Economic Analysis of Offshore Oil and Gas Production Activities Externality on Marine Capture Activities.

ANALISIS EKONOMI
EKSTERNALITAS KEGIATAN PRODUKSI MINYAK
DAN GAS BUMI DI LAUT TERHADAP KEGIATAN
PERIKANAN TANGKAP

NI KADEK SRI PUSPARINI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Analisis Ekonomi Eksternalitas
Kegiatan Produksi Minyak dan Gas Bumi di Laut terhadap Kegiatan Perikanan
Tangkap adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.


Bogor, Maret 2012

Ni Kadek Sri Pusparini
NIM H351090101

ABSTRACT
NI KADEK SRI PUSPARINI. Economic Analysis of Offshore Oil and Gas
Production Activities Externality on Marine Capture Activities.
Under direction of AKHMAD FAUZI and SAHAT MH SIMANJUNTAK.
The offshore oil and gas exploitation activities have significant contribution
in fulfilling the world’s oil and gas needs. However, the activities have to face
several interest-conflicts with other parties such as marine capture activities that
exploited different types of resources on the same location. This study shows that
there is negative externality from the fishers’s perception towards the enforcement
of safety zone which is located on the radius of 500 meters from the oil and gas
production platform. The field study endorsed their assumption that the safety
zone has limited their fishing grounds, therefore reducing their income per trip.
The result shows that fishing ground’s productivity near the offshore oil and gas
production platform area is lower than the productivity in non offshore oil and

gas production platform area. On the contrary, the bio-economic analysis shows
that the fishing ground productivity near the offshore oil and gas production
platform area is higher compared to the productivity in non offshore oil and gas
production platform area. The conclusion from both results is that the
enforcement of safety zone in offshore oil and gas production platform area
affects the marine capture’s productivity in the short run. Meanwhile the safety
zone can increase and maintain the productivity in the long run because the
production platform is functioning as temporary marine protected area for fish
and other creatures in the sea. The findings are also utilized as input factors in
designing the alternatives of environmental management model that is beneficial
for both activities.
Keywords; oil & gas production platform, safety zone, fishing ground, externality.

RINGKASAN
NI KADEK SRI PUSPARINI. Analisis Ekonomi Eksternalitas Kegiatan Produksi
Minyak dan Gas Bumi di Laut terhadap Kegiatan Perikanan Tangkap.
Dibimbing oleh AKHMAD FAUZI dan SAHAT MH SIMANJUNTAK.
Permintaan minyak dan gas bumi (migas) mengalami peningkatan sejalan
dengan semakin kompleksnya kebutuhan teknologi praktis dalam kehidupan
sehari-hari. Tingginya permintaan migas tersebut tidak diimbangi oleh jumlah

produksi yang dihasilkan. Produksi minyak bumi dan kondensat pada tahun 2010
mencapai 346,38 ribu barrel dengan produksi harian sebesar 944,9 ribu bph
(barrel per hari), mengalami penurunan sebesar 3.900 bph dibandingkan produksi
minyak bumi dan kondensat tahun 2009 sebesar 948,8 ribu bph (beaindonesia.org, 2011). Mengingat peran energi migas, khususnya di Indonesia
sampai saat ini masih menjadi energi andalan utama menyebabkan dibutuhkannya
upaya ekstra untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Upaya pemenuhan kebutuhan
migas dilakukan salah satunya melalui peningkatan aktivitas eksplorasi dan
eksploitasi ladang migas potensial. Dalam pelaksanaannya, kegiatan migas di laut
dihadapkan pada persoalan lingkungan yang cukup kompleks yang dapat
mempengaruhi efisiensi kegiatan. Konflik pemanfaatan sumber daya yang
berbeda di kawasan dan saat yang sama merupakan salah satu kendala utama yang
dihadapi oleh kegiatan di laut. Konflik yang terjadi umumnya bersifat satu arah,
yaitu tuntutan terhadap tanggung jawab dan kompensasi yang seharusnya
dibayarkan oleh pihak pelaksana kegiatan migas di laut atas kerugian yang
dialami oleh nelayan. Konflik sosial di kawasan kegiatan migas akan dapat
berpengaruh pada efektivitas dan keberhasilan kegiatan tersebut. Hal ini
menyebabkan upaya pengelolaan kegiatan sangat diperlukan, dan kebijakan yang
bersifat win-win solution akan dapat disusun dan diimplementasikan, apabila pola
interaksi dan eksternalitas dari masing-masing kegiatan dapat diketahui secara
pasti.

Pada penelitian ini, bagian dari kegiatan migas di laut yang dikaji adalah
keberadaan anjungan produksi migas di laut yang disertai dengan pemberlakuan
zona aman kegiatan (area larangan radius 500 meter dan zona terbatas radius 750
meter). Beberapa asumsi nelayan yang selama ini muncul terkait dengan
keberadaan anjungan produksi migas di laut yaitu berkurangnya daerah
penangkapan ikan dan adanya unsur pemicu di anjungan yang menyebabkan ikan
lebih tertarik berkumpul di sekitar anjungan sementara nelayan tidak dapat
mengakses area anjungan tersebut. Akumulasi keresahan yang dipicu oleh tidak
adanya mata pencaharian alternatif dapat meningkatkan sensitivitas nelayan yang
berpotensi menimbulkan konflik atas pemanfaatan sumberdaya alam. Tujuan
penelitian ini adalah untuk memperoleh jawaban dan solusi dari permasalahan
yang diangkat, yaitu; 1) menganalisis persepsi nelayan terhadap kegiatan migas di
laut yang juga merupakan area penangkapan ikan; 2) menganalisis bentuk
eksternalitas yang ditimbulkan dari kegiatan produksi migas di laut terhadap
penangkapan ikan; 3) menyusun alternatif strategi pengelolaan kegiatan dan
lingkungan yang dapat diimplementasikan agar kegiatan migas dan penangkapan
ikan dapat berjalan dengan manfaat yang optimal.

