Hubungan karakteristik lahan dengan produktivitas duku (Lansium domesticum corr) di Provinsi Jambi

HUBUNGAN KARAKTERISTIK LAHAN DENGAN
PRODUKTIVITAS DUKU (Lansium domesticum Corr)
DI PROVINSI JAMBI

HENDRI PURNAMA

SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Hubungan Karakteristik Lahan
dengan Produktivitas Duku (Lansium Domesticum Corr) di Provinsi Jambi adalah
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka
dibagian akhir tesis ini.
Bogor, Agustus 2011

Hendri Purnama
NRP A151070051

ABSTRACT
HENDRI PURNAMA. Land Characteristic and Duku (Lansium Domesticum
Corr) Productivity Relationship in Jambi Province. Under the supervisor of
ATANG SUTANDI, WIDIATMAKA and KOMARSA GANDASASMITA.

Duku is one of horticultural crops and tropical fruits that has high
commercial value. Actually, the trees that produce fruits have various age between
30 to 75 years. Some farmers reluctant to conduct replanting due to very long
harvesting time, (15 years above). Government of Jambi Province intends to
maintain and develop the duku through the crop improvements and
extensification. For that purpose it needs to understand crop requirement related to
land characteristic. The aims of this research are to identifiy land characteristics
that associated to duku productivity, describe the optimum land characteristics to
support maximum duku productivity, and to investigate the significance influent
of land characteristics on optimum duku productivity. The study was conducted by
field survey exploration approach, done March to December 2009. This study used
primary and secondary data. Secondary data included climate and duku

distribution in Jambi Province. Primary data was collected through field surveys,
including biophysical properties and crop productivity. Data analysis used line
boundary method analysis and discriminant analysis. Biophysical properties and
productivity were plotted on scatter diagram and the distribution of points form a
model of the boundary line. The model was selected with the highest determinant
coefficient (R2). The model of the biophysical properties and production
relationship could determine land characteristics that associated with optimum
productivity. The optimum productivity was associated with soil texture of sandy
clay, sandy clay loam, loam, and clay loam, soil depth about > 56 cm, soil pH
between 4,5 to 6,4, C organic content of > 0.60 %, CEC was about > 16,00 cmol /
kg, base saturation was about > 5 %, available P was about > 3 ppm, exchangeable
K content of > 0.50 cmol/kg, and Al saturation was about < 53%. The
discriminant analysis show that duku productivity was significantly influenced by
soil pH, CEC, sand content and exchangeable Ca.

Key words : Land Characteristic, Boundary line, Productivity, Duku.

RINGKASAN
HENDRI PURNAMA, Hubungan Karakteristik Lahan dengan Produktivitas Duku
(Lansium Domesticum Corr) di Provinsi Jambi dibawah bimbingan ATANG

SUTANDI, WIDIATMAKA dan KOMARSA GANDASASMITA.
Duku termasuk salah satu tanaman hortikultura dan primadona buah tropis
serta mempunyai nilai komersial yang cukup tinggi. Saat ini, lahan yang ada
semakin terdesak oleh pembangunan pemukiman. Selain itu, kurangnya
pengetahuan petani dan juga masa berbuah duku yang memerlukan waktu yang
lama setelah tanam menyebabkan petani kurang tertarik untuk menanam duku
dibandingkan untuk penggunaan lain. Hal ini akan menyebabkan lama kelamaan
tanaman duku akan habis. Disisi lain pemerintah daerah Provinsi Jambi telah
menetapkan tanaman duku merupakan salah satu tanaman khas Jambi, dan
pemerintah pusat pada tahun 2000 telah menetapkan salah satu duku Jambi yaitu
Duku Kumpeh sebagai varietas unggul nasional berdasarkan SK Menteri Pertanian
No: 101/KPTS.TP.240/3/2000 tanggal 7 Maret 2000, sehingga sangat perlu bagi
pemerintah daerah kabupaten dan Propinsi Jambi dalam menjaga keberlanjutan
budidaya duku dimasa mendatang dengan menjaga lahan yang ada supaya tidak
beralih fungsi serta melakukan pengembangan dan perluasan lahan untuk
pertanaman duku. Untuk ini maka diperlukan suatu kajian untuk mendapatkan
karakteristik lahan yang tepat untuk pertanaman duku di Propinsi Jambi sebelum
dikembangkan dalam wilayah pertanaman yang lebih luas. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan karakteristik lahan terhadap hasil tanaman duku,
mengetahui karakteristik lahan yang optimum untuk mendukung produksi duku

yang maksimal, dan mengetahui karakteristik lahan yang paling berpengaruh
terhadap hasil tanaman duku.
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan Desember
2009, dilakukan dengan pendekatan metode survey lapang. Penelitian ini
dilaksanakan di beberapa lokasi daerah sebaran duku di Propinsi Jambi, di 8
(delapan) kabupaten yaitu Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Batanghari,
Kabupaten Merangin, Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Bungo, Kabupaten
Tebo, Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
Pemilihan lokasi didasarkan pada perbedaan ketinggian (topografi), tanah dan
iklim serta heterogenitas keragaman lahan.
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data sekunder
yang digunakan adalah data iklim dan sebaran duku di Propinsi Jambi.
Pengumpulan data primer dilakukan melalui survey lapangan, meliputi data-data
sifat biofisik lahan dan produktifitas tanaman.
Analisis data menggunakan metoda garis batas (boundary line) untuk
melihat masing-masing hubungan karakteristik lahan dengan produksi. Untuk
melihat kontribusi masing-masing variabel terhadap produksi dan karakteristik
lahan yang berpengaruh terhadap produksi dilakukan analisis diskriminan.
Penentuan kriteria hubungan produksi dengan faktor-faktor karakteristik lahan
mengadopsi metoda DRIS (Diagnostic Recommended Integrated System). Tahap

pertama dari metoda DRIS ini adalah penetapan nilai standard atau norm yang
didasarkan pada respons tanaman terhadap karakteristik lahannya. Data-data
produksi yang terkumpul diplotkan terhadap faktor-faktor biofisik lahan dalam

sebuah atau beberapa grafik. Sebaran titik-titik observasi ini akan patuh terhadap
suatu model garis batas terluar (boundary line) dari distribusi titik-titik tersebut.
Pola garis batas terluar yang dipilih adalah yang logis dan mempunyai koefisien
determinan (R2) tertinggi. Dalam model ini, tingkat produksi akan meningkat jika
sebuah faktor pembatas dikurangi (dilakukan perbaikan sifat lahan). Selanjutnya
dilakukan pengelompokan nilai produksi yang kemudian dihubungkan dengan
persamaan yang diperoleh dari boundary line sehingga dapat ditetapkan kelas
untuk produktivitas tinggi, sedang dan rendah pada tiap-tiap karakteristik lahan.
Pengelompokan kelas produktivitas tanaman dibagi dalam tiga kelas yaitu kelas 1
(produktivitas tinggi), kelas 2 (produktivitas sedang) dan kelas 3 (produktivitas
rendah).
Pola hubungan antara karakteristik lahan dengan produktivitas tanaman
duku beragam dan bersifat spesifik, tergantung dari karakteristik lahannya.
Produktivitas optimum pada tanaman duku dijumpai pada tanah dengan tekstur
liat berpasir, lempung liat berpasir, lempung, dan lempung berliat, kedalaman
tanah > 56 cm, pH antara 4,5 – 6,4, C organik > 0,60 %, KTK >16,00 cmol/kg,

