Karakterisasi Morfologi Lima Populasi Nanas (Ananas Comosus (L.) Merr.)

KARAKTERISASI MORFOLOGI LIMA
POPULASI NANAS (Ananas comosus (L.) Merr.)

Oleh
IRFANDI
A00498050

PROGRAM STUDI HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2005

RINGKASAN

IRFANDI. Karakterisasi Morfologi Lima Populasi Genotipe Nanas (Ananas
comosus (L.) Merr) . (Dibimbing oleh Megayani dan Sobir).

Indonesia

memiliki


berbagai

macam

kultivar

nanas

yang

telah

dibudidayakan oleh para petani mulai Sumatra sampai Irian Jaya. Nanas dapat
tumbuh di wilayah dengan tipe agroklimat yang berbeda-beda mulai dari dataran
tinggi sampai dataran rendah. Daerah penghasil buah nanas adalah Palembang,
Riau, Jambi, Bogor, Subang, Pandeglang, Tasikmalaya, dan Kutai. Buah nanas
sudah menjadi trademark bagi suatu daerah atau wilayah.
Salah satu permasalahan pengembangan buah nanas di Indonesia menuju
arah yang lebih baik yaitu kurangnya informasi tentang karakteristik morfologi
pertumbuhan maupun kandungan kimia buah nanas yang diusahakan oleh petani

nanas seperti nanas Bogor, Minyak, Buaya, Merah, dan Hijau. Nanas-nanas
tersebut kemungkinan mempunyai potensi unggul untuk industri pengolahan
maupun konsumsi buah segar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik morfologi
pertumbuhan vegetatif, morfologi buah dan kualitas buah lima populasi nanas.
Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok
yang terdiri dari lima kultivar nanas yaitu nanas Bogor, Buaya, Hijau, Merah dan
Minyak. Ulangan 3 kali, setiap kultivar terdiri atas 15 tanaman, sehingga dalam
satu kelompok terdapat 75 tanaman. Jumlah sampel tanaman yang diamati untuk
setiap kultivar dalam 1 kelompoknya 5 tanaman (5 sampel), jumlah total tanaman
yang diamati dalam satu kelompok yaitu 25 tanaman, sehingga jumlah total
sampel dalam tiga kelo mpok yakni 75 tanaman.
Variabel yang diamati terhadap morfologi tanaman yakni tinggi tanaman,
diameter tajuk, panjang daun ke-7, diameter daun ke-7, diameter tajuk, jumlah
daun dan jumlah duri. Pengamatan terhadap morfologi buah meliputi jumlah
daun mahkota, kedalaman mata buah dan ukuran buah (panjang, diameter
pangkal, tengah, ujung dan hati buah), bobot buah( bobot kotor dan bobot bersih).

Pengamatan kimia buah meliputi padatan terlarut total, penentuan total asam,
penentuan total vitamin C, pH, dan kadar air.

Nanas minyak memiliki pertumbuhan yang lebih tinggi pada tinggi
tanaman, diameter tajuk, dan panjang daun ke-7. Tinggi tanaman berbanding lurus
terhadap pertumbuhan diameter tajuk dan panjang daun, sedangkan jumlah daun
dan diameter daun cenderung sama antar kultivar. Jumlah duri terbanyak dimiliki
oleh nanas hijau, kemudian nanas bogor dan buaya, sedangkan nanas minyak
tidak ada duri pada daunnya.
Nanas minyak memiliki bobot bersih, panjang buah, diameter pangkal,
diameter tajuk, diameter hati, kadar air dan asam teritrasi lebih tinggi dibanding
yang lainnya. Nanas Bogor mengandung padatan terlarut yang lebih tinggi dan
panjang mata yang lebih besar dan lebih menonjol. Derajat keasamaan (pH)
paling tinggi terdapat pada nanas hijau, paling rendah pada nanas buaya,
sedangkan nanas buaya paling banyak mengandung vitamin C, paling rendah pada
nanas Bogor.
Jika dibandingkan antara kandungan padatan terlarut total terhadap asam
tertitrasi, kandungan air pada buah, maka buah nanas minyak dan nanas hijau
memliki angka perbandingan yang paling kecil daripada nanas bogor, merah dan
buaya.
Pertumbuhan morfologi tanaman yakni tinggi tanaman dan diameter daun
ternyata berpengaruh terhadap kenaikan bobot, diameter dan panjang buah
(ukuran buah), dan kadar air. Diameter daun berpengaruh terhadap padatan

terlarut total buah. Semakin besar ukuran buah maka kandungan kimia buah pun
semakin meningkat. Terjadinya peningkatan panjang dan diameter buah
menyebabkan bobot buah pun akan meningkat.

KARAKTERISASI MORFOLOGI LIMA POPULASI
NANAS (Ananas comosus (L.) Merr.)

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh
IRFANDI
A00498050

PROGRAM STUDI HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2005

Judul


: KARAKTERISASI MORFOLOGI LIMA POPULASI NANAS
(Ananas comosus (L.) Merr.)

Nama

: Irfandi

NRP

: A00498050

Menyetujui,

Pembimbing I

Pembimbing II

Ir. Megayani Sri Rahayu, MS


Dr. Ir. Sobir, Msi

NIP. 131 790 709

NIP. 131 841 754

Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. H. Supiandi Sabiham, MAgr
NIP. 130 422 698

Tanggal Lulus:

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 11 Juni 1978 dari ayah Alm.
Fadholi dan ibu Muhani. Penulis merupakan anak keenam dari enam bersaudara.
Tahun 1992 penulis lulus SD Mubasyirin Jakarta Selatan, kemudian melanjutkan
ke SMP 105 Jakarta Barat dan lulus tahun 1995. Penulis kemudian melanjutkan

sekolah ke SMUN 65 Jakarta Barat dan lulus 1998. Di tahun yang sama penulis
melanjutkan studinya ke Institut Pertanian Bogor, tepatnya di program studi
Hortikultura Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Institut
Pertanian Bogor.

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan petunjuk, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga selalu
tercurah untuk Nabi Muhammad SAW, dan juga kepada para keluarganya dan
para sahabatnya.
Penelitian dengan judul Karakterisasi Morfologi Lima Genotipe Nanas
(Ananas comosus (L.) Merr) merupakan penelitian yang bersifat eksplorasi untuk
mengetahui karakter morfologi nanas yang ditanam oleh para petani di Indonesia.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ir. Megayani Sri Rahayu, MS dan Dr. Ir. Sobir, MSi atas kebaikan hati dan
kesabarannya yang luar biasa dalam membimbing dan mengarahkan
penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi ini.
2. Dr. Ir. Sriani Sutjiprihati, MS dan Prof. Dr. Ir. Sri Setyati Hardjadi MSc
yang telah memberikan motivasi, bantuan moril serta saran-saran kepada

penulis.
3. Seluruh keluarga terutama Ibu, kakak-kakakku,

dan

keponakan-

keponakanku yang telah dengan tulus mendo’akan dan memberikan
semangat.
4. Saudara-saudaraku teman-teman seperjuangan di Mitra Bisnis Terpadu
(MBT), dan Saudara-saudaraku Horti’35, terimakasih atas kenangkenangan indah dan pahit bersama kalian yang tidak akan pernah
dilupakan.
5. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan motivasi kepada
penulis.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, selaku insan- insan
pertanian.
Bogor, Oktober 2005

penulis


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. iv
PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
Latar Belakang --------------------------------------------------------------- 1
Tujuan ------------------------------------------------------------------------ 2
Hipotesis --------------------------------------------------------------------- 2
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................. 3
Taksonomi Dan Botani------------------------------------------------------- 3
Syarat Tumbuh --------------------------------------------------------------- 4
Kultivar Nanas --------------------------------------------------------------- 5
Kualitas Buah Nanas --------------------------------------------------------- 6
BAHAN DAN METODE .............................................................................. 8
Tempat Dan Waktu Penelitian ----------------------------------------------- 8
Bahan Dan Alat -------------------------------------------------------------- 8
Metode Penelitian ------------------------------------------------------------ 8
Pelaksanaan Penelitian ------------------------------------------------------- 9
Pengamatan ------------------------------------------------------------------ 10

HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 12
Keadaan Umum -------------------------------------------------------------- 12
Tinggi Tanaman-------------------------------------------------------------- 12
Diameter Tajuk Tanaman ---------------------------------------------------- 13
Jumlah Daun ----------------------------------------------------------------- 14
Peubah Daun ----------------------------------------------------------------- 14
Kualitas Dan Kimia Buah---------------------------------------------------- 15
Korelasi Antar Variabel Pengamatan ---------------------------------------- 16
KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 18
Saran ------------------------------------------------------------------------- 18
Kesimpulan------------------------------------------------------------------- 18
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 19
LAMPIRAN ................................................................................................... 21

DAFTAR TABEL

Nomor

Halaman
Teks


1.

Karakteristik Empat Grup Nanas
(After Leal dan Soule, 1977 dalam Nakasone dan Paull, 1999) ........... 5

2.

Nilai rataan tinggi pada minggu ke-1 sampai ke-7
pada lima populasi nanas....................................................................... 12

3.

Nilai rataan diameter tajuk pada minggu ke-1
sampai ke-7 pada lima populasi nanas .................................................. 13

4.

Nilai rataan jumlah daun minggu ke-1 sampai ke-3
pada lima populasi nanas....................................................................... 14

5.

Pengukuran Panjang, Diameter, Duri Daun ke-7
pada lima populasi nanas....................................................................... 14

6.

Hasil pengamatan morfologi dan kimia buah
pada lima populasi nanas....................................................................... 15

7.

Rekapitulasi hasil uji korelasi pada lima populasi nanas ...................... 17

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Halaman
Teks

1.

Sidik Ragam Tinggi Tanaman dari minggu satu sampai tujuh ............ 22

2.

Diameter Tajuk dari minggu satu sampai tujuh ................................... 22

3.

Sidik Ragam Jumlah Daun Minggu 1 sampai 3 .................................... 23

4.

Sidik Ragam Panjang Dau, Diame ter Daun dan Jumlah Duri ke-7 ..... 23

5.

Sidik Ragam Bobot Kotor ..................................................................... 23

6.

Sidik Ragam Bobot Bersih .................................................................... 23

7.

Sidik Ragam Jumlah Daun Mahkota..................................................... 23

8.

Sidik Ragam Panjang Buah................................................................... 23

9.

Sidik Ragam Diameter Tengah ............................................................. 24

10.

Sidik Ragam Diameter Pangkal ............................................................ 24

11.

Sidik Raga m Diameter Ujung ............................................................... 24

12.

Sidik Ragam Diameter Hati .................................................................. 24

13.

Sidik Ragam Panjang Mata ................................................................... 24

14.

Sidik Ragam Padatan Terlarut Total (PTT) .......................................... 24

15.

Sidik Ragam Kadar Air ......................................................................... 24

16.

Sidik Raga m Tingkart Keasaman Buah (pH)........................................ 24

17.

Sidik Ragam Total Asam Tertitrasi (TAT) ........................................... 25

18.

Sidik Ragam Vitamin C ........................................................................ 25

19.

Rekapitulasi Uji Korelasis..................................................................... 26

20.

Tabel Lanjutan Uji Korelasi.................................................................. 27

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Nanas ( Ananas comosus (L.) Merr.) merupakan salah satu buah tropis yang
memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi. Buah nanas selain digemari masyarakat untuk
konsumsi buah segar, juga merupakan bahan baku industri buah kalengan dan olahan
seperti selai, sirup dan lain-lain.
Tanaman nanas ditanam hampir merata di seluruh wilayah Indonesia mulai dari
Sumatra sampai Irian Jaya (Prahardini et al., 1994). Nanas dapat tumbuh di wilayah dengan
tipe agroklimat yang berbeda -beda mulai dari dataran tinggi sampai dataran rendah. Daerah
penghasil buah nanas adalah Palembang, Riau, Jambi, Bogor, Subang, Pandeglan g,
Tasikmalaya, dan Kutai. Buah nanas sudah menjadi trademark bagi suatu daerah atau
wilayah.
Berdasarkan karakteristik daun dan buahnya, nanas dapat digolongkan menjadi
lima grup yaitu Spanish, Queen, Abacxy, Cayenne dan Maipure (Naksone dan paull, 1999).
Para petani nanas di Indonesia lebih banyak menanam nanas Ca yenne (nanas Hijau dan
Minyak), nanas Queen (nanas Bogor), dan nanas Spanish (nanas Merah dan Buaya) (Sari,
2002). Nanas Queen lebih cocok untuk dikonsumsi segar karena rasa lebih manis, renyah,
dan aromanya lebih harum dibanding nanas lainnya, sedangkan n anas minyak lebih cocok
untuk olahan.
Usaha -usaha pengembangan nanas masih kurang, hal ini dapat dilihat dari
rendahnya produksi, kualitas buah dan industri olahan. Kualitas buah nanas yang baik dapat
dilihat dari daun yang tidak berduri, diameter tajuk s empit, jumlah anakan sedikit, bentuk
buah silindris, mata buah datar, mahkota buah kecil, jumlah anakan sedikit, kematangan
buah seragam, warna daging buah orange atau kuning, dan daging buah renyah untuk nanas
konsumsi langsung (Deptan, 2000). Menurut kri teria SNI (1992) (dalam Sari, 2002),
kualitas buah yang baik mempunyai diameter tengah buah 9.2 cm, panjang buah 12.6 cm,
bobot buah 678.5 g, tingkat kemanisan (nisbah PTT /asam 27.1, PTT 14.5%).
Kurangnya informasi tentang karakteristik morfologi pertumbu han maupun
kandungan kimia buah nanas yang diusahakan oleh petani nanas seperti nanas Bogor,
Minyak, Buaya, Merah, dan Hijau akan menghambat pengembangan -pengembangan nanas

di Indonesia kearah yang lebih baik.

Nanas-nanas tersebut kemungkinan ada yang

mempunyai potensi unggul untuk industri pengolahan maupun untuk komoditi ekspor buah
segar.
Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu dilakukan penelitian
yang bersifat eksplorasi atau penelitian lainnya, sehingga akan dapat mendukung usaha
pengembangan nanas kearah yang lebih baik. Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan
akan dapat menambah informasi untuk pengembangan nanas selanjutnya.

Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui karakteristik morfologi pertumbuhan vegetatif lima populasi nanas.
2. Untuk mengetahui morfologi dan kualitas buah lima populasi nanas.

Hipotesis
Terdapat kultivar yang memiliki pertumbuhan vegetatif dan kualitas buah yang
lebih baik daripada kultivar lainnya.