Penelitian ini dilaksanakan di Pesisir Kabupaten Karawang dan Pesisir
Kabupaten Cirebon. Pesisir Karawang merupakan lokasi objek permasalahan yang

diteliti yang selanjutnya disebut sebagai area migas dan Pesisir Cirebon menjadi
titik kontrol yang selanjutnya disebut sebagai area non migas. Penelitian ini
berlangsung selama 5 bulan, yang dilaksanakan pada Bulan Mei-September 2011.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer untuk
parameter persepsi dan produktivitas per trip, dan data sekunder untuk parameter
produksi per tahun dan indeks harga konsumen (IHK) kabupaten. Pengumpulan
data dilakukan dengan metode kuisioner, wawancara, inventarisir data sekunder,
dan penangkapan aktual (by catch). Data yang sudah dikumpulkan selanjutnya
dianalisis dengan metode deskriptif kualitatif, analisis produktivitas, dan analisis
bioekonomi.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat persepsi negatif nelayan
payang dan pancing terkait dengan pemberlakuan zona aman kegiatan (larangan
radius 500 meter) serta adanya pengaruh dari efek pencahayaan di anjungan
terhadap daya tarik ikan. Nelayan berasumsi bahwa kedua hal ini berpengaruh
pada pendapatan nelayan payang dan pancing per trip. Pemberlakuan zona
larangan diyakini menyebabkan pengurangan daerah penangkapan ikan, dan
adanya efek pencahayaan seolah menjadi daya saing dari cahaya lampu payang
yang digunakan oleh nelayan. Persepsi negatif yang muncul sangat dipengaruhi
oleh intensitas kegiatan penangkapan ikan di lokasi kegiatan eksplorasi migas.
Semakin tinggi intensitas kebutuhan nelayan terhadap area perairan yang

dijadikan lokasi kegiatan migas, maka semakin tinggi perubahan persepsi nelayan.
Selain persepsi negatif, penelitian ini juga menghasilkan gambaran bentuk
eksternalitas yang terjadi akibat keberadaan kegiatan migas di laut terhadap
kegiatan perikanan tangkap. Terdapat 2 bentuk eksternalitas kegiatan yang secara
sekaligus mempengaruhi kegiatan perikanan tangkap. Eksternalitas negatif terjadi
pada produktivitas nelayan payang lampu per trip, yang ditunjukkan oleh nilai
hasil tangkapan mencapai 33% kg atau senilai 50% rupiah lebih rendah di area
migas dibandingkan dengan area non migas. Bentuk eksternalitas positif terjadi
pada pengaruh kegiatan terhadap kondisi bioekonomi penangkapan ikan dengan
alat payang lampu, yang menunjukkan kondisi bioekonomi di area migas lebih
baik dibandingkan dengan area non migas. Eksternalitas positif tersebut terjadi
pada tingkat pertumbuhan sumber daya ikan yang lebih tinggi sebesar 0,5% di
area migas dibandingkan dengan area non migas. Kondisi ini dikuatkan oleh hasil
analisis produktivitas tahunan, yang menunjukkan produktivitas di area migas
lebih tinggi dibandingkan dengan area non migas. Dari penelitian ini diperoleh
gambaran bahwa kondisi perikanan tangkap dengan alat payang di area migas
maupun area non migas sudah berada dalam kondisi over fishing.
Hasil penghitungan produktivitas dan hasil analisis bioekonomi dapat
menjelaskan kondisi yang terjadi untuk jangka pendek dan jangka panjang. Dari
paduan kedua hasil analisis tersebut, diperoleh bentuk eksternalitas keberadaan

kegiatan produksi migas di laut terhadap produksi tangkapan ikan dalam jangka
pendek dan panjang. Dengan mengetahui bentuk eksternalitas tersebut maka dapat
disusun alternatif strategi pengelolaan kegiatan yang dapat diimpelementasikan
oleh pelaksana kegiatan migas di laut agar kegiatan migas dapat dilaksanakan
tanpa mengabaikan manfaat kawasan sebagai area penangkapan ikan yang dituju
oleh nelayan lokal.

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2012
Hak Cipta dilinidungi Undang-undang
1.

2.

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumbernya.
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan
karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan
suatu masalah.
b. Pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya

Tulis dalam bentuk ap pun tanpa izin IPB

ANALISIS EKONOMI
EKSTERNALITAS KEGIATAN PRODUKSI MINYAK
DAN GAS BUMI DI LAUT TERHADAP KEGIATAN
PERIKANAN TANGKAP

NI KADEK SRI PUSPARINI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Ekonomi Sumber Daya dan Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT


PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala
karunia-Nya sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Tema yang diangkat dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak Bulan Mei 2011 ini ialah eksternalitas, dengan
judul Analisis Ekonomi Eksternalitas Kegiatan Produksi Minyak dan Gas Bumi
di Laut terhadap Kegiatan Perikanan Tangkap. Penelitian sebagai wujud
pemenuhan salah satu syarat penulis untuk menyelesaikan studi pada Program
Magister Ekonomi Sumber Daya dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor.
Penelitian ini dilakukan untuk menjawab keresahan dan rasa khawatir
nelayan terhadap kegiatan migas yang berlangsung di perairan yang juga
merupakan fishing ground utama yang dituju oleh nelayan lokal. Selain itu,
penelitian ini juga diperlukan untuk menemukan usulan alternatif strategi
pengelolaan kegiatan migas di laut agar dapat berjalan sinergis dengan kegiatan
lain di sekitarnya. Sesuai dengan judul penelitian ini yaitu Analisis Ekonomi
Eksternalitas Kegiatan Produksi Minyak dan Gas Bumi di Laut terhadap Kegiatan
Perikanan Tangkap, maka aspek pengkajian secara spesifik dilakukan terkait
dengan bentuk eksternalitas yang ditimbulkan oleh keberadaan kegiatan migas di
laut terhadap kegiatan perikanan tangkap. Pembatasan kajian dilakukan pada
keberadaan anjungan produksi migas di laut selama masa produksi/tahap operasi.

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi jawaban atas pertanyaan,
kekhawatiran, dan asumsi-asumsi nelayan tentang dampak keberadaan kegiatan
migas di laut terhadap kegiatan perikanan tangkap. Penelitian ini juga diharapkan
dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam penyusunan kebijakan
strategi pengelolaan kegiatan migas di laut agar tidak merugikan nelayan.
Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penyusunan tesis ini, dan semoga tesis ini dapat memberi manfaat, terutama untuk
pengembangan ilmu pengetahuan.

Bogor, Maret 2012

Ni Kadek Sri Pusparini

UCAPAN TERIMA KASIH
Tesis ini dapat disusun dan diselesaikan dengan baik, berkat bimbingan,
arahan, serta masukan dari komisi pembimbing, komisi penguji, serta bantuan dan
dukungan dari pihak-pihak lainnya. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
ingin mengucapkan rasa terima kasih setulusnya kepada:
1.