KB > 5 %, P > 3 ppm, K > 0,50 cmol/kg, dan kejenuhan Al < 53 %. Hasil analisis
diskriminan menunjukkan bahwa karakteristik lahan yang memberikan kontribusi
paling tinggi terhadap produktivitas tanaman duku adalah pH, KTK, Ca-dd dan
kandungan fraksi pasir.

Kata Kunci: Karakteristik Lahan, Garis Batas, Produktivitas, Duku.

(C) Hak cipta milik IPB, Tahun 2011
Hak cipta dilindungi Undang-Undang
1) Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan
karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu
masalah
b. Pengutipan tidak merugikan yang wajar IPB
2) Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apapun tanpa ijin IPB

HUBUNGAN KARAKTERISTIK LAHAN DENGAN
PRODUKTIVITAS DUKU (Lansium domesticum Corr)

DI PROVINSI JAMBI

HENDRI PURNAMA

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada Program Studi Ilmu Tanah

SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

Penguji Luar Komisi Pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Darmawan, MSc

Judul Tesis
Nama
NRP

: Hubungan Karakteristik Lahan dengan Produktivitas Duku

(Lansium domesticum Corr) di Provinsi Jambi.
: Hendri Purnama
: A151070051

Disetujui
Komisi Pembimbing

Ir. Atang Sutandi, M.Si, Ph.D
Ketua

Dr. Ir. Widiatmaka, DAA
Anggota

Dr. Ir. Komarsa Gandasasmita, M.Sc
Anggota

Diketahui
Ketua Program Studi Ilmu Tanah

Dekan Sekolah Pascasarjana


Ir. Atang Sutandi, M.Si, Ph.D

Dr. Ir. Dahrul Syah, MSc. Agr

Tanggal Ujian : 30 Juli 2011

Tanggal lulus:

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, dengan izin dan
petunjuk-Nya sehingga penulisan tesis yang berjudul “Hubungan Karakteristik
Lahan dengan Produktivitas Duku (Lansium domesticum Corr) di Provinsi Jambi”
dapat diselesaikan.
Penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada Bapak Ir.
Atang Sutandi, MSi, Ph.D sebagai ketua komisi pembimbing, yang telah banyak
membantu baik secara moril maupun materil dan terus mendorong penulis untuk
menyelesaikan studi, Bapak Dr. Ir. Widiatmaka, DAA dan Bapak Dr. Ir. Komarsa
Gandasamita, MSc sebagai anggota komisi pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan arahan kepada penulis selama penelitian hingga selesainya

penulisan karya ilmiah ini, serta kepada Bapak Dr. Ir. Darmawan, MSc selaku
penguji luar komisi. Terima kasih yang tak terhingga kepada Ayahanda
Syarifuddin (Alm) dan Ibunda Syamsinar yang telah mendidik dan menanamkan
kemandirian kepada penulis untuk terus berusaha dan belajar dan tidak bosanbosannya memberikan doa dan restu serta kasih sayangnya, saudara-saudaraku
tersayang (bang Mansas, kak Iwan, bang Pison, yuk Desi, yuk Yanti, Ira, Ita,
Dian) atas motivasi selama ini. Terimakasih kepada Pak Muclish, Dedy, dan
terutama kepada H. Oyon atas bantuan dan semua fasilitas yang diberikan kepada
penulis. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada
rekan-rekan angkatan 2007 dan 2008 (TNH, ATT, PWL dan DAS) buat
kebersamaan yang telah terbina selama ini. Terimakasih juga kepada semua pihak
yang telah membantu dan tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Spesial untuk Istriku tercinta Tetty Syawalina, dan bidadari-bidadariku
yang cantik-cantik Icha, Syifa dan Zhaza, atas doa, pengertian, kesabaran, dan
pengorbanan yang diberikan selama ini, terutama karena telah melewatkan
sebagian hari-harinya tanpa kehadiran penulis selama penulis menyelesaikan studi.
Akhir kata, semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
terkait dan pihak-pihak lain yang membutuhkan informasi.

Bogor, Agustus 2011
Penulis


RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jambi, pada tanggal 20 Februari 1975, merupakan
putra keenam dari sembilan bersaudara dari pasangan Ayah Syarifuddin (Alm)
dan Ibu Syamsinar.
Pendidikan Sarjana Pertanian Program Studi Ilmu Tanah diselesaikan di
Fakultas Pertanian Universitas Jambi pada Tahun 1999. Tahun 2007, penulis
melanjutkan studi pada Program Studi Ilmu Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan
Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

i

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ........................................................................................

iii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................

iv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................

v

PENDAHULUAN ........................................................................................
Latar Belakang ........................................................................................
Perumusan Masalah ................................................................................
Tujuan Penelitian .....................................................................................
Manfaat Penelitian ..................................................................................
Keterbatasan Penelitian ...............................................................................

1
1
3
3
4
4

TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 5
Karakteristik Tanaman Duku .................................................................. 5
Pertumbuhan Tanaman Duku .................................................................. 6
Evaluasi Lahan ....................................................................................... 8
Kualitas dan Karakteristik Lahan ............................................................
9
Karakteristik Lahan yang Mempengaruhi Pertumbuhan Duku ................. 10
Metode Peneraan Umur Tanaman .............................................................. 12
Metode Garis Batas (Boundary Line method) ............................................. 13
BAHAN DAN METODE .............................................................................
Tempat dan Waktu ..................................................................................
Bahan dan Alat .......................................................................................
Pendekatan ..............................................................................................
Pengumpulan Data Sekunder ..................................................................
Pengumpulan Data Primer ......................................................................
Analisis Data ..........................................................................................
Hubungan Antara Karakteristik Lahan dengan Produktivitas Tanaman
Duku ………………………………………………………………………
Pendugaan Selang Produktivitas …………………………………………..

