dan tua (≥14 bulan).
pengamatan di setiap desa.

Setiap stadia umur tanaman terdapat 3 kebun
Terdapat kebun pengamatan tambahan yaitu: (a)

kebun pengamatan untuk hama tikus dan kera masing-masing sebanyak 1 kebun
dan (b) kebun pengamatan kultivar baru tanaman nanas di Kecamatan Ngancar.
Kultivar baru tersebut adalah Smooth Cayenne-Master Diamond 2 (SC-MD 2)
dengan 2 perlakuan yaitu menggunakan mulsa dan tidak menggunakan mulsa.
Sehingga terdapat 30 kebun pengamatan. Pada setiap kebun pengamatan diambil
15 tanaman contoh secara diagional (Gambar 2).
15

1

2 s.d. 14
berada di
antaranya

Gambar 2 Sketsa kebun pengamatan.

Indrayani (2008) menyatakan bahwa pengambilan sampel dengan metode
sistematik dapat memberikan hasil yang sama dengan metode acak sederhana

13

dalam pengamatan penyakit MWP dan juga penyakit lainnya yang memiliki pola
pemencaran serangan serupa dengan penyakit MWP.
Menurut

Karyatiningsih

(1980),

pengamatan

intensitas

penyakit

(keparahan penyakit) yang disebabkan oleh cendawan yang menyerang tanaman
dihitung menggunakan metode Townsend dan Heuberger, dengan rumus sebagai
berikut:

KP =

∑ ௡௏

Keterangan:

୞୒

x 100%

KP= keparahan penyakit
n = jumlah tanaman dalam setiap kategori
v = nilai numerik dari kategori serangan
Z = kategori serangan dengan nilai numerik tertinggi
N = jumlah seluruh tanaman yang diamati

Tabel 1 berikut menyajikan keparahan dan nilai numerik penyakit yang
digunakan.
Tabel 1 Keparahan dan nilai numerik penyakit nanas
Keparahan penyakit (%)
0
0