Tinjauan Atas Penerapan Metode Penyusutan Aktiva Tetap Pada PT. PLN (Persero) Penyaluran Dan Pusat Pengatur Beban (P3B) Jawa Bali Regional Jawa Barat

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Dalam era globalisasi sekarang ini pemerintah sangat memperhatikan aspek ekonomi, karena aspek ekonomi dapat menunjukan tingkat kemakmuran suatu negara, pertumbuhan ekonomi menuntut setiap perusahaan untuk melakukan efisiensi, efektifitas, dan ekonomisasi dalam setiap aspek kegiatan yang dilakukan. Persaingan yang ketat merupakan salah satu ciri dari pertumbuhan ekonomi, untuk itu perusahaan harus bisa menjaga eksistensinya dan mengelola dengan baik, sehingga sesuai dengan harapan yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

PT.PLN (Persero) merupakan salah satu perusahaan milik pemerintah, yang bertanggung jawab atas pengelolaan serta pemeliharaan sarana sistem pengaturan pengendaliaan tenaga listrik dan juga merupakan suatu asset penting yang harus dijaga dengan baik. Dimana perusahaan ini bergerak dibidang penyedia listrik Negara, maka dituntut harus memberikan sarana dan prasarana yang baik seperti penjualan tenaga listrik. Sehingga harta lancar (penerimaan kas) dari pelanggan bertambah, karena adanya kepercayaan dari masyarakat atas fasilitas yang diberikan oleh perusahaan dalam penyediaan jasa listrik. Dari segi harta tetap (mesin-mesin, peralatan dan trafo) perusahaan harus menjaga agar peralatan itu tetap dalam keadaan yang baik selama proses operasi perusahaan.


(2)

Perusahaan PT.PLN (Persero) Penyaluran Dan Pusat Pengatur Beban (P3B) Jawa Bali Region Jawa Barat merupakan perusahaan pelayanan jasa yang bergerak di bidang pelayanan seperti penjualan listrik. Tujuan dari PT.PLN (Persero) Penyaluran Dan Pusat Pengatur Beban (P3B) Jawa Bali Region Jawa Barat untuk menyediakan serta melayani kebutuhan dan kepentingan pelanggan akan tenaga listrik. Dalam memberikan manfaat listrik untuk kepentingan pelanggan, maka perusahaan harus dapat melayani setiap kepentingan tersebut. Kegiatan yang dilaksanakan PT.PLN (Persero) Penyaluran Dan Pusat Pengatur Beban (P3B) Jawa Bali Region Jawa Barat adalah untuk meningkatkan pelayanan pemenuhan kebutuhan listrik masyarakat dalam rangka mendorong kegiatan ekonomi serta kesejahteraan masyarakat. Di PT.PLN (Persero) asset yang bernilai paling besar dan paling penting adalah aktiva tetap berwujud karena termasuk material cadang dan hak atas tanah yang dimiliki dan atau dikuasai oleh perusahaan, untuk digunakan dalam fungsi pembangkitan, transmisi dan distribusi tenaga listrik, untuk digunakan menunjang kegiatan proses produksi atau penyediaan barang dan jasa, untuk disewakan kepada pihak lain, dan dapat diharapkan akan dapat digunakan selama lebih dari satu tahun.

Aktiva atau harta adalah benda baik yang memiliki wujud maupun yang semu yang dimiliki oleh perusahaan. Klaim atas harta yang tidak berwujud disebut ekuitas yang dapat mendatangkan manfaat di masa depan. Aktiva yang digunakan dalam operasi perusahaan digolongkan kedalam dua kategori yaitu aktiva berwujud dan aktiva tidak bewujud. Penggolongan semacam ini dikemukakan oleh Smith & Skousen (1997 : 387), adalah aktiva tetap yang berwujud (tangible


(3)

fixed assets) merupakan harta berwujud yang bersifat jangka panjang dalam aktivitas operasi perusahaan, didalamnya meliputi; tanah, bangunan, perabot, mesin-mesin, dan peralatan lain yang digunakan untuk menghasilkan atau memudahkan penjualan barang dan jasa, Aktiva tetap tidak berwujud (intangible fixed assets) tidak dapat diobservasi atau dilihat secara langsung, didalamnya berbentuk persetujuan, kontrak, atau paten, tetapi harta itu sendiri tidak memiliki eksistensi fisik. Harta tak berwujud termasuk pos-pos seperti hak cipta, paten, dan goodwill. Manfaat aktiva itu sendiri untuk dipakai dalam kegiatan-kegiatan usaha selama masa manfaatnya, namun tidak selamanya aktiva tetap memberikan manfaat secara utuh seperti halnya pada saat aktiva tersebut diperoleh, hal ini dapat disebabkan aktiva tetap mempunyai batas manfaat atau masa guna selama operasi perusahaan. Aktiva tetap bisa saja tidak bermanfaat lagi bagi perusahaan karena beberapa sebab, adanya kerusakan, usang, dan lain-lain. Sejalan dengan itu, prestasi dari aktiva tetap tersebut tentu akan berkurang. Karena prestasinya semakin berkurang dan suatu saat tidak dapat digunakan lagi maka akan dialami kerugian atas harga perolehannya (penyusutan).

Penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu asset selama umur manfaatnya, bersama dengan berlalunya waktu semua aktiva tetap kecuali tanah akan kehilangan kemampuannya menghasilkan jasa, sehingga harga perolehan aktiva ini harus dipindahkan keperkiraan beban secara teratur selama umur manfaatnya yang diharapkan. Penurunan manfaat secara periodik ini disebut penyusutan.


(4)

Dalam menentukan metode penyusutan aktiva ada beberapa jenis metode penyusutan diantaranya Metode Garis Lurus (Straight Line Method) dalam metode ini penentuan besar penyusutan setiap tahun selama umur ekonomis sama besar, sehingga jika dibuatkan grafiknya terhadap waktu, dan akumulasi biaya akan berupa garis lurus. Metode Jam Jasa (Service Hours Method) metode ini didasarkan pada beban depresiasi dihitung dengan dasar satuan jam jasa. Metode Hasil Produksi (Productive output method), pada metode ini penyusutan dihitung atas satuan unit produktif selama masa umur ekonomisnya, dapat berupa jumlah barang yang diproduksi, jam pemakaian, kilometer pemakaian dan sebagainya. Metode Beban Berkurang (Reducing Charge Method) metode ini maka diharapkan jumlah beban depresiasi dan biaya reparasi dan pemeliharaan dari tahun ke tahun akan relatif stabil. Dalam metode beban berkurang terdiri atas, Metode Jumlah Angka Tahun (Sum Of The Years Digits Method), Penggunaan metode ini menetapkan nilai penyusutan semakin lama semakin kecil berdasarkan pada perhitungan bahwa aktiva yang digunakan pada proses produksi semakin lama semakin berkurang dalam menghasilkan produksi. Metode Saldo Menurun

(Declining Balance Method) metode ini dihitung dengan cara mengalikan tarif yang tetap dengan nilai buku aktiva. (Double Declining Balance Method) dalam metode ini, beban depresiasi tiap tahunnya menurun, untuk dapat menghitung beban depresiasi yang selalu menurun, dasar yang digunakan adalah persentase depresiasi dengan cara garis lurus. Metode Tarif Menurun (Declining Rate On Cost Method) disamping metode-metode yang telah diuraikan, kadang-kadang dijumpai cara menghitung defresiasi dengan menggunakan tarif % yang selalu


(5)

menurun, karena tarif %-nya setiap periode selalu menurun maka beban depresiasinya juga selalu menurun.

PT.PLN (Persero) Penyaluran Dan Pusat Pengatur Beban (P3B) Jawa Bali Region Jawa Barat menggunakan metode penyusutan garis lurus yang dalam hal ini dapat mempercepat serta mempermudah untuk memperoleh jumlah beban penyusutan. Besarnya beban penyusutan aktiva tetap mempengaruhi besar kecilnya laba yang diperoleh perusahaan. Oleh karena itu perlu diadakan tinjauan terhadap metode penyusutan yang diterapkan perusahaan dalam aktiva tetapnya. Pada umumnya nilai ekonomis suatu aktiva tetap akan mengalami penurunan yang disebabkan pemakaian dan kerusakan, keusangan karena faktor ekonomis dan teknis.

Fenomena yang timbul dalam tinjauan atas penerapan metode penyusutan aktiva tetap pada PT.PLN (Persero) Penyaluran Dan Pusat Pengatur Beban (P3B) Jawa Bali Region Jawa Barat yaitu menyangkut masalah dalam penerapan metode penyusutannya yaitu apabila salah memasukan atau menginput data aktiva tetap dalam metode penyusutan, dan adanya sistem yang digunakan tidak bisa dipakai secara bersamaan, sehingga akan menghambat dalam penyelesaian laporan.

Berdasarkan dengan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih jauh mengenai :

“Tinjauan Atas Penerapan Metode Penyusutan Aktiva Tetap Pada PT.PLN (Persero) Penyaluran Dan Pusat Pengatur Beban (P3B) Jawa Bali Region Jawa Barat ”


(6)

1.2 Identifikasi Dan Perumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat diidentifikasikan bahwa inti dari fenomena permasalahan yang diteliti adalah:

1. Adanya kesalahan dalam memasukan atau menginput data aktiva tetap dalam metode penyusutan pada PT.PLN (Persero) Penyaluran Dan Pusat Pengatur (P3B) Jawa Bali Region Jawa Barat.

2. Adanya sistem yang digunakan di PT.PLN (Persero), tetapi tidak dapat dipakai secara bersamaan karena akan mengakibatkan sistem eror, sehingga menghambat dalam penyelesaian laporan metode penyusutan pada PT.PLN (Persero) Penyaluran Dan Pusat Pengatur (P3B) Jawa Bali Region Jawa Barat.

1.2.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian dan identifikasi masalah, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana penerapan metode penyusutan aktiva tetap yang diterapkan pada PT.PLN (Persero) Penyaluran Dan Pusat Pengatur (P3B) Jawa Bali Region Jawa Barat.

2. Bagaimana pelaporan penyusutan aktiva tetap pada PT.PLN (Persero) Penyaluran Dan Pusat Pengatur (P3B) Jawa Bali Region Jawa Barat.


(7)

1.3 Maksud Dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud diadakannya penelitian ini adalah untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan guna diolah, dianalisis, dan diinterpretasikan, tentang tinjauan atas penerapan metode penyusutan aktiva tetap pada PT.PLN (Persero) Penyaluran Dan Pusat Pengatur (P3B) Jawa Bali Region Jawa Barat.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan meninjau :

1. Untuk mengetahui metode penyusutan aktiva tetap yang diterapkan pada PT.PLN (Persero) Penyaluran Dan Pusat Pengatur (P3B) Jawa Bali Region Jawa Barat.

2. Untuk mengetahui pelaporan penyusutan aktiva tetap pada PT.PLN (Persero) Penyaluran Dan Pusat Pengatur (P3B) Jawa Bali Region Jawa Barat.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Akademis

1. Kegunaan Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan

Hasil penelitian ini dapat menjadi sumbangan ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu ekonomi, terutama mengenai tinjauan atas penerapan metode penyusutan aktiva tetap dalam pengaruhnya terhadap kinerja perusahaan. Membandingkan antara ilmu pengetahuan dan teori-teori analisis penerapan


(8)

metode penyusutan aktiva tetap yang telah dipelajari dengan kenyataan empiris yang terjadi dalam dunia usaha.