TINJAUAN PUSTAKA

Taksonomi Dan Botani
Nanas (Ananas comosus (L.) Merr.) termasuk keluarga Bromeliaceae, kebanyakan
keluarga bromelia hidup efifit di pohon, tetapi nanas umumnya hidup di tanah
(Samson,1980). Morton (1987) menyatakan famili Bromeliaceae terdiri atas 45 genus dan
2000 spesies. Genus yang paling banyak yaitu Ananas dan Pseudonanas (Naka sone dan
Paull, 1999). Tanaman nanas berasal dari Amerika Selatan yang beriklim tropis, yakni
Brazil, Argentina, dan Peru. Klasifikasi nanas berdasarkan ilmu taksonomi sebagai berikut:
Kingdom Plantae, Divisi Spermatophyta, Kelas Angiospermae, Famili Bromeliaceae,
Genus Ananas, dan Spesies Ananas comosus (L.) Merr.
Collins (1960) menyatakan bagian -bagian tanaman nanas meliputi akar, batang,
daun, tangkai buah, buah, mahkota dan anaka n. Tanaman nanas berupa herba tahunan atau
dua tahunan dengan tinggi 50 -100 cm, daun berbentuk pedang, panjang daun sampai 1 m,
lebar daun 5-8 cm. Pinggir daun berduri dan ada juga yang rata, ujung daun lancip, bagian
atas daun berdaging, tersusun spiral, pa ngkalnya memeluk poros utama (Thungtham dan
Wee, 1991)
Menurut Samson (1980) perakaran nanas dalam tanah tidak lebih dari 50 cm.
Batang nanas memiliki panjang 20 cm sampai 25 cm dengan diameter bagian bawah 2
sampai 3.5 cm, sedangkan diameter bagan atas 5 .5 sampai 6.5 cm dan mengecil pada
bagian puncak. Batang nanas beruas -ruas dengan panjang bervariasi dari 1 sampai 10 cm.
Nanas memiliki daun panjang dan sempit, daun tersusun secara spiral pada batang yang
pendek sehingga terbentuk reset, jumlah daun yang terbentuk dapat mencapai 70 -80 helai,
panjang daun nanas 130 -150 cm dengan daun -daun tua lebih pendek daripada daun muda
yang berada diatasnya sampai panjang maksimum. Permukaan daun sebelah atas halus
mengkilap berwarna hijau tua, merah bergaris, atau co klat kemerah-merahan, sedangkan
permukaan daun bawah berwarna keputih -putihan atau keperak-perakan.
Bunga tanaman nanas menurut Collins (1960) bersifat hermaprodit dengan jumlah
100-200 yang masing -masing berkedudukan di ketiak daun. Bunga nanas termasuk bunga
sempurna artinya dalam satu bunga terdapat benang sari dan putik, penyerbukannya
bersifat menyerbuk silang. Buah nanas merupakan buah majemuk yang terbentuk dari

gabungan 100 -200 bunga. Berdasarkan kriteria SNI (1992) (dalam Sari, 2002), kualitas
bua h yang baik mempunyai diameter tengah buah 9.2 cm, panjang buah 12.6 cm, bobot
buah 678.5 g, tingkat kemanisan (nisbah PTT/asam 27.1, PTT 14.5%).

Syarat Tumbuh
Ashari (1995) mengatakan tumbuhan nana s dapat tumbuh di dataran rendah sampai
dataran tinggi lebih dari 200 -800 m di atas permukaan laut. Jenis tanah yang paling ideal
adalah tanah yang mengandung pasir, subur, gembur, dan banyak mengandung bahan
organik. Derajat keasaman tanah yang cocok adalah 5 -5.6. Nanas tumbuh dan berproduksi
pada kisaran cura h hujan yang cukup luas yaitu dari 600 sampai diatas 3500 mm/tahun
dengan curah hujan optimum untuk pertumbuhan yaitu 1000 -1500 mm/tahun.
Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam budidaya nanas. Laju
pertumbuhan dan perkembangan berhubun gan positif dengan kenaikan suhu sampai 29 o C,
pada suhu yang tinggi ukuran tanaman dan daun lebih besar, dan lebih lentur, teksturnya
halus dan warnanya gelap, ukuran buah lebih besar dan kandungan asamnya lebih rendah.
Pada suhu yang rendah dan daerah dat aran tinggi tanaman nanas mempunyai ukuran yang
lebih pendek, daunnya sempit dengan tekstur yang cukup keras, ukuran buah kecil (kurang
dari 1.8 kg), warna daging buah kuning pucat, kandungan asam cukup tinggi (± 1 %),
kandungan gula rendah, tangkai buah lebih panjang daripada ukuran tanaman, mata buah
lebih menonjol. Pada suhu yang sedang tanaman lebih besar dan datar, daging buah lebih
kuning, kandungan gula lebih tinggi, kandungan asam lebih rendah daripada buah dataran
tinggi. Suhu yang optimim untuk pe rtumbuhan akar yaitu 29 o C. pertumbuhan daun 32 o C
dan untuk pemasakan buah yaitu 25 o C (Nakasone dan Paull, 1999).
Nakasone dan Paull (1999) memaparkan bahwa nanas biasanya dibudidayakan di
daerah dengan kelembaban cukup tinggi, hal tersebut merupakan sala h satu cara untuk
mengurangi kehilangan air dari daun melalui transpirasi. Hal penting lainnya yaitu Jumlah
penyinaran matahari yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman dan kualitas buah
nanas. Awan dapat menghambat pertumbuhan sehingga ukuran tanaman dan buah menjadi
lebih kecil dengan kandungan asam yang lebih tinggi dan gula lebih rendah.

Kultivar Nanas
Kultivar nanas yang telah dibudidayakan di Indonesia dikelompokkan menjadi 4
grup yaitu :
1. Spanyol (Spanish), ciri -cirinya mempunyai daun panjang , ukuran daun kecil,
berduri halus sampai kasar, buah bulat, mata buah pipih besar dengan jumlah
sedikit, warna buah kuning, misalnya nanas Merah dan nanas Buaya.
2. Cayenne, ciri -cirinya daunnya tidak berduri atau berduri hanya pada ujung ujungnya dan ukuran durinya kecil-kecil. Buahnya besar, silindris, rasanya agak
asam, warna hijau kekuningan, mata buah agak datar, misalnya Smoth Cayenne,
hijau, minyak dan lain-lain.
3. Abacaxi, ciri -cirinya mempunyai daun panjang, berduri kasar, buah berbentuk
kerucut, berta ngkai panjang, batang buah putih seperti Cayenne Lisse.
4. Queen, ciri -cirinya daunnya pendek, berduri tajam dan durinya membelah ke
belakang, Buah kerucut, rasanya manis, warna kuning kemerahan dan mata buah
menonojol, misalnya nanas Bogor atau Palembang.

Tabel 1. Karakteristik Empat Grup Nanas (After Leal dan Soule, 1977 dalam Nakasone dan Paull,
1999)
Karakteristik
Daun

Spanish
Berduri

Cayenne
Halus

Abacaxi
Berduri

Queen
Berduri

0.9-1.8
Bulat
Mata dalam besar,
kuning kemerah merahan.