Bapak Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi M.Sc., selaku ketua komisi pembimbing
sekaligus Ketua Program Studi Departemen Ekonomi Sumber Daya dan
Lingkungan yang telah banyak memberikan arahan dan ilmu yang sangat
berguna untuk penulis, serta bimbingan penuh dalam penyusunan tesis ini.

2.

Bapak Ir. Sahat MH Simanjuntak, M.Sc., selaku anggota komisi
pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, saran, arahan, ilmu,
dan petuah yang sangat bermanfaat untuk kehidupan penulis saat ini dan
masa mendatang, serta dukungan penuh dalam penyusunan tesis ini.

3.

Bapak Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT., selaku penguji sekaligus Ketua
Departemen Ekonomi Sumber Daya dan Lingkungan yang telah berkenan
memberikan izin kepada penulis untuk menimba ilmu di Departemen ESL
dan sekaligus telah memberikan saran untuk perbaikan tesis ini.

4.

Bapak Dr. Ir. Ahyar Ismail MAgr., selaku komisi penguji sekaligus
Sekretaris Departemen Ekonomi Sumber Daya dan Lingkungan yang telah
banyak memberikan saran dan masukan untuk perbaikan tesis ini.

5.

Ibu Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, M.S., selaku dosen pengajar di
Departemen Ekonomi Sumber Daya dan Lingkungan, yang selalu
menyemangati penulis untuk tetap berkarya.

6.

Bapak Dr. Ir. Suharno, MAdev., yang selama ini selalu mengarahkan,
memberi saran, dan memotivasi penulis untuk senantiasa belajar dan
berkarya.

7.

Bapak Ir. Moch. Prihatna Sobari, MSi., atas dukungan yang diberikan
kepada penulis untuk menempuh studi di program magister IPB Bogor.

8.

Dekan Sekolah Pascasarjana IPB Bogor yang telah memberikan izin kepada
penulis untuk menyelesaikan studi pada program magister Sekolah
Pascasarjana IPB Bogor.

9.

Para Dosen Program Studi Ekonomi Sumber Daya dan Lingkungan yang
telah memberikan ilmu-ilmu tentang ekonomi sumber daya dan lingkungan
selama masa studi penulis di Departemen ESL.

10.

Pimpinan dan staff Program Studi Ekonomi Sumber Daya dan Lingkungan
atas kerjasama yang dijalin serta dukungan dan bantuan yang telah diberikan
kepada penulis selama masa studi penulis di Departemen ESL.

1.

2.

3.

4.
5.

6.

7.
8.
9.
10.
11.
11.

12.

Ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-setingginya kepada:
Bapak Imam Soeseno selaku Direktur dari PT EOS Consultans-INRR atas
kepercayaan, kesempatan, dukungan beasiswa dan fasilitas yang diberikan
kepada penulis untuk kegiatan studi ini.
Ibu Nunik Afianti Heranita selaku General Manager dari PT EOS
Consultans-INRR atas kepercayaan dan dukungan penuh yang diberikan
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini dengan baik.
Tim lapangan; Rizky Novan Ngutra, Bapak Tri Sutrisno, Bapak Syarif,
Bapak Talkim, Bapak Ohan, Bapak Suata dan crew, Bapak Warsila dan
crew, Bapak Mpek dan crew, Bapak Bembeng, Nyoman Wagendre, dan
Wayan Sriyasa yang telah banyak mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran
untuk membantu penulis dalam pengumpulan data di lapangan.
Keluarga besar PT EOS Consultants-INRR atas kerja sama dan dukungan
yang diberikan sehingga studi ini dapat penulis selesaikan dengan baik.
Pimpinan dan staff Dinas Perikanan, Kelautan, dan Peternakan Kabupaten
Karawang, Provinsi Jawa Barat atas dukungan data dan informasi yang
diberikan dalam penyusunan tesis ini.
Pimpinan dan staff Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Cirebon,
Provinsi Jawa Barat atas dukungan data dan informasi yang diberikan dalam
penyusunan tesis ini.
Pimpinan dan staff Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Cirebon atas
dukungan data dan informasi yang diberikan dalam penyusunan tesis ini.
Pimpinan dan staff Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Barat atas
dukungan data yang diberikan dalam penyusunan tesis ini.
Pimpinan dan staff Dinas Kelautan dan Perikanan Pusat, Jakarta atas
dukungan data yang diberikan dalam penyusunan tesis ini.
Pimpinan dan staff Biro Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat atas dukungan
data yang diberikan dalam penyusunan tesis ini.
Rekan-rekan di Lab TRI FPIK IPB atas dukungan peralatan yang diberikan
kepada penulis.
Teman-teman ESL 2008-2011, ESK 2009-2011, PWD (S2 & S3) 20082009, Benny Osta Nababan, Ibu Magdalena, Evita, Donny, Yuni, Eris
Setiawan, Risnandar, Yessi, Disti, Mardha, Nila, Irfan, Eva Anggraini,
Sukma, Linda, Kiki, Komang Sutinut, dan Nyoman Arthadana atas
kebersamaan dan semangat yang diberikan selama studi ini.
Agus Copy Center atas jasa percetakan yang diberikan kepada penulis.
Ungkapan terima kasih terdalam dan setulusnya penulis sampaikan kepada:

1.

2.

Keluarga penulis: Bapak I Wayan Tambrig (ayah), Ibu Ni Nengah Riki
(Ibu), I Wayan Sriyasa (kakak), I Komang Ariastawa (adik), dan nenek
tercinta atas segala doa, kasih sayang, dukungan, semangat, perlindungan,
dan nasihat yang diberikan untuk penulis sepanjang masa.
I Nyoman Wagendre dan keluarga atas segala kesabaran, pengertian,
dukungan, doa, dan kasih sayang yang diberikan kepada penulis, terutama
selama studi ini berlangsung.