17
17
17
17
18
19
21
22
22

GAMBARAN UMUM DAERAH SURVEY ……………………………….. 25
HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………………………...
Karakteristik Sifat-Sifat Biofisik Lahan yang Terkait dengan Pertumbuhan
dan Produktivitas Duku …………………………………………………...
Peneraan Produksi Berdasarkan Umur Tanaman ……….…………………
Hubungan Antara Umur Tanaman dengan Produktivitas Tanaman .………
Hasil Peneraan Parameter Produktivitas Tanaman Berdasarkan Umur
Tanaman …………………….…………………. .....................................

40
40
43
44
45

ii

Pengelompokan Kelas Produktivitas Tanaman dan Hubungannya dengan
Karakteristik Lahan ……………………..…………………………….
Hubungan Produksi dengan Daerah Perakaran .....................................
Hubungan Produksi dengan Retensi Hara ...........................................
Hubungan Produksi dengan Ketersediaan Hara ...................................
Hubungan Produksi dengan Toksisitas .................................................
Hubungan Produksi dengan Ketersediaan Air dan Elevasi ..................
Karakteristik Lahan Yang Berpengaruh ………………………………

47
48
52
54
55
56
56

KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………………..

60

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................

61

LAMPIRAN ..............................................................................................

64

iii

DAFTAR TABEL
Halaman
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Analisis Laboratorium Sifat Tanah di Daerah Penelitian .........................
Rata-rata Suhu Udara dan Kelembaban Udara pada Kabupaten Muaro
Jambi Tahun 1999 – 2008 ………………………………………………...
Rata-rata Suhu Udara dan Kelembaban Udara pada Kabupaten
Batanghari Tahun 1999 – 2008 ……………………………………………
Rata-rata Suhu Udara dan Kelembaban Udara pada Kabupaten Tanjung
Jabung Timur Tahun 1999 – 2008 ………………………………………..
Kriteria Kelas Produktivitas Berdasarkan Kondisi Daerah Perakaran
untuk Tanaman Duku …..…………………………………….. ................
Kriteria Kelas Produktivitas Berdasarkan Retensi Hara untuk
Tanaman Duku …………………………………………………………..…
Hasil Analisis Fungsi Diskriminan Kanonik ………………………….…
Koofisien Fungsi Kanonik Diskriminan yang Terstandarisasi .…………..
Hasil Prediksi Ketepatan Pengelompokan kelas Produktivitas pada
Tanaman Duku Berdasarkan Karakteristik Lahan ………………………..

21
33
34
35
51
54
57
58
59

iv

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

Ilustrasi data dengan menggunakan boundary line ……………………….... 14
Diagram Skematik Respon Tanaman terhadap Sejumlah Faktor
Pembatas ……………………………………………………………… 14
Sebaran Lokasi Titik Pengamatan Penelitian …………………………. 19
Bagan Alir Pelaksanaan Penelitian .............................................................. 24
Lokasi Penelitian di Wilayah Propinsi Jambi ……………………………. 25
Sebaran Hujan di Kabupaten Muaro Jambi ................................................ 32
Sebaran Hujan di Kabupaten Batanghari .................................................... 33
Sebaran Hujan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur ................................. 35
Sebaran Hujan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat .................................. 36
Sebaran Hujan di Kabupaten Bungo .......................................................... 37
Sebaran Hujan di Kabupaten Tebo ............................................................. 37
Sebaran Hujan di Kabupaten Merangin ...................................................... 38
Sebaran Hujan di Kabupaten Sarolangun .................................................. 39
Grafik hubungan antara Umur Tanaman terhadap Produksi Aktual ….... . 45
Produktivitas tanaman duku sebelum dan setelah dilakukan peneraan ….. 47
Hubungan Produksi dengan kedalaman tanah, fraksi pasir dan fraksi liat. 51
Hubungan Produksi dengan pH tanah, C-organik, KTK tanah dan kejenuhan
basa ............................................................................................................. 52
Hubungan Produksi dengan Ketersediaan Hara ......................................... 55
Hubungan antara Produksi dengan Kejenuhan Al ...................................... 56

v

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1
2
3
4

Karakteristik Lingkungan pada Titik-Titik Pengamatan ........................... 65
Parameter Pertumbuhan Duku .................................................................. 69
Nilai C organik, P, Ca, Mg, K, Na, KTK, KB, pH dan Kejenuhan Al di
Wilayah Penelitian ..………………….…………………………………
72
Peta Sebaran Titik Pengamatan Berdasarkan Kelas Produktivitas Duku
77

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Duku termasuk salah satu tanaman hortikultura dan primadona buah tropis
serta mempunyai nilai komersial yang cukup tinggi. Bahkan tidak hanya di
Indonesia, di beberapa negara Asia Tenggara pasaran buah duku cukup baik.
Duku merupakan buah penting di Indonesia dan memiliki pasar yang jelas mulai
dari pasar tradisional hingga supermarket modern. Hal ini menunjukkan
komoditas duku sudah dikonsumsi secara merata dan memiliki daya saing
dibandingkan komoditas buah lain. Buah duku banyak digemari karena rasanya
manis dan aromanya tidak menyengat serta cukup baik dikonsumsi karena
kandungan nilai gizi yang cukup tinggi.

Dalam setiap 100 gram buah duku

masak, kurang lebih 64 % dapat dimakan dengan komposisi zat gizi berupa
kalori 70 kal, protein 1,0 g, lemak 0,2 g, karbohidrat 13 g, mineral 0,7 g, kalsium
18 mg, fosfor 9 mg dan zat besi 0,9 mg. Untuk kandungan kalori, mineral dan zat
besi duku setingkat lebih tinggi dibandingkan dengan buah apel atau jeruk manis.
Kandungan lain yang bermanfaat adalah dietary fiber atau serat. Salah satu zat
yang bermanfaat untuk memperlancar sistem pencernaan, mencegah kanker kolon
dan membersihkan tubuh dari radikal bebas penyebab kanker (Deptan 2000).
Di Provinsi Jambi, duku merupakan salah satu komoditi buah-buahan yang
menjadi sumber pendapatan petani. Duku Jambi memiliki keunggulan komparatif,
yaitu penampilan lebih baik, dengan warna kulit yang mulus dan rasa lebih manis
dibandingkan dengan daerah lain, sehingga memiliki potensi untuk ekspor. Total
produksi duku Provinsi Jambi mencapai 21.531 ton (terbesar di Sumatra) lebih
tinggi dari Sumatra Selatan (19.963 ton) dan Sumatra Barat (14.892 ton) (Dirjen
Hortikultura Deptan 2007). Namun, dari segi perawatan, pengelolaan dan
budidaya tanaman, duku di Provinsi Jambi sebagian besar kurang mendapatkan
perawatan yang seimbang dimana sebagian besar tidak pernah mendapatkan
pemupukan.
Menurut Sunarjono (2005) salah satu sebab mengapa Indonesia sulit untuk
menghadapi persaingan buah-buahan tropis adalah buah-buahan Indonesia masih
dikelola dalam skala pekarangan dan kurang mendapat perawatan yang seimbang