2. Kegunaan Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini mudah-mudahan dapat menjadi sumber keterangan tambahan dan menjadi bahan referensi serta gambaran bagi penulis lain yang membantu dalam penelitian yang berkaitan dengan tinjauan atas penerapan metode penyusutan aktiva tetap.

3. Kegunaan Bagi Penulis

Dapat digunakan sebagai bahan penyusunan Laporan Tugas Akhir serta memberikan pengalaman dan pengetahuan bagi penulis untuk dapat membuat suatu studi perbandingan antara teori yang diperoleh selama masa perkuliahan dengan praktek nyata di perusahaan.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Penelitian yang dilakukan penulis diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang terkait :

1. Kegunaan Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan kajian dalam pelaksanaan perusahaan dan juga diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan dan kemajuan perusahaan tentang pentingnya tinjauan atas penerapan metode penyusutan aktiva tetap bagi peningkatan kinerja karyawan.


(9)

2. Kegunaan Bagi Karyawan Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumbangan pemikiran tentang pentingnya tinjauan atas penerapan metode penyusutan aktiva tetap bagi peningkatan kinerja karyawan.

1.5 Lokasi Dan Waktu Penelitian 1.5.1 Lokasi Penelitian

Dalam penyusunan tugas akhir ini, penulis melakukan penelitian pada PT.PLN (Persero) Penyaluran Dan Pusat Pengatur (P3B) Jawa Bali Region Jawa Barat yang berlokasi di Jl.W.R.Supratman No.58 Bandung Telp. (022) 7203741-7203744.

1.5.2 Waktu Penelitian

Adapun waktu yang digunakan dalam penelitian ini di mulai pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2010.


(10)

Tabel 1.1

Waktu Pelaksanaan Kegiatan Penelitian

No Kegiatan Bulan

Februari Maret April Mei Juni Juli

1. Tahap Persiapan :

1. Membuat proposal tugas akhir

2. Menentukan tempat penelitian

2. Tahap Pelaksanaan :

1. Mengajukan outline dan

proposal tugas akhir

2. Meminta surat pengantar

ke PT. PLN (Persero)

3. Penelitian di PT. PLN

(Persero)

4. Bimbingan tugas akhir

3. Tahap Pelaporan :

1. Menyiapkan draft tugas akhir

2. Sidang tugas akhir

3. Penyempurnaan tugas akhir


(11)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Aktiva

Menurut Zaki Baridwan :

“Aktiva atau harta adalah benda baik yang memiliki wujud maupun yang semu dan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan yang diharapkan diperoleh manfaat ekonomisnya”.

(2004:271) 2.1.1 Jenis-Jenis Aktiva

Menurut Zaki Baridwan terdapat beberapa jenis aktiva, diantaranya : 1. Aktiva Lancar

2. Aktiva Tetap

a. Aktiva Tetap Berwujud (Tangible Fixed Assets)

b. Aktiva Tetap Tidak Berwujud (Intangible Assets)

(2004:272) 2.2 Aktiva Lancar

Aktiva Lancar adalah harta atau asset yang dimiliki oleh perusahaan yang habis dalam sekali pakai dan dapat digunakan dalam jangka waktu dekat, biasanya satu tahun. Contoh aktiva lancar antara lain kas, piutang, investasi jangka pendek, persediaan dan beban dibayar dimuka.

2.3 Aktiva Tetap

Menurut Carl S. Warren, James M.Reeve, Philip E.Fees diterjemahkan oleh Aria Farahmita, Amanugrahani & Taufik Hendrawan menyatakan:

“Aktiva tetap (fixed assets) merupakan aktiva jangka panjang atau aktiva yang relatif permanen. Mereka merupakan aktiva berwujud


(12)

(tangible assets) karena terlihat secara fisik. Aktiva tersebut dimiliki dan digunakan oleh perusahaan serta tidak dimaksudkan untuk dijual sebagai bagian dari operasi normal”.

(2005:504) Berdasarkan edaran pemimpin PT.PLN (Persero) P3B Nomor : 010.E/8713/PP3B/1998 tentang pengendalian pergerakan aktiva tetap, menyatakan bahwa :

Aktiva tetap adalah aktiva berwujud termasuk material cadang dan hak atas tanah yang dimiliki dan atau dikuasai oleh perusahaan, untuk digunakan dalam fungsi pembangkitan, tranmisi dan distribusi tenaga listrik, untuk digunakan menunjang kegiatan dari pada fungsi-fungsi tersebut, dan untuk disewakan kepada pihak ketiga, dan diharapkan akan dapat digunakan selama lebih dari satu tahun. Menurut (PSAK No.16 2004:16.2) aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun terlebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Sedangkan menurut (Yusuf, 2000:154) aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang digunakan dalam operasi perusahaan dan tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan.

Menurut Soemarso S.R menyatakan bahwa :

“Aktiva tetap adalah aktiva berwujud ( tangible fixed assets ) yang masa manfaatnya lebih dari satu tahun, digunakan dalam kegiatan perusahaan, dimiliki tidak untuk dijual kembali dalam kegiatan normal perusahaan, dimilki tidak untuk dijual kembali dalam kegiatan normal perusahaan serta nilainya cukup besar”.


(13)

Sedangkan menurut Zaki Baridwan adalah :

“Aktiva tetap adalah aktiva-aktiva berwujud yang sifatnya relatif permanen yang digunakan dalam kegiatan perusahaan normal”.

(2004:271)

Sebagaimana menurut PT PLN (Persero) aktiva tetap adalah merupakan aktiva berwujud termasuk material cadang dan hak atas tanah yang dimiliki dan atau dikuasai oleh perusahaan, untuk digunakan dalam fungsi pembangkitan, transmisi dan distribusi tenaga listrik, untuk digunakan menunjang kegiatan dari pada fungsi-fungsi tersebut, dan untuk disewakan kepada pihak ketiga dan diharapkan dapat digunakan selama lebih dari satu tahun.

Menurut Zaki Baridwan (2004:351) Aktiva tetap harus memenuhi syarat – syarat yaitu :

1. Aktiva berwujud (tangible assets)

2. Memiliki masa manfaat yang lebih dari satu tahun 3. Nilai perolehan material

4. Dimiliki untuk menjalankan operasi normal perusahaan tidak dimaksudkan untuk dijual lagi.

(2004:351) Sedangkan aktiva berwujud adalah :

1. Aktiva itu diperoleh dan dipergunakan dalam operasi perusahaan dan tidak untuk dijual.

2. Aktiva itu sifatnya permanen atau jangka panjang dan biasanya disusutkan.


(14)

PT.PLN (Persero) berdasarkan Surat Edaran Perusahaan listrik Negara Nomor : 025/E/87/DIR/1997, menyatakan bahwa :

Aktiva tetap merupakan aktiva berwujud termasuk material cadangan dan hak atas tanah yang dimiliki dan atau dikuasai oleh perusahaan

1. Untuk digunakan dalam fungsi pembangkitan, transmisi dan distribusi listrik.

2. Untuk menunjang kegiatan fungsi tersebut diatas.

3. Untuk disewakan kepada pihak ketiga, dan diharapkanakan dapat digunakan selama lebih dari satu tahun, dan harga perolehan diatas jumlah minimal yang ditetapkan direksi.

Maka dapat disimpulkan bahwa Aktiva Tetap adalah aktiva yang berwujud yang digunakan dalam operasi perusahaan dan umur manfaat nya lebih dari satu tahun tidak untuk dijual dalam operasi normal perusahaan.

Bersama dengan berlalunya waktu semua aktiva tetap kecuali tanah akan kehilangan kemampuannya menghasilkan jasa, sehingga harga perolehan aktiva ini harus dipindahkan keperkiraan beban secara teratut selama umur manfaatnya yang diharapkan. Penurunan manfaat secara periodic ini disebut penyusutan (Depreciation).

Penyebab penurunan manfaat ada 2 yaitu :

1. Penyusutan fisik : harga yang dikurangi seperti biasa

2. Penyusutan fungsional : Penyusutan yang dikarenakan barang sudah kadaluarsa/sudah kuno maka otomatis harga berkurang.


(15)

2.3.1 Aktiva Tetap Berwujud

Smith & Skousen diterjemahkan oleh Gina Gania & Ichsan Setyo Budi menyatakan :

“Aktiva tetap berwujud (tangible fixed assets) merupakan harta berwujud yang bersifat jangka panjang dalam aktivitas operasi perusahaan, didalamnya meliputi tanah, bangunan, mesin-mesin, dan peralatan lain yang digunakan untuk menghasilkan atau memudahkan penjualan barang dan jasa”.

(2000:387) Menurut Zaki Baridwan Yang dimaksud dengan aktiva tetap berwujud adalah:

“Aktiva-aktiva yang berwujud yang sifatnya relatif permanen yang digunakan dalam kegiatan perusahaan yang normal. Istilah relatif permanen menunjukkan sifat dimana aktiva yang bersangkutan dapat digunakan dalam jangka waktu yang relatif cukup lama. Untuk tujuan akuntansi, jangka waktu penggunaan ini dibatasi dengan“lebih dari satu periode akuntansi”. Jadi aktiva berwujud yang umurnya lebih dari satu periode akuntansi dikelompokkan sebagai aktiva tetap berwujud”.

(2004:271)

Prinsip Penilaian Aktiva Tetap Berwujud

Dalam hubungannya dengan penilaian aktiva tetap berwujud, PSAK No. 16 menyatakan :

Suatu benda berwujud yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai suatu aktiva dan dikelompokkan sebagai aktiva tetap, pada awalnya harus diukur berdasarkan biaya perolehan.


(16)

Yang dimaksud dengan biaya (harga) perolehan aktiva tetap adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang diberikan untuk memperoleh suatu aktiva pada saat perolehan atau konstruksi sampai dengan aktiva tersebut dalam kondisi dan tempat yang siap untuk digunakan. Sesudah aktiva tetap itu diperoleh dan dalam masa penggunaan maka aktiva yang umurnya tidak terbatas seperti tanah, dilaporkan dalam neraca sebesar harga perolehannya. Sedang untuk aktiva yang umurnya terbatas dicantumkan dalam neraca sebesar harga perolehannya dikurangi dengan akumulasi depresiasi/deplesi. Harga perolehan dikurangi akumulasi depresiasi/deplesi disebut nilai buku.

Penyimpangan dari prinsip di atas dapat dilakukan dalam hal suatu aktiva tetap diperoleh dari hadiah/donasi. Quasi reorganisasi (penurunan nilai aktiva tetap) dan penilaian kembali aktiva tetap (revaluasi) juga merupakan

kegiatan-kegiatan yang menyimpang dari “cost principles”. Penyimpangan-penyimpangan

seperti tersebut di atas dapat diterima jika dapat memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan.

2.3.2 Aktiva Tetap Tidak Berwujud

Smith & Skousen diterjemahkan oleh Gina Gania & Ichsan Setyo Budi menyatakan :

“Aktiva tetap tidak berwujud (intangible fixed assets) tidak dapat diobservasi atau dilihat secara langsung, didalamnya berbentuk persetujuan, kontrak, atau paten, tetapi harta itu sendiri tidak memiliki eksistensi fisik. Harta tak berwujud termasuk pos-pos seperti hak cipta, paten, goodwill, dan perjanjian monopoli”.