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Klungkung-Bali pada tanggal 14 Maret 1983 sebagai
anak kedua dari pasangan I Wayan Tambrig dan Ni Nengah Riki. Pendidikan
sarjana ditempuh di Departemen Sosial Ekonomi Perikanan, Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan IPB pada tahun 2001 dan lulus pada tahun 2005. Kesempatan
untuk melanjutkan program magister pada program studi Ekonomi Sumber Daya
dan Lingkungan diperoleh pada tahun 2009.
Beasiswa pendidikan pascasarjana diperoleh dari PT EOS Consultans-INRR
tempat penulis bekerja. Penulis bekerja sebagai staff pada divisi manajemen
lingkungan sejak tahun 2006 yang bertempat di Bogor. Bidang kajian yang
menjadi tanggung jawab penulis adalah kajian sosial ekonomi sumberdaya pesisir.
Kajian-kajian yang sudah sering dilakukan adalah kajian terkait dengan analisis
dampak sosial dan ekonomi dari kegiatan industri minyak dan gas bumi di laut
terhadap kegiatan masyarakat pesisir di sekitar lokasi kegiatan.

xxi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL............................................................................................

xxv

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xxvii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xxix
I.

II.

PENDAHULUAN ..................................................................................

1

1.1. Latar Belakang ...............................................................................

1

1.2. Perumusan Masalah .......................................................................

6

1.3. Tujuan Penelitian ...........................................................................

6

1.4. Manfaat Penelitian .........................................................................

7

1.5. Ruang Lingkup Penelitian..............................................................

7

1.6. Hipotesis Penelitian........................................................................

7

TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................
2.1. Eksternalitas Pemanfaatan Kawasan..............................................

9
9

2.2. Sumber Daya Pesisir dan Laut: Sumber Daya Ikan dan Mineral...

13

2.2.1. Sumber Daya Ikan..............................................................

14

2.2.1.1. Karakteristik dan Bentuk Eksternalitas Sumber
Daya Ikan ............................................................

14

2.2.1.2. Konsep Bioekonomi Perikanan...........................

15

2.2.1.3. Kawasan Perairan sebagai Area Penangkapan
Ikan......................................................................

23

2.2.2. Sumber Daya Migas...........................................................

24

2.2.2.1. Kegiatan Produksi Migas di Laut........................

24

2.3. Respon Ikan terhadap Anjungan Produksi Migas di Laut .............

30

2.4. Respon Ikan terhadap Cahaya........................................................

34

2.5. Analogi Efek Kawasan Konservasi Laut di Area Anjungan Migas

35

III. METODE PENELITIAN........................................................................

36

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................

36

3.2. Metode Pengumpulan Data ............................................................

37

3.2.1. Wawancara.........................................................................

39

3.2.2. Pengisian Kuisioner ...........................................................

40

3.2.3. Penangkapan Aktual (Ground Truth Observation)............

40

xxii

Halaman
3.3. Metode Analisis Data .....................................................................

42

3.3.1. Analisis Deskriptif Kualitatif .............................................

43

3.3.2. Analisis Produktivitas.........................................................

43

3.3.3. Standardisasi CPUE Alat Tangkap Ikan.............................

45

3.3.4. Analisis Bioekonomi ..........................................................

46

3.4. Kerangka Pemikiran Studi...............................................................

49

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ....................................

51

4.1. Kondisi Umum ...............................................................................

51

4.1.1. Wilayah dan Kependudukan...............................................

51

4.1.2. Pendidikan ..........................................................................

52

4.1.3. Kesehatan ...........................................................................

53

4.2. Kondisi Fisik, Kimia, dan Biologi Perairan ...................................

53

4.2.1. Hidrooseanografi ................................................................

53

4.2.2. Kualitas Air Laut ................................................................

54

4.2.3. Biota Perairan .....................................................................

55

4.3. Kondisi Ekonomi Sumber Daya Pesisir dan Laut ..........................

60

4.3.1. Kegiatan Pemanfaatan Sumber Daya Ikan .........................

61

4.3.1.1. Nelayan................................................................

61

4.3.1.2. Daerah Penangkapan Ikan ...................................

62

4.3.1.3. Armada Penangkapan Ikan..................................

63

4.3.1.4. Alat Penangkapan Ikan........................................

65

4.3.1.5. Produksi Penangkapan Ikan ................................

74

4.3.1.6. Pemasaran Hasil Penangkapan Ikan ....................

79

Kegiatan Pemanfaatan Sumber Daya Migas ......................

80

HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................

83

5.1. Persepsi Nelayan terhadap Keberadaan Kegiatan MIGAS di Laut

83

5.1.1. Persepsi Umum...................................................................

83

5.1.1.1. Persepsi tentang Perkembangan Kegiatan
Penangkapan Ikan................................................

83

5.1.1.2. Persepsi tentang Konflik dan Potensi Konflik
Nelayan................................................................

87

4.3.2.
V.

xxiii

Halaman
5.1.2. Persepsi terhadap Kegiatan Migas di Laut.........................

88

5.1.2.1. Persepsi tentang Keberadaan Anjungan Produksi
Migas di Laut ......................................................

89

5.1.2.2. Persepsi tentang Pemberlakuan Zona Larangan
Radius 500 m ......................................................

91

5.1.2.3. Persepsi tentang Keselamatan dan Kecelakaan
Nelayan ...............................................................

93

5.1.2.4. Persepsi tentang Kontribusi Perusahaan
terhadap Nelayan.................................................

94

5.2. Bentuk Eskternalitas Keberadaan Anjungan Produksi Migas
di Laut terhadap Kegiatan Perikanan Tangkap .............................

99

5.2.1. Kegiatan Penangkapan Ikan dengan Payang (Purse Seine) 100
5.2.1.1. Unit Payang.........................................................

100

5.2.1.2. Waktu Pengoperasian Payang .............................

101

5.2.1.3. Daerah Penangkapan Ikan...................................

102

5.2.1.4. Pengoperasian Payang.........................................

102

5.2.1.5. Jenis Ikan Hasil Tangkapan Payang....................

104

5.2.1.6. Produktivitas per Trip di Titik Pengambilan
Contoh .................................................................

106

5.2.1.7. Analisis Bioekonomi Sumber Daya Ikan
dari Alat Payang..................................................

110

5.3. Alternatif Strategi Pengelolaan Lingkungan Hidup
untuk Kegiatan Migas di Daerah Penangkapan Ikan .....................

119

5.3.1. Pengelolaan terhadap Persepsi Nelayan.............................

120

5.3.2. Pengelolaan terhadap Eksternalitas Negatif terkait
dengan Produktivitas per trip .............................................

122

5.3.3. Pengelolaan terhadap Eskternalitas Positif terkait
dengan Pertumbuhan SDI ..................................................

124

SIMPULAN DAN SARAN ....................................................................