2

yaitu dari segi pembibitan, pemeliharaan tanaman, pemupukan dan pengelolaan
hama dan penyakit tanaman. Selain itu, areal buah-buahan dan sentra produksinya
tersebar dengan areal pengelolaan yang sempit sehingga produksinya sulit
memenuhi permintaan pasar.
Berdasarkan data statistik Provinsi Jambi tahun 2007, sebaran produksi
duku di Provinsi Jambi terdapat hampir di setiap kabupaten dengan populasi
tanaman terbanyak yaitu di daerah Kabupaten Muaro Jambi dengan produksi
12.738 ton diikuti Kabupaten Batanghari (3.154 ton), Kabupaten Bungo (2.471
ton) dan Merangin (1.275 ton). Tanaman duku yang berproduksi sekarang
kebanyakan merupakan kebun campuran dan sebagian besar telah berumur lebih
50 tahun dan bahkan ada yang berumur lebih dari 100 tahun yang merupakan
warisan dari orang tua atau kakek mereka.
Berdasarkan rencana kerja Ditjen Hortikultura Departemen Pertanian
Provinsi Jambi termasuk salah satu daerah untuk pengembangan lokasi tanaman
buah-buahan hortikultura khususnya tanaman duku, dimana Provinsi Jambi
sendiri telah memiliki varietas unggul nasional untuk tanaman duku ini yaitu
Duku Kumpeh. Pada tahun 2000 Duku Kumpeh telah ditetapkan sebagai varietas
unggul nasional berdasarkan SK Menteri Pertanian No: 101/KPTS.TP.240/3/2000
tanggal 7 Maret 2000 (BPSB Provinsi Jambi, 2002).
Hasil penelitian Minsyah et al. (2000) dan Hernita dan Asni (2006)
menunjukkan bahwa pemeliharaan tanaman duku hanya dilakukan dengan
membersihkan daun-daun duku yang berada di sekitar pertanaman menjelang
duku berbuah dan sebagian besar tidak dipupuk, hal ini menjadi suatu kendala
bagi pemerintah daerah kabupaten dan Provinsi Jambi dalam menjaga
keberlanjutan dari budidaya duku dimasa mendatang.
Saat ini petani kurang tertarik untuk menanam duku dibandingkan untuk
penggunaan lain karena masa berbuah duku yang memerlukan waktu yang lama
setelah tanam, kurangnya pengetahuan petani tentang budidaya duku, serta lahan
yang ada semakin terdesak oleh pembangunan pemukiman. Hal ini menyebabkan
lama kelamaan tanaman duku akan habis, sehingga pemerintah daerah kabupaten
dan Provinsi Jambi membuat suatu kebijakan dalam menjaga keberlanjutan
budidaya duku dimasa mendatang dengan menjaga lahan yang ada supaya tidak

3

beralih fungsi serta melakukan pengembangan lahan untuk pertanaman duku.
Untuk ini maka diperlukan suatu kajian untuk mendapatkan karakteristik lahan
dan kualitas lahan yang tepat untuk pertanaman duku di Provinsi Jambi sebelum
dikembangkan dalam wilayah pertanaman yang lebih luas mengingat selain faktor
tanaman, faktor lingkungan (iklim) dan tanah sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan hasil suatu tanaman.
Perumusan Masalah
Perkembangan luas areal tanaman duku sekarang ini menunjukkan
kecenderungan semakin menurun. Hal ini disebabkan antara lain kurangnya
peremajaan dan pembukaan lahan baru untuk pengusahaan tanaman tersebut
(Suparwoto et al. 2005). Apabila tidak ditangani dengan baik maka dikhawatirkan
tanaman duku akan semakin mengalami kemunduran dan mengancam populasi
tanaman itu sendiri karena tidak terpelihara dengan baik juga semakin terdesak
oleh pembangunan pemukiman penduduk (Minsyah et al. 2000).
Untuk itu perlu suatu perencanaan areal pengembangan duku dengan
mempertimbangkan kualitas dan karakteristik lahan duku dengan tetap
memperhatikan keberlanjutan usahatani duku ini. Dengan diketahuinya kualitas
dan karakteristik lahan yang sesuai untuk duku di Provinsi Jambi diharapkan akan
membantu dalam pengembangan tanaman duku sehingga dapat meningkatkan
kualitas dan kuantitas duku di masa mendatang dengan tetap memperhatikan
masalah sosial, ekonomi dan masyarakat.
Beberapa permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:
-

Bagaimana hubungan dan pengaruh dari karakteristik lahan terhadap hasil
tanaman duku di Provinsi Jambi?

-

Karakteristik lahan yang bagaimana dibutuhkan untuk menghasilkan
produktivitas duku yang optimum di Provinsi Jambi?

-

Karakteristik lahan apa yang paling berpengaruh terhadap produksi duku di
Provinsi Jambi?

4

Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan yang telah ada maka ditetapkan tujuan dari
penelitian ini yaitu:
-

Mengetahui hubungan karakteristik lahan dengan hasil tanaman duku.

-

Mengetahui karakteristik lahan yang memungkinkan untuk produksi duku.

-

Mengetahui karakteristik lahan yang paling berpengaruh terhadap hasil
tanaman duku.
Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan akan diketahui karakteristik lahan yang

spesifik untuk duku di Jambi. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dan
masukan bagi pemerintah provinsi dan daerah dan stake holder lainnya dalam
pengembangan dan keberlanjutan budidaya duku sebagai salah satu komoditas
buah horikultura unggulan daerah di Provinsi Jambi.

Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, diantaranya adalah:
1.

Data iklim yang diperoleh sangat terbatas karena variasi iklim antara satu
kabupaten dengan kabupaten lainnya di Provinsi Jambi sangat kecil dimana
kisaran bulan basah berada antara 4 – 6 bulan, bulan kering 1 – 3 bulan dan
curah hujan berkisar antara 2497,48 – 2740,55 mm/tahun.

2.

Elevasi yang diperoleh juga sangat terbatas karena sebaran kebun duku
hanya berkisar dari ketinggian 10 m sampai 157 m dpl demikian juga
kemiringan lahan berkisar dari 0 – 8 %.

3.

Tipe penggunaan lahan untuk seluruh daerah penelitian hanya satu tipe
penggunaan lahan saja yaitu kebun duku campuran dengan jarak tanam yang
tidak beraturan, tindakan pengelolaan sangat minim sekali dimana tanaman
umumnya tidak dipelihara dan dipupuk.

4.

Dalam penelitian ini juga tidak memperhatikan varietas duku pada masingmasing titik sampling, juga tidak tidak dilakukan uji kualitas (rasa dan tes
organoleptik) terhadap buah duku yang diteliti.