(17)

Istilah aktiva tidak berwujud digunakan untuk menunjukkan aktiva-aktiva yang umurnya lebih dari satu tahun dan tidak mempunyai bentuk fisik. Dalam PSAK No.19 (Revisi 2000) dinyatakan bahwa aktiva tidak berwujud adalah aktiva nonmoneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai bentuk fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan pada pihak lainnya atau untuk tujuan administratif. Suatu aktiva dapat dimasukkan dalam kategori aktiva tidak berwujud jika memenuhi persyaratan :

1. Aktiva tersebut dapat diidentifikasikan,

2. Perusahaan mempunyai kendali atas aktiva tersebut,

3. Perusahaan memperoleh manfaat dari aktiva tersebut dimasa yang akan datang. Aktiva seperi ini mempunyai nilai karena diharapkan dapat memberikan sumbangan pada laba. Yang termasuk dalam pengertian aktiva tidak berwujud adalah :

Merek

Piranti lunak komputer (software)

Lisensi dan waralaba

Hak kekayaan intelektual seperti : hak cipta, paten dan hak kekayaan intelektual lainnya

Resep, formula, model, desain, dan prototipe


(18)

Golongan-golongan tersebut dapat lebih dirinci atau digabungkan menjadi golongan yang lebih kecil atau yang lebih besar selama dapat memberi informasi yang relevan bagi pemakai laporan keuangan.

Penilaian Aktiva Tidak Berwujud

Aktiva tidak berwujud yang dimiliki dicatat dalam rekening (akun) sebesar harga perolehannya. Harga perolehan ini tergantung pada cara perolehan aktiva tidak berwujud. Jika diperoleh dari pembelian maka harga perolehannya sebesar jumlah uang yang dikeluarkan dalam pembeliannya sampai siap untuk digunakan. Jika aktiva tidak berwujud diperoleh melalui pertukaran dengan aktiva lain maka harga perolehannya sebesar nilai wajar aktiva yang diterima atau aktiva yang diserahkan. Untuk aktiva tidak berwujud yang diperoleh dari pertukaran dengan aktiva lain yang sejenis, maka harga perolehannya ditentukan berdasarkan nilai wajar aktiva yang diserahkan.

Selama umurnya, harga perolehan aktiva tidak berwujud harus diamortisasi, PSAK No.19 menyatakan bahwa :

Jumlah yang dapat diamortisasikan dari aktiva tidak berwujud harus dialokasikan secara sistematis berdasarkan perkiraan terbaik dari masa manfaatnya. Pada umumnya masa manfaat suatu aktiva tidak berwujud tidak akan melebihi 20 tahun sejak tanggal aktiva siap digunakan. Amortisasi harus mulai dihitung saat aktiva siap digunakan.

Metode amortisasi yang dapat digunakan adalah metode garis lurus atau metode lain yang dianggap lebih cocok bagi perusahaan selama metode tersebut mencerminkan manfaat ekonomis. Aktiva tidak berwujud akan dicantumkan


(19)

dalam neraca sebesar harga perolehannya dikurangi akumulasi amortisasi dan akumulasi penurunan nilai.

Setelah aktiva tidak berwujud dimiliki oleh perusahaan, maka biaya-biaya yang akan dikeluarkan selama umur aktiva tidak berwujud tersebut harus dibebankan pada laba rugi periode berjalan. Pengeluaran selama umur aktiva tidak berwujud dapat dikapitalisasi jika memenuhi syarat :

1. Pengeluaran tersebut menambah nilai ekonomis, dan 2. Pengeluaran tersebut dapat diukur secara andal.

Untung menghitung amortisasi, nilai sisa aktiva tidak berwujud biasanya ditetapkan sebesar 0 rupiah, kecuali bila :

1. Ada komitmen dari pihak ketiga untuk membeli aktiva pada akhir masa manfaatnya, dan

2. Ada pasar yang aktif bagi aktiva tersebut.

Aktiva tidak berwujud yang dihentikan pemakaiannya atau tidak lagi memiliki nilai ekonomis tidak boleh diakui dan dimasukkan dalam neraca. Bila terdapat selisih antara jumlah penerimaan bersih karena penghentian aktiva tidak berwujud dengan nilai bukunya, maka diakui sebagai keuntungan atau kerugian.

2.4 Penyusutan

Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dalam Standar Akuntansi Keuangan Per 1 September 2007, bahwa:

“Penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu asset selama umur manfaatnya”.


(20)

Sedangkan menurut Donald E.Kieso, Jerry J. Weygandt, Terry D.Warrfield diterjemahkan oleh Gina Gania & Ichsab Setyo Budi adalah:

“Penyusutan (depreciation) didefinisikan sebagai proses akuntansi dalam mengalokasikan biaya aktiva tetap berwujud ke beban dengan cara yang sistematis dan rasional selama periode yang diharapkan mendapat manfaat dari penggunaan aktiva tersebut”.

(2002:58) PT.PLN (Persero) berdasarkan Surat Edaran Perusahaan Listrik Negara Nomor : 025/E/87/DIR/1997, menyatakan bahwa :

Penyusutan adalah alokasi harga perolehan aktiva tetap yang dilakukan secar sistematis dan rasional selama masa manfaat aktiva tetap dengan jumlah yang dapat disusutkan dari suatu asset selama umur manfaatnya, bersama dengan berlalunya waktu semua aktiva tetap kecuali tanah akan kehilangan kemampuannya menghasilkan jasa, sehingga harga perolehan aktiva harus dipindahkan keperkiraan bebas secara teratur selama umur manfaatnya yang diharapkan. Penurunan manfaat secara periodik disebut penyusutan.

2.5 Metode Penyusutan Aktiva Tetap

Menurut Zaki Baridwan, Dalam menentukan penyusutan bagi aktiva tetap ada beberapa macam metode yaitu :

1. Metode Penyusutan

Terdapat beberapa jenis metode penyusutan, diantaranya : a. Metode Garis Lurus (Straight Line Method)


(21)

c. Metode Hasil Produksi (Productive Output Method)

d. Metode Beban Berkurang (Reducing Charge Method) :

1. Jumlah angka Tahun (Sum Of Years’ Digits Method) 2. Saldo menurun (Declining Balance Method)

3. Double Declining Balance Method

4. Tarif Menurun (Declining Rate On Cost Method)

(2004:305) a. Metode Garis Lurus

Metode garis lurus (Straight line method) adalah metode depresiasi yang paling sederhana dan banyak digunakan. Dalam cara ini depresiasi tiap periode jumlahnya sama (kecuali kalau ada penyesuaian-penyesuaian).

Adapun cara perhitungannya :

Depresiasi =

Sumber : Zaki Baridwan (2004 : 308 )

Biaya depresiasi yang dihitung dengan cara ini jumlahnya setiap periode tetap, tidak menghiraukan kegiatan dalam periode tersebut.

b. Metode Jam Jasa

Metode jam jasa (Service hours method) didasarkan pada anggapan bahwa aktiva (terutama mesin-mesin) akan lebih cepat rusak bila digunakan sepenuhnya (full time) dibanding dengan penggunaan yang tidak sepenuhnya

(part time). Dalam cara ini beban depresiasi dihitung dengan dasar satuan jam jasa. Beban depresiasi periodik besarnya akan sangat tergantung pada jam jasa yang terpakai (digunakan).


(22)

Sumber : Zaki Baridwan ( 2004 : 309 ) c. Metode Hasil Produksi

Metode hasil produksi (Productive output method) umur kegunaan aktiva ditaksir dalam satuan jumlah unit hasil produksi. Beban depresiasi dihitung dengan dasar satuan hasil produksi, sehingga depresiasi tiap periode akan berfluktuasi sesuai dengan fluktuasi dalam hasil produksi. Dasar teori yang dipakai adalah bahwa suatu aktiva itu dimiliki untuk menghasilkan produk, sehingga depresiasi juga didasarkan pada jumlah produk yang dihasilkan.

Adapun cara perhitungannya :

Sumber : Zaki Baridwan ( 2004 : 310 )

d. Metode Beban Berkurang

Metode beban berkurang (Reducing charge method) beban depresiasi tahun-tahun pertama akan lebih besar daripada beban depresiasi tahun-yahun berikutnya. Metode ini didasarkan pada teori bahwa aktiva yang baru akan dapat digunakan dengan lebih efesien dibandingkan dengan aktiva yang lebih tua. Begitu juga biaya reparasi dan pemeliharaannya. Biasanya aktiva yang baru akan memerlukan reparasi dan pemeliharaan yang lebih sedikit dibanding dengan

Depresiasi per jam =


(23)

aktiva yang lama. Jika dipakai metode ini maka diharapkan jumlah beban depresiasi dan biaya reparasi dan pemeliharaan dari tahun ke tahun akan relatif stabil, karena jika depresiasinya besar maka biaya reparasi dan pemeliharaannya kecil (dalam tahun pertama), dan sebaliknya dalam tahun terakhir, beban depresiasi kecil sedangkan biaya reparasi dan pemeliharaannya besar.

Menurut Zaki Baridwan, (2004:312) dalam metode beban berkurang terdiri atas :

1. Metode Jumlah Angka Tahun

Metode jumlah angka tahun (sum of years’ digits method) depresiasi dihitung dengan cara mengalikan bagian pengurang (reducing fractions)

yang setiap tahunnya selalu menurun dengan harga perolehan dikurangi nilai residu.

2. Metode Saldo Menurun

Metode saldo menurun (declining balance method) depresiasi periodik dihitung dengan cara mengalikan tarif yang tetap dengan nilai buku aktiva. Karena nilai buku aktiva ini setiap tahun selalu menurun maka beban depresiasi tiap tahunnya juga selalu menurun, juga menghasilkan beban periodik yang terus menerus sepanjang depresiasi umur manfaat aktiva. Untuk menerapkan metode ini tarif penyusutan garis lurus tahunan dahulu harus digandakan. Sebagai contoh tarif penyusutan saldo menurun adalah suatu aktiva yang memiliki depresiasi umur manfaat 5 tahun adalah 40 %, yaitu dua kali tarif garis lurus sebesar 20% ( (100%) / (5) ) .


(24)

Untuk tahun pertama biaya aktiva dikalikan dengan tariff saldo menurun setelah tahun pertama, nilai buku (book value) yang menurun ( biaya – akumulasi penyusutan) dikalikan dengan tarif yang bahwa pada saat perusahaan menggunakan metode saldo menurun, depresiasi nilai sisa tidak diperhitungkan dalam penentuan tarif penyusutan. Nilai sisa juga diabaikan dalam penghitungan periode penyusutan. Namun aktiva tidak boleh disusutkan melampaui depresiasi nilai sisa.

3. Double Declining Balance Method

Dalam metode ini, beban depresiasi tiap tahunnya menurun. Untuk dapat menghitung beban depresiasi yang selalu menurun, dasar yang digunakan adalah persentase depresiasi dengan cara garis lurus. Persentase ini dikalikan dua dan setiap tahunnya dikalikan pada nilai buku aktiva tetap. Karena nilai buku selalu menurun maka beban depresiasi juga selalu menurun.