2.3
Silindris
Mata datar;Jingga

1.4
Kerucut
Kuning

0.5-1.1
Kerucut
Mata dalam;Kuning

Kuning pucat hingga
kuning
Sedang
Manis, sedikit asam,
rendah serat, berair

Kuni nh keputih -putihan

Kuning tua

Kecil
Manis, lembut, dan berair

Kecil
Lebih manis, tidak
terlalu asam, rendah
serat

Sedang

Sangat bagus

Sedang

Sedang

Bagus
Sangat Bagus

Bagus
Sedang

Bagus
K u rang Bagus

Bagus
Bagus

Masalah penyakit

Resisten
Layu,Gummoisis

Mealy-bug wilt

Resisten

Lebih resisten
dibandingkan
‘Cayenne’

Klon

Red Spanish
Singapore Spanish
Green Selangor
Castilla
Pri-6 7
Cabezone

Smooth Cayenne
Cayenne Lisse
Smooth Gu atemalan
Typhone
St. Michael
Esmeralda

Abacaxi
Abakka
Sugar Loaf
Papelon
Venezolara
Amarella

Queen
MacGregor
Natal
Ripley
Alexandria

Buah
Bobot (kg)
Bentuk
Warna kulit
Warna daging
Inti (hati)
Rasa

Pasar
Pengalengan
Segar
Lokal
Export

Besar
Rasa asam kuat,berser at

Kualitas Buah Nanas
Kader (1985) memaparkan komponen kualitas buah meliputi penampakan, tekstur,
rasa, nilai gizi, dan k eamanan. Penampakan mencakup ukuran (besar, bobot), bentuk
(diameter, keseragaman), intensitas dan keseragaman warna, kilap, kerusakan eksternal dan
internal. Tekstur meliputi kekerasan, kelembutan, sukulensi, flavour dan mineral. Standar
kualitas buah nanas untuk konsumsi meliputi kematangan, kekerasan, keseragaman ukuran
dan bentuk-bentuk, bebas dari kerusakan, kelayuan, memar, dan keretakan.
Kandungan gizi, vitamin dan mineral dalam 100 g buah nanas sebagai berikut: air
86 g, kalori 218 kj, protein 0.5 g, lemak 0.2 g, karbohidrat 13.5 g, serat 0.5 g, dan abu 0.3 g.
Kandungan mineralnya sebagai berikut: kalsium 18 mg, besi 0.3 mg, magnesium 12 mg,
pospor 12 mg, kalium 98 mg dan Na 1 mg. Kandungan vitamin sebagai berikut: asam
askorbat 10 mg, thiamin 0.09 mg, riboflavin 0.04 mg, niacin 0.24 mg dan vitamin A 5.3 IU
(Nakasone dan Paull, 1999).
Buah nanas berdasarkan kegunaannya dibagi menjadi dua golongan yakni: buah
nanas konsumsi segar dan olahan atau buah kalengan. Sudibyo

et al. (1992)

mengungkapkan standar buah olahan kandungan airnya 78.6 -86.4%, abu 0.28 -0.48%,
Padatan Terlarut Total (PTT) 8.20 -18.30%, kandungan asamnya 0.64 -1.18%. Buah
konsumsi segar Padatan Terlarut Total diatas 12% dan kandungan asam 0.5 -0.6%.
Tipe ideal buah nanas olahan bentuk bua h silindris panjang dengan ukuran yang
sesuai dengan kaleng, mata dangkal, pematangan dari ujung sampai pangkal serempak,
warna daging buah kuning seragam, hati buah yang kecil, serat sedikit, aroma yang kuat,
bobot buah tanpa mahkota 1.2 kg, nisbah bobot buah tanpa mahkota 1.2 kg, nisbah bobot
buah/bobot tanaman 0.75 dan nisbah gula dan asam sesuai 1.
Selama proses pematangan, buah nanas mengalami peningkatan bobot kotor
maupun bersih, total padatan terlarut pada daging buah, peningkatan jumlah asam -asam dan
penurunan kandungan air. Penampakan dari luar yaitu terjadinya perubahan warna dimana
klorofil terdegradasi dan meningkatnya pigmen karoten. Menurut Soedibyo (1992)
kandungan air menurun sejalan dengan penurunan umur panen dan terjadinya peningkatan
kandungan gula sebagai salah satu bagian padatan terlarut total.
Padatan terlarut total pada buah nanas didominasi oleh kandungan gula dan asam .
Menurut Whiting (1970) rasa pada buah nanas merupakan perpaduan antara gula dan asam.
1

Pusat Kajian Buah Tropik (PKBT)

Gula yang terkandung dalam n anas yaitu glukosa 2.32%, fruktosa 1.42%, dan sukrosa
7.89%. Asam-asam yang terkandung dalam buah nanas adalah asam sitrat, asam malat, dan
asam oksalat. Jenis asam yang paling dominan yakni asam sitrat 78% dari total asam.
Keasaman buah dapat diukur denga n mengukur pH ekstrak buah atau dengan metode asam
tertitrasi.

BAHAN DAN METODE

Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian di lapangan berlangsung dari Juni 2002 sampai dengan Mei 2003 di
kebun percobaan Pusat Kajian Buah Tropik (PK BT) Pasir Kuda Bogor. Analisis buah
dilakukan di Laboratorium Pusat Studi Pemulian Tanaman (PSPT) IPB Darmaga Bogor.

Bahan Dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan yaitu bibit nanas Bogor, Merah, Buaya, Hijau dan
Minyak berumur 3 bulan. Pupuk kandang yang dip akai 55 ton/ha, pupuk kimia yang
dipakai dengan dosis 200 kg/ha urea, 75 kg/ha SP -36, 250 kg/ha KCl dan 30 kg/ha Fur adan
3 G. Pemupukan kedua pada 6 Bulan Setelah Tanam (BST) dengan dosis 100 kg/ha urea
dan 100 kg/ha SP -36. Untuk merangsang pembung aan diaplikasikan 1 ml ethrel dan 30
gram urea dalam 1 liter air untuk disiramkan ketitik tumbuh sebanyak 25 ml pertanaman
pada usia 10 bulan. Bahan yang digunakan di laboratorium NaOH 0.1 N, amilum 1 % dan
aquades.
Alat-alat yang digunakan di lapangan adalah meteran gulung, busur, alat-alat olah
tanah dan alat semprot, alat panen dan lain -lain. Peralatan yang digunakan di laboratorium
yaitu buret, pH meter, refraktometer, oven, desikator, blender, saringan, timbangan analitik
dan lain-lain.

Metode Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok

yang

terdiri atas lima kultivar nanas yaitu nanas Bogor, Buaya, Hijau, Merah dan Minyak.
Ulangan 3 kali, setiap kultivar terdiri atas 15 tanaman, sehingga dalam satu kelompok
terdapat 75 tana man. Jumlah contoh tanaman yang diamati untuk setiap kultivar dalam 1
kelompoknya ada 5 tanaman (5 sampel), jumlah total tanaman yang diamati dalam satu
kelompok yaitu 25 tanaman, sehingga jumlah total sa mpel dalam tiga kelompok yakni 75
tanaman.

Model matematika rancangannya adalah:
Y= µ + Vi + Kj + eij
Y = Nilai pengamatan
µ = Rataan umum
V = Pengaruh kultivar ke-i
K =Pengaruh kelompok ke -j
e = Galat percobaan kultivar ke -i dan kelompok ke -j
Apabila didapat hasil yang berbeda nyata pada analisis rag am (anova), maka
dilanjutkan dengan analisis DMRT pada taraf nyata 5%.
Untuk mengetahui keterkaitan antara dua peubah digunakan uji Korelasi. Uji
korelasi merupakan suatu pengukuran derajat keterkaitan (hubungan) secara linier antara
dua peubah, koefisien korelasi dirumuskan sebagai berikut:

r = ? (x -x) (y - Y)
[ ?(x-X)2? y-Y)2 ]1/2
r = koefisien korelasi

x = rata -rata peubah x

x = peubah x

y = rata -rata peubah y

Y= peubah y
Koefisien korelasi berkisar antara -1 sampai +1, jika r = -1 hubungan negatif sempurna
pada dua peubah dan jika r = +1 maka hubungan positif sempurna. Jika nilainya semakin
mendekati nol maka hubungan kedua peubah semakin kecil.