5

TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Tanaman Duku
Duku merupakan tanaman tropika yang termasuk famili Meliaceae.
Tanaman ini berasal dari semenanjung Malaya dan India. Sumber lain
menyatakan duku berasal dari Asia Tenggara bagian barat, dari semenanjung
Thailand di sebelah barat sampai Kalimantan di sebelah timur, bahkan ada yang
menyatakan duku merupakan tanaman asli Indonesia (Winarno et al. 1990;
Verheij dan Coronel 1997)
Duku termasuk tanaman tahunan (parennial crop) yang masa hidupnya
dapat mencapai puluhan bahkan ratusan tahun. Tanamannya berbentuk pohon,
rindang, berukuran sedang. Pohon duku berbatang kuat dan besar, dengan
penampang 30-40 cm, dapat mencapai tinggi 15-20 meter .
Batang bercabang, kulit batang tipis berwarna coklat kehijauan atau
keabuan dan agak sukar dilepas dari kayunya. Batang menghasilkan cairan
seperti susu, sepanjang kulit batang terdapat celah-celah dangkal yang
memanjang. Mahkota tanaman terbuka, teratur dan atau tidak teratur, berbentuk
bulat (Deptan, 2000).
Daun tanaman duku berselang-seling bersirip ganjil dengan 5-7 anak
daun. Panjang rakhis 30-50 cm, dengan pangkal yang membesar. Helaian daun
bertangkai berbentuk elips, bulat panjang atau lonjong. Pangkal daun sempit,
agak meruncing dan agak miring (tidak simetris). Warna helaian daun sisi atas
hijau tua dan mengkilat sedangkan sisi bawah daun tidak mengkilat berwarna
hijau muda. Kedua permukaan daun licin. Panjang helaian daun 12-15 cm dan
lebar daun 7-12,5 cm. Panjang tangkai daun 0,8-1,2 cm dan membesar pada
pangkalnya (Verheij dan Coronel, 1997).
Tandan bunga terletak pada cabang atau batang yang besar, menggantung,
berdiri sendiri atau dalam berkas 2-5, pada pangkal kerap bercabang dengan
panjang 10-30 cm dan berambut. Bunga tanaman duku biseksual, ukurannya
kecil, daun mahkota 4-5 helai tidak pernah membuka lebar, dan berwarna putih
atau kuning pucat. Benangsari tersusun dalam satu berkas, kepala sari
merupakan lingkaran. Tangkai putik pendek dan tebal.

6

Duku memiliki bentuk buah bulat sampai lonjong berbulu pendek.
Panjang buah antara 2-4 cm dengan bekas style yang jelas. Kulit buah berwarna
kuning muda keabu-abuan, tipis dan mengandung cairan seperti susu.

Buah

beruang lima, mempunyai dua biji yang rasanya pahit, masing-masing

biji

mempunyai dua embrio, terbungkus transparan, berdaging dan melekat erat pada
biji.
Tanaman duku dapat tumbuh pada daerah dengan kisaran ketinggian
0-650 meter di atas permukaan laut, di daerah beriklim lembab dengan curah
hujan 1500-2500 mm pertahun dan merata sepanjang tahun dengan suhu
optimum

24-27oC. Tanaman duku ini tidak tahan terhadap sinar matahari

yang terik, karena dalam keadaan terbuka dan terik daunnya mudah terbakar
dan tumbuhnya lambat. Tanah yang kaya humus dan drainasenya baik (tanah
lempung berpasir) dengan pH 6-7 sesuai untuk pertumbuhan tanaman duku
(Deptan, 2000).
Pertumbuhan Tanaman Duku
Pohon
naungan, yang

duku

tumbuh

lambat,

dapat dikurangi setelah

lebih
2-3

menyukai berada di
tahun.

Pohonnya

bawah
memiliki

perakaran yang dangkal, dan bergantung kepada adanya lapisan serasah yang
dapat melindungi berbagai akar yang mengambil hara dari permukaan tanah.
Pohon duku mulai berproduksi lambat, umumnya 10-15 tahun, bahkan ada
yang baru berbuah pada umur 25 tahun, dari mulai benih disemaikan, tetapi
dengan pemeliharaan yang memadai tanaman ini dapat mulai berbuah pada
umur 7-8 tahun, sedangkan tanaman yang berasal dari sambungan hanya
memerlukan 5-6 tahun (Verheij dan Coronel, 1997). Menurut Soeseno (2000),
dengan perawatan yang baik (disiram dan dipupuk secara teratur) dan senantiasa
dibersihkan gulma pengganggunya, duku sambungan dapat berbuah 4 tahun
kemudian. Perbungaan muncul sebagai suatu kuncup kecil, biasanya pada
awal musim kemarau. Perkembangan selanjutnya dapat terhambat beberapa
bulan, tetapi jika pertumbuhannya aktif kembali, pembungaan maksimal
dicapai dalam jangka waktu 7 minggu. Buahnya matang 14-17 minggu
kemudian. Sebagian besar bunga akan menjadi buah, tetapi hasil buahnya

7

seringkali sangat sedikit, karena banyak buah kecil yang rontok, seperti
diperlihatkan oleh penelitian-penelitian di Filipina dan Malaysia. Pengamatan
fenologi di beberapa daerah sentra duku seperti Jambi, Palembang dan Jawa
Barat

menunjukkan bahwa pembungaan jelek sekali pada pohon yang

tumbuhnya cukup subur, dan pada cabang-cabang
matahari.

yang terkena sinar

Pohon-pohon yang subur itu menghasilkan daun tiga kali lipat

daripada pohon-pohon pada kelompok lain, yang kehilangan kesempatan
berbunga karena jeleknya retensi buah.
Pohon duku tumbuh baik terutama pada tanah yang drainasenya baik,
juga retensi airnya, misalnya di pinggir sungai. Duku tidak menyenangi tanah
pantai berpasir dan tanah alkalis. Tanah yang bertekstur sedang yang kaya
akan bahan organik dan sedikit asam itulah yang disenangi (Verheij dan
Coronel, 1997).
Pohan

duku

umumnya ditanam di

pekarangan pada daerah-daerah

tertentu, atau sebagai tanaman tumpang sari dengan durian, manggis, atau
pohon lain (di Thailand dan Indonesia). Jarak tanam yang dianjurkan sangat
bervariasi, jarak tanam ini ditentukan dengan memperhatikan adanya pohonpohon pendampingnya, dianjurkan 7x8m, 8x8m, 8x9m, 9x9m, 9x10m atau
10x10m dalam lubang berukukuran 60x60x50 atau 80x80x70 cm (Deptan, 2000 ;
Sunarjono, 2005 ; Widyastuti dan Paimin, 1993 ; Verheij dan Coronel, 1997 ).
Pohon duku muda hendaknya dinaungi dengan baik dan disirami
selama beberapa tahun pertama. Pucuk utama duku yang bertipe tegak harus
dipenggal, dan cabang-cabang lateral yang tumbuh diikat supaya tumbuh
mendatar, agar perawakannya lebih memencar. Pada pohon yang lebih tua,
hanya pucuk-pucuk air dan cabang-cabang yang kena penyakit yang perlu
dipangkas. Pengairan dapat digunakan untuk mempercepat pembungaan satu
atau dua bulan, asalkan calon bunga telah muncul selama periode kering
sebelumnya. Perbungaan mulai tumbuh 7-10 hari setelah penyiraman. Suatu
masa kering yang pendek, yang terjadi ketika buah masih menempel di
pohonnya akan menimbulkan bahaya turunnya panen secara serius.