4. Metode Tarif Menurun

Metode tarif menurun (declining rate on cost method), disamping metode-metode yang telah diuraikan di muka, kadang-kadang dijumpai cara menghitung depresiasi dengan menggunakan tarif (%) yang selalu menurun. Tarif (%) ini setiap periode dikalikan dengan harga perolehan. Penurunan tarif (%) setiap periode dilakukan tanpa menggunakan dasar yang pasti, tetapi ditentukan berdasarkan kebijaksanaan pimpinan perusahaan. Karena tarif (%)-nya setiap periode selalu menurun maka beban depresiasinya juga selalu menurun.


(25)

Dalam menghitung penyusutan aktiva tetap pada PT. PLN itu secara komputerisasi yaitu menggunakan suatu sistem yang dinamakan SIM-AT (Sistem Manajemen aktiva Tetap) dalam bentuk suatu kartu aktiva tetap. Adapun isi dari Kartu Aktiva Tetap tersebut adalah :

1) Pusat aktivitas 2) Nomor Aktiva tetap 3) Kode aktiva

4) Nama akuntansi 5) Perolehan awal 6) Masa manfaat

Berdasarkan Surat Keputusan Direksi PT. PLN (Persero) Nomor : 0591.K/DIR/2005 tentang Perubahan Masa Manfaat Aktiva Tetap Dan Perhitungan Biaya Penyusutan Aktiva Tetap.

Dalam surat keputusan ini menetapkan bahwa :

1. Perhitungan biaya penyusutan aktiva tatap didasarkan atas masa manfaat dari tiap jenis aktiva tetap yang dihitung secara bulanan/tahunan dan pembebanannya dilakukan pada setiap akhir periode pembukuan penyusutan aktiva tetap dihitung sejak bulan pengoperasian dan atau bulan perolehan aktiva tetap.

2. Masa manfaat tiap jenis aktiva tetap diatur oleh keputusan direksi.

3. Perhitungan biaya penyusutan aktiva tetap dijelaskan sesuai dengan lampiran surat keputusan direksi.


(26)

4. Dengan diterapkannya Surat Keputusan Direksi PLN Nomor :0591.K/DIR/2005 maka Surat Keputusan Direksi PLN Nomor : 054/DIR/1988 tentang “Perubahan Perhitungan Penyusutan Aktiva Tetap” dan masa manfaat berdasarkan revaluasi aktiva tetap dinyatakan tidak berlaku lagi.

Kebijakan akuntansi di PT. PLN (Persero) ditetapkan pada tanggal 6 Oktober 1997 oleh Direktur Keuangan akuntansi di PT. PLN (Persero) pada saat itu, salah satu factor pendukung diberlakukannya Standar Akuntansi Keuangan sejak Januari 1995 di Indonesia. Hal ini menyebabkan semua perusahaan yang ada di Indonesia harus mempunyai kebijakan akuntansi yang harus diterapkan pada perusahaan terutama perusahaan yang telah daftar di bursa efek.

Dalam surat edaran No. 025.E/87/DIR/1997 tersebut ditetapkan bahwa kebijakan akuntansi mengenai penyusutan yaitu menggunakan metode penyusutan garis lurus baik untuk aktiva tetap maupun untuk material cadangan.

Adapun rumusnya yaitu :

Depresiasi =

Sumber : Zaki Baridwan (2004 ; 308 )

Dalam Kartu aktiva tetap untuk menentukan atau menghitung beban penyusutan aktiva tetap terdiri dari beberapa macam yaitu :

1) Pusat aktivitas adalah keberadaan suatu kegiatan yang dilakukan.

2) Nomor Akuntansi adalah Nomor yang diberikan pada setiap aktiva tetap yang ada dalam perusahaan agar tersusun


(27)

3) Nama Akuntansi adalah istilah atau sebutan yang digunakan untuk mengidentifikasikan suatu akun yang digunakan di dalam transaksi-transaksi akuntansi.

4) Perolehan awal adalah Jumlah uang / yang dapat disetarakan dengan uang yang dikeluarkan untuk memperoleh suatu aktiva yang diperlukan

5) Masa manfaat adalah batas penggunaan atau pemakaian barang atau aktiva tetap selama belum berakhir atau berkurangnya umur ekonomis.

Dibawah ini merupakan contoh Kartu Aktiva Tetap yang dipakai oleh PT. PLN sebagai berikut :

Tabel 2.1

Contoh kartu aktiva tetap

KARTU AKTIVA TETAP

Pusat Aktivitas :

Nomor AT :

Kode Aktiva :

Nama Akuntansi :

Perolehan Awal :

Masa Manfaat :

Penghitungan

BULAN/TAHUN BEBAN PENYUSUTAN

AKUMULASI PENYUSUTAN

NIALI BUKU


(28)

Dibawah ini merupakan contoh suatu Laporan penyusutan Aktiva tetap yaitu: Tabel 2.2

Contoh Laporan rekapitulasi aktiva tetap

REKAPITULASI AKTIVA TETAP MENURUT JENIS DAN FUNGSI SELURUH TAHUN PEROLEHAN

S/D PERIODE : 31/AUGUST/2009 Nama

jenis

Harga perolehan

Beban penyusutan bulan ini

Beban penyusutan s.d bulan ini

Akumulasi Penyusutan

Nilai buku

Dari jenis-jenis aktiva diatas merupakan bagian dari sebagian aktiva tetap yang dimilki oleh PT. PLN (persero)P3BJB.

Yang termasuk aktiva tetap menurut Fungsi adalah Rumah dinas yang dimana merupakan fasilitas yang diberikan oleh perusahaan bagi para pegawainya.

Sedangkan aktiva tetap menurut jenis adalah Tanah, Gedung, danKomputer Micro.

2.9 Kerangka Pemikiran

PT.PLN (Persero) Penyaluran Dan Pusat Pengatur Beban (P3B) Jawa Bali Region Jawa Barat, PT.PLN (Persero) merupakan salah satu perusahaan milik pemerintah, yang bertanggung jawab atas pengelolaan serta pemeliharaan sarana sistem pengaturan pengendalian tenaga listrik dan juga merupakan suatu asset


(29)

penyedia listrik Negara, maka dituntut harus memberikan sarana dan prasarana yang baik seperti penjualan tenaga listrik.

Aktiva atau harta adalah benda baik yang memiliki wujud maupun yang semu yang dimiliki oleh perusahaan. Klaim atas harta yang tidak berwujud disebut ekuitas yang dapat mendatangkan manfaat di masa depan. Aktiva yang digunakan dalam operasi perusahaan digolongkan kedalam dua kategori yaitu aktiva berwujud dan aktiva tidak bewujud. Penggolongan semacam ini dikemukakan oleh Smith & Skousen diterjemahkan oleh Gina Gania & Ichsab Setyo Budi (1997 : 387), adalah aktiva tetap yang berwujud (tangible fixed assets)

merupakan harta berwujud yang bersifat jangka panjang dalam aktivitas operasi perusahaan, didalamnya meliputi; tanah, bangunan, perabot, mesin-mesin, dan peralatan lain yang digunakan untuk menghasilkan atau memudahkan penjualan barang dan jasa, Aktiva tetap tidak berwujud (intangible fixed assets) tidak dapat diobservasi atau dilihat secara langsung, didalamnya berbentuk persetujuan, kontrak, atau paten, tetapi harta itu sendiri tidak memiliki eksistensi fisik. Harta tak berwujud termasuk pos-pos seperti hak cipta, paten, dan goodwill. Manfaat aktiva itu sendiri untuk dipakai dalam kegiatan-kegiatan usaha selama masa manfaatnya, namun tidak selamanya aktiva tetap memberikan manfaat secara utuh seperti halnya pada saat aktiva tersebut diperoleh, hal ini dapat disebabkan aktiva tetap mempunyai batas manfaat atau masa guna selama operasi perusahaan. Aktiva tetap bisa saja tidak bermanfaat lagi bagi perusahaan karena beberapa sebab, adanya kerusakan, usang, dan lain-lain. Sejalan dengan itu, prestasi dari aktiva tetap tersebut tentu akan berkurang. Karena prestasinya semakin berkurang


(30)

dan suatu saat tidak dapat digunakan lagi maka akan dialami kerugian atas harga perolehannya (penyusutan).

Harta adalah benda baik yang memiliki wujud maupun yang semu yang dimiliki oleh perusahaan, klaim artas harta yang tidak berwujud disebut ekuitas / equities yang dapat mendatangkan manfaat di masa depan. Macam-macam harta yaitu :

1. Harta Lancar/Aktiva Lancar/Current Assets

Harta lancar adalah harta yang berbentuk uang tunai maupun aktiva lainnya yang dapat ditukarkan dengan uang tunai dalam jangka satu tahun. Contoh : piutng dagang, biaya atau beban dibayar dimuka, surat berharga, kas, emas batangan, persediaan barang dagang, pendapatan yang akan diterima, dan lain sebagainya.

2. Harta Investasi/Aktiva Investasi/Investment Assets

Harta Investasi adalah harta yang diinvestasikan pada produk-produk investasi untuk mendapatkan keuntungan. Contoh : Reksadana, saham, obligasi, dan lain-lain.

3. Harta Tak Berwujud/Intangible Assets

Aset tak berwujud adalah harta yang tidak memiliki bentuk tetapi sah dimiliki perusahaan dan dapat menghasilkan keuntungan bagi peusahaan. Contoh : Merk dagang, hak paten, hak pengusaha hutan/hph, franchise,


(31)

4. Harta Tetap/aktiva Tetap/Fixed Assets

Harta tetap adalah harta yang menunjang kegiatan operasional perusahaan yang sifatnya permanen kepemilikannya. Contoh : gedung, mobil, mesin, peralatan dan perlengkapan kantor, dan lain-lain.

Aktiva tetap berwujud dapat diperoleh dengan berbagai cara, dimana masing-masing cara perolehan aktiva tetap berwujud mempengaruhi penentuan harga perolehan. Menurut Zaki Baridwan (1992:274) perolehan aktiva tetap berwujud dengan berbagai cara diantaranya:

a. Pembelian Tunai

Aktiva tetap berwujud yang diperoleh dari pembelian tunai dicatat dalam buku-buku dengan jumlah besar uang yang dikeluarkan. Dalam jumlah uang yang dikeluarkan untuk memperolah aktiva tetap termasuk harga faktur dan semua biaya yang dikeluarkan agar aktiva tetap tersebut siap untuk dipakai, seperti biaya angkut, biaya premi asuransi dalam perjalanan, biaya balik nama, biaya pemasangan dan biaya percobaan. Semua biaya-biaya diatas dikapasitasi sebagai harga perolahan aktiva tetap.

b. Pembelian Angsuran

Apabila aktiva tetap diperoleh dari pembelian angsuran, maka dalam harga perolehan aktiva tetap tidak boleh termasuk bunga. Bunga selama masa angsuran baik jelas-jelas dinyatakan maupun tidak dinyatakan tersendiri, harus dikeluarkan dari harga perolehan sebagai biaya bunga.