127

5.1.Simpulan ...........................................................................................

127

5.2.Saran..................................................................................................

128

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

131

LAMPIRAN.....................................................................................................

137

V.

xxv

DAFTAR TABEL

No.

Judul

Halaman

1.

Tempat pelaksanaan penelitian tesis .......................................................

37

2.

Hasil pengamatan terumbu karang di utara Pantai Karawang ................

56

3.

Jenis ikan yang terdapat di Karawang dan Cirebon ................................

57

4.

Jenis alat penangkapan ikan, pengoperasian, dan lokasi kepemilikan....

69

5.

Daftar jenis ikan/non ikan yang kerap menjadi hasil tangkapan
nelayan di Pesisir Karawang dan Cirebon ..............................................

77

6.

Hasil penelitian untuk parameter persepsi nelayan.................................

96

7.

Pembagian tugas dalam armada payang lampu di area miags
(Ciparage Jaya, Karawang) .....................................................................

8.

Jenis hasil tangkapan yang diperoleh di area migas, area non migas,
dan area anjungan produksi migas di laut ...............................................

9.

100

104

Perbandingan produktivitas alat payang di titik area migas,
area non migas, dan area anjungan .........................................................

106

10.

Tingkat perbedaan produktivitas di titik contoh .....................................

107

11.

Komposisi biaya operasional per trip unit payang di area migas,
area non migas, dan area anjungan produksi migas................................

108

12.

Produktivitas nelayan payang per tahun periode 1996-2010 ..................

109

13.

Hasil pendugaan parameter biologi sumber daya ikan target
alat tangkap payang di area migas dan area non migas ..........................

14.

Hasil pendugaan parameter ekonomi alat payang di area migas
dan non migas .........................................................................................

15.

112

Hasil pendugaan stok dan jumlah tangkapan alat payang
di area migas dan area non migas ...........................................................

16.

111

113

Hasil pendugaan effort dan rente ekonomi kegiatan penangkapan ikan
dengan alat payang di area migas dan area non migas...........................

116

xxvii

DAFTAR GAMBAR

No.

Judul

Halaman

1.

Realisasi sumur eksplorasi dan produksi ................................................

2

2.

Tipologi eksternalitas ..............................................................................

10

3.

Pengaruh penangkapan terhadap stok. ....................................................

20

4.

Kondisi maximum economic yield dan open access
dalam pemanfaatan sumber daya ikan. ...................................................

22

5.

Ilustrasi steel leg platform.......................................................................

25

6.

Ilustrasi concrete gravity production platform .......................................

26

7.

Ilustrasi tension leg production platform ................................................

26

8.

Light weight production platform ...........................................................

27

9.

Jack Up ...................................................................................................

28

10.

Semi-submersible production platform (SSPP) ......................................

28

11. Semi-submersible production unit (SSPU) .............................................

28

12.

Floating production unit (FPU) ..............................................................

28

13. Ilustrasi keberadaan anjungan berdasarkan jenis ....................................

28

14.

Ilustrasi kegiatan flaring di anjungan......................................................

29

15.

Bocaccio dewasa (Sebastes paucispinis) ................................................

31

16. Cowcod (S. levis) di bawah Anjungan Gail, Eastern Santa
Barbara Channel......................................................................................

31

17.

Kondisi ekosistem di area anjungan produksi migas di laut ...................

33

18.

Perkembangan jumlah RTP (Rumah Tangga Perikanan)
pada tahun 1996-2010 di Kabupaten Karawang dan Cirebon ................

61

Perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di Kabupaten
Karawang tahun 1996-2010. ...................................................................

63

Perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di Kabupaten
Cirebon tahun 1996-2010........................................................................

64

Perkembangan jumlah alat penangkapan ikan periode 1996-2010
di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cirebon...................................

66

22.

Perkembangan jumlah unit alat tangkap di Kabupaten Karawang .........

67

23.

Perkembangan jumlah unit alat tangkap di Kabupaten Cirebon.............

67

19.
20.
21.

xxviii

No.

Judul

Halaman

24. Perkembangan produksi dan nilai produksi penangkapan ikan
di Kabupaten Karawang pada tahun 1996-2010......................................

74

25. Perbandingan antara perkembangan upaya penangkapan dengan jumlah
produksi ikan di Kabupaten Karawang pada tahun 1996-2010...............

75

26. Perkembangan produksi dan nilai produksi penangkapan ikan
di Kabupaten Cirebon pada tahun 1996-2010 .........................................

76

27. Perbandingan antara perkembangan upaya penangkapan dengan jumlah
produksi ikan di Kabupaten Cirebon pada tahun 1996-2010 ..................

76

28. Ilustrasi anjungan produksi migas di Pesisir Karawang..........................

81

29. Ilustrasi anjungan produksi migas pada malam hari di Pesisir Karawang

82

30. Ilustrasi anjungan dan zona larangan radius 500 m.................................

82

31. Persepsi nelayan tentang kondisi umum kegiatan penangkapan ikan
di area migas............................................................................................

84

32. Persepsi tentang kondisi umum kegiatan penangkapan ikan
di area non migas.....................................................................................

85

33. Persepsi tentang konflik dan potensi konflik di area migas ....................

87

34. Persepsi tentang konflik dan potensi konflik di area non migas .............

88

35. Persepsi tentang keberadaan anjungan migas di laut...............................

90

36. Persepsi tentang pemberlakuan zona larangan (radius 500 m)
di sekitar anjungan produksi migas di laut ..............................................

92

37. Persepsi tentang kecelakaan terkait anjungan migas di laut....................

93

38. Persepsi tentang kontribusi sosial ekonomi perusahaan migas
terhadap masyarakat nelayan di sekitarnya .............................................

95

39. Kurva bioekonomi alat payang lampu di area migas dan non migas ...... 114
40. Perbandingan jumlah tangkapan di titik pengambilan contoh................. 117
41. Perbandingan pendapatan di titik pengambilan contoh........................... 118

xxix

DAFTAR LAMPIRAN

No.

Judul Lampiran

Halaman

1.

Peta lokasi penelitian ..............................................................................

137

2.

Dokumentasi jenis alat tangkap yang terdapat di lokasi penelitian ........

139

3.

Rekapitulasi data responden....................................................................

141

4.

Dokumentasi armada dan pengambilan contoh tangkapan aktual ..........

149

5

Data hasil tangkapan aktual dan uji komparasi.......................................