Hal ini

disebabkan oleh pecahnya buah jika kekurangan air itu tiba-tiba dipulihkan
(Widyastuti dan Kristiawati, 2000).

8

Evaluasi Lahan
Kebutuhan lahan yang semakin meningkat, langkanya lahan pertanian
yang subur dan potensial, serta adanya persaingan penggunaan lahan antara sektor
pertanian dan non-pertanian memerlukan teknologi tepat guna dalam upaya
mengoptimalkan

penggunaan

lahan

secara

berkelanjutan.

Untuk

dapat

memanfaatkan sumberdaya lahan secara terarah dan efisien diperlukan
tersedianya data dan informasi yang lengkap mengenai keadaan iklim, tanah dan
sifat lingkungan fisik lainnya, serta persyaratan tumbuh tanaman yang diusahakan,
terutama tanaman-tanaman yang mempunyai arti ekonomi dan peluang pasar yang
baik (Djaenudin et al. 2003)
Data iklim, tanah, dan sifat fisik lingkungan lainnya yang berpengaruh
terhadap pertumbuhan tanaman perlu diidentifikasi melalui kegiatan evaluasi
lahan. Evaluasi lahan sangat diperlukan untuk perencanaan penggunaan lahan
yang produktif dan lestari. Potensi dan kendala penggunaan lahan dapat
diidentifikasi sejak awal sehingga pengelolaan lahan dapat dilakukan lebih baik
dan terarah sesuai dengan komoditas yang akan dikembangkan (FAO, 1976).
Evaluasi lahan merupakan proses penilaian potensi atau kelas kesesuaian
suatu lahan untuk tujuan penggunaan lahan tertentu. Penilaian kelas kesesuaian
lahan dilakukan dengan cara membandingkan persyaratan yang diminta oleh tipe
penggunaan lahan yang diterapkan dengan karakteristik atau kualitas lahan yang
dimiliki oleh lahan yang akan digunakan (FAO, 1976). Penggunaan lahan yang
tidak sesuai dengan kemampuannya selain dapat menimbulkan terjadinya
kerusakan lahan dan lingkungannya, juga dapat menimbulkan masalah
kemiskinan dan masalah-masalah sosial dan ekonomi lainnya. Di dalam kegiatan
Evaluasi Lahan, sering dijumpai perbedaan dalam hasil penilaian kesesuaian lahan
tersebut. Hal ini antara lain disebabkan oleh: (1) perbedaan terhadap faktor-faktor
yang dinilai yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman, (2) perbedaan
pengharkatan dalam penilaian karakteristik lahan, (3) perbedaan dalam sistem
yang digunakan dan (4) perbedaan dalam metode pengambilan keputusan, antara
lain dengan metode penghambat maksimum atau parametrik (Hardjowigeno dan
Widiatmaka, 2007).

9

Kualitas dan Karakteristik Lahan
Kualitas lahan adalah sifat-sifat atau atribut yang kompleks dari suatu
lahan. Masing-masing kualitas lahan mempunyai keragaan (performance) tertentu
yang berpengaruh terhadap kesesuaiannya bagi penggunaan tertentu. Kualitas
lahan ada yang bisa diestimasi atau diukur secara langsung di lapangan, tetapi
pada umumnya ditetapkan dari pengertian karakteristik lahan/kualitas lahan yang
dapat berperan positif (sifatnya menguntungkan bagi suatu penggunaan) atau
negatif (keberadaannya akan merugikan terhadap penggunaan tertentu), sehingga
bisa merupakan faktor penghambat/pembatas (Sitorus, 2004).
Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007), kualitas lahan adalah sifat
lahan yang berpengaruh langsung terhadap penggunaan lahan di suatu wilayah.
Kualitas lahan ini dapat dipengaruhi oleh satu atau beberapa karakteristik lahan
misalnya ketersediaan hara dapat ditentukan berdasar ketersediaan P dan Kdapat ditukar, dan sebagainya.
Karakteristik lahan adalah atribut atau keadaan unsur -unsur lahan yang
dapat diukur/diperkirakan, seperti tekstur tanah, struktur tanah, kedalaman tanah,
jumah curah hujan, distribusi hujan, temperatur, drainase tanah, jenis vegetasi dan
sebagainya (Arsyad, 2007).
Karakteristik lahan (land characteristics) mencakup faktor-faktor lahan
yang dapat diukur atau ditaksir besarnya, seperti lereng, curah hujan, tekstur
tanah, air tersedia, dan sebagainya. Satu jenis karakteristik lahan dapat
berpengaruh terhadap lebih dari satu jenis kualitas lahan, misalnya tekstur tanah
dapat berpengaruh terhadap ketersediaan air, mudah tidaknya tanah diolah,
kepekaan erosi, dan lain-lain. Bila karakteristik lahan digunakan secara langsung
dalam evaluasi lahan, maka kesulitan dapat timbul karena kecuali dapat
berpengaruh terhadap lebih dari satu jenis kualitas lahan, juga karena adanya
interaksi dari beberapa karakteristik lahan (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007).
Persyaratan penggunaan lahan dalam pengertian kualitas lahan meliputi
persyaratan tumbuh tanaman, persyaratan pengelolaan dan konservasi lahan.
Setiap tipe penggunaan lahan memerlukan persyaratan penggunaan lahan yang
berbeda untuk dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal.