Pelaksanaan Penelitian
Persipan penelitian meliputi pengolahan lahan dengan cara dicangkul sampai
gempur dan seluru h rumputnya dibersihkan dari lahan, kemudian dibuat bedengan dengan
jarak antar bedengan 1 m, setelah itu disiapkan lubang tanam dengan jarat antar lubang 1 m
x 0.5 m total luas lahan yang digunakan 17.5 m x 14.5 m. Pupuk kandang diaplikasikan
dengan cara dimasukkan ke lubang tanam yang telah dipersiapkan sebelumnya, dosis
pupuk kandang yang digunakan 55 ton/ha. Setelah pemberian pupuk kandang kemudian
diaplikasikan pupuk kimia dasar dengan dosis sebagai berikut :

urea 200 kg/ha, SP -36

sebanyak 75 kg/ha, KC l 250 kg/ha dan Furadan 3 G 30 kg/ha. Pemupukan kedua pada 6

Bulan Setelah Tanam (BST) dengan dosis 100 kg/ha urea dan 100 kg/ha SP -36. Pestisida
diaplikasikan apabila ada gejala serangan hama dan penyakit.
Pengamatan pertama dila kukan setelah tanaman ber umur 9 bulan, dalam penelitian
ini bibit ditanam terlebih dahulu oleh Pusat Kajian Buah Tropik (PKBT).
Pelaksanaan penelitian meliputi pengamatan di lapangan untuk mengamati
morfologi pertumbuhan vegetatif tanaman selama 14 minggu dengan selang pengamatan
selama 2 minggu sekali, tahap selanjutnya yaitu pengamatan terhadap morfologi buah dan
kualitas buah. Pengamatam terhadap buah dilakukan setelah buah m encapai tingkat
kemasakan penuh, pengamatan dilaksanakan di Laboratorium Pusat Studi Pemulian, IPB
Darma ga Bogor.

Pengamatan
Peubah-peubah yang diamati yaitu peubah vegetatif yakni tinggi tanaman, diameter
tajuk, panjang daun ke -7, lebar daun ke-7, jumlah daun dan jumlah duri. Peubah -peubah
yang diamati untuk peubah morfologi buah yakni jumlah daun mahkota , kedalaman mata
buah dan ukuran buah (panjang, diameter pangkal, tengah, ujung dan hati buah), bobot
buah ( bobot kotor dan bobot bersih). Pengamatan kimia buah meliputi padatan terlarut
total, penentuan total asam, penentuan total vitamin C, pH, dan kada r air.
Pengamatan tinggi tanaman dilakukan dengan cara mengukur tinggi mulai dari
pangkal batang sampai pucuk tanaman. Jumlah daun dihitung dari daun yang terletak
paling bawah sampai ujung tajuk termasuk daun tua dan daun muda. Diameter tajuk diukur
pada bentangan dua daun terpanjang yang terletak berseberangan.
Panjang mahkota buah diukur dari ujung buah sampai pangkal buah. Diameter
buah diukur tegak lurus terhadap pangkal dan ujung buah nanas. Pangukuran diameter buah
dilakukan di ujung, tengah, da n pangkal buah. Kedalaman mata diukur tiga mata buah
untuk satu buahnya dengan cara membelah buah secara vertikal, kemudian diukur panjang
matanya, kemudian data yang diperoleh dirata -rata. Pengukuran diameter buah, panjang
buah, dan panjang mata buah meng gunakan jangka sorong.
Pengamatan sifat kimia buah sebagai berikut:
1. Penentuan Padatan Total Terlarut (PTT)

Daging buah nanas dihancurkan dengan blender kemudian disaring, filtrat yang
telah tersaring diletakkan pada prisma refraktometer, skala yang terbac

a

menunjukkan nilai padatan terlarut total.
2. Penentuan kandungan asam tertitrasi
Buah nanas yang telah diblender diambil sebanyak 20 g, kemudian disaring ke
dalam labu takar 200 ml lalu ditambah aquades sampai tanda tera.

Pipet filtrat

tersebut sebanyak 25 ml dan dimasukkan ke erlenmeyer 100 ml untuk dititrasi,
sebelum dititrasi ditambahkan 2 tetes indikator phenofthalein, kemudian dititrasi
dengan NaOH 0.1N sampai terjadi perubahan warna, tepat merah jambu.
Perhitungan total asam tertitrasi (TAT)(%):
TAT= ml NaOH x N x fp x 64 x 100%
mg contoh
N = Normalitas larutan NaOH 0.1 N

mg contoh = mg sampel yang diukur

Fp = Faktor pengenceran (100/25)

3. Penentuan Vitamin C
Buah nanas yang telah diblender diambil sebanyak 20 g, kemudian disaring, hasil
saringan dimasukkan ke dalam labu takar 200 ml ditambah aquades sampai tanda
tera. Pipet filtrat tersebut sebanyak 25 ml dan dimasukkan ke erlenmeyer 100 ml,
kemudian ditambah 2 ml amilum 1%. Titrasi dengan 0.01 N dengan yodium
sampai terjadi perubahan warna menjadi kehijauan.
Perhitungan mg vitamin C/100 g = ml I 2 x 0.88 x 100
bobot contoh (g)
I2

= larutan iodium yang digunakan untuk titrasi

0.88

= faktor konversi dari Massa molekul ke bobot

Bobot contoh

= bobot sampel yang diukur

4. Penentuan ka dar air
Buah nanas yang telah diblender diambil 10 gram dimasukkan kedalam gelas ukur
100 ml, kemudian dikeringkan dalam oven (105 o C) selama 24 jam, setelah di oven
dimasukkan ke dalam desikator dan timbang bobot kotornya.
Kadar air (%) = X-Y x 100 %
Y

X = bobot sebelum dioven
Y = bobot setelah dioven
5. Penentuan pH
Daging buah yang telah dihancurkan kemudian disaring, hasilnya dimasukkan ke
tabung reaksi. Cara pengukurannya: nyalakan pH meter sampai angkanya stabil,
kemudian kalibrasi dengan laruta n buffer pH 4 dan 7, setelah itu

dicelupkan

elektroda pada larutan sempel dan lihat angka pengukurannya sampai stabil.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum
Pengamatan di lapangan berlangsung pada musim kemarau, hal ini kemun gkinan
berpengaruh terhadap laju pe rtumbuhan yang kurang baik, karena tanaman mengalami
kekurangan air untuk proses metabolismenya, sehingga pertumbuhannya menjadi lambat.
Nanas minyak pada daunnya tidak memiliki duri, tetapi untuk kultivar lainnya pengama tan
jumlah duri tetap dilaksanakan dan selama pengamatan tidak ditemukan serangan penyakit.
Panen buah tidak bersamaan karena proses pemasakan buah antarkultivar

tidak sama.

Nanas Minyak, Bogor, dan Hijau lebih dulu dipanen. Analisis kimia buah dilakukan
bertahap sesuai dengan buah yang dipanen.