155

6.

Hasil olahan data bioekonomi.................................................................

173

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Minyak dan gas bumi (migas) di Indonesia masih menjadi sumber energi
andalan dan utama. Permintaan terhadap migas menjadi semakin tinggi untuk
mengimbangi tingkat kompleksitas penggunaan teknologi praktis dalam
kehidupan sehari-hari. Kondisi ini selanjutnya menuntut peningkatan upaya
produksi migas. Bea-indonesia.org (2011) mencatat bahwa jumlah produksi
minyak bumi termasuk kondensat pada tahun 2010 mencapai 346,38 ribu barrel
dengan produksi harian sebesar 944,9 ribu bph (barrel per hari). Jumlah tersebut
mengalami penurunan sebesar 3.900 bph dibandingkan dengan produksi pada
tahun 2009 yang mencapai sebesar 948,8 ribu bph. Kondisi yang berbeda
ditunjukkan oleh produksi gas bumi pada tahun 2010, yang mencapai 9.336
MMSCFD (Million Metric Standard Cubic Feet per Day). Nilai ini mengalami
kenaikan dibandingkan dengan tahun 2009 yang hanya mencapai 8.302
MMSCFD.
Kenaikan produksi gas bumi disebabkan oleh mulai berproduksinya
beberapa lapangan gas baru dan optimalisasi produk. Sedangkan pada kasus
minyak bumi, justru menunjukkan terjadinya penurunan produksi yang
disebabkan oleh mundurnya jadwal produksi beberapa KKKS (Kontrak Karya
Kerja Sama), penurunan produksi alamiah, dan permasalahan teknis operasional.
Permintaan migas yang semakin tinggi menyebabkan dibutuhkannya upaya ekstra
dalam peningkatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Upaya pemenuhan
kebutuhan migas dilakukan salah satunya melalui peningkatan aktivitas eksplorasi
dan eksploitasi ladang migas potensial.
Berdasarkan data yang diperoleh dari bea-indonesia.org (2011) diketahui
bahwa potensi sumber daya migas nasional saat ini masih cukup besar yang
terakumulasi dalam 60 cekungan sedimen (basin) yang tersebar di hampir seluruh
wilayah Indonesia. Dari 60 cekungan tersebut, hanya 38 cekungan yang sudah
dieksplorasi, dan 15 cekungan diantaranya telah memproduksi hidrokarbon. Tiga
cekungan yang telah memproduksi hidrokarbon tersebut berada di wilayah timur
Indonesia, yaitu Basin Salawati dan Bintuni di Papua, dan Basin Bula di Maluku.

2

Kedua belas basin lainnya berlokasi di Indonesia bagian barat, salah satunya
adalah Basin Jatibarang di Pantai Utara Jawa Barat. Delapan basin lainnya telah
diketahui mengandung hidrokarbon, namun belum diproduksi. Dari data realisasi
pemboran (Gambar 1), diketahui bahwa jumlah pemboran sumur eksplorasi
maupun penemuan cadangan menunjukkan angka yang stabil, sedangkan jumlah
pemboran sumur produksi cenderung mengalami peningkatan.

Gambar 1. Realisasi sumur eksplorasi dan produksi (Biro Riset LM FEUI, 2010).

Data pada Gambar 1 menunjukkan keseriusan upaya pemerintah dan pelaku
industri migas untuk meningkatkan produksi migas baik dari pemanfaatan sumur
produksi maupun penemuan cadangan baru. Potensi ini secara langsung membuka
peluang bagi kegiatan eksplorasi di Indonesia, terutama dari cekungan yang belum
pernah dieksplorasi. Kegiatan eksplorasi dan eksploitasi kini telah dikembangkan
di berbagai lokasi mulai dari darat (onshore), perairan dangkal (shallow water),
perairan laut (offshore) sampai dengan laut dalam (deepwater). Masing-masing
kategori kegiatan eksplorasi tersebut memiliki kendala dan resiko lingkungan
yang berbeda. Menurunnya potensi migas di area daratan, menyebabkan kegiatan
eksplorasi semakin digiatkan ke arah pesisir sampai dengan laut dalam.
Dari 22 cekungan yang belum pernah dieksplorasi tersebut sebagian besar terletak
di wilayah laut.

3

Dalam pelaksanaannya, kegiatan migas di laut dihadapkan pada persoalan
lingkungan yang cukup kompleks yang dapat mempengaruhi efisiensi kegiatan.
Persoalan tersebut diantaranya adalah konflik ketika kegiatan berada di area
perbatasan negara, konflik terkait dengan persoalan pencemaran perairan yang
dapat berdampak pada kualitas dan kuantitas biota laut (baik yang ekonomis
maupun yang dilindungi), dan konflik terkait dengan persoalan pemanfaatan area
perairan yang juga dimanfaatkan oleh kegiatan lain, salah satunya adalah kegiatan
penangkapan ikan. Di antara persoalan tersebut, konflik pemanfaatan sumber daya
yang berbeda di kawasan yang sama dan pada saat yang bersamaan merupakan
salah satu kendala utama yang dihadapi oleh kegiatan migas di laut. Kendala ini
menjadi semakin kompleks, ketika komunitas yang dihadapi memiliki tingkat
ketergantungan yang sangat tinggi terhadap kawasan perairan dan sumber daya
laut. Hal ini menyebabkan kegiatan migas di laut, kerap menuai persepsi negatif
yang berujung pada konflik pemanfaatan kawasan dan sumber daya alam. Kondisi
ini terjadi di hampir setiap lapangan migas yang berada di laut yang juga
merupakan area penangkapan ikan oleh nelayan lokal. Intensitas konflik di
masing-masing area relatif berbeda, yang ditentukan oleh beberapa faktor, salah
satunya adalah faktor ekonomi. Faktor ekonomi yang meletakkan sektor
perikanan tangkap sebagai sektor ekonomi utama menyebabkan tingginya tingkat
ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya ikan dan kawasan. Kasus ini
ditemukan di Pesisir Karawang, Jawa Barat.
Berdasarkan data pada studi sebelumnya dan hasil studi awal yang
dilakukan pada Bulan Maret 2011, area pemasangan anjungan produksi migas
di laut merupakan area penangkapan ikan oleh nelayan lokal. Dari hasil
wawancara dengan nelayan, diperoleh informasi bahwa keberadaan anjungan
produksi migas di laut memunculkan kekhawatiran nelayan terkait dengan
penurunan produktivitas. Kekhawatiran tersebut didasari oleh asumsi-asumsi
berikut ini:
1) Keberadaan anjungan produksi dengan desain konstruksi, dan limpahan
limbah organik dapat menjadi area berlindung bagi ikan (FAD/fish
aggregating device). Kondisi ini dipicu pula oleh efek pencahayaan pada
malam hari yang juga dapat menjadi daya tarik bagi ikan.