10

Pemilihan kualitas dan karakteristik lahan yang dibutuhkan untuk evaluasi
kesesuaian lahan sangat ditentukan oleh tujuan evaluasi, relevansi, ketersediaan
data dan kualitas data yang dihasilkan dari penelitian. FAO (1983) secara umum
telah menginventarisasi sejumlah 25 kualitas lahan beserta karakteristik lahannya.
Sedangkan dalam referensi kriteria kesesuaian lahan yang lain seperti pada
Djaenudin et al. (2003), baru sebagian kualitas lahan saja dari yang dikemukakan
pada FAO (1983). Namun demikian untuk keperluan evaluasi lahan yang lebih
spesifik lokasinya perlu dipilih kualitas/karakteristik lahan yang relevan dengan
tujuan evaluasi dan ketersediaan data di suatu wilayah. Dalam Djaenudin et al.
(2003) telah disusun kriteria kesesuaian lahan untuk berbagai komoditas pertanian
berdasarkan kualitas/karakteristik lahan yang relevan dengan kondisi lahan di
Indonesia.
Karakteristik Lahan yang Mempengaruhi Pertumbuhan Duku
Ada tiga faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman duku yaitu: iklim, tanah dan topografi. Ketiganya merupakan faktor
penting , masing-masing saling berkaitan dalam mempengaruhi fungsi fisiologis
dan morfologi tanaman duku (Widyastuti dan Kristiawati, 2000).
Menurut Widyastuti dan Paimin (1993), tanaman duku yang ditanam pada
lokasi yang tidak cocok dengan lingkungan hidupnya akan mengalami perubahan
morfologi dan fisiologis. Hal ini akan berpengaruh pada mutu buah yang
dihasilkannya. Dapat dipastikan, orang yang menanam tanaman duku pada tanah
yang kondisinya tidak cocok akan mengalami kerugian, berupa biaya, waktu
maupun tenaga yang dikeluarkan. Pada dasarnya tanaman duku tumbuh baik di
daerah-daerah yang bercurah hujan sebagai berikut:
-

Daerah yang memiliki 12 bulan basah dengan permukaan air tanah
antara 50 – 200 cm.

-

Daerah yang memiliki 9 bulan basah dan 2 bulan kering atau 7 – 8
bulan basah dan 4 bulan kering dengan permukaan air tanah antara 50
– 150 cm.

11

-

Daerah yang memiliki 7 bulan basah dan 4 bulan kering atau 5- 6
bulan basah dan 6 bulan kering dengan permukaan air tanah antara 50
– 100 cm.

Tanaman duku menghendaki tanah yang gembur dan berdrainase baik,
namun mampu menahan air, tanaman duku tidak suka dengan tanah yang becek
dan tergenang air. Duku dapat tumbuh dan berbuah baik pada berbagai jenis
tanah, antara lain Aluvial, Latosol dan Podsolik. Pada tanah Latosol, produksi
duku lebih tinggi bila dibandingkan dengan produksi duku pada tanah Podsolik,
namun lebih rendah bila dibandingkan dengan pada jenis tanah Aluvial (BPPT,
2009).
Faktor bahan induk merupakan faktor pembentuk tanah

yang paling

dominan pengaruhnya terhadap sifat dan ciri tanah yang terbentuk serta
potensinya untuk pertanian (Buol et al. 1980). Keanekaragaman bahan induk
tanah memberikan keanekaragaman sifat dan jenis tanah yang terbentuk. Sifat
induk dari bahan volkanik dan batuan sedimen dapat dibedakan berdasarkan
komposisi dan cadangan mineralnya.

Secara umum, batuan volkanik

mengandung banyak feldspar dan sedikit kuarsa, sedangkan batuan sedimen
tersusun dari banyak mineral kuarsa keruh dan sangat sedikit feldspar. Pengaruh
bahan induk tanah terhadap sifat-sifat tanah lebih terlihat jelas pada tanah-tanah di
daerah kering atau tanah-tanah muda, sedangkan pada tanah lebih basah atau
tanah-tanah tua, hubungan bahan induk dengan sifat-sifat tanahnya menjadi
kurang jelas (Hardjowigeno, 1993).
Tingkat perkembangan tanah digambarkan oleh diferensiasi horison,
tingkat pelapukan batuan induk dan muatan koloid tanah serta umur pembentukan
tanah. Pada tingkat perkembangan tanah lanjut, pelapukan bahan induk mencapai
tingkat akhir, dicirikan oleh differensiasi horison yang jelas, solum yang dalam,
kandungan liat tinggi, cadangan mineral sangat rendah dan hanya mineral resisten
yang tertinggal, KTK liat sangat rendah, kandungan besi dan aluminium bebas
meningkat tinggi, susunan mineral liat didominasi oleh kaolinit, goethit, disertai
dengan meningkatnya muatan tergantung pH.
Semakin lanjut tingkat perkembangan tanah cenderung menurunkan
kualitas lahan dan tingkat kesesuaiannya untuk pertanian. Tanah yang terlapuk

12

lanjut memiliki daya dukung yang lebih rendah bagi pertumbuhan dan produksi
tanaman. Sys (1978) melaporkan pengaruh tingkat pelapukan bahan induk tanah
terhadap penurunan kualitas lahan yang mengakibatkan terjadinya penurunan
produksi pada beberapa tanaman di daerah tropika.
Menurut Ritung et al. (2007) topografi yang dipertimbangkan dalam
evaluasi lahan adalah bentuk wilayah atau lereng dan ketinggian tempat di atas
permukaan laut. Relief erat hubungannya dengan faktor pengelolaan lahan dan
bahaya erosi. Sedangkan faktor ketinggian tempat di atas permukaan laut
berkaitan dengan persyaratan tumbuh tanaman yang berhubungan dengan
temperatur udara dan radiasi matahari. Ketinggian tempat diukur dari permukaan
laut (dpl) sebagai titik nol. Dalam kaitannya dengan tanaman, secara umum sering
dibedakan antara dataran rendah ( 700 m dpl.).
Namun dalam kesesuaian tanaman terhadap ketinggian tempat berkaitan erat
dengan temperatur dan radiasi matahari. Semakin tinggi tempat di atas permukaan
laut, maka temperatur semakin menurun. Demikian pula dengan radiasi matahari
cenderung menurun dengan semakin tinggi dari permukaan laut. Ketinggian
tempat dapat dikelaskan sesuai kebutuhan tanaman. Tanaman

duku

dapat

tumbuh pada daerah dengan ketinggian 0-650 meter di atas permukaan laut
(Deptan 2000).
Metode Peneraan Umur Tanaman
Pertumbuhan dan produktivitas tanaman dipengaruhi umur tanaman dan
kegiatan budidaya. Setiap tanaman secara genetik mempunyai usia optimum
untuk berproduksi secara maksimal. Produktivitas akan meningkat dengan
semakin bertambahnya umur tanaman sampai usia optimum tertentu, selanjutnya
produksi menurun dengan semakin bertambahnya umur tanaman. Untuk
melakukan peneraan, maka terlebih dahulu dicari persamaan korelasi antara
umur tanaman dan faktor jarak tanam dengan berbagai parameter
pertumbuhan dan produktifitas tanaman yang telah diukur (parameter aktual).
Persamaan korelasi yang diperoleh kemudian menjadi dasar di dalam
melakukan peneraan (Hikmat, 2010)
Menurut Sutandi dan Baba Barus (2007), peneraan terhadap umur tanaman
perlu dilakukan karena sampel tanaman di lapang tidak sama umurnya maka