Tinggi Tanaman
Hasil pengamatan terhadap tinggi tanaman menunjukkan perbedaan yang nyata.
Tinggi tanaman paling tinggi terdapat pada nanas kultivar Minyak, sedangkan yang lainnya
cenderung sama (Tabel 2).
Tabel 2. Nilai rataan tinggi tanaman pada pengamatan ke-1 sampai ke -7 pada lima
populasi nanas.
Kultivar
1
2
Minyak
42,71a
80,50a
Buaya
39,77a
66,93b
Hijau
38,36a
71,96b
Bogor
37,65a
65,46b
Merah
36,28a
70,43b
Ket: angka -angka yang diikuti huruf yang
5%.

Tinggi Tanaman (cm) Pengamatan ke 3
4
5
6
7
82,70a
84,63a
86,20a
87,00a
87,73a
69,76b
68,40c
73,13ab
73,73bc
82,53ab
74,50b
75,50b
76,73b
77,26b
77,81bc
69,46b
68,13c
71,30bc
71,50bc
73,43c
60,86c
62,43c
67,76c
69,30c
71,60c
sama pada kolom yang sama tida k berbeda nyata pada uji Duncan

Nanas Minyak memiliki pertumbuhan yang lebih tinggi

pada tinggi tanaman

dibanding dengan kultivar lainnya . Hal ini kemungkinan disebabkan oleh perbedaan sifat
genetik pada nanas -nanas tersebut. Keragaman yang terdapat d alam satu spesies dapat
disebabkan oleh keragamaan genetik dan lingkungan. Keragamaan sebagai akibat faktor
genetik atau lingkungan umumnya berinteraksi satu dengan lainnya dalam mempengaruhi
penampilan fenotipe tanaman (Makmur, 1992). Kriteria dari Deptan (2000) tinggi tanaman
yang tegak merupakan tipe ideal bagi pertumbuhan nanas. Nanas yang memiliki
pertumbuhan yang tinggi tegak akan lebih efisien dalam penerimaan sinar matahari,
sehingga lebih optimal dalam membantu proses fotosintesis.

Diameter Tajuk Tanaman
Pada hasil pengamatan terakhir diameter tajuk kelima kultivar nanas menunjukkan
tidak terjadi perbedaan yang nyata, walaupun pada pengamatan sebelumnya terjadi
perbedaan yang nyata antar kultivar (Tabel 3).
Tabel 3. Nilai rataan diameter tajuk pad a pengamatan ke -1 sampai ke -7 pada lima populas i
nanas
Kultivar

Diameter Tajuk (cm) Pengamatan ke1
2
3
4
5
6
Minyak
150,36a
139,76a
135,83a
137,26a
140,36a
141,76a
Buaya
145,79ab
131,60ab
136,43a
138,30a
133.33ab
132,20ab
Hijau
138,80abc
131,93ab
130,96a
132,56ab
126,86abc
126,43abc
Bogor
136,16abc
126,90ab
123,10a
122,76b
120,86bc
122,63bc
Merah
127,26c
118,43b
120,13a
120,13b
112,50c
111,83c
Ket: angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom ya ng sama tidak berbeda nyata pada

7
141,59a
135,27a
137,67a
130,30a
125,75a
uju Duncan

5%.

Diameter tajuk tanaman secara kesuluruhan pada akhir pengamatan tidak berbeda .
Pada akhir pengamatan diameter tajuk cenderung sama hal ini kemungkinan dari
pengamatan ke -5 sampa 6 pengamatan pertumbuhan diam eter nanas Minyak, Buaya, Bogor
dan Hijau hampir maksimal, sedangkan pada nanas Merah pertumbuhan maksimal pada
pengamatan ke -7, sehingga pada pengamatan ke -7 (terakhir pengamatan ) cenderung sama
antar kultivar.
Seperti halnya tinggi tanaman, bahwa pertum buhan diameter dipengaruhi oleh sifat
genetik dari kultivar-kultivar tersebut. Ukuran diameter nanas yang baik yaitu ukuran
diameter yang tidak lebar cenderung sempit (Deptan, 2000), salah satu manfaat ukuran
diameter nanas yang cenderung sempit adalah akan lebih baik dalam penanganan budidaya
dan pemanenan. Diameter yang sempit disebabkan oleh pertumbuhan daun nanas yang
tegak. Daun nanas yang tegak akan lebih mudah dalam mengintersepsi cahaya matahari,
sehingga penyerapan panjang gelombang matahari lebih optimal.

Jumlah Daun
Jumlah daun nanas pada lima kultivar yang diamati sampai akhir pengamatan tidak
terjadi perbedaan yang nyata, walaupun pada pengamatan awal terjadi perbedaan tetapi
pada pengamata n selanjutnya tidak terjadi perbedaan yang ny ata antar kultivar (Tabel 4).
Tabel 4. Nilai rataan jumlah daun pengamatan ke-1 sampai ke -3 pada lima populasi nanas
Kultivar

Jumlah Daun Pengamatan ke-

1
Minyak
46,8a
Buaya
43,6ab
Hijau
37,1bc
Bogor
36,6bc
Merah
33,8c
Ket: angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang
5%.

2
3
42,8 a
43,7 a
45.2 a
46,4 a
38,3 a
38,7 a
36,4a
38,5 a
35,2 a
35,9 a
sama tidak berbeda nyata pada uji Duncan

Jumlah daun dari kelima kultivar yang diamati sampai akhir pengamatan

tidak

menunjukkan perbedaan yang nyata. Hal ini menunju kkan bahwa pertumbuhan jumlah
daun nanas antar kultivar cenderung sama. Samson (1980) menyatakan jumlah daun yang
terbentuk pada semua jenis nanas dapat mencapai 70 -80 helai.
Karakteristik Daun
Pada pengamatan panjang daun ketujuh terjadi p erbedaan yang nyata, dimana daun
ketujuh nanas Minyak lebih panjang dibandingkan dengan daun ketujuh kultivar lainnya.
Hasil pengamatan pada diameter daun ketujuh tidak menunjukkan per bedaan yang nyata
antar kultivar . Nanas Merah memiliki jumlah duri pali ng banyak diantara 3 kultivar
lainnya, sedangkan pada nanas minyak tidak terdapat duri (Tabel 5).
Tabel 5. Pengukuran Panjang, Lebar, Duri Daun ke-7 pada lima populasi nanas
Kultivar

Pengamatan Daun ke-7
Panjang (cm)
Lebar (cm)
Duri (jumlah)/10 cm
Minyak
62,56a
3,76a
Tidak ada
Buaya
53,25b
3,70a
20,00d
Hijau
51,40b
3,53a
52.66b
Bogor
51,40b
3,53a
35.73c
Merah
51,40b
3,50a
55.16a
Ket: angka -angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji Duncan
5%.

Panjang daun ketujuh nanas Minyak lebih panjang daripada nanas kultivar lainnya,
walaupun nanas Minyak memiliki panjang daun yang lebih, tetapi daun nanas tersebut tidak
tumbuh tegak. Tipe pertumbuhan daun nanas yang ideal yaitu daunnya tegak dan tidak
mudah rebah (Deptan, 2000) . Daun nanas yang panjang dan tegak akan berpengaruh
terhadap tinggi dan ukuran diameter tajuk nanas tersebut. Daun nanas yang panjang dan

tumbuh tegak akan berpengaruh terhadap jumlah tanaman yang ditanam, teknis budidaya
dan hasil yang dipero leh. Nanas yang berdiri tumbuh tegak akan lebih banyak menangkap
gelombang sinar matahari dan daun nanas yang panjang akan lebih banyak mengandung
klorofil daripada daun yang pendek.
Lebar daun antar kultivar tidak terdapat

perbedaan yang nyata.