(32)

c. Ditukar dari surat-surat berharga

Aktiva tetap yang diperolah dengan cara ditukar dengan saham atau obligasi perusahaan, dicatat dalam buku besar harga pasar saham atau obligasi yang digunakan sebagai penukar. Apabila harga pasar saham atau obligasi itu tidak diketahui harga perolehan aktiva tetap ditentukan sebesar harga pasar aktiva tersebut. Penukaran aktiva dengan saham atau obligasi perusahaan akan dicatat dalam rekening modal saham atau utang obligasi sebesar nominalnya, selisih nilai tukar dengan nominal dicatat dalam rekening agio atau disagio.

d. Ditukar dengan aktiva lain

Banyak pembeli aktiva tetap dilakukan dengan cara tukar menukar atau sering

disebut “Tukar Tambah“ dimana aktiva lain digunakan untuk membayar aktiva

baru baik seluruhnya atau sebagian dimana kekurangannya dibayar tunai. 1.) Pertukaran aktiva tetap yang tidak sejenis.

Yang dimaksud pertukaran aktiva yang tidak sejenis adalah pertukaran aktiva yang sifatnya dan fungsinya tidak sama seperti pertukaran tanah dengan mesin-mesin, tanah dengan gedung-gedung dan lain-lain.

2.) Pertukaran aktiva tetap yang sejenis.

Yang dimaksud dengan pertukaran aktiva tetap yang sejenis adalah pertukaran aktiva tetap yang sifatnya dan fungsinya sama seperti pertukaran mesin produksi merek A dengan merek B, dan seterusnya.


(33)

e. Diperoleh dari hadiah atau donasi

Aktiva tetap yang diperoleh dari hadiah atau donasi pencatatannya bisa dilakukan menyimpang dari prinsip harga perolehan. Untuk menerima hadiah mungkin dikeluarkan biayabiaya tetapi biaya-biaya tersebut jauh lebih kecil dari nilai aktiva tetap yang diterima maka pencatatan yang dilakukan sebesar nilai pasar.

f. Aktiva Tetap yang dibuat sendiri

Perusahaan memungkinkan membuat sendiri aktiva tetap yang diperlukan seperti gedung, alat-alat, perabotan. Pembuatan aktiva ini biasanya dengan tujuan untuk mengisi kapasitas atau pegawai yang masih idle.

Penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu asset selama umur manfaatnya, bersama dengan berlalunya waktu semua aktiva tetap kecuali tanah akan kehilangan kemampuannya menghasilkan jasa, sehingga harga perolehan aktiva ini harus dipindahkan keperkiraan beban secara teratur selama umur manfaatnya yang diharapkan. Penurunan manfaat secara periodik ini disebut penyusutan.

Dalam menentukan metode penyusutan aktiva ada beberapa jenis metode penyusutan diantaranya Metode Garis Lurus (Straight Line Method) dalam metode ini penentuan besar penyusutan setiap tahun selama umur ekonomis sama besar, sehingga jika dibuatkan grafiknya terhadap waktu, dan akumulasi biaya akan berupa garis lurus. Metode Jam Jasa (Service Hours Method) metode ini didasarkan pada beban depresiasi dihitung dengan dasar satuan jam jasa. Metode Hasil Produksi (Productive output method), pada metode ini penyusutan dihitung atas satuan unit produktif selama masa umur ekonomisnya, dapat berupa jumlah


(34)

barang yang diproduksi, jam pemakaian, kilometer pemakaian dan sebagainya. Metode Beban Berkurang (Reducing Charge Method) metode ini maka diharapkan jumlah beban depresiasi dan biaya reparasi dan pemeliharaan dari tahun ke tahun akan relatif stabil. Dalam metode beban berkurang terdiri atas, Metode Jumlah Angka Tahun (Sum Of The Years Digits Method), Penggunaan metode ini menetapkan nilai penyusutan semakin lama semakin kecil berdasarkan pada perhitungan bahwa aktiva yang digunakan pada proses produksi semakin lama semakin berkurang dalam menghasilkan produksi. Metode Saldo Menurun

(Declining Balance Method) metode ini dihitung dengan cara mengalikan tarif yang tetap dengan nilai buku aktiva. (Double Declining Balance Method) dalam metode ini, beban depresiasi tiap tahunnya menurun, untuk dapat menghitung beban depresiasi yang selalu menurun, dasar yang digunakan adalah persentase depresiasi dengan cara garis lurus. Metode Tarif Menurun (Declining Rate On Cost Method) disamping metode-metode yang telah diuraikan, kadang-kadang dijumpai cara menghitung defresiasi dengan menggunakan tarif % yang selalu menurun, karena tarif %-nya setiap periode selalu menurun maka beban depresiasinya juga selalu menurun.


(35)

Berikut ini adalah skema dari kerangka pemikiran : Gambar 2.3

Skema Kerangka Pemikiran

PT.PLN ( Persero )

Metode Penyusutan Penyusutan Penyedia ( Jasa ) Listrik

Aktiva / Assets

Aktiva Tetap Aktiva Lancar


(36)

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Husein Umar menyatakan :

“Objek Penelitian menjelaskan tentang apa dan atau siapa yang menjadi obyek penelitian. Juga di mana dan kapan penelitian dilakukan. Bisa juga ditambahkan hal-hal lain jika di anggap perlu”.

(2005:303) Sedangkan pengertian objek penelitian menurut Sugiyono adalah :

“Objek penelitian adalah sasaran ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu tentang sesuatu hal objektif dan

reliable tentang suatu hal (variable tertentu).”

(2004:13) Jadi dapat disimpulkan bahwa objek penelitian adalah sasaran ilmiah untuk mendapatkan data baik tentang apa ataupun siapa dengan tujuan dan manfaat tertentu. Berdasarkan penjelasan diatas dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah penerapan metode penyusutan aktiva tetap pada PT.PLN (Persero) Penyaluran Dan Pusat Pengatur Beban (P3B) Jawa Bali Region Jawa Barat.


(37)

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu teknis atau cara mencari, memperoleh, mengumpulkan atau mencatat data, baik data primer maupun data sekunder yang digunakan untuk keperluan menyusun suatu karya ilmiah dan kemudian menganalisa faktor-faktor yang berhubungan dengan pokok-pokok permasalahan sehingga akan terdapat suatu kebenaran data-data yang akan diperoleh.

Sujoko, Stevanus dan Yuliawati menyatakan :

”Metode penelitian adalah strategi dalam melakukan penelitian termasuk tahapan-tahapan yang dilakukan dalam melakukan penelitian”.

(2009:7) Metode penelitian yang digunakan penulis dalam menyusun tugas akhir ini adalah metode deskriptif yaitu metode yang mengungkapkan gambaran masalah yang terjadi saat penelitian ini berlangsung dengan mengumpulkan data dari PT. PLN (Persero) Penyaluran Dan Pusat Pengatur Beban (P3B) Jawa Bali Region Jawa Barat yang kemudian disusun, sehingga dapat dibuat kesimpulan dan saran dengan tujuan untuk memberikan deskripsi yang sistematis dan akurat mengenai objek yang diteliti.

Adapun pengertian mengenai metode deskriptif menurut Sugiyono adalah : ”Metode deskriptif adalah metode yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data atau sampel yang telah terkumpul sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.”


(38)

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif merupakan metode yang berfungsi untuk menggambarkan secara sistematis tentang fakta-fakta serta hubungan antar variabel yang diselidiki dengan cara mengumpulkan data sebagaimana adanya tanpa perlu melakukan analisis.

3.2.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses penelitian. Desain penelitian akan berguna bagi semua pihak yang terlibat dalam proses penelitian, karena langkah dalam melakukan penelitian mengaju kepada desain penelitian yang telah dibuat.

Sekaran menyatakan bahwa :

“Desain Penelitian adalah suatu rencana penelaahan atau penelitian secara ilmiah dalam rangka menjawab pertanyaan peneltian atau identifikasi masalah”.

(2003:118) Menurut Sugiyono, proses penelitian dapat disimpulakan sebagai berikut: ”Proses penelitian terdiri atas :

1. Sumber Masalah 2. Rumusan Masalah

3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan 4. Metode Penelitian

5. Menyusun Instrument Penelitian 6. Kesimpulan.”


(39)

Berdasarkan proses penelitian yang dijelaskan diatas, maka desain pada penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:

1. Sumber Masalah

Peneliti menentukan masalah-masalah sebagai fenomena untuk dasar penelitian. 2. Perumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan yang akan dicari jawabanya melalui pengumpulan data. Proses penemuan masalah merupakan tahap penelitian yang paling sulit karena tujuan penelitian ini adalah menjawab masalah penelitian sehingga suatu penelitian tidak dapat dilakukan dengan baik jika masalahnya tidak dirumuskan secara jelas. Rumusan masalah atau pertanyaan penelitian akan mempengaruhi pelaksanaan tahap selanjutnya didalam tahap penelitian. Pada penelitian ini masalah-masalah dirumuskan melalui suatu pertanyaan, yang akan diuji dengan cara menguiji hipotesis.

3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan

Untuk menjawab rumusan masalah yang sifatnya sementara (hipotesis) maka, peneliti dapat membaca referensi teoritis yang relevan dengan masalah dan berfikir. Selain itu penemuan penelitian sebelumnya yang relevan juga dapat digunakan sebagai bahan untuk memberikan jawaban smentara terhadap masalah penelitian (hipotesis). Telaah teoritis mempunyai tujuan untuk menyusun kerangka toritis yang menjadi dasar untuk menjawab masalah atau petanyaan penelitian yang merupakan tahap penelitian dengan menguji terpenuhinya kriteria pengetahuan yang rasional.


(40)

4. Metode Penelitian

Untuk menguji hipotesis tersebut peneliti dapat memilih metode penelitian yang sesuai, pertimbangan ideal untuk memilih metode itu adalah tingkat ketelitian data yang diharapkan dan konsisten yang dikehendaki. Sedangkan pertimbangan praktis adalah tersedianya dana, waktu, dan kemudahan yang lain. Pada penelitian ini metode penelitian yang digunakan deskriptif kualitatif.

5. Menyusun Instrument Penelitian

Setelah metode penelitian yang sesuai dipilih, maka peneliti dapat menyusun instrument penelitian. Instrument penelitian ini digunakan sebagai alat pengumpul data. Instrument pada penelitian ini yaitu human instrument (peneliti sebagai instrumen), untuk melakukan wawancara secara langsung atau observasi. Selain melakukan wawancara langsung, instrumen yang digunakan adalah buku catatan mengenai kebijakan-kebijakan perusahaan. Setelah data terkumpul maka selanjutnya dianalisis untuk menjawab rumusan masalah.

6. Kesimpulan

Kesimpulan adalah langkah terakhir dari suatu periode penelitian yang berupa jawaban terhadap rumusan masalah dengan menekankan pada pemecahan masalah berupa informasi mengenai solusi masalah yang bermanfaat sebagai dasar untuk pembuatan keputusan.


(41)

3.2.2 Operasionalisasi Variabel

Operasionalisasi variabel bermaksud untuk mengetahui hubungan pengukuran variabel penelitian. Operasionalisasi variabelpun diperlukan untuk menentukan jenis, indikator, serta skala dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian, sehingga pengujian hipotesis dengan alat bantu statistik dapat dilakukan secara benar sesuai dengan judul penelitian mengenai tinjauan atas penerapan metode penyusutan aktiva tetap pada PT.PLN (Persero) Penyaluran Dan Pusat Pengatur Beban (P3B) Jawa Bali Region Jawa Barat.