4

2)

Adanya pemberlakuan zona aman kegiatan migas pada radius 500 m di
sekitar platform produksi migas di laut menyebabkan area anjungan
produksi migas yang diduga menjadi tempat berkumpul ikan tidak dapat
diakses oleh nelayan. Kondisi ini memunculkan persepsi bahwa keberadaan
anjungan produksi migas di laut menyebabkan terjadinya penyempitan area
penangkapan

ikan,

yang

selanjutnya

berdampak

pada

penurunan

produktivitas nelayan.
Dari kondisi tersebut maka kegiatan migas yang berada di area fishing
ground utama bagi nelayan lokal menyebabkan tingkat kepentingan terhadap
kawasan semakin tinggi. Hal ini dapat memicu timbulnya konflik sosial terkait
dengan pemanfaatan kawasan yang menjadi lokasi sumber daya alam (SDA) yang
diekstrak. Selama ini konflik tersebut kerap diredam dengan pendekatan yang
bersifat instan dan efektif untuk jangka pendek, namun menjadi inefisien untuk
jangka panjang. Akumulasi pengelolaan kegiatan yang tidak tepat sangat
berpotensi untuk menggeser tingkat intensitas konflik menuju status yang lebih
kompleks dan berdampak pada inefisiensi kedua kegiatan, baik kegiatan migas
maupun kegiatan penangkapan ikan.
Konflik yang terjadi umumnya bersifat satu arah, yaitu tuntutan terhadap
tanggung jawab dan kompensasi yang seharusnya dibayarkan oleh pihak
pelaksana kegiatan atas kerugian yang dialami oleh nelayan. Selama ini tututan
yang disampaikan oleh nelayan pada umumnya berupa asumsi-asumsi yang
dikembangkan oleh nelayan, dengan fakta dan data yang sulit diyakini oleh pihak
pelaksana kegiatan migas di laut.
Asumsi-asumsi yang diutarakan oleh nelayan kerap terkendala oleh
ketersediaan data yang menyebabkan pihak pelaksana migas menemui kesulitan
ketika akan menentukan besaran kompensasi yang layak diberikan kepada
nelayan. Keterbatasan data terkait dengan kerugian ekonomi yang diderita oleh
nelayan, akhirnya memposisikan persoalan ini pada derajat kepentingan yang
cukup rendah. Kondisi ini berujung pada ketidakpuasan nelayan atas upaya dan
kompensasi yang diberikan oleh pihak pelaksana kegiatan migas di laut. Upaya
pengelolaan lingkungan yang dilakukan oleh pihak pelaksana migas cenderung
bersifat meredam konflik bukan menyelesaikan persoalan.

5

Hal ini menyebabkan kebijakan pengelolaan hanya bersifat sesaat dan menjadi
tidak efektif ketika dihadapkan pada akumulasi kepentingan terhadap kawasan
dan sumber daya alam.
Pada sisi lain, nelayan dihadapkan pada kondisi keterbatasan mata
pencaharian alternatif yang dapat ditekuni untuk mencukupi kebutuhan ekonomi.
Fakta ini memunculkan inisiatif nelayan untuk terus meningkatkan upaya
penangkapan agar produktivitas tetap terjaga. Upaya penangkapan yang
sedemikian rupa akhirnya memicu terjadinya kondisi over fishing di kawasan
tersebut.

Secara teori, kondisi over fishing akan berdampak pada tingginya

persaingan antar nelayan yang melakukan penangkapan ikan di kawasan tersebut.
Persaingan yang tinggi pada akhirnya akan menyebabkan penurunan produktivitas
dan keuntungan ekonomi masing-masing nelayan. Secara perlahan, kondisi ini
akan meningkatkan sensitivitas nelayan yang dapat memicu timbulnya konflik
sosial. Konflik sosial di kawasan kegiatan migas akan dapat berpengaruh pada
efektivitas dan keberhasilan kegiatan migas. Hal ini menyebabkan upaya
pengelolaan kegiatan sangat diperlukan. Kebijakan yang bersifat win-win solution
akan dapat disusun dan diimplementasikan, apabila pola interaksi dan
eksternalitas masing-masing kegiatan dapat diketahui secara pasti.
Kondisi tersebut menyebabkan penelitian ini perlu dilakukan, untuk
memperoleh gambaran tentang eksternalitas yang timbul akibat keberadaan
kegiatan migas di laut terhadap perikanan tangkap. Estimasi dari eksternalitas
tersebut diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan input dalam
penyusunan alternatif strategi pengelolaan kegiatan yang tetap memperhatikan
kebutuhan lingkungan di sekitarnya. Dengan diakomodirnya kepentingan kedua
pihak, yaitu perikanan tangkap dan kegiatan migas, maka diharapkan alternatif
strategi kebijakan yang diusulkan dapat menjadi solusi dari persoalan konflik
pemanfaatan kawasan dan sumber daya alam untuk jangka waktu yang lebih
panjang.

6

1.2. Rumusan Permasalahan
Adanya pemberlakuan zona aman kegiatan migas pada radius 500 meter di
sekitar anjungan produksi migas di laut menimbulkan kekhawatiran nelayan
terkait dengan penyempitan area penangkapan ikan yang dapat diakses oleh
nelayan. Penyempitan area penangkapan ikan yang berbanding terbalik dengan
perkembangan jumlah nelayan secara langsung akan memicu tingginya
persaingan antar nelayan di area penangkapan ikan (fishing ground) utama.
Persaingan yang semakin tinggi akan berdampak pada penurunan produktivitas
per unit per trip. Pada sisi lain, keberadaan anjungan produksi migas di laut yang
disertai zona aman (radius 500 meter) secara langsung akan melindungi sejumlah
ikan dari upaya penangkapan yang dilakukan oleh nelayan. Hal ini akan
membentuk area konservasi sementara bagi pertumbuhan sumberdaya ikan di
Pesisir Karawang. Dengan demikian, terdapat 2 asumsi bentuk eksternalitas yang
ditimbulkan, yaitu negatif dan positif. Namun bagaimana besaran dan pegaruh
eksternalitas tersebut terhadap penentuan kebijakan yang dapat diimplementasikan
agar kegiatan dapat berjalan tanpa mengabaikan manfaat kawasan sebagai area
penangkapan ikan? Permasalahan ini dirumuskan sebagai berikut:
1.2.1. Bagaimana persepsi nelayan terhadap keberadaan kegiatan migas di laut?
1.2.2. Bagaimana bentuk eksternalitas yang ditimbulkan oleh keberadaan
kegiatan migas di laut terhadap perikanan tangkap?
1.2.3. Menyusun