Hal ini

menunjukkan lebar daun antar varietas cenderung sama. Jumlah duri terbanyak dimiliki
oleh nanas Merah, kemudian nanas Hijau, Bogor dan Buaya, sedangkan nanas Minyak
tidak memiliki duri pada daunnya. Ukuran duri nanas

Merah lebih kecil dibandingkan

nanas Buay a. Jika dilihat secara keseluruhan nanas

Merah memiliki pertumbuhan

morfologi yang lebih kecil daripada nanas yang lainnya. Keberadaan, jumlah dan ukuran
duri pada daun nanas tergantung daripada sifat genetik kultivar -kultivar nanas tersebut.
Deptan (2000) bahwa tipe nanas yang unggul adalah salah satunya tidak memiliki duri pada
daunnya.
Kualitas Dan Kandungan Awal Kimia Buah
Pengamatan terhadap ukuran dan kandungan kimia buah lima kultivar nanas
memberikan hasil sebagai berikut: nanas Minyak menunjukkan hasil yang lebih tinggi pada
ukuran buah (bobot kotor, bobot bersih, panjang buah, diameter pangkal, diameter ujung,
diameter hati), kadar air dan asam tertitrasi terhadap kultivar lainnya . Kultivar Buaya
memiliki kadar vitamin C paling tinggi. Kultivar hij au memiliki pH yang lebih tinggi
dibandingkan kultivar lainnya , sedangkan pH yang paling rendah pada kultivar Buaya.
Nanas Bogor memiliki kandungan padatan terlarut total (PTT), panjang mata yang besar
dan panjang buah yang sama dengan nanas Minyak. (Tabel 6).
Tabel 6. Hasil pengamatan morfologi dan kimia buah pada lima populasi nanas
Peubah Pengamatan
Bobot Kotor (g)
Bobot Bersih (g)
Panjang Buah (cm)
Diameter Pangkal (cm)
Diameter Tengah (cm)
Diameter Ujung (cm)
Diameter Hati (cm)
Kedalaman Mata (cm)
Padatan Terlarut (%brix)
Kadar Air (%)
pH
Asam Tertitrasi (mg/100g)
Vitamin C (mg/100g)

Kultivar
Minyak
1677,17a
1481,8a
15,168a
8,841a
15,27a
8,577a
2,5 77a
1.354ab
12,467b
35,813a
4,560ab
194,07a
1,001c

Buaya
1106.,00b
660,0b
10.633ab
7,2280b
8,75b
6,190b
1,530cd
1,570ab
14,520b
16,326c
3,800d
87,47b
1,957a

Hijau
1103,67b
469,7bc
9,596ab
6,463b
10,06ab
7,129b
1,634c
1,374ab
12,733b
13,093d
4,684a
92,80b
0,759c

Bogor
586,00c
429,0bc
13,418a
6,284b
8,69b
5,985b
1,830b
1,7627a
21,180a
22,065b
4,440b
110,87b
0,702c

Merah
899,33b
399,0c
7,598b
6,133b
8,50b
6,253b
1,342d
1.333b
14,180b
16,706c
4,185c
87,33b
1,346b

Ket: angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata pada uji Duncan
5%.

Nanas Minyak memiliki bobot be rsih, panjang buah, diameter pangkal, diameter
tajuk, diameter hati, kadar air dan asam teritrasi lebih tinggi dibanding yang lainnya. Hal ini
ada kaitan yang sangat erat antara tinggi, diameter tajuk dan panjang daun. Collins (1960)
menyatakan pertumbuha n morfologi yang baik akan meningkatkan kualitas buah nanas
terutama diameter hati buah.
Nanas Bogor mengandung padatan terlarut total yang lebih tinggi dan panjang
mata yang lebih besar dan lebih menonjol. Buah nanas golongan Queen termasuk jenis
nana s yang matanya menonjol dan kelihatan dengan nyata (Collins, 1960). Menurut Partini
(2003) buah nanas Queen memiliki mata menonjol sehingga tidak sesuai untuk buah olahan
karena bagian yang dapat diolah hanya sedikit. Padatan terlarut sendiri terdiri dar

i

beberapa senyawa asam dan gula , asam-asam pada buah nanas terdiri dari asam sitrat 87%,
asam malat dan asam oksalat, sedangkan gula terdiri dari 2.32% glukosa, 1.42% fruktosa,
dan 7.89% sukrosa (Whiting, 1970).
Derajat keasamaan (pH) paling tinggi terda pat pada nanas Hijau, paling rendah
pada nanas Buaya . Nanas Buaya paling banyak mengandung vitamin C, paling rendah pada
nanas Bogor. Berdasarkan hasil derajat keasamaan buah nanas golongan cayenne (nanas
Hijau dan nanas Minyak) memiliki tingkat keasaman y ang cukup tinggi (pH rendah).
Tingkat keasaman buah dipengaruhi juga oleh jumlah anakan dan kondisi lahan, menurut
Usof (1986) anakan banyak kandungan asam buah pun semakin

meningkat. Soedibyo

(1992) mengatakan nanas yang banyak mengandung vitamin C cocok

untuk konsumsi

segar.
Jika dibandingkan antara kandungan padatan terlarut total (PTT) terhadap asam
tertitrasi, kandungan air buah, maka buah nanas minyak dan nanas hijau memliki angka
perbandingan yang paling kecil dibandingkan nanas Bogor, Merah dan Bua ya. Semakin
besar nilai padatan terlarut total (PTT) terhadap asam tertitrasi dan rendahnya kandungan
air pada buah maka rasa buah nanas tersebut semakin manis dan lebih cocok untuk
konsumsi segar (Samson, 1980).
Korelasi Antar Variabel Pengamatan
Bobot buah berkorelasi positif dengan tinggi tanaman, panjang buah dan diameter
buah. Diameter daun berkorelasi positif dengan tinggi tanaman dan panjang buah. PTT
berkorelasi positif dengan diameter daun dan panjang mahkota. TAT berkorelasi positif
dengan diameter pangkal, diameter tengah dan bobot buah. KA dipengaruhi oleh tinggi

tanaman, panjang buah, diameter pangkal, diameter tengah, bobot buah dan TAT. Derajat
keasaman buah nanas berkorelasi negatif dengan PTT buah. (Tabel 7).
Tabel 7. Rekapitulasi hasil uji korelasi pada lima populasi nanas
DD
PJB
DP
DT
PM
BOBOT
PTT
TAT
KA

TT
0.011
0.59*
0.49
0.74**
-0.01
0.76**
-0.36
0.33
0.54*

DD

PJB

DP

DT

PM

BOBOT

PTT

TAT

0.25
-0.33
-0.16
0.42
-0.10
0.53*
-0.40
-0.22

0.39
0.54*
0.12
0.55**
0.24
0.52
0.68**

0.88**
-0.29*
0.75
-0.59
0.8**
0.69**

-0.29
0.95**
-0.48
0.71**
0.77**

-0.19
0.56*
-0.25
-0.06

-0.38
0.60*
0.81**

-0.23
-0.06

0.79*

Hasil uji korelasi dimana * menunjukkan Taraf nyata pada 5 % dan ** menunjukkan
Keterangan:
TT
= Tinggi Tanaman
DT
= Diameter Tanaman
DD
= Lebar daun
PM
= Panjang Mata
PJB
= Panjang Buah
BOBOT
=Bobot Bersih
JDM
= Jumlah Daun Mahkota
pH
= Tingkat keasaman