Penulis mengemukakan 1 variabel yang akan diteliti. Adapun definisi dan istilah variabel menurut Sugiyono adalah sebagai berikut :

”Variabel bebas (Independent Variable) adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi penyebab timbulnya variabel dependent

(terikat). ”

(2006:39)

Variabel, indikator, skala pengukuran yang digunakan baik untuk variabel X dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut :


(42)

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Konsep Variabel Indikator

Penerapan Metode Penyusutan

Penerapan metode penyusutan adalah suatu terapan metode

penyusutan perusahaan untuk mengetahui metode penyusutan apa yang dipakai dalam memperoleh jumlah beban penyusutan aktiva tetap.

( ZaKi Baridwan, 2004 : 305 )

Penerapan metode penyusutan digunakan untuk penerapan metode penyusutan : 1. Menghitung metode penyusutan yang

dipakai perusahaan

2. Menerapkan penerapan metode penyusutan yang dipakai

( Zaki Baridwan, 2004 : 305 )

3.2.3 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik atau cara pengumpulan data yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut :


(43)

1. Penelitian Secara Langsung (Field Research)

a. Observasi Langsung, yaitu teknik pengumpulan data yang dulakukan dengan cara mempelajari dan mengadakan pengamatan secara langsung ke dalam perusahaan untuk mendapatkan bukti-bukti yang dapat mendukung dan melengkapi hasil penelitian.

b. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan tatap muka langsung dengan pihak yang bersangkutan untuk diwawancarai sehingga data-data yang diperlukan dapat membantu alam memecahkan masalah yang akan dibahas.

c. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu mengumpulkan bahan-bahan yang tertulis berupa data yang diperoleh dari PT. PLN (Persero) Penyaluran Dan Pusat Pengatur Beban (P3B) Jawa Bali Region Jawa Barat.

2. Studi Pustaka (Library Research)

Yaitu teknik pengumpulan data dari berbagai bahan pustaka (Referensi) yang relevan dan mempelajari yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas. Data yang diperoleh melalui studi kepustakaan adalah sumber informasi yang telah ditemukan oleh para ahli yang kompeten dibidangnya masing-masing sehingga relevan dengan pembahasan yang sedang diteliti, dalam melakukan studi kepustakaan ini penulis berusaha mengumpulkan data sebagai berikut : a). Mempelajari konsep dan teori dari berbagai sumber yang berhubungan dan


(44)

b). Mempelajari materi kuliah dan bahan tertulis lainnya.

3.2.4 Metode Analisis

Analisis data merupakan cara yang digunakan penulis untuk menjawab rumusan masalah penelitian bagaimanakah metode penyusutan yang diterapkan pada PT.PLN (Persero) Penyaluran Dan Pusat Pengatur Beban (P3B) Jawa Bali Region Jawa Barat.

Dari analisis yang diambil merupakan anggapan atau dugaan sementara (hipotesis) yang paling memungkinkan namun masih harus dibuktikan dengan penelitian dan dapat dihasilkan saran-saran yang dianggap perlu sebagai masukan bagi perusahaan dalam melakukan koreksi.


(45)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan

Sejarah kelistrikan di Indonesia dimulai pada pertengahan abad ke-19. Sejak jaman Belanda, penguasaan dan pengusahaan Listrik di Indonesia dipegang dan diselenggarakan secara monopoli oleh perusahaan-perusahaan swasta Belanda, seperti:

1. Di Jakarta (dulu Batavia), penguasaan dan pengusahaan pelistrikan dieksploitir oleh O.G.B.M (Overzeese Gemeeschappeljik Electriciet Maatschappij).

2. Di Jawa Barat (Bandung), penguasaan listrik mula-mula dilakukan oleh B.E.M ( Bandoengsche Electriciet Maatschappij).

3. Di Jawa Tengan dan Jawa Timur, penguasaan dan pengusahaan pelistrikan dieksploitir oleh A.N.I.E.M (Algemeene Electriciet Maatschappij).

Pada zaman penjajahan Jepang perusahaan listrik tersebut bernama Seibu Jawa Denhijigyo Kosha. Setelah Indonesia merdeka, perusahaan listrik tersebut diambil alih dan namanya diubah menjadi Jawatan Listrik dan Gas. Perusahaan Listrik dan Negara (PLN) didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 30


(46)

tahun 1970. Adapun sejarah singkat dari PT PLN (Persero) P3B Region Jawa Barat, adalah sebagai berikut:

Pada tahun 1906, didirikan PLTA Pakar, pada aliran sungai Cikapundung dengan kapasitas terpasang 800 kW dan Maskapai Listrik Bandung (Bandung Electriciet Maatschapping) sebagai langkah awal untuk pengoperasian energi listrik dengan tenaga air.

Pada tahun 1917, Biro Tenaga Air (Waterkrach Bureaw) dari Jawatan Pekeretaapian Negara (Staatzz Foorwagen) dari status perusahaan Negara diubah menjadi Jawatan tenaga air dan Listrik. Jawatan ini tidak hanya mengurus pembelian lisensi-lisensi untuk tenaga air dan listrik, tetapi juga melakukan pengawasan instalasi-instalasi listrik dan lisensi-lisensi diseluruh Indonesia.

Pada tahun 1920 Perusahaan Listrik Umum Bandung dan sekitarnya

(Gemceanschappilijik Electriceitsbederiif Bandung En Omstreken), disingkat dengan GEBEC, mengambil alih PLTA Pakar di Bandung dan PLTA Cijedil di Cianjur. Selanjutnya bekerjasama dengan perusahaan-perusahaan Listrik Negara untuk pemberian listrik kepada konsumen Direksi Bagian Swasta yang dikelola oleh NV. Maintz & Co.

Pada tahun 1934, Dients Voor Waterkrach Electricities (WE) diubah menjadi Electricities Wezen (EW) atau Perusahaan Tenaga Air Negara Dataran Tinggi Bandung yang mempunyai dua kelompok PLTA, yaitu PLTA Bangkok dengan kapasitas terpasang 3 x 1050kW dan PLTA Dago dengan kapasitas terpasang 1 x 700kW yang dibangun pada tahun 1923, dan pada tahun 1923 pada aliran sungai Cikapundung dan Plengen juga dibangun PLTA Dago dengan


(47)

kapasitas terpasang 3 x 1050kW kemudian kapasitasnya ditambah sebesar 2000 kW pada tahun 1962. Pada tahun 1924, dibangun PLTA Lamajan dengan kapasitas terpasang 2 x 6400kW kemudian ditambah dengan 6400 kW. Pada tahun 1933 pada aliran sungai Cisangkuy dan Cisarua.

Sebagai cadangan air pada musim kemarau, dibangun danau atau Situ Cileunca pada tahun 1922 dengan kapasitas air 9,89 juta m3. Untuk mencapai jumlah tersebut maka pada tahun 1940 Bendungan Pulo, Palayangan Cipanunjang dipertinggi. Danau ini mendapat pengisian air dari aliran sungai di sekitarnya.

Dari PLTA tersebut dibangun transmisi 30 kV sepanjang 80 km ke Gardu Induk Sumatra, Gardu Induk Munjul, dan Gardu Induk Singaparna untuk menghantarkan tenaga listrik kedaerah Priangan Timur. Selanjutnya pada Gardu Induk Kiaracondong dibangun transmisi 30 kV ke Gardu Induk Rancaekek Sumedang untuk daerah priangan Utara hingga Parakan Muncang dan telah menjadi 70 kV dari Sumedang ke Kiaracondong yang dioperasikan oleh PLN Distribusi.

Pada tahun 1928, pada PLTA Lamajang dibangun penghantar 30 kV ke Gardu Induk Plengen-Purwakarta, sekarang penghantar tersebut telah menjadi 70 kV untuk memasok daerah Priangan Barat, pada tahun 1966 dibangun penghantar Kosambi-Cawang. Selain itu pada tahun 1920 juga dibangun PLTA Dayeuhkolot dan sekarang Gardu Induk ini tidak beroperasi lagi. Pada tahun 1928 Central Electriesch Laboratorium (CEL) yang berada dikomplek sekolah tinggi yang meliputi pekerjaan laboratorium dan perbaikan alat listrik, kini CEL telah diserahkan kepada Institute Teknologi Bandung (ITB). Pada tahun 1933


(48)

beroperasi PLTA Cikalong (3 x 6400 kW) yang bekerja pararel dengan PLTA-PLTA yang telah ada. PLN sektor priangan mempunyai empat gardu induk utama, yaitu:

1. Gardu Induk Bandung Utara untuk daerah utara. 2. Gardu Induk Cigereleng untuk daerah selatan. 3. Gardu Induk Padalarang untuk daerah barat. 4. Gardu Induk Ujungberung untuk daerah timur.

Perubahan-perubahan nama PLN Pusat Penyaluran dan Pengatur Beban (P3B) Jawa Bali Region Jawa Barat, yaitu:

1. Pada tahun 1951 sampai tahun 1960 nama jawatan listrik menjadi Perusahaan Listrik untuk Pembangkit Tenaga Listrik. (PANUPETEL). 2. Pada tahun 1960 sampai tahun 1974 berubah menjadi Perusahaan Listrik

Negara Eksploitasi XII.

3. Pada tahun 1975 sampai tahun 1983 berubah menjadi Perusahaan Listrik Negara Pembangkit III.

4. Pada tahun 1984 sampai dengan tahun 1986 diubah menjadi Pembangkit Listrik Jawa Barat dan Jakarta Raya.

5. Pada tahun 1987 sampai dengan 2 Oktober tahun 1995 berubah menjadi PLN Pembangkit dan Penyaluran Jawa Bagian Barat yang membawahi 16 sektor Pembangkit dan Penyaluran yang salah satunya Sektor Priangan.

6. Mulai 1 Agustus 1994 sampai sekarang PLN Pusat berubah status menjadi PT.PLN (Persero).


(49)

7. Dari tanggal 3 Oktober 1995 sampai 31 Maret 2000 PLN Pembangkit dan Penyaluran Jawa Bagian Barat menjadi PT. PLN (Persero) Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban (P3B) Sektor Priangan.

8. Pada tanggal 1 April tahun 2001 sampai sekarang berubah menjadi PT. PLN (persero) Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban (P3B) Jawa Bali Region Jawa Barat.

Dengan terbitnya Surat Keputusan Direksi PT PLN (persero) No.257.K/010/DIR/2000, tentang pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Bisnis Strategi Penyaluran dan Pusat Pengaturan Beban Jawa Bali, maka PT PLN (persero) P3B yang merupakan inti pusat (profit center) berubah menjadi unit pusat insvestasi (investment center) dengan nama Unit Bisnis Strategi Penyaluran dan Pusat Pengaturan Beban Jawa Bali (UBS P3B).

Perubahan tersebut menuntut adanya kajian ulang atas organisasi PT PLN (persero) P3B yang antara lain mencakup revisi atas visi dan misi organisasi, rekayasa ulang proses bisnis menuju ke arah yang lebih efisien, serta pengembangan usaha, pengembangan potensi pegawai, pembentukan budaya perusahaan, serta pengelolaan perubahan organisasi. Tetapi pada tahun 2002 PT PLN (persero) UBS P3B berubah kembali menjadi PT PLN (persero) P3B.