alternatif

strategi

pengelolaan

kegiatan

yang

dapat

mengakomodir kepentingan kegiatan penangkapan ikan di sekitarnya.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu:
1.3.1. Menganalisis persepsi nelayan terhadap keberadaan anjungan produksi
migas di laut.
1.3.2. Menganalisis bentuk eksternalitas keberadaan anjungan produksi migas di
laut terhadap kegiatan perikanan tangkap.
1.3.3. Menyusun

alternatif

(pilihan)

strategi

pengelolaan

kegiatan

dan

lingkungan yang dapat diimplementasikan oleh pelaksana kegiatan
industri migas di laut.

7

1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu diperolehnya jawaban atas
kekhawatiran nelayan terkait dengan bentuk eksternalitas yang timbul dari
kegiatan migas di laut terhadap perikanan tangkap. Hasil penelitian ini juga
diharapkan dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan dan arahan dalam
penentuan kebijakan pengelolaan kegiatan yang dapat diimplementasikan oleh
pelaksana kegiatan migas di laut.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Fokus kajian pada penelitian ini dikendalikan dengan penentuan ruang
lingkup dan batasan penelitian. Penelitian ini dibatasi pada lingkup sosial dan
ekonomi masyarakat nelayan terkait dengan kegiatan migas dan penangkapan ikan
di sekitar anjungan produksi migas di laut.

Batasan penelitian secara rinci

disampaikan sebagai berikut:
a. Kegiatan migas dibatasi pada kegiatan migas di laut yaitu terkait dengan
keberadaan anjungan produksi selama tahap operasi.
b. Kegiatan perikanan tangkap dibatasi pada kegiatan penangkapan ikan di laut
yang dilakukan oleh nelayan lokal (Pesisir Karawang).
c. Pendugaan eksternalitas dibatasi pada komponen sosial dan ekonomi terkait
dengan persepsi dan pendapatan nelayan serta produksi perikanan tangkap di
Pesisir Karawang.
1.6. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dari penelitian ini yaitu:
a. Terdapat perubahan persepsi nelayan terhadap kegiatan migas di laut terkait
dengan keberadaan anjungan produksi migas di area penangkapan ikan
(fishing ground).
b. Terdapat eksternalitas negatif terhadap produktivitas nelayan dengan alat
tangkap yang biasa dioperasikan di lokasi pemasangan anjungan produksi
migas, yang disebabkan oleh pemberlakuan zona aman kegiatan migas.
c. Terdapat eksternalitas positif terhadap kondisi bioekonomi perikanan tangkap
dari jenis alat tangkap yang biasa dioperasikan di lokasi pemasangan anjungan
yang disebabkan oleh pemberlakuan zona aman kegiatan migas.

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Eksternalitas Pemanfaatan Kawasan
Kawasan pesisir dan laut memiliki berbagai potensi sumber daya alam yang
bernilai ekonomi dan berperan sangat penting dalam kehidupan manusia. Potensi
tersebut di antaranya adalah potensi sumber daya ikan dan sumber daya mineral
berupa minyak dan gas

bumi (migas).

Potensi sumber daya yang dimiliki

menjadikan kawasan pesisir dan laut berfungsi sebagai area penangkapan ikan
(fishing ground) nelayan. Potensi sumber daya mineral berupa minyak dan gas
bumi menjadikan kawasan pesisir dan laut dimanfaatkan sebagai area produksi
migas. Kedua potensi tersebut memiliki nilai dan peran yang sangat penting bagi
perekonomian rumah tangga dan negara. Pada kasus keberadaan sumber daya ikan
dan migas yang berada di kawasan yang berbeda maka pemanfaatan kawasan
untuk kegiatan berbeda dalam waktu bersamaan tidak akan menimbulkan
eksternalitas terhadap masing-masing pemanfaatan. Namun, kondisi yang terjadi
akan berbeda ketika sumber daya ikan dan migas berada di kawasan yang sama
dan dimanfaatkan pada waktu yang bersamaan.
Fauzi (2004) menjelaskan bahwa status kawasan pesisir dan laut sebagai
barang publik menyebabkan tidak adanya kepemilikan yang tegas terhadap
kawasan tersebut. Hal ini berdampak pada pola pemanfaatan kawasan oleh
berbagai pihak yang berkepentingan terhadap sumber daya yang dikandung oleh
kawasan tersebut. Lebih lanjut kondisi ini disebut sebagai suatu bentuk
eksternalitas akibat pemanfaatan barang publik oleh lebih dari satu pihak yang
berkepentingan. Lebih spesifik lagi disebutkan bahwa eksternalitas terjadi jika
kegiatan produksi atau konsumsi dari suatu pihak dapat mempengaruhi utilitas
dari pihak lain secara tidak diinginkan dan pihak pembuat eksternalitas tidak
menyediakan kompensasi terhadap pihak yang terkena dampak eksternalitas.
Kondisi ini berdampak pada pemanfaatan kawasan dan sumber daya alam yang
tidak efisien, mengingat adanya pihak yang diuntungkan dari kerugian yang
diderita oleh pihak lain.

10

Friedman (1990) menyatakan bahwa eksternalitas yang positif melahirkan
barang publik, sementara eksternalitas negatif menghasilkan barang publik
“negatif”. Eksternalitas dapat terjadi dari konsumsi ke konsumsi, dari konsumsi ke
produksi dan dari produksi ke konsumsi.

Kula, 1992 diacu dalam Fauzi, 2004

menyebut tipe eksternalitas ini sebagai eksternalitas teknologi (technological
externalities) karena adanya perubahan konsumsi atau produksi oleh satu pihak
terhadap pihak lain yang lebih bersifat teknis. Tipe eksternalita