Taraf nyata pada 1%
TAT
DP
PTT

= Total Asam Tertitrasi
= Diameter Pangkal
= Padatan Terlarut Total

Pertumbuhan morfologi tanaman yakni tinggi tanaman dan lebar daun ternyata
berpengaruh terhadap kenaikan bobot, diameter dan panjang buah (ukuran buah), dan
kadar air. Lebar daun berpengaruh terhadap padatan terlarut total (PTT) buah. Ting ginya
tanaman dan lebarnya daun akan lebih banyak dalam menerima cahaya matahari, lebarnya
daun akan memperluas area penyerapan cahaya matahari dan meningkatkan jumlah
klorofil, sehingga proses fotosintesis dapat berjalan dengan maksimal. Daun panjang dan
tinggi tegak akan lebih mudah dalam mengintersepsi cahaya yang datang sehingga proses
fotosintesis maksimal atau berjalan baik (Endmond dan Musser, 1957)
Semakin besar ukuran buah maka kandungan kimia, dan kadar air buah pun
bertambah jika dibandingkan dengan buah yang berukuran kecil pada kultivar yang sama.
Sari (2002) menyatakan semakin besar buah nanas Bogor maka kandungan PTT, asam dan
nisbah PTT/asamnya semakin besar. Besar kecilnya kandungan kimia buah dan kandungan
air buah dipengaruhi juga oleh faktor genetik dari kultivar-kultivar tersebut.
Bobot buah nanas akan meningkat seiring dengan bertambahnya ukuran panjang
dan diameter buah tersebut, sehingga kandungan kima buah pun akan bertambah sejalan
dengan perkembangan buah. Buah yang mengandung pada tan terlarut total tinggi (PTT),
dengan kandungan asam dan air sedikit maka rasa buah pun lebih manis. Hasil penelitian
Sari (2002) menunjukkan rendahnya kadar air dan besarnya nisbah PTT/asam pada nanas
Bogor menyebabkan rasa buahnya lebih manis. Rasa asam pada buah dapat dilihat dari
nilai pH buah yang rendah, pH semakin rendah (asam) maka kandungan asam -asam dan air
pada buah semakin meningkat tetapi kandungan PTT buah menurun.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1. Kultivar Minyak memiliki tinggi tanaman yan g lebih daripada kultivar lainnya. Jumlah
daun dan diameter tajuk pada akhir pengamatan untuk kelima kultivar cenderung sama.
2. Karakteristik daun yaitu daun terpanjang terdapat pada nanas minyak, sedangkan lebar
daunnya cenderung sama. Jumalah duri paling banyak terdapat pada nanas Merah,
sedangkan nanas Minyak tidak memiliki duri pada daunnya.
3. Tinggi tanaman berkorelasi positif terhadap ukuran buah (panjang buah, diameter buah
dan bobot buah). PTT buah dipengaruhi oleh diameter buah dan panjang daun mahko ta.
TAT dipengaruhi oleh diameter buah dan bobot buah. Kadar air buah dipengaruhi oleh
tinggi tanaman, panjang buah, diameter buah dan bobot buah.
4. Kultivar Minyak memiliki panjang buah, bobot buah dan diameter buah paling besar
dibandingkan kultivar lainny a. Nanas Bogor memiliki kedalaman mata yang besar
daripada nanas lainnya.
5. Kandungan PTT terbesar dimiliki oleh nanas Bogor. Vitamin C paling banyak terdapat
pada nanas Buaya, sedangkan tingkat keasaman buahnya paling tinggi (pH rendah).
Nanas Hijau memiliki tingkat keasaman paling rendah. Kandungan air terbesar terdapat
pada nanas Minyak.

Saran
1. Pada penelitian selanjutnya disarankan penilitian di lakukan lebih dari satu lokasi
penelitian.
2. Pada penelitian selanjutnya perlu dilakukan uji organoleptik dan uji daya simpan buah.

DAFTAR PUSTAKA

Ashari, Sumeru. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI Press. 485 p.
Collins, J. L.1960. The Pineapple. Word Crops Series. Leonard Hill -Intercience Inc.
London. 294p.
Direktorat Jendral Tanaman Pangan dan Hortik ultura. Direktorat Bina Produksi
Hortikultura. 2000. Informasi Hortikultura dan Aneka Tanaman. Jakarta . 24
hal.
Dondy, ABS., W. Broto, dan M. Soedibyo. 1992. Penelitian Mutu Buah Nanas ( Ananas
comosus (L.) Merr.) Komersial di Jawa Tengah. J. Hort. 2(3): 37-42.
Endmond, J. B., and A. M. Musser, F. S. Andrews. 1957. Fundamental of Horticulture. Mc
Graw Hill Book Company. USA.
Kader, A. A. 1985. Postharvest Teachnology of Horticultural Crops. Cooperative Extension
Univ. of California, Division of Agricultur e and Natural Resources.
California.
Makmur, A. 1992. Pengantar Pemulian Tanaman. Rineka Cipta. Jakarta. 30p.
Morton, J.F. 1987. Fruits of Warm Climates http://www.hort.purdue.edu/newcrop/
morton/pineapple/html#description#[15 juli 2004]
Nakasone, H. Y., and R. E. Paull. 1999. Tropical Fruits. Cab. International. London.
Partini. 2003. Pengaruh Perlakuan Dosis Pupuk N dan K Terhadap Pertumbuhan Vegetatif
dan Kualitas Buah Nanas Kultivar Queen. Skripsi. Departemen Budidaya
Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Prahardini, P. E. R., S. Purnomo, dan Suhardjo.1994. Evaluasi Keragaman Sumber Genetik
Nenas ( Ananas comosus (L.) Merr.). Sub Balai Penelitian Hor tikultura
Malang. Malang.
Sari, Rika Nitri. 2002. Analisis Keragaman Morfologi dan Kualitas Buah, Populasi Nanas
(Ananas comosus (L.) Merr.) Queen di Empat Desa Kabupaten Bogor.
Skripsi. Departemen Budidaya Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Samson, J. A. 1980. Tropikal Fruits, Tropical Agriculture Series. Longmarch. London.
.
Soedibyo, M. T. 1992. Pengaruh Umur Petik Buah Nanas Subang ( Ananas comosus (L.)
Merr.) Terhadap Mutu. J. Hort. 2(2):36 -42.

Ulrich, R. 1970. Organic Acids, p. 89 -111 in Hulme, A. C.(ed). The Biochemistry of Fruit
and Their Products. Volume 1. Academic Press. London. 620p.
Usof, Z. 1986. Mempelajari Buah dan Produksi Anakan Tanaman Nanas ( Ananas comosus
(L.) Merr.). skripsi. Departemen Budidaya Pertanian. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Thongtham, M. L. C. dan Y. C. Wee. 1991. Ananas comusus (L.) Merr., p. 69 -75 In
Corronel, R. E, dan Verheij E. W. M (Eds.). Plant Resources of South East
Asia (PROSEA). Buah-buahan yang dapat dimakan. PT Gramedia. Jakarta .
Whiting, G. C. 1970. Sugars. P. 1-31 in Hulme, A. C.(ed). The Biochemistry of Fruit and
Their Products. Volume 1. Academic Press. London. 620p.

Lampiran

Tabel Lampiran 1. Sidik Ragam Tinggi Tanaman dari minggu satu sampai tujuh
sumber
DF
Nilai Kuadrat
Nilai Rataan