4.1.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan

Dalam pengelolaan perusahaan perlu adanya penyusunan organisasi yang diselaraskan dengan fungsi yang ada. Penerapan pola organisasi yang ada perlu


(50)

dilakukan untuk meningkatkan fleksibilitas, efektifitas, dan efisiensi kerja dengan memperhatikan fungsi organisasi.

Struktur organisasi yang terdapat di PT PLN (Persero) P3B Jawa Bali Region Jawa Barat digunakan sebagai sistem informasi dalam pelaksanaan tugas tenaga kerja, menggambarkan tanggung jawab masing-masing bagian, memperlihatkan garis kewenangan dan jalur koordinasi yang harus diakui oleh para tenaga kerja serta jalur kerja sama antar bagian dalam perusahaan.

Dengan adanya struktur organisasi di PT PLN (Persero) Penyaluran dan Pusat Pengatur (P3B) Jawa Bali Region Jawa Barat, ini diharapkan agar tercipta koordinasi yang dapat mengarahkan semua kegiatan perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

PT PLN (Persero) Penyaluran dan Pusat Pengatur (P3B) Jawa Bali Region Jawa Barat secara garis besar mempunyai susunan organisasi sebagai berikut: 1. Manager Region

Manager region membawahi dan mengkoordinasikan ketujuh deputi manager dan dibantu oleh dua orang manajer yaitu, Manajer Pelayanan Transmisi dan Manajer Unit Jasa Teknik. Unit kerja yang bertanggung jawab langsung kepada dan dibawahi Koordinasi Manager Region, terdiri dari:

a. Deputi Manager Enginering b. Deputi Manager Konstruksi c. Deputi Manager Operasi Sistem d. Deputi Manajer Pemeliharaan


(51)

f. Deputi Manajer Keuangan.

g. Deputi Manajer Hukum dan Lingkungan 2. Deputi Manager Konstruksi

Deputi Manager Konstruksi membawahi dan mengkoordinasikan 2 orang yaitu:

1. Supervisor Pengendalian Konstruksi. 2. Supervisor Admnistrasi Teknik. 3. Deputi Manager Operasi Sistem

Deputi Manager operasi Sistem dibantu oleh tiga orang Supervisor , yaitu: 1. Supervisor Perencanaan dan Analisis Sistem

2. Supervisor Transaksi Tenaga Listrik

3. Supervisor Pengendalian Operasi Real Time 4. Deputi Manager Pemeliharaan

Deputi Manager Pemeliharaan membawahi 4 orang Supervisor , yaitu: 1. Supervisor Pemeliharaan Transmisi

2. Supervisor Proteksi, Meter, Scada, & Telekomunikasi 3. Supervisor PDKB TT dan TET

4. Supervisor Assesmen dan Diagnosa Transmisi 5. Deputi Manager SDM dan Administrasi

Deputi Manajer SDM dan Administrasi membawahi dua orang Supervisor, yaitu:

1. Supervisor Sumber Daya Manusia 2. Supervisor Administrasi dan Fasilitas


(52)

6. Deputi Manajer Keuangan

Deputi Manajer Keuangan dibantu oleh dua orang Supervisor , yaitu ; 1. Supervisor Keuangan

2. Supervisor Akuntansi

7. Deputi Manajer Hukum dan Lingkungan

Deputi Manajer Hukum dan Lingkungan ini hanya membawahi Supervisor Assesmen dan Diagnosa Transmisi saja.


(53)

4.1.1.3 Uraian Tugas 1. Manager Region

Tugas pokok menager region adalah sebagai berikut :

a. Menentukan kebijakan perusahaan dengan memperhatikan kebijakan yang telah digariskan Dewan Direksi PT PLN (Persero), mengkordinasikan semua bagian dalam perusahaan.

b. Merumuskan dan menetapkan rencana kerja perusahaan, memecahkan masala-masalah yang timbul pada pelaksanaan umum perusahaan.

c. Memberikan pertanggung jawaban mengenai seluruh kegiatan perusahaan dalam bentuk laporan.

d. Pengawasan dan pengendalian investasi.

e. Mengadakan hubungan dengan pihak luar terutama mengenai hal-hal yang kebijakan pengembangan perusahaan dan kebijakan lainnya yang bersifat umum.

2. Deputi Manager keuangan

Mempunyai tujuan untuk melaksanakan pengelolaan keuangan yang meliputi perencanaan anggaran operasi dan anggaran investasi, pengelolaan RKAP, pengelolaan arus kas serta pengelolaan akuntasi untuk menjamin terselenggaranya pengelolaan pendanaan dan arus kas yang akurat serta ketepatan waktu penyajian akuntansi dan pelaporan keuangan.

Untuk melaksanakan tujuan sebagaimana tersebut diatas, manager keuangan mempunyai tugas utama sebagai berikut:


(54)

1. Menyusun rencana kegiatan bidang Keuangan untuk kelancaran pelaksanaan tugas.

2. Mengkoordinasikan penyusunan RKAP serta revisis RKAP sebagai bahan usulan kekantor P3B Jawa Bali.

3. Melaksanakan pengontrolan alokasi anggaran sesuai RKAP untuk memastikan ketepatan pemanfaatan anggaran.

4. Mengkoordinasikan Pembuatan Laporan Realisasi RKAP serta Permohonan ajuan AT serta Permohonan tunai operasi dan investasi untuk menjamin tersedianya dana sesuai kebutuhan pembayaran.

5. Menetapkan sistem, prosedur dan tata kerja administrasi anggaran, keuangan, akuntansi region untuk memudahkan pelaksanaan pekerjaan. 6. Mengendalikan fungsi back up eksternal audit di regionnya untuk

memastikan semua kegiatan telah sesuai peraturna yang berlaku.

7. Mengendalikan dan mengalokasikan tunai ke UJT dan UPT sesuai dengan aliran kas dan rencana kerja yang telah ditentukan.

8. Mengendalikan pembayaran kepada pihak intern dan ekstern dan memastikan bahwa pembayaran telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

9. Menetapkan proyeksi pendapatan dan proyeksi laba sebagai bahan dalam pengambilan keputusan manajemen dan RKAP.

10. Merekomendasikan Laporan Pembukuan dan Lampirannya, serta Laporan Manajemen.


(55)

11. Mengimplementasikan dan meningkatkan perbaikan secara berkesinambungan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 dilingkungannya.

12. Membina dan mengembangkan kompetensi SDM untuk memenuhi kebutuhan kompetensi jabatan.

13. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh atasan langsung sesuai lingkup tugas, tanggung jawab dan kompetensinya. 14. Menyusun laporan secara berkala sesuai bidang tugasnya sebagai

pertanggung jawaban pelaksanaan tugas. 3. Supervisor keuangan

Mempunyai tujuan untuk Mengelola sub bidang keuangan dan akuntansi yang meliputi verifikasi keabsahan, kebenaran dan kelengkapan bukti transaksi sampai menjadi laporan Arus Kas dan melakukan perhitungan, pemotongan, penyetoran dan pelaporan pajak serta proses akuntansi sampai menjadi laporan keuangan untuk mengetahui kinerja Region.

Untuk melaksanakan tujuan sebagaimana tersebut diatas, manager keuangan mempunyai tugas utama sebagai berikut ;

1. Membuat rencana kegiatan sub bidang Keuangan.

2. Merancang penyusunan sistem, prosedur dan tata kerja keuangan untuk pedoman dalam pelaksanaan pekerjaan.

3. Mengendalikan dan mengawasi kebutuhan & dropping tunai anggaran operasi dan investasi Region sesuai dengan RKAP/disbursement serta


(56)

kebutuhan anggaran di luar RKAP untuk menjamin tersedianya likuiditas.

4. Memeriksa bukti penerimaan & pengeluaran kas/bank dan cek/bilyet giro kantor Region dengan bukti-bukti pendukungnya untuk mengecek kebenaran, kelengkapan dan keabsahannya.

5. Memeriksa buku harian kas/bank dengan bukti pengeluaran dan penerimaan kas/bank, berita acara pemeriksaan kas dan rekonsiliasi bank kantor Region untuk mengetahui saldo harian dan memastikan saldo menurut fisik sama dengan saldo menurut buku.

6. Memeriksa daftar laporan kiriman uang, laporan arus kas serta bukti pendukungnya, dan laporan pajak-pajak untuk laporan ke P3B dan KPP setempat.

7. Mengusulkan penyelesaian permasalahan yang dihadapi sub bidang keuangan dan akuntansi untuk bahan pengambilan keputusan manajemen.

8. Mengimplementasikan dan meningkatkan perbaikan secara berkesinambungan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 dilingkungannya.

9. Membina dan mengembangkan kompetensi SDM untuk memenuhi kebutuhan kompetensi jabatan.

10. Menyusun laporan secara berkala sesuai bidang tugasnya sebagai pertanggung jawaban pelaksanaan tugas.


(57)

11. Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh atasan langsung sesuai lingkup tugas, tanggung jawab dan kompetensinya.

4. Supervisor Akuntansi

Adapun tujuannya yaitu untuk mengelola sub bidang keuangan dan akuntansi yang meliputi verifikasi keabsahan, kebenaran dan kelengkapan bukti transaksi dan melakukan perhitungan, pajak serta proses akuntansi sampai menjadi laporan keuangan untuk mengetahui kinerja Region.

Untuk melaksanakan tujuan sebagaimana tersebut diatas, manager keuangan mempunyai tugas utama sebagai berikut :

1. Membuat rencana kegiatan sub bidang Keuangan dan Akuntansi.

2. Merancang penyusunan sistem, prosedur dan tata kerja keuangan dan akuntansi untuk pedoman dalam pelaksanaan pekerjaan.

3. Memeriksa bukti penerimaan & pengeluaran kas/bank kantor Region dengan bukti-bukti pendukungnya untuk mengecek kebenaran, kelengkapan dan keabsahannya.

4. Memeriksa jurnal (J 01 s.d. J 98) untuk memastikan kebenaran dalam pembebanan kode akun.

5. Mengevaluasi Laporan Keuangan UPT dan UJT untuk proses konsolidasi laporan keuangan Region.

6. Memeriksa laporan keuangan Region beserta lampirannya untuk mengetahui kinerja keuangan Region.

7. Memantau aplikasi akuntansi biaya yang berbasis pada aktivitas untuk menghitung biaya per level tegangan.


(58)

8. Memeriksa usulan penarikan aktiva operasi menjadi tidak operasi ke P3B untuk proses pemindahan status aktiva.

9. Mengusulkan penyelesaian permasalahan yang dihadapi sub bidang akuntansi untuk bahan pengambilan keputusan manajemen.

10. Mengimplementasikan dan meningkatkan perbaikan secara berkesinambungan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 dilingkungannya.

11. Membina dan mengembangkan kompetensi SDM untuk memenuhi kebutuhan kompetensi jabatan.

12. Menyusun laporan secara berkala sesuai bidang tugasnya sebagai pertanggung jawaban pelaksanaan tugas.

13. Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh atasan langsung sesuai lingkup tugas, tanggung jawab dan kompetensinya.