13

setiap komponen produksi apakah itu biomasa atau kandungan bahan aktif, maka
terlebih dahulu ditera dengan umur agar produksi sampel yang satu dengan
lainnya dapat diperbandingkan. Dengan demikian pengaruh umur harus
dihilangkan yaitu dengan menera produksi terhadap umur dengan persamaan
sebagai berikut :
Yt = Yi + (Y – Y^)
Dimana Yt = produksi teraan
Yi = produksi aktual dari pengamatan
Y = rataan umum dan
Y^= produksi dugaan tergantung umur; yaitu produksi sebagai
fungsi dari umur, Y^= f(u)

Metode Garis Batas (Boundary line Method)
Metode Boundary Line merupakan salah satu metode untuk menentukan
produktivitas suatu komoditas. Boundary line methods adalah metode garis
batas, dimana garis membungkus diagram sebar hubungan antara produksi dan
kadar hara. Garis tersebut membatasi data aktual, sehingga sangat kecil
peluangnya akan ditemukannya data yang terletak di luar garis pembungkus
tersebut. Garis batas ini terdapat di bagian atas sebelah kiri dan kanan sebaran
data serta mengerucut keatas, artinya semakin tinggi pertumbuhan atau produksi
semakin kecil selang kadar hara atau ekspresi hara (sumbu x). Dengan kata lain
semakin tinggi kadar hara, produksi semakin tinggi sampai tingkat tertentu,
kemudian produksi turun kembali dengan semakin tingginya kadar hara.
Penggambaran seperti ini sangat bermanfaat dalam mendiagnosis kemungkinan
perolehan produksi maksimum yang konsisten dengan nilai apapun dari faktor
pertumbuhan yang dapat ditentukan (Walworth, et al. 1986)
Metode garis batas (boundary line) ini mengadopsi system DRIS
(Diagnostic Recommended Integrated System) dimana yang pertama dilakukan
adalah penetapan nilai standar (norm). Satu set data yang menggambarkan
hubungan antara produksi dengan kadar hara yang dikumpulkan dari lingkungan
geografis yang luas diplot ke dalam diagram sebaran seperti pada Gambar 1
dibawah ini.

14

Gambar 1. Ilustrasi data dengan menggunakan boundary line (dikutip dari
Walworth et al. 1986)
Kelompok produksi tinggi merupakan cerminan dari kondisi yang optimal
yang faktor pembatasnya sudah banyak berkurang dibanding pada kelompok
produksi rendah. Keadaan ini diilustrasikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Diagram Skematik Respon Tanaman terhadap Sejumlah Faktor
Pembatas (Dikutip dari Sumner dan Farina, 1986).
Dari gambar tersebut terlihat sejumlah n faktor pembatas yang membatasi
produksi pada tingkat rendah, kemudian semakin dikurangi faktor pembatas tersebut

15

maka produksi bertambah tinggi.
Metode ini menggunakan pendekatan survey untuk penetapan norm
yang didasarkan pada respons tanaman terhadap faktor-faktor lingkungannya. Jika
suatu set data telah dikumpulkan, data-data produksi dapat diplot terhadap status
hara atau faktor-faktor lingkungan dalam sebuah atau beberapa grafik. Sebaran
atau distribusi titik-titik observasi tersebut akan patuh terhadap suatu model.
Dalam model ini, ketika sebuah faktor pembatas dikurangi (misalnya dengan
pemupukan, pengapuran, dan lain-lain), produksi akan meningkat. Hal ini mirip
dengan berlakunya hukum minimum J.V. Liebig. Dengan demikian garis paling
atas akan merepresentasikan batas, pada kondisi mana produksi aktual dibatasi
oleh variable yang di plot pada absis. Puncak (peak) observasi menunjukkan nilai
optimal bagi kombinasi produksi - faktor yang di plot pada absis. Sebaliknya,
garis paling bawah merepresentasikan respons produksi pada kondisi yang paling
tidak optimal. Data di atas kurva paling atas dalam model ini tidak dapat diperoleh
hanya dengan menggunakan faktor tunggal eksperimen karena tingkat optimal
dari variabel lain akan senantiasa berubah melalui interaksi secara dinamis.
Dengan demikian pendekatan survey merupakan pendekatan yang paling
memungkinkan untuk menetapkan norm pada metode ini (Sutandi, 1996).
Menurut Walworth et al. (1987); Jones et al. (1991); Rathfon dan Burger
(1991) dan Sutandi (1996), sekat produksi digunakan untuk membagi sub
populasi produksi tinggi dan rendah, ditetapkan dengan:
(1) Produksi yang lebih baik yang biasa dicapai petani atau
(2) Kelompok produksi tinggi adalah 10 % dari populasi pengamatan
yang mempunyai produksi tertinggi atau
(3) Tingkat produksi yang diharapkan dengan pertimbangan ekonomi atau
(4) Tingkat produksi yang dikombinasikan dengan tingkat kualitas
yang diinginkan.
Hasil penelitian Poovarodom dan Chatupote (2002), Pendekatan garis batas
(boundary line) digunakan untuk memperbaiki kriteria diagnostik untuk standar
nutrisi daun durian, Pada setiap lokasi, dipilih 3 - 5 kebun dari setiap kategori
rendah, menengah dan tinggi. Di setiap kebun, dipilih 8 -10 pohon yang dianggap
seragam dan mewakili untuk pengambilan sampel, dimana diperoleh bahwa

16

pendekatan garis batas dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi pengujian
tanaman, karena penafsirannya yang lebih tepat dan nilai kritis yang lebih sempit.
Keuntungan lain dari kecukupan rentang atas konsentrasi kritis adalah bahwa hal
itu bisa mengidentifikasi gejala kehilangan atau kekurangan konsentrasi hara yang
mungkin tidak menunjukkan gejala-gejala kekurangan dan mungkin menyebabkan
penurunan hasil di masa depan.

17

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian dilakukan di beberapa lokasi daerah sebaran duku di Propinsi
Jambi, di 8 (delapan) kabupaten yaitu Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten
Batanghari, Kabupaten Merangin, Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Bungo,
Kabupaten Tebo, Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan Kabupaten Tanjung
Jabung Barat berdasarkan perbedaan ketinggian (topografi), tanah dan iklim serta
heterogenitas keragaman lahan. Penelitian ini dilaksanakan selama lebih kurang
12 bulan. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Jambi dan Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas
Jambi.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) peta dan data
sekunder (Peta Administrasi Provinsi Jambi, peta topografi Provinsi Jambi, Peta
Tanah, data iklim dan bahan-bahan literatur dan kepustakaan lain yan