4.1.1.4 Aspek Kegiatan Perusahaan

Tugas pokok yang diemban PT PLN (Persero) Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban (P3B) Jawa Bali Region Jawa Barat sesuai dengan pelaksanaan monopoli transmisi, pengelola operasi sitem dan transaksi tenaga listrik berdasarkan Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 005./K/DIR/2004 adalah bertanggung jawab atas pengelolaan serta pemeliharaan sarana sistem pengaturan pengendalian tenaga listrik di wilayah tenaga kerjanya, melaksanakan manajemen konstruksi sistem penyaluran dan memperhatikan faktor lingkungan hidup dan prasyarat regulasi disektor tenaga kelistrikan, memberdayakan dan


(59)

mengembangkan seluruh potensi sumber guna memperoleh pendapatan diluar usaha pokok.

Kemudiaan PT PLN (Persero) Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban (P3B) Jawa Bali Region Jawa Barat memiliki fungsi yang sangat penting dalam mengelola sistem tenaga listrik Jawa Bali, khususnya dalam manajemen sistem kelistrikan yang meliputi pengoperasian, pemeliharaan dan pengembangan jaringan transmisi yang menghubungkan pusat-pusat pembangkit listrik dengan pelanggan. Wilayah kerja perusahaan terdiri dari dua unit, yaitu:

1. Unit pelayanan teknik (UPT), yang terdiri dari: a. UPT Karawang.

b. UPT Purwakarta. c. UPT Bandung barat. d. UPT Bandung timur. e. UPT Garut.

f. UPT Cirebon. g. UPT Bekasi.

2. Unit jasa teknik, yang terdiri atas: a. UJT Bandung.

b. UJT Cirebon. 4.1.1.5 Visi Perusahaan

Visi dari PT PLN (Persero) adalah “Diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang bertumbuh kembang, unggul, dan terpercaya dengan bertumpu pada potensi insani”.


(60)

Dengan wawasan tersebut PT PLN (Persero) akan survive menghadapi tantangan masa depan berdasarkan visi diatas PT PLN (Persero) menyusun rencana dan strategi jangka panjang dan menengah. Rencana ini bertahap direalisasikan melalui jangka panjang dan jangka pendek dalam rencana Kerja Anggaran Perusahaan pada setiap anggaran.

Dengan moto ”Listrik untuk kehidupan yang lebih baik (Electricity for A Better Life)”.

4.1.1.6 Misi Perusahaan

Pada PT PLN (Persero) Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban (P3B) Jawa Bali Region Jawa Barat, mempunyai misi perusahaan, sebagai berikut:

1. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan, dan pemegang saham. 2. Menjadi tenaga sebagai media untuk meningkatkan kualitas kehidupan

masyarakat.

3. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi. 4. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.

4.1.2 Data Perusahaan

4.1.2.1 Pelaksanaan Penerapan Metode Penyusutan Aktiva Tetap Pada PT.PLN (Persero)

Kebijakan perusahaan yang mengatur tentang penerapan metode penyusutan aktiva tetap di lingkungan kerja PT.PLN (Persero) P3B JB Region


(61)

Jawa Barat mengacu pada Surat Edaran Perusahaan Listrik Negara Nomor : 025.E/87/DIR/1997 tentang Pedoman Kebijakan Akuntansi Sistem Buku Besar Dan Laporan Keuangan PT. PLN (Persero), Adapun tujuan dari dikeluarkannya surat edaran ini yaitu :

1) Memberlakukan kebijakan akuntansi, sistem buku besar dan pelaporan keuangan PT. PLN diseluruh satuan administrasi.

2) Sistem buku besar tersebut digunakan untuk menunjang pelaksanaan komputerisasi akuntansi diseluruh satuan administrasi dalam rangka percepatan dan akurasi laporan keuangan.

Ruang lingkup surat edaran ini meliputi :

1) Kebijakan akuntansi yang mencakup pengertian, pengakuan, pengukuran serta penyajian dan pengungkapannya dalam akun buku besar atas transaksi keuangan agar diperoleh keseragaman pelakuan akuntansinya.

2) Sistem buku besar yang digunakan untuk mengelompokan transaksi keuangan yang sama / sejenis.

3) Jurnal standar yang digunakan untuk mencatat data transaksi keuangan sesuai dengan kelompok / jenis transaksi.

4) Penyajian dan penyampaian laporan keuangan. 5) Dan lain-lain

Berdasarkan Surat Keputusan Direksi PT. PLN (Persero) Nomor : 0591.K/DIR/2005 tentang Perubahan Masa Manfaat Aktiva Tetap Dan Perhitungan Biaya Penyusutan Aktiva Tetap.


(1)

81

DAFTAR PUSTAKA

Buku Panduan Tugas Akhir, 2009

Carl S.Warren, James M.Revee &, Philip E.Fess.Diterjemahkan oleh Aria Farahmita, Amanugrahani & Taufik Hendrawan.2005. Accounting Pengantar Akuntansi Edisi 21. Jakarta : Salemba Empat

Donald E, Kieso, Jerry J. Weygandt & Terry D. Warfield. Alih bahasa oleh Gina Gania & Ichsan Setyo Budi. 2002. Akuntansi Intermediate. Jakarta : Erlangga

Husein Umar, 2005, Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis,

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI).Standar Akuntansi Keuangan Per 1 September 2007. Jakarta: Salemba Empat.

Sharli, Michael. 2006, Akuntansi Untuk bisnis jasa dan dagang edisi pertama. Soemarso, 2005, Akuntansi Suatu Pengantar, Jakarta : PT.Rineka Cipta. Sugiyono, 2006, Statistik Untuk Penelitian, Bandung: CV ALFABETA.

Surat Edaran Perusahaan Listrik Negara Nomor: 025.E/87/DIR/1997 Tentang Kebijakan Akuntansi Mengenai Penyusutan Yaitu Menggunakan Metode Penyusutan Garis Lurus Baik Untuk Aktiva Tetap Maupun untuk Material Cadangan.

Surat Keputusan Direksi PT. PLN (Persero) Nomor : 010.E/8713/PP3B/1998 Tentang Pengendalian Pergerakan Aktiva Tetap.

Surat Keputusan Direksi PT. PLN (Persero) Nomor : 059-1.K/DIR/2005 Tentang Perubahan Masa Manfaat Aktiva Tetap dan Perhitungan Biaya Penyusutan Aktiva Tetap.

Warrenreevefess, 2005, Pengantar Akuntansi edisi 21. Jakarta : Salemba empat Yogyakarta: Graha ilmu.

Zaki Baridwan, 2004, Intermediate Accounting edisi 8. Yogyakarta:BPFE Yogyakarta.


(2)

104

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama : Ira Ferawati

Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 19 Februari 1989

Alamat Tetap : Jl. Sentral No 8 Komp.PLN Rt/Rw 01/12 Cibabat Cimahi - 40513

Jawa Barat

Telepon (022) 92545449

HP : +6285624383736

Email : [email protected] Jenis Kelamin : Perempuan

Tinggi : 1.50 m

Berat : 39 kg

Agama : Islam

Status : Belum Menikah Bahasa : Indonesia

Pendidikan Formal

2004-2007 SMA PASUNDAN 7 Bandung

2001-2004 SLTP PGRI 1 1995-2001 SDN Cimahi XV

1994-1995 TK K.Bhayangkari 16 Cimahi

Pendidikan non Formal

Feb-Juni 2000 Ganesha Operation

Mei 2004 Pembinaan Keterampilan Komputer Ganesha Multi Media (GMM)

Program MS Office & MS Windows 27 April-20

Agustus 2009

Pelatihan Pajak Terapan Brevet A & B Terpadu Angkatan V Gelombang II

Pengalaman Organisasi

1999 Anggota Gerakan Pramuka SDN Cimahi XV

2004 Anggota Teater SMA PASUNDAN 7 BDG 2004 Anggota PMR-WIRA SMA PASUNDAN 7 BDG 2004 Aggota English Club SMA PASUNDAN 7 BDG 2004-2006 Anggota Osis SMA PASUNDAN 7 BDG


(3)

i

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur Penulis Panjatkan atas Kehadirat Allah SWT, atas berkat, rahmat, dan anugrah-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis mampu menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul “Tinjauan Atas Penerapan Metode Penyusutan Aktiva Tetap Pada PT.PLN (Persero) Penyaluran Dan Pusat Pengatur Beban (P3B) Jawa Bali Region Jawa Barat”

Penulis menyadari dalam penulisan Tugas Akhir ini masih banyak terdapat kekurangan baik isi maupun bahasa yang digunakan. Hal ini tidak lain karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak.

Selain itu penulis menyadari bahwa penyelesaian Tugas Akhir ini tidak akan terwujud tanpa adanya bimbingan, dorongan, nasehat, serta doa dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan kesempatan ini perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada semua yang telah membantu penulis, sehingga Tugas Akhir ini dapat selesai tepat pada waktunya.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Eddy Suryanto Soegoto., M.Sc, selaku Rektor Universitas Komputer Indanesia Bandung.

2. Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra.,SE. M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia Bandung.

3. Ibu Sri Dewi Anggadini, SE., M.Si., selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Komputer Indonesia Bandung.


(4)

ii

4. Ibu Wati Aris Astuti, SE., M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya kepada penulis dan dengan sabar serta tekun dalam membimbing penulis dalam penyelesaian Tugas Akhir.

5. Seluruh Bapak Ibu Dosen dan Karyawan Universitas Komputer Indonesia Bandung.

6. Bapak H.Sumarno,SE., selaku Supervisor Akuntansi di PT.PLN (Persero) P3B Jawa Bali Region Jawa Barat.

7. Bapak Wiranto dan Bapak Ismanto, selaku pembimbing di PT.PLN (Persero) P3B Jawa Bali Region Jawa Barat yang telah meluangkan waktunya kepada penulis dan dengan sabar serta tekun dalam membimbing penulis dalam penyusunan Tugas Akhir ini.

8. Bapak Cucu, Bapak Candra A Yusuf, Ibu Sofi, Ibu Cucu, Ibu Yani, Serta Uni Anna yang telah banyak membantu dalam proses pengumpulan data yang diperlukan penulis di PT.PLN (Pesero) P3B Jawa Bali Region Jawa Barat.

9. Seluruh Staf dan Pegawai yang bekerja di PT.PLN (Persero) P3B Jawa Bali Region Jawa Barat.

10. Untuk Mama dan Papa, Penulis ucapkan banyak terima kasih untuk semua yang telah diberikan kepada penulis atas doa, dukungan, dan kasih sayang. Semoga kalian diberi kesehatan dan rezeki yang berlimpah serta selalu dalam lindungan Allah SWT.

11. Untuk Adikku tersayang, Lia dan Olga belajar yang rajin ya agar papa dan mama bangga.


(5)

iii

12. Terspesial yang tercinta dan tersayang Firlan Novrieal semoga hubungan kita tetap terjaga dan langgeng, ingat 15 April 2008 merupakan hari istimewa buat kita...jangan sampai lupa harus diinget terus hehe...

13. Bringka dan Sahabat sebagai sohib seperjuangan yang saling mendukung dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.

14. Untuk semua teman-teman di 3 Ak 6, yang selalu kompak. 15. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhir kata penulis sampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak atas terselesaikannya Tugas Akhir ini. Semoga Tugas Akhir ini dapat member manfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya.

Bandung, Juli 2010 Penulis

Ira Ferawati NIM 21307055


